I3-
1
3.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
3.1.1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :
1.Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
2.Keharmonisa antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
3.Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
4.Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan, ruang udara termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
5.Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kbupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan penceghan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang
6.Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat
7.Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah
8.Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor
9.Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1.Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2.Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3.Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
BAB 3
RENCANA TATA RUANG
I3-
2
4.Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi, serta keserasian antar sektor
5.Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6.Penataan ruang kawasan strategis nasional
7.Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional, meliputi kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
1.Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah
yang merata dan berhirarki
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh
wilayah nasional
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :
Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya
Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan
Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai
Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya
2.Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung
Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup
Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya
I3-
3
Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Strategi :
Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung
Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan
Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang
berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan
Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan disekitar
kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan
budi daya
Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan
strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun
Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan
strategis nasional.
Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan
tingkat perkembangan antar kawasan
Strategi :
Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan
Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal
dan pusat pertumbuhan wilayah
Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi
masyarakat
Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan
Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam
I3-
4
3.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi (A) sistem perkotaan nasional, (B) sistem jaringan transportasi nasional, (C) sistem jaringan energi nasional, (D) sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan (E) sistem jaringan sumber daya air. Namun dalam pembahasan yang terkait dengan Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karrya adalah sistem perkotaan nasional.
Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN),Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang dapat berupa :
1. kawasan megapolitan;
2. kawasan metropolitan;
3. kawasan perkotaan besar;
4. kawasan perkotaan sedang; atau
5. kawasan perkotaan kecil.
Untuk Provinsi Jawa Timur PKN ditentukan di Kawasan Perkotaan Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) serta di Malang. Sedangkan PKW di Provinsi Jawa Timur diarahkan pada wilayah Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,
banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan. Berikut arahan pengembangan perkotaan di Provinsi Jawa Timur.
Sistem Perkotaan Nasional dan Arahan Pengembangannya di Provinsi Jawa Timur
No Sistem Perkotaan Wilayah Arahan
1 PKN Gerbangkertasusila Termasuk dalam tahapan pengembangan
I dengan fokus kegiatan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Malang Termasuk dalam tahapan pengembangan
I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
2 PKW Probolinggo Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
Tuban Termasuk dalam tahapan pengembangan
I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
Kediri Termasuk dalam tahapan pengembangan
I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
Madiun Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
Banyuwangi Termasuk dalam tahapan pengembangan
I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan
Jember Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan
I3-
5
No Sistem Perkotaan Wilayah Arahan
II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan
Pamekasan Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan
Bojonegoro Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan
Pacitan Termasuk dalam tahapan pengembangan
II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan
Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
3.1.3. Rencana Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: a. Pertahanan dan keamanan;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Sosial dan budaya;
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jawa Timur
No Kawasan Strategis Nasional Kota/Kabupaten Sudut Kepentingan
1 Kawasan Perkotaan Gresik
– Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan
(Gerbangkertosusila)
Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota
Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Lamongan
Ekonomi
2 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
3 Kawasan Perbatasan Negara Pulau Barung
Kabupaten Jember Pertahanan dan Keamanan 4 Kawasan Perbatasan Negara
Pulau Sekel dan Panehan
Kabupaten Trenggalek Pertahanan dan Keamanan
I3-
6
3.2.
RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.
b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:
1. Ekonomi
2. Lingkungan Hidup
3. Sosial Budaya
4. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
5. Pertahanan dan Keamanan
c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
1. Arahan pengembangan pola ruang:
Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar,
Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar,
Maros, Sungguminasa, Takalar;
d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur
Selat Sunda;
f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan
I3-
7
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kawasan-kawasan di wilayah Provinsi Jawa Timur belum ada yang memliki Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis.
3.3.
Arahan RTRW Pulau Jawa-Bali
3.3.1. DefinisiRencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, strategi
operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta indikasi program jangka menengah lima tahun.
3.3.2. Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPIJM
Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu pelaksanaan), sehinga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM).
