Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur adalah jenis ayam penghasil telur dengan produktivitas tinggi, mulai umur dua puluh minggu sampai dengan diafkir (BSN, 2006). Menurut WINARNO (1993), ayam petelur yang baik produksinya dapat mencapai 240-250 butir/tahun. Mulai memproduksi telur pada umur 5-6 bulan dan dapat terus berproduksi sampai umur 18 bulan. Setelah satu tahun berproduksi, produksi telur menurun.
Jenis–jenis Ayam Petelur
Menurut RASYAF (2009), ayam petelur digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe ayam petelur ringan dan tipe ayam petelur medium.
Tipe Ayam Petelur Ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas, keributan, dan mudah kaget. Produksi telur akan cepat turun apabila ayam ini kaget maupun kepanasan. Ayam petelur ringan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Ayam Petelur Ringan
Tipe Ayam Petelur Medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat, beratnya masih berada diantara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu, ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang coklat juga. Ayam petelur medium dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ayam Petelur Medium
Di pasaran orang mengatakan telur coklat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang coklat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya di pasaran, harga telur coklat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini disebabkan oleh telur coklat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur coklat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu, daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak (RASYAF, 2009).
Tabel 1. Perbandingan Ayam Petelur Sehat dan Ayam Tidak Sehat
No Uraian Ayam petelur sehat(Produktif) Ayam petelur tidak sehat(Non produktif) 1 Daerah kepala Muka cerah, mata bening, kadang-kadang berair dan mengantuk, jengger pucat dan mengecil, lubang hidung dan mulut berlendir atau ada exudate.
2 Bulu Cerah, tidak kusam, dan
kelihatan berminyak. Kusam, kelihatan lusuh, tidakberminyak (kering), dan posisi bulu seperti berdiri. 3 Sayap Kuat dan posisi tidak terkulai. Lemah dan posisi sayap
terkulai. 4 Kaki Ayam berdiri tegak, kaki
kokoh dan berminyak. Ayam duduk lesu dan lemah,kaki kelihatan kering. 5 Kloaka Bersih, besar, tidak ada
6 Tulang pubis Lebar, sekitar tiga jari. Sempit, kurang dari dua jari. 7 Produksi telur Lebih dari 300 butir per
Peranan pakan ternak sangat besar dalam kehidupan ternak yang dipelihara karena berfungsi sebagai sumber energi, penunjang pertumbuhan dan reproduksi ternak. Produk ternak yang berkualitas dapat diperoleh dengan pemberian pakan yang bermutu tinggi karena apabila pakan yang digunakan tidak memiliki mutu yang baik maka produksi ternak yang didapatkan juga tidak baik. Oleh karena itu, kandungan nutrisi pakan ternak perlu diketahui agar pakan ternak yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak yang dipelihara (MURTIDJO, 2006).
Bentuk Pakan
Berdasarkan bentuknya, pakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Pakan bentuk mash
Mash adalah bentuk pakan yang paling sederhana yang merupakan campuran serbuk (tepung) dan granula berbagai jenis bahan baku pakan yang komposisinya telah dihitung dan ditentukan sebelumnya. Pakan yang berbentuk halus sering diberikan pada ayam mulai umur sehari sampai dengan dua bulan. Keuntungan pakan halus antara lain konsumsi ransum lebih seragam dan bagian-bagian penting dalam bentuk kecil dan sangat halus dapat ikut termakan. Pakan bentuk mash dapat dilihat pada Gambar 3a.
2. Pakan bentuk pellet
3. Pakan bentuk crumble
Crumble adalah pakan berbentuk pellet yang dipecah menjadi dua atau tiga bagian dengan tujuan untuk memperkecil ukurannya agar bisa dimakan oleh ternak. Kelebihan pakan bentuk crumble adalah distribusi bahan pakan lebih merata sehingga nutrisi terjamin serta tidak akan tercecer pada saat dikonsumsi ternak (MURTIDJO, 2006). Pakan bentuk crumble dapat dilihat pada Gambar 3c.
(a) (b) (c)
Gambar 3. Pakan Bentuk (a) Mash, (b) Pellet, dan (c) Crumble
Bahan Baku Pakan Ayam Ras Petelur
Pakan ternak adalah campuran dari beberapa bahan baku, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi dan disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis dari mutu ternaknya. Pakan yang baik harus mengandung zat-zat penghasil energi yaitu protein, lemak, dan karbohidrat. Pakan ternak juga harus mengandung vitamin, mineral, serat kasar, dan air yang diperlukan untuk proses-proses fisiologi lainnya (MULYANTINI, 2010).
Menurut SUCI & HERMANA (2012), komposisi bahan pakan yang digunakan dalam formulasi pakan ternak jenis ayam ras petelur terdiri dari bahan pakan sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan sumber asam amino.
