• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Kedua Orangtuaku, yaitu R. Indarto dan MM.Ratna Prihatinigsih,S.E

Adikku, Rr. Indira Sekar Amelia

Alm. Rm. Wisnumurti Murtisunu, SJ

Sahabatku, Puteri Wijayanti

(5)

v

MOTTO

Tuhan tidak mengatur, hanya memberikan

pilihan – pilihan. Kuatlah dalam memilih,

nikmati pilihan tersebut.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Penelitian Dilaksanakan di Kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Rr. Indira Kartika Ningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan persamaan dasar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-2, SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada materi pembelajaran akuntansi pokok bahasan persamaan dasar akuntansi. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre-test dan

post-test meningkat dengan rata - rata 26.25 atau 44%. Pada saat pre-test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 60.14 sedangkan rata-rata skor siswa setelah

(9)

ix ABSTRACT

LEARNING MODEL APPLICATION OF

TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ACCOUNTING LEARNING

TO INCREASE THE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT This Study Held in X grade of Kolese De Britto Senior High School

Rr. Indira Kartika Ningrum Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to findout how student’s achievement in accounting with the main discussion on basic accounting equation using cooperative type learning model application of Teams Games Tournament (TGT).

This study is a Classroom Action Research (CAR) held in X grade students of X-2 class, Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta, 2011/2012 academic year. The main components in TGT cooperative type of learning are material presentation, group division, games, tournament and achievement for groups. This study was held in one cycle which contains of four steps, they are planning, action, observation and reflection. The data were collected by using observation sheet of teacher’s activity, observation sheet of teacher’s activity in learning process, observation class instruments, observation sheet of students’ learning process in groups and reflection instruments. The data were being analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournament(TGT)

dalam Pembelajaran Akuntansi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi

(11)

xi

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. dan Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.

selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran dan kritik yang telah

diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

serta staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan

bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.

7. Bapak F.X Agus Hariyanto, S.Pd.,S.E selaku guru mitra dalam

pelaksanaan penelitian di kelas X2 SMA Kolese de Britto Yogyakarta

sehingga penelitian dapat terlaksana dan berjalan lancar.

8. Seluruh keluarga besar SMA Kolese de Britto Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan

penelitian. Terimakasih banyak atas ijin dan bantuannya.

9. Siswa kelas X 2 selaku subjek dalam penelitian ini.

10. Orangtuaku, Papa R. Indarto dan Mama MM. Ratna Prihatiningsih, SE

yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan

dukungan moral.

11. Sahabatku Puteri Wijayanti, Stefani Dwi Cahyani, Maria R. Jansen

yang telah membantu, mendukung, mendampingi, memberi semangat,

memberi kritik-saran, serta doa selama ini.

12. Sahabat terindah Yohanes Suryo Bagus, S.J yang selalu memberikan

doa dan dukungan.

13. Sahabatku Ayu Rizqia, Dimas Daniel, Indra Abhimanyu, Fachnia

(12)

xii

Putranto, Akib Aryo yang tidak pernah berhenti memberikan perhatian

dan semangat.

14. Partner berdiskusi Albertus Endri, Galih Abirowo, Letda. Lek. Billy

Sinaga dan Dedit Aditra, S.Ked yang selalu memberikan perhatian,

semangat dan dukungan.

15. Keluarga besar Swaragama Group. Tempat bekerja sekaligus bermain

yang memberikan pelajaran sekaligus motivasi.

16. Keluarga besar Paguyuban Dimas Diajeng Kota Yogyakarta yang selalu

mendukung dan memberikan perhatian.

17. Teman-temanku yang telah membantu penelitian, Puteri, Pipin,

Nawang, Septi, Herni, Kristin, Tian, Yudha, Afri, Priam.

18. Teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi 2009 yang saling

memberikan bantuan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena masih

banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORETIK ... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 7

2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas ... 9

3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 9

4. Tujuan PTK dilakukan ... 10

(14)

xiv

B. Metode Teams Games Tournament (TGT) ... 11

1. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Pembelajaran Kooperatif TGT ... 13

C. Prestasi Belajar... 16

D. Persamaan Dasar Akuntansi ... 20

E. Kerangka Teoretik ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpukan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 42

A. Sejarah Singkat SMA Kolese de Britto ... 42

B. Sistem Pendidikan SMA Kolese de Britto ... 49

C. Kurikulum SMA Kolese de Britto ... 55

D. Organisasi SMA Kolese de Britto... 61

E. Sumber Daya Manusia SMA Kolese de Britto ... 66

F. Siswa SMA Kolese de Britto ... 75

G. Kondisi Fisik SMA Kolese de Britto ... 76

H. PBM Satuan Pendidikan SMA Kolese de Britto ... 81

I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA Kolese de Britto ... 82

J. Hubungan antara SMA Kolese de Britto ... 83

K. Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMA Kolese de Britto ... 85

(15)

xv

A. Deskripsi Penelitian ... 88

1. Observasi Pra Penelitian ... 89

a. Observasi Guru ... 89

b. Observasi Siswa ... 93

c. Observasi Kelas ... 95

2. Pelakasanaan Tindakan ... 101

a. Perencanaan ... 102

b. Tindakan ... 105

c. Observasi ... 114

d. Refleksi ... 119

B. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapam Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 121

C. Pembahasan ... 124

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Keterbatasan Penelitian ... 128

C. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Guru dan Mata Pelajaran yang Diampu ... 71

Tabel 4.2 Daftar Karyawan dan Tugasnya ... 73

Tabel 4.3 Daftar Karyawan Yayasan de Britto dan Bidang Tugasnya ... 74

Tabel 4.4 Pendamping Ektrakurikuler ... 74

Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 75

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ... 98

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ... 101

Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pelajaran ... 103

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 115

Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Proses Pembelajaran Dalam Kelompok ... 117

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas ... 118

Table 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode .... 120

Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Metode TGT .... 122

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 134

Lampiran 1a : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 135

Lampiran 2 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 137

Lampiran 2a : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 138

Lampiran 3 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 140

Lampiran 3a : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 141

Lampiran 1b : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 143

Lampiran 2b : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 146

Lampiran 3b : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 149

Lampiran 4 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 151 Lampiran 4a : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 153 Lampiran 5 : Instrumen Pengamatan Kelas ... 155

Lampiran 5a : Instrumen Pengamatan Kelas ... 156

Lampiran 6 : Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok . 158 Lampiran 6a : Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok . 159 Lampiran 4b : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 160 Lampiran 5b : Instrumen Pengamatan Kelas ... 162

(19)

xix

Lampiran 7a : Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen

Pembelajaran dan Model TGT ... 166

Lampiran 8 : Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ... 167

Lampiran 8 : Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ... 168

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 170

Lampiran 10 : Soal Pre-test ... 178

Lampiran 10a : Lembar Jawab Pre-test ... 182

Lampiran 11 : Soal Post-test ... 183

Lampiran 11a : Lembar Jawab Post-test ... 184

Lampiran 12 : Rekapitulasi Nilai ... 185

Lampiran 13 : Handout Materi Pembelajaran ... 186

Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa ... 191

Lampiran 15 : Soal Games ... 192

Lampiran 15a : Lembar Jawab Games ... 194

Lampiran 15b : Kunci Jawaban dan Lembar Penilaian Games ... 195

Lampiran 16 : Soal dan Kunci Jawaban Turnamen ... 196

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siswa adalah salah satu komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran di kelas. Siswa dengan keanekaragaman karakter menjadi

warna tersendiri dalam aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran yang

baik mengedepankan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dalam

pemikiran peneliti, siswa akan lebih memahami pembelajaran jika siswa

diajak untuk terlibat langsung sehingga memiliki pengalaman yang

mengesankan dalam pembelajaran. Hal ini juga akan membuat siswa lebih

mudah mengingat bahan pelajaran, daripada sekadar diminta untuk terus

mendengar atau membaca. Sistem kurikulum pendidikan yang diajarkan

selama ini menjadikan peserta didik sebagai objek pasif yang senantiasa

siap menerima segala yang diberikan oleh pihak pengajar. Model

pembelajaran semacam itu cenderung memposisikan peserta didik sebagai

manusia yang hanya dapat diam tanpa memiliki kreativitas apapun.

