• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh karakteristik demografi terhadap tingkat pengetahuan orang tua tentang penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh karakteristik demografi terhadap tingkat pengetahuan orang tua tentang penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK DEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG PENGGUNAAN MULTIVITAMIN PADA ANAK DI KECAMATAN MANTRIJERON

KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Lidya Eryana Puthi HE NIM : 108114151

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH KARAKTERISTIK DEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG PENGGUNAAN MULTIVITAMIN PADA ANAK DI KECAMATAN MANTRIJERON

KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Lidya Eryana Puthi HE NIM : 108114151

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,

bahkan Ia memberi

kan kekekalan dalam hati mereka…

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang

dilakukan Allah dari awal sampai akhir

…”

Pengkhotbah 3:11

“Jezu Ufam Tobie”

Apapun masalah yang sedang kita hadapi saat ini, jangan mencoba

berhenti berharap pada-Nya. Kita tidak tahu bagaimana cara Tuhan

menolong kita, yang perlu kita lakukan adalah berharap dan terus

percaya kalau Tuhan sanggup memberi kita kekuatan dan menang

atas persoalan yang terjadi..

Karya tulis ini kupersembahkan untuk:

Allah Bapa dan Yesus Kristus, Engkaulah andalanku

Ayah dan Ibu atas motivasi, harapan, serta doa yang diberikan

Adik dan kakak terkasih

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan bimbingan yang telah dicurahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Pengetahuan Orangtua

tentang Penggunaan Multivitamin pada Anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta Tahun 2013” dengan baik. Oleh sebab itu tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. dan Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk memberi bimbingan, pengarahan, dukungan, kritik, dan saran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. dan ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.

3. Dekan beserta seluruh staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Walikota Yogyakarta, Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Camat Mantrijeron, Lurah Gedongkiwo, Lurah Mantrijeron, dan Lurah Suryodiningratan beserta staf yang telah memberikan ijin untuk penelitian di daerah Kecamatan Mantrijeron.

(9)

viii

TK Mardisiwi, Kepala Sekolah TK PKK Gedongkiwo, dan Kepala Sekolah TK PKK Minggiran yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 6. Seluruh masyarakat Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta yang telah bersedia

menjadi responden penelitian dan ikut berpartispasi dalam pengisian kuisioner dengan sebaik mungkin.

7. Sonia Efrina A.S., Nelly Wulandari, Khristina Julita P., dan Febriaty Ivana Margaret T. selaku teman seperjuangan dalam pengerjaan skripsi ini, terima kasih atas dukungan dan persahabatannya sehingga bisa saling melengkapi dalam penulisan.

8. Gregorius Panduadi Nandaningtyas yang senantiasa menemani, memberikan semangat dan cinta kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB 1 PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 6

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

(11)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A. Pengertian Pengetahuan ... 8

1. Pengertian pengetahuan ... 8

2. Pengukuran pengetahuan ... 10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu pengetahuan ... 10

B. Multivitamin ... 13

1. Pengertian multivitamin ... 13

2. Efek samping multivitamin ... 14

C. Vitamin ... 14

D. Anak ... 15

1. Pengertian anak ... 15

2. Alasan mengkonsumsi multivitamin ... 17

3. Penggunaan multivitamin yang efektif ... 17

E. Data Monografi Kecamatan Mantrijeron ... 19

F. Landasan Teori ... 20

G. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

C. Definisi Operasional ... 22

D. Subjek Penelitian dan Sampling ... 23

1. Subjek penelitian ... 23

(12)

xi

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Tata Cara Penelitian ... 27

1. Penentuan lokasi penelitian ... 27

2. Pengurusan ijin ... 28

3. Pembuatan instrumen penelitian ... 28

a. Penyusunan kuesioner ... 28

b. Uji pemahaman bahasa dan uji validitas ... 29

c. Uji reliabilitas ... 29

4. Penyebaran kuesioner ... 30

5. Pengolahan data ... 32

G. Analisis Hasil ... 32

H. Kelemahan Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Karakteristik Demografi Responden ... 36

1. Rentang waktu penggunaan multivitamin... 38

2. Bentuk sediaan ... 39

3. Harga ... 40

4. Tempat pembelian ... 41

5. Sumber informasi ... 42

6. Frekuensi pemberian ... 43

7. Produk multivitamin ... 44

8. Harapan ... 45

(13)

xii

C. Pengaruh Karakteristik Demografi terhadap Tingkat Pengetahuan ... 49

1. Usia ... 49

2. Pendidikan terakhir ... 51

3. Status pekerjaan ... 52

4. Penghasilan keluarga... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 60

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Pengelompokkan item pernyataan pada bagian pengetahuan

dengan jenis pernyataan favorable dan unfavorable ... 27 Tabel II. Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada responden di

Kelurahan Mantrijeron, Suryodiningratan, dan Gedongkiwo. ... 31 Tabel III. Distribusi jumlah responden berdasarkan karakteristik

demografi masyarakat Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta tahun 2013 ... 37 Tabel IV. Proporsi jumlah jawaban responden yang menggunakan

produk multivitamin ... 45 Tabel V. Proporsi jumlah jawaban responden yang menyatakan harapan

penggunaan multivitamin ... 46 Tabel VI. Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan

tentang multivitamin anak di Kecamatan Mantrijeron,

Yogyakarta tahun 2013 ... 47 Tabel VII. Distribusi jumlah jawaban benar dan jawaban salah tiap item

pernyataan pengetahuan ... 48 Tabel VIII. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat

pengetahuan dan usia dengan p value ... 50 Tabel IX. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat

pengetahuan dan pendidikan terakhir dengan p value dan Odd

(15)

xiv

Tabel X. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan dengan p value dan Odd Ratio ... 53 Tabel XI. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka pengujian statistik hipotesis ... 34 Gambar 2. Proporsi jumlah jawaban responden mengenai rentang waktu

penggunaan multivitamin ... 38 Gambar 3. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan bentuk

sediaan obat yang disukai anak ... 39 Gambar 4. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan harga

multivitamin yang dibeli masyarakat ... 41 Gambar 5. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan tempat

pembelian multivitamin ... 42 Gambar 6. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan sumber

informasi mendapatkan multivitamin ... 43 Gambar 7. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan frekuensi

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian... 61

Lampiran 2. Surat izin penelitian oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta 68 Lampiran 3. Surat izin Dinas Kesehatan ... 69

Lampiran 4. Status gizi balita lebih dan baik menurut jenis kelamin dan Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2011 ... 70

Lampiran 5. Status gizi balita kurang dan buruk menurut jenis kelamin dan Kabupaten/Kota Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2011 ... 71

Lampiran 6. Persebaran penduduk D.I. Yogyakarta tahun 2011 ... 72

Lampiran 7. Distribusi Akta Vol® dan Ferriz® per kecamatan di Kota Yogyakarta ... 73

Lampiran 8. Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan, puskesmas Kota Yogyakarta ... 74

Lampiran 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta Tahun 2012 berdasarkan Data Monografi Desa dan Kelurahan ... 75

Lampiran 10. Produk Multivitamin menurut MIMS ... 76

Lampiran 11. Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetahuan ... 80

Lampiran 12. Karakteristik demografi statistik ... 82

Lampiran 13. Uji Chi-Square pada tingkat pengetahuan dengan variabel usia ... 84

(18)

xvii

Lampiran 15. Uji Chi-Square pada tingkat pengetahuan dengan variabel penghasilan keluarga ... 86 Lampiran 16. Uji Chi-Square pada tingkat pengetahuan dengan variabel

pekerjaan ... 87 Lampiran 17. Data hasil karakteristik demografi Kecamatan Mantrijeron,

Kota Yogyakarta ... 89 Lampiran 18. Data Hasil Karakteristik Demografi Penggunaan

(19)

xviii INTISARI

Salah satu upaya orangtua untuk mencukupi kebutuhan gizi anak dengan cara memberikan asupan gizi melalui produk suplemen multivitamin. Pengetahuan orangtua diperlukan agar dapat memilih dan menggunakan multivitamin untuk anak secara rasional. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian pengetahuan orangtua tentang penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta tahun 2013.

