331
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SEMARANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan
penyelenggaraan waralaba,
meningkatkan tertib administrasi
perijinan penyelengaraan waralaba serta meningkatkan kegiatan usaha dan kemitraan usaha antara Pemberi
Waralaba dengan Penerima
Waralaba, maka perlu mengatur
penyelenggaraan Waralaba di
Kabupaten Semarang;
b. bahwa dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
53/M-DAG/PER/8/2012 tentang
332
dipandang perlu meninjau kembali
Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Waralaba;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
3. Undang-Undang Nomor 67 Tahun
1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah
Swatantra Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik
IndonesiaNomor 1652);
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);
5. Undang-Undang Nomor5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan
333
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);
334
10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
tentang Perdagangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1992 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
335
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2007 tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4742);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404);
19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun
2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang – undangan;
20. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
53/M-DAG/PER/8/2012 tentang
336
21. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
68/ M-DAG/ PER/ 10/ 2012 tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Toko Modern;
22. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
07/ M-DAG/ PER/ 2/ 2013 tentang
Pengembangan Kemitraan Dalam
Waralaba untuk Jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman;
23. Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Semarang
(Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Semarang Nomor 14); Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG
dan
BUPATI SEMARANG MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
337 BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati
adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang.
7. SKPD yang membidangi adalah Lembagapada
Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan dibidang perijinan.
8. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
338
bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lainberdasarkan perjanjian waralaba.
9. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal
yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
10. Pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau
badan usaha yang memberikan hak untuk
memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.
11. Penerima waralaba adalah orang perseorangan atau
badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi
waralaba untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.
12. Pemberi waralaba lanjutan adalah penerima waralaba
yang diberi hak oleh pemberi waralaba untuk menunjuk penerima waralaba lanjutan.
13. Penerima waralaba lanjutan adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang menerima hak dari pemberi waralaba lanjutan untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba.
14. Prospektus penawaran waralaba adalah keterangan
tertulis dari pemberi waralaba yang paling sedikit menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan, struktur organisasi, keuangan, jumlah
339
tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba.
15. Perjanjian waralaba adalah perjanjian tertulis antara
pemberi waralaba dengan penerima waralaba.
16. Surat Permohonan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba
yang selanjutnya disingkat SP-STPW adalah formulir
permohonan untuk memperoleh Surat Tanda
Pendaftaran Waralaba yang memuat data pemberi waralaba dan penerima waralaba.
17. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang selanjutnya
disingkat STPW adalah bukti pendaftaran prospektus penawaran waralaba bagi pemberi waralaba dan/atau pemberi waralaba lanjutan serta bukti pendaftaran perjanjian waralaba bagi penerima waralaba dan/ atau penerima waralaba lanjutan yang diberikan setelah memenuhi persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini.
18. Pejabat Penerbit STPW adalah SKPD yang membidangi
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Bupati. BAB II
RUANG LINGKUP Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini adalah :
a. maksud dan tujuan;
b. kriteria waralaba;
c. perjanjian waralaba;
d. STPW :
1. obyek dan subyek;
2. kewenangan penerbitan STPW;
3. tata cara pendaftaran STPW;
4. jangka waktu berlakunya STPW;
e. kewajiban Pemberi dan Penerima Waralaba;
340
g. pelaporan;
h. sanksi administrasi;
i. ketentuan peralihan; dan
j. ketentuan penutup.
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3
Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara waralaba dalam melaksanakan usahanya dan sekaligus sebagai alat dalam melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 4
Tujuan disusunnya Peraturan Daerah ini adalah:
a. mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha dengan sistem waralaba; dan
b. mendorong peningkatan pemasaran barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri.
BAB IV
KRITERIA WARALABA Pasal 5
(1) Waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memiliki ciri khas usaha;
341
c. memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;
d. mudah diajarkan dan diaplikasikan;
e. adanya dukungan yang berkesinambungan; dan f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar. (2) Orang perseorangan atau badan usaha dilarang
menggunakan istilah dan/atau nama waralaba untuk nama dan/atau kegiatan usahanya, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 6
(1) Waralaba terdiri dari Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba.
