Karakteristik
Partially Mathematical Thinking Process
dalam
Gesture
Siswa Autis
SRIYANTI MUSTAFA1),TOTO NUSANTARA2), SUBANJI3)
1) Universitas Muhammadiyah Parepare, Jalan Jend. Ahmad Yani KM 6, Parepare [email protected] 2) Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang, Malang, [email protected]
3) Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang, Malang, [email protected]
ABSTRAK
Karakteristik mendasar siswa autis dalam belajar matematika dapat dilihat dari gesture (gerak tubuh). Secara khusus, ucapan dan tindakan siswa autis dalam belajar matematika menjadi satu kompenen yang saling berhubungan, dan dapat digunakan untuk memahami proses berpikir mereka. Ucapan diartikan sebagai ungkapan lisan dalam memahami materi atau memecahkan masalah matematika, sedangkan tindakan merupakan gesture (gerak tubuh). Salah satu karakteristik yang dimiliki siswa autis dalam mengerjakan masalah matematika adalah partially process. Karakteristik partially process ada pada individu dengan gesture yang tidak sesuai pada saat mengamati, menunjuk, atau menyebut/mengungkap masalah matematis karena mengalami distraksi. Strategi kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Peneliti menyelediki karakteristik proses berpikir matematis dalam gesture siswa autis. Peneliti mengumpulkan data secara lengkap dengan merekam aktivitas yang dilakukan siswa salama proses pembelajaran matematika. Peneliti mengeksplorasi gesture untuk mendeskripsikan karakteristik proses berpikir matematis siswa. Hasil yang diperoleh berupa deskripsi karakteristik partially process dalam gesture siswa autis.
Kata Kunci: gesture, siswa autis, partially process
I. PENDAHULUAN
Istilah gesture berhubungan erat dengan penggunaan gerakan (terutama di tangan)
untuk berkomunikasi. Teori yang mendukung pernyataan bahwa gesture membantu siswa
belajar diungkap oleh Alibali dan Nathan; Flevares dan Perry; Goldin-Meadow, Kim, dan Singer; Richldan, Zur, dan Holyoak, (dalam Martha W. Alibali dan Mitchell J. Nathan, [1])
bahwa “ketika guru mengajarkan konsep-konsep matematika, siswa secara rutin
memproduksi gesture bersama dengan ucapan mereka”. Pernyataan ini diperkuat oleh Bieda
dan Nathan,, Perry, Gereja, dan Goldin-Meadow, (dalam Martha W. Alibali dan Mitchell J.
Nathan, [1]): “ketika siswa berbicara tentang konsep-konsep matematika, mereka juga secara
rutin memproduksi gesture”.
Secara khusus, ucapan dan tindakan siswa autis dalam belajar matematika menjadi satu kompenen yang saling berhubungan, dan dapat digunakan untuk memahami proses berpikir mereka. Ucapan diartikan sebagai ungkapan lisan dalam memahami materi atau
memecahkan masalah matematika, sedangkan tindakan merupakan gesture (gerak tubuh).
Yoon [10] menyatakan bahwa “gesture yang muncul disertai dengan ucapan sering dianggap
sebagai produk turunan dari pikiran”. Hasil penelitian Yoon menunjukkan gesture tidak hanya
sekadar sebagai alat komunikasi, tetapi secara aktif membentuk pikiran. Akibatnya dapat muncul berbagai karakteristik proses berpikir. Hasil penelitian Mustafa [8] ditemukan
Beberapa penelitian yang secara khusus mengkaji tentang gesture pada ABK yaitu: Cermak [2], McNeill [7], Langone [5], Radford [9], Healy [4], Meadow [6], di mana fokus penelitiannya mengungkap secara umum: (1) eksplorasi peran indera tubuh dalam proses
pembelajaran, (2) gesture membantu ABK (mengalami kelainan: fisik dan fungsi otak) dalam
belajar khususnya mengkonstruksi bahasa, dan (3) Sistem gerakan dan ucapan merupakan ciri yang kuat untuk belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah
bagaimanakah karakteristik partially process dalam gesture siswa autis?. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsi karakteristik proses berpikir matematis siswa autis.
II. METODE
Strategi kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Creswell [3] mengatakan bahwa
“studi kasus merupakan suatu strategi penelitian, peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu”. Pada penelitian ini peneliti
menyelidiki karakteristik proses berpikir matematis dalam gesture Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Kasus dibatasi pada autis. Peneliti mengumpulkan data secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, dalam Creswell [3]).
III. PEMBAHASAN
Aktivitas yang dilakukan siswa adalah memilih satu dari dua gambar benda konkrit yang bentuknya sesuai bentuk bangun ruang yang ditentukan. Perhatikan gambar berikut ini:
Gambar 1 Proses Mengidentifikasi Bentuk Benda Konkrit (Mustafa, 2015)
Gambar 1 adalah proses identifikasi bentuk benda konkrit yang dilakukan
siswa. Muncul distraksi pada saat memilih gambar “tempat pensil” atau gambar “topi”
yang bentuknya seperti “balok”. Gerakan tangan siswa hendak memberi tanda “√” pada
gambar “topi” tetapi ragu-ragu, sehingga guru mengarahkannya dengan menunjuk
secara bergantian gambar “balok”, gambar “tempat pensil”, dan gambar “topi” agar
siswa tersebut dapat dengan mudah melihat kesamaan bentuk benda. Ekspresi siswa
“kubus” dan gerakan tangannya langsung memberi tanda “√” pada spacenya. Gesture
ini mengindikasikan siswa tersebut mengalami distraksi pengamatan pada hubungan
keruangan (letak/posisi). Gerakan tangan memberi tanda “√” pada gambar “tempat
tissue”, artinya siswa tersebut dapat mengulang gagasannya secara visual
mempersepsikan sisi persegi panjang yang dimiliki “balok” sama seperti gambar
“tempat tissue”, tetapi tidak sesuai dengan pilihan gambar yang ditentukan. Guru
akhirnya meminta siswa memberi tanda “√” pada gambar ”tempat pensil” sebagai
isyarat bahwa gagasannya sudah tepat tetapi pilihan gambarnya salah.