Jenis penelitian yang dilakukan observasional dengan rancangan penelitian analitik cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 95 responden di Kecamatan Mantrijeron secara proportionate stratified sampling. Data yang didapatkan berupa data primer dengan instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya (nilai α=0,767). Analisis hasil menggunakan uji

Chi-Square kemudian dilakukan perhitungan odds ratio (OR).

Hasil penelitian menunjukkan kategori pengetahuan responden tentang multivitamin anak terdiri dari kategori pengetahuan baik sebesar 84,2%, kategori pengetahuan cukup baik sebesar 14,7%, dan kategori pengetahuan kurang baik sebesar 1,1%. Ada pengaruh pendidikan terakhir (p=0,010) memiliki OR=4,96(95%CI:1,52-16,23) dan pekerjaan (p=0,001) memiliki OR=14,72(95%CI:1,85-117,29) terhadap tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan orangtua tentang penggunaan multivitamin anak di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta tahun 2013 sudah baik.

(20)

xix ABSTRACT

One of parent's effort in order to fulfill their child's nutritional need is by providing nutrition intake through multivitamin supplement products. Parental knowledge is needed so that they can choose and apply multivitamin for their children rationally. This study aimed to determine parental knowledge about the use of multivitamin for children in Mantrijeron sub-district of Yogyakarta in 2013.

The type of observational study conducted with a cross sectionalanalytic study design. Data collection was taken from 95 respondents in Mantrijeron sub-district by proportionate stratified sampling. Collected data is in the form of primary data with instrument in form of questioner that had been tested its validity and reliability (value α=0,767). Result's analysis was using Chi-Square and Odd Ratio (OR).

Study result showed that there are three category of respondents' knowledge in terms of multivitamin for children which are: adequate knowledge in the amount of 84,2%, sufficient knowledge for 14,7%, and inadequate knowledge as much as 1,1%. There were influence of recent educational degree (p=0,010) with OR=4,96(95%CI:1,52-16,23) and occupation (p=0,001) with OR=14,72(95%CI:1,85-117,29) towards the level of this knowledge. The level of parental knowledge about the use of multivitamin for children in Mantrijeron, Yogyakarta in 2013 is adequate.

(21)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Masa anak-anak merupakan masa yang sangat menentukan kehidupan di masa dewasa. Anak akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis. Selama pertumbuhan secara fisik akan terjadi perubahan ukuran seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, pertumbuhan gigi, dan perubahan tubuh lainnya (Rusianti dan Istiany, 2013). Perkembangan secara psikologis meliputi perkembangan intelektual, emosional, psikomotorik, sosial, dan spiritual. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan meliputi faktor dari dalam yaitu keturunan dan faktor dari luar yaitu lingkungan. Faktor keturunan meliputi aspek genetik dan faktor lingkungan meliputi kecukupan gizi, pemeliharaan kesehatan, dan upaya pendidikan (Widodo, 2010).

(22)

Orangtua yang sibuk bekerja akan berpengaruh pada penyusunan menu makanan dan cara pemberiannya pada anak sering menjadi kurang cukup mendapatkan waktu dan perhatian. Sikap orangtua yang kurang perhatian akan membuat anak menjadi tidak mau makan dan hanya menyukai jajanan atau minum susu saja. Masalah tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan anak kekurangan gizi atau bahkan kelebihan gizi yang biasanya ditunjukkan dengan obesitas atau kegemukan (Widodo, 2010). Orangtua menjadi khawatir apabila anaknya tidak mendapatkan nutrisi yang tepat dan berusaha untuk menjaga kesehatan anak dari berbagai macam penyakit. Akibat kekhawatiran dan kesibukan itu, orangtua semakin terdorong untuk membeli produk multivitamin yang selain bermanfaat khasiatnya juga praktis untuk dikonsumsi.

Suplemen multivitamin merupakan produk kesehatan yang mengandung berbagai macam vitamin dan beberapa mineral sebagai penunjang atau pelengkap gizi dari sumber makanan utama. Penelitian National Institutes of Health in Bethesda Maryland (2012) membuktikan tidak semua suplemen bervitamin diperlukan anak, mengingat tubuh sudah memiliki simpanan vitamin tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak memiliki kandungan vitamin yang berlebih akibat mengonsumsi suplemen multivitamin.

(23)

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Yogyakarta diketahui distribusi multivitamin Akta Vol® dan Ferriz® dari pemerintah untuk diberikan kepada balita dengan status gizi buruk di Kecamatan Mantrijeron cenderung besar (382 botol) dengan angka kejadian status gizi buruk 20,83% dan menempati peringkat pertama dari 14 kecamatan. Menurut Siti Badriyah (2013), Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi DIY menjelaskan gizi buruk yang terjadi tidak disebabkan karena ekonomi keluarga rendah, namun karena penyakit penyerta seperti TBC, diare, dan penyakit lainnya. Kesibukan orangtua juga penyebab permasalahan ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi. Meskipun orangtua anak tergolong mampu tetapi karena kesibukan yang tinggi, mereka menitipkan anak pada pengasuh yang kurang mengetahui asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Beberapa orangtua juga hanya mengandalkan suplemen makanan untuk memenuhi gizinya namun tidak terlalu paham dengan angka kecukupan gizi anak.

(24)

karakteristik demografi terhadap tingkat pengetahuan orangtua tentang penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh 5 orang peneliti dengan kecamatan yang berbeda. Kecamatan dipilih secara random sampling.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah karakteristik demografi orangtua yang memberikan multivitamin pada anak?

b. Seberapa besar tingkat pengetahuan orangtua terhadap penggunaan multivitamin pada anak?

c. Apakah ada pengaruh karakteristik demografi (usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan keluarga) terhadap tingkat pengetahuan orangtua tentang penggunaan multivitamin pada anak?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran referensi yang telah dilakukan penelitian tentang kajian pengetahuan orangtua tentang multivitamin anak belum pernah diteliti. Ada pun penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, antara lain adalah:

(25)

rentang umur 2-12 tahun. Kemudian lokasi penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dilakukan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, sedangkan pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta. Dan fokus penelitian yang dilakukan oleh Permatasari adalah hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dari anak taman kanak-kanak terhadap pemilihan mulitivitamin. Perbedaan penelitian ini, yaitu tidak hanya menghubungkan dengan tingkat pendidikan orangtua namun juga menghubungkan dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak.

