• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN SKRIPSI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Ernita Herawati

019114133

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Ernita Herawati

019114133

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

To save money

To be unselfish

To avoid mistakes

To keep out of a rut

To begin all over again

To make the best of all things

To keep your temper at all times

To think first and act afterwards

To maintain a high standard

To keep on keeping on

To shoulder blame

To be charitable

To admit error

To take advice

To forgive

But it pays!

- based on Matthew 7:1-2

Tak ada yang mudah,

namun tak ada yang tak mungkin....

Percaya dan lakukan bagian kita;

maka TUHAN akan melakukan bagian-NYA...

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

Yesus Kristus, terimakasih atas segala berkat yang Engkau berikan.

Ayahanda & Ibunda tercinta yang yang tak pernah letih memberi semangat, doa dan

selalu memberikan kasih sayang tak terhingga.

Adik-adikku Nixon Willy Sagala & Suvandi Robinhot Sagala.

Semua saudara, sahabat dan teman-teman yang aku kasihi,

(7)

vi Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan daftar pustaka, sabagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta. 15 April 2009 Penulis

(8)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

Ernita Herawati Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan apakah ada hubungan antara harga diri dengan keputusan membeli. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan keputusan membeli.

Subjek dari penelitian ini adalah sebanyak 60 mahasiswa berbagai jurusan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terdiri dari 37 orang berjenis kelamin perempuan dan 23 orang adalah laki-laki. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri dan skala pemakaian keputusan pembelian. Koefisien reliabilitas dari skala harga diri adalah 0,958 dan koefiesien reliabilitas dari skala keputusan pembelian adalah 0,937. Untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan keputusan membeli digunakan teknik korelasiproduct momentdari Carl Pearson.

Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,457 pada taraf signifikansi 0,05 (p<0,05). Hal ini berarti ada korelasi positif yang signifikan antara harga diri dengan keputusan pembelian. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga diri yang dimiliki individu, maka semakin rasional keputusan membeli pada seseorang. Sebaliknya, semakin rendah harga diri maka cenderung memiliki rasional yang rendah keputusan membeli seseorang.

(9)

viii

DECISION MAKING

Ernita Herawati

Faculty of Psychlogy

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

This research conducted in order to find out a correlation between self-esteem

with purchase of decision making. The Hypothesis proposed that there is a positive

correlation between self-esteem purchase of decision making.

The subject of this research are 60 students of various departments in the

University of Sanata Dharma Yogyakarta, consisting of 37 women and 23 men. The data

collecting is done through the distribution of self-esteem scale and the purchasing of

decision making scale. The reliability coefficient of self-esteem scale is 0,958 and the

purchasing of decision making scale is 0,937. To find out the correlation between

self-esteem and the purchase of decision making uses the correlation technique by product

moment from Carl Pearson.

The correlation coefficients (r) that obtained in this research is on the 0,457 at the

level of significant 0,05 (p<0,05). It means that there is a positive significant corelation

between the self-esteem purchase of decision making. We can concluded that higher of

individual self-esteem, that more rational purchase of decision making. In the other way,

the lower of self-esteem, the purchase of desion making probably will be lower.

(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ernita Herawati

Nomor Mahasiswa : 019114133

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Mei 2009

Yang menyatakan,

(11)

x bimbinganNya kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan kasih dan pendampinganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Harga Diri Dengan Pemakaian Produk Pewarna Rambut.

Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

2. P. Eddy Suhartanto , S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi saya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini serta selalu memberikan semangat.

3. Sylvia Carolina M.Y.M, S.Psi., M.Si. sebagai ketua program studi Psikologi. 4. Seluruh dosen fakultas Psikologi, terimaksih untuk ilmu-ilmunnya. Mas

5. Mas Gandung, Mbak Nanik,, Mas Doni, Mas Muji, terimakasih untuk keramahan dan pelayanannya yang memuaskan.

6. Pak Gie untuk ketulusan dan kehangatan sapaannya dimanapun saat berpapasan. Gbu Pak Gie.

7. Bapa dan Mama, yang telah sabar mendampingi dan memberikan fasilitas baik secara material maupun spiritual.

8. Adik-adikku Nixon &Vandi yang memberikan support moral.

(12)

xi 10. “Keluarga Candi Gebang BB 15”: Agus (Thanx for ice chocolate), Fahmi(Thanx for Great corolla & semua masukan2nya, Maikel, Ferry (semoga usaha Rumah Fimnya & penyelesaian skripsinya cepat terealiasi ), Ita (thanx untuk Mio’nya). Many thanks for all the memories we had spent guys. Wish u all have a wonderful life.

11. Teman-temanku: Keluarga Beo (Diena (Entin, Tya, Anis, Widhie, Mba Lisa Wolf), Reya (makasih buat kebaikan & editan fotonya ya), Aryo (makasih buat pemotretannya), Feta (semoga cepat dapat jodoh), Dody (Thx buat timor birunya), teman2 psikologi’01 (Mita, Rini, Mira, Maria, Pudel, Chintya, Kadek, Rina, Wina, Dessy, Een, Yofi Angga, James, Etta, Dina, Dion, Awan, Jelly, Reni…dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Pets sayang cheko, phoebe, Teenu & Picu. 12. Seluruh teman-teman Psikologi baik yang aku kenal dan mengenalku.

13. Seluruh teman-teman Sanata Dharma yang telah membantu proses pengerjaan skripsi ini dalam mengisi angket.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik.

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Keputusan pembelian ... 7

1. Pengertian ... 9

(14)

xiii

3. Proses Keputusan Pembelian ... 10

4. Aspek-aspek Keputusan Pembelian ... 12

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 14

B. Harga Diri ... 18

1. Pengertian Harga Diri ... 18

2. Aspek-aspek harga Diri ... 20

C. Hubungan Antara Harga Diri dengan Keputusan Pembelian ... 23

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

1. Keputusan Pembelian ... 28

2. Harga Diri ... 28

D. Subjek Penelitian ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

1. Skala Keputusan Pembelian ... 30

2. Skala Harga Diri ... 32

(15)

xiv

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Aitem... 36

a. Skala Harga Diri ... 36

b. Skala Pemakaian Produk ... 37

H. Metode Analisis Data ... 40

1. Uji Asumsi Analisis Data ... 40

2. Pengujian hipotesis Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Data Penelitian ... 41

2. Kategorisasi Skor Skala ... 42

a. Kategorisasi Pemakaian Produk ... 43

b. Kategorisasi Harga Diri ... 44

3. Uji Asumsi ... 45

a. Uji Normalitas ... 45

b. Uji Linieritas ... 46

4. Uji Hipotesis ... 47

(16)

xv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(17)

xvi

Tabel 1. Blue print Skala Harga Diri sebelum uji coba ... 31

Tabel 2. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban favourabel ... 37

Tabel 3. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban unfavourabel ... 38

Tabel 4. Pemberian skor pada angket intensitas mengakses situs jaringan Sosial ... 38

Tabel 5. Blue print Skala Harga Diri setelah uji coba ... 39

Tabel 6. Blue print Skala Harga Diri untuk penelitian setelah penyusunan ulang nomer item ... 39

Tabel 7. Hasil uji normalitas sebaran ... 41

Tabel 8. Hasil uji liniearitas hubungan ... 42

Tabel 9. Data Penelitian ... 43

Tabel 10. Kategorisasi Skor pada skala Harga Diri ... 44

Tabel 11. Ringkasan Uji Normalitas ... 45

Tabel 12. Hasil Uji Liniearitas ... 46

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi telah menuntut adanya perubahan paradigma lama

dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin

tingginya tingkat persaingan di bisnis lokal maupun global dan kondisi

ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai keunggulan agar mampu

memenangkan persaingan di bisnis global. Untuk mencapai hal ini pemasar

harus menerapkan konsep pemasaran modern yang berorientasi konsumen

atau pelanggan, karena mereka merupakan ujung tombak keberhasilan

pemasaran (Kotler, 2003).