Sumber Energi
Bahan pakan sumber energi merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan energi yang tinggi. Bahan pakan ini paling banyak berasal dari biji-bijian atau limbah pengolahan biji-bijian. Bahan pakan sumber energi utama yang digunakan dalam pakan antara lain jagung kuning, dedak padi, polar, serta berbagai minyak nabati dan minyak hewani (SUCI & HERMANA, 2012).
Menurut SUCI & HERMANA (2012), jagung merupakan bahan baku pakan sumber energi utama dalam pakan unggas karena beberapa faktor antara lain berenergi tinggi, tidak terdapat zat antinutrien, mengandung banyak pati dalam bentuk amilopektin, serta kecernaan tinggi. Jagung yang biasa digunakan dalam pembuatan pakan adalah jagung kuning karena mempunyai pigmen kuning yang disebut xantofil rata-rata 5 ppm dan karotena 0,5 ppm. Penggunaannya yang besar dalam pakan dapat menyebabkan warna kuning pada kulit dan kuning telur yang sangat disukai oleh pasar. Penggunaan jagung dalam formulasi pakan unggas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penggunaan Jagung dalam Formulasi Pakan Unggas
Umur Unggas Min. Maks. Keterangan
0-4 minggu - 60% Umumnya tidak terdapat masalah apabila digunakan sampai batas maksimal.
4-18 minggu - 70%
-Layer dewasa - 70% Level penggunaan yang tinggi
menyebabkan masalah pellet durability. Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)
b. Dedak Padi
Menurut MULYANTINI (2010), dedak merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang dihasilkan pada proses pengupasan kulit gabah dan penyosohan beras pecah. Dedak padi sering digunakan dalam pakan karena mempunyai potensi ketersediaan yang tinggi yaitu sebagai sumber energi dan asam amino pada unggas, tetapi keseimbangan asam aminonya kurang baik.
Penggunaan dedak padi dalam pakan terbatas, terutama pada ayam muda karena kandungan serat kasarnya tinggi, yaitu 11%. Serat kasar merupakan nutrien yang sedikit dapat dicerna oleh ayam. Dedak padi mengandung kadar lemak yang tinggi dan apabila disimpan terlalu lama dapat berbau tengik. Penggunaan dedak dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penggunaan Dedak dalam Pakan
Umur Unggas Min
. Maks.
Keterangan
kandungan lemak dedak padi. 4-18 minggu - 20% Perlu diperhatikan kandungan pitat.
Layer dewasa - 25%
-Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)
c. Pollard
Menurut SUCI & HERMANA (2012), pollard merupakan hasil samping dari penggilingan gandum menjadi tepung terigu. Bahan pakan ini mengandung karbohidrat yang tinggi yaitu antara (58,80-66,20)%; protein kasar 19,66%; serat kasar 6,84%; dan lemak kasar 4,80%. Penggunaan pollard dalam formulasi pakan dibatasi oleh kandungan serat kasar dan tingkat energi metabolismenya yang rendah.
d. CPO (Crude Palm Oil)
Minyak kelapa sawit banyak mengandung provitamin A dan xantofil. Minyak atau lemak digunakan dalam pakan yang membutuhkan energi tinggi. Penggunaan minyak atau lemak dapat meningkatkan efisiensi pakan, mengurangi pakan berdebu, serta memperbaiki warna, palatabilitas, dan tekstur pakan. Kelemahan dari minyak kelapa sawit adalah kemampuan dicerna kurang dan mudah tengik (ICHWAN, 2003).
Asam lemak sawit merupakan hasil pengolahan kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai campuran pakan unggas. Asam lemak sawit mengandung asam linoleat yang esensial untuk ayam. Asam linoleat adalah asam lemak tidak jenuh berantai panjang yang harus disediakan dalam pakan karena ayam tidak dapat mensintesis asam ini (MULYANTINI, 2010).
Penggunakan CPO dalam pakan juga dapat meningkatkan warna kuning dalam pakan sehingga menambah nilai jual. Hal tersebut disebabkan oleh pakan yang berwarna kuning lebih disukai peternak dibandingkan dengan pakan yang berwarna pucat. CPO yang baik mempunyai kandungan lemak 99,5% dan kandungan air tidak lebih dari 0,5%.
Sumber Protein
tulang (meat and bone meal). Sumber protein nabati misalnya bungkil kedelai dan bungkil kelapa.
a. Bungkil Kedelai (Soybean Meal)
Bungkil kedelai dapat meningkatkan nilai energi metabolis dalam pakan, kandungan energi tergantung metode pengolahan yang digunakan. Kandungan protein kasar yaitu 38% dan mengandung keseimbangan asam amino yang lengkap dan tinggi (MULYANTINI, 2010).