Saat ini banyak guru yang kehilangan variasi dalam teknik

mengajar. Hal itu yang membuat suasana belajar menjadi menjenuhkan.

Padahal seandainya guru mau melihat kondisi anak-anak di jaman yang

semakin berkembang seperti ini, seharusnya guru memiliki keinginan

untuk dapat menciptakan inovasi baru, agar kegiatan belajar menjadi lebih

(21)

 

guru seiring berkembangnya kurikulum pendidikan untuk menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan di kelas.

Dalam suatu pembelajaran, perlu ada strategi dan inovasi yang

dibuat oleh pendidik (guru) sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di

Kelas. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak hanya duduk diam dan

memperhatikan materi dan segala penjelasan dari guru. Akan tetapi, siswa

juga ikut aktif terlibat dalam penciptaan kelas yang memiliki kompetensi

dan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru diwajibkan mampu mendesain

kegiatan pembelajaran yang menyenangkan yang mampu mengembangkan

kompetensi siswa baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegiatan belajar

mengajar yang di-design menyenangkan, akan membuat suasana kelas

menjadi lebih hidup dan nantinya dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa di Kelas. Penulis menguraikan hal ini secara lebih lanjut dengan

menggunakan satu contoh pada kelas Akutansi.

Akuntansi adalah pelajaran baru bagi sebagian besar siswa SMA

kelas X. Bahkan hanya ada beberapa SMA yang memberikan pelajaran

Akuntansi untuk kelas X. Salah satu dari sekolah tersebut yaitu SMA

Kolese De Britto. Mata pelajaran Akuntasi menjadi salah satu pelajaran

untuk kelas X, diberikan seminggu sekali , selama 1 jam pelajaran atau 45

menit. Karakter mata pelajaran Akuntansi cenderung di-judge dengan

hapalan, hitungan yang membosankan, di sinilah siswa sudah mulai

(22)

 

diberikan pada kelas X, masih berupa teori dan pengenalan Akuntansi

secara umum. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghantarkan

materi kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi fun tanpa mengurangi

esensi materi tersebut. Bahkan hal ini bisa menarik minat siswa untuk

masuk ke jurusan IPS pada penjurusan kelas XI.

SMA Kolese de Britto adalah salah satu sekolah homogen

terkemuka di Yogyakarta dengan rata-rata nilai akademik yang tinggi.

Tidak diragukan lagi bahwa siswa SMA Kolese de Britto memiliki

kemampuan untuk memahami pembelajaran yang cukup tinggi. Akan

tetapi, perlu diketahui bahwa tenaga ekstra berupa keaktifan dan minat

belajar yang tinggi belum sepenuhnya terkelola dengan baik dalam

pembelajaran di kelas. Peneliti melihat karakter siswa yang aktif belum

sepenuhnya terkelola dengan baik pada saat pembelajaran. Selama ini guru

menyampaikan materi dengan metode ceramah, sedangkan siswa duduk

mendengar dengan tenaga yang tidak dimanfaatkan, maka yang terjadi

adalah siswa seringkali ramai dengan teman, asyik bermain sendiri atau

bahkan tidur.

Metode Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu

metode pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan siswa melalui

permainan antar berbagai kelompok siswa dalam kelas. Keaktifan siswa

dalam belajar, menimbulkan pemahaman yang lebih mendalam akan

materi yang sedang diajarkan. Metode TGT dapat diterapkan dalam

(23)

 

akan memulai metode TGT. Persiapan tersebut meliputi media yang akan

digunakan, permainan yang akan digunakan, langkah-langkah

pembelajaran, dan sebagianya.

Dalam pembelajaran teori Akutansi, metode TGT sangat tepat

diterapkan, untuk materi Akuntansi kelas X karena materi pembelajaran

Akuntansi lebih banyak menyampaikan teori-teori dan hafalan-hafalan.

