iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk:
Kedua Orangtuaku, yaitu R. Indarto dan MM.Ratna Prihatinigsih,S.E
Adikku, Rr. Indira Sekar Amelia
Alm. Rm. Wisnumurti Murtisunu, SJ
Sahabatku, Puteri Wijayanti
v
MOTTO
Tuhan tidak mengatur, hanya memberikan
pilihan – pilihan. Kuatlah dalam memilih,
nikmati pilihan tersebut.
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Penelitian Dilaksanakan di Kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta
Rr. Indira Kartika Ningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok bahasan persamaan dasar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-2, SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X-2 SMA Kolese De Britto Yogyakarta pada materi pembelajaran akuntansi pokok bahasan persamaan dasar akuntansi. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre-test dan
post-test meningkat dengan rata - rata 26.25 atau 44%. Pada saat pre-test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 60.14 sedangkan rata-rata skor siswa setelah
ix ABSTRACT
LEARNING MODEL APPLICATION OF
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ACCOUNTING LEARNING
TO INCREASE THE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT This Study Held in X grade of Kolese De Britto Senior High School
Rr. Indira Kartika Ningrum Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to findout how student’s achievement in accounting with the main discussion on basic accounting equation using cooperative type learning model application of Teams Games Tournament (TGT).
This study is a Classroom Action Research (CAR) held in X grade students of X-2 class, Kolese De Britto Senior High School Yogyakarta, 2011/2012 academic year. The main components in TGT cooperative type of learning are material presentation, group division, games, tournament and achievement for groups. This study was held in one cycle which contains of four steps, they are planning, action, observation and reflection. The data were collected by using observation sheet of teacher’s activity, observation sheet of teacher’s activity in learning process, observation class instruments, observation sheet of students’ learning process in groups and reflection instruments. The data were being analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games Tournament(TGT)
dalam Pembelajaran Akuntansi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi
xi
5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. dan Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.
selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran dan kritik yang telah
diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi
serta staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan
bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.
7. Bapak F.X Agus Hariyanto, S.Pd.,S.E selaku guru mitra dalam
pelaksanaan penelitian di kelas X2 SMA Kolese de Britto Yogyakarta
sehingga penelitian dapat terlaksana dan berjalan lancar.
8. Seluruh keluarga besar SMA Kolese de Britto Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian. Terimakasih banyak atas ijin dan bantuannya.
9. Siswa kelas X 2 selaku subjek dalam penelitian ini.
10. Orangtuaku, Papa R. Indarto dan Mama MM. Ratna Prihatiningsih, SE
yang telah memberikan doa, semangat, dukungan materiil, dan
dukungan moral.
11. Sahabatku Puteri Wijayanti, Stefani Dwi Cahyani, Maria R. Jansen
yang telah membantu, mendukung, mendampingi, memberi semangat,
memberi kritik-saran, serta doa selama ini.
12. Sahabat terindah Yohanes Suryo Bagus, S.J yang selalu memberikan
doa dan dukungan.
13. Sahabatku Ayu Rizqia, Dimas Daniel, Indra Abhimanyu, Fachnia
xii
Putranto, Akib Aryo yang tidak pernah berhenti memberikan perhatian
dan semangat.
14. Partner berdiskusi Albertus Endri, Galih Abirowo, Letda. Lek. Billy
Sinaga dan Dedit Aditra, S.Ked yang selalu memberikan perhatian,
semangat dan dukungan.
15. Keluarga besar Swaragama Group. Tempat bekerja sekaligus bermain
yang memberikan pelajaran sekaligus motivasi.
16. Keluarga besar Paguyuban Dimas Diajeng Kota Yogyakarta yang selalu
mendukung dan memberikan perhatian.
17. Teman-temanku yang telah membantu penelitian, Puteri, Pipin,
Nawang, Septi, Herni, Kristin, Tian, Yudha, Afri, Priam.
18. Teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi 2009 yang saling
memberikan bantuan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena masih
banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN TEORETIK ... 7
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 7
2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas ... 9
3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 9
4. Tujuan PTK dilakukan ... 10
xiv
B. Metode Teams Games Tournament (TGT) ... 11
1. Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 11
2. Pembelajaran Kooperatif TGT ... 13
C. Prestasi Belajar... 16
D. Persamaan Dasar Akuntansi ... 20
E. Kerangka Teoretik ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 28
D. Prosedur Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpukan Data ... 38
G. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 42
A. Sejarah Singkat SMA Kolese de Britto ... 42
B. Sistem Pendidikan SMA Kolese de Britto ... 49
C. Kurikulum SMA Kolese de Britto ... 55
D. Organisasi SMA Kolese de Britto... 61
E. Sumber Daya Manusia SMA Kolese de Britto ... 66
F. Siswa SMA Kolese de Britto ... 75
G. Kondisi Fisik SMA Kolese de Britto ... 76
H. PBM Satuan Pendidikan SMA Kolese de Britto ... 81
I. Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA Kolese de Britto ... 82
J. Hubungan antara SMA Kolese de Britto ... 83
K. Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan SMA Kolese de Britto ... 85
xv
A. Deskripsi Penelitian ... 88
1. Observasi Pra Penelitian ... 89
a. Observasi Guru ... 89
b. Observasi Siswa ... 93
c. Observasi Kelas ... 95
2. Pelakasanaan Tindakan ... 101
a. Perencanaan ... 102
b. Tindakan ... 105
c. Observasi ... 114
d. Refleksi ... 119
B. Analisis Komparatif Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapam Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 121
C. Pembahasan ... 124
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 128
A. Kesimpulan ... 128
B. Keterbatasan Penelitian ... 128
C. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Guru dan Mata Pelajaran yang Diampu ... 71
Tabel 4.2 Daftar Karyawan dan Tugasnya ... 73
Tabel 4.3 Daftar Karyawan Yayasan de Britto dan Bidang Tugasnya ... 74
Tabel 4.4 Pendamping Ektrakurikuler ... 74
Tabel 4.5 Distribusi Siswa ... 75
Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ... 98
Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa ... 101
Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pelajaran ... 103
Tabel 5.4 Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 115
Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Proses Pembelajaran Dalam Kelompok ... 117
Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas ... 118
Table 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Pembelajaran dan Metode .... 120
Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran dan Metode TGT .... 122
xvii DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 134
Lampiran 1a : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 135
Lampiran 2 : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 137
Lampiran 2a : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 138
Lampiran 3 : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 140
Lampiran 3a : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 141
Lampiran 1b : Lembar Observasi Kegiatan Guru (Catatan Anekdotal) ... 143
Lampiran 2b : Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Catatan Anekdotal) ... 146
Lampiran 3b : Lembar Observasi Kegiatan Kelas (Catatan Anekdotal) ... 149
Lampiran 4 : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 151 Lampiran 4a : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 153 Lampiran 5 : Instrumen Pengamatan Kelas ... 155
Lampiran 5a : Instrumen Pengamatan Kelas ... 156
Lampiran 6 : Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok . 158 Lampiran 6a : Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa Dalam Kelompok . 159 Lampiran 4b : Lembar Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran 160 Lampiran 5b : Instrumen Pengamatan Kelas ... 162
xix
Lampiran 7a : Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen
Pembelajaran dan Model TGT ... 166
Lampiran 8 : Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ... 167
Lampiran 8 : Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Model TGT ... 168
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 170
Lampiran 10 : Soal Pre-test ... 178
Lampiran 10a : Lembar Jawab Pre-test ... 182
Lampiran 11 : Soal Post-test ... 183
Lampiran 11a : Lembar Jawab Post-test ... 184
Lampiran 12 : Rekapitulasi Nilai ... 185
Lampiran 13 : Handout Materi Pembelajaran ... 186
Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa ... 191
Lampiran 15 : Soal Games ... 192
Lampiran 15a : Lembar Jawab Games ... 194
Lampiran 15b : Kunci Jawaban dan Lembar Penilaian Games ... 195
Lampiran 16 : Soal dan Kunci Jawaban Turnamen ... 196
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa adalah salah satu komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Siswa dengan keanekaragaman karakter menjadi
warna tersendiri dalam aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran yang
baik mengedepankan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dalam
pemikiran peneliti, siswa akan lebih memahami pembelajaran jika siswa
diajak untuk terlibat langsung sehingga memiliki pengalaman yang
mengesankan dalam pembelajaran. Hal ini juga akan membuat siswa lebih
mudah mengingat bahan pelajaran, daripada sekadar diminta untuk terus
mendengar atau membaca. Sistem kurikulum pendidikan yang diajarkan
selama ini menjadikan peserta didik sebagai objek pasif yang senantiasa
siap menerima segala yang diberikan oleh pihak pengajar. Model
pembelajaran semacam itu cenderung memposisikan peserta didik sebagai
manusia yang hanya dapat diam tanpa memiliki kreativitas apapun.
