• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SEPAKUNG KECAMATAN BANYUBIRUKABUPATENSEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SEPAKUNG KECAMATAN BANYUBIRUKABUPATENSEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMITE SEKOLAH

TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SEPAKUNG

KECAMATAN BANYUBIRUKABUPATENSEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

WALID MAULA NUGROHO

111 09 041

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

PERAN KOMITE SEKOLAH

TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DI MADRASAH TSANAWIYAH NURUL HUDA SEPAKUNG

KECAMATAN BANYUBIRUKABUPATENSEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

WALID MAULA NUGROHO

111 09 041

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

ً اراَنًْمُكيِلْهَأَو

ًْمُكَسُفنَأًاىُقًاىُنَمآًَنيِذَّلاًاَهُّيَأًاَي

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamu dari

api neraka”. (QS. At-Tahrim: 6).

PERSEMBAHAN

Karya sederhana Ini Saya Persembahkan Kepada:

Istri dan buah hatiku yang tercinta

Kedua orang tuaku,tercinta

Bapak dan Ibu mertua, tercinta

Keluarga Besar di Banyubiru dan Tegalrejo

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin,penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan Rahmat, dan Hidayah-Nya kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya skripsi ini.

Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalui setia menjakannya suri tauladan yang mana beliaulahh satu-satunya ummat manusia yang dapat mereformasi ummat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi inipun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih yang sedalam dalamnya kepada ::

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN salatiga.

2. Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

5. Bapak Ibutercinta (Muhlasin&Tri Wahyuni) yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.

6. Bapak Ibu Mertua (Nasrudin & Atikah) yang tak henti- henti memberikan do’a dan motivasi.

7. Istriku tercinta(Neila Sa’adah), yang tidak pernah lelah memberikan semangat, perhatian dan selalu mendampingi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah selalu melindungimu dan anak kita.

(9)

9. Keluarga besar PMII Salatiga, terimakasih untuk semua kenangan manis yang telah terukir bersama. Semua itu tidak akan pernah terlupakan.

10.Teman-teman seperjuangan mahasiswa PAI Kelas B angkatan 2009,

11.Serta Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu oleh penulis, yang secara langsung maupun tidak langsung, selalu memberikan dorongan dan do’a kepada penulis selama masa penulisan.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa. Hanya untaian terimakasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah Nya. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Salatiga, 26 Desember 2015 Penulis,

(10)

ABSTRAK

Nugroho, Walid Maula. 2016. Peran Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang

Tahun 2015. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag Kata Kunci: Komite Sekolah

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini ada 2 hal meliputi: 1). Bagaimana mutu pendidikan di MTs Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2015? dan 2). Bagaimana peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di MTs Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2015?

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Selain itu, untuk keabsahan datanya dicek menggunakan teknik triangulasi,menggunakan bahan refrensi, dan member check.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL... ... i

GAMBAR BERLOGO... ... ii

HALAMAN JUDUL... ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ... iv

PENGESAHAN... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ... vi

MOTTO... ... vii

PERSEMBAHAN... ... vii

KATA PENGANTAR... ... viii

ABSTRAK... ... xi

DAFTAR ISI... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Telaah Kepustakaan ... 8

F. Penegasan Istilah... 11

1.Peran ... ... 11

2.Komite Sekolah ... 11

(12)

4.Mutu Pendidikan ... 12

G. Metode Penelitian... ... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Kehadiran Peneliti ... 14

3. Lokasi Penelitian ... 15

4. Sumber Data ... 15

5. Prosedur pengumpulan Data ... 16

6. Analisis Data ... 17

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 19

8. Tahap-Tahap Penelitian ... 19

H. Sistematika Pembahasan... ... 20

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 22

A. Komite Sekolah ... 22

1.Pengertian Komite Sekolah ... 22

2.Kedudukan Komite Sekolah... . 24

3.Tujuan Komite Sekolah ... 25

4.Peran Komite Sekolah ... 27

5.Struktur Organisasi Komite Sekolah... . 34

B. Mutu Pendidikan... ... 38

1. Pengertian Mutu Pendidikan... ... 38

2. Ciri-ciri Mutu Pendidikan ... 53

3. Indikator Mutu Pendidikan... ... 60

C. Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan….65 BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 70

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 70

1. Sejarah berdirinya MTs Nurul Huda... .. 70

(13)

3. Visi dan Misi ... 71

4. Struktur Organisasi MTs Nurul Huda ... 74

5. Sejarah Berdirinya Komite Sekolah di MTs Nurul Huda ... 76

6. Struktur Organisasi Komite Sekolah di MTs Nurul Huda ... 77

7. Keadaan Guru di MTs Nurul Huda ... 77

8. Keadaan Siswa- Siswi di MTs Nurul Huda ... 78

9. Keadaan Sarana Prasarana di MTs Nurul Huda ... 79

B. Penyajian Data Penelitian... ... 80

1. Mutu Pendidikan di MTs Nurul Huda ... 80

2. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs Nurul Huda ... 89

BAB IV : PEMBAHASAN ... 103

1. Mutu pendidikan di MTs Nurul Huda ... ` 103

2. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MTs Nurul Huda ... 106

BAB V : PENUTUP ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran-saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1, Surat tugas pembimbing

