BAB II
PARADIGMA PENDEKATAN MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENGAWASAN PENDIDIKAN MADRASAH
A. PengertIan Pengawasan Pendidikan
Terdapat sejumlah kata yang berkaitan dengan arti pengawasan, yaitu monitoring
(pemantauan), controlling (mengawasi), dan supervision (penyeliaan). Dalam konteks manajemen istilah asli yang digunakan adalah controling. Kata controling mengandung 2 (dua) kegiatan, yaitu: pengawasan dan pengendalian. Stoner dan Wankel dalam Achmad S. Ruky mendefinisikan pengawasan adalah sebuah proses yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan (dalam proses manajemen) berjalan mengikuti rencana yang telah ditetapkan dan menuju kepada sasaran yang harus dicapai.1
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiyah dari kata controling. Dengan demikian menurut maka pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang ditetapkan, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.2
Monitoring dan evaluasi (monev) merupakan aktivitas pengawasan yang keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memastikan keberhasilan program. Namun demikian pada praktiknya terdapat perbedaan fungsi. Monitoring merupakan upaya pimpinan melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang ada di lapangan untuk melihat dan memastikan kegiatan tersebut apakah ada hambatan dan bagaimana solusinya. Sedangkan evaluasi penekanannya pada aspekhasil yang dicapai setelah program tersebut dilaksanakan. Biasanya hasil monitoring menjadi informasi yang berharga sebagai bahan evaluasi.3
Pengawasan menurut Syafaruddin, merupakan penilaian terhadap kegiatan yang terjadi. Pengawasan untuk memastikan aktivitas organisasi tidak menyimpangdari rencana semula. Melalui proses pengawasan akan memperoleh umpan balik tentang komponen yang ada dalam organisasi, baik berupa manusia maupun benda material lainnya berkaitan
1 Achmad S. Ruky, Sukses Sebagai Manajer Profesional Tanpa Gelar MM atau MBA (Jakarta: Gramedia, 2002), 213.
2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: ), 135
dengan prosedur yang telah ada.4 Pengawasan atau supervisi dilakukan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah umum dan madrasah untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengelolaan sekolah dan madrasah yang meliputi aspek edukatif dan manajerial. Kata supervise berasal dari bahasa Inggris supervision yang terdiri dari 2 (dua) kata yaitu, super dan vision. Supervision mengadung pengertian melihat dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan. Subjek yang melakukan disebut supervisor.
B. Tujuan dan Sasaran Supervisi Pendidikan
Tujuan dan sasran supervisi pendidikan yang harus dicapai adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara komprehensif. Tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam wilayah yang lebih luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak terkait. Adapun sasaran supervise pendidikan adalah 3 (dua) hal yaitu pertama, supervisi kegiatan yang bersifat teknis edukatif meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan evaluasi/penilaian. Kedua, supervisi teknik administratif meliputi administrasi professional, administrasi keuangan, administrasi sarana prasarana, dan lain-lain yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.5 Ketiga, supervisi lembaga dengan pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan, misalnya kebersihan, kerapihan, tata letak dari unsure yang ada di sekolah. 6
C. Prinsip-Prinsip Supervisi
Secara sederhana prinsip-prinsip supervisi, di antaranya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi, kontrukstif, kreatif , realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya, kesederhanaan, praktis, sistematis, obyektif, realistis, antisipatif, kooperatif, kekeluargaan, demokratis, berkesinambungan, terepadu dan komprehensif.7
4 Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (Medan: Perdana Publishing, 2012), 65.
5 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Dirjen Bimbagais DITMAPENDA, 2003), 34-36.
6
Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan didasarkan atas hubungan pribadi, didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan sikap pihak yang disupervisi, dan menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung pada kepala sekolah.
D. Ciri-Ciri Supervisi Pendidikan
Menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman superviisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a) Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan kontinyu.
b) Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan sebelumnya.
c) Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang.8
E. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Berbagai macam teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media komunikasi. Adapun teknik-teknik supervisi adalah sebagai berikut:
Teknik supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok dalam bentuk pertemuan orientasi bagi guru baru, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi, workshop, dan tukar menukar pengalaman Teknik Individual adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi-pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran di sekolah. Teknik-teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain Teknik-teknik kunjungan kelas, kunjungan sekolah, tes dadakan, konferensi kasus, observasi dokumen, teknik observasi
kelas, percakapan pribadi, intervisitasi (mengunjungi sekolah lain), penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri, wawancara, angket,, dan laporan.9
F. Standar Pengawas Sekolah/Madrasah10
Pengawasan pendidikan telah mengalami beberapa perubahan sejalan dengan perubahan filosofi dan system manajemen pemerintahan. Landasan yuridis formal pengawasan pendidikan saat ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Standar pengawas meliputi kualifikasi dan standar kompetensi dan kompetensi dasar pengawas dan pengawasan. 1) Kualifikasi
Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut: Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi dengan rincian sebagai berikut: Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala sekolah TK/RA dengan pengamalan kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas TK/RA; dan Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SD/MI;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c;
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus sebagai pengawas satuan pendidikan.
Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut: Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)
9 Abdul Hamid, dan A. Kadir Djaelani, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 46-59.
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi dengan rincian sebagai berikut: Guru SMP/MTs bersetifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah SMA/MA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMA/MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya; Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah SM\K/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas SMK/MAK sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
a) Memiliki pangkat minimum piñata, golongan ruang III/c.
b) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan;
c) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan
d) Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
2) Kompetensi
Kompetensi Pengawas Taman Kanak-kana/Raudatul Athfal (TK/RA) dan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) meliputi 6 (enam) dimensi kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, dan kompetensi social. Adapun rincian dimensi kompetensi dan kompetensi pengawas sebagaimana di dalam table di dalam lapiran 1:
G. Manajemen Strategik Sebuah Paradigma Baru di dalam Peningkatan Mutu Organisasi Pengawasan
terarah pada tujuan strategik organisasi. Lebih spesifik Hadari Nawawi menjelaskan definisi manajemen strategic adalah proses atau rangkaian menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannnya.11
Penetapan rencana strategis12 peningkatan mutu pengawasan adalah dengan menetapkan langkah-langkah dalam menyusun rencana strategis yang dilakukan oleh kelompok kerja pengawas (pokjawas) sesuai dengan pandangan Djunaedi,13 yang di dalamnya memuat unsur-unsur perumusan visi dan misi, pengkajian lingkungan eksternal, pengkajian lingkungan internal, perumusan isu-isu strategis dan penyusunan strategi peningkatan mutu. Menurut Jeffrey S.14 adanya kebingungan untuk membedakan istilah visi dan misi. Secara umum misi adalah menunjukkan keberadaan sebuah organisasi tersebut, sementara visi adalah pandangan jauh ke depan dari sebuah organisai yang akan menjadi organisasi apa yang diinginkan. Lebih jelas menurut Arend E Carl,15 visi adalah sebuah ide yang menjadi pijakan di mana organisasi itu berjalan. Visi biasanya terdiri dari harapan-harapan masa depan, tidak begitu terperinci. Namun demikian, visi memuat penjabaran mimpi besar pengawasan yang sejalan dengan visi. Misi menurut Michael A. Hitt, dan kawan-kawan.,16 lebih kongkrit dari pada visi. Namun demikian visi adalah pondasi dari misi. Secara bersamaan visi dan misi adalah sebagai pondasi sebuah organisasi untuk memilih dan mengembangkan salah satu strateginya.
Tujuan dibentangkan oleh J. Salusu,17 sebagai suatu gejala yang
kompleks, dapat diartikan sebagai kondisi jangka panjang yang diinginkan, dinyatakan dalam istilah umum dan kualitatif, dan mungkin hanya sebagian yang dapat dicapai. Visi, misi, dan tujuan menurut
11 Hadari Namwawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), 147-153.
12 Rencana Strategik (Renstra) dan Rencana Operasional (Renop) dirumuskan dengan menganalisis internal dan eksternal baik lokal, nasional, dan global. Hasil analisis internal dan eksternal digunakan secara langsung untuk penyusunan program-program tahunan, sebagai implementasi rencana operasional organisasi non-profit. Lihat dalam Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
13 Ahmad Djunaedi, “Keragaman Pilihan Corak Perencanaan (Planning Styles) untuk Mendukung Kebijakan Otonomi Daerah”, Makalah dipresentasikan dalam Seminar dan Temu Alumni MPKD 2000, di Werdhapura, Sanur, Bali, 27-30 Agustus 2000.
14 Jeffrey S. Harrison, Foundations in Strategic Management (Mason: Cengage Learning, 2009), 74. 15 Arend E Carl, Teacher Empowerment Through Curriculum Development: Theory into Practice (Cape Town, Sout Africa: Juta and Company, 2009), 173.
16 Michael A. Hitt, Strategic Management: Competitiveness & Globalization : Concepts (Mason: Cengage Learning, 2010), 18.
Misi Pengawas Tercermin dalam:
Program kegiatan Pengawasan Strategi pengawasan yang ditetapkan
Visi Pengawas Peningkatan Mutu Pengawas
Pendidikan Madrasah Berkualitas
Hadari Nawawi18 adalah merupakan acuan dalam merumuskan rencana
strategik (Renstra), namun dalam teknis penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
Gambar 1.1
Visi, dan Misi Pedoman Pelaksanaan Peningkatan Pengawas Madrasah
Rencana stretegis (RENSTRA) peningkatan mutu pengawas madrasah, yaitu: rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek atau disebut rencana operasional (RENOP). Hal tersebut sesuai dengan tipe perencanaan ditinjau dari segi waktu dalam pendidikan menurut Pidarta, terbagi menjadi tiga, yaitu: perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek.19 Rencana kerja
18 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), 153.
dan rencana anggaran pengawas pendidikan20 adalah bagian dari
rencana pengembangan untuk jangka waktu empat tahunan sesuai dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 (yang diamandemen) dan dalam Undang-Undang RI., Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang relevan.
Hadari Nawawi menjelaskan keunggulan upaya pengimplementasian manajemen strategik melalui perumusan visi, misi, tujuan, RENSTRA, dan RENOP dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, dan mewujudkan tugas pokok di lingkungan organisasi pengawasharus diukur dan dinilai keunggulannya. Di antara keunggulannya bahwa implentasi manajemen strategik dievaluasi dengan profitabilitas (efektif dan efisien), Produktivitas tinggi (secara kuantitaif meningkat), Posisi Kompetitif (dihargai dan dibutuhkan masyarakat sekolah), Keunggulan Teknologi (secara cepat, tepat waktu, sesuai kualitas), Keunggulan SDM (sumber dauya manusia baik pengawas, kepala sekolah, guru, dan staf sebagai tokoh sentral), Iklim Kerja (harmanis di dalam hubungan frmal dan informal)Etika dan Tanggung Jawab Sosial (mendahulukan kepentingan masyarakat sekolah).21
20 Sekolah diberi kewenangan melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya, misalnya kebutuhan meningkatkan mutu sekolah. Termasuk dalam rencana pengembangan sekolah adalah rencan ainduk pengembangan sekolah dalam jangka 3-5 tahun. Lihat dalam Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi (Jakrta: Grasindo, 2003), 45.