3.3.3. Kedudukan
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam aturan persebut RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTRPulau/ Kepulauan dan KSN
A. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang
1. Pasal 14 ayat (4)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional RTRWN
2. Pasal 14 Ayat (5 )
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila:
RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang
RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta memerlukan perincian sebelum dioperasionakan
3. Pasal 21 ayat (1)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden.
4. Penjelasan Pasal 14 Ayat (3)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan rencana rinci untuk RTRWN
I3-
8
Pasal 123 ayat (4)
RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden.
Sesuai tabel diatas kedudukan dari RTR Pulau/Kepulauan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
3.3.4. Tujuan
Penataan ruang Pulau Jawa-Bali bertujuan untuk mewujudkan: 1. Lumbung pangan utama nasional;
2. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
3. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;
4. Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara
berkelanjutan;
5. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanjutan;
6. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;
7. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran (Meeting,Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
8. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk
pembangunan;
9. Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan
I3-
9
10. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.3.3.5. Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali dapat dilihat pada tabel berikut.
Kebijakan dan Strategi Dalam PP 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
Pasal 6 Lumbung
mempertahankan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan dengendalikan kegiatan budi daya lainnya
mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan
mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan
Pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk
tanaman pangan
mengembangkan dan memelihara bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan
memelihara dan meningkatkan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan.
pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.
Pasal 7 Kawasan
mengendalikan perkembangan
kawasan permukiman,
I3-
10
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
kompak
menjalar (urban sprawl)
industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung.
Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.
menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional
mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana mengembangkan prasarana dan
sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana
membangun sarana pemantauan bencana
Pasal 8 Pusat industri yang berdaya kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengembangkan dan/atau meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri
meningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan
mengembangkan dan/atau meningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan
pengembangan
kawasan untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan nasional
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan mengembangkan prasarana dan
sarana penunjang kegiatan industri kreatif
peningkatan
keterkaitan ekonomi
I3-
11
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
antarpusat industri nasional, pelabuhan, dan/atau bandar udara
Pasal 9 Pemanfaatan potensi minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan memperhatikan
kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan hidup
mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
mengendalikan perkembangan
kawasan peruntukan
pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan
mengendalikan perkembangan
kawasan peruntukan
pertambangan mineral, minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman
pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui peningkatan fungsi industri
pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu
memantapkan aksesibilitas antara kawasan perkotaan nasional dan sentra pertambangan
Pasal 10 Pemanfaatan potensi lestari yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan
mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan
merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;
mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat mengembangkan kawasan
I3-
12
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
peningkatan sentra
pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
mengembangkan sentra
perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
merehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan pengembangan potensi
pengolahan dan industri jasa hasil hutan
merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang terdegradasi;
mengembangkan sentra
kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup; dan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan
Pasal 11 Pusat
perdagangan dan jasa yangberskala internasional
peningkatan fungsi dan pengembangan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala
internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup
mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
mengembangkan dan
memantapkan prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Pasal 12 Pusat pariwisata cagar budaya
I3-
13
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
onal berbasis
dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan dan
memantapkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan
b. memantapkan akses prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
pengembangan
keterpaduan antarpusat pariwisata yang
berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
meningkatkan keterkaitan antar PKN di Pulau Jawa-Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata
Pasal 13 Kapasitas daya dukung lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya
mempertahankan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi;
mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung
mengendalikan dan merehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) kritis; mengendalikan dan merehabilitasi
I3-
14
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan mengendalikan perubahan
peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan
pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;
mengembangkan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan
mengembangkan kawasan perkotaan nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah
Pasal 14 Pulau Jawa kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan serta
keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara
mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung; mengembangkan prasarana dan
sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara
percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara serta keterkaitan Pulau Bali bagian utara dengan Pulau Bali bagian selatan
mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung; mengembangkan prasarana dan
sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan
I3-
15
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan
pengembangan sentra produksi di luar kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sentra produksi
meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan sentra produksi di luar kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara
pemertahanan eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di Pulau Jawa bagian selatan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia untuk
penegasan wilayah kedaulatan negara
mengembangkan prasarana pengamanan pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan membangun dan memelihara
mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan menyediakan dan meningkatkan
prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan
Pasal 15 Jaringan transportasi
mengembangkan dan/atau memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat, laut,
dan/atau udara yang
menghubungkan antarkawasan perkotaan nasional dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Jawa-Bali;
I3-
16
Pasal Tujuan Kebijakan Strategi
mengembangkan jaringan
transportasi dengan
memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan perkotaan nasional dengan kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali
3.4.