Lampiran 2, Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 3, Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4, Surat keterangan dari obyek penelitian

Lampiran 5, Pedoman Wawancara

Lampiran 6, Daftar Nilai SKK

Lampiran 7, Struktur Organisasi Sekolah

Lampiran 8, SK Komite Sekolah

Lampiran 9, Struktur Organisasi Komite

Lampiran 10, Keadaan Guru dan Staf

Lampiran 11, Data Siswa tahun pelajaran 2015 / 2016

Lampiran 12, Daftar nilai ulangan akhir semester tahun 2014 / 2015

Lampiran 13, Foto

Lampiran 14, Data fasilitas / sarana dan prasarana

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya mutu pendidikan. Hal ini bisa dirasakan, yaitu ketika sebuah lembaga pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikannya itu dengan cara yang benar-benar bagus, maka akan dapat dilihat mutunya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnya juga biasa-biasa saja. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan (Umeidi, 2001: 1).

(16)

adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawa (UU RI no. 20 Th 2003).

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Tilaar mengemukakan bahwa, sebagaimana dikutip oleh Mulyasa, pendidikan nasional dewasa ini dihadapkan pada empat krisis pokok, yakni yang berkaitan dengan mutu, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen. Berbagai konsep dan wawasan baru akan terus berproses seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Konsep dan wawasan baru itu diharapkan dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia agar mampu bersaing secara global. Dengan demikian persoalan mutu pendidikan sangat perlu di kaji dan diperjuangkan.

Dalam hal ini Sukirno (2006: 3) berpendapat, untuk merealisasikan perjuangan meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pembenahan dari segi sumber daya manusianya, lembaga penyelenggara pendidikannya seperti SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK, dan perguruan tinggi dan semunya itu perlu didukung oleh sumber daya pendidik yang layak. Sumber daya pendidikan itu antara lain: tenaga ahli atau guru, manajemen, kurikulum, sarana dan prasarana, serta dana yang diadakan dan didayagunakan oleh pemerintah, masyarakat, keluarga, peserta didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kerja sama.

(17)

pendekatan manajemen yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam kerangka inilah, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tampil sebagai alternatif paradigma baru manajemen pendidikan yang ditawarkan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2011: 11).

Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peran serta dan dukungan masyarakat, baik dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan sangat dibutuhkan. Untuk menampung peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan, maka dibentuklah komite sekolah. Keberadaan komite sekolah ini telah mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000- 2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan komite sekolah di tingkat satuan pendidikan.

(18)

Sekolah, dinyatakan bahwa keberadaan komite sekolah berperan dalam hal sebagai berikut:

1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan;

2. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;

4. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan pendidikan (Kepmendiknas, sk. no.044/u/2002).

Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, komite sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Majelis Madrasah, Majelis Sekolah, Komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati bersama (Hasbullah, 2006: 89).

(19)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan dewan pendidikan dan komite sekolah memang dipandang strategis sebagai wahana untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Beberapa kalangan masyarakat serta pakar dan pengamat pendidikan yang diundang untuk memberikan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pada umumnya sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah. Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran serta masyarakat, sekolah harus bisa membina kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah sebabnya paradigma MBS mengandung makna sebagai manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai keberhasilan bersama (Hamzah, 2007: 93).

Partisipasi ini perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan baik agar lebih bermakna bagi sekolah, terutama dalam peningkatan mutu dan efektifitas pendidikan lewat suatu wadah yaitu dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan komite sekolah di setiap satuan pendidikan.

(20)

menyadari bahwa berfikir, berbuat dan bekerja akan lebih baik jika dilakukan dengan bersama (stakeholders).

Dengan berasumsi bahwa pendidikan merupakan masalah semua pihak, maka pihak Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang berusaha seoptimal mungkin memberdayakan dan mengikut setakan keterlibatan komite sekolah dalam segala jenis usaha yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dimaksudkan, agar semua elemen masyarakat dapat ikut serta dalam menyukseskan pendidikan putra-putrinya dengan mutu yang lebih baik. Karena itu juga, hal ini sebagai bagian dari respon terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam beberapa Undang-undang dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional yang terkait dengan pengikutsertaan masyarakat dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik membahas masalah dengan judul “Peran Komite Sekolah Terhadap

Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang perlu dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2015?

(21)

C. TUJUAN PENELITIAN

Berpijak dari pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini secara umum sebagai berikut:

1. Mengetahui mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2015.

2. Mengetahui peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2015.

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan beberapa manfaat dari pelaksanaan penelitian masalah tersebut, sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan.

2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar, dan para pihak yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada umumnya serta bagi penulis khususnya agar menyadari betapa pentingnya peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan.

