• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

331

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengoptimalkan

penyelenggaraan waralaba,

meningkatkan tertib administrasi

perijinan penyelengaraan waralaba serta meningkatkan kegiatan usaha dan kemitraan usaha antara Pemberi

Waralaba dengan Penerima

Waralaba, maka perlu mengatur

penyelenggaraan Waralaba di

Kabupaten Semarang;

b. bahwa dengan diterbitkannya

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

53/M-DAG/PER/8/2012 tentang

(2)

332

dipandang perlu meninjau kembali

Peraturan Daerah Kabupaten

Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Waralaba;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun

1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 67 Tahun

1958 tentang Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah

Swatantra Tingkat II Semarang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan

Lembaran Negara Republik

IndonesiaNomor 1652);

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982

tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

5. Undang-Undang Nomor5 Tahun 1999

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan

(3)

333

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);

(4)

334

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014

tentang Perdagangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun

1992 tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Salatiga Dan Kabupaten Daerah

Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

(5)

335

Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun

2007 tentang Waralaba (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4742);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404);

19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun

2007 tentang Pengesahan,

Pengundangan Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang – undangan;

20. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

53/M-DAG/PER/8/2012 tentang

(6)

336

21. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

68/ M-DAG/ PER/ 10/ 2012 tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Toko Modern;

22. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

07/ M-DAG/ PER/ 2/ 2013 tentang

Pengembangan Kemitraan Dalam

Waralaba untuk Jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman;

23. Peraturan Daerah Kabupaten

Semarang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Semarang

(Lembaran Daerah Kabupaten

Semarang Tahun 2008 Nomor 16,

Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Semarang Nomor 14); Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG

dan

BUPATI SEMARANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG

(7)

337 BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.

2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut

Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat

Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati

adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang.

7. SKPD yang membidangi adalah Lembagapada

Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan dibidang perijinan.

8. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang

(8)

338

bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lainberdasarkan perjanjian waralaba.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal

yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

10. Pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau

badan usaha yang memberikan hak untuk

memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba.

11. Penerima waralaba adalah orang perseorangan atau

badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi

waralaba untuk memanfaatkan dan/atau

menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba.

12. Pemberi waralaba lanjutan adalah penerima waralaba

yang diberi hak oleh pemberi waralaba untuk menunjuk penerima waralaba lanjutan.

13. Penerima waralaba lanjutan adalah orang

perseorangan atau badan usaha yang menerima hak dari pemberi waralaba lanjutan untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba.

14. Prospektus penawaran waralaba adalah keterangan

tertulis dari pemberi waralaba yang paling sedikit menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan, struktur organisasi, keuangan, jumlah

(9)

339

tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba.

15. Perjanjian waralaba adalah perjanjian tertulis antara

pemberi waralaba dengan penerima waralaba.

16. Surat Permohonan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba

yang selanjutnya disingkat SP-STPW adalah formulir

permohonan untuk memperoleh Surat Tanda

Pendaftaran Waralaba yang memuat data pemberi waralaba dan penerima waralaba.

17. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang selanjutnya

disingkat STPW adalah bukti pendaftaran prospektus penawaran waralaba bagi pemberi waralaba dan/atau pemberi waralaba lanjutan serta bukti pendaftaran perjanjian waralaba bagi penerima waralaba dan/ atau penerima waralaba lanjutan yang diberikan setelah memenuhi persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini.

18. Pejabat Penerbit STPW adalah SKPD yang membidangi

atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Bupati. BAB II

RUANG LINGKUP Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini adalah :

a. maksud dan tujuan;

b. kriteria waralaba;

c. perjanjian waralaba;

d. STPW :

1. obyek dan subyek;

2. kewenangan penerbitan STPW;

3. tata cara pendaftaran STPW;

4. jangka waktu berlakunya STPW;

e. kewajiban Pemberi dan Penerima Waralaba;

(10)

340

g. pelaporan;

h. sanksi administrasi;

i. ketentuan peralihan; dan

j. ketentuan penutup.