(26)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait penggunaan multivitamin pada anak.

b. Manfaat praktis:

1) Bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang multivitamin pada anak.

2) Bagi Dinas Kesehatan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi pelayanan edukasi kepada masyarakat terkait tumbuh kembang anak dan pelayanan informasi mengenai multivitamin anak.

3) Bagi akademisi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pengembangan materi edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan multivitamin pada anak.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk melakukan kajian pengetahuan orangtua tentang penggunaan multivitamin pada anak di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta tahun 2013. 2. Tujuan khusus

(27)

b. Untuk mengukur tingkat pengetahuan orangtua terhadap penggunaan multivitamin pada anak.

(28)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) suatu pengetahuan merupakan hasil dari tahu akan suatu hal dan proses pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap rangsangan tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan dalam domain kognitif diklasifikasikan dalam enam tingkatan, yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Tahu (know) merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat suatu objek yang telah dipelajari sebelumnya, yang termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling dasar. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang diperoleh antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan (Notoatmodjo, 2007).

(29)

Aplikasi (application) merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan objek yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini yang dimaksudkan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2007).

Analisis (analysis) merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, dan memasuki ke dalam suatu struktur organisasi, dan masih memiliki kaitannya satu sama lain (Notoatmodjo, 2007).

Sintesis (synthesis) merupakan suatu kemampuan seseorang dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2007).

Evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan dalam melakukan penilaian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek. Penelitian itu ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

(30)

2. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan menggunakan instrumen penelitian berupa pemberian kuesioner atau angket dan wawancara yang kemudian instrumen tersebut digunakan untuk menanyakan tentang variabel-variabel penelitian yang akan diukur dari subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan item tiap pertanyaan (Notoatmodjo, 2007).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu pengetahuan

Suatu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung secara terus-menerus. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Notoatmodjo, 2007).

(31)

elektronik seperti TV, radio, majalah dan lain-lain. Sebagai sarana komunikasi berbagai macam bentuk media massa mempunyai pengaruh besar terhadap opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang (Notoatmodjo, 2007).

c. Ekonomi. Keluarga status ekonomi baik akan lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder dibandingkan dengan keluarga yang berstatus ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kebutuhan primer (Notoatmodjo, 2007). Penghasilan keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan karena penghasilan berpengaruh pada pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga penghasilan rendah memiliki keterbatasan dalam membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang tercukupi. Keluarga dengan penghasilan atau ekonomi keluarga yang tinggi akan berusaha memaksimalkan kebutuhan gizi keluarga sehingga mereka akan terus-menerus berusaha mencari referensi-referensi kualitas makanan yang baik. Hal ini akan meningkatkan pula pengetahuan seseorang (Resanti, 2009).

(32)

informasi daripada orang-orang yang jarang berinteraksi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan (Notoatmodjo, 2007).

e. Usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik pula. Pada usia dewasa muda, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia dewasa tua (Notoatmodjo, 2007).

Santrock (2002) menambahkan seseorang akan mengalami penurunan daya ingat pada usia 35-45 hingga memasuki usia 60 tahun. Pada intinya seseorang akan memiliki peningkatan pengetahuan dari masa ke masa seiring dengan bertambahnya umur namun pada titik usia tertentu seseorang akan mengalami penurunan daya ingat. Hal ini dapat terjadi bila kemampuan otak tidak digunakan untuk terus belajar dan bekerja.

f. Pengalaman. Setiap orang memiliki pengalaman setelah mengalami proses kehidupan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi atau dari pengalaman orang lain. Pengalaman merupakan cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengalaman (Notoatmodjo, 2007).

(33)

luas cakupan interaksi sosialnya maka semakin baik pula pengetahuannya (Sarwono, 2009).

Penelitian Handono (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan pada nutrisi, pola makan, dan energi tingkat konsumsi dengan status gizi anak usia lima tahun meyimpulkan bahwa status gizi pada balita akan meningkat apabila orangtua asuh mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, sebab dengan pengetahuan yang tinggi maka orangtua akan berupaya meningkatkan status gizi pada anaknya. Menurut Arikunto (2007) tingkat pengetahuan dibagi menjadi empat skala pengukuran dan menggunakan sistem skoring yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik, jika skor didapatkan 76-100% b. Pengetahuan cukup baik, jika skor didapatkan 56-75% c. Pengetahuan kurang baik, jika skor didapatkan 40-55% d. Pengetahuan tidak baik, jika skor didapatkan 0-39%.

B. Multivitamin 1. Pengertian multivitamin

(34)

zat penambah nafsu makan yaitu curcuminoid, lysine, serta zat penunjang kekebalan tubuh seperti colostrum bovine.

2. Efek samping multivitamin

Multivitamin akan menimbulkan efek samping ketika digunakan pada dosis yang terlalu besar dan pemakaiannya dalam jangka panjang. Multivitamin yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan organ tubuh maupun efek toksik akibat dari akumulasi vitamin-vitamin yang tidak dapat dieksresikan. Untuk vitamin-vitamin atau zat gizi yang larut dalam air, kadar yang berlebih akan memperberat kerja ginjal dalam proses penyaringan. Sedangkan untuk zat-zat gizi yang diserap dalam lemak, kelebihan zat akan ditimbun sehingga tubuh bisa mengalami keracunan. Efek samping dari multivitamin lainnya seperti rambut rontok, mual, muntah, sakit kepala, gangguan tidur, dan kulit bersisik (Schulman, 2007).

C. Vitamin

(35)

D. Anak 1. Pengertian Anak

Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia dimulai sejak janin dalam kandungan berlanjut pada masa bayi, anak-anak, remaja, dan berakhir pada masa dewasa. Anak dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu anak pra sekolah (balita) dan anak usia sekolah. Anak pra sekolah memiliki rentang umur 2-5 tahun sedangkan anak usia sekolah memiliki rentang umur 6-12 tahun (Istiany dan Rusilanti, 2013).

Masa anak-anak merupakan salah satu masa yang penting untuk pembentukan fisik dan mental dimana akan berpengaruh besar sampai dewasa nanti. Pada masa anak akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan menentukan kualitas hidupnya pada masa dewasa nanti. Pertumbuhan anak akan terjadi perubahan ukuran fisik. Ciri-ciri yang menunjukkan pertumbuhan, seperti bertambahnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, gigi, dan perubahan tubuh lainnya. Perkembangan merupakan proses pematangan majemuk yang berhubungan dengan aspek fungsi, termasuk perubahan sosial dan emosi seperti kecerdasan, tingkah laku, dan lain-lain (Istiany dan Rusilanti, 2013).