E. TELAAH KEPUSTAKAAN

(22)

adalah hasil penelitian terdahulu yang relevan yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini penelitian terdahulu harus fokus pada persolaan Komite Sekolah, Oleh karena itu peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu.

Penelitian tersebut adalah yang dilakukan oleh M. Abdul Rofiq Roziqi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2007, dalam penelitiannya yang berjudul strategi komite sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MTs Surya Buana Malang, diantaranya yaitu:

1) Dari aspek manajemennya, komite sekolah menjembatani dengan perlu adanya perlibatan masyarakat untuk ikut rasa memiliki terhadap perkembangan lembaga dalam artian masyarakat diberikeluasan untuk urun rembung,

2) Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), komite sekolah telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut: mengadakan study banding, mendelegasikan seminar dan pelatihan, memberikan tips pendidikan ringan,

3) Dari aspek kurikulum, komite sekolah secara kultural berupaya menjembatani ketika peserta didik berada di rumah, dengan jalan selalu menghimbau pada wali murid untuk terus melakukan pendampingan dan bimbingan dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah didapat dari sekolah, agar ada keseimbangan antara di sekolah dan di rumah.

(23)

Annisah, mahasiswi Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 2007, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa: peran komite madrasah dalam pengembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Jabang Talun Blitar meliputi pemberi pertimbangan, komite madrasah berperan sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga, peranan komite sekolah selanjutnya sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di lingkungan madrasah. Dalam perwujutanperanan komite madrasah dalam pengembangan madrasah meliputi: pengembangan di bidang sarana prasarana, dan pengembangan dibidang keuangan”.

Sementara Yuliati dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa: strategi pimpinan madrasah dalam meningkatkan peran komite madrasah di MTsN Malang 1 dapat diklasifikasikan menjadi 8 macam: 1)memilih orang-orang yang tepat menjadi pengurus komite madrasah, 2) membagi beban kerja yang merata sehingga pengurus komite dapat bekerja secara maksimal, 3) menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan adanya keterbukaan (transparan) dalam bekerjasama, 4) saling menjaga amanah dalam menjalankan tugas serta ada kemauan untuk berbenah diri dan bukan untuk saling menjatuhkan satu sama lain, 5) memberi point/nilai bagi yang berprestasi, 6) menjalin rasa kekeluargaan, dan 7) melibatkan komite dalam setiap kegiatan yang adadi madrasah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis di sini akan mengadakan penelitian tentang peran komite sekolah. Adapun yang membedakan dengan skripsi yang terdahulu, pada penelitian ini peneliti lebih menekankan pada mutu pendidikan, yang mana pada penelitian terdahulu lebih ditekankan pada pengembangan madrasah Tsanawiyah.

Jadi disini peneliti akan membahas tentang “Peran komite sekolah sebagai dewan

(24)

pengontrol (controlling agency) dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat guna meningkatkan mutu pendidikan di MTs Nurul Huda Sepakung.

F. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan persepsi dalam memahami beberapa istilah yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini, maka penulis perlu mengemukakan beberapa penegasan istilah, antara lain:

1. Peran

Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorangdalam suatu peristiwa (Depdikbud, 1996: 751). Peran merupakan bentuk pengaruh yang disebabkan oleh seseorang terhadap sesuatu untuk pengembangan dan perubahan sesuatu tersebut dalam suatu peristiwa. Hal ini berarti bahwa segala sesuatu mempunyai peran dan fungsinya sendiri-sendiri bagi sesuatu yang lain. Begitu pula masyarakat, stakeholder pendidikan, kepala sekolah maupun komite sekolah, juga mempunyai peran dalam upaya pengembangan pendidikan..

2. Komite sekolah

(25)

mengoptimalkan peran komite sekolah guna membantu negara dalam mengentaskan manusia Indonesia dari kebodohan.

3. Peningkatan

Peningkatan adalah memajukan taraf, derajat, sesuatu (Depdikbud, 1997: 667).

Maksudnya di sini adalah bagaimana proses belajar mengajar itu bisa maju, hal ini untuk membatasi dalam pembahasan skripsi ini

4. Mutu pendidikan

Mutu adalah baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan) (Partanto, 1994; 505). Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan (Umeidi, 2001: 25). Adapun Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2001: 25).

(26)

merealisasikan pendidikan seoptimal mungkin dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang Peran Komite Sekolah terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda menggunakan pendekatan kualitatif. Yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif adalah:

a. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent)

b. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai.

c. Hipotesis: tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung. Hasil penelitiannya terbuka.

d. Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.

e. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data harus selalu dilakukan sendiri oleh peneliti.

f. Analisis data: dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data.(Arikunto, 1989: 11)

(27)

Dengan demikian karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan, meringkas berbagai kondisi atau berbagai variabel. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong (2009: 11), bahwa jenis penelitian deskriptif merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai instrument utama pengumpulan data. Sedangkan instrument selain (non) manusia dapat pula digunakan, namun fungsinya hanya sebatas sebagai pendukung dan pembantu dalam penelitian.