BAB III

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3

Maksud disusunnya Peraturan Daerah ini adalah dalam rangka memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara waralaba dalam melaksanakan usahanya dan sekaligus sebagai alat dalam melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 4

Tujuan disusunnya Peraturan Daerah ini adalah:

a. mendorong pertumbuhan dan pengembangan usaha dengan sistem waralaba; dan

b. mendorong peningkatan pemasaran barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri.

BAB IV

KRITERIA WARALABA Pasal 5

(1) Waralaba harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memiliki ciri khas usaha;

(11)

341

c. memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;

d. mudah diajarkan dan diaplikasikan;

e. adanya dukungan yang berkesinambungan; dan f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar. (2) Orang perseorangan atau badan usaha dilarang

menggunakan istilah dan/atau nama waralaba untuk nama dan/atau kegiatan usahanya, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 6

(1) Waralaba terdiri dari Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba.

(2) Pemberi Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pemberi waralaba berasal dari luar negeri; b. pemberi waralaba berasal dari dalam negeri; c. pemberi waralaba lanjutan berasal dari waralaba

luar negeri; dan

d. pemberi waralaba lanjutan berasal dari waralaba dalam negeri.

(3) Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penerima waralaba berasal dari waralaba luar negeri;

b. penerima waralaba berasal dari waralaba

dalamnegeri;

c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar negeri; dan

d. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba dalam negeri.

(12)

342 BAB V

PERJANJIAN WARALABA Pasal 7

(1) Penyelenggaraan waralaba harus didasarkan pada

perjanjian waralaba yang mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia.

(2) Perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memuat paling sedikit sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus disampaikan kepada calon penerima waralaba paling singkat 2 (dua) minggu sebelum penandatanganan perjanjian.

(4) Dalam hal perjanjian waralaba sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditulis dalam bahasa asing, perjanjian harus diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Pasal 8

Dalam melaksanakan perjanjian waralaba yang telah dibuat, baik pemberi waralaba maupun penerima waralaba wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan usahanya antara lain peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan konsumen, kesehatan, pendidikan, lingkungan, tata ruang, dan tenaga kerja, hak atas kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(13)

343 Pasal 9

Pemberi Waralaba tidak dapat menunjuk Penerima Waralaba yang memiliki hubungan pengendalian dengan pemberi waralaba baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pasal 10

Perjanjian waralaba yang diputus secara sepihak oleh pemberi waralaba sebelum masa berlaku perjanjian waralaba berakhir, pemberi waralaba tidak dapat menunjuk penerima waralaba yang baru untuk wilayah yang sama, sebelum tercapai kesepakatan dalam

penyelesaian perselisihan oleh kedua belah pihak (clean

break) atau sampai ada putusan pengadilan yang sudah

berkekuatan hukum tetap.

BAB VI STPW Bagian Kesatu Obyek Dan Subyek

Pasal 11

Obyek STPW adalah setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh :

a. penerima waralaba berasal dari waralaba dalam negeri;

b. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar

negeri; dan

c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba

(14)

344 Pasal 12

Subyek STPW adalah setiap orang atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba sebagai :

a. penerima waralaba berasal dari waralaba dalam negeri;

b. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar

negeri; dan

c. penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba

dalam negeri.

Bagian Kedua

Kewenangan Penerbitan STPW Pasal 13

(1) Kewenangan penerbitan STPW berada pada Bupati. (2) Penerbitan STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. STPW penerima waralaba berasaldari waralaba dalam negeri;

b. STPW penerima waralaba lanjutan berasal dari waralaba luar negeri; dan

c. STPW penerima waralaba lanjutan berasaldari waralaba dalam negeri.

(3) Bupati dapat melimpahkan wewenang penerbitan STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada SKPD yang membidangi atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pendaftaran STPW Pasal 14

Permohonan STPW diajukan kepada Bupati atau KepalaSKPD yang membidangi atau Pejabat yang ditunjuk oleh Bupati dengan mengisi formulir sebagaimana

(15)

345

tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 15

Permohonan STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus ditandatangani oleh pemilik bagi perseorangan dan bagi badan ditandatangani oleh pengurus atau

penanggungjawab dengan melampirkan dokumen

persyaratan sebagai berikut :

a. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba berasal dari Waralaba Dalam Negeri

1. fotocopy Izin Usaha/ Izin Teknis;

