• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Lactobacillus Plantarum Pada Fermentasi Untuk Menurunkan Saponin Dalam Daun Trembesi (Albizia Saman)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimalisasi Lactobacillus Plantarum Pada Fermentasi Untuk Menurunkan Saponin Dalam Daun Trembesi (Albizia Saman)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(

Albizia Saman

)

Ahimsa Kandi Sariri

Prodi Produksi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Jl. Letjen S. Humardani No 1 Sukoharjo, Telp. (0271)593156, Fax (0271)591065,

Email : ak_sariri@ymail.com

Abstrak:

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari suhu optimal bagiLactobacillus plantarum dalam proses fermentasi daun trembesi (Albizia saman). Daun trembesi yang telah dipritili sebelum difermentasi diberi dengan Lactobacillus plantarum secara merata, kemudian dibagi dalam perlakuan yaitu T1 = suhu fermentasi 33oC , T2 = suhu fermentasi 37oC dan T3 = suhu fermentasi 40oC. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola searah. Analisis yang dilakukan adalah analisis saponin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi suhu optimalisasi fermentasi daun trembesi dengan Lactobacillus plantarum berbeda secara nyata terhadap kandungan saponin daun trembesi. Pada suhu fermentasi dari 33oC kandungan saponin daun trembesi sebesar 0,023%. Suhu fermentasi 37oC memberikan penurunan kandungan saponin daun trembesi sebesar 0,022% tetapi ketika suhu fermentasi 40oC memberikan penurunan kandungan saponin dalam daun trembesi sebesar 0,041%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu 37oC merupakan suhu fermentasi yang optimal bagi Lactobacillus plantarum dalam menurunkan kandungan saponin daun trembesi.

Kata Kunci:Lactobacillus plantarum, suhu, fermentasi, saponin.

Pendahuluan

Iklim tropis mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, sehingga dalam satu musim hanya ada dua kemungkinan keadaan yaitu keadaan banyak terjadi hujan dan keadaan kurang hujan atau kering. Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di iklim tropis. Adanya dua musim ekstrim membuat keadaan yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan iyanindustri peternakan di Indonesia terutama ternak ruminansia. Ternak ruminansia adalah ternak yang mempunyai lambung jamak dengan empat kompartemen dan senantiasa mengalami proses ruminasi. Keberlangsungan proses ruminasi sangat tergantung dengan adanya bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Bahan pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi banyak terdapat pada hijauan tanaman.

Ketersediaan hijauan pakan pada musim penghujan berlimpah tetapi pada musim kemarau akan terjadi kelangkaan hijauan pakan. Keadaan ini membuat peternak senantiasa memberikan hijauan pakan yang berasal dari tanaman keras atau tahunan pada saat musim kemarau. Tanaman keras yang sering digunakan untuk hijauan pakan salah satunya adalah trembesi.

Trembesi adalah tanaman tahunan yang sering disebut “ever green” dan masuk dalam familia Mimosoideae. Di beberapa daerah tanaman trembesi sudah dimanfaatkan

(2)

sebagai pakan ternak pada musim kemarau. Ternak sangat menyukai hijauan yang berasal dari trembesi tetapi apabila terlalu banyak mengkonsumsi ternak akan mengalami kembung dan konsumsi pakan akan menurun sehingga akan terjadi penurunan bobot badan. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh adanya zat anti nutrien yang terkandung dalam trembesi. Anonim (2009) menyatakan bahwa daun, biji, dan kulit batang trembesi mengandung saponin disamping itu daun dan bijinya mengandung polifenol. Selanjutnya menurut Widodo (2005) saponin ada pada seluruh bagian tanaman, misalnya pada daun, batang, akar, bunga dan biji sedangkan jumlahnya bervariasi sesuai waktu pemotongan. Hasil penelitian Sariri et al. (2012) menunjukkan bahwa dalam trembesi mengandung saponin baik di daun, biji maupun kulit buahnya.

Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan sapogenin (aglikon). Senyawa aktif permukaan dari saponin bersifat seperti sabun dan dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa pada pengocokan dan memiliki rasa pahit yang mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan sehingga merusak membran sel dan menginaktifkan enzim sel serta merusak protein sel.

Saponin dapat memberikan pengaruh terhadap proses biologis tubuh dan metabolisme zat nutrisi dengan cara menghambat produktivitas kerja enzim seperti enzim kimotripsin sehingga menghambat produktivitas dan pertumbuhan ternak. Efek biologis utama dari saponin adalah saponin mampu menghemolisis sel darah merah karena interaksi saponin dengan membran (protein, fosfolipida dan kolesterol) dari eritrosit. Hemolisis adalah terlepasnya hemoglobin ke dalam plasma darah akibat pemecahan eritrosit.