Menurut Lexy J.Moleong (2009: 168) berpendapat bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.

(28)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Peran Komite Sekolah terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan ini mengambil lokasi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Madrasah yang berlokasi di Dusun Sepakung, Kelurahan Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda komite sekolahnya sudah terbentuk yakni seiring dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang pembentukan komite sekolah dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pendidikan di sekolah.

4. Sumber Data

Sumber data yang digali dalam penelitian ini meliputi:

a.

Sumber data utama (primer) yaitu sumber data yang diambil peneliti baik

berupa kata-kata dan tindakan melalui wawancara dan observasi. Sumber data primer ini adalah data-data yang langsung ditemukan dari sumber utama. Sumber data utama dalam menggali data tentang peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah Kepala Madrasah, Pengurus Komite Sekolah yang terdiri dari: ketua, sekretaris, dan bendahara, serta Guru.

b.

Sumber data tambahan (sekunder), yaitu sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Sugiyono, 2008: 62)

(29)

majalah, dan buku-buku yang bersangkutan dengan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi, yaitu suatu metode yang digunakan dengan cara pengamatan, pencatatan data secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dimaksudkan untuk melihat kondisi tempat penelitian dan aktivitas yang terjadi disana secara langsung. Dalam observasi ini tehnik yang digunakan adalah observasi non sistematika, yaitu observasi tanpa menggunakan instrumen pengamatan. Hal-hal yang perlu diobservasi dalam penelitian ini berupa tempat, kegiatan, dan manusia.

b. Wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan (terwawancara). Data yang dikumpulkan disini adalah data verbal yang didapat dari tanya jawab. Tehnik yang digunakan dalam wawancara/interview ini adalah interview bebas terpimpin., yaitu pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan dan selanjutnya dikembangkan dalam proses wawancara tersebut. Informan yang dibutuhkan untuk mengetahui peran Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah kepala sekolah, pengurus Komite Sekolah, dan guru.

(30)

dengan kebutuhan penelitian tentang peran Komite Sekolah terhadap peningkatan Mutu Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda.

6. Analisis Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada oranga lain. ( Sugiyono, 2008: 88)

Teknik analisis data dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya atau mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Maka dalam penelitian ini data yang diperoleh dari para informan kunci dan informan pelengkap disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Penyajian data

Penyajian data ini berupaya menghindarkan data yang bertumpuk-tumpuk. Laporan tebal dan sulitnya ditangani. Dengan sendirinya sukar pula melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Dengan demikian peneliti diusahakan menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail.

(31)

Mengambil kesimpulan dan verifikasi ini bermula dari usaha peneliti untuk mencari makna dari data yang dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul dan sebagainya.

Ketiga analisis tersebut saling berhubungan dan berlangsung terus selama penelitian dilakukan. Jadi analisis adalah kegiatan yang kontinue dari awal sampai akhir penelitian. (Harun, 2007: 77)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data ini dilakukan agar memperoleh hasil yang valid dan tetap dapat dipercaya oleh semua pihak. Teknik yang digunakan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Melakukan teknik triangulasi

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. (Moleong, 2009: 178)

b. Menggunakan bahan referensi

Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang ada sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

(32)

Dalam member check informan dan peneliti mengadakan review terhadap data yang telah diperoleh dalam penelitian baik isi maupun bahasanya. (Moleong, 2009: 221)

8. Tahap-Tahap Penelitian a. Tahap pra lapangan

1) Memilih lapangan penelitian. Dengan pertimbangan bahwa di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda komite sekolahnya sudah terbentuk yakni seiring dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Selain itu, di lokasi ini memungkinkan mempermudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan observasi karena letaknya yang strategis.

2) Mengurus perijinan penelitian secara formal. 3) Melakukan penjajakan lapangan.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini meliputi 2 kegiatan, yaitu: pengumpulan data yang diperlukan dan mengidentifikasi data tersebut.

c. Tahap akhir penelitian

Pada tahap akhir ini ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu: menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

(33)

Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah kepustakaan, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab dua berisi Kajian pustaka yang membahas tentang landasan teori yang terdiri dari tiga sub pokok bahasan. Yang pertama pemahaman tentang komite sekolah yang terdiri dari: pengertian komite sekolah, kedudukan komite sekolah, tujuan komite sekolah, peran dan fungsi komite sekolah, struktur organisasi komite sekolah, kepengurusan komite sekolah, . Yang kedua tentang mutu pendidikan yang terdiri dari: pengertian mutu pendidikan, ciri-ciri mutu pendidikan, dan indikator mutu pendidikan. Yang ketiga mengenai peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Bab tiga berisi paparan data dan temuan penelitian, meliputi: yang pertama gambaran umum lokasi dan subjek penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, letak geografis Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, sejarah berdirinya komite sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, struktur organisasi komite sekolah di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, keadaan guru di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, keadaan siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, serta keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda. Yang kedua penyajian data yang terdiri dari: mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda dan peran komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda.