Bungkil kedelai berbentuk tepung, tekstur kasar, berwarna kuning, dan berbau khas. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein terbaik dibandingkan sumber yang lain, namun memiliki kandungan kalsium, fosfor, dan vitamin D yang rendah (SUPRIJATNA dkk, 2005). Penggunaan bungkil kedelai dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan Bungkil Kedelai dalam Pakan Umur
Unggas Min. Maks. Keterangan
0-4 minggu - 30% Penggunaan bungkil kedelai dalam pakan dibatasi tidak lebih dari 30% karena dapat menyebabkan feses basah.
4-18 minggu - 30% Layer
dewasa - 30%
Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)
b. Tepung Ikan (Fish Meal)
Tepung ikan merupakan sumber protein hewani yang baik untuk unggas karena mengandung asam amino terutama metionin dan lisin, serta sejumlah vitamin dan mineral. Namun, penggunaannya dalam pakan ternak tetap harus diperhatikan. Penggunaan tepung ikan dalam pakan > 2% menyebabkan bau amis pada telur dan daging. Penggunaan yang berlebihan tersebut menyebabkan terjadinya gejala erosian pada rampela, terutama ayam muda. Penggunaan tepung ikan dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penggunaan Tepung Ikan dalam Pakan
Umur Unggas Min. Maks. Keterangan
produk yang dihasilkan.
Layer dewasa - 10%
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012)
c. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang diperoleh dari ekstraksi daging buah kelapa segar atau kering dan dapat digunakan sebagai sumber protein. Keterbatasan pemakaian bungkil kelapa pada pakan disebabkan oleh rendahnya kecernaan protein, ketidakseimbangan lisin dan metionin, serta mudah tengik apabila disimpan terlalu lama karena kandungan minyaknya tinggi (SUCI & HERMANA, 2012).
d. Tepung Daging dan Tulang (Meat and Bone Meal)
Tepung daging dan tulang merupakan bahan pakan sumber protein hewani. Kualitasnya bervariasi tergantung dari jumlah tulang yang digunakan. Tepung daging sebagai bahan baku pakan sumber protein mempunyai kandungan protein 50%, kandungan lisinnya tinggi, tetapi kandungan asam amino yang lainnya rendah, seperti metionin, sistin, dan triptofan. Apabila tulang yang digunakan untuk membuat bahan pakan tersebut tinggi, maka terlihat dari kandungan abu atau mineral kalsium dan fosfor yang tinggi. Penggunaan tepung daging dan tulang dalam pakan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penggunaan Tepung Daging dan Tulang dalam Pakan
Umur Unggas Min. Maks. Keterangan
0-4 minggu - 6% Kadar abu, kalsium, dan fosfor harus diperhatikan.
4-18 minggu - 8%
Layer dewasa - 8%
Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)
Sumber Mineral
sekali. Banyak fungsi tubuh misalnya aliran darah, tekanan darah, pembentukan telur, kulit telur, bulu, dan tulang memerlukan mineral (RASYAF, 2009).
Menurut SUCI & HERMANA (2012), bahan baku pakan sumber mineral dibagi dua, yaitu mineral alami (organik) dan anorganik. Bahan pakan yang merupakan sumber mineral alami adalah bahan pakan yang mengandung mineral tinggi dan berasal dari alam, yaitu batu kapur (lime stone). Bahan pakan yang merupakan sumber mineral anorganik yang biasa digunakan dalam formulasi pakan, yaitu dikalsium fosfat (DCP).
a. Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur (lime stone) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral kalsit (CaCO3). Sumber utama dari kalsit adalah organisme laut. Batu kapur merupakan bahan sumber mineral yang tinggi kalsium dalam bentuk kristal kalsit dan dapat dicerna dengan baik oleh unggas untuk proses pembentukan cangkang telur.
b. Dikalsium Fosfat (DCP)
Sumber Vitamin
Vitamin adalah bagian organik yang sebagian besar tidak dapat dibentuk dalam tubuh, dapat digunakan sebagai sumber tenaga maupun untuk membangun jaringan tubuh. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang kecil apabila dibandingkan dengan protein dan energi. Walaupun jumlahnya kecil, tetapi pengaruh vitamin besar sekali (HARPER dkk, 1985).
Beberapa peranan vitamin dalam kelangsungan hidup ayam ras petelur seperti vitamin D3 perlu diperhatikan ketersediannya dalam pakan. Kekurangan vitamin D3 akan mempengaruhi kualitas kerabang telur dan tulang ayam. Vitamin B1 berperan sebagai koenzim dalam proses metabolisme energi dan diperlukan saat ayam terserang penyakit enterik jika pakan tercemar mikotoksin. Ayam cenderung kekurangan vitamin B2 karena vitamin ini tidak banyak terkandung dalam biji-bijian sebagai bahan pakan, sehingga perlu ditambahkan dalam vitamin premix. Defisiensi vitamin B2 pada ayam ras petelur dapat menyebabkan penurunan produksi telur harian dan daya tetas telur (MULYANTINI, 2010).