Pakan yang mengandung lebih dari 0,20% saponin akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan. Kandungan saponin dalam daun trembesi adalah 1,47%. Selanjutnya dengan fermentasi yang menggunakan dua mikrobia yang berbeda yaitu Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum dapat menurunkan kandungan saponin daun trembesi (Saririet al., 2012).

Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat menjadi alkohol, asam laktat, asam butirat dan asam karbonat serta pelepasan panas. Protein dirombak menjadi amonia, asam amino, amida, asam asetat, asam butirat dan air. Suliantari dan Rahayu (1990) menyatakan bahwa dengan fermentasi terjadi penghilangan zat anti nutrisi yang bersifat racun antara lain glukosida. Selanjutnya fermentasi daun ubikayu dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan protein, nilai kecernaan dan penurunan serat kasar (Balitnak, 1994).

Hasil penelitian Sariri et al. (2012) didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan mikrobia Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum dapat menurunkan kandungan saponin dalam daun, buahmuda, dan kulit buah muda trembesi (Albizia saman). Antara Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum tidak berbeda secara nyata dalam menurunkan kandungan saponin, tetapi Lactobacillus plantarum lebih meningkatkan secara nyata kandungan protein kasar dalam biji dan kulit buah muda trembesi dibandingkan denganAspergillus niger.

Dalam menurunkan kandungan saponin, baik Aspergillus niger maupun Lactobacillus plantarum belum bisa menurunkan kandungan saponin sampai dibawah batas toleransi (< 0,20%). Hal ini bisa diakibatkan karena dalam fermentasi tersebut tidak diberikan kondisi yang optimal bagi kedua mikrobia, perlakuan hanya diberikan

(3)

Hal ini juga sesuai dengan Ray et al. (1997) yang menyatakan bahwa Lactobacillus plantarum merupakan homofermentatif lactobacilli yang akan tumbuh baik pada suhu antara 15oC-40oC.

Untuk melihat efektivitas Lactobacillus plantarum dalam menurunkan kandungan saponin daun trembesi maka perlu dilakukan optimasi Lactobacillus plantarum dalam fermentasi daun trembesi. Dengan memberikan perlakuan beberapa suhu yang berbeda maka bisa diketahui suhu lingkungan yang optimal bagi kinerja Lactobacillus plantarum dalam menurunkan kandungan saponin dalam daun trembesi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mempelajari suhu optimal bagi Lactobacillus plantarumdalam proses fermentasi daun trembesi (Albizia saman).

Metode Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi Universitas Veteran Bangun Nusantara. Analisis saponin akan dilakukan di dua tempat, untuk preparasi seluruhnya dilakukan di Universitas Veteran Bangun Nusantara, sedangkan untuk peneraan kandungan saponin dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi UGM .

Substrat

Substrat yang digunakan adalah daun trembesi. Daun trembesi diambil dari Kalurahan Joho Kecamatan dan Kabupaten Sukoharjo.

Lactobacillus plantarum yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi PAU UGM Yogyakarta. Pembiakkan Lactobacillus plantarum dilakukan di Laboratorium Biologi, Kimia dan Mikrobiologi Universitas Veteran Bangun Nusantara.

Optimasi Fermentasi

Optimasi fermentasi yang dilakukan adalah memberikan beberapa suhu dalam fermentasi daun trembesi yang menggunakan Lactobacillus plantarum. Suhu tersebut adalah 33oC, 37oC dan 40oC. Pengemasan pada saat fermentasi dengan plastik yang diberi titik-titik lubang untuk menciptakan suasana mikroaerofilik bagi Lactobacillus plantarum.

Rancangan Percobaan

Percobaan ini dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap pola searah dengan tiga perlakuan yaitu suhu fermentasi 34oC, 37oC dan 40oC, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terbentuk 12 unit percobaan.

(4)

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) pola searah. Uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) (Ali-Mursyid, 2011).

Hasil Dan Pembahasan

Untuk Melihat Kinerja Lactobacillus Plantarum Dalam Menurunkan Kandungan Saponin Daun Trembesi Maka Diberikan Perlakuan Suhu Yang Berbeda Pada Saat Fermentasi. Hasil Dari Perlakuan Tersebut Dapat Dilihat Pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Saponin Daun Trembesi Perlakuan Kandungan Saponin (%)

T1 0,023b

T2 0,022a

T3 0,041c

Tabel 1. menunjukkan bahwa suhu fermentasi berpengaruh nyata terhadap kinerjaLactobacillus plantarumdalam menurunkan kandungan saponin daun trembesi. Sesuai dengan pendapat Ray et al. (1997) yang menyatakan bahwa Lactobacillus plantarum merupakan homofermentatif lactobacilli yang akan tumbuh baik pada suhu antara 15oC-40oC.

