• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 Sri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 Sri"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG DAN TANTANGAN KURIKULUM 2013

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dengan adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia pasifik (APEC), maupun dunia. Era globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan berbagai kesemrawutan sehingga manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang sangat kompleks dan tidak menentu. Kita juga dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar yang mengakibatkan bebasnya akses terhadap media massa terutama media elektronik, seperti jejaring sosial internet.

Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran yang ada dalam kehidupan masyarakat. Hampir setiap hari, kita disuguhi contoh-contoh menyedihkan melalui film dan televisi yang secara bebas mempertontonkan perilaku sadisme, mutilasi, kekerasan, premanisme, kejahatan, dan korupsi. Tidak sedikit dari para pemuda, pelajar, mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan perkelahian antar pelajar, narkoba, perjudian, dan lain-lain. Nilai-nilai tradisional yang dianggap sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi.

(2)

kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen pendidikan yang lain.

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, dalam perjalanan dunia pendidikan Indonesia telah menerapkan tujuh kurikulum yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dan terakhir kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berkarakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan zaman dan tuntutan teknologi yang akan menjawab tantangan arus globalisasi.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pengembangan kurikulum?

b. Bagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangan kurikulum?

c. Bagaimana peluang dan tantangan Kurikulum 2013 dalam pembaharuan kurikulum?

3. Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pengembangan kurikulum

b. Untuk mengetahui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangan kurikulum

(3)

B. PEMBAHASAN

1. KEBIJAKAN PEMBAHARUAN KURIKULUM

Istilah “Kurikulum berasal dari bahasa latin “curiculum”, sedang menurut bahasa Perancis “cuurier” artinya “to run” berlari. Istilah kurikulum pada awalnya dipakai dalam dunia olahraga dengan istilah “curriculae” yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. Dari dunia olahraga istilah

a. Kurikulum memuat isi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.

b. Kurikulum sebagai rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar.

c. Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini menunjukkan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tak rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.”3

Sedangkan menurut M. Arifin memandang “Kurikulum sebagai seluruh

1 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 122

(4)

bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.”4

Selanjutnya Zakiah Daradjat memandang “Kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”5

Selain itu, Addarmasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang ditulis kembali oleh Al-Syaibani, menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.”6

Sementara itu menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.”7

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi, meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.

Salah satu variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional adalah kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.

4Ibid.,

5Ibid.,

6Ibid.,

(5)

Dalam pembaharuan kurikulum, Indra Djati Sidi berpendapat bahwa: “Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan pembenahan kurikulum yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal (minimum basic skill), menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning), dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi peserta didik.”8

Menurut Sudjana, “Ada sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam melakukan pembaharuan kurikulum, yakni :

a. Mengenal atau mengidentifikasi kebutuhan perubahan kurikulum, artinya menilai ada tidaknya masalah-masalah pokok yang harus dilakukan perubahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian dan pengukuran pendahuluan terhadap kurikulum yang sedang berjalan.

b. Mobilisasi suatu perubahan kurikulum, artinya setelah ditemukan pokok yang menjadi garapan perubahan kurikulum, barulah dipikirkan wadah yang akan mengorganisasi perubahan tersebut. Wadah tersebut bisa berupa badan atau komite yang bisa bekerja secara rutin.

c. Studi tentang masalah dan kebutuhan masyarakat, artinya dalam mengembangkan suatu kurikulum dilakukan analisis terhadap sektor-sektor masyarakat, baik masalahnya maupun kebutuhannya.

d. Studi tentang karakteristik dan kebuttuhan peserta didik, artinya memperhatikan perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat, kesanggupan, dan kebutuhan peserta didik.

e. Formulasi tujuan pendidikan, artinya dalam mengembangkan kurikulum harus menjabarkan tujuan pendidikan secara umum yang bersifat filosofis, sosiologis, dan psikologis ke dalam tujuan institusional yang bersifat tingkah laku operasional sehingga mudah dipahami oleh para guru di lapangan.

f. Menetapkan aktivitas belajar dan mata pelajaran,artinya memilih dan menerapkan aktivitas belajar (sebagai isi kurikulum) yang memadai dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan tersebut. g. Mengorganisasi pengalaman belajar dan perencanaan unit-unit

pelajaran.

h. Pengujian kurikulum yang diperbaharui, artinya kurikulum yang diperbaharui sebelum dilaksanakan di lapangan harus diujicobakan terlebih dahulu (tryout) terlebih dahulu agar mencapai hasil yang optimal.

i. Pelaksanaan kurikulum baru, artinya kurikulum baru yang telah disusun, direvisi dan telah diujicobakan hendaknya diterapkan dengan mengerahkan seluruh opini masyarakat agar meneima ide-ide pembaharuan dalam kurikulum tersebut.