Saat ini banyak guru yang kehilangan variasi dalam teknik
mengajar. Hal itu yang membuat suasana belajar menjadi menjenuhkan.
Padahal seandainya guru mau melihat kondisi anak-anak di jaman yang
semakin berkembang seperti ini, seharusnya guru memiliki keinginan
untuk dapat menciptakan inovasi baru, agar kegiatan belajar menjadi lebih
guru seiring berkembangnya kurikulum pendidikan untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan di kelas.
Dalam suatu pembelajaran, perlu ada strategi dan inovasi yang
dibuat oleh pendidik (guru) sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di
Kelas. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak hanya duduk diam dan
memperhatikan materi dan segala penjelasan dari guru. Akan tetapi, siswa
juga ikut aktif terlibat dalam penciptaan kelas yang memiliki kompetensi
dan menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru diwajibkan mampu mendesain
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan yang mampu mengembangkan
kompetensi siswa baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Kegiatan belajar
mengajar yang di-design menyenangkan, akan membuat suasana kelas
menjadi lebih hidup dan nantinya dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa di Kelas. Penulis menguraikan hal ini secara lebih lanjut dengan
menggunakan satu contoh pada kelas Akutansi.
Akuntansi adalah pelajaran baru bagi sebagian besar siswa SMA
kelas X. Bahkan hanya ada beberapa SMA yang memberikan pelajaran
Akuntansi untuk kelas X. Salah satu dari sekolah tersebut yaitu SMA
Kolese De Britto. Mata pelajaran Akuntasi menjadi salah satu pelajaran
untuk kelas X, diberikan seminggu sekali , selama 1 jam pelajaran atau 45
menit. Karakter mata pelajaran Akuntansi cenderung di-judge dengan
hapalan, hitungan yang membosankan, di sinilah siswa sudah mulai
diberikan pada kelas X, masih berupa teori dan pengenalan Akuntansi
secara umum. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghantarkan
materi kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi fun tanpa mengurangi
esensi materi tersebut. Bahkan hal ini bisa menarik minat siswa untuk
masuk ke jurusan IPS pada penjurusan kelas XI.
SMA Kolese de Britto adalah salah satu sekolah homogen
terkemuka di Yogyakarta dengan rata-rata nilai akademik yang tinggi.
Tidak diragukan lagi bahwa siswa SMA Kolese de Britto memiliki
kemampuan untuk memahami pembelajaran yang cukup tinggi. Akan
tetapi, perlu diketahui bahwa tenaga ekstra berupa keaktifan dan minat
belajar yang tinggi belum sepenuhnya terkelola dengan baik dalam
pembelajaran di kelas. Peneliti melihat karakter siswa yang aktif belum
sepenuhnya terkelola dengan baik pada saat pembelajaran. Selama ini guru
menyampaikan materi dengan metode ceramah, sedangkan siswa duduk
mendengar dengan tenaga yang tidak dimanfaatkan, maka yang terjadi
adalah siswa seringkali ramai dengan teman, asyik bermain sendiri atau
bahkan tidur.