Bahan baku pakan alami mempunyai vitamin yang sangat rendah penyerapannya. Oleh karena itu, ayam perlu diberi tambahan suplemen vitamin yang dapat dicampur di dalam pakan atau diberikan melalui air minum. Berikut adalah bahan pakan sumber vitamin dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bahan Pakan Sumber Vitamin
Vitamin Ketersediaan (%) Bahan Baku Pakan Riboflavin 5 Jagung dan bungkil kedelai Asam Pantotenat 20-40 Biji-bijian
Pyrodoksin 38-45 Jagung
58-65 Bungkil kedelai Sumber: (SUCI & HERMANA,2012)
Komposisi Nutrisi Pakan Ayam Ras Petelur
Tabel 8. Penyusunan Pakan yang Seimbang pada Ayam Ras Petelur
Bahan Pakan Kadar (%)
Jagung 52,8
Dedak 10
Bungkil Kedelai 8,5
Bungkil Kelapa 8
Tepung Ikan 11
Crude Palm Oil (CPO) 2
Meat and Bone Meal (MBM) 5,6
DL-Metionin 0,4
L-Lisin 0,5
Premix 1,2
Sumber: (SUCI & HERMANA, 2012) Air
Menurut WINARNO (2008), kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan tersebut. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri. Fungsi air dalam tubuh ayam ras petelur, yaitu sebagai komponen darah dan cairan limpa yang merupakan bagian yang paling vital dalam proses kehidupan, sebagai bahan pengangkut zat-zat makanan dalam proses pertukaran zat-zat dalam tubuh ayam (metabolisme), sebagai pengatur stabilitas suhu tubuh ayam, dan sebagai pelembut bahan makanan sehingga lebih mudah dicerna.
Protein
Menurut WINARNO (2008), protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting karena zat ini selain sebagai bahan bakar dalam tubuh ayam juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
turut memelihara serta mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh, seperti proses pencernaan dan pH tubuh.
Kelebihan protein yang dikonsumsi dapat menyebabkan membesarnya kelenjar adrenal dan pertumbuhan tubuh ayam ras petelur menjadi terlambat. Perlu diperhatikan keseimbangan antara asam amino dalam menyusun pakan ayam. Menurut MULYANTINI (2010), kebutuhan protein untuk ayam petelur sangat erat hubungannya dengan kecepatan produksi telur dan besarnya telur. Pada saat produksi telur mencapai puncaknya kebutuhan protein yaitu (17,00-19,00)%. Pada akhir siklus produksi kebutuhan menurun sampai 14,00%.
Karbohidrat dan Serat
Menurut WINARNO (2008), karbohidrat dalam tubuh ayam ras petelur berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh ayam yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi guna untuk melakukan aktivitas sehingga ayam dapat berjalan, tahan terhadap dingin, panas, dan penyakit. Jenis karbohidrat yang paling umum terdapat dalam pakan adalah amilum (pati). Sumber pati yang utama adalah jagung dan butiran jenis lainnya. Bagian dari karbohidrat ini yang terpenting adalah glukosa atau zat gula.
Selulosa yang biasa disebut serat kasar adalah jenis karbohidrat yang lebih tahan terhadap pencernaan dan tidak larut dalam air. Selulosa ini tidak dapat dicerna oleh ayam karena alat pencernaan ayam sangat sederhana. Apabila kadar serat kasar yang terkandung dalam pakan melebihi batas maksimal standar yang telah ditentukan maka nilai gizi pakan tersebut akan menjadi rendah.
Lemak
Menurut WINARNO (2008), lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Lemak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak juga berfungsi sebagai pelarut bagi vitamin A, D, E, dan K.
kuning, bungkil kedelai, dan minyak ikan. Ayam petelur yang konsumsi pakannya rendah tidak dapat mengonsumsi energi yang cukup kecuali pakan tersebut ditambahkan lemak. Pakan yang kelebihan lemak dapat memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap produksi telur karena kelebihan lemak akan tertimbun di sekitar ovarium dan mengganggu ovulasi (ALAMSYAH, 2005).
Asam lemak utama yang membentuk sebagian besar lemak bahan pakan dan lemak tubuh adalah asam-asam palmitat, stearat, oleat, linoleat. Palmitat dan stearat adalah asam lemak jenuh, sedangkan linoleat dan oleat adalah asam lemak tidak jenuh. Menurut MULYANTINI (2010), linoleat merupakan asam-asam lemak esensial sehingga harus tersedia dalam pakan. Kekurangan asam linoleat dalam pakan menyebabkan pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak, dan daya tahan tubuh berkurang terhadap infeksi pernapasan. Pada ayam petelur gejalanya adalah produksi telur berkurang, telur kecil, dan daya tetas rendah.