(34)

diperkuat dengan teori-teori yang sudah ada yang kemudian diharapkan bisa menemukan sesuatu yang baru.

Sedangkan pada bab lima berisi penutup, yang membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian di lapangan dan saran-saran konstruktif dan inovatif dari penulis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KOMITE SEKOLAH

1. Pengertian Komite Sekolah

Menurut Sanapiah Faisal (1981) hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilihat dari dua segi, yaitu: (1) sekolah sebagai patner dari masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan, dan (2) sekolah sebagai produser yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat lingkungannya. Untuk itu, sekolah dan masyarakat harus saling bekerja sama dan bertanggung jawab dalam proses pendidikan disamping tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi, dan kabupaten/kota. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder pendidikan.

Hal ini sesuai dengan konsep Partisipasi Berbasis Masyarakat (community based

participation) dan Manajemen Berbasis Sekolah (school based management) yang kini

(35)

agar sekolah dan semua yang berkompeten atau stakeholder pendidikan dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergis dari pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat atau stakeholder lainnya secara sistematik sebagai wujud peran serta dalam melakukan pengelolaan pendidikan. Supaya tidak menjadi tumpang tindih beban dan tanggung jawab di antara stakeholder pendidikan, maka diperlukan suatu lembaga yang independen, demokratis, transparan yang dapat dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat. Untuk mewadahi peran dan tanggung jawab serta wewenang yang seimbang dan proporsional antara sekolah, wali murid dan masyarakat serta stakeholder lainnya, maka untuk itu dibentuklah komite sekolah.

Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada jalur pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. (Hasbullah, 2006: 89). Sedangkan dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 54 ayat 3 dinyatakan bahwa: Komite sekolah adalah lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Komite sekolah dapat juga diartikan sebagai suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para

stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai

(36)

dari siswa (khusus untuk SLTA). Anggota komite juga disebutkan sekurang-kurangnya berjumlah sembilan. Anggota komite dapat melibatkan dewan guru dan yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan maksimal berjumlah tiga orang. Syarat-syarat, hak, dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah biasanya ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) atau Anggaran Rumah Tangga (ART). Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti komite sekolah, majelis madrasah, majelis sekolah, komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati bersama. (Hasbullah, 2006: 90)

Sebelum dibentuk komite sekolah, dikenal adanya Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) di tiap-tiap sekolah dan Persatuan Orang tua Murid dan Guru (POMG).

2. Kedudukan Komite Sekolah

Berdasarkan buku pedoman kerja komite sekolah bab II pasal 4 telah dijelaskan bahwasannya kedudukan komite sekolah adalah sebagai lembaga mandiri atau organisasi diluar struktur organisasi sekolah yang lazim disebut organisasi nonstruktural, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan sekolah sebagai mitra kerja sekolah. (Sukirno, 2006: 2)

Komite sekolah berkedudukan pada satuan pendidikan sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan, pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah), hingga pendidikan menengah (Madrasah Aliyah), baik madrasah negeri maupun swasta.

(37)

komite sekolah dapat dibentuk beberapa alternatif sebagai berikut: a. Komite sekolah/madrasah yang dibentuk di satuan pendidikan.

b. Terdapat beberapa sekolah/madrasah pada satu lokasi atau beberapa sekolah/madrasah yang berbeda jenjang tetapi beradapada satu lokasi yang berdekatan, atau beberapa madrasah yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya, dapat dibentuk koordinator komite sekolah/madrasah (Khaeruddin, 2007: 249)

3. Tujuan Komite Sekolah

Berdasarkan buku pedoman kerja komite sekolah bab III pasal 8 telah dijelaskan bahwa dibentuknya komite sekolah bertujuan meningkatkan keikutsertaan atau partisipasi orang tua/wali siswa dan tokoh masyarakat sebagai anggota komite sekolah dalam membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah/madrsah yang bersangkutan (Sukirno, 2006: 3)

Tujuan dibentuknya komite sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna

(client model), berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model) dan kemitraan

(38)

Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah yang telah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai berikut:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan,

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, dan

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. ( Hasbullah, 2006: 90)

Dengan demikian tujuan dibentuknya komite sekolah adalah untuk mewadahi partisipasi para stakeholder agar turut serta dalam operasional manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah secara proposional, sehingga komite sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu, badan ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

Keberadaan komite sekolah/madrasah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah/madrasah. Oleh karena itu, pembentukannya harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada (Khaeruddin, 2007: 250).