Metode Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu
metode pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan siswa melalui
permainan antar berbagai kelompok siswa dalam kelas. Keaktifan siswa
dalam belajar, menimbulkan pemahaman yang lebih mendalam akan
materi yang sedang diajarkan. Metode TGT dapat diterapkan dalam
akan memulai metode TGT. Persiapan tersebut meliputi media yang akan
digunakan, permainan yang akan digunakan, langkah-langkah
pembelajaran, dan sebagianya.
Dalam pembelajaran teori Akutansi, metode TGT sangat tepat
diterapkan, untuk materi Akuntansi kelas X karena materi pembelajaran
Akuntansi lebih banyak menyampaikan teori-teori dan hafalan-hafalan.
Selain itu metode TGT lebih menekankan hal kerjasama sebuah tim untuk
menyusun strategi dalam sebuah game dan turnamen. Hal ini sangat
menunjang proses pengenalan lebih dekat dengan sesama siswa kelas X
yang masih berada dalam proses awal perkenalan dengan sesama mereka.
Dengan adanya kerjasama tim, seluruh siswa dalam kelompok akan ikut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mencoba menerapkan
sebuah metode pembelajaran Teams Games Tournament, dengan harapan
akan tercapainya peningkatan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan
judul ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Pembelajaran Akuntansi untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”, yang dilaksanakan pada SMA
B. Batasan Masalah
Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada
berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada
pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa di dalam proses pembelajaran akuntansi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
masalah: bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA
Kolese de Britto Yogyakarta dalam pembelajaran akuntansi melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament)?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta dalam
pembelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament).
E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru untuk
menyelenggarakan pembelajaran aktif melalui penetapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran guru Akuntansi di Sekolah.
Selain itu, penelitian ini diharapkan sebagai bentuk KTI (Karya Tulis
Ilmiah) yang berguna bagi guru untuk memenuhi kegiatan
pengembangan profesi keguruan.
b. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap
mata pelajaran Akuntansi.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru-guru lain di Sekolah
untuk membuat program pengajaran dengan menerapkan
metode-metode pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa. Dengan
demikian diharapkan mutu pembelajaran guru di Sekolah semakin
baik.
d. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini merupakan bukti implementasi dari salah satu tugas
universitas dalam penelitian. Diharapkan dengan penelitian ini
masyarakat dapat mengambil manfaat dari penelitian ini, sementara
bagi universitas: Universitas dapat terus memperbaiki mutu
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Wijaya (2009:9), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. PTK mendorong
seorang guru untuk melakukan penilaian kembali terhadap praktik
pembelajaran yang dilakukannya dengan maksud untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bagi diri sendiri maupun para peserta didiknya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus
pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas,
bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) atau pun output
(hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di
dalam kelas.
Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan
definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9):
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Di dalam modul Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, secara
singkat PTK dapat didefinisikan sebagai (Joni, 1998:5):
Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Dari beberapa pengertian PTK di atas, ditarik kesimpulan bahwa
sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap
kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman
yang berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu
kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga
mencapai hasil yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu
sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
2. Prinsip Dasar PTK
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Kusumah, 2009:17):
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahapan Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui
prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Kusumah,
2009:25):
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah b. Tindakan (Acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting
dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya c. Pengamatan (Observing)
Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya
d. Refleksi (Reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau
Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat
dilihat pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):
Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Tujuan PTK dilakukan
Penelitian yang menggunakan rancangan PTK umumnya diarahkan
pada pencapaian sasaran sebagai berikut (Arikunto, et al., 2006:107):
a. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;
b. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran;
d. Meningkatkan kolaborasi antar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
5. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK
yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran,
antara lain (Susilo, 2007:18):
a. Inovasi pembelajaran
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik
d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru
e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas
B. Metode Teams Games Tournaments(TGT)
1. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Penelitian–penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai
aplikasi dari pembelajaran kooperatif dikelas baru dimulai pada tahun
1970-an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah
sering digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep
penting dalam pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi
tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama.