(36)

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah pola makan. Masa anak terjadi perubahan nafsu makan dan jumlah asupan makanan. Anak pada usia ini asupan gizi anak akan menjadi berkurang dibandingkan sebelumnya dan lebih aktif untuk bermain. Karakteristik anak pada usia ini terlihat akan lebih aktif memilih makanan yang masih bergantung pada orangtua dalam menyediakan makanan. Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah faktor lingkungan seperti cuaca, higenisitas, wabah penyakit, dan lain-lain. Sistem imunitas pada anak belum sesempurna dengan orang dewasa dalam melawan agen-agen infeksius sehingga cenderung mudah rentan terkena penyakit (Istiany dan Rusilanti, 2013).

(37)

2. Alasan mengkonsumsi multivitamin

Anak diberikan multivitamin ketika mengalami kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Ada perkiraan telah terjadi kekurangan nutrisi yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, tidak menyukai jenis makanan tertentu (seperti buah-sayuran, protein, karbohidrat, susu), atau munculnya gejala-gejala kekurangan nutrisi (gejala defisiensi, kekebalan tubuh menurun, metabolism terganggu).

b. Saat anak kondisi sakit atau baru dalam tahap penyembuhan, sementara nafsu maupun porsi makan masih kurang.

c. Pola makan tetap namun aktivitas yang berlebih.

d. Stres berlebih atau otak bekerja terlalu keras sehingga sulit konsentrasi. e. Sistem kekebalan tubuh sering terganggu dengan gejalanya berupa letih,

lemah, atau sering sakit (Widodo, 2010).

Penelitian Gunarti dan Devy (2004) di sebuah taman kanak-kanak Surabaya menyatakan sebagaian besar anak mengkonsumsi suplemen penambah nafsu makan sebesar 80,3% dimana hanya 46,5% dari jumlah tersebut mengkonsumsi suplemen karena sulit makan. Penelitian juga dilakukan oleh Widayati (2001) di tempat lain di Surabaya, sebesar 50,9% anak balita juga mengkonsumsi suplemen penambah nafsu makan.

3. Penggunaan multivitamin yang efektif

(38)

batas yang lain suplemen dapat menimbulkan keracunan bial terlalu berlebih. Penggunaan suplemen akan efektif jika dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Sesuai indikasi. Pemilihan multivitamin harus ada kesesuaian antara kebutuhan tubuh dengan indikasi atau manfaat dari multivitamin. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian pada kebutuhan tubuh, sehingga dapat dilakukan pemilihan terhadap produk multivitamin pula. Penilaian kebutuhan dapat dilakukan dengan cara mengamati gejala seperti gejala kekurangan maupun memiliki penyakit tertentu, mencermati kandungan dan jumlah makanan yang dikonsumsi, dan bila memungkinkan membutuhkan uji laboratorium atau tes diagnosis tertentu.

b. Sesuai aturan dosis dan jangka waktu pemakaiannya. Aturan dosis berhubungan dengan jumlah yang harus diminum dan frekuensinya. Perlu juga memperhatikan ukuran sendok yang digunakan agar sesuai dengan takaran. Melihat jangka waktu pemakaian karena multivitamin bukan obat yang langsung terasa kemanjurannya sejak pertama kali menggunakannya, biasanya diperlukan waktu yang lebih lama.

c. Memperhatikan aturan lainnya. Aturan lainnya terkait dengan waktu minumnya, sehabis atau sebelum kanan, dapat diminum bersamaan dengan obat tertentu atau tidak, dan sebagainya.

(39)

e. Menghindari multivitamin yang menyebabkan alergi. Riwayat alergi perlu dicatat sehingga tidak terjadi reaksi alergi dalam mengkonsumsi multivitamin. Jika belum tahu anak alergi terhadap zat tertentu, pemberiannya harus hati-hati dan mengamati reaksinya. Bila memang alergi, segera menghentikan pemakaian.

f. Memilih bentuk sediaan yang disukai anak. Bentuk sediaan obat yang biasanya dipilih anak berupa sirup ada pula tablet. Rasa juga faktor berpengaruh penting dalam pemilihan.

g. Multivitamin bukan menjadi pilihan satu-satunya. Ketika mengalami masalah kesehatan sebaiknya diimbangi dengan pola makan dan gaya hidup sehat dan tidak menjadikan multivitamin sebagai satu-satunya cara untuk mengatasi masalah kesehatan (Widodo, 2010).

E. Data Monografi Kecamatan Mantrijeron

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif terbagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan, yakni Danurejan, Gedongtengen, Gondokusuman, Gondomanan, Jetis, Kotagede, Kraton, Mantrijeron, Mergangsan, Ngampilan, Pakualaman, Tegalrejo, Umbulharjo, dan Wirobrajan.

(40)

11.280 kepala keluarga. Jumlah penduduk menurut tingkat lulusan pendidikan, yakni SD (4.130 orang), SMP (6.841 orang), SMA (9.769 orang), D1-D3 (2.807 orang), S1-S3 (5.038 orang). Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yakni, PNS (1.952 orang), Swasta (5.257 orang), Wiraswasta (4.573 orang), ABRI (352 orang), tani (21 orang), pertukangan (292 orang), pensiunan (893 orang), dan jasa (10.558 orang).

F. Landasan Teori

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik pula (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Pada data monografi responden Kecamatan Mantrijeron jumlah responden dengan pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi lebih banyak dibandingkan dengan responden pendidikan SMP dan SD. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

(41)

sosialnya maka semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Pada data monografi responden Kecamatan Mantrijeron jumlah responden yang PNS, Swasta, dan Wiraswasta lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja. Oleh karena itu, seseorang yang bekerja maka tingkat pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

Keluarga dengan penghasilan atau ekonomi keluarga yang tinggi akan berusaha memaksimalkan kebutuhan gizi keluarga sehingga mereka akan terus-menerus berusaha mencari referensi-referensi kualitas makanan yang baik. Hal ini akan meningkatkan pula pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, seseorang yang bekerja maka tingkat pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi.

G. Hipotesis

H1: usia mempengaruhi tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan multivitamin pada anak.

H2: pendidikan terakhir mempengaruhi tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan multivitamin pada anak.

H3: pekerjaan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan multivitamin pada anak.

(42)

22 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan survei masyarakat. Termasuk penelitian observasional dengan survei masyarakat karena pada penelitian ini tidak memberikan perlakuan kepada responden dan subjek penelitian yang digunakan berada di masyarakat. Rancangan dalam penelitian adalah analytical cross sectional sebab melakukan analisis komparatif antara karakteristik demografi dan tingkat pengetahuan orangtua tentang multivitamin yang diberikan oleh anaknya di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta dan pengambilan data antara variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas terdiri dari usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan keluarga.

2. Variabel tergantung terdiri dari tingkat pengetahuan responden terhadap penggunaan multivitamin pada anak.

C. Definisi Operasional

(43)

2. Karakteristik demografi responden pada pengujian pengaruh adalah usia, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan terakhir.

D. Subyek Penelitian dan Sampling

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian/responden harus memenuhi kriteria yang menjadi batasan dalam penelitian. Kriteria inklusi adalah seseorang yang bertempat tinggal di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta yang sudah menikah dan bersedia menjadi responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki anak dengan rentang umur 2-12 tahun yang sedang atau pernah menggunakan multivitamin. Multivitamin yang dimaksudkan adalah sediaan yang mengandung lebih dari satu macam vitamin atau kombinasi dari berbagai macam vitamin, mineral, atau terdapat tambahan zat seperti, zat penambah nafsu makan dan zat penunjang kekebalan tubuh. Sedangkan kriteria eksklusi adalah responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap.