Selain itu metode TGT lebih menekankan hal kerjasama sebuah tim untuk

menyusun strategi dalam sebuah game dan turnamen. Hal ini sangat

menunjang proses pengenalan lebih dekat dengan sesama siswa kelas X

yang masih berada dalam proses awal perkenalan dengan sesama mereka.

Dengan adanya kerjasama tim, seluruh siswa dalam kelompok akan ikut

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mencoba menerapkan

sebuah metode pembelajaran Teams Games Tournament, dengan harapan

akan tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan

judul ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dalam Pembelajaran Akuntansi untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”, yang dilaksanakan pada SMA

(24)

 

B. Batasan Masalah

Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada

berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada

pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa di dalam proses pembelajaran akuntansi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

masalah: bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA

Kolese de Britto Yogyakarta dalam pembelajaran akuntansi melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament)?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta dalam

pembelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams Games Tournament).

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :

(25)

 

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk

menyelenggarakan pembelajaran aktif melalui penetapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan penelitian ini diharapkan

dapat meningkatkan mutu pembelajaran guru Akuntansi di Sekolah.

Selain itu, penelitian ini diharapkan sebagai bentuk KTI (Karya Tulis

Ilmiah) yang berguna bagi guru untuk memenuhi kegiatan

pengembangan profesi keguruan.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap

mata pelajaran Akuntansi.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru-guru lain di Sekolah

untuk membuat program pengajaran dengan menerapkan

metode-metode pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa. Dengan

demikian diharapkan mutu pembelajaran guru di Sekolah semakin

baik.

d. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini merupakan bukti implementasi dari salah satu tugas

universitas dalam penelitian. Diharapkan dengan penelitian ini

masyarakat dapat mengambil manfaat dari penelitian ini, sementara

bagi universitas: Universitas dapat terus memperbaiki mutu

(26)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya (2009:9), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research adalah penelitian tindakan (action

research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. PTK mendorong

seorang guru untuk melakukan penilaian kembali terhadap praktik

pembelajaran yang dilakukannya dengan maksud untuk meningkatkan

kualitas pendidikan bagi diri sendiri maupun para peserta didiknya.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus

pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas,

bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) atau pun output

(hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di

dalam kelas.

Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan

definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

(27)

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9):

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Di dalam modul Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, secara

singkat PTK dapat didefinisikan sebagai (Joni, 1998:5):

Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

Dari beberapa pengertian PTK di atas, ditarik kesimpulan bahwa

sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap

kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman

yang berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu

kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga

mencapai hasil yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu

sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu

pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu

(28)

2. Prinsip Dasar PTK

PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh

guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Kusumah, 2009:17):

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.

f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

3. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui

prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Kusumah,

2009:25):

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah b. Tindakan (Acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting

dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya c. Pengamatan (Observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya

d. Refleksi (Reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau

(29)

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat

dilihat pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Tujuan PTK dilakukan

Penelitian yang menggunakan rancangan PTK umumnya diarahkan

pada pencapaian sasaran sebagai berikut (Arikunto, et al., 2006:107):

a. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;

b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran;

(30)

d. Meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.

5. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK

yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran,

antara lain (Susilo, 2007:18):

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik

d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru

e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas

B. Metode Teams Games Tournaments(TGT)

1. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Penelitian–penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai

aplikasi dari pembelajaran kooperatif dikelas baru dimulai pada tahun

1970-an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah

sering digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep

penting dalam pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi

tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama.

Dalam hal ini tim tidak bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang

tidak mungkin, karena semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria

pada minggu-minggu dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan

(31)

pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Sedangkan yang

dimaksud dengan kesempatan sukses yang sama adalah semua siswa

memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja

mereka dari yang sebelumnya.

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya

adalah (Slavin, 1995:4):

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

(32)

sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments( TGT)

Metode pembelajaran Teams Games Tournaments atau yang biasa

disebut dengan TGT merupakan salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan

semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu

kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis

(33)

kadang kala juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam

metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau

metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di

mana kelompoknya tediri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga

masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat

diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk

melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.

Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin,

1995:84-88):

a. Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.

b. Kelompok (team)

(34)

diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.

c. Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games

dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.

d. Turnamen (Tournament)

(35)

materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

e. Penghargaan Kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895)

adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan

antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo,

1995:13).

Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1988:3). Belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

(36)

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak

dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan

nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam

kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang

diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya.

Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan

mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang

kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari

pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan

dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.

Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat

digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254):

a.Faktor internal

1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.

2) Motivasi belajar

(37)

melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.

4) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.

5) Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.

6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.

7) Kemampuan berprestasi

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. 8) Rasa percaya diri siswa

(38)

diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

9) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

b. Faktor eksternal

1) Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.

2) Prasarana dan sarana pembelajaran

Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.

3) Kebijakan penilaian

(39)

adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.

5) Kurikulum sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.

D. Persamaan Dasar Akuntansi

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu perusahaan yang

mengakibatkan perubahan posisi keuangan di sisi harta, hutang maupun

modal, disebut juga dengan transaksi keuangan. Prinsip yang dianut untuk

mencatat aktivitas transaksi keuangan adalah menggunakan sistem Double

Entry Book Keeping, yang pada dasarnya mengasumsikan bahwa setiap

transaksi keuangan yang terjadi harus dicatat pada sisi debet maupun

kredit sehingga dicapai suatu keseimbangan. Istilah debet dan kredit di

dalam akuntansi sebenarnya merupakan konversi dari nilai penambahan

(+) atau nilai pengurangan (-) dari suatu sifat perkiraan.

Prinsip dari nilai tata buku berpasangan adalah keseimbangan yang

(40)

HARTA = HUTANG + MODAL

Keterangan :

1. Harta adalah kekayaan yang dapat berbentuk benda berwujud atau

tidak berwujud, dapat diperoleh melalui hutang dan atau modal

sendiri (Lapoliwa dan Kuswandi, 1993: 8).

2. Harta adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, baik itu

berupa benda maupun hak serta wewenang (Santoso, 1997: 7).

3. Hutang adalah hak para kreditur atas kekayaan perusahaan

4. Modal adalah hak para pemilik atas kekayaan perusahaan

(Lapoliwa dan Kuswandi, 1993: 8).

5. Modal adalah kewajiban perusahaan kepada pemilik perusahaan

tersebut (Santoso, 1997: 7)

E. Kerangka Teoritik

Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah

dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu

tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan

pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian

diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk

memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

(41)

prestasi siswa secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat

tujuan PTK itu sendiri adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

Namun kenyataannya yang kita lihat saat ini banyak dijumpai guru

yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di dalam

proses pembelajarannya. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat

proses pembelajaran berlangsung yang dapat diperbaiki melalui bentuk

PTK. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan

PTK dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara

lain yaitu karena kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru

malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan

sensitifitas guru terhadap waktu, kurangnya daya kreatifitas dan inovasi

seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.

Mc. Niff (1992:9) memandang PTK sebagai bentuk penelitian

reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.

PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh

masyarakat/kelompok dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan

kolaboratif antara peneliti dan kelompok tersebut. PTK tersebut

biasanya dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan kolaboratif

dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja seorang guru,

(42)

Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran

terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau

tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka

membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur

atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan

materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada

peserta didik.

PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang

berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang

menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran Akuntansi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam

PTK adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh

siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor

sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin,

1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)

presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2)

pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang

(43)

menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan

kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok

yang mendapatkan prestasi terbaik.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja

sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok

memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang

terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus

menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh

keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab

individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat

memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka

harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada

kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota

kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga prestasi belajar

siswa di sekolah dapat meningkat.