Mineral
Menurut WAHJU (2004), ayam tidak bisa membuat mineral, maka mineral harus disediakan dalam pakan dengan perbandingan yang tepat dan jumlah yang cukup. Mineral ada yang dibutuhkan dalam jumlah besar (mineral makro), yaitu kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), kalium (K), dan klor (Cl). Kalsium dan fosfor merupakan bagian utama dalam pembentukan tulang dan kulit telur bagi ayam petelur. Natrium dan kalium berfungsi mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh ayam. Klor berfungsi memproduksi asam hidroklorik untuk pencernaan. Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut mineral mikro, yaitu seng (Zn), besi (Fe), selenium (Se), iodium (I), tembaga (Cu), kobalt (Co), dan mangan (Mn). Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, mineral mikro ini sama pentingnya karena dapat berfungsi sebagai enzim atau hormon.
penambahan bahan pakan kaya mineral, yaitu penambahan fish meal dan meat and bone meal. Kebutuhan mineral ayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kebutuhan Mineral untuk Ayam Ras Petelur
Mineral Kadar
Kalsium (Ca) 3,25%
Fosfor (P) 0,25%
Natrium (Na) 0,15%
Klor (Cl) 0,13%
Mangan (Mn) 20 mg/kg
Selenium (Se) 0,06 mg/kg
Seng (Zn) 35 mg/kg
Sumber: (MULYANTINI, 2010)
Kalsium dan Fosfor
Menurut MULYANTINI (2010), ketika produksi telur dimulai, kebutuhan kalsium lebih besar daripada periode pertumbuhan karena digunakan untuk pembentukan kulit telur. Namun, terlalu banyak kalsium dalam tubuh ayam selama produksi telur dapat membahayakan karena dapat menurunkan nafsu makan dan juga tidak ekonomis karena akan terbuang melalui kotoran.
Kalsium sebaiknya diberikan dalam bentuk butiran atau grit seperti campuran lime stone (batu kapur) dan kulit kerang. Semakin besar ukuran partikel, maka keberadaannya dalam tubuh akan semakin lama, sehingga akan dilepas secara perlahan yang berguna untuk pembentukan kulit telur. Sumber kalsium sangat penting karena kelarutan (solubility) tinggi. Apabila kelarutan kalsium rendah, maka akan menghasilkan kulit telur yang tipis meskipun kandungan kalsium mencukupi dalam pakan.
Jumlah kalsium pada pakan petelur ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Kecepatan bertelur. Semakin cepat laju bertelur, maka kebutuhan kalsium
semakin tinggi.
3) Umur ayam. Ayam membutuhkan kalsium lebih banyak setelah umur 40 minggu.
4) Suhu kandang. Pada suhu tinggi, ayam mengonsumsi pakan lebih sedikit, sehingga kandungan kalsium harus ditingkatkan dalam pakan.
Menurut HARTONO & ISMAN (2013), apabila ayam kekurangan kalsium dalam pakannya maka dapat menyebabkan daya tetas menurun, kaki ayam pendek dan tebal (besar), kedua sayap dan rahang bawah pendek, paruh dan kaki lunak, kulit telur tipis, dan tulang menjadi rapuh. Menurut MULYANTINI (2010), kekurangan fosfor dalam pakan dapat menyebabkan demineralisasi pada tulang ayam ras petelur, sehingga tulang ayam menjadi rapuh. Kelebihan fosfor akan menghambat pembentukan kalsium karbonat untuk pembentukan kulit sehingga dapat mengurangi kualitas telur. Ayam ras petelur hanya membutuhkan sedikit fosfor karena hanya ada sedikit fosfor dalam kulit telur.
Pada umumnya, bahan pakan yang bersumber dari biji-bijian banyak mengandung fosfor seperti jagung, dedak, atau tepung kedelai karena tanaman tersebut mengandung asam fitat yang tinggi. Fitat adalah molekul yang kaya akan fosfor, akan tetapi fosfor tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk proses metabolisme ayam. Perlu adanya penambahan enzim fitase untuk menguraikan fosfor dalam asam fitat. Enzim fitase berasal dari Aspergillus ficuum yang efektif dalam menghidrolisa fitat ketika ditambahkan pada pakan berbahan dasar tepung kedelai untuk ayam.