2. Sampling

(44)

pada lokasi penelitian sebesar 11.280 kepala keluarga untuk itu akan dihitung jumlah sampel minimal dengan rumus:

d = derajat ketepatan yang diinginkan (0,1)

z = standar deviasi normal (1,96 untuk derajat kemaknaan 95%)

p = proporsi atau sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi (0,5)

q = 1,0 –p

n = jumlah sampel

(45)

Dalam perhitungan tersebut, tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan instrumen adalah sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal yang diperoleh dengan rumus tersebut sebanyak 95,2376 dan dilakukan pembulatan menjadi 95 responden. Perhitungan sampel minimal dilakukan di tiap kelurahan menggunakan perhitungan proporsi sebagai berikut:

Sampel tiap kelurahan=

x sampel minimal

Kelurahan Suryodiningratan = 95 30 280

Kelurahan Gedongkiwo = 95 35 280

Kelurahan Mantrijeron = 95 30 280

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah responden yang digunakan di Kelurahan Suryodiningratan berjumlah 30 responden, Kelurahan Gedongkiwo berjumlah 35 responden, dan Kelurahan Mantrijeron berjumlah 30 responden.

E. Instrumen Penelitian

(46)

penggunaan multivitamin anak, pernyataan pengetahuan terkait multivitamin, dan data diri responden atau karakteristik demografi responden.

Bagian pertama merupakan informasi penggunaan multivitamin. Butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut berisi usia anak, produk multivitamin yang digunakan, harga multivitamin, waktu terakhir menggunakan multivitamin, bentuk sediaan, frekuensi pemberian per hari, tempat mendapatkan, sumber informasi multivitamin, dan harapan menggunakan multivitamin. Tipe jawaban kuesioner informasi penggunaan multivitamin adalah multiple choice dan ada beberapa pertanyaan terbuka berupa isian singkat.

Bagian kedua merupakan pernyataan pengetahuan multivitamin yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden mengenai mulitivitamin yang diberikan kepada anak. Tipe pertanyaan bagian ini adalah

(47)

pernyataan nomor 8, 17, dan 26, pengetahuan dari mana mendapatkan informasi tentang multivitamin pada pernyataan nomor 9, 19, dan 27. Rangkuman pengelompokkan aitem pernyataan pada bagian pengetahuan dengan jenis pernyataan favorable dan unfavorable disajikan dalam tabel I.

Tabel I. Pengelompokkan aitem pernyataan pada bagian pengetahuan dengan jenis penyataan favorable dan unfavorable.

Pernyataan Nomor

(*) menunjukkan jenis pernyataan bersifat favorable.

Bagian ketiga merupakan data diri responden yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden, seperti nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan, jumlah anak, dan pendidikan terakhir.

F. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan lokasi penelitian

(48)

2. Pengurusan Ijin

Proses awal dari perijinan dengan memasukan surat permohonan ijin dan proposal penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Seminggu kemudian surat ijin diberikan sebanyak 8 lembar yang merupakan tembusan dari beberapa instansi pemerintahan. Surat tembusan tersebut diberikan kepada Walikota Yogyakarta sebagai laporan penelitian, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Camat Mantrijeron, Lurah Gedongkiwo, Lurah Mantrijeron, Lurah Suryodiningratan, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Pembuatan Instrumen Penelitian

a. Penyusunan kuesioner. Pada kuesioner terdiri 3 bagian, yaitu informasi penggunaan multivitamin anak, pernyataan pengetahuan multivitamin pada anak, dan data demografi responden. Pada bagian pernyataan pengetahuan, pernyataan disusun dan dikelompokkan berdasarkan aitem pernyataan yang berkaitan dengan hal apa saja yang perlu diketahui dalam penggunaan multivitamin. Kemudian dibuat pernyataan-pernyataan yang relevan mengenai informasi multivitamin sesuai dengan teori. Kuesioner untuk pernyataan pengetahuan terdapat 27 aitem pernyataan dengan dua pilihan jawaban “benar”

dan jawaban “salah” dengan pertimbangan sederhana, mudah dipahami dan

(49)

b. Uji pemahaman bahasa dan uji validitas, Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk menguji kesesuaian butir-butir pernyataan dengan variabel yang akan diuji (Kountour, 2007). Jenis validasi yang digunakan adalah

content validity, yaitu menyangkut kebenaran suatu instrumen mengukur isi dari area yang dimaksudkan untuk diukur. Validasi isi dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli (professional judgment), yaitu apoteker dan dokter. Sebelum divalidasi jumlah butir pernyataan sebanyak 22, kemudian divalidasi oleh apoteker butir pernyataan ditambah menjadi 27 nomor, yaitu 19, 21, 22, 26, dan 27. Hal ini dikarenakan butir pernyataan untuk menggali pengetahuan tentang kandungan, efek samping obat, waktu kadaluarsa, dan informasi multivitamin kurang lengkap. Uji pemahaman bahasa yang bertujuan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam kuesioner mudah dipahami responden atau tidak. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan kepada orangtua selain responden uji di daerah Condong Catur, Sleman. Hasil uji pemahaman bahasa yang dilakukan adalah tidak ada responden yang bertanya saat mengisi kuesioner.

(50)

hasil α = 0,767 pada bagian pernyataan pengetahuan multivitamin dan

menunjukkan bahwa kuesioner telah reliabel. 4. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner yang pertama diberikan kepada responden uji coba, dimana responden tersebut bukan responden yang akan digunakan dalam penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 responden. Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Hal ini bertujuan untuk dapat mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan.

(51)

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian yang terdiri dari judul kuesioner, surat pernyataan kesediaan dari responden, nama dan tanda tangan dari responden atas kesediaannya untuk mengisi kuesioner. Dalam penelitian ini pengambilan sampel berhenti setelah peneliti mendapatkan sampel sebanyak jumlah sampel minimal per kelurahan. Pada pengambilan terakhir tiap kelurahan masih ada sisa kuesioner yang tidak digunakan karena jumlah sampel minimal sudah terpenuhi. Rangkuman pengambilan jumlah sampel di Kecamatan Mantrijeron disajikan pada tabel II.

(52)

5. Pengolahan data

Tahap pertama memeriksa kuesioner apakah responden masuk dalam kriteria inklusi yang telah ditentukan dan memeriksa kelengkapan data atau informasi yang dijawab. Responden yang tidak masuk kriteria inklusi dan tidak lengkap mengisi semua jawaban maka tidak dapat ikut serta dalam penelitian.

Tahap kedua memberikan kode berupa angka pada bagian karakteristik demografi dan bagian informasi penggunaan multivitamin anak. Pada bagian pernyataan pengetahuan multivitamin dilakukan skoring jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

Tahap ketiga memasukkan dan mengelompokkan jawaban-jawaban dari tiap responden yang telah diubah dalam bentuk kode atau skor (angka atau bilangan) ke kolom-kolom lembar kerja dalam program komputer. Selanjutnya data pernyataan pengetahuan akan diolah dengan cara menghitung berapa banyak responden yang menjawab benar pada tiap aitem pernyataan dan menjumlahkan total skor jawaban benar tiap responden. Total skor jawaban responden didapatkan akan dikategorikan baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.