Distraksi selanjutnya ditunjukkan pada saat siswa menyebut gambar “bola”
yang ditunjuk guru, tetapi disertai gerakan tangan ke arah gambar “topi” pada kelompok
“balok”. Gesture ini mengindikasikan siswa tersebut masih terdistraksi pada hubungan
keruangan, sehingga kesulitan mengulang gagasannya secara visual mempersepsikan
bentuk “bola”. Guru kemudian mengalihkan perhatian siswa pada gambar “kelereng”
dan “kaleng susu”, kemudian memintanya memilih gambar yang sesuai bentuk “bola”.
Muncul distraksi, ekspresi siswa merespon dengan menyebut “kaleng susu”. Pada saat
gerakan tangannya hendak memberi tanda “√” pada space gambar “kaleng susu”, guru
mencoba menghentikan gerakan tangan dan mengarahkannya untuk kembali mengamati gambar. Kondisi ini mengindikasikan peran guru yang cukup dominan mengarahkan siswa agar dapat mengidentifikasi bentuk benda konkrit yang menyerupai bentuk
“bola”. Gerakan tangan siswa tetap memberi tanda “√” pada space gambar “kaleng
susu”, dan bahkan kembali hendak memberikan tanda “√” pada gambar “topi”, tetapi
guru menghentikan dengan pernyataan tidak semua gambar diberi tanda. Gesture ini
mengindikasikan siswa tersebut mengalami distraksi pengamatan mempersepsikan
bentuk “kaleng susu”, sehingga mengabaikan gambar “kelereng” yang bentuknya sama seperti “bola”.
Pada aktivitas ini, siswa mengalami inkonsisten terhadap bentuk “bola”,
artinya siswa hanya mengenal benda yang berbentuk bola adalah “bola sepak”, sehingga
“kelereng” dipersepssikan secara visual tidak sama bentuknya dengan “bola”.
Karaktersitik proses berpikir siswa selama mengerjakan masalah ini diistilahkan
partially process, artinya siswa mengalami distraksi pengamatan secara visual sehingga
menyebabkan proses dilakukan sebagian tepat atau sebagian salah.
Karakteristik partially process mengindikasikan adanya gesture yang tidak
sesuai dalam membuat abstraksi, yaitu gesture pada saat mengamati, menunjuk, dan
mengungkap/menyebut masalahmengalami distraksi. Karakteristik ini dimiliki individu
dengan kondisi mood yang tidak stabil, dan gerakan motorik yang sulit terkontrol.
Fungsi kognitif kesulitan mengulang gagasan visual mempersepsikan masalah matematis, sehingga abstraksi sebagian dilakukan dengan tidak tepat.
IV. KESIMPULAN
Karakteristik Partially Process ada pada individu dengan gesture yang tidak
sesuaipada saat mengamati, menunjuk, atau menyebut/mengungkap masalah matematis
(ada discrepancy gesture). Deskripsi karakteristik, yaitu:
1. Gesture tidak sesuai dengan proses yang dilakukan pada saat membuat abstraksi
(individukesulitan memahami proses menggunakan konsep matematika, atau masih
menggunakan objek real yang saling terkait).
2. Discrepany gesture dapat bersumber dari individu itu sendiri (terjadi
ketidaksesuaian pada aktivitas mengamati, menunjuk, dan mengungkap masalah yang dilakukan sendiri) atau kolaborasi individu dengan guru (individu mengamati dan mengungkap, tetapi tidak sesuai objek yang ditunjuk guru)
3. Fungsi kognitif kesulitan mengulang gagasan visual mempersepsikan masalah
DAFTAR RUJUKAN
[1] Alibali, Martha W. & Nathan, Mitchell J. Embodiment in Mathematics Teaching and Learning: Evidence From Learners' and Teachers' Gestures. Journal of the
Learning Sciences, 1–40, 2012.
[2] Cermak, A. Sharon., Coster, Wendy., Drake, Charles. Reprentational and Representational Gestures in Boys with Learning Disabilities. The American
Journal of Occupational Therapy January 1980, 34(1), 1980.
[3] Creswell, John W. Research Desain Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2012.
[4] Healy, Lulu. Hands That See, Hands That Speak: Investigating Relationships
Between Sensory Activity, Forms Of Communicating And Mathematical Cognition.
12th International Congress on Mathematical Education, 2012.
[5] Langone, Kenneth G. Nonverbal Learning Disabilities. Child Study Center 4 (5),
2000.
[6] Meadow, Cook, & Mitchell. 2009. Gesturing Gives Children New Ideas About
Math. Journal Psychological Science (2009), DOI:
10.1111/j.1467-9280.2009.02297. 2012
[7] McNeill, David.. So You Think [5] Gestures Are Nonverbal?. Psychological
Review, 1985, Vo.92, No.3, hlm. 350-371, 1985.
[8] Mustafa, Sriyanti. 2015. Karakterisasi Proses Berpikir Matematis Siswa Autis. Draf Disertasi.
[9] Radford, Luis. Signs, Gestures, Meanings: Algebraic Thinking From A Cultural
Semiotic Perspective.Proceedings of the Sixth Conference of European Research
in Mathematics Education (CERME 6) that was hold at the Université Claude
Bernard, Lyon, France, January 28- February 1, 2009, 2009.
[10] Yoon, Caroline, dkk. Gestures and Insight in Advanced Mathematical Thinking.
International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, 42