Penerapan konsep pemasaran tidak akan terlepas dengan perilaku

konsumen. Memahami perilaku konsumen bukanlah hal yang mudah, karena

perilaku konsumen melibatkan aspek-aspek yang sifatnya kompleks.

Pengambilan keputusan membeli konsumen merupakan salah satu aspek dari

perilaku konsumen. Konsumen pada umumnya akan menilai terlebih dahulu

atau membandingkan produk tersebut dengan merek lain dalam satu kategori

produk. Kenyataannya bahwa banyak sekali pilihan merek yang ada di

hadapan konsumen, sehingga bisa memilih sesuai dengan keinginannya. Jika

salah satu produk dapat memenuhi harapan mereka maka kemungkinan

(19)

Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari proses

pengambilan keputusan konsumen dalam memilih, membeli, menggunakan,

dan mengevaluasi barang dan jasa. Proses pengambilan keputusan ini

dipengaruhi oleh faktor psikologis konsumen seperti motivasi, kepribadian,

persepsi, dan sikap serta proses komunikasi konsumen. Faktor lainnya yang

berpengaruh adalah lingkungan sosial dan budaya konsumen. Pemahaman

terhadap faktor-faktor tersebut dapat bermanfaat bagi para pemasar atau

produsen serta siapapun yang berkepentingan dengan konsumen untuk

memengaruhi keputusan dan memperkirakan perilaku konsumen.

Solomon (1996) mengemukakan bahwa perilaku membeli merupakan

interaksi antara konsumen dan produsen dalam memberikan dan menerima

nilai bagi suatu produk. Perilaku membeli merupakan bagian dari perilaku

konsumen dalam mengenali kebutuhan atau keinginan dan kemudian

melakukan proses pertukaran untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan

tersebut. Perilaku membeli adalah suatu proses mengambil keputusan untuk

membeli suatu produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan atau

dapat juga diartikan sebagai keputusan pembelian yang rasional (Assael,

1992).

Istilah keputusan pembelian yang rasional mengacu pada pendapat

Rakhmat (1993) yang menyatakan bahwa keputusan membeli merupakan hasil

berpikir dari hasil usaha intelektual. Keputusan pembelian yang rasional

timbul karena dalam proses pengambilan keputusan melalui tahapan beberapa

(20)

3

menjadi lima tahap, yaitu: pengenalan masalah (problem recognition),

pencarian informasi, penilaian alternatif, pengambilan keputusan membeli dan

perilaku purna pembelian.

Konsumen membentuk pikiran mereka di antara beberapa merek yang

tergolong dalam peringkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk

maksud untuk membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya.

Namun demikian, ada dua faktor lain yang dapat mencampuri maksud

membeli tersebut, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tak terduga,

misalnya cerita temannya yang kecewa dengan merek yang akan dibeli oleh

konsumen tersebut. Dalam membuat keputusan membeli, konsumen akan

membuat lima sub keputusan, antara lain: keputusan merek, membeli dari

siapa (penjual), tentang jumlah, tentang waktu membelinya dan keputusan

tentang cara membayar.

Konsumen dalam memakai suatu produk dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam individu yang terdiri dari

konsep diri, pengalaman, kondisi fisik, jenis kelamin dan usia. Ada pula faktor

yang berasal dari luar individu namun tetap mempengaruhinya, yaitu

kebudayaan, perlakuan sosial, kelompok referensi, keadaan sosial ekonomi

dan keluarga (Kottler, 2000). Pemilihan produk dengan merek tertentu, yaitu

produk dengan harga mahal dengan merek terkenal dan kualitas yang bagus,

juga ditentukan oleh kepribadian seseorang, seperti gengsi dan konsep diri.

Menurut Coopersmith (1967), salah satu ciri dari adanya konsep diri

(21)

Harga diri yang merupakan salah satu ciri dari adanya konsep diri atau

citra diri seseorang apabila dilihat dari sudut pemasaran, sangat relevan,

karena image atau citra yang dimiliki konsumen terhadap diri mereka sendiri

seringkali mengarahkan pada pola pembelian yang spesifik (Heath & Scott,

1993).

Coopersmith (1967) mengatakan bahwa harga diri merupakan pusat

penyesuaian diri yang baik, kebahagiaan personal, fungsi afektif, baik pada

anak-anak maupun pada orang dewasa. Harga diri merupakan penilaian

tentang diri yang bersifat individual dan menunjukkan pada nilai perasaan

positif atau negatif pada diri. Secara umum dapat dikatakan bahwa harga diri

merupakan suatu penghargaan, nilai-nilai, persetujuan, serta suka atau tidak

suka pada dirinya sendiri secara menyeluruh (Brehm & Kassin, 1993).

Individu dikatakan memiliki harga diri tinggi bila mereka mempunyai

penilaian positif terhadap dirinya sendiri, memiliki kepuasan, kepercayaan

diri, dan kebanggaan terhadap diri sendiri. Pemakaian suatu produk yang

dapat meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri seseorang mempunyai

kecenderungan untuk dikonsumsi oleh konsumen. Semakin tinggi efek yang

diberikan produk tersebut terhadap peningkatan harga diri semakin tinggi pula

keinginan konsumen untuk membeli produk tersebut. Dengan demikian

terlihat hubungan yang positif yaitu semakin tinggi harga diri seseorang

semakin rasional pula keputusan pembelian seseorang. Keputusan pembelian

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian yang

(22)

5

tersebut terhadap kegunaan yang mereka rasakan. Davis (1989)

mengungkapkan bahwa jika konsumen percaya bahwa produk tertentu dapat

membantunya melakukan pekerjaan dengan lebih baik, maka ia akan

cenderung menggunakannya dibandingkan jika ia tidak menyadari kegunaan

dari produk tersebut.

Bertitik tolak dari uraian dan fenomena di atas, penulis ingin menguji

ada tidaknya hubungan antara harga diri dengan keputusan pembelian. Maka

dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Hubungan Antara Harga Diri

Dengan Keputusan Pembelian”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut ”Apakah ada hubungan antara harga diri dengan

keputusan pembelian?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara harga diri dengan keputusan pembelian.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

bermanfaat untuk bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

(23)

a. Bagi Studi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memberi informasi bagi studi terutama di bidang psikologi industri

organisasi dan psikologi kepribadian, terutama tentang masalah harga

diri.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memberi informasi bagi penelitian selanjutnya serta mendorong

ditemukannya kajian baru yang relevan dengan penelitian.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi bagian

pemasaran di perusahaan untuk mempertimbangkan faktor psikologis

(24)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keputusan Pembelian

1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan membeli oleh konsumen, menurut Mowen (2002), diartikan

sebagai penentuan pilihan terhadap dua atau lebih perolehan alternatif dan

proses pengambilan tepat sebelum ataupun sesudah menentukan pilihan.

Keputusan membeli yang dilakukan konsumen berhubungan langsung dengan

marketing mix, segmentasi dan riset pemasaran. Identifikasi melalui riset

terhadap proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam membeli

barang atau jasa berpengaruh padamarketing mix(produk, harga, promosi dan

penempatan).

Pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan proses

menerima dan mengevaluasi informasi merek, memikirkan bagaimana

alternatif merek akan dapat memenuhi kebutuhan dan menetapkan pilihan

pada salah satu merek. Dalam hal ini ada tiga faktor yang mempengaruhi yaitu

faktor individu, lingkungan dan strategi marketing meliputi produk. harga,

iklan, distribusi (Assael, 1992).

Pengambilan keputusan konsumen merupakan komponen utama dari

perilaku konsumen. Ditinjau dari perilaku konsumen maka, ketika seseorang

(25)

Y, atau pilihan menghabiskan waktu dengan melakukan A atau B. orang itu

berada dalam posisi membuat keputusan (Schiffman & Kanuk, 2000).