Jika ayam mengalami defisiensi fosfor parah, maka dapat menyebabkan ayam kehilangan nafsu makan, ayam menjadi lemah, dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 10-11 hari, dan apabila ayam mengalami defisiensi fosfor ringan dapat menyebabkan rachitis dan gangguan dalam pertumbuhan. Keseimbangan antara kalsium dan fosfor sangat berpengaruh dalam produksi ayam ras petelur, jika tidak seimbang maka produksi telur akan terganggu sehingga tidak optimal. Penyeimbangan antara kalsium dan fosfor dapat dilakukan melalui strategi pengaturan komposisi pakan yang tepat. Kalsium berperan sebagai pelengkap dan fosfor sebagai penunjang.
membentuk tricalciumphosphate yang tidak dapat larut. Sebaliknya, apabila penggunaan fosfor lebih besar akan mengurangi penyerapan kalsium.
Vitamin
Vitamin berfungsi sebagai zat pengatur di dalam tubuh ayam ras petelur. Peranannya antara lain mempertahankan kesehatan tubuh dan meningkatkan produksi (RAHAYU dkk, 2011). Menurut RASYAF (2009), vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang kecil dibandingkan dengan protein dan energi. Perlu ditambahkan vitamin A, D3, B12, K, riboflavin, asam pantotenat, kolin, dan niasin untuk pakan ayam yang sedang bertelur. Vitamin D sangat penting dalam metabolisme kalsium dan fosfor. Peranannya antara lain dalam pembentukan tulang dan kulit telur. Vitamin D mempunyai dua bentuk yaitu vitamin D2 (C28H44O) dan D3 (C27H44O), struktur kimia vitamin D2 dan D3 sebagai berikut:
Vitamin D2 Vitamin D3
Di antara vitamin tersebut yang dapat langsung digunakan adalah vitamin D3. Apabila ayam mendapat sinar UV matahari secara langsung, maka kulit ayam dapat membuat vitamin D3. Vitamin D mempertinggi penyerapan kalsium dan fosfor dari usus halus dan membantu menjaga kadar darah yang normal.
Vitamin D3 berpengaruh dalam pencegahan rachitis dan dapat diperoleh dari minyak hati, ikan, kuning telur, ragi yang disinari, dan lemak susu. Apabila tidak terdapat vitamin, proses perombakkan zat-zat makanan lainnya dalam tubuh tidak berlangsung dengan baik akibatnya bahan-bahan yang dimakan tersebut akan keluar sebagai kotoran dan hal ini merupakan pemborosan.
Analisis proksimat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrien yang ada di dalam pakan. Analisis proksimat adalah analisis yang dapat dikatakan berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud (SUMARTINI & KANTASUBRATA, 1992). Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu pakan. Komponen utama pada pakan ternak umumnya terdiri atas kadar air, abu, lemak, protein, dan serat.
Kadar Air
Menurut KUSNANDAR (2010), air memiliki peranan penting dalam sistem pangan, yaitu mempengaruhi kesegaran, stabilitas, dan keawetan pangan; berperan sebagai pelarut universal untuk senyawa-senyawa ionik dan polar seperti garam, vitamin, gula, dan pigmen; berperan dalam reaksi-reaksi kimia misalnya pada reaksi polimerisasi pembentukan karbohidrat, protein, dan lemak; mempengaruhi aktivitas enzim; faktor penting untuk pertumbuhan mikroba; menentukan tingkat risiko keamanan pangan serta sebagai medium pemindah panas.
Penentuan kadar air dengan metode oven dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas yang disebut dengan proses pengeringan (WINARNO, 2008). Pada umumnya, metode penetapan kadar air dengan menggunakan metode gravimetri dilakukan dengan mengeringkan bahan makanan dalam oven suhu (105-110) oC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan makanan dengan jalan pemanasan kemudian menimbang bahan sampai bobot konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Kehilangan bobot pada saat pemanasan dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada contoh (WINARNO, 2008).
Kadar Abu
analisis proksimat yang digunakan untuk mengevaluasi nilai gizi suatu bahan pangan. Pengabuan adalah tahap persiapan sampel yang harus dilakukan pada analisis mineral (WINARNO, 2008).
Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu (500-600) oC selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O, dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein. Adapula mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran, misalnya Na (Natrium), Cl (Klor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat digunakan untuk menunjukkan adanya zat anorganik di dalam pakan secara tepat (MURTIDJO, 2006).
Kadar Lemak
Menurut WINARNO (2008), lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk dalam golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah daya larutnya tinggi dalam pelarut organik misalnya eter, benzena, dan kloroform atau ketidaklarutannya tinggi dalam air. Penetapan kadar lemak dalam pelarut, selain lemak juga terdapat fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain, oleh karena itu hasil analisisnya disebut lemak kasar (crude fat).