4. Peran Komite Sekolah

(39)

masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Boleh dikatakan tanggung jawab masing-masing masih belum optimal, terutama peran serta masyarakat yang sampai saat ini masih dirasakan belum banyak diberdayakan. (Hasbullah, 2006: 91)

Peran masyarakat dalam pendidikan telah dikemukakan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 54. Dan secara lebih spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada dewan pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah, yang berperan sebagai berikut:

a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah.

b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis.

c. Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. ( UU RI No 20 Tahun 2003: 29)

Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka digulirkan konsep komite sekolah sebagaimana dikemukakan diatas. Berdasarkan Keputusan

Mendiknas No. 044/U/2000, keberadaan komite sekolah berperan sebagai berikut:

(40)

b. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;

d. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Komite sekolah mempunyai penjabaran peran dalam kegiatan operasional komite sekolah, adapun penjabarannya adalah sebagai berikut (Hasbullah, 2006: 92): a. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan pelaksanaan

kebijakan pendidikan di satuan pendidikan indikator kinerjanya dengan memberikan masukan dan pertimbangan mengenai:

 Kebijakan pendidikan;

 Program Pendidikan;

 Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS);

 Kriteria kinerja satuan;

 Kriteria tenaga kependidikan;

 Kriteria fasilitas pendidikan.

b. Sebagai pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, indikator kinerjanya yaitu:

 Mendorong orang tua untuk berpartisipasi dalam pendidikan;

 Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan;

(41)

 Mendorong tumbuhnya perhatian masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu;

 Mendorong tumbuhnya komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan

yang bermutu.

c. Sebagai pengontrol (controlling agency), dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, indicator kinerjanya yaitu:

 Melakukan evaluasi dalam setiap kegiatan;

 Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan program penyelenggaraan

pendidikan;

 Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan program keluaran pendidikan.

d. Sebagai mediator, dengan masyarakat di satuan pendidikan, indikator kinerjanya yaitu:

 Melakukan kerja sama dengan masyarakat;

 Menampung aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan

oleh masyarakat;

 Menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang

diajukan oleh masyarakat.

Sementara itu, untuk menjalankan perannya, komite sekolah juga berfungsi dalam hal-hal sebagai berikut:

(42)

b. Melakukan upaya kerja sama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

1) Kebijakan dan program pendidikan;

2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); 3) Kriteria kinerja satuan pendidikan;

4) Kriteria tenaga pendidikan; 5) Kriteria fasilitas pendidikan;

6) Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. (Hasbullah, 2006: 93)

(43)

a. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah.

b. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga dan pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat. (Khaeruddin, 2007: 252)

Adapun secara rinci berdasarkan paparan di atas dapat kita paparkan peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan rapat komite sesuai dengan programyang ditetapkan.

b. Bersama dengan sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan visi dan misi.

c. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun standar pelayanan pembelajaran di sekolah/madrasah.

d. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun rencana strategi pengembangan sekolah/madrasah.

e. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan rencana program tahunan sekolah/madrasah termasuk dalam penyusunan dan penetapan RAPBS/M. f. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan berupa honorium

yang diperoleh dari masyarakat kepada kepala sekolah/madrasah, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan sekolah/madrasah.

(44)

h. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakatuntuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.

i. Mengelola peran masyarakat berupa non-material(tenaga, pikiran, yang ditujukan kepada peningkatan kualitas pelayanan sekolah/madrasah.

j. Mengevaluasi program sekolah/madrasah secara proporsional sesuai dengan kesepakatan dengan pihak sekolah/madrasah, meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana, pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan.

k. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama dengan pihak sekolah/madrasah (termasuk juga dengan melibatkan masyarakat dan orang tua murid).

l. Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan secara terstandar nasional maupun lokal.

m. Memberikan motivasi, penghargaan (baik yang berupa materi maupun non-materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada seseorang yang berjasa kepada sekolah/madrasah secara proporsional.

n. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar (sekolah/madrasah) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di sekolah/ madrasah yang bersangkutan. o. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah/ madrasah yang

bersangkutan.

(45)

q. Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah/madrasah dan masyarakat.

Selain peran yang disebutkan diatas, peran nyata yang dilaksanakan komite sekolah adalah sebagai mitra atau partner bagi pemerintah daerah atau sekolah. Badan ini memiliki peran sebatas memberikan pertimbangan atau pilihan-pilihan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan sekolah, serta memberikan dukungan, kontrol, dan menjembatani kepentingan masyarakat dan penyelenggaraan pendidikan. Peran komite sekolah memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, mendukung penyelenggaraan pendidikan, mengontrol dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat. Di samping itu juga berfungsi mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap pendidikan berkualitas, melakukan kerjasama dengan masyarakat, menampung dan menganalisa aspirasi, memberi masukan, mendorong orang tua murid dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana dari masyarakat dan melakukan evaluasi.

(46)

Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah dan mufakat. Jika dipandang perlu, pemilihan anggota dan pengurus dilakukan melalui pemungutan suara (Hasbullah, 2006: 99).

a. Keanggotaan Komite Sekolah

Keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsuryang ada dalam masyarakat. Disamping itu unsur dewan guru, yayasanatau lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa (BPD) dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite sekolah. Jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya sembilan orang. Syarat-syarat, hak dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah ditetapkan di dalamAnggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). (Hasbullah, 2006: 100)

Anggota komite sekolah dibentuk dengan ketentuan-ketentuan unsur tertentu, misalnya:

(47)

pendidikan, wakil alumni,dan khusus untuk jenjang pendidikan menengah wakil peserta didik.