Arahan RTRW Provinsi Jawa Timur
3.4.1. Visi dan Misi Penataan Ruang ProvinsiVisi Penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan berkelanjutan”. Misi penataan ruang adalah mewujudkan:
a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayahdan pertumbuhan ekonomi;
b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah dalam
kancah Asia;
c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta bernilai
tambah tinggi;
d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;
e. optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
persaingan global;
f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang didukung
seluruh pemangku kepentingan; dan
I3-
17
3.4.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi
A. Pengembangan Wilayah
Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah meliputi:
1. Pemantapan sistem perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan di Jawa Timur.
Strategi :
pengembangan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota;
pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan internasional; pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala internasional; peningkatan kemudahan investasi untuk pembangunan infrastruktur metropolitan; peningkatan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara kawasan metropolitan dan
perkotaan lainnya; dan
pengembangan kawasan metropolitan berbasis ekologi.
2. Peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi utama di Jawa Timur dengan pusat
pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem agropolitan.
Strategi :
pemantapan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang agrobisnis
dan agroindustri;
pengembangan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat pemasaran
hingga ke pasar internasional;
pemantapan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri atas lembaga tani dan
lembaga keuangan; dan
pengembangan pertanian dan kawasan perdesaan berbasis eco-region.
B. Pengembangan Struktur Wilayah
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah provinsi, meliputi: 1. Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pusat pelayanan, yaitu :
Pembentukan sistem perkotaan
Strategi :
I3-
18
revitalisasi dan percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur yang didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan
wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan lokal; dan
pengembangan kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan perannya. Pengembangan sistem perdesaan
Strategi :
penguatan dan memantapkan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan;
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan pada kawasan perdesaan sebagai inti kawasan agropolitan;
pengembangan kawasan perdesaan berbasis agropolitan untuk dua atau lebih wilayah kabupaten dilaksanakan oleh Provinsi sebagai kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi; dan
peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, terutama infrastruktur jalan untuk mendukung sistem agropolitan.
Pembentukan sistem dan fungsi perwilayahan
Strategi :
pembentukan WP berdasarkan potensi dan permasalahan;
pembentukan struktur pelayanan dan sistem kegiatan pada setiapWP; dan
pengembangan WP sesuai dengan fungsi dan perannya. 2. Kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.
Kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah meliputi pemantapan penyediaan prasarana wilayahdengan meningkatkan kelengkapan, skala
pelayanan,pemerataan, serta sistem interkonektivitas dan keterpaduan antar jenis prasarana dengan wilayah-wilayah yang dilayani secara efisien pada:
Sistem jaringan transportasi;
Strategi :
pemantapan dan pengembangan jaringan transportasi darat, laut, dan udara yang terintegrasi dengan kebijakan pengembangan wilayah;
peningkatan integrasi intermoda dan antarmoda yang didukung dengan sarana dan prasarana; dan
pengembangan sistem jaringan transportasi turut mempertimbangkan kepentingan evakuasi bencana.
I3-
19
Strategi : pengembangan diversifikasi sumber energi baru dan terbarukan, antara lain: energi mikrohidro, energi angin, energi surya, energi air, energi panas bumi, energi
gelombang laut, energi biogas,dan energi biomassa;
pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di kawasan perkotaan dan perdesaan;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi migas dengan teknologi dan metode yang ramah lingkungan; dan
pembukaan peluang investasi sumber energi potensial berupa panas bumi sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan.
Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika;
Strategi :
pengembangan jaringan primer dengan sistem kabel dan nirkabel; dan
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi dan informatika yang efektif dan efisien.