Analisis bahan pangan yang mengandung lemak pada umumnya dilakukan dengan memisahkan lemak dari matriks bahan menggunakan pelarut lemak dengan metode soxhlet. Prinsip dari penetapan kadar lemak ini adalah ekstraksi lemak oleh pelarut non polar untuk melarutkan asam lemak yang terikat. Pada akhir ekstraksi, ekstrak dalam labu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC hingga bobot tetap. Bobot residu dalam labu dinyatakan sebagai bobot lemak.
pelarut lemak non polar yang banyak digunakan karena harganya yang relatif murah, kurang berbahaya terhadap risiko kebakaran dan ledakan, dan lebih selektif untuk lipida non polar. Contoh yang digunakan dalam metode ekstraksi harus cukup kering karena apabila contoh mengandung air maka akan memperlambat proses ekstraksi dan menyebabkan air dapat turun ke dalam labu lemak sehingga akan mempersulit penentuan bobot tetap labu lemak (KETAREN, 1987).
Kadar Protein
Menurut WINARNO (2008), protein adalah molekul yang sangat vital untuk organisme dan terdapat di semua sel yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa diantaranya mengandung atom sulfur, besi, fosfor, atau mineral lainnya. Protein mengandung gugus asam atau karboksil (-COOH) dan gugus asam amino (-NH2) yang bersifat basa, sehingga menyebabkan protein bersifat amfoter. Dengan demikian, protein mempunyai mekanisme untuk mencegah pembentukan pH yang tiba-tiba di dalam tubuh.
Kadar nitrogen dari bermacam-macam protein hampir sama yaitu sekitar 16% dan kadar protein dapat diketahui dengan cara mengalikan persen nitrogen dengan faktor 6,25 dan berlaku untuk campuran senyawa-senyawa protein yang belum diketahui secara pasti. Faktor 6,25 disebut tetapan protein (protein constant) diturunkan dari 100/16 = 6,25.
Penentuan jumlah protein dalam pakan umumnya dilakukan mengunakan metode kjeldahl berdasarkan penentuan kadar nitrogen. Metode ini sering disebut sebagai penetapan kadar protein kasar (crude protein), karena ikut teranalisis dan terukurnya nitrogen organik total misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Metode ini pada dasarnya terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap destruksi, distilasi, dan titrasi (SUDARMADJI dkk, 1996).
Pada tahapan ini contoh dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Senyawa organik dioksidasi oleh asam sulfat membentuk karbondioksida dan air. Gugus amina dari protein akan bereaksi dengan asam sulfat menjadi ammonium sulfat (NH4)2SO4. Katalisator ditambahkan untuk mempercepat proses destruksi. Katalis yang umum digunakan antara lain tembaga (tembaga sulfat), raksa, dan selen. Penambahan katalisator dapat meningkatkan titik didih asam sulfat sehingga destruksi berjalan lebih optimum. Destruksi dianggap selesai jika larutan berwarna jernih atau tidak berwarna. Dilakukan analisis blangko untuk koreksi adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang digunakan. Reaksi yang berlangsung pada proses destruksi:
Katalis
Contoh + H2SO4(p) → (NH4)2SO4 + CO2↑ + H2O↑ + SO2↑
Tahap Distilasi
Pada tahap ini ammonium sulfat dipecah menjadi ammoniak dengan penambahan NaOH. Ammoniak yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar sebagai penampung distilat dalam jumlah berlebih. Perbedaan cara mikro dan makro kjeldahl terdapat pada penampung distilat yang digunakan, pada cara mikro digunakan asam borat, sedangkan pada cara makro digunakan asam klorida. Indikator merah metil atau conway ditambahkan untuk mengetahui asam dalam jumlah yang berlebihan. Ujung tabung distilasi tercelup sedalam mungkin ke asam standar agar kontak antara asam dan ammoniak lebih baik. Distilasi diakhiri apabila semua ammoniak terdistilasi sempurna dengan ditandai perubahan warna larutan dari merah menjadi hijau. Reaksi yang berlangsung pada proses distilasi metode mikro kjeldahl:
(NH4)2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2NH3↑ + 2H2O 2NH3↑ + 2H3BO3 → 2NH4H2BO3
as. borat ammonium borat
Apabila penampung asam klorida maka sisa asam yang tidak bereaksi dengan ammoniak dititar dengan NaOH standar. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu kehijauan menjadi merah dan tidak hilang selama 30 detik apabila menggunakan indikator fenolftalein. Selisih jumlah titrasi blangko dan contoh merupakan jumlah ekivalen nitrogen. Apabila penampung distilasi menggunakan asam borat, maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammoniak dapat diketahui dengan menggunakan penitar asam klorida 0,01 N dengan indikator conway. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari hijau menjadi merah muda (SUDARMADJI dkk, 1996). Reaksi yang berlangsung pada proses titrasi metode mikro kjeldahl:
2NH4H2BO3 + 2HCl → 2NH4Cl + 2H3BO3 Ammonium borat
Kadar Serat Kasar
Serat merupakan kelompok polisakarida yang tidak dapat dicerna yang terdapat dalam bahan pangan seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, dan gum. Serat ada yang bersifat larut dan tidak larut dalam air. Selulosa, lignin, dan hemiselulosa adalah serat yang tidak larut dalam air, sedangkan pektin dan gum termasuk serat yang larut dalam air (KUSNANDAR, 2010).