G. Analisis Hasil

(53)

bentuk tabel dan diagram untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang tertulis dalam kuesioner. Perhitungan persentase menggunakan rumus:

Keterangan: P adalah persentase jawaban, A adalah jumlah jawaban yang sejenis, dan B adalah responden total

Analisis hasil penelitian terkait dengan pengaruh karakteristik demografi terhadap tingkat pengetahuan responden dibagi menjadi 4 kategori (baik, cukup, baik, dan tidak baik), namun untuk uji Chi-Square dibagi menjadi 2 kategori yaitu baik dan cukup baik setelah itu membandingkan dengan cara sebagai berikut: 1. Usia terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan p < 0,05 dinyatakan berpengaruh berbeda bermakna dan H1 diterima. 2. Pendidikan terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan p < 0,05 dinyatakan berpengaruh berbeda bermakna dan H2 diterima. 3. Pekerjaan terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan uji Chi-Square

dengan p < 0,05 dinyatakan berpengaruh berbeda bermakna dan H3 diterima. 4. Penghasilan keluarga terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan uji

Chi-Square dengan p < 0,05 dinyatakan berpengaruh berbeda bermakna dan H4 diterima.

(54)

Pengujian pengaruh karakteristik demografi terhadap tingkat pengetahuan responden terkait penggunaan multivitamin secara ringkas digambarkan pada kerangka konsep gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pengujian Statistik Hipotesis

H. Kelemahan Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuesioner tidak dilakukan uji validitassecara statistik sehingga kuesioner dianggap masih kurang untuk bisa digunakan sebagai alat ukur secara statistik. Kuesioner telah dilakukan validasi secara statistik (validasi kontruk) sebanyak empat kali namun hasil yang didapatkan selalu tidak valid, sehingga peneliti hanya melakukan uji validasi secara isi dan validasi muka menggunakan tenaga ahli.

Jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan jumlah sampel minimal. Seharusnya jumlah sampel minimal hanya digunakan untuk 1 kelompok dari masing-masing variabel penelitian.

Tingkat pengetahuan

responden

Usia

Tingkat pendidikan

Status pekerjaan

(55)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Demografi Responden

Dalam penelitian ini karakteristik demografi responden yang terlibat adalah responden perempuan/ibu yang paling banyak (86,3%) ikut berpartisipasi dalam penelitian. Seorang ibu memiliki peran utama untuk memelihara kesehatan keluarga oleh sebab itu diharapkan ibu mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan kesehatan anak seperti penggunaan multivitamin.

Usia responden sebagian besar (76,8%) tergolong dewasa muda dengan rentang umur 20-40 tahun. Pada penelitian ini rata-rata usia anak yang orang tuanya ikut berpartisipasi adalah 2-6 tahun sehingga di masyarakat sebagian besar responden yang memiliki anak rentang tersebut masih tergolong dewasa muda namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa responden yang sudah tergolong dewasa tua memiliki anak dengan rentang tersebut.

Pendidikan terakhir responden sebagian besar (41,1%) adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Hal ini sesuai dengan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa sebagian besar masyarakat adalah lulusan SMA. Responden yang diperoleh dengan semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan seseorang karena tingkat kematangan berpikir dan bertindak yang lebih baik (Rasmini, 2012).

(56)

anak yang dimiliki responden rata-rata 2 anak (49,5%). Secara lengkap distribusi jumlah responden berdasarkan karakteristik demografi masyarakat disajikan pada tabel III.

Tabel III. Distribusi jumlah responden berdasarkan karakteristik demografi masyarakat Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta tahun 2013

Karakteristik demografi Kategori Jumlah responden

Penghasilan keluarga < Rp 1.100.000,00 48 50,5 Rp 1.100.000,00 -

(57)

1. Rentang waktu penggunaan multivitamin

Waktu anak mengkonsumsi multivitamin dapat menentukan pengetahuan orang tua, hal ini terkait dengan daya ingat informasi multivitamin yang dimiliki orang tua. Semakin lama anak tidak mengkonsumsi multivitamin, daya ingat orang tua dalam mengingat informasi penggunaan multivitamin pada anaknya juga akan menurun karena orang tua yang bertanggungjawab dalam pemilihan dan pemberian multivitamin pada anaknya. Pada kuesioner jika anak terakhir mengkonsumsi multivitamin lebih dari 6 bulan, responden dianggap tidak dapat ikut serta karena dikhawatirkan memori orang tua dalam multivitamin yang digunakan sudah menurun. Waktu terakhir penggunaan multivitamin bertujuan untuk menghindari recall bias dimana kesalahan dalam penelitian yang terjadi karena keterbatasan daya ingat dari subjek uji/responden sehingga data yang didapatkan kurang akurat. Sebagian besar anak-anak dari responden sedang mengkonsumsi multivitamin sehingga diharapkan memori orang tua dalam penggunaan multivitamin untuk anaknya masih baik. Rangkuman proporsi jumlah jawaban rentang waktu mengkonsumsi multivitamian disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Proporsi jumlah jawaban responden mengenai rentang waktu penggunaan multivitamin.

< 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan > 6 bulan

(58)

2. Bentuk sediaan

Bentuk sediaan obat adalah suatu bentukan diformulasikan untuk penghantaran atau membawa zat aktif obat agar mencapai organ sasaran. Beberapa manfaat dari bentuk sediaan obat adalah untuk menghilangkan atau menutupi rasa dan bau yang tidak enak juga untuk meningkatkan nilai estetika atau penampilan menarik dari obat (Syamsuni, 2007). Bentuk sediaan obat yang banyak digunakan dalam multivitamin anak berupa sirup dan emulsi. Data menunjukkan bahwa multivitamin dengan bentuk sediaan cair banyak disukai oleh anak-anak, hal ini dimungkinkan karena kemudahan cara menggunakan. Keuntungan sediaan cair yang lain adalah cocok untuk seseorang yang sukar menelan tablet utuh, absorpsi lebih cepat dibandingkan sediaan oral lain, homogenitas terjamin, dan dosis atau takaran dapat disesuaikan (Isnaini, 2009). Rangkuman proporsi jumlah jawaban responden terhadap bentuk sediaan obat yang disukai disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan bentuk sediaan obat yang disukai anak

17,9%

82,1%

(59)

3. Harga

Menurut Swastha (2007), harga barang adalah nilai yang berupa nominal yang dinyatakan dengan alat tukar seperti uang untuk mendapatkan suatu barang dan pelayanannya. Setiap harga menentukan kualitas atau mutu dari barang tersebut dan akan menentukan perilaku konsumsi masyarakat. Harga yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proporsi jawaban responden terhadap harga yang digunakan untuk mendapatkan multivitamin. Klasifikasi harga yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan harga rata-rata multivitamin di pasaran. Rata-rata terbanyak masyarakat mengeluarkan uang untuk multivitamin sebesar Rp 10.000,00 – Rp 20.000,00. Rata-rata penghasilan keluarga responden Kecamatan Mantrijeron di bawah UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten) sehingga pengeluaran untuk kebutuhan keluarga juga diusahakan seminimal mungkin seperti memilih multivitamin yang harganya lebih terjangkau namun tetap memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan anak.