Sistem jaringan sumber daya air
Stretegi :
pengembangan pemanfaatan air permukaan yang meliputi sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya;
perlindungan dan pelestarian sumber air melalui konservasi kawasan lindung;
peningkatan kualitas air dan pengendalian pencemaran air;
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi;
pengembangan sarana pengendali banjir yang didukung kerja sama antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
pengendalian daya rusak air yang dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi yang mencakup pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan; dan
penyediaan informasi sumber daya air yang meliputi informasi kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber
daya air, teknologi sumber daya air, danlingkungan pada sumber daya air dan
sekitarnya.
I3-
20
Strategi : pembangunan dan pemfasilitasankerja samaantardaerah dalam pengelolaan sampah;
pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu antarwilayah yang dikelola secara bersama
pembangunan dan pengembangan sistem pengelolaan limbahB3 yang melayani wilayah provinsi;
pengendalian pencemaran di sekitar tempat pengolahan sampah dan limbahB3; dan
mengkoordinasi pengembangan sistem drainase di kawasan perkotaan.
C. Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi: 1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:
Kawasan hutan lindung
Strategi :
pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan
sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;
penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS dan/atau pulau;
pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan, terutama hutan dengan fungsi lindung;
pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan
pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung. Kawasan perlindungan setempat
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat;
pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;
I3-
21
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan
peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian
masyarakat disekitar kawasan konservasi.
Kawasan rawan bencana alam
Strategi :
penetapan kawasan rawan bencana alam;
pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan
pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
Kawasan lindung geologi
Strategi :
menetapkan kawasan lindung geologi;
mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;
mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi; dan
mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.
Kawasan lindung lainnya.
Strategi :
memantapkan perlindungan terumbu karang;
I3-
22
merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan
mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial. 2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
Kawasan peruntukan hutan produksi
Strategi :
mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;
membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan
mengawasi pemanfaatan hutan produksi.
Kawasan hutan rakyat. Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan
membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
Kawasan peruntukan pertanian
Strategi :
pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan
produktif;
peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian;
pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian melalui pengembangan agropolitan;
peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan pertanian;
pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan. Kawasan peruntukan perkebunan
Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan
I3-
23
Kawasan peruntukan peternakanStrategi :
mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.
Kawasan peruntukan perikanan
Strategi :
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;
membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan
minapolitan;
menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;
pemantapan kawasan tambak garam;
pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan
pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama produksi garam dengan investor.
Kawasan peruntukan pertambangan
Strategi :
pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan
pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.
Kawasan peruntukan industri
Strategi :
pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;
pengidentifikasian potensi pengembangan industri;
I3-
24
pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;
pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;
pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri. Kawasan peruntukan pariwisata
Strategi :
pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;
penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan kegiatan penunjang wisata;
pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.
Kawasan peruntukan permukiman
Strategi :
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;
pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan agropolitan di kawasan perdesaan;
pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;
pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan
pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang
memadai.
Kawasan andalan
Strategi :
I3-
25
mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional. Peruntukan kawasan budi daya lainnya.
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan keamanan;
penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman;
pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan secara ketat;
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
negara;
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan
turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara. 3. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:
Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi
fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan
perlindungan setempat, maupun cagar alam.
Strategi :
penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan
daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam
ekosistem pesisir;
pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
I3-
26
Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.Strategi :
pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;
peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
D. Pengembangan Kawasan Strategis
Kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi meliputi:
1. Pengembangan kawasan ekonomi potensial yang dapat mempercepat perkembangan
wilayah
Strategi :
mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan; meningkatkan komoditas unggulan, sarana, dan prasarana pendukung proses produksi; meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,baik sebagai tenaga ahli
maupun tenaga pendukung;
mempercepatalih teknologi yang lebih efisien dan efektif;
memberikan dukungan kebijakan melalui pemberianinstrumen insentif antara lain berupa
keringanan pajak dan pembebasan pajak sementara;
menjalin kerja sama dengan pihak investor, terkait pemberian kredit/modal usaha;
menelusuri potensi kawasan atau subsektor strategis yang dapat dikembangkan dengan
penetapan kawasan ekonomi unggulan baru; dan
meningkatkan kerja sama antardaerah untuk mengoptimalkan pertumbuhan daerah
perbatasan, baik antarkabupaten/antarkota di Jawa Timur maupun antarkawasan
perbatasan provinsi.