Keputusan diperoleh melalui seleksi dari dua atau lebih alternatif

pilihan. Pengambilan keputusan konsumen adalah proses perilaku dari

seseorang ketika memilih produk atau jasa untuk dikonsumsi, dan ini

merupakan sarana yang digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi dan

memilih diantara alternatif-alternatif produk atau jasa yang akan memenuhi

kebutuhan mereka (William dan Prensky, 1996).

Menurut Rakhmat (1993) keputusan membeli beraneka ragam yang

mempunyai ciri-ciri umum: 1) keputusan merupakan hasil berpikir hasil usaha

intelektual, 2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, 3)

keputusan selalu melibatkan tindakan, nyata, walaupun pelaksanaannya boleh

ditangguhkan atau dilupakan. Menurut Peter dan Olson (dalam Simamora,

2003), keputusan meliputi suatu pilihan antara dua atau lebih alternatif

tindakan perilaku.

Berdasarkan uraian di atas, pengambilan keputusan membeli

konsumen merupakan proses keterlibatan individu dalam rangka mengadopsi

suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Keterlibatan

individu ini akan menghasilkan respon kognitif, yaitu menyadari dan

mengetahui, respon afektif, yaitu menyenangi dan memilih, selanjutnya

(26)

9

2. Keputusan Pembelian Yang Rasional

Keputusan pembelian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

keputusan pembelian yang rasional. Hal ini mengacu pada pendapat Assael

(1992) yang menyatakan bahwa perilaku membeli adalah suatu proses

mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang disesuaikan dengan

kebutuhan dan keinginan atau dapat juga diartikan sebagai keputusan

pembelian yang rasional.

Istilah keputusan pembelian yang rasional mengacu pada pendapat

Rakhmat (1993) yang menyatakan bahwa keputusan membeli merupakan hasil

berpikir dari hasil usaha intelektual. Keputusan pembelian yang rasional

timbul karena dalam proses pengambilan keputusan melalui tahapan beberapa

proses. Kotler (1995) membagi proses pengambilan keputusan membeli

menjadi lima tahap, yaitu: pengenalan masalah (problem recognition),

pencarian informasi, penilaian alternatif, pengambilan keputusan membeli dan

perilaku purna pembelian.

Konsumen membentuk pikiran mereka di antara beberapa merek yang

tergolong dalam peringkat pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk

maksud untuk membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya.

Namun demikian, ada dua faktor lain yang dapat mencampuri maksud

membeli tersebut, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tak terduga.

Dalam membuat keputusan membeli, konsumen akan membuat lima sub

keputusan, antara lain: keputusan merek, membeli dari siapa (penjual), tentang

(27)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan

pembelian yang rasional adalah keputusan untuk membeli suatu produk yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Proses Keputusan Pembelian

Secara sederhana proses keputusan pembelian dapat digambarkan

dengan skema sebagai berikut:

Sumber: Engel et al, 2001

Gambar 1. Consumer Decision Process Model

Dalam peta di atas, konsumen individual yang mengidentifikasi

kebutuhan, membeli dan mengkonsumsi produk atau jasa kemudian

membuang atau menghentikan jasa yang telah dikonsumsi. Oleh karena

proses ini dimulai dari pengenalan kebutuhan, maka proses ini merupakan

suatu sistem pemenuhan kebutuhan. Sistem ini dibuat aktif atau digairahkan

oleh motivasi (Engel et al, 2001).

Divestment Need Recognition

Search for Information

Pre Purchase Evaluation of Alternative

Purchase

Consumption

(28)

11

Tahap-tahap dalam proses keputusan membeli adalah sebagai berikut

(Kotler : 2000):

a. Pengenalan masalah, proses ini diawali saat pembeli menyadari bahwa

adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara

kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan, yaitu timbulnya

desakan/dorongan dalam diri konsumen. Kebutuhan dapat digerakkan oleh

rangsangan dari luar maupun dari dalam diri konsumen, yaitu adanya

faktor eksternal dan internal. Desakan/dorongan tersebut membangkitkan

tindakan, yang merupakan usaha konsumen dalam memenuhi atau

memuaskan kebutuhannya.

b. Pencarian Informasi, dalam upaya memperoleh kepuasan, konsumen

berusaha mencari informasi yang terkait dengan produk atau jasa yang

dibutuhkan. Seberapa besar usaha konsumen tergantung kuat dan

lemahnya dorongan kebutuhannya, informasi yang telah dimilikinya,

kemudahan memperoleh informasi tambahan, penilaiannya terhadap

informasi tambahan dan kepuasan yang diperolehnya dari kegiatan

mencari informasi tersebut. Adapun informasi tersebut dapat diperoleh

dari sumber pribadi (keluarga, teman, saudara, dll), sumber niaga (iklan,

penjual, kemasan, dll), sumber umum (media masa, organisasi konsumen),

dan sumber pengalaman.

c. Evaluasi alternatif, sebagai hasil pengumpul informasi, lalu konsumen

melakukan seleksi beberapa alternatif merek yang tersedia. Penilaian

(29)

bobot pentingnya sifat-sifat, kepercayaan merek, dan fungsi

kemanfaatannya serta prosedur penilaiannya.

d. Keputusan membeli, setelah terbentuk maksud membeli, ada dua faktor

yang berpengaruh terhadap keputusan membeli, yaitu (1) sikap orang lain

dan (2) faktor situasi yang tak terduga. Seorang konsumen yang

memutuskan melaksanakan maksudnya untuk membeli akan membuat

lima macam sub keputusan membeli, yaitu: keputusan tentang merk,

keputusan membeli dari siapa, keputusan tentang jumlah, keputusan

tentang waktu membeli dan keputusan tentang cara pembayaran (harga).

e. Perilaku sesudah pembelian, ditentukan oleh kepuasan dan ketidakpuasan

konsumen terhadap produk. Selain berkaitan dengan pembelian ulang juga

sebagai alat promosi.

4. Aspek-Aspek Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan membeli konsumen merupakan proses

keterlibatan individu dalam rangka mengadopsi suatu produk yang sesuai

dengan kebutuhan dan keinginannya. Keterlibatan individu ini akan

menghasilkan respon kognitif, yaitu menyadari dan mengetahui, respon

afektif, yaitu menyenangi dan memilih, selanjutnya menimbulkan respon

konatif, yaitu niat membeli dan perilaku membeli. Respon-respon yang

dihasilkan tersebut akan melewati lima tahap, yaitu: pengenalan masalah,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku

(30)

13

pertimbangan yang muncul ketika konsumen menghadapi pembelian terutama

pembelian baru dengan keterlibatan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan

salah satu model pengambilan keputusan alternatif yang diajukan para ahli

yaitu perspektif pengalaman (experiential perspective) (Kotler (2002).

Aspek-aspek yang secara langsung mendasari konsumen dalam

pemakaian produk adalah saat konsumen mengambil keputusan untuk

membeli produk. Aspek-aspek pemakaian produk yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada aspek keputusan pembelian yaitu:

a. Pengenalan masalah. Konsumen menyadari atau mengakui bahwa

membutuhkan sesuatu.

b. Pencarian informasi. Konsumen terlibat dalam pencarian informasi akan

pemuas kebutuhan yang potensial segera setelah pengenalan masalah

terjadi. Pencarian dapat didefinisikan sebagai aktivasi termotivasi dari

pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau pemerolehan informasi

dari lingkungan.

c. Evaluasi alternatif. Konsumen mengevaluasi alternatif yang diidentifikasi

untuk memecahkan masalah.

d. Keputusan pembelian. Konsumen memutuskan tindakan alternatif apa

yang akan dipilih.

e. Perilaku pasca pembelian. Konsumen mengkonsumsi dan menggunakan

produk atau jasa yang diperoleh. Konsumen juga mengevaluasi akibat dari

(31)

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Kotler dan Amstrong (2001) menyebutkan beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen untuk melakukan suatu pembelian, yaitu:

a.Budaya, memberi pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku

konsumen

b. Sosial

1) Keluarga kecil, yaitu dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk

mencapai sasaran individu

2) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat. Suami, istri, maupun anak-anak sangat

mempengaruhi perilaku membeli

3) Peran dan status. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat

ditetapkan baik melalui perannya maupun statusnya dalam

organisasi. Peran (role) seseorang meliputi kegiatan-kegiatan yang

diharapkan dilakukan seseorang menurut organisasi-organisasi yang

ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan

penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang seringkali

memilih produk yang menunjukkan status mereka dalam masyarakat.

c.Pribadi. Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi,

(32)

15

1) Umur dan tahap siklus hidup. Pembelian barang atau jasa seseorang

akan berubah-ubah selama hidupnya. Pembelian barang atau jasa

juga berubah sesuai tingkat kedewasaan seseorang.

2) Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang atau jasa yang

dibelinya. Para pemasar mencoba mengidentifikasi

kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat yang rata-rata lebih tinggi

pada produk dan jasa yang mereka hasilkan. Sebuah perusahaan

bahkan dapat secara khusus menghasilkan produk-produk yang

dibutuhkan satu kelompok pekerja tertentu.

3) Situasi ekonomi. Situasi ekonomi akan mempengaruhi pilihan

produk. Hal ini berhubungan dengan besar kecilnya harga suatu

produk.

4) Gaya hidup. Orang-orang yang berasal dari budaya, kelas sosial, dan

pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya

hidup adalah pola kehidupan seseorang seperti yang diperlihatkannya

dalam kegiatan, minat, dan pendapat-pendapatnya.

5) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian adalah karakteristik

psikologis yang unik, yang menghasilkan tanggapan yang relatif

konsisten dan menetap terhadap lingkungan. Para pemasar

menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian dan

konsep diri. Dasar pemikirannya adalah bahwa apa yang dimiliki

seseorang memberi seseorang memberi kontribusi dan

(33)

d. Psikologis, meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan, dan

sikap.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan membeli menurut

Kotler (1995) antara lain:

a. Pengaruh lingkungan. Lingkungan yang berpengaruh terhadap

keputusan membeli meliputi: kultur, iklan, kelas sosial, kelompok

referensi, aspek situasional yang mempengaruhi saat membeli, meliputi:

penggunaan, pembelian atau kondisi saat membeli. Pengaruh lingkungan

pada saat membeli juga mempengaruhi keputusan membeli, misal:

pelayanan, suasana, kondisi toko, dan komunikasi atau iklan yang

diterima oleh konsumen.

b. Pengaruh individu. Konsumen adalah produk budaya dan masyarakat,

tetapi ia adalah mutlak sebagai individu. Hal-hal yang berpengaruh

secara individual antara lain : umur, jenis kelamin, perbedaan fisik atau

psikis laki-laki dan wanita menimbulkan keinginan yang berbeda akan

produk dan jasa yang ditawarkan sehingga banyak produk yang

dikategorisasikan jenis kelamin seperti maskulin dan feminine. Ada

beberapa jenis produk yang dikategorisasikan untuk kedua jenis kelamin

seperti his and her, unisex, crossover. Kemudian yang berpengaruh

secara individual selanjutnya adalah status keluarga, pendidikan, tingkat

responsifitas terhadap penampilan iklan, okupasi atau profesi,

(34)

17

c. Pengaruh psikologis. Hal-hal yang berpengaruh secara psikologis antara

lain : persepsi, pembelajaran, motivasi, kebutuhan, sikap, kepribadian

dan konsep diri. Kepribadian yang berbeda akan menunjukkan cara yang

berbeda pula dalam menghadapi keputusan membeli. Seseorang yang

memiliki perilaku pengambilan risiko yang tinggi mungkin akan lebih

mudah dalam mengambil keputusan membeli.

Loudon dan Bitta (1993) menyebutkan hal-hal yang mendorong

proses pengambilan keputusan:

a. Keberadaan dua atau lebih alternatif pilihan sehingga sebuah pilihan

dapat diambil.

b. Adanya kriteria evaluasi yang bersifat individual yang akan berpengaruh

pada tujuan yang akan dicapai.

c. Adanya pola kebiasaan untuk menjelaskan alternatif yang dipilih.

d. Informasi yang telah ada dan akan diperoleh dari sumber-sumber

eksternal atau ingatan digunakan dalam aplikasi dari pola keputusan dan

prosedur evaluasi.

Uraian yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa

keputusan pembelian dipengaruhi oleh budaya, sosial, serta faktor diri pribadi

individu, diantaranya yaitu konsep diri, dimana salah satu ciri dari konsep diri

(35)

B. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Salah satu aspek penting dalam pembentukan kepribadian adalah harga

diri yang terbentuk sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, terutama

lingkungan sosial. Apabila dilihat secara lebih mendalam, pengertian harga

diri seringkali dikaitkan dengan peneriman diri. Coopersmith (1967)

menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi individu terhadap

dirinya sendiri. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap yang dapat berupa

penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya

bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga menurut standar dan

nilai pribadinya.

Evaluasi diri dibuat dan dipertahankan individu dalam jangka waktu

tertentu, serta dipengaruhi oleh kejadian sehari-hari. Oleh karenanya dapat

pula dikatakan bahwa harga diri bisa berupa penilaian seseorang terhadap

berbagai macam topik (Coopersmith, 1967).

Baron dan Byrne (1997) berpendapat bahwa harga diri adalah evaluasi

diri yang dibuat oleh individu, yang dinyatakan dalam sikap positif atau

negatif terhadap dirinya sendiri. Hal ini merupakan pengalaman yang sifatnya

subjektif yang diperoleh dari perlakuan verbal dan tingkah laku orang lain.

Karena bersifat subjektif maka setiap individu akan berbeda dalam menilai

dan memilih aspek yang paling penting dalam kehidupannya. Meskipun

bersifat subjektif tetapi harga diri dapat dilihat dari kombinasi jumlah global

(36)

19

dan dipertahankan individu dalam jangka waktu tertentu serta dipengaruhi

oleh kejadian sehari-hari (Trzesniewski dkk, 2003).

Brigham (1991), mengemukakan bahwa harga diri merupakan bagian

dari konsep diri dan setiap orang selalu berusaha untuk meningkatkan harga

dirinya. Harga diri dikaitkan dengan penerimaan sebagai faktor yang dominan.

Watson dkk (2002), menyatakan bahwa harga diri merupakan suatu keadaan

atau sifat kepribadian berdasar atas evaluasi diri meliputi unsur kognitif, yaitu

berkisar tentang pengetahuan terhadap diri sendiri dan afektif, misalnya

sejauhmana individu menyukai diri sendiri. Secara fundamental harga diri

didasarkan pada proses afektif, terutama perasaan positif (feel good) atau

negatif (feel bad) terhadap diri sendiri (Brown dalam Leary dkk, 1995).