2) Unsur dewan guru paling banyak 15% dari jumlah anggota komite sekolah. 3) Unsur yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan.

4) Badan Pertimbangan Desa dan lain-lain yang dianggapperlu dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite sekolah (sebanyak-banyaknya berjumlah 3 orang).

5) Perwakilan dari organisasi siswa, bagi Madrasah Aliyah. (Khaeruddin, 2007: 252).

b. Kepengurusan Komite Sekolah

Pengurus komite sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite sekolah dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite dianjurkan bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. Yang menangani urusan administrasi komite sekolah sebaiknya juga bukan pegawai sekolah.

Pengurus komite sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis danterbuka dalam musyawarah komite sekolah.

b. Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota komite sekolah.

(48)

Mekanisme kerja pengurus komite sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Pengurus komite sekolah terpilih bertanggungjawab kepada musyawarah anggota sebagai forum tertinggi AD dan ART.

b. Pengurus komite sekolah menyusun program-program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik

c. Apabila pengurus komite sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru.

d. Pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggaran komite sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah. (Khaeruddin, 2007: 254)

Pengurus dari anggota komite sekolah yang telah dipilih secara demokratis harus segera menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Oleh karena itu, pada umumnya ada pembentukan tim kecil yang diberi tugas untuk menyusun rancangannyakemudian dibahas dalam rapat-rapat pleno komite sekolah. Berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 044/U/202, Anggaran Dasar (AD) komite sekolahsekurang-kurangnya memuat:

a. Nama dan tempat kedudukan, b. Dasar, tujuan dan kegiatan, c. Keanggotaan dan kepengurusan,

(49)

f. Mekanisme kerja-kerja dan rapat-rapat, dan

g. Perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi.

Sedangkan untuk Anggaran Rumah Tangga (ART) sekurang-kurangnya memuat:

a. Mekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus, b. Rincian tugas komite sekolah,

c. Mekanisme rapat,

d. Kerjasama dengan pihak lain, dan e. Ketentuan penutup.

B. MUTU PENDIDIKAN

1. Pengertian mutu pendidikan

Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah dan berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan ketertiban sekalipun. (Shaodih, 2006: 8)

(50)

(1979) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi

availability, delivery, realibility, maintainbility, dan cost effectiveness. Sementara itu,

Deming (1982) menyatakan bahwa mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan siswa sekarang dan dimasa yang akan datang. Menurut Elliot (1993) kualitas/mutu adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan.

Menurut Goetch dan Davis (1995) yang dikutip oleh Rusman (2009: 554), bahwasanya “kualitas/mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan layanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan“. Sedangkan menurut Umeidi (2001: 25), secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan.

(51)

Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. (Rohiat, 2008: 52)

Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud meliputi proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, proses belajar mengajar, serta proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Proses dikatakan bermutu apabila pengkordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb) dilakukan secara harmonis dan terpadu, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan

(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar

mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).

(52)

sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan harian, nilai ulangan umum atau nilai pencapaian ketuntasan kompetensi, hasil Ebtanas, karya ilmiah, lomba akademik, karya-karya lain peserta didik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. (Rohiat, 2008: 53)

Sudarwan Danim menyatakan bahwa hasil (output) pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu. Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik. Sedangkan keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis ketrampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler (Danim, 2006: 53-54 ). Disamping itu, mutu keluaran (output) juga dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama menjalani pendidikan.

(53)

itu di masa sekarang atau masa yang akan datang. Mutu pendidikan bukanlah suatu konsep yang berdiri sendiri akan tetapi terkait erat dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dalam mendefinisikan mutu pendidikan adalah pendidikan yang dapat menghasilkan peserta didik yang unggul dalam pengetahuan akademik maupun non akademiknya serta mampu menanamkan dan menumbuh kembangkan pengetahuannya tersebut untuk dijadikan pandangan hidupnya, serta diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. (Muhaimin, 2007: 8)

Dalam peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:

a. Siswa

Dalam kaitannya dengan pendidikan, peserta didik merupakan faktor atau komponen penting dalam pendidikan, oleh karenaitu pembinaan terhadap anak harus dilaksanakan secara terus-menerus ke arah kematangan dan kedewasaan. Bisa dikatakan hampir semua kegiatan disekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. Upaya itu akan optimal jika siswa itu sendiri secara aktif berupaya mengembangkan diri sesuai dengan program-program yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswadapat mengembangkan diri secara optimal.

Sebagai manusia, peserta memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yaitu: 1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masihmenjadi tanggung jawab

(54)

2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh dan lainnya), serta perbedaan individual. (Djamarah, 2000: 52)

Berkenaan dengan siswa, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:

1) Siswa harus diperhatikan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

2) Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragamsehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

3) Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar,jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.

4) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik (Hasbullah, 2006: 121).