(2) Pemberi Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemberi waralaba berasal dari luar negeri; b. pemberi waralaba berasal dari dalam negeri; c. pemberi waralaba lanjutan berasal dari waralaba
luar negeri; dan
d. pemberi waralaba lanjutan berasal dari waralaba dalam negeri.
(3) Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penerima waralaba berasal dari waralaba luar negeri;
b. penerima waralaba berasal dari waralaba
dalamnegeri;
c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar negeri; dan
d. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba dalam negeri.
342 BAB V
PERJANJIAN WARALABA Pasal 7
(1) Penyelenggaraan waralaba harus didasarkan pada
perjanjian waralaba yang mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia.
(2) Perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat paling sedikit sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus disampaikan kepada calon penerima waralaba paling singkat 2 (dua) minggu sebelum penandatanganan perjanjian.
(4) Dalam hal perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditulis dalam bahasa asing, perjanjian harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Pasal 8
Dalam melaksanakan perjanjian waralaba yang telah dibuat, baik pemberi waralaba maupun penerima waralaba wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan usahanya antara lain peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen, kesehatan, pendidikan, lingkungan, tata ruang, dan tenaga kerja, hak atas kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
343 Pasal 9
Pemberi Waralaba tidak dapat menunjuk Penerima Waralaba yang memiliki hubungan pengendalian dengan pemberi waralaba baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pasal 10
Perjanjian waralaba yang diputus secara sepihak oleh pemberi waralaba sebelum masa berlaku perjanjian waralaba berakhir, pemberi waralaba tidak dapat menunjuk penerima waralaba yang baru untuk wilayah yang sama, sebelum tercapai kesepakatan dalam
penyelesaian perselisihan oleh kedua belah pihak (clean
break) atau sampai ada putusan pengadilan yang sudah
berkekuatan hukum tetap.
BAB VI STPW Bagian Kesatu Obyek Dan Subyek
Pasal 11
Obyek STPW adalah setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh :
a. penerima waralaba berasal dari waralaba dalam negeri;
b. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar
negeri; dan
c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba
344 Pasal 12
Subyek STPW adalah setiap orang atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba sebagai :
a. penerima waralaba berasal dari waralaba dalam negeri;
b. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar
negeri; dan
c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba
dalam negeri.
Bagian Kedua
Kewenangan Penerbitan STPW Pasal 13
(1) Kewenangan penerbitan STPW berada pada Bupati. (2) Penerbitan STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. STPW penerima waralaba berasaldari waralaba dalam negeri;
b. STPW penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar negeri; dan
c. STPW penerima waralaba lanjutan berasaldari waralaba dalam negeri.
(3) Bupati dapat melimpahkan wewenang penerbitan STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada SKPD yang membidangi atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pendaftaran STPW Pasal 14
Permohonan STPW diajukan kepada Bupati atau KepalaSKPD yang membidangi atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati dengan mengisi formulir sebagaimana
345
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 15
Permohonan STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus ditandatangani oleh pemilik bagi perseorangan dan bagi badan ditandatangani oleh pengurus atau
penanggungjawab dengan melampirkan dokumen
persyaratan sebagai berikut :
a. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba berasal dari Waralaba Dalam Negeri
1. fotocopy Izin Usaha/ Izin Teknis;
2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari
Pemberi Waralaba;
3. fotocopy Perjanjian Waralaba;
4. fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;
6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta
Perubahan yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;
7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan
Intelektual; dan
8. fotocopy Kartu Tanda Penduduk
Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.
b. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba Lanjutan berasal dari Waralaba Luar Negeri
1. fotocopy Izin Usaha / Izin Teknis;
2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari
Pemberi Waralaba;
3. fotocopy Perjanjian Waralaba;
4. fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;
6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta
346
Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;
7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan
Intelektual; dan
8. fotocopyKartu Tanda Penduduk
Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.
c. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba Lanjutan berasal dari Waralaba Dalam Negeri
1. fotocopy Izin Usaha / Izin Teknis;
2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari
Pemberi Waralaba;
3. fotocopy Perjanjian Waralaba;
4. fotocopyTanda Daftar Perusahaan (TDP);
5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;
6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta
Perubahan yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;
7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan
Intelektual; dan
8. fotocopy Kartu Tanda Penduduk Pemilik/
Penanggungjawab Perusahaan. d permohonan perpanjangan STPW :
1. asli STPW;
2. melampirkan persyaratan sesuai dengan
permohonan awal STPW diajukan dan ditambah Dokumen-dokumen lainnya apabila mengalami perubahan data dari dokumen yang disampaikan 5 (lima) tahun sebelumnya; dan
3. laporan penggunaan produk dalam negeri.