2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari

Pemberi Waralaba;

3. fotocopy Perjanjian Waralaba;

4. fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;

6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta

Perubahan yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;

7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan

Intelektual; dan

8. fotocopy Kartu Tanda Penduduk

Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.

b. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba Lanjutan berasal dari Waralaba Luar Negeri

1. fotocopy Izin Usaha / Izin Teknis;

2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari

Pemberi Waralaba;

3. fotocopy Perjanjian Waralaba;

4. fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;

6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta

(16)

346

Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;

7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan

Intelektual; dan

8. fotocopyKartu Tanda Penduduk

Pemilik/Penanggungjawab Perusahaan.

c. permohonan Baru STPW Penerima Waralaba Lanjutan berasal dari Waralaba Dalam Negeri

1. fotocopy Izin Usaha / Izin Teknis;

2. fotocopy Prospektus Penawaran Waralaba dari

Pemberi Waralaba;

3. fotocopy Perjanjian Waralaba;

4. fotocopyTanda Daftar Perusahaan (TDP);

5. fotocopy STPW Pemberi Waralaba;

6. fotocopy Akta Pendirian Perusahaan dan/atau Akta

Perubahan yang telah mendapat Pengesahan dari Instansi Berwenang untuk Perusahaan yang berbadan hukum;

7. fotocopy Tanda Bukti Pendaftaran Hak Kekayaan

Intelektual; dan

8. fotocopy Kartu Tanda Penduduk Pemilik/

Penanggungjawab Perusahaan. d permohonan perpanjangan STPW :

1. asli STPW;

2. melampirkan persyaratan sesuai dengan

permohonan awal STPW diajukan dan ditambah Dokumen-dokumen lainnya apabila mengalami perubahan data dari dokumen yang disampaikan 5 (lima) tahun sebelumnya; dan

3. laporan penggunaan produk dalam negeri.

Pasal 16

(1) Pemohon STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus menunjukkan dokumen persyaratan asli.

(17)

347

(2) Pengurusan permohonan STPW dapat dilakukan oleh pihak ketiga dengan menunjukkan surat kuasa bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pemilik

bagi perseorangan dan oleh pengurus atau

penanggungjawab bagi badan. Pasal 17

(1) Paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak

diterimanya SP-STPW dan dokumen persyaratan secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, SKPD yang membidangi atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati menerbitkan STPW.

(2) Apabila SP-STPW beserta dokumen persyaratan dinilai belum lengkap dan benar, SKPD yang membidangi atau pejabat yang ditunjuk oleh Bupati membuat surat penolakan penerbitan STPW kepada pemohon STPW, paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan.

(3) Pemohon STPW yang ditolak permohonannya dapat mengajukan kembali permohonan STPW sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Jangka Waktu Berlakunya STPW Pasal 18

(1) STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 berlaku

untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

(2) STPW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang habis

masa berlakunya dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(18)

348

(3) STPW dinyatakan tidak berlaku apabila:

a. jangka waktu STPW berakhir; b. perjanjian waralaba berakhir; atau

c. pemberi waralaba dan/atau penerima waralaba menghentikan kegiatan usahanya.

BAB VII

KEWAJIBAN PEMBERI DAN PENERIMA WARALABA Pasal 19

(1) Pemberi waralaba harus menyampaikan prospektus

penawaran waralaba kepada penerima waralaba paling singkat 2 (dua) minggu sebelum penandatanganan perjanjian waralaba.

(2) Dalam hal prospektus penawaran waralaba

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis dalam bahasa asing, harus diterjemahkan secara resmi ke dalam Bahasa Indonesia.

Pasal 20

Penerima Waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b, huruf c dan huruf d wajib memiliki STPW.

Pasal 21

(1) Pemberi waralaba dan penerima waralaba wajib

menggunakan logo waralaba.

(2) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba wajib

menggunakan bahan baku, peralatan usaha serta menjual barang dagangan paling sedikit 80% (delapan

(19)

349

puluh per seratus) barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri.

(3) Pemberi Waralaba harus bekerjasama dengan

pengusaha mikro, kecil, dan menengah di Daerah sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang dan/atau jasa sepanjang memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba.