Guru mata pelajaran akuntansi perlu mewujudkan pembelajaran

yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di kelas. Pembelajaran

kooperatif tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran yang

memungkinkan munculnya aktivitas dan interaksi, saling memotivasi,

dan saling membantu di antara para siswa dalam menguasai suatu

materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal

(44)

Hasil studi Slavin (1983) menemukan bahwa melalui pembelajaran

kooperatif target pembelajaran dapat dicapai secara signifikan pada

sebagian besar peserta pembelajaran riset lainnya juga menunjukkan

bahwa terapan model TGT dalam pembelajaran ternyata menuai

keberhasilan dibandingkan cara – cara pembelajaran tradisional

(Wodarski dan Wodarski, 1993). Sementara hasil penelitian pada

pembelajaran family resource management di Louisiana State

University, Garrison dan Blalock (1995) berkesimpulan bahwa ada

perbedaan signifikan pre-test dan post-test saat TGT diterapkan di kelas.

Sebagian besar siswa (77%) menyatakan bahwa pemahaman mereka

bertambah baik, 88% siswa menyatakan penerapan model pembelajaran

memotivasi mereka dalam belajar, dan 92% siswa merekomendasikan

bahwa model TGT seharusnya digunakan dalam materi pembelajaran

berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

Ha: terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah

diterapkan model pembelajaran TGT

Salah satu hasil dari penelitian yang pernah dilakukan yang

masih relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

yaitu ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dalam Pembelajaran Akuntansi untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”, yang dilaksanakan pada

(45)

dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat diperoleh kesimpulan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-D.

Dengan demikian penerapan metode pembelajaran tipe TGT

diharapkan dapat berguna dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

(46)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan

bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research)/ PTK. Menurut Wijaya Kusumah (2010:9), PTK adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)

merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini berbasis

kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilaksanakan

dengan kerja sama antara guru kelas dan peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Kolese de Britto, Jl. Laksda

Adisucipto 161 Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

(47)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Kolese de

Britto Yogyakarta

2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar siswa kelas

X-2 SMA Kolose de Britto pada mata pelajaran akuntansi melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT .

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, tindakan awal yang dilakukan

peneliti adalah melakukan observasi kondisi kelas yang mencakup

observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa.

Untuk melengkapi data, peneliti juga mewawancarai guru dan siswa

untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Setelah beberapa prosedur

tersebut dilakukan, kemudian peneliti mengadakan penelitian di dalam

kelas dengan menggunakan metode TGT.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung dalam satu siklus.

(48)

a. Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan berupa persiapan pembelajaran

kooperatif tipe TGT. Peneliti bekerja sama dengan guru mitra akan

memetakan berdasarkan tingkat kemampuannya. Setelah itu

peneliti akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 5-6 orang. Kelompok dibagi secara heterogen

dengan kemampuan, jenis kelamin, dan ras atau suku yang

berbeda-beda. Pada tahap ini, peneliti menyiapkan beberapa

instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi

pembelajaran yang akan diajarkan guru, soal-soal latihan, dan

lembar observasi.

a) Tindakan

Pada tahap ini dilakukan implementasi pembelajaran kooperatif

tipe TGT sesuai dengan rencana awal, adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut.

1) Kegiatan Pra Pembelajaran

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

memeriksa kehadiran siswa, kebersihan, kerapian dan

ketersediaan media pembelajaran yang diperlukan dan

(49)

kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran. Guru

memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti

pembelajaran. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, mengulangi

materi yang lalu dan mengaitkan materi lalu dengan materi

yang baru. Selain itu guru menjelaskan skenario dan

peraturan-peraturan model pembelajaran yang diterapkan yaitu TGT.

2) Kegiatan Inti

Secara garis besar rincian kegiatan inti pembelajaran yang

dilakukan guru adalah sebagai berikut.

a) Penyajian kelas (class presentation)

Sebelum masuk dalam kegiatan TGT, dalam awal

pembelajaran guru menjelaskan materi. Penjelasan materi

guru dapat menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,

namun yang terpenting adalah siswa benar-benar

memahami materi yang disampaikan guru. Penguasaan

materi akan dapat membantu siswa dalam permainan dan

tournament.

b) Kelompok

Dalam kelompok, anggota kelompok dibagi berdasarkan

jumlah yang proporsional dan juga berdasarkan

heterogenitas dilihat dari prestasi, jenis kelamin, suku dan

(50)

lain: mengerjakan soal yang telah diberikan guru mitra pada

lembar jawab. Dalam mengerjakan soal latihan harapan

guru mitra adalah siswa dapat mengerti materi yang telah

dijelaskan guru mitra melalui bantuan soal-soal latihan.