Dalam hal ini tim tidak bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang
tidak mungkin, karena semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria
pada minggu-minggu dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan
pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Sedangkan yang
dimaksud dengan kesempatan sukses yang sama adalah semua siswa
memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja
mereka dari yang sebelumnya.
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya
adalah (Slavin, 1995:4):
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
c. Jigsaw
sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
d. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.
e. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments( TGT)
Metode pembelajaran Teams Games Tournaments atau yang biasa
disebut dengan TGT merupakan salah satu metode pembelajaran
kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan
semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu
kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis
kadang kala juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam
metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau
metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di
mana kelompoknya tediri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga
masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat
diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk
melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.
Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin,
1995:84-88):
a. Penyajian Kelas
Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.
b. Kelompok (team)
diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.
c. Permainan
Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games
dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.
d. Turnamen (Tournament)
materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895)
adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan
antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo,
1995:13).
Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1988:3). Belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan
nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam
kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang
diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya.
Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan
mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang
kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari
pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan
dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat
digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254):
a.Faktor internal
1) Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.
2) Motivasi belajar
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.
3) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
4) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.
5) Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.
6) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
7) Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. 8) Rasa percaya diri siswa
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
9) Intelegensi dan keberhasilan belajar
Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
10) Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
b. Faktor eksternal
1) Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.
3) Kebijakan penilaian
adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
4) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.
5) Kurikulum sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.
D. Persamaan Dasar Akuntansi
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu perusahaan yang
mengakibatkan perubahan posisi keuangan di sisi harta, hutang maupun
modal, disebut juga dengan transaksi keuangan. Prinsip yang dianut untuk
mencatat aktivitas transaksi keuangan adalah menggunakan sistem Double
Entry Book Keeping, yang pada dasarnya mengasumsikan bahwa setiap
transaksi keuangan yang terjadi harus dicatat pada sisi debet maupun
kredit sehingga dicapai suatu keseimbangan. Istilah debet dan kredit di
dalam akuntansi sebenarnya merupakan konversi dari nilai penambahan
(+) atau nilai pengurangan (-) dari suatu sifat perkiraan.
Prinsip dari nilai tata buku berpasangan adalah keseimbangan yang
HARTA = HUTANG + MODAL
Keterangan :
1. Harta adalah kekayaan yang dapat berbentuk benda berwujud atau
tidak berwujud, dapat diperoleh melalui hutang dan atau modal
sendiri (Lapoliwa dan Kuswandi, 1993: 8).
2. Harta adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, baik itu
berupa benda maupun hak serta wewenang (Santoso, 1997: 7).
3. Hutang adalah hak para kreditur atas kekayaan perusahaan
4. Modal adalah hak para pemilik atas kekayaan perusahaan
(Lapoliwa dan Kuswandi, 1993: 8).
5. Modal adalah kewajiban perusahaan kepada pemilik perusahaan
tersebut (Santoso, 1997: 7)
E. Kerangka Teoritik
Prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian
diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam
prestasi siswa secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat
tujuan PTK itu sendiri adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Namun kenyataannya yang kita lihat saat ini banyak dijumpai guru
yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di dalam
proses pembelajarannya. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat
proses pembelajaran berlangsung yang dapat diperbaiki melalui bentuk
PTK. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan
PTK dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara
lain yaitu karena kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru
malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan
sensitifitas guru terhadap waktu, kurangnya daya kreatifitas dan inovasi
seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.
Mc. Niff (1992:9) memandang PTK sebagai bentuk penelitian
reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat
dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar.
PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh
masyarakat/kelompok dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan
kolaboratif antara peneliti dan kelompok tersebut. PTK tersebut
biasanya dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan kolaboratif
dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja seorang guru,
Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau
tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur
atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan
materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang
menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran Akuntansi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam
PTK adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.
Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh
siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin,
1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1)
presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2)
pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang
menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan
kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok
yang mendapatkan prestasi terbaik.
Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja
sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok
memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang
terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus
menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh
keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab
individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat
memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka
harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada
kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota
kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga prestasi belajar
siswa di sekolah dapat meningkat.
Guru mata pelajaran akuntansi perlu mewujudkan pembelajaran
yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di kelas. Pembelajaran
kooperatif tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memungkinkan munculnya aktivitas dan interaksi, saling memotivasi,
dan saling membantu di antara para siswa dalam menguasai suatu
materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal
Hasil studi Slavin (1983) menemukan bahwa melalui pembelajaran
kooperatif target pembelajaran dapat dicapai secara signifikan pada
sebagian besar peserta pembelajaran riset lainnya juga menunjukkan
bahwa terapan model TGT dalam pembelajaran ternyata menuai
keberhasilan dibandingkan cara – cara pembelajaran tradisional
(Wodarski dan Wodarski, 1993). Sementara hasil penelitian pada
pembelajaran family resource management di Louisiana State
University, Garrison dan Blalock (1995) berkesimpulan bahwa ada
perbedaan signifikan pre-test dan post-test saat TGT diterapkan di kelas.
Sebagian besar siswa (77%) menyatakan bahwa pemahaman mereka
bertambah baik, 88% siswa menyatakan penerapan model pembelajaran
memotivasi mereka dalam belajar, dan 92% siswa merekomendasikan
bahwa model TGT seharusnya digunakan dalam materi pembelajaran
berikutnya. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha: terdapat perbedaan pemahaman siswa sebelum dan setelah
diterapkan model pembelajaran TGT
Salah satu hasil dari penelitian yang pernah dilakukan yang
masih relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti
yaitu ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Pembelajaran Akuntansi untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”, yang dilaksanakan pada
dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat diperoleh kesimpulan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-D.
Dengan demikian penerapan metode pembelajaran tipe TGT
diharapkan dapat berguna dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan
bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research)/ PTK. Menurut Wijaya Kusumah (2010:9), PTK adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini berbasis
kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilaksanakan
dengan kerja sama antara guru kelas dan peneliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Kolese de Britto, Jl. Laksda
Adisucipto 161 Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Kolese de
Britto Yogyakarta
2. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar siswa kelas
X-2 SMA Kolose de Britto pada mata pelajaran akuntansi melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT .
D. Prosedur Penelitian
1. Kegiatan Pra Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, tindakan awal yang dilakukan
peneliti adalah melakukan observasi kondisi kelas yang mencakup
observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa.
Untuk melengkapi data, peneliti juga mewawancarai guru dan siswa
untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Setelah beberapa prosedur
tersebut dilakukan, kemudian peneliti mengadakan penelitian di dalam
kelas dengan menggunakan metode TGT.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan berlangsung dalam satu siklus.
a. Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan berupa persiapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Peneliti bekerja sama dengan guru mitra akan
memetakan berdasarkan tingkat kemampuannya. Setelah itu
peneliti akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5-6 orang. Kelompok dibagi secara heterogen
dengan kemampuan, jenis kelamin, dan ras atau suku yang
berbeda-beda. Pada tahap ini, peneliti menyiapkan beberapa
instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, materi
pembelajaran yang akan diajarkan guru, soal-soal latihan, dan
lembar observasi.
a) Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi pembelajaran kooperatif
tipe TGT sesuai dengan rencana awal, adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut.
1) Kegiatan Pra Pembelajaran
Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa, kebersihan, kerapian dan
ketersediaan media pembelajaran yang diperlukan dan
kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran. Guru
memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti
pembelajaran. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, mengulangi
materi yang lalu dan mengaitkan materi lalu dengan materi
yang baru. Selain itu guru menjelaskan skenario dan
peraturan-peraturan model pembelajaran yang diterapkan yaitu TGT.