(55)

Guru merupakan orang pertama yang mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik, dalam prosespendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua di rumah. Di lembaga pendidikan, guru menjadi orang pertama yang bertugas membimbing, mengajar, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. ( Yamin, 2009: 47)

Oleh karena itu, kualitas seorang guru harus ditingkatkan. Usaha peningkatan kualitas guru ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yaitu:

1) Absensi dan kedisplinan guru

Hal ini sangat menentukan kualitas pendidikan guru,karena absensi dan kedisiplinan guru sangat berpengaruh demi kelancaran proses belajar-mengajar. Jika guru jarang hadir atau tidakdisiplin maka hal itu akan menghambat proses belajar-mengajar dan akan mengakibatkan peserta didik menjadi malas. Akan tetapi jika guru selalu tepat waktu, tidak pernah terlambat dalam mengajar, maka hal inilah yang akan menjadi pemacu semangat peserta didik dalam belajar. Dan bagi setiap guru, hendaknya selalu mempunyai komitmen sebagai pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan. 2) Membentuk teacher meeting

Teacher meetingdapat diartikan pertemuan atau rapat guru yang merupakan salah satu teknik supervisi dalam rangka usaha memperbaiki situasi belajar-mengajar di sekolah. (Dirawat,1983: 132)

(56)

a) Menyusun pandangan-pandangan guru tentang konsep umum arti pendidikan dan fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dimana merupakan tanggung jawab mereka bersama,

b) Mendorong guru-guru untuk menerima dan melaksanakantugasnya dengan sebaik-baiknya serta mendorong kearah pertumbuhan mereka,

c) Menyatukan pendapat-pendapat tentang metode-metode kerja yang akan membawa mereka bersama ke arah pertumbuhan mereka,

d) Membantu guru-guru baik secara individu bersama-sama untuk menemukan dan menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka,menganalisa problema-problema mereka, pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Dirawat, 1983: 132)

Anjuran untuk melakukan rapat atau musyawarah ini, sesuai dengan ajaran Islam yang disebutkan dalam Al-Qur’anSurat Asy-syuro ayat 38:

ْْمُهاَنْ قَزَر

اَِّمَِو

ْْمُهَ نْ يَ ب

ىَروُش

ْْمُهُرْمَأَو

َْةلاَّصلا

اوُماَقَأَو

ْْمِهبَِّرِل

اوُباَجَتْسا

َْنيِذَّلاَو

.

َْنوُقِفْنُ ي

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”. ( Depag, 1989: 789)

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa Islam memerintahkan agar dalam menyelesaikan masalah hendaknya dengan musyawarah (rapat).

(57)

Penataran merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan kualitas guru dalam hal kemampuan profesionalisme. Seperti yang diungkapkan Djumhur dan Mochammad Surya dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan penyuluhan di Sekolah: “Penataran adalah usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan

kualitas guru dan pegawai guna menyelaraskan pengetahuan danketerampilan mereka sesuai dengan kemampuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing”. ( Djumhur, 1975: 115)

Kegiatan penataran itu dimaksudkan untuk:

a. Mempertinggi mutu petugas dalam bidang profesinya masing-masing b. Meningkatkan efisiensi kerja menuju ke arah tercapainya hasil

Adapun penataran yang diikuti oleh guru adalah penataran yang diadakan oleh Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional maupun lembaga atau instansi-instansi lainnya. Dalam setiap penataran tidak semua guru dapat mengikutinya, tetapi hanya guru-guru yang bersangkutan (terkait dengan bidangnya), dan diharapkan setelah mengikuti penataran itu, guru dan peserta lainnya harus disosialisasikan kepada guru dan pegawai lainnya.

4) Mengikuti kursus pendidikan

Dengan mengikuti kursus akan menambah wawasan dan pengetahuan guru. Hal ini juga akan meningkatkan profesionalisme guru lebih berkualitas. Kegiatan kursus dapat dilakukan secara individu maupun kolektif.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut perumusan yang berlaku yang diterangkan dalam KUHP Pasal 285, pelaku perkosaan sebagai suatu tindak kejahatan adalah “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman

“ how does the Indonesian language affect the use of English while talking to foreign tourists ,” the researcher was not only classified the sentences and phrases

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mareti (2010) yang berjudul Pengaruh Aromaterapi terhadap Penurunan Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut di Dusun Kramen Kring

Dengan demikian diharapkan masyarakat umum akan lebih terbuka dan ada keinginan untuk mencoba membuat sebuah karya film khususnya film pendek yang nantinya dapat digunakan

Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa debt covenant yang diproksikan terhadap leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap konsrvatisme

signifikan terhadap pembiayaan murabahah , artinya semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank syariah makasemakin tinggi penyaluran dana. yang dilakukan oleh bank

Seperti diketahui, salah satu syarat untuk dapat langsung mengikuti Sertifikasi Nasional PPPU ini adalah pengalaman kerja yang terbagi atas: - minimal 3 tahun di

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis terhadap sumber daya sistem informasi dan kualtas informasi yang dihasilkan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) Ditjen Perbendaharaan,