2. Percepatan perkembangan dan kemajuan kawasan tertinggal untuk mengurangi
kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan
Strategi :
penelusuran potensi kawasan atau subsektor strategis yang dapat dikembangkan di
I3-
27
pemasukan subsektor strategis ke kawasan tertinggal sebagai pemacu pertumbuhan
wilayah;
penyediaan infrastruktur strategis sebagai pemacu pertumbuhan wilayah;
peningkatan kualitas sumber daya manusia,baik sebagai tenaga ahli maupun tenaga
pendukung; dan
pemberian dukungan kebijakan melalui pemberian instrumen insentif.
3. Pemantapan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan wilayah nasional di provinsi.
Strategi dilakukan dengan mengakomodasi dan mendukung pengembangan kawasan
pertahanan dan keamanan dalam lingkup nasional.
4. Pemantapan dan peningkatan fungsi dan peran kawasan sosial dan budaya
Strategi :
pelestarian kawasan sosial dan budaya;
pengendalian perkembangan lahan terbangun di sekitar kawasan;
peningkatan nilai ekonomis kawasan, antara lain pemanfaatan sebagai aset wisata,
penelitian, dan pendidikan; dan
pembinaan masyarakat sekitar untuk ikut berperan dalam menjaga peninggalan sejarah.
5. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Strategi :
pengoptimalan pengembangan kawasan melalui peningkatan nilai ekonomis kawasan,
antara lain dengan pengembangan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari
pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
peningkatan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan
pencegahan dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.
6. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan,
serta melestarikan keunikan bentang alam.
I3-
28
pembatasan dan pencegahan pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi fungsi
perlindungan kawasan;
pelarangan alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung; pembatasan pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar kawasan yang
ditetapkan untuk fungsi lindung yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;
perehabilitasian fungsi lindung yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang
berkembang di dalam dan di sekitar kawasan lindung;
pengoptimalan pengembangan kawasan denganpeningkatan nilai ekonomis kawasan
lindung melalui pemanfaatan untuk daya tarik wisata, pendidikan, dan penelitian
berbasis lingkungan hidup, dan/atau pemanfaatan bakau dan terumbu karang sebagai
sumber ekonomi perikanan yang berkelanjutan;
peningkatan kerja sama antara Pemerintah Daerah Provinsidan masyarakat setempat; pengembalian kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi lindung;
peningkatan keanekaragaman hayati kawasan lindung; dan
pengendalian kawasan sekitar perlindungan ekosistem dan lingkungan hidup secara ketat.
3.4.3. Arahan Penataan Ruang Wilayah Provinsi
A. Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
a. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–
Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
b. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,
Bojonegoro, dan Pacitan;
c. PKWP : Pasuruan dan Batu;
d. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep,
Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan,
Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan
e. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat
kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten
I3-
29
Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.No Wilayah
Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi
1 Gerbangkertasusila Plus
Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep
Kota Surabaya
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
Kota Malang Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa,
pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri 3 Madiun dan
Sekitarnya
Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi
Kota Madiun Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri
4 Kediri dan Sekitarnya
Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk,
Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung
Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri 5 Probolinggo–
Lumajang
Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang
Kota
Probolinggo
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan
6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar
I3-
30
No Wilayah
Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi
pendidikan, kesehatan dan pariwisata
7 Jember dan Sekitarnya
Kabupaten Jember,
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo
Perkotaan Jember
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan Banyuwangi
Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 TAHUN 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031
B. Arahan Pengembangan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sistem jaringan sumber daya air meliputi:
a. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;
b. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan
d. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi
serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.
Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
a. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:
1.Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;
2.Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan Badegan di
Kabupaten Ponorogo;
3.Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk
Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan
I3-
31
4.Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk
Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi;
5.Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;
6.Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;
7.Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di Kabupaten
Lamongan; dan
8.Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;
b. Wilayah Sungai Brantas meliputi:
1.Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan
Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III,
IV di Kabupaten Malang;
2.Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;
3.Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;
4.Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di
Kabupaten Nganjuk;
5.Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan
6.Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;
c. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi:
1.Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan
2.Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo;
d. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:
1.Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk
Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo,
Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan
2.Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung
Nogosromo di Kabupaten Situbondo;
e. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang, Waduk
Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten
Banyuwangi;
f. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten Jember;
g. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:
I3-
32
2.Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;
3.Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan
4.Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.
Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:
a. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;
b. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan
c. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.
Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : a. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;
b. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;
c. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan
d. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.
Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu: a. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;
b. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan
c. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:
1.WS Welang–Rejoso;
2.WS Pekalen–Sampean;
3.WS Baru–Bajulmati;
4.WS Bondoyudo–Bedadung; dan
5.WS Kepulauan Madura.
Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :
Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:
a. Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan
Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan
b. Sistem drainase perkotaan.
Rencana pengembangan TPA regional meliputi:
a. Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten
Gresik;
b. Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang;
I3-
33
d. Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;e. Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;
f. Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;
g. Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan
h. Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.
C. Arahan Pengembangan Pola Ruang
1. Kawasan Lindung
Rencana kawasan lindung Provinsi Jawa Timur terdiri atas: a) Kawasan hutan lindung;
Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha meliputi :
Kabupaten Bangkalan; Kabupaten Banyuwangi; Kabupaten Blitar; Kabupaten Bojonegoro; Kabupaten Bondowoso; Kabupaten Jember; Kabupaten Jombang; Kabupaten Kediri; Kabupaten Lamongan; Kabupaten Lumajang; Kabupaten Madiun; Kabupaten Magetan; Kabupaten Malang; Kabupaten Mojokerto;
Kabupaten Nganjuk; Kabupaten Ngawi; Kabupaten Pacitan; Kabupaten Pamekasan; Kabupaten Pasuruan; Kabupaten Ponorogo; Kabupaten Probolinggo; Kabupaten Situbondo; Kabupaten Sumenep; Kabupaten Trenggalek; Kabupaten Tuban; Kabupaten Tulungagung; Kota Batu; dan
Kota Kediri.
Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi:
Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan
hutan lindung;
Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung; Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;
I3-
34
Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria kawasan lindung
dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai
perlindungan kawasan bawahannya yang dapat dimanfaatkan hasil hutan
nonkayunya;
Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa
memiliki terhadap alam; dan
Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan
pengembangan kecintaan terhadap alam.
b) Kawasan perlindungan setempat;
Kawasan perlindungan setempat meliputi: Sempadan pantai, meliputi :
Wilayah pesisir kepulauan Jawa Timur;
Sempadan pantai utara Jawa Timur;
Sempadan pantai timur Jawa Timur; dan
Sempadan pantai selatan Jawa Timur.
Arahan pengelolaan kawasan sempadan pantai meliputi:
Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi dan dilarang melakukan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan
kualitas pantai;
Perlindungan sempadan pantai dan sebagian kawasan pantai yang merupakan pesisir terdapat ekosistem bakau, terumbu karang, padang
lamun, dan estuaria dari kerusakan;
Pengaturan reorientasi pembangunan di kawasan permukiman, baik di kawasan perdesaan maupun perkotaan dengan menjadikan pantai dan laut
sebagai bagian dari latar depan;
Penanaman bakau di kawasan yang potensial untuk menambah luasan area bakau;
Pemanfaatan kawasan sepanjang pantai di dalam kawasan lindung disesuaikan dengan rencana tata ruang kawasan pesisir;
I3-
35
Pemantapan fungsi lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai;
Mengarahkan lokasi bangunan di luar sempadan pantai, kecuali bangunan yang harus ada di sempadan pantai; dan
Penetapan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai daya tarik wisata dan penelitian.
Sempadan sungai, meliputi :
Sempadan sungai terletak di sepanjang aliran sungai di Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:
Pembatasan dan pelarangan pengadaan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sungai;
Pembatasan dan pelarangan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan
pelestarian atau pengelolaan sungai;
Reorientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan; dan
Penetapan wilayah sungai sebagai salah satu bagian dari wisata perairan dan transportasi sesuai dengan karakter masing-masing.