2) Kegiatan Inti
Secara garis besar rincian kegiatan inti pembelajaran yang
dilakukan guru adalah sebagai berikut.
a) Penyajian kelas (class presentation)
Sebelum masuk dalam kegiatan TGT, dalam awal
pembelajaran guru menjelaskan materi. Penjelasan materi
guru dapat menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,
namun yang terpenting adalah siswa benar-benar
memahami materi yang disampaikan guru. Penguasaan
materi akan dapat membantu siswa dalam permainan dan
tournament.
b) Kelompok
Dalam kelompok, anggota kelompok dibagi berdasarkan
jumlah yang proporsional dan juga berdasarkan
heterogenitas dilihat dari prestasi, jenis kelamin, suku dan
lain: mengerjakan soal yang telah diberikan guru mitra pada
lembar jawab. Dalam mengerjakan soal latihan harapan
guru mitra adalah siswa dapat mengerti materi yang telah
dijelaskan guru mitra melalui bantuan soal-soal latihan.
Jika anggota siswa belum mengerti materi pembelajaran,
kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan siswa yaitu
berdiskusi dengan sesama anggota kelompok. Melalui
kegiatan diskusi ini diharapkan siswa dapat saling bekerja
sama.
Jika ada siswa dalam satu kelompok yang kurang
paham terhadap materi yang diajarkan dapat bertanya pada
siswa yang telah memahami materi tersebut. Fungsi dari
diskusi kelompok adalah untuk memberi pemahaman yang
merata pada setiap anggita kelompok. Pemahaman yang
merata antar anggota kelompok akan memudahkan
permainan atau turnamen nanti.
c) Pelaksanaan games
Pelaksanaan games dimaksudkan untuk menguji
pemahaman siswa atas materi yang telah dijelaskan oleh
guru dan kegiatan diskusi sebelumnya. Games yang dapat
digunakan adalah games pengisian tabel PDA. Dari games
tersebut, guru mengharapkan tingkat partisipasi kelompok
merefleksikan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan
metode TGT ini.
d) Pelaksanaan tournament
Pelaksanaan turnamen dilakukan setelah pelaksanaan
games. Dalam turnamen guru akan melakukan kompetisi
antar sesama kelompok dengan menggunakan kartu
pertanyaan. Prosedurnya: siswa duduk secara berkelompok
sesuai pembagian awal, kemudian masing-masing
kelompok akan ditandai dengan huruf misalnya kelompok
1, kelompok 2, kelompok 3, dan seterusnya. Guru
memberikan aba-aba bahwa soal-soal turnamen akan
ditayangkan pada slide show. Setiap perwakilan kelompok
yang ingin menjawab diwajibkan mengangkat bendera
setalah soal selesai ditayangkan. Guru memilih kelompok 2
kelompok tercepat yang mengangkat bendera, untuk diberi
kesempatan mengerjakan soal pada lembar jawab yang
disajikan dalam betuk power point. Jika kelompok tercepat
pertama sudah selesai mengerjakan, maka guru langsung
mengoreksi jawaban. Jika jawaban salah, maka kelompok
tercepat kedua memiliki kesempatan untuk mengerjakan
soal tersebut. Selanjutnya, guru melakukan refleksi secara
lisan maupun tertulis atas pembelajaran yang baru saja
e) Penghargaan kelompok
Setelah kegiatan turnamen dilakukan, guru
mengumumkan kelompok yang memperoleh nilai terbaik
saat turnamen dan games. Nilai diperoleh dari penjumlahan
skor kelompok saat permainan dan turnamen. Artinya skor
merupakan akumulasi dari latihan soal dalam diskusi awal
dalam team, games dan turnamen. Pemberian penghargaan
dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dalam
mengikuti pelajaran akuntansi, sehingga meningkatkan
pemahaman untuk mata pelajaran akuntansi selanjutnya.