French & Kahn (dalam Muntaha, 2003), mengatakan bahwa harga diri

merupakan dimensi yang bervariasi yang digunakan seseorang untuk

menerima dirinya sesuai dengan sudut pandang. Penerimaan diri tersebut

ditunjukkan oleh sikap untuk menerima secara wajar atas kelebihan dan

kekurangan yang dimilikinya. Penerimaan diri dibuat berdasarkan hal-hal

yang realistik tentang dirinya, yang berkaitan dengan kondisi fisik, mental

spiritual, pergaulan, pekerjaan, dan sebagainya. Selanjutnya Rosenberg dkk

(Fuhrmann, 1990), menambahkan bahwa selain hal-hal yang realistik dalam

diri individu, berkaitan pula dengan struktur keluarga, interaksi dalam

keluarga dan keakraban dalam keluarga, persepsi individu atas status sosial

(37)

Murray dkk (2000), mengatakan bahwa harga diri merupakanpersonal

feelingsebagai barometer dalam membuat penilaian tentang orang lain. Harga

diri adalah perasaan dari diri yang berharga, bagaimana dirinya diterima atau

ditolak oleh orang lain (Scheier dkk, 1994), sementara itu Schiraldi (1999),

menyatakan bahwa harga diri merupakan gambaran tentang diri sendiri

sebagai orang yang kompeten, berharga, dan meyakinkan. Harga diri adalah

perasaan suka atau tidak suka terhadap diri sendiri berkaitan dengan

atribut-atribut yang dimiliki dan bagaimana perhatian yang diberikan kepada dirinya

sendiri (Dodgson & Wood, 1998; Cleghorn, 1996).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan

bahwa harga diri merupakan aspek kepribadian berupa penilaian terhadap diri

sendiri, perasaan suka atau tidak suka terhadap diri sendiri, sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungan, berdasarkan pada penilaian dan penghargaan

orang lain terhadap dirinya yang ditunjukkan oleh sikap yang wajar untuk

menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

2. Aspek-aspek Harga Diri

Cleghorn (1996), mengemukakan bahwa harga diri individu selalu

terkandung aspek self-belief atau self-doubt dan self-value, ini berarti jika

individu merasa yakin pada kemampuan yang dimiliki, akan mendorong

perasaan bernilai. Sebaliknya jika individu menganggap dirinya bodoh, maka

(38)

21

Coopersmith (1967), mengatakan bahwa harga diri merupakan suatu

pendapat pribadi yang pantas, yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu

yang berpatokan pada dirinya sendiri. Ada empat aspek yang menjadi sumber

pembentukan harga diri seseorang, yaitu :

a. Keberartian (significant)

Keberartian individu nampak dari adanya penerimaan, penghargaan,

perhatian, dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian

biasanya ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungannya,

ketenaran, dan dukungan keluarga. Semakin banyak ekspresi kasih sayang

yang diterima, individu akan semakin berarti. Tetapi jika individu

tidak/jarang memperoleh stimulus positif dari orang lain, maka

kemungkinan besar individu akan merasa ditolak dan kemudian

mengisolasikan diri dari pergaulan.

b. Kekuatan (power)

Merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol diri sendiri

serta orang lain. Pada situasi tertentu kebutuhan ini ditunjukkan dengan

adanya penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Pengaruh dan

wibawa juga merupakan hal-hal yang menunjukkan adanya aspek ini pada

individu. Individu yang memiliki aspek kemampuan ini biasanya akan

menunjukkan sifat-sifat asertif danexplanatory actionsyang tinggi.

c. Kompetensi (competence)

Merupakanperformance dan penampilan yang prima dalam upaya meraih

(39)

ditunjukkan dengan adanya skill atau kemampuan yang merata di segala

usia. Dengan adanya kemampuan yang cukup, individu akan merasa yakin

untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Individu dengan kompetensi yang

bagus akan merasa setiap orang akan memberi dukungan padanya.

Individu akan merasa mampu mengatasi setiap masalah yang dihadapinya

serta mampu menghadapi lingkungannya.

d. Kebajikan (virtue)

Yaitu adanya kesesuaian diri dengan moral dan standar etik yang berlaku

di lingkungan. Kesesuaian diri dengan moral dan standar etik diadaptasi

individu dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh para orangtua.

Permasalahan nilai ini pada dasarnya berkisar pada persoalan benar dan

salah. Bahasan tentang kebajikan juga tidak akan lepas dari segala macam

pembicaraan mengenai peraturan dan norma di dalam masyarakat, juga

hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, serta ketaatan

dalam beragama.

Kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa

harga diri meliputi aspek keberartian, kekuatan, kompetensi, dan kebajikan

yang dimiliki serta dalam hubungannya dengan lingkungan. Yakin akan segala

kemampuan yang dimiliki akan mendorong perasaan bernilai bagi individu,

sedangkan individu yang tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki akan

mendorong perasaan tidak bernilai. Aspek-aspek inilah yang digunakan

(40)

23

C. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan membeli konsumen merupakan proses

keterlibatan individu dalam rangka mengadopsi suatu produk yang sesuai

dengan kebutuhan dan keinginannya. Keterlibatan individu ini akan

menghasilkan respon kognitif, yaitu menyadari dan mengetahui, respon

afektif, yaitu menyenangi dan memilih, selanjutnya menimbulkan respon

konatif, yaitu niat membeli dan perilaku membeli. Telah diketahui bahwa

keputusan pembelian dipengaruhi oleh budaya, sosial, serta faktor diri pribadi

individu, diantaranya yaitu konsep diri, dimana salah satu ciri dari konsep diri

individu adalah adanya harga diri.

Brown (dalam Brown & Mankowski, 1993) menyatakan bahwa harga

diri sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang karena harga diri berperan

dalam proses berpikir, emosi, dan keputusan-keputusan yang diambil. Harga

diri yang tinggi dikaitkan dengan kecenderungan untuk mendistribusikan

kegagalan pada sebab-sebab eksternal daripada internal, serta dapat

menunjukkan performa yang baik setelah mengalami kegagalan maupun

keberhasilan (Fitch, dalam Baron & Byrne, 1994).

Goldenberg dkk (2000), berpendapat bahwa kondisi fisik individu baik

bentuk tubuh maupun wajah mempunyai pengaruh terhadap harga diri yang

dimiliki oleh individu, karena perasaan terhadap tubuh berhubungan dengan

perasaan individu secara keseluruhan. Dengan demikian menarik atau

(41)

Semakin menarik, semakin mudah mendapatkan penerimaan dan pengakuan

dari orang lain. Selanjutnya akan mempengaruhi perasaan individu.

Tinggi rendahnya harga diri juga berkaitan dengan cara berpikr

individu karena apapun yang dipikirkan terhadap dirinya sendiri dapat

mempengaruhi perasaan yang muncul kemudian (Cleghorn, 1996). Jika

individu mempunyai cara berpikir yang optimis, yaitu secara rasional dan

obyektif mendukung dirinya sendiri dapat mengakibatkan perasaan yang lebih

positif, sehingga dapat meningkatkan harga dirinya. Sebaliknya jika cara

berpikir individu pesimis, maka akan dapat menurunkan harga dirinya

(Seligman, 1991).

Trzesniwski (2003) mengatakan bahwa banyak penelitian

menghubungkan tingginya self-esteem dengan banyaknya hal-hal positif yang

dihasilkannya seperti keberhasilan dalam pekerjaan, hubungan sosial yang

sehat, kesejahteraan, persepsi positif yang didapat dari teman sebaya, prestasi

akademis, gigih apabila menghadapi kegagalan, dan memiliki kemampuan

dalam meningkatkan koping dan regulasi diri. Sebaliknya rendahnya harga

diri berhubungan dengan hal-hal yang problematik seperti bermasalah dengan

kesehatan dan perilaku antisosial.

Individu yang memiliki harga diri akan memiliki citra yang baik

terhadap suatu produk yang dianggap memiliki citra positif dalam masyarakat.

Demikian halnya dengan keputusan dalam memilih suatu produk.

Pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil individu sebelum

(42)

25

berdasarkan atas informasi tentang produk tersebut yang diterimanya baik dari

teman, keluarga, kenalan, atau media massa. Peters dan Warlop (1999)

menyatakan ada hubungan visual dengan pemilihan merek. Suatu produk yang

kemasannya menarik, baik dari segi warna atau bentuk, akan mendapatkan

perhatian visual yang lebih dibandingkan yang lain. Hal ini akan

menimbulkan minat pada diri konsumen untuk memilih merek tersebut karena

kemasannya yang menarik. Pemilihan kemasan/display tertentu dari suatu

produk biasanya untuk menampilkan image tertentu agar konsumen yang

melihatnya menjadi tertarik. Hal ini dapat disebabkan karena individu kurang

memiliki persepsi positif terhadap dirinya, dan ini dilakukan dengan

pemakaian produk yang dapat meningkatkanimagedirinya.