Jika anggota siswa belum mengerti materi pembelajaran,

kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan siswa yaitu

berdiskusi dengan sesama anggota kelompok. Melalui

kegiatan diskusi ini diharapkan siswa dapat saling bekerja

sama.

Jika ada siswa dalam satu kelompok yang kurang

paham terhadap materi yang diajarkan dapat bertanya pada

siswa yang telah memahami materi tersebut. Fungsi dari

diskusi kelompok adalah untuk memberi pemahaman yang

merata pada setiap anggita kelompok. Pemahaman yang

merata antar anggota kelompok akan memudahkan

permainan atau turnamen nanti.

c) Pelaksanaan games

Pelaksanaan games dimaksudkan untuk menguji

pemahaman siswa atas materi yang telah dijelaskan oleh

guru dan kegiatan diskusi sebelumnya. Games yang dapat

digunakan adalah games pengisian tabel PDA. Dari games

tersebut, guru mengharapkan tingkat partisipasi kelompok

(51)

merefleksikan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan

metode TGT ini.

d) Pelaksanaan tournament

Pelaksanaan turnamen dilakukan setelah pelaksanaan

games. Dalam turnamen guru akan melakukan kompetisi

antar sesama kelompok dengan menggunakan kartu

pertanyaan. Prosedurnya: siswa duduk secara berkelompok

sesuai pembagian awal, kemudian masing-masing

kelompok akan ditandai dengan huruf misalnya kelompok

1, kelompok 2, kelompok 3, dan seterusnya. Guru

memberikan aba-aba bahwa soal-soal turnamen akan

ditayangkan pada slide show. Setiap perwakilan kelompok

yang ingin menjawab diwajibkan mengangkat bendera

setalah soal selesai ditayangkan. Guru memilih kelompok 2

kelompok tercepat yang mengangkat bendera, untuk diberi

kesempatan mengerjakan soal pada lembar jawab yang

disajikan dalam betuk power point. Jika kelompok tercepat

pertama sudah selesai mengerjakan, maka guru langsung

mengoreksi jawaban. Jika jawaban salah, maka kelompok

tercepat kedua memiliki kesempatan untuk mengerjakan

soal tersebut. Selanjutnya, guru melakukan refleksi secara

lisan maupun tertulis atas pembelajaran yang baru saja

(52)

e) Penghargaan kelompok

Setelah kegiatan turnamen dilakukan, guru

mengumumkan kelompok yang memperoleh nilai terbaik

saat turnamen dan games. Nilai diperoleh dari penjumlahan

skor kelompok saat permainan dan turnamen. Artinya skor

merupakan akumulasi dari latihan soal dalam diskusi awal

dalam team, games dan turnamen. Pemberian penghargaan

dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dalam

mengikuti pelajaran akuntansi, sehingga meningkatkan

pemahaman untuk mata pelajaran akuntansi selanjutnya.

Guru juga melakukan pre-test pada pertemuan sebelum

diterapkannya metode TGT dan melakukan post-test pada

pertemuan setelah diterapkannya metode TGT di dalam

pembelajaran, untuk mengetahui adanya tingkat perubahan

atau kenaikan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah

diterapkannya metode TGT dalam pembelajaran Akuntansi

di dalam kelas.

3) Kegiatan Penutup

Guru menutup pelajaran dengan mengajak siswa

melakukan refleksi baik secara lisan maupun tertulis,

kemudian guru melakukan evaluasi melalui soal post-test

(53)

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di

dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan

hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana proses

pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan interaksi siswa

dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana kondisi kelas. Untuk

dapat mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa dapat

dilihat dari hasil pekerjaan siswa setelah TGT selesai diterapkan.

Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan pada akhir tindakan penelitian kelas,

digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai

dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara

teknis, peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan

keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase.

Dari hasil refleksi dilakukan refleksi dan diskusi peneliti bersama

guru mitra dilakukan penyempurnaan tindakan pada pertemuan

berikutnya bila diperlukan.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

(54)

a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teachers)

Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk

mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan

di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap

lingkungan kelas. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah

catatan anekdotal. Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan

lugas peristiwa yang terjadi di kelas (catatan anekdotal, lampiran

1).

b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms)

Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan

terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini

sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik

pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan

ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam

menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di

kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang

lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas (catatan

anekdotal, lampiran 3).

c. Pengamatan terhadap siswa (Observing Students)

Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat

mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu

siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum

(55)

sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga

dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum

dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai

tindakan diberikan (catatan anekdotal, lampiran 2).

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi

keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan

khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan pada satu siklus.

Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat

perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan

diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode

pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi

pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang

lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan

belajar mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat

dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran akuntansi (lampiran

9).

(56)

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan, materi

apa yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan inovasi

dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan. Sebelum penelitian dilakukan dan sekaligus

untuk menguji kemampuan siswa, peneliti memberikan soal

pre-test (lampiran 10). Kegiatan ini merupakan penerapan dari berbagai

perencanaan yang direncanakan sebelumnya. Tindakan merupakan

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam

pelaksanaan tindakan, kegiatan guru adalah mengajarkan materi

yang telah dipersiapkan, strategi pembelajaran, dan model

pembelajaran. Instrumen yang dibutuhkan dalam tahap tindakan

adalah penilaian tentang tingkat prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran ekonomi yang akan diukur dari hasil belajar siswa

(lampiran 4 dan lampiran ). Setelah itu post-test dilakukan sesudah

pelaksanaan model TGT. Hal ini yang digunakan untuk menilai

prestasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan (lampiran 11).

c. Observasi

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti.

Pada saat mengobservasi, pengamat haruslah mencatat semua

peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Seperti mengenai

kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau

(57)

d. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah

memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para

kolaborator yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan.

Kegiatan ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dan kekurangan

dari model yang telah diterapkan sebelumnya. Jika masih banyak

kekurangan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada siklus

tahap kedua, dan jika telah mencapai keberhasilan, maka penelitian

dapat dikatakan telah mencapai target yang ditentukan sebelumnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa

dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar

yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Observasi

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif

dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat

dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek),

catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,

penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau

(58)

Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya

perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah

satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data

kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk

melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara

kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk

mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau

wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.

Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman

wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika

dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan

secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan

dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa

terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran akuntansi.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui

sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang

diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data

(59)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk

mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam

proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut.

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala

yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe

TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan

peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya

pada masa pra penelitian dan siklus pertama. Dari berbagai tahapan

tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil

belajar siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan prestasi belajar

siswa dalam penelitian tindakan ini menggunakan pre-test dan

post-test. Berikut adalah tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan

(60)

Tabel 3.1

Indikator Keberhasilan Peningkatan Prestasi Belajar

Pada Saat Pelaksanaan Tindakan

No Nama Siswa Pre-test Post-test KKM Selisih Prestasi Siswa Peningkatan

1.

2.

3.

Peningkatan prestasi siswa = (selisih / hasil pre-test) x 100%

Gambar

Tabel 2.1 Daftar Guru dan Mata Pelajaran yang Diampu ..................................
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.1
Tabel 4.1 : Daftar Guru dan Mata Pelajaran yang Diampu
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Another Disisis, utilization of the graphics card into the era of General Purpose Graphical Processing Units ( GPGPU ) , namely the use of graphics cards to work umum.GPU

, “Android Application Development for GPS Based Location Tracker & NITR Attendance Management System,” Tesis Electronics & Communication Engineering National

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif... Perubahan nutrisi kurang