(4) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba hanya

dapat melaksanakan usaha terbatas pada izin usaha yang dimilikinya.

Pasal 22

(1) Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan kepada penerima waralaba.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :

a. pendidikan dan pelatihan tentang sistem

manajemen pengelolaan waralaba yang

dikerjasamakan sehingga Penerima Waralaba dapat menjalankan kegiatan waralaba dengan baik dan menguntungkan;

b. secara rutin memberikan bimbingan operasional

manajemen, sehingga apabila ditemukan

kesalahan operasional dapat diatasi dengan segera; c. membantu pengembangan pasar melalui promosi, seperti melalui iklan, leaflet/katalog/brosur atau pameran;

d. penelitian dan pengembangan pasar dan produk

yang dipasarkan, sehingga sesuai dengan

(20)

350 BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan waralaba. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

antara lain :

a. memfasilitasi pendidikan dan pelatihan tentang

sistem waralaba, baik bagi Pemberi

Waralaba/Penerima Waralaba Dalam Negeri

maupun bagi pengusaha yang usahanya layak diwaralabakan;

b. merekomendasikan Penerima/Calon Penerima

Waralaba untuk diberikan keringanan/kemudahan memanfaatkan sarana perpasaran, baik milik pemerintah atau pemerintah daerah maupun milik swasta;

c. memfasilitasi/merekomendasikan Pemberi/Calon

Pemberi Waralaba Dalam Negeri yang memiliki produk yang potensial dipromosikan lebih luas untuk mengikuti pameran waralaba, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;

d. mengupayakan pemberian penghargaan kepada

Penerima Waralaba Dalam Negeri yang telah berhasil mengembangkan Waralabanya dengan baik dan memberikan manfaat yang baik terhadap perekonomianDaerah;

e. memfasilitasi sarana klinik bisnis, baik di

daerah-daerah maupun pada pameran-pameran di dalam negeri untuk dapat dimanfaatkan para pewaralaba

untuk berkonsultasi / berdiskusi tentang

permasalahan yang dihadapi; dan

f. memfasilitasi untuk memperoleh bantuan

perkuatan permodalan bagi Pemberi Waralaba / Penerima Waralaba Dalam Negeri, baik melalui instansi terkait maupun melalui unsur perbankan.

(21)

351

(3) Pembinaan waralaba sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh SKPD yang membidangi perdagangan dengan melibatkan SKPD terkait.

Pasal 24

Kepala SKPD yang membidangi perdagangan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan waralaba di wilayah Daerah.

Pasal 25

Apabila diperlukan, Kepala SKPD yang membidangi perdagangan dapat meminta data dan/atau informasi tentang kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang menggunakan istilah dan/atau nama waralaba.

BAB IX PELAPORAN

Pasal 26

(1) Pemilik STPW wajib menyampaikan laporan kegiatan waralaba kepada Kepala SKPD yang membidangi Perdagangan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap tahun paling lambat pada tanggal 31 Maret tahun berikutnyadengan mengisi formulir laporan.

Pasal 27

(1) Kepala SKPD yang membidangiperijinan harus menyampaikan laporan perkembangan penerbitan STPW kepadaBupati melalui Kepala SKPD yang membidangi perdagangan.

(22)

352

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setiap bulan sekali paling lambat pada tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

Pasal 28

(1) Kepala SKPD yang membidangi perdagangan harus

menyampaikan laporan perkembangan penerbitan STPW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)

kepada Direktur Bina Usaha Perdagangan

Kementerian yang membidangi perdagangan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan setiap tahun sekali paling lambat pada tanggal 31 Januari tahun berikutnya.

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 29

(1) Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal surat peringatan oleh Bupati.

(2) Apabila Penerima Waralaba tidak memenuhi

ketentuan dalam peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pemberhentian kegiatan operasional.

Pasal 30

(1) Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Pasal 22 atau Pasal 26, dikenakan sanksi

(23)

353

administratif berupa peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu 2 (dua) minggu sejak tanggal surat peringatan oleh KepalaSKPD yang membidangi perdagangan.

(2) Pemberi waralaba dan Penerima Waralaba yang tidak memenuhi ketentuan dalam peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara STPW paling lama 2 (dua) bulan.