Pasal 16
(1) Pemohon STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus menunjukkan dokumen persyaratan asli.
347
(2) Pengurusan permohonan STPW dapat dilakukan oleh pihak ketiga dengan menunjukkan surat kuasa bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pemilik
bagi perseorangan dan oleh pengurus atau
penanggungjawab bagi badan. Pasal 17
(1) Paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
diterimanya SP-STPW dan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, SKPD yang membidangi atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati menerbitkan STPW.
(2) Apabila SP-STPW beserta dokumen persyaratan dinilai belum lengkap dan benar, SKPD yang membidangi atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati membuat surat penolakan penerbitan STPW kepada pemohon STPW, paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan.
(3) Pemohon STPW yang ditolak permohonannya dapat mengajukan kembali permohonan STPW sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Jangka Waktu Berlakunya STPW Pasal 18
(1) STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 berlaku
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
(2) STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang habis
masa berlakunya dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
348
(3) STPW dinyatakan tidak berlaku apabila:
a. jangka waktu STPW berakhir; b. perjanjian waralaba berakhir; atau
c. pemberi waralaba dan/atau penerima waralaba menghentikan kegiatan usahanya.
BAB VII
KEWAJIBAN PEMBERI DAN PENERIMA WARALABA Pasal 19
(1) Pemberi waralaba harus menyampaikan prospektus
penawaran waralaba kepada penerima waralaba paling singkat 2 (dua) minggu sebelum penandatanganan perjanjian waralaba.
(2) Dalam hal prospektus penawaran waralaba
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dalam bahasa asing, harus diterjemahkan secara resmi ke dalam Bahasa Indonesia.
Pasal 20
Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b, huruf c dan huruf d wajib memiliki STPW.
Pasal 21
(1) Pemberi waralaba dan penerima waralaba wajib
menggunakan logo waralaba.
(2) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba wajib
menggunakan bahan baku, peralatan usaha serta menjual barang dagangan paling sedikit 80% (delapan
349
puluh per seratus) barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri.
(3) Pemberi Waralaba harus bekerjasama dengan
pengusaha mikro, kecil, dan menengah di Daerah sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba.
(4) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba hanya
dapat melaksanakan usaha terbatas pada izin usaha yang dimilikinya.
Pasal 22
(1) Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan kepada penerima waralaba.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :
a. pendidikan dan pelatihan tentang sistem
manajemen pengelolaan waralaba yang
dikerjasamakan sehingga Penerima Waralaba dapat menjalankan kegiatan waralaba dengan baik dan menguntungkan;
b. secara rutin memberikan bimbingan operasional
manajemen, sehingga apabila ditemukan
kesalahan operasional dapat diatasi dengan segera; c. membantu pengembangan pasar melalui promosi, seperti melalui iklan, leaflet/katalog/brosur atau pameran;
d. penelitian dan pengembangan pasar dan produk
yang dipasarkan, sehingga sesuai dengan
350 BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23
(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan waralaba. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain :
a. memfasilitasi pendidikan dan pelatihan tentang
sistem waralaba, baik bagi Pemberi
Waralaba/Penerima Waralaba Dalam Negeri
maupun bagi pengusaha yang usahanya layak diwaralabakan;
b. merekomendasikan Penerima/Calon Penerima
Waralaba untuk diberikan keringanan/kemudahan memanfaatkan sarana perpasaran, baik milik pemerintah atau pemerintah daerah maupun milik swasta;
c. memfasilitasi/merekomendasikan Pemberi/Calon
Pemberi Waralaba Dalam Negeri yang memiliki produk yang potensial dipromosikan lebih luas untuk mengikuti pameran waralaba, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;
d. mengupayakan pemberian penghargaan kepada
Penerima Waralaba Dalam Negeri yang telah berhasil mengembangkan Waralabanya dengan baik dan memberikan manfaat yang baik terhadap perekonomianDaerah;
e. memfasilitasi sarana klinik bisnis, baik di
daerah-daerah maupun pada pameran-pameran di dalam negeri untuk dapat dimanfaatkan para pewaralaba
untuk berkonsultasi / berdiskusi tentang
permasalahan yang dihadapi; dan
f. memfasilitasi untuk memperoleh bantuan
perkuatan permodalan bagi Pemberi Waralaba / Penerima Waralaba Dalam Negeri, baik melalui instansi terkait maupun melalui unsur perbankan.