Kekuatan dan image yang baik dari suatu perusahaan dapat

meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produknya (Loudon & Bitta,

1996). Kadang-kadang konsumen membeli produk bukan dilihat dari

fungsinya melainkan lebih disebabkan oleh simbol yang melekat dengan

produk tersebut (Soehadi, 2005). Dapat dikatakan pula bahwa untuk dapat

memunculkan persepsi dan pemikiran positif terhadap dirinya maka individu

yang bersangkutan memilih menggunakan produk tersebut. Semakin tinggi

efek yang diberikan produk tersebut terhadap peningkatan harga diri semakin

tinggi pula keinginan konsumen untuk membeli produk tersebut. Dengan

demikian terlihat hubungan yang positif antara harga diri dengan keputusan

pembelian yaitu semakin tinggi harga diri seseorang, maka semakin rasional

(43)

Secara keseluruhan penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai

berikut :

D. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan teori yang telah dikemukakan di atas,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara harga diri dengan keputusan pembelian. Harga

Diri

- Percaya diri - Bangga - Puas Harga Diri

Tinggi

- Tidak aman - Malu - Kurang

percaya diri

Keputusan Pembelian Rasional

Keputusan Pembelian Tidak rasional Harga Diri

(44)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan untuk menyelidiki hubungan timbal balik antara dua

variabel (Nawawi, 2001). Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui hubungan antara variabel harga diri dengan variabel

keputusan pembelian.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Pada setiap penelitian harus ditentukan terlebih dahulu

variabel-variabel apa saja yang perlu diperhatikan untuk menguji kebenaran dari

hipotesis yang diajukan (Azwar, 2004). Variabel-variabel tersebut perlu

ditentukan, dan diidentifikasikan. Variabel-variabel di dalam penelitian ini

adalah :

1. Variabel tergantung : Keputusan Pembelian

2. Variabel bebas : Harga diri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah suatu arti dari konstruk atau variabel

dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan yang perlu untuk

(45)

definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur

suatu variabel atau memanipulasikannya (Tedja, 2003). Kedua variabel di atas

memiliki definisi operasional sebagai berikut:

1. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan proses keterlibatan individu dalam

rangka mengadopsi suatu produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

Keterlibatan individu ini akan menghasilkan respon kognitif, yaitu menyadari

dan mengetahui, respon afektif, yaitu menyenangi dan memilih, selanjutnya

menimbulkan respon konatif, yaitu niat membeli dan perilaku membeli.

Keputusan pembelian dilihat melalui total skor yang diperoleh subjek dari

hasil pengisian Skala Keputusan Pembelian yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku pasca pembelian. Semakin tinggi skor yang diperoleh

menandakan semakin rasional keputusan pembelian subjek penelitian,

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menandakan cenderung

semakin rendah keputusan pembelian yang rasional.

2. Harga diri

Harga diri adalah penilaian terhadap diri sendiri sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungan, berdasarkan pada penilaian dan penghargaan

orang lain terhadap dirinya yang ditunjukkan oleh sikap yang wajar untuk

menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Harga diri dilihat melalui

(46)

29

terdiri dari empat aspek, yaitu keberartian (significant), kekuatan (power),

kompetensi (competence), dan kebajikan (virtue). Semakin tinggi skor yang

diperoleh menandakan semakin tinggi harga diri yang dimiliki subjek

penelitian, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menandakan

semakin rendah harga dirinya.

D. Subjek Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti, sedangkan

sampel adalah sebagian yang menjadi objek yang sesungguhnya dari

penelitian tersebut (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sampel dalam penelitian

ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental

purposive sampling, yaitu kombinasi dari incidental sampling/sampling

kebetulan dan purposive sampling. Dalam teknik pengambilan sampel ini

yang dijadikan anggota sampel adalah orang-orang yang kebetulan dijumpai di

tempat tersebut yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

berhubungan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

(47)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

skala yaitu suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang

diberikan kepada subjek penelitian yang bertujuan untuk mengungkap kondisi

yang hendak diselidiki oleh penyelidik (Hadi, 2004). Skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri dan Skala Keputusan Pembelian.

1. Skala Keputusan Pembelian

Data tentang keputusan pembelian diperoleh dengan menggunakan

Skala Keputusan Pembelian. Skala ini untuk mengungkap sampai seberapa

jauh rasionalitas subjek untuk memutuskan membeli suatu produk.

Penyusunan skala berdasarkan uraian dari aspek keputusan pembelian yang

dikemukakan oleh Kotler (2002), terdiri dari lima aspek, yaitu:

a. Pengenalan masalah.

Konsumen menyadari atau mengakui bahwa membutuhkan sesuatu.

b. Pencarian informasi.

Konsumen terlibat dalam pencarian informasi akan pemuas kebutuhan

yang potensial segera setelah pengenalan masalah terjadi. Pencarian dapat

didefinisikan sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan

di dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari lingkungan.

c. Evaluasi alternatif.

Konsumen mengevaluasi alternatif yang diidentifikasi untuk memecahkan

(48)

31

d. Keputusan pembelian.

Konsumen memutuskan tindakan alternatif apa yang akan dipilih.

e. Perilaku pasca pembelian.

Konsumen mengkonsumsi dan menggunakan produk atau jasa yang

diperoleh. Konsumen juga mengevaluasi akibat dari perilaku dan

keterlibatannya yang dihasilkan dari pembelian.

Skala Keputusan Pembelian ini menggunakan model skala Likert

terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu: ”Sangat Sesuai” (SS), ”Sesuai” (S),

”Tidak Sesuai” (TS), dan ”Sangat Tidak Sesuai” (STS), agar dapat

mengungkap lebih teliti. Subjek hanya diminta untuk memilih pernyataan

dengan salah satu jawaban dari empat alternatif jawaban yang disediakan.

Pemberian skor tergantung dari favorabel tidaknya suatu butir yang bergerak

dari 1 sampai 4. Kelompok pernyataan favourable, skor 4 diberikan untuk

jawaban SS, skor 3 untuk jawaban S, skor 2 untuk jawaban TS, dan skor 1

untuk jawaban STS. Kelompok pernyataan unfavourable, skor 4 diberikan

untuk jawaban STS, skor 3 untuk jawaban TS, skor 2 untuk jawaban S, dan

skor 1 untuk jawaban SS. Sebaran butir Skala Keputusan Pembelian dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Distribusi Sebaran Butir Skala Keputusan Pembelian

Aspek Favourable Unfavourable Total

Pengenalan masalah 1,11,21,31 6,16,26,36 8

Pencarian informasi 2,12,22,32 7,17,27,37 8

Evaluasi alternatif 3,13,23,33 8,18,28,38 8

Keputusan pembelian 4,14,24,34 9,19,29,39 8

(49)

J u m l a h 20 20 40

2. Skala Harga Diri

Skala Harga Diri yang digunakan dalam penelitian untuk mengungkap

tinggi rendahnya harga diri seseorang, terdiri dari 56 butir pernyataan, terbagi

atas 28 pernyataan favourable dan 28 pernyataan unfavourable. Skala Harga

Diri ini mengacu pada empat macam aspek harga diri yang dikemukakan oleh

Coopersmith (1967), yaitu

a. Keberartian (significant)

Keberartian individu nampak dari adanya penerimaan, penghargaan,

perhatian, dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian

biasanya ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungannya,

ketenaran, dan dukungan keluarga. Semakin banyak ekspresi kasih sayang

yang diterima, individu akan semakin berarti. Tetapi jika individu

tidak/jarang memperoleh stimulus positif dari orang lain, maka

kemungkinan besar individu akan merasa ditolak dan kemudian

mengisolasikan diri dari pergaulan.

b. Kekuatan (power)

Merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol diri sendiri

serta orang lain. Pada situasi tertentu ditunjukkan dengan adanya

penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Pengaruh dan wibawa

(50)

33

individu. Individu yang memiliki aspek kemampuan ini biasanya akan

menunjukkan sifat-sifat asertif danexplanatory actionsyang tinggi.

c. Kompetensi (competence)

Merupakanperformance dan penampilan yang prima dalam upaya meraih

kesuksesan dan keberhasilan. Dalam hal ini penampilan yang prima

ditunjukkan dengan adanya skill atau kemampuan yang merata di segala

usia. Dengan adanya kemampuan yang cukup, individu akan merasa yakin

untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Individu dengan kompetensi yang

bagus akan merasa setiap orang akan memberi dukungan padanya.