(3) Pemberi waralaba dan Penerima Waralaba yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi berupa pencabutan STPW oleh Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31

STPW bagi Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba yang

telah diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan masa berlaku STPW berakhir dan dapat diperpanjang.

Pasal 32

Paling lama 6 (enam) bulan setelah Peraturan Daerah ini mulai berlaku, bagi Penerima Waralaba yang telah melakukan kegiatan usaha di wilayah Daerah tetapi belum memiliki STPW wajib mengajukan permohonan STPW sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(24)

354 BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 33

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 11) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 34

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 10-06-2014 BUPATI SEMARANG, CAP TTD MUNDJIRIN

(25)

355 Diundangkan di Ungaran

pada tanggal 10-06-2014 Plt. SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SEMARANG Asisten Administrasi Umum,

CAP TTD BUDI KRISTIONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 NOMOR 8

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014

Salinan sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, TTD

SUKATON PURTOMO PRIYATMO Pembina Tingkat I (IV/b)

(26)

356

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN WARALABA I. UMUM.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan usaha dengan waralaba di wilayah Kabupaten Semarang maka Pemerintah Daerah berusaha mendorong pengusaha terutama pengusaha mikro, kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai Pemberi Waralaba yang handal dan mempunyai daya saing khususnya dalam rangka memasarkan produk dalam negeri.

Pemerintah Daerah memandang perlu mengetahui legalitas usaha pemberi dan penerima waralaba guna menciptakan transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha di daerah dalam memasarkan barang dan/ atau jasa dengan waralaba.

Sebelumnya Kabupaten Semarang telah

mempunyai Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba, namun sehubungan dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba dimana terdapat perubahan ketentuan mengenai penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) oleh Bupati, maka dipandang perlu merubah Peraturan

(27)

357

Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

Peraturan Daerah ini diharapkan dapat

memberikan kepastian berusaha dan kepastian hukum bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba dalam memasarkan produknya di Kabupaten Semarang.

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan “ciri khas usaha”

adalah suatu usaha yang memiliki

keunggulan atau perbedaan yang tidak mudah ditiru dibandingkan dengan usaha lain sejenis, dan membuat konsumen selalu

(28)

358

mencari ciri khas dimaksud. Misalnya, sistem manajemen, cara penjualan dan pelayanan, atau penataan atau cara distribusi yang

merupakan karakteristik khusus dari

Pemberi Waralaba. Huruf b

Yang dimaksud dengan “terbukti sudah memberikan keuntungan” adalah menunjuk pada pengalaman Pemberi Waralaba yang telah dimiliki kurang lebih 5 (lima) tahun dan telah mempunyai kiat-kiat bisnis untuk

mengatasi masalah-masalah dalam

perjalanan usahanya, dan ini terbukti dengan masih bertahan dan berkembangnya usaha tersebut dengan menguntungkan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis” adalah standar secara tertulis supaya Penerima Waralaba dapat melaksanakan usaha dalam kerangka kerja yang jelas dan

sama (Standard Operational Procedure).

Huruf d

Yang dimaksud dengan “mudah diajarkan

dan diaplikasikan” adalah mudah

dilaksanakan sehingga penerima waralaba yang belum memiliki pengalaman atau pengetahuan mengenai usaha sejenis dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan

(29)

359

bimbingan operasional dan manajemen yang berkesinambungan yang diberikan oleh pemberi waralaba.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “dukungan yang berkesinambungan” adalah dukungan dari pemberi waralaba kepada penerima waralaba secara terus menerus seperti bimbingan operasional, pelatihan, dan promosi.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar” adalah Hak Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, paten, dan

rahasia dagang,sudah didaftarkan dan

mempunyai sertifikat atau sedang dalam

proses pendaftaran di instansi yang

berwenang. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.

(30)

360 Pasal 8

Cukup jelas. Pasal 9

Yang dimaksud dengan “hubungan pengendalian” adalah hubungan yang terdapat dalam suatu badan usaha, antara lain dalam suatu persekutuan komanditer atau persekutuan perdata terdapat

hubungan pengendalian para sekutu yang

mempunyai kewenangan mengurus persekutuan tersebut.