Serat kasar adalah residu dari bahan pakan yang direaksikan dengan asam dan basa panas. Serat kasar terdiri atas selulosa (50-80)%, hemiselulosa 20%, dan lignin (10-50)% yang hilang karena ekstraksi menggunakan asam sulfat dan natrium hidroksida dalam kondisi panas. Metode pelarutan dengan asam dan basa dalam keadaan tertutup pada suhu yang terkontrol disebut dengan proses digestion. Penyaringan harus segera dilakukan setelah proses digestion selesai karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan menurunnya hasil analisa. Hal ini disebabkan terjadinya kerusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai (SUDARMADJI dkk, 1996).
Analisis Mineral Makro
Mineral adalah unsur-unsur kimia selain karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar unsur-unsur tersebut berupa garam anorganik dalam makanan, namun beberapa juga terdapat dalam senyawa organik. Mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Mineral merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pemeliharan fungsi tubuh pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan (ALMATSIER, 2004).
Unsur mineral natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar sehingga dikenal sebagai unsur mineral makro. Unsur mineral lain yaitu besi, iodium, tembaga, dan seng hanya terdapat dalam tubuh dengan jumlah kecil sehingga disebut trace element atau mineral mikro (WINARNO, 2008).
Kadar Kalsium (Ca)
Mineral kalsium merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis ternak sehingga dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral (ANGGORODI, 1995). Kalsium menjadi mineral yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh ayam dan 99% mineral ini ditemukan di tulang. Kandungan nutrisi mineral dari suatu pakan ternak sangat menentukan pertumbuhan dari ternak dan juga kualitas telur yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan analisis kandungan mineral kalsium pada pakan ternak tersebut.
(60-70) oC maka akan mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa endapan coklat sehingga titik akhir titrasi sulit untuk dilihat. Apabila suhu larutan di atas (60-70) oC maka akan merusak asam oksalat dan terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga hasil akhir akan lebih kecil.
Menurut ROHMAN & SUMANTRI (2007), pada penetapan kadar kalsium, ammonium oksalat akan mengendapkan kalsium menjadi kalsium oksalat yang berupa endapan berwarna putih. Rekasi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca2+ + (NH4)2C2O4 → 2NH4+ + CaC2O4↓ Amonium oksalat Kalsium oksalat
Kalium permanganat akan mengoksidasi oksalat dalam larutan asam menjadi karbon dioksida, sementara kalium permanganatnya akan tereduksi menjadi garam mangan (II), menurut reaksi:
5C2O42- + 2 MnO4- + 16H+ → 2Mn2+ +10CO2 + 8H2O
Kadar Fosfor (P)
Fosfor adalah sumber mineral kedua setelah kalsium yang diperlukan dalam pakan ternak. Fosfor merupakan mineral terbanyak kedua yang menyusun tubuh ayam, dimana 80% dari jumlah fosfor ini terdapat dalam sistem kerangka atau tulang dan sisanya terdistribusi ke seluruh tubuh ayam (MULYANTINI, 2010).
Fosfor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik, metabolisme karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak dan bagian koenzim. Fosfor sebagai fosfat memainkan peranan penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Fosfor juga berfungsi sebagai komponen pembentuk sel dalam bentuk fosfolipid dan fosfoprotein.
dengan asam nitrat untuk mengubah semua metafosfat (PO3-), dan pirofosfat (P2O74-) menjadi ortofosfat (PO43-). Menurut SVEHLA (1990), ortofosfat lebih stabil dibandingkan dengan metafosfat dan pirofosfat. Ortofosfat yang terlarut dalam larutan asam berekasi dengan ammonium molibdovanadat menghasilkan ammonium fosfomolibdat berwarna kuning yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 400 nm. Reaksi pembentukan ammonium fosfomolibdat sebagai berikut:
HPO42- + 3NH4+ + 12MoO42- + 23H+ → (NH4)3[P(Mo3O10)4] (s) (kuning) + 12H2O Ammonium fosfomolibdat
Menurut DAY & UNDERWOOD (2002), metode spektrofotometri ini telah digunakan dalam menganalisis mutu suatu contoh baik untuk keperluan identifikasi maupun pemeriksaan kualitas dan penetapan kadar. Analisis dengan spektrofotometer sinar tampak berdasarkan pada serapan sinar tampak terhadap molekul-molekul zat yang dianalisis pada panjang gelombang tertentu. Pemilihan panjang gelombang didasarkan pada spektrum absorbsi dari zat yang diukur yaitu panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbansi terbesar dan memberikan sensitifitas yang tinggi.