(6)

j. Evaluasi dan revisi berikutnya, artinya kurikulum baru yang sudah diberlakukan dievaluasi dan dimonitoring untuk melihat kualitas dan efektivitas kurikulum tersebut untuk selanjutnya dilakukan revisi kalau diperlukan.”9

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembaharuan kurikulum adalah suatu keharusan dalam kerangka menuju mutu pendidikan yang berkualitas dan mampu merespon terhadap tuntutan terhadap kehidupan berdemokrasi, globalisasi.

2. Kurikulum 2004 (KBK), KTSP 2006, dan Kurikulum 2013 a. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi digagas ketika menteri Pendidikan dijabat oleh Abdul Malik Fadjar. Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan. KBK lebih ditekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. McAshan menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomoriknya.”10

Sebagaimana Gordon dalam Ramayulis menjelaskan bahwa: “Aspek yang terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatau, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala

9Ibid, hal. 119

(7)

ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang

langkah-4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.

5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru.

6. Minat (interest), yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan.”11

Selanjutnya Masnur Muslich menyatakan bahwa: “Proses pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi didasarkan pada beberapa prinsip yaitu :

1. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur 2. Penguatan integritas nasional

3. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika 4. Kesamaan dalam memperoleh kesempatan

5. Abad pengetahuan dan teknologi informasi 6. Pengembangan kecakapan hidup (lifeskill) 7. Belajar sepanjang hayat

8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan dan komprehensif

9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan”12

Berdasarkan pendapat para ahli di atas disimpulkan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki empat komponen, yaitu : 1. Kurikulum dan hasil belajar (KHB). KHB memuat perencanaan

pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan, yaitu sejak TK sampai dengan kelas 12. Dan ini merupakan rangkaian kompetensi siswa untuk maju secara bertahap seiring dengan perkembangan dan kematangan psikologisnya. KHB 11Ibid, hal. 6

(8)

ini juga memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, keadaan sekolah atau lingkungan, dan kebutuhan serta kemampuan siswa

2. Penilaian berbasis kelas (PBK). PBK memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas public melalui identifikasi kompetensi atau hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan standar yang harus dicapai, peta kemajuan belajar siswa, dan pelaporan. Penilaian ini disebut berbasis kelas karena penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam pembelajaran di kelas.

3. Kegiatan belajar mengajar (KBM), memuat gagasan-gagasan pokok pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Komponen ini menyebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Dengan demikian, dalam praktiknya, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan

4. Pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). PKBS memuat berbagai pola pemberdayaaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar yang dilengakapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum pembinaan profesional tenaga kependidikandan pengembangan sistem informasi kurikulum.

(9)

pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan untuk berperan aktif di setiap tingkat satuan pendidikan.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Masnur Muslich adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Menurut Masnur Muslich,

“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan individual maupun klasik

2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi

13 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 10

(10)

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi15

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki empat komponen, yaitu tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan dan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan yang harus dicapai dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat regional maupun global, karena persaingan yang terjadi dalam era globalisasi adalah persaingan sumber daya manusia.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ditemukan beberapa kelemahan :

1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai

dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peeka dan tanggap terhadap berbagai persoalan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

(11)

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan pengayaan secara berkala.

Implementasi KTSP bermuara pada pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi dan penutup.

c. Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa, “Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Mengacu pada penjelasan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bagian umum dikatakan bahwa :

(12)

yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati” maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk “melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.”16

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau (Competency Based Curriculum) dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan khususnya pada jalur pendidikan luar sekolah. Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.

Selain itu, kurikulum 2013 menekankan pada pendidikan berbasis karakter. Menurut Simon Philips, “Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan”17. Sementara itu, Koesema A menyatakan

bahwa “Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga.”18

16 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosda Karya), hal. 153

(13)

Sedangkan Imam Ghozali berpendapat bahwa: “Karakter lebih dekat dengan akhlak yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.”19

Dalam Masnur Muslich, “Istilah karakter yang diambil dari bahasa Yunani berarti “to mark” (menandai) lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama ia menunjukkan bagaimana seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong tentulah seseorang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, karakter erat ikatannya dengan personality. Seseorang baru disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.”20

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter berkaitan dengan kekuatan moral. Orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian, melalui kurikulum 2013 yang berfokus pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik diharapkan akan memberi peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang produktif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif) yang terintegrasi.

3. Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengembangan kurikulum yang

19 Ibid

(14)

mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Oemar Hamalik menyatakan bahwa: “Ada beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum 2013 sebagai berikut :

a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas.

b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kerikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.

c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.

d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antar pelajar.

e. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar, seperti tujuan, konten, aktivitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.

f. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna.

g. The subject arm approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah.

h. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.

i. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.”21

Pengembangan kurikulum 2013 seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu pengembangan kurikulum tingkat nasional, pengembangan kurikulum tingkat wilayah, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengembangan silabus, dan pengembangan program pembelajaran.

a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional

Dalam tingkat nasional dilakukan penataan terhadap Standar nasional Pendidikan (SNP), terutama pada Standar kompetensi Lulusan

(15)

(SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013. Di samping itu, juga dilakukan penataan terhadap empat mata pelajaran, yakni : agama, PPKN, Matematika dan bahasa Indonesia. Pada tingkat nasional, pengembangan kurikulum meliputi jalur pendidikan sekolah, luar sekolah, baik secara vertikal maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

b. Pengembangan kurikulum tingkat wilayah

Pengembangan kurikulum tingkat wilayah bermuara pada wilayah tingkat I (Provinsi). Pengembangan kurikulum tingkat wilayah berkaitan dengan pengembangan kompetensi dan silabus untuk berbagai mata pelajaran di luar matapelajaran kurikulum nasional. Pengembangan kurikulum untuk kelompok wilayah ini dilakukan oleh tim pengembang kurikulum tingkat wilayah di bawah koordinasi dinas pendidikan provinsi. Termasuk dalam kurikulum tingkat wilayah ini adalah muatan lokal dan bahasa daerah.

c. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan

Pada tingkat dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang ppendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan

2. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut

3. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan (guru dan nonguru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan

4. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi kemudahan belajar

(16)

Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik di tingkat pusat maupun wilayah. Dengan demikian guru tinggal mengembangkan RPP berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa dan buku sumber yang semuanya telah disiapkan.

e. Pengembangan program pembelajaran

Berdasarkan silabus, kompetensi inti, dan kompetensi lulusan yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 program pembelajaran dikembangkan adalah tematik, dan terpadu, sehingga kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan rencana pembelajaran terpadu.

4. Inovasi Kurikulum 2013

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Secara konseptual, kurikulum 2013 memiliki beberapa keunggulan, antara lain :

a. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.

b. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

(17)

Hal-hal yang mendasari lahirnya kurikulum 2013 setidaknya ada tujuh asumsi antara lain :

a. Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru profesional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal.

b. Banyak sekolah yang mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan hanya sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.

c. Peserta didik bukanlah tabung kosong yang dapat diisi atau ditulis sekehendak guru melainkan individu yang memiliki sejumlah potensi yang harus dikembangkan.

d. Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.

e. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilkinya secara optimal.

f. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

g. kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensinya secara optimal.

Berdasarkan asumsi di atas, “menurut Mulyasa dalam penerapan kurikulum 2013 dilakukan penambahan beban belajar pada semua jenjang pendidikan, sebagai berikut :

Beban belajar di SD/MI

Kelas I, II, III, masing masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, VI masingmasing 36 jam setiap minggu, dengan lama belajarnya yaitu 35 menit.

Beban belajar di SMP/MTs

(18)

Beban belajar di SMA/MA

Kelas X bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar, dengan lama belajar untuk setiap jam belajarnya yaitu 45 menit.”22

Kebijakan penambahan jam ini dimaksudkan agar guru memiliki waktu yang lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi paada peserta didik atau mengembangkan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Selain itu, guru dituntut untuk secara kreatif menciptakan lingkungan yang kondusif, dengan manajemen kelas yang efektif, untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat belajar dengan menyenangkan (joyfull teaching and learning).

a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan kompetensi operasionalisasi standar kompetensi lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkann kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisas vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antar konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar konten yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan isi isi kompetensi dasar