Guru juga melakukan pre-test pada pertemuan sebelum
diterapkannya metode TGT dan melakukan post-test pada
pertemuan setelah diterapkannya metode TGT di dalam
pembelajaran, untuk mengetahui adanya tingkat perubahan
atau kenaikan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapkannya metode TGT dalam pembelajaran Akuntansi
di dalam kelas.
3) Kegiatan Penutup
Guru menutup pelajaran dengan mengajak siswa
melakukan refleksi baik secara lisan maupun tertulis,
kemudian guru melakukan evaluasi melalui soal post-test
c. Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di
dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan
hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana proses
pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan interaksi siswa
dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana kondisi kelas. Untuk
dapat mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa dapat
dilihat dari hasil pekerjaan siswa setelah TGT selesai diterapkan.
Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan pada akhir tindakan penelitian kelas,
digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai
dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara
teknis, peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan
keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase.
Dari hasil refleksi dilakukan refleksi dan diskusi peneliti bersama
guru mitra dilakukan penyempurnaan tindakan pada pertemuan
berikutnya bila diperlukan.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teachers)
Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk
mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan
di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap
lingkungan kelas. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah
catatan anekdotal. Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan
lugas peristiwa yang terjadi di kelas (catatan anekdotal, lampiran
1).
b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms)
Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan
terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini
sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik
pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan
ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam
menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di
kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang
lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas (catatan
anekdotal, lampiran 3).
c. Pengamatan terhadap siswa (Observing Students)
Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat
mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu
siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum
sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga
dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum
dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai
tindakan diberikan (catatan anekdotal, lampiran 2).
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan
khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan pada satu siklus.
Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat
perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan
diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi
pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang
lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan
belajar mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat
dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran akuntansi (lampiran
9).
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan, materi
apa yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan inovasi
dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan. Sebelum penelitian dilakukan dan sekaligus
untuk menguji kemampuan siswa, peneliti memberikan soal
pre-test (lampiran 10). Kegiatan ini merupakan penerapan dari berbagai
perencanaan yang direncanakan sebelumnya. Tindakan merupakan
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam
pelaksanaan tindakan, kegiatan guru adalah mengajarkan materi
yang telah dipersiapkan, strategi pembelajaran, dan model
pembelajaran. Instrumen yang dibutuhkan dalam tahap tindakan
adalah penilaian tentang tingkat prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran ekonomi yang akan diukur dari hasil belajar siswa
(lampiran 4 dan lampiran ). Setelah itu post-test dilakukan sesudah
pelaksanaan model TGT. Hal ini yang digunakan untuk menilai
prestasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan (lampiran 11).
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti.
Pada saat mengobservasi, pengamat haruslah mencatat semua
peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Seperti mengenai
kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau
d. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah
memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para
kolaborator yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dan kekurangan
dari model yang telah diterapkan sebelumnya. Jika masih banyak
kekurangan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pada siklus
tahap kedua, dan jika telah mencapai keberhasilan, maka penelitian
dapat dikatakan telah mencapai target yang ditentukan sebelumnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar
yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Observasi
Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif
dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat
dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek),
catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas,
penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau
Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya
perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah
satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data
kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk
melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara
kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk
mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau
wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur.
Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman
wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika
dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan
secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan
dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa
terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran akuntansi.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui
sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang
diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk
mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam
proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala
yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe
TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
2. Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan
peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya
pada masa pra penelitian dan siklus pertama. Dari berbagai tahapan
tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil
belajar siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan prestasi belajar
siswa dalam penelitian tindakan ini menggunakan pre-test dan
post-test. Berikut adalah tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan
Tabel 3.1
Indikator Keberhasilan Peningkatan Prestasi Belajar
Pada Saat Pelaksanaan Tindakan
No Nama Siswa Pre-test Post-test KKM Selisih Prestasi Siswa Peningkatan
1.
2.
3.
Peningkatan prestasi siswa = (selisih / hasil pre-test) x 100%