Individu akan merasa mampu mengatasi setiap masalah dihadapinya serta

mampu menghadapi lingkungannya.

d. Kebajikan (virtue)

Yaitu adanya kesesuaian diri dengan moral dan standar etik yang berlaku

di lingkungan. Hal tersebut diadaptasi individu dari nilai-nilai yang

ditanamkan oleh orangtua. Permasalahan nilai ini pada dasarnya berkisar

pada persoalan benar dan, salah, serta tidak lepas dari segala macam

pembicaraan mengenai peraturan dan norma di dalam masyarakat, juga

hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, serta ketaatan

dalam beragama.

Skala Harga Diri ini menggunakan model skala Likert terdiri dari

empat pilihan jawaban, yaitu: ”Sangat Sesuai” (SS), ”Sesuai” (S), ”Tidak

Sesuai” (TS), dan ”Sangat Tidak Sesuai” (STS), agar dapat mengungkap lebih

teliti. Subjek hanya diminta untuk memilih pernyataan dengan salah satu

(51)

tergantung dari favorabel tidaknya suatu butir yang bergerak dari 1 sampai 4.

Kelompok pernyataanfavourable, skor 4 diberikan untuk jawaban SS, skor 3

untuk jawaban S, skor 2 untuk jawaban TS, dan skor 1 untuk jawaban STS.

Kelompok pernyataan unfavourable, skor 4 diberikan untuk jawaban STS,

skor 3 untuk jawaban TS, skor 2 untuk jawaban S, dan skor 1 untuk jawaban

SS.

Sebaran butir Skala Harga Diri dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Distribusi Sebaran Butir Skala Harga Diri

Aspek Nomor Butir Jumlah

Favourable Unfavourable

Keberartian 1,5,17,25,33,49,51 9,13,22,30,38,46,53 14

Kekuatan 10,14,21,29,37,45,55 2,6,18,26,34,42,50 14

Kompetensi 3,7,19,27,35,43,52 11,15,24,32,40,48,54 14

Kebajikan 12,16,23,31,39,47,56 4,8,20,28,36,41,44 14

Jumlah 28 28 56

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan tugasnya untuk mengukur sesuatu. Suatu alat ukur

memiliki validitas yang tinggi bila ia memberikan hasil sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran. Sisi lain dari validitas adalah aspek kecermatan

pengukuran, cermat berarti pengukuran itu mampu memberikan gambaran

mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya antar subjek yang satu dengan

(52)

35

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan

seleksi aitem. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat

pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional

judgement (Azwar, 2004). Untuk memenuhi validitas isi, suatu skala harus

koprehensif isinya dan hanya memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari

batasan tujuan ukur. Oleh karena itu, blue print skala yang memberikan

gambaran mengenai isi skala dan menjadi acuan serta pedoman untuk berada

dalam lingkup yang benar, bila diikuti dengan baik akan mendukung validitas

isi skala (Azwar, 2004).

Seleksi aitem dilakukan untuk menguji apakah tiap butir aitem

benar-benar telah mengungkapkan faktor-faktor yang ingin diselidiki. Fungsi dari

seleksi aitem adalah untuk mendapatkan aitem-aitem yang valid, sehingga

aitem-aitem tersebut layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem

dilakukan dengan cara mnghitung korelasi antara distribusi skor setiap aitem

dengan skor skala. Pengkorelasian antara skor aitem dengan skor skala akan

menghasilkan korelasi aitem total atau indeks daya beda aitem. Semakin tinggi

koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala, berarti semakin

tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan, yang

berarti semakin tinggi daya bedanya (Azwar, 2004).

Penentuan pengukuran valid atau gugur menggunakan standar

koefisien validitas sebesar 0,30, karena aitem yang koefisien validitasnya

minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan (Azwar, 2004).

(53)

atau sama dengan 0,30. Aitem yang memiliki koefisien validitas lebih kecil

dari 0,30 atau bertanda negatif dinyatakan gugur.

Reliabilitas adalah kemantapan, konsistensi, prediktabilitas dan

kejituan suatu alat tes dalam suatu pengukuran (Kerlinger, 1996). Reliabilitas

mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel

akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor

yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan)

daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Suatu hasil pengukuran dapat

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama, menghasilkan angka yang relatif sama (Azwar,

2004).

G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Subyek Uji Coba Penelitian

Peneliti melakukan uji coba alat penelitian yaitu skala harga diri dan

skala keputusan pembelian. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan

angket dan meminta responden untuk mengisi angket penelitian. Peneliti

menyebarkan angket kepada 40 responden mahasiswa dari berbagai jurusan di

Universitas Sanata Dharma. Penyebaran angket penelitian dilaksanakan pada

(54)

37

Uji coba alat ukur bertujuan untuk melihat kesahihan aitem alat ukur

dan reliabilitas alat ukur yang kemudian akan digunakan sebagai alat ukur

dalam penelitian. Peneliti menyebar skala yang terdiri skala yang mengukur

harga diri dan skala yang mengukur keputusan pembelian.

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Aitem

Uji kesahihan aitem dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi

aitem-total (rxy) dengan harga r tabel sebesar 0,3, pada taraf kesalahan 5%

dengan taraf kepercayaan 95% pada sejumlah 30 responden. Hasil uji

kesahihan aitem skala penelitian adalah sebagai berikut:

a. Skala Harga Diri

Uji kesahihan aitem pada skala harga diri menggunakan programSPSS

versi 13.00. Hasil uji kesahihan aitem skala harga diri diperoleh koefisien

korelasi yang bernilai antara 0,011 sampai dengan 0,631. Terdapat empat

aitem butir yang gugur dari 56 butir aitem yang diujicobakan yaitu aitem

nomor 9, 13 dan 28. Jumlah butir yang sahih dari skala harga diri adalah

sebanyak 32 aitem, agar semua aspek mempunyai jumlah aitem yang sama

maka aitem nomor 13, 14, 24, dan 43 dikeluarkan dari analisis.

Nomor-nomor aitem yang gugur setelah dilakukan uji coba dan urutan

nomor baru setelah nomor lama dibuang untuk skala harga diri dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Harga Diri Pada Saat Uji Coba

(55)

Favourable Unfavourable

Keberartian 1,5,17,25,33,49*,51 9,13**,22,30,38,46,53 14 Kekuatan 10,14**,21,29,37,45,55 2,6,18,26,34*,42,50 14 Kompetensi 3,7,19,27,35,43**,52 11,15,24**,32,40,48,54 14 Kebajikan 12,16*,23,31,39,47,56 4,8,20*,28,36,41,44 14

Jumlah 28 28 56

Keterangan:

Tanda * = Nomor aitem yang gugur pada saat uji coba ** = Nomor aitem yang dikeluarkan

Tabel 4

Distribusi Aitem Skala Harga Diri Setelah Uji Coba

Aspek Nomor Butir Jumlah

Favourable Unfavourable

Keberartian 1,5,14,20,28,,43 9,,18,25,32,39,45 12

Kekuatan 10,,17,24,31,38,47 2,6,15,21,36,42 12

Kompetensi 3,7,16,22,29,44 11,13,27,34,41,46 13

Kebajikan 12,19,26,33,40,48 4,8,23,30,35,37 12

Jumlah 24 24 48

Hasil uji reliabilitas skala harga diri diperoleh nilai koefisien Alpha

Cronbach's sebesar 0,958 yang diujikan pada 40 responden dengan 48

aitem valid.

b. Skala Keputusan Pembelian

Hasil uji kesahihan untuk skala keputusan pembelian diperoleh

koefisien korelasi dengan nilai antara -0,265 sampai dengan 0,580.