(60)

data penyaluran Akta-Vol® dan Ferriz® paling banyak dilakukan di kecamatan Mantrijeron. Rangkuman jumlah jawaban responden berdasarkan harga multivitamin yang dibeli konsumen disajikan pada gambar 4.

Gambar 4. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan harga multivitamin yang digunakan

4. Tempat pembelian

Multivitamin dapat diperjualbelikan secara bebas di apotek, toko obat berizin, dan supermarket tanpa resep dokter. Sebagian besar responden mendapatkan multivitamin di Apotek. Data ini menggambarkan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan yang besar dalam pembeliaan produk di Apotek. Rangkuman proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan tempat mendapatkan multivitamin disajikan pada gambar 5.

(61)

Gambar 5. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan tempat pembelian multivitamin

5. Sumber informasi

Seseorang mendapatkan informasi tentang pengenalan multivitamin bisa dimana saja. Sebagian besar responden banyak mengetahui informasi didapatkan dari tenaga kesehatan seperti dokter/apoteker/bidan/perawat sebesar 61,05%,. Diharapkan masyarakat membeli multivitamin di Apotek dan Puskesmas/RS karena disana ada tenaga kesehatan seperti dokter/apoteker/bidan/perawat yang dapat membantu memilihkan multivitamin yang tepat sesuai kebutuhan anak. Menurut Widodo (2010) dalam pembelian multivitamin sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter untuk mengetahui kondisi atau kebutuhan gizi anak sehingga dapat ditentukan multivitamin yang sesuai dengan kondisi anak. Konsultasikan pula aturan pakai penggunaan dan efek samping multivitamin yang akan dibeli kepada Apoteker untuk menjamin keamanan penggunaan. Rangkuman

(62)

proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan informasi mendapatkan multivitamin disajikan pada gambar 6.

Gambar 6. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan sumber informasi mendapatkan multivitamin

6. Frekuensi pemberian

Berdasarkan survei pasar terhadap produk multivitamin anak yang dilakukan oleh peneliti, rata-rata frekuensi pemberian multivitamin kategori anak sebanyak 1-2 kali sehari per 1 sendok takar. Namun tidak menutup kemungkinan ada beberapa multivitamin yang dikonsumsi sampai 3 kali sehari sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda. Menurut TheAmerican Society for Parenteral and Enteral Nutrition of Pediatrics (2012) mengemukakan bahwa satu dosis multivitamin per hari tidak akan berbahaya bagi kesehatan asalkan tidak melebihi Angka Kecukupan Gizi (AKG) tiap unsurnya. Hal ini dapat menjadi dasar bahwa multivitamin dapat dikonsumsi lebih dari 1 kali per dosis jika kekuatan tiap unsurnya lebih rendah dari AKG. Oleh sebab itu, agar terjamin keamanan dalam

0.00

Keluarga Tenaga kesehatan Sosial media

(63)

pengkonsumsian multivitamin dan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh perlu dikonsultasikan kepada tenaga kesehatan seperti dokter atau apoteker. Rangkuman proporsi jumlah jawaban responden terhadap frekuensi pemberian multivitamin disajikan pada gambar 7.

Gambar 7. Proporsi jumlah jawaban responden berdasarkan frekuensi pemberian multivitamin

7. Produk multivitamin

Indonesia terdapat banyak sekali produk-produk multivitamin untuk anak dengan berbagai jenis merk. Produk multivitamin yang dimaksudkan dalam penelitian ini menggambarkan multivitamin berdasarkan merek dagang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 2001 tentang merek, merek dagang adalah suatu tanda yang berupa nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang digunakan pada barang yang diperdagangkan untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Setiap merek multivitamin yang di pasaran memiliki kandungan dan indikasi yang berbeda-beda. Hasil penelitian menggambarkan merek-merek multivitamin yang

0.0

1 kali sehari 2-3 kali sehari > 3 kali sehari

(64)

dikonsumsi adalah Curcuma pluss®, Scott emulsion®, Biolysin®, Sakatonik®, Fitkom®, Cerebrofort®, Vidorant®, Actavol®, Curvit®, Kamulvit®, dan Igastrum®. Multivitamin yang banyak digunakan pada wilayah Mantrijeron adalah Scott emulsion® (30 responden) dan Curcuma pluss® (34 responden). Rangkuman proporsi jumlah jawaban responden yang menggunakan produk multivitamin dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Proporsi jumlah jawaban responden yang menggunakan produk multivitamin

8. Harapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, harapan adalah suatu kepercayaan yang diinginkan akan didapatkan di waktu mendatang. Dalam penelitian harapan menggambarkan sesuatu yang diinginkan orang tua setelah memberikan multivitamin kepada anaknya. Data menunjukkan dari 95 responden yang mengharapkan agar multivitamin dapat meningkatkan kekebalan tubuh sebanyak 65,26%, meningkatkan nafsu makan dengan persentase 64,21%, meningkatkan kecerdasan otak dengan persentase 28,42%, membantu pencernaan

Produk multivitamin Jumlah responden (n=95)

Scott emulsion® 30

(65)

dengan persentase 4,21%, dan dapat menyembuhkan penyakit dengan persentase 2,11%. Ini sesuai dengan produk multivitamin yang dipilih yaitu Scott emulsion® yang memiliki indikasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan Curcuma plus® yang memiliki indikasi untuk meningkatkan nafsu makan anak. Data ini memberikan gambaran bahwa responden membeli produk multivitamin sesuai dengan harapannya. Pada gambar terdapat beberapa responden (2,11%) yang masih beranggapan multivitamin dapat menyembuhkan penyakit anak. Menurut Widodo (2010) multivitamin tidak dapat menyembuhkan penyakit namun hanya membantu penyembuhan pada waktu anak sakit. Rangkuman proporsi jumlah jawaban responden yang menyatakan harapan penggunaan multivitamin ditunjukkan pada tabel V.

Tabel V. Proporsi jumlah jawaban responden yang menyatakan harapan penggunaan multivitamin

Harapan penggunaan multivitamin Jumlah responden (n=95)

Meningkatkan nafsu makan 61

Meningkatkan kekebalan tubuh 62

Menyembuhkan penyakit 2

Meningkatkan kecerdasan otak 27

Membantu pencernaan 4

(66)

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa 80 responden dari 95 responden dapat dikategorikan memiliki pengetahuan yang baik dimana hasil ini merupakan kategori yang paling banyak dengan persentase 84,2% di masyarakat. Pengetahuan masyarakat di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, dapat disimpulkan baik karena dilihat dari data menunjukkan jumlah responden paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingkat pendidikan terakhir SMA, pengetahuan yang dimiliki sudah baik. Tahap pendidikan terakhir SMA sudah dianggap cukup matang dalam berpikir dan bertindak (Rasmini, 2012). Tingkat pengetahuan responden baik ini dapat menggambarkan bahwa masyarakat sudah mengerti informasi-informasi yang harus diketahui berkaitan dengan multivitamin yang akan diberikan untuk anak. Pengetahuan yang sudah baik dari orang tua tentang multivitamin diharapkan dapat tercapainya kerasionalan dalam penggunaan multivitamin untuk anak. Rangkuman hasil penelitian disajikan pada tabel VI.