Kawasan sekitar danau atau waduk, meliputi :
Kawasan terletak di sekitar danau atau waduk di Jawa Timur Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau atau waduk meliputi :
Perlindungan sekitar danau atau waduk dari kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budi daya lainnya di sekitar lokasi danau atau waduk diizinkan membangun selama tidak
mengurangi kualitas tata air; dan
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.
Kawasan sekitar mata air
Kawasan sekitar mata air yang terletak di seluruh kawasan sekitar mata air di Jawa Timur.
I3-
36
Penetapan perlindungan pada sekitar mata air minimum berjari-jari 200 meter dari sumber mata air jika di luar kawasan permukiman dan 100 meter
jika di dalam kawasan permukiman;
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air; dan
Perlindungan sekitar mata air yang terletak pada kawasan lindung tidak dilakukan secara khusus sebab kawasan lindung tersebut sekaligus
berfungsi sebagai pelindung terhadap lingkungan dan air.
Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal.
Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
Kawasan permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro;
Kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;
Kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi; dan
Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.
Arahan pengelolaan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi:
Pelestarian kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal yang masih terdapat di berbagai wilayah kabupaten/kota;
Pembatasan dan pelarangan perubahan keaslian kawasan dengan pemodernan ke bentuk lain; dan
Perlindungan terhadap kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal ditetapkan dalam peraturan yang terdapat pada rencana tata ruang
kabupaten/kota.
c) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
I3-
37
Suaka margasatwaSuaka margasatwa ditetapkan seluas kurang lebih 18.009 ha yang merupakan kawasan lindung nasional meliputi :
Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang terletak di Kecamatan Krucil, Sumber Malang, Panti, dan Sukorambi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Jember ditetapkan
dengan luas sekurang-kurangnya 14.177 ha.
Suaka Margasatwa Pulau Bawean terletak di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik ditetapkan dengan luas
sekurang-kurangnya 3.832 ha.
Arahan pengelolaan kawasan suaka margasatwa meliputi :
Pelestarian ekosistem yang masih berkembang;
Pemerketatan patroli untuk menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi merambahnya kawasan budi daya ke kawasan lindung;
dan
Penerapan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut, terutama dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya
lahan kawasan lindung.
Cagar alam
Cagar alam ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 10.958 ha terdiri atas :
Besowo Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-kurangnya 7 ha;
Cagar Alam Ceding di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;
Cagar Alam Sungai Kolbu Iyang Plateu di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 19 ha;
Cagar Alam Watangan Puger I di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 2 ha;
Curah Manis I–VIII di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 17 ha;
I3-
38
Gunung Picis di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 28 ha;
Gunung Sigogor di Kabupaten Ponorogo dengan luas sekurang-kurangnya 190,50 ha;
Guwo Lowo/Nglirip di Kabupaten Tuban dengan luas sekurang-kurangnya 3 ha;
Kawah Ijen Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya 2.468 ha;
Manggis Gadungan di Kabupaten Kediri dengan luas sekurang-kurangnya 12 ha;
Nusa Barong di Kabupaten Jember dengan luas sekurang-kurangnya 6.100 ha;
Pancuran Ijen I dan II di Kabupaten Bondowoso dengan luas sekurang-kurangnya 9 ha;
Pulau Bawean di Kabupaten Gresik dengan luas sekurang-kurangnya 725 ha;
Pulau Noko dan Pulau Nusa di Kabupaten Gresik dengan luas sekurang-kurangnya 15 ha;
Pulau Saobi di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep dengan luas sekurang-kurangnya 430 ha;
Pulau Sempu di Kabupaten Malang dengan luas sekurang-kurangnya 877 ha; dan
Janggangan Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi dengan luas sekurang-kurangnya lebih 7,50 ha.
Arahan pengelolaan kawasan cagar alam meliputi:
Rehabilitasi tanah rusak/kawasan kritis terutama pada kelerengan 40%;
Pengelolaan cagar alam;
Peningkatan fungsi lindung cagar alam; dan
Pengembangan kegiatan secara lebih spesifik berdasarkan karakteristik kawasan dengan mengedepankan fungsi lindung kawasan.