Ketentuan ini dimaksudkan agar Penerima

Waralaba ialah pihak yang independen yang ingin memperoleh hak waralaba tersebut.

Dengan pengaturan seperti ini, sehingga tidak

dimungkinkan terjadinya waralaba jikasuatu

Perseroan Terbatas (PT) didirikan secara patungan

dengan Pemberi Waralaba dimana Pemberi

Waralaba juga sebagai pemegang saham dalam Perseroan Terbatas (PT) patungan dengan hak pengendalian.

Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

(31)

361 Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas.

(32)

362 Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Penggunaan barang dan/ atau jasa produksi dalam negeri dimaksudkan dalam rangka meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dan tidak menggunakan produk luar negeri sepanjang tersedia produk pengganti dalam negeri dan memenuhi standar mutu produk yang dibutuhkan.

Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 22 Ayat (1)

Pembinaan yang diberikan Pemberi Waralaba

dilaksanakan secara berkesinambungan,

termasuk melakukan pengendalian mutu dan evaluasi terhadap bisnis yang dilakukan oleh Penerima Waralaba.

(33)

363 Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas.

(34)

364 Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7

(35)

365 LAMPIRAN I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PENYELENGGARAAN WARALABA HAL-HAL YANG HARUS DIMUAT DALAM PERJANJIAN

WARALABA

Perjanjian Waralaba paling sedikit memuat :

a. nama dan alamat para pihak, yaitu nama dan alamat

jelas pemilik/ penanggungjawab perusahaan yang mengadakan perjanjian yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba;

b. jenis hak kekayaan intelektual yaitu jenis hak kekayaan

intelektual pemberi waralaba, seperti merk dan logo perusahaan, desain outlet/ gerai, sistem manajemen/ pemasaran atau racikan bumbu masakan yang diwaralabakan;

c. kegiatan usaha, yaitu kegiatan usaha yang diperjanjikan

seperti perdagangan eceran/ ritel, pendidikan, restoran, apotek atau bengkel;

d. hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima

waralaba yaitu hak dan kewajiban yang dimiliki baik oleh pemberi waralaba maupun penerima waralaba :

1. pemberi waralaba berhak menerima fee atau royalty

dari penerima waralaba dan selanjutnya pemberi waralaba berkewajiban memberikan pembinaan

secara berkesinambungan kepada penerima

waralaba;

2. penerima waralaba berhak menggunakan hak

kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dan selanjutnya penerima waralaba berkewajiban menjaga kode etik / kerahasiaan hak kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang diberikan pemberi waralaba;

(36)

366

e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan

pemasaran yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba, seperti bantuan fasilitas berupa penyediaan dan pemeliharaan komputer dan program Informasi Teknologi pengelolaan kegiatan usaha;

f. wilayah usaha, yaitu batasan wilayah yang diberikan

pemberi waralaba kepada penerima waralaba untuk mengembangkan bisnis waralaba seperti wilayah Sumatera, Jawa dan Bali atau di seluruh Indonesia;

g. jangka waktu perjanjian yaitu batasan mulai dan

berakhir perjanjian terhitung sejak surat perjanjian ditandatangani oleh kedua belah pihak;

h. tata cara pembayaran imbalan, yaitu tata cara/

ketentuan termasuk waktu dan cara perhitungan

besarnya imbalan seperti fee atau royalty apabila

disepakati dalam perjanjian yang menjadi tanggung jawab penerima waralaba;

i. penyelesaian sengketa, yaitu penetapan tempat/ lokasi

penyelesaian sengketa, seperti melalui Pengadilan Negeri tempat/ domisili perusahaan atau melalui Arbitrase dengan menggunakan Hukum Indonesia;

j. tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan

perjanjian seperti pemutusan perjanjian tidak dapat dilakukan secara sepihak, perjanjian berakhir dengan sendirinya apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian berakhir. Perjanjian dapat diperpanjang kembali apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak dengan ketentuan yang ditetapkan bersama;

k. jaminan dari pihak pemberi waralaba untuk tetap

menjalankan kewajiban-kewajibannya kepada penerima waralaba sesuai dengan isi perjanjian hingga jangka waktu perjanjian waralaba;

l. jumlah gerai yang akan dikelola oleh penerima waralaba.