Tabel VI. Distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang multivitamin anak di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta tahun 2013

Tingkat

(67)

dari yang tinggi sampai yang rendah yaitu, kandungan dalam multivitamin (95,1%), pengertian secara umum (94,7%), expired date (92,3%), dosis (91,6%), cara pemberian (89,5%), penyimpanan (88,8%), indikasi (81,4%), informasi yang didapatkan (79,6%), dan efek samping penggunaan (58,2%). Rangkuman jawaban benar dan salah tiap aaitem pernyataan pengetahuan disajikan pada tabel VII.

Tabel VII. Distribusi jumlah jawaban benar dan jawaban salah tiap aaitem pernyataan pengetahuan

No Pengetahuan Nomor

aitem

Total persentase (27 pernyataan) 85,7 14,3

(68)

atau kandungan multivitamin yang dikonsumsi atau dengan kata lain masyarakat tidak asal beli saja.

Informasi tentang multivitamin anak yang paling sedikit diketahui orang tua adalah efek samping dari penggunaan. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang memahami secara mendalam tentang efek samping dari penggunaan multivitamin. Segala macam vitamin dan mineral yang terkandung dalam multivitamin memiliki kerugian pada kesehatan bila dikonsumsi berlebihan (dosis melebihi Angka Kecukupan Gizi dalam tubuh) sehingga perlu adanya pengetahuan masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi multivitamin yang berlebih. Informasi ini menjadi saran untuk diberikannya sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, DIY tentang multivitamin terutama bahaya efek samping dari multivitamin. Informasi lain tentang segala macam aspek yang perlu diperhatikan dalam menggunakan multivitamin juga perlu disampaikan agar masyarakat benar-benar memahami secara keseluruhan.

C. Pengaruh Karakteristik Demografi terhadap Tingkat Pengetahuan Identifikasi pengaruh karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan jumlah anak) terhadap tingkat pengetahuan (baik dan cukup baik) diuraikan sebagai berikut:

1. Usia

(69)

statistik tingkat pengetahuan berdasarkan usia menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna yang dibuktikan dengan nilai Fisher’s Exact Test dengan nilai signifikan 0,240 (p > 0,05). Perbedaan yang tidak bermakna ini dapat diartikan bahwa usia seseorang tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki. Penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan yang dimiliki akan semakin luas dan meningkat karena makin banyaknya pengalaman yang diperoleh. Santrock (2002) menambahkan seseorang akan mengalami penurunan daya ingat pada usia 35-45 hingga memasuki usia 60 tahun. Pada intinya seseorang akan memiliki peningkatan pengetahuan dari masa ke masa seiring dengan bertambahnya umur namun pada titik usia tertentu seseorang akan mengalami penurunan daya ingat. Penurunan ini disebabkan karena menurunnya fungsi organ seseorang yang digunakan untuk menerima informasi. Rangkuman perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan usia disajikan pada tabel VIII.

Tabel VIII. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan usia dengan nilai p value

Usia Tingkat Pengetahuan p value

Cukup baik % Baik %

20-40 tahun 10 13,70 63 86,30

0,327

41-54 tahun 5 22,72 17 77,27

Total 15 80

(70)
(71)

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa seseorang yang memiliki pendidikan formal yang tinggi maka semakin mudah untuk menerima informasi baru dan semakin banyak pengetahuan yang didapat. Rangkuman distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan pendidikan terakhir disajikan pada tabel IX.

Tabel IX. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan pendidikan terakhir dengan nilai p value dan Odd Ratio (OR)

Pendidikan

(72)

Pearson Chi-Square dengan nilai signifikan 0,001 (p < 0,05). Perbedaan yang bermakna ini dapat diartikan bahwa status pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Analisis keeratan hubungan menunjukkan nilai OR=14,72(95%CI:1,85-117,29) yang berarti bahwa responden bekerja memiliki peluang 14,72 kali lebih tinggi tingkat pengetahuannya dibandingkan dengan responden tidak bekerja. Pada tingkat kepercayaan 95% setidaknya responden bekerja memiliki batas bawah kebermaknaannya dengan peluang 1,85 kali lebih tinggi pengetahuannya dan batas atas kebermaknaannya dengan peluang 117,29 kali lebih tinggi pengetahuannya dibandingkan responden tidak bekerja. Sarwono (2009) menyatakan semakin luas cakupan interaksi sosialnya, pengetahuan maupun sikap seseorang akan semakin baik bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki interaksi sosial yang sempit. Responden yang bekerja akan mempunyai banyak komunikasi dengan masyarakat atau dunia luar sehingga mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Rangkuman distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan status pekerjaan disajikan pada tabel X.

Tabel X. Perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan pekerjaan dengan p value dan Odd Ratio (OR)

(73)

Menurut Surat Keputusan (SK) Gubernur No. 370/KEP/2012 tentang UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa UMK tahun 2013 di Kota Yogyakarta sebesar Rp 1.065.247,00. Tabel XI menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki penghasilan keluarga sebesar ≤ Rp 1.100.000,00 dengan tingkat pengetahuan baik lebih sedikit (77,08%) dibandingkan dengan responden > Rp 1.100.000,00 (91,49%). Analisis statistik tingkat pengetahuan berdasarkan penghasilan keluarga menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna yang dibuktikan dengan uji

Pearson Chi-Square dengan nilai signifikan 0,054 (p < 0,05). Hal ini diartikan bahwa penghasilan keluarga tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Resanti (2009) menyatakan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh pada jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Seseorang yang memiliki pendapatan yang tinggi akan lebih bervariasi dalam pemilihan produk makanan. Dengan dasar pengetahuan yang baik, mereka akan berusaha membeli jenis produk dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan. Rangkuman distribusi jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan terhadap penghasilan keluarga disajikan pada tabel XI.

Tabel XI. Perbandingan jumlah responden berdasarkan kategori tingkat dan pengetahuan penghasilan keluarga dengan p value

Penghasilan Tingkat Pengetahuan p value

Gambar

Tabel I. Pengelompokkan item pernyataan pada bagian pengetahuan
Tabel X. Perbandingan
Gambar 1. Kerangka pengujian statistik hipotesis ......................................
Tabel II. Jumlah kuesioner yang disebarkan kepada responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

This study has examined empirically the impact of defense spending on unemployment together with a set of control variables for five selected Asian countries

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini membahas tentang konsep dasar pendidikan seni serta pengembangan pendidikan seni untuk anak SD.. Uraian Pokok Bahasan

Identifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi pada pengembangan usaha ternak kelinci di Kelurahan Salokaraja Kecamatan

Ketujuh klon transforman dilakukan uji ekspresi protein pada skala kecil