Suhu fermentasi sebesar 37oC ternyata memberikan kinerja Lactobacillus plantarum tertinggi yaitu dengan menurunkan kandungan saponin tertinggi. Pada suhu 37oC Lactobacillus plantarum dapat bekerja secara optimal dengan menurunkan saponin daun trembesi dari 1,47% (Sariri, 2011) hingga kandungannya sebesar 0,022%. Menurut Afriani (2010), pada suhu 37oC dalam fermentasi akan meningkatkan populasi Lactobacillus plantarum. Dengan meningkatkan populasi maka akan semakin intensif proses fermentasi sehingga semakin besar pula proses penghilangan zat anti nutrien seperti saponin.

Suhu fermentasi sebesar 33oC mampu menurunkan kandungan saponin daun trembesi hingga menjadi 0,023%, tidak terlampau besar terpaut dengan fermentasi suhu 37oC. Hal ini bisa dikarenakan pada suhu 33oC peningkatan populasi Lactobacillus plantarumtidak sebesar pada suhu fermentasi 37oC.

Pada suhu fermentasi 40oC, penurunan kandungan saponinnya terendah yaitu menjadi 0,041%. Hal ini bisa dikarenakan pada suhu 40oC populasi Lactobacillus plantarum tidak meningkat tetapi justru menurun akibat Lactobacillus plantarum mati akibat suhu yang tinggi.

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa suhu 37oC merupakan suhu fermentasi yang optimal bagi Lactobacillus plantarum dalam menurunkan kandungan saponin daun trembesi.

(5)

Daftar Rujukan

Afriani. 2010. Pengaruh Penggunaan Starter Bakteri Asam Laktat Lactobacillus plantarum dan Laktobacillus fermentum terhadap Total Bakteri Asam Laktat, Kadar Asam, dan Nilai pH Dadih Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Volume XIII No. 6.

Ali-Mursyid, W.M., 2011. Buku Ajar : Rancangan Percobaan. Kepel Press. Yogyakarta. Anonim, 2009. Panjang Umur dengan Produk Fermentasi http://belida.unmul.ac.id/

/index.php?option=comcontent&task=view&id =75&Itemid=2

Balitnak, 1994. Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Limbah Pengolahan Tapioka/Sagu sebagai Pakan Ternak. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Ray, Bibek., Endang S. Rahayu, S. Margino. 1997. Bakteri Asam Laktat : Isolasi dan identifikasi.Materi Workshop. PAU Pangan dan Gisi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sariri, A.K., Ali Mursyid WM, A.I. Niken Tari. 2012. Menurunkan Saponin dalam Trembesi (Albizia saman) dan Pemanfaatannya sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Suliantari dan W.P. Rahayu. 1990.Teknologi Fermentasi Biji-bijian dan Umbi-umbian. PAU-IPB. Bogor.

Widodo, Wahyu. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. UMM Press. Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan implikasi hasil penelitian ini adalah : setelah mengumpulkan data berupa instrumen variabel dan hasil analisis selesai dilakukan, selanjutnya dari

Subjek lahir dalam keluarga dengan background ideologis yang kuat.internalisasi nilai-nilai yang dilakukan oleh keluarga, perlahan mulai membentuk sistem keyakinan

TAPM yang beijudul " Pengaruh Kesetaraan Insentif Kinerja Dalam Memotivasi Kinerja Aparatus Sipil Negara Di Lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau " adalah hasil

Penelitian perlu dilakukan yaitu untuk mengetahui bentuk- bentuk miskonsepsi yang terdapat pada buku pelajaran matematika kelas IV SD khususnya materi semester

Hasil jawaban responden pada variabel sikap menunjukkan indikator ketegasan dalam bertindak memiliki total nilai yang paling rendah yaitu 140 dengan rata-rata

3 Menurut saya iklan Pocari Sweat dalam bentuk/format yang mendidik dapat menyampaikan pesan yang mudah terekam dan mudah diingat, sehingga menarik bagi saya. Isi

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mengetahui apa yang menjadi latar belakang pihak gojek menerapkan sanksi penambahan denda tersebut, dasar hukum apa