351
(3) Pembinaan waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh SKPD yang membidangi perdagangan dengan melibatkan SKPD terkait.
Pasal 24
Kepala SKPD yang membidangi perdagangan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan waralaba di wilayah Daerah.
Pasal 25
Apabila diperlukan, Kepala SKPD yang membidangi perdagangan dapat meminta data dan/atau informasi tentang kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang menggunakan istilah dan/atau nama waralaba.
BAB IX PELAPORAN
Pasal 26
(1) Pemilik STPW wajib menyampaikan laporan kegiatan waralaba kepada Kepala SKPD yang membidangi Perdagangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap tahun paling lambat pada tanggal 31 Maret tahun berikutnyadengan mengisi formulir laporan.
Pasal 27
(1) Kepala SKPD yang membidangiperijinan harus menyampaikan laporan perkembangan penerbitan STPW kepadaBupati melalui Kepala SKPD yang membidangi perdagangan.
352
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap bulan sekali paling lambat pada tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.
Pasal 28
(1) Kepala SKPD yang membidangi perdagangan harus
menyampaikan laporan perkembangan penerbitan STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)
kepada Direktur Bina Usaha Perdagangan
Kementerian yang membidangi perdagangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan setiap tahun sekali paling lambat pada tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 29
(1) Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan oleh Bupati.
(2) Apabila Penerima Waralaba tidak memenuhi
ketentuan dalam peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pemberhentian kegiatan operasional.
Pasal 30
(1) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22 atau Pasal 26, dikenakan sanksi
353
administratif berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu sejak tanggal surat peringatan oleh KepalaSKPD yang membidangi perdagangan.
(2) Pemberi waralaba dan Penerima Waralaba yang tidak memenuhi ketentuan dalam peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara STPW paling lama 2 (dua) bulan.
(3) Pemberi waralaba dan Penerima Waralaba yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi berupa pencabutan STPW oleh Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31
STPW bagi Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang
telah diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan masa berlaku STPW berakhir dan dapat diperpanjang.
Pasal 32
Paling lama 6 (enam) bulan setelah Peraturan Daerah ini mulai berlaku, bagi Penerima Waralaba yang telah melakukan kegiatan usaha di wilayah Daerah tetapi belum memiliki STPW wajib mengajukan permohonan STPW sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
354 BAB XII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 33
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 11) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 10-06-2014 BUPATI SEMARANG, CAP TTD MUNDJIRIN
355 Diundangkan di Ungaran
pada tanggal 10-06-2014 Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SEMARANG Asisten Administrasi Umum,
CAP TTD BUDI KRISTIONO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 NOMOR 8
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014
Salinan sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, TTD
SUKATON PURTOMO PRIYATMO Pembina Tingkat I (IV/b)
356
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN WARALABA I. UMUM.
Dalam rangka meningkatkan pembinaan usaha dengan waralaba di wilayah Kabupaten Semarang maka Pemerintah Daerah berusaha mendorong pengusaha terutama pengusaha mikro, kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai Pemberi Waralaba yang handal dan mempunyai daya saing khususnya dalam rangka memasarkan produk dalam negeri.
Pemerintah Daerah memandang perlu mengetahui legalitas usaha pemberi dan penerima waralaba guna menciptakan transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha di daerah dalam memasarkan barang dan/ atau jasa dengan waralaba.
Sebelumnya Kabupaten Semarang telah
mempunyai Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba, namun sehubungan dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba dimana terdapat perubahan ketentuan mengenai penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) oleh Bupati, maka dipandang perlu merubah Peraturan
357
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba.
Peraturan Daerah ini diharapkan dapat
memberikan kepastian berusaha dan kepastian hukum bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba dalam memasarkan produknya di Kabupaten Semarang.
II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Huruf a
Yang dimaksud dengan “ciri khas usaha”
adalah suatu usaha yang memiliki
keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu
358
mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus dari
Pemberi Waralaba. Huruf b
Yang dimaksud dengan “terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk
mengatasi masalah-masalah dalam
perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis” adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan
sama (Standard Operational Procedure).
Huruf d
Yang dimaksud dengan “mudah diajarkan
dan diaplikasikan” adalah mudah
dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan
359
bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “dukungan yang berkesinambungan” adalah dukungan dari pemberi waralaba kepada penerima waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar” adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan
rahasia dagang,sudah didaftarkan dan
mempunyai sertifikat atau sedang dalam
proses pendaftaran di instansi yang
berwenang. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.
360 Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Yang dimaksud dengan “hubungan pengendalian” adalah hubungan yang terdapat dalam suatu badan usaha, antara lain dalam suatu persekutuan komanditer atau persekutuan perdata terdapat
hubungan pengendalian para sekutu yang
mempunyai kewenangan mengurus persekutuan tersebut.
Ketentuan ini dimaksudkan agar Penerima
Waralaba ialah pihak yang independen yang ingin memperoleh hak waralaba tersebut.
Dengan pengaturan seperti ini, sehingga tidak
dimungkinkan terjadinya waralaba jikasuatu
Perseroan Terbatas (PT) didirikan secara patungan
dengan Pemberi Waralaba dimana Pemberi
Waralaba juga sebagai pemegang saham dalam Perseroan Terbatas (PT) patungan dengan hak pengendalian.
Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
361 Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas.
362 Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas. Ayat (2)
Penggunaan barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri dimaksudkan dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dan tidak menggunakan produk luar negeri sepanjang tersedia produk pengganti dalam negeri dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan.
Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1)
Pembinaan yang diberikan Pemberi Waralaba
dilaksanakan secara berkesinambungan,
termasuk melakukan pengendalian mutu dan evaluasi terhadap bisnis yang dilakukan oleh Penerima Waralaba.
363 Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas.
364 Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7
365 LAMPIRAN I
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG
PENYELENGGARAAN WARALABA HAL-HAL YANG HARUS DIMUAT DALAM PERJANJIAN
WARALABA
Perjanjian Waralaba paling sedikit memuat :
a. nama dan alamat para pihak, yaitu nama dan alamat
jelas pemilik/ penanggungjawab perusahaan yang mengadakan perjanjian yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba;
b. jenis hak kekayaan intelektual yaitu jenis hak kekayaan
intelektual pemberi waralaba, seperti merk dan logo perusahaan, desain outlet/ gerai, sistem manajemen/ pemasaran atau racikan bumbu masakan yang diwaralabakan;
c. kegiatan usaha, yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan
seperti perdagangan eceran/ ritel, pendidikan, restoran, apotek atau bengkel;
d. hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima
waralaba yaitu hak dan kewajiban yang dimiliki baik oleh pemberi waralaba maupun penerima waralaba :
1. pemberi waralaba berhak menerima fee atau royalty
dari penerima waralaba dan selanjutnya pemberi waralaba berkewajiban memberikan pembinaan