(19)

dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

b. Silabus dan Rencana Pembelajaran

Istilah silabus dapat didefenisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar atau pokok-pokok isi materi pelajaran. Menurut Abdul Majid, “Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat kompnen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.”23

Sedangkan menurut Masnur Muslich, “RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.”24

Dalam kurikulum 2013, silabus sudah disiapkan oleh pemerintah sehingga guru tinggal mengembangkan rencana pembelajaran. Di samping silabus, pemerintah juga sudah menyiapkan buku panduan untuk guru dan peserta didik. Dengan demikian guru tidak perlu lagi mengembangkan perencanaan tertulis, yang penting bagi guru adalah memahami pedoman guru dan pedoman peserta didik, kemudian memahami dan menguasai materi yang akan diajarkan. Setelah itu, mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang apa yang akan dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter, dan kompetensi peserta didik serta penutup pelajaran.

Dalam kurikulum 2013, kemampuan dan kreativitas guru sangat di nanti, dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup

23 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 39 24 Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan

(20)

dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untu bekerja memiliki kecerdasan sesuai bakat/minatnya serta memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.

5. Peluang dan Tantangan Kurikulum 2013 dalam Pembaharuan Kurikulum

a. Peluang Kurikulum 2013

Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan perubahan dan perkembangan itu. Hal itu diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan berkehidupan yang damai,terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global. Untuk itu, pembenahan dan penyempurnaan kinerja pendidikan menjadi hal pokok, terutama terhadap aspek substantif yang mendukungnya yaitu kurikulum.

Perubahan dan penyempurnaan kurikulum merupakan hal biasa terjadi dinegara manapun didunia, sebagai wujud dari reponsifnya sebuah kurikulum dengan adanya perubahan dan perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,bernegara. Perubahan tersebut menjadi alasan utama yang digunakan oleh “perancang kurikulum” untuk melakukan perubahan kurikulum tersebut . Tantangan bagi para perancang kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan perkembangan terkini sesungguhnya adalah bagaimana merancang kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan.

(21)

kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 diharapkan memberi peluang dalam menghasilkan insan Indonesia yang mamp bersaing di era globalisasi.

b. Tantangan Kurikulum 2013

(22)

pendidikan sering dibebankan pada guru. Salah satu hal mendasar yang penting disikapi oleh guru adalah kesiapan mental terhadap perubahan perubahan kurikulum.

Substansi suatu kurikulum adalah program pendidikan yang bertujuan membentuk siswa berkarakter, bertanggung jawab, pantang menyerah, dan tertanam jiwa nasionalisme. Penerapan kurikulum 2013 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi guru untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Tenaga pendidikan dan kependidikan ditantang untuk menjembatani kondisi ideal dan kondisi nyata dunia pendidikan.

C. PENUTUP 1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pengembangan kurikulum lebih menekankan pada kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa setelah melakukan pembelajaran.

b.Kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum lebih menekankan pada kemampuuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan

(23)

2. Saran

Terkait dengan adanya kekurangan dalam makalah ini maka saya berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritikan dan tanggapan sebagai penyempurna makalah yang akan datang

(24)

Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kuriikulum, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011

, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2011 Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku guru Al’qur-an dan Hadis

Madrasah Tsanawiyah kelas VII, Jakarta : Kementerian Agama, 2014

Kunandar, Guru Profesional, Jakarta : Rajawali Pers, 2010

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011

Mulyasa. H. E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2013

Muslich, Masnur, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008

, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta : Bumi Aksara, 2009

, Pendidikan karakter, Jakarta : Bumi Aksara, 2011 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Banten Province (Economic Potential and Regional Economic Structure) towards investors’ attraction is, if regional economic potential (people’s purchasing power and economic

Berkaitan dengan hal itu, SPP berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran

Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta... Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama

Namun aslibanget akan membahas kuliner lain dari provinsi yang sama yaitu sate padang, di Indonesia sendiri banyak macam sate-satean termasuk yang bernah di posting yaitu

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami individu, program pelayanan, tujuan dan pelaksanaan

Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication.Massa

Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai Pemilihan Umum di Indonesia, proses Pemilu Presiden/ Wakil Presiden dan Pilkada, lembaga- lembaga negara serta

Bila tidak sesuai, maka untuk dapat diangkat dalam jabatan Teknisi Litkayasa di Unit tersebut yang dalam jabatan Teknisi Litkayasa di Unit tersebut yang bersangkutan