Terdapat tiga aitem butir yang gugur dari 40 butir aitem yang diujicobakan

(56)

39

pembelian sebanyak 37 aitem, agar semua aspek mempunyai jumlah aitem

yang sama maka aitem nomor 20 dan 28 dikeluarkan dari analisis.

Nomor-nomor butir aitem yang gugur setelah dilakukan uji coba

dan urutan nomor baru setelah nomor lama dibuang untuk skala keputusan

pembelian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5

Distribusi Aitem Skala Keputusan Pembelian Pada Saat Uji Coba

Aspek Favourable Unfavourable Total

Pengenalan masalah 1,11,21,31 6,16,26*,36 8

Pencarian informasi 2,12,22,32 7,17,27,37* 8

Evaluasi alternatif 3,13,23,33 8,18,28**,38 8

Keputusan pembelian 4,14*,24,34 9,19,29,39 8

Perilaku pasca pembelian 5,15,25,35 10,20**,30,40 8

J u m l a h 20 20 40

Keterangan:

Tanda * = Nomor aitem yang gugur pada saat uji coba ** = Nomor aitem yang dikeluarkan

Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Keputusan Pembelian Setelah Uji Coba

Aspek Favourable Unfavourable Total

Pengenalan masalah 1,11,20,28 6,16,32 7

Pencarian informasi 2,12,21,29 7,17,25 7

Evaluasi alternatif 3,13,22,30 8,18,33 7

Keputusan pembelian 4,23,31 9,19,26,34 7

Perilaku pasca pembelian 5,14,24,15 10,27,35 7

(57)

Hasil uji reliabilitas skala keputusan spembelian diperoleh nilai

koefisien Alpha Cronbach's sebesar 0,937 yang diujikan pada 40 responden

dengan 35 item valid.

H. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Analisis Data

Uji ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang tidak menyimpang

dari tujuan penelitian.

a. Uji Normalitas : uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebaran variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak.

b. Uji Linieritas : uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

kedua variabel bersifat linier atau tidak.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian yang dipakai adalah korelasi product

moment, dengan alasan untuk mencari korelasi antara harga diri dengan keputusan

pembelian. Seluruh penghitungan analisis dilakukan dengan bantuan komputer

(58)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1-7 Mei 2009 di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa

berbagai jurusan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah

sebanyak 60 orang. Responden terdiri dari 37 orang (61,7%) berjenis kelamin

perempuan dan 23 orang (38,3%) adalah laki-laki. Sebanyak 11 orang (18,3%)

responden berusia 19 tahun, sebanyak 16 orang (26,7%) responden berusia 20

tahun, sebanyak 19 orang (31,7%) responden berusia 21 tahun, dan sebanyak

14 orang (23,3%) responden berusia 22 tahun. Kuesioner yang disebarkan

telah memenuhi syarat, yakni semua aitem pada setiap skala diisi sehingga

dapat digunakan dalam analisis data.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian yang menggambarkan tanggapan

responden terhadap variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Tabel Deskripsi Data Penelitian

Variabel Mean SD Min Max

Keputusan Pembelian 100,77 12,58 71,00 124,00

(59)

Selanjutnya dilakukan perbandingan antara mean empiris dengan

mean teoritis pada skala harga diri dan keputusan pembelian untuk

mengetahui tanggapan subjek penelitian terhadap variabel penelitian.

Perbandingan mean teoritis dengan mean empiris dan standar deviasi

teoritis dengan standar deviasi empiris dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8

Tabel Mean dan Standar Deviasi

Skala Mean

Teoritis

Mean Empiris

SD Teoritis

SD Empiris

Keputusan Pembelian 87,50 100,77 17,50 12,58

Harga Diri 120,00 138,37 24,00 13,19

Mean teoritis adalah rata-rata skor ideal hasil penelitian, sedangkan

mean empiris merupakan hasil rata-rata skor data penelitian. Hasil analisis

terhadap variabel harga diri diperoleh nilai mean teoritis sebesar 120 dan

nilai mean empiris sebesar 138,37. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata

responden penelitian mempunyai harga diri yang tinggi dalam pemakaian

produk. Hasil analisis dari skala keputusan pembelian diperoleh nilai mean

teoritis sebesar 87,50 dan nilai mean empiris sebesar 100,77. Hasil ini juga

menunjukkan bahwa rata-rata responden penelitian mempunyai tingkat

keputusan pembelian yang tinggi.

2. Kategorisasi Skor Skala

Data hasil penelitian dapat kategorisasi dalam lima kelompok

kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

(60)

43

pada masing-masing variabel penelitian. Kategorisasi tersebut disajikan

berikut ini:

a. Kategorisasi Keputusan Pembelian

Skala keputusan pembelian terdiri dari 35 aitem yang

masing-masing mempunyai skor 1,2,3 dan 4. Nilai skor minimal skala keputusan

pembelian adalah sebesar 35 (1x35), skor maksimal sebesar 140 (4x35),

sehingga diperoleh rentang skor sebesar 105 (140 – 35). Perhitungan

standar deviasi (SD), pada data yang berdistribusi normal memiliki 6

satuan standar dengan 3 bagian di sebelah kiri dan 3 bagian lainnya di

sebelah kanan, maka nilai SD sebesar 17,5 diperoleh dari (105:6), dan nilai

mean teoritis sebesar 87,50 (skor tengah dari skor tertinggi dan skor

terendah, (140+35)/2). Kategorisasi untuk skala keputusan pembelian

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 9

Kategorisasi Skor pada Skala Keputusan Pembelian

Kategori Interval Skor Frekuensi Persen

Sangat Tinggi 114,76 – 140,00 8 13,30%

Tinggi 96,26 – 113,75 26 43,30%

Sedang 78,76 – 96,25 25 41,70%

Rendah 61,26 – 78,75 1 1,70%

Sangat Rendah 35,00 – 61,25 0 0%

Total 60 100

Hasil kategorisasi skala keputusan pembelian menunjukkan

sebanyak 13,30% subyek termasuk dalam ketegori sangat tinggi, sebanyak

43,30% subyek termasuk dalam kategori tinggi, sebanyak 41,70% dalam

Gambar

Gambar 1. Consumer Decision Process Model
Tabel 1
Tabel 2Distribusi Sebaran Butir Skala Harga Diri
Tabel 4Distribusi Aitem Skala Harga Diri Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika individu memiliki harga diri tinggi maka akan merasa nyaman dan aktif di lingkungan masyarakat, dimana dengan harga diri yang tinggi seorang individu dapat

Penelitian Wijayanti (2014) menyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara harga diri dengan daya tahan terhadap stres pada siswa SMA, semakin tinggi harga diri

Perilaku konsumtif ... Pertimbangan konsumen dalam membeli ... Aspek-aspek perilaku konsumtif ... Dampak perilaku konsumtif ... Pengertian harga diri ... Pembentukan harga diri

Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi mempunyai hubungan interpersonal yang baik dengan individu lain sehingga memudahkan individu dalam memunculkan perilaku

Sebaliknya, semakin rendah penerimaan diri pada remaja penyandang tuna rungu, maka semakin tinggi kecemasan berinteraksi

Permasalahan ini berkaitan dengan “apakah semakin tinggi tingkat obesitas seseorang akan diikuti dengan semakin rendah harga diri dan penyesuaian diri mereka”, berdasarkan

Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah atau tidak ada kecurangan akademik yang dilakukan individu tersebut Efikasi diri akademik dalam penelitian

Menurut Kramer (2008) faktor lain yang mempengaruhi presentasi diri seseorang yaitu extroversion dimana ketika dimensi ini tinggi maka seseorang cenderung penuh