secara berkesinambungan kepada penerima
waralaba;
2. penerima waralaba berhak menggunakan hak
kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dan selanjutnya penerima waralaba berkewajiban menjaga kode etik / kerahasiaan hak kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang diberikan pemberi waralaba;
366
e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan
pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba, seperti bantuan fasilitas berupa penyediaan dan pemeliharaan komputer dan program Informasi Teknologi pengelolaan kegiatan usaha;
f. wilayah usaha, yaitu batasan wilayah yang diberikan
pemberi waralaba kepada penerima waralaba untuk mengembangkan bisnis waralaba seperti wilayah Sumatera, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia;
g. jangka waktu perjanjian yaitu batasan mulai dan
berakhir perjanjian terhitung sejak surat perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak;
h. tata cara pembayaran imbalan, yaitu tata cara/
ketentuan termasuk waktu dan cara perhitungan
besarnya imbalan seperti fee atau royalty apabila
disepakati dalam perjanjian yang menjadi tanggung jawab penerima waralaba;
i. penyelesaian sengketa, yaitu penetapan tempat/ lokasi
penyelesaian sengketa, seperti melalui Pengadilan Negeri tempat/ domisili perusahaan atau melalui Arbitrase dengan menggunakan Hukum Indonesia;
j. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan
perjanjian seperti pemutusan perjanjian tidak dapat dilakukan secara sepihak, perjanjian berakhir dengan sendirinya apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian berakhir. Perjanjian dapat diperpanjang kembali apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak dengan ketentuan yang ditetapkan bersama;
k. jaminan dari pihak pemberi waralaba untuk tetap
menjalankan kewajiban-kewajibannya kepada penerima waralaba sesuai dengan isi perjanjian hingga jangka waktu perjanjian waralaba;
l. jumlah gerai yang akan dikelola oleh penerima waralaba.
BUPATI SEMARANG, TTD
367 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA SURAT PERMOHONAN
SURAT TANDA PENDAFTARAN WARALABA (SP-SPTW) ..., Tanggal ... Yth. Bupati Semarang
di
U N G A R A N
Yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan Pendaftaran Perjanjian Waralaba untuk mendapatkan STPW Penerima Waralaba/ Penerima Waralaba Lanjutan sebagaimana dimaksud dalam :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007
tentang Waralaba;
2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba.
DATA PEMOHON/ PERUSAHAAN (PENERIMA
WARALABA)
1. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama dan Kewarganegaraan : ...
b. Jabatan : ...
c. Alamat Rumah : ...
d. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...
2. Identitas Perusahaan
a. Nama Perusahaan : ...
b. Bentuk Badan Usaha : ...
368
d. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...
3. Akta Pendirian/ Perubahan Perusahaan
a. Nomor : ...
b. Tanggal : ...
c. Nomor dan Tanggal
Pengesahan : ... 4. Perjanjian Waralaba a. Nomor : ... b. Tanggal : ... c. Masa Berlaku : ... d. Wilayah Usaha : ...
5. Legalitas Usaha/ Izin Teknis
a. Nama Instansi Penerbit : ...
b. Nomor : ...
c. Tanggal : ...
d. Masa Berlaku : ...
6. Tanda Daftar Perusahaan
a. Nomor : ...
b. Tanggal : ...
7. Identitas Pemberi Waralaba
a. Nama Perusahaan : ...
b. Alamat Perusahaan : ...
c. Negara Asal : ...
d. Bentuk Badan Usaha : ...
e. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...
8. Jumlah Tempat Usaha/ Outlet
a. Dikelola Sendiri : ... b. Diwaralabakan : ... 9. STPW Pemberi Waralaba a. Instansi Penerbit : ... b. Nomor : ... c. Tanggal : ... d. Masa Berlaku : ...
10.Jenis dan Merek Dagang Atas Usaha yang :
369
11.Tanda Daftar Hak Kekayaan Intelektual Obyek yang
diwaralabakan
a. Instansi Penerbit : ...
b. Nomor : ...
c. Tanggal : ...
d. Masa Berlaku : ...
Demikian Surat Permohonan STPW Penerima Waralaba/ Penerima Waralaba Lanjutan ini kami buat dengan data/ informasi yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata data/ informasi tersebut tidak benar atau palsu, kami menyatakan bersedia untuk STPW Penerima Waralaba yang telah diterbitkan untuk dicabut dan dituntut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
..., Tanggal ....
Materai secukupnya
Pemohon atau pihak yang diberi kuasa
Khusus untuk Perusahaan yang berbadan hukum
BUPATI SEMARANG, MUNDJIRIN