BUPATI SEMARANG, TTD

(37)

367 LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA SURAT PERMOHONAN

SURAT TANDA PENDAFTARAN WARALABA (SP-SPTW) ..., Tanggal ... Yth. Bupati Semarang

di

U N G A R A N

Yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan Pendaftaran Perjanjian Waralaba untuk mendapatkan STPW Penerima Waralaba/ Penerima Waralaba Lanjutan sebagaimana dimaksud dalam :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007

tentang Waralaba;

2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

53/M-DAG/PER/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

DATA PEMOHON/ PERUSAHAAN (PENERIMA

WARALABA)

1. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama dan Kewarganegaraan : ...

b. Jabatan : ...

c. Alamat Rumah : ...

d. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...

2. Identitas Perusahaan

a. Nama Perusahaan : ...

b. Bentuk Badan Usaha : ...

(38)

368

d. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...

3. Akta Pendirian/ Perubahan Perusahaan

a. Nomor : ...

b. Tanggal : ...

c. Nomor dan Tanggal

Pengesahan : ... 4. Perjanjian Waralaba a. Nomor : ... b. Tanggal : ... c. Masa Berlaku : ... d. Wilayah Usaha : ...

5. Legalitas Usaha/ Izin Teknis

a. Nama Instansi Penerbit : ...

b. Nomor : ...

c. Tanggal : ...

d. Masa Berlaku : ...

6. Tanda Daftar Perusahaan

a. Nomor : ...

b. Tanggal : ...

7. Identitas Pemberi Waralaba

a. Nama Perusahaan : ...

b. Alamat Perusahaan : ...

c. Negara Asal : ...

d. Bentuk Badan Usaha : ...

e. Nomor Telepon/ Fax/ Email : ...

8. Jumlah Tempat Usaha/ Outlet

a. Dikelola Sendiri : ... b. Diwaralabakan : ... 9. STPW Pemberi Waralaba a. Instansi Penerbit : ... b. Nomor : ... c. Tanggal : ... d. Masa Berlaku : ...

10.Jenis dan Merek Dagang Atas Usaha yang :

(39)

369

11.Tanda Daftar Hak Kekayaan Intelektual Obyek yang

diwaralabakan

a. Instansi Penerbit : ...

b. Nomor : ...

c. Tanggal : ...

d. Masa Berlaku : ...

Demikian Surat Permohonan STPW Penerima Waralaba/ Penerima Waralaba Lanjutan ini kami buat dengan data/ informasi yang sebenarnya dan apabila dikemudian hari ternyata data/ informasi tersebut tidak benar atau palsu, kami menyatakan bersedia untuk STPW Penerima Waralaba yang telah diterbitkan untuk dicabut dan dituntut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

..., Tanggal ....

Materai secukupnya

Pemohon atau pihak yang diberi kuasa

 Khusus untuk Perusahaan yang berbadan hukum

BUPATI SEMARANG, MUNDJIRIN

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang yang

Jumlah daun pada tanaman cabai merah paling tinggi meng gunakan pupuk masyarakat A (338,00 helai) diduga karena pupuk organik tersebut memiliki total unsur hara N, P, K yang

Untuk intervensi yang dilakukan hanya memfokuskan pada tindakan keperawatan yaitu penurunan suhu tubuh dimana tujuan ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

Dalam melaksanakan aktivitasnya untuk mencapai suatu tujuan perusahaan menghadapi banyak permasalahan, baik yang berasal dari luar perusahaan (faktor ekstern) maupun yang berasal

Bila anda menguasai program windows office dengan baik maka untuk menampilkan dan menyembunyikan toolbar yang kita butuhkan bukanlah persolan yang sulit, karena caranya persis

Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan warga komunitas untuk penerapan teknologi untuk rehabilitasi permukiman paska- bencana dengan pendekatan bertumpu masyarakat. Memupuk

Untuk menginput pembayaran SPP cukup memilih kelas lalu klik Button Cari untuk memilih NIS Dan Nama Siswa maka otomatis akan muncul form untuk memilih data

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah dan tersirat dalam rumusan masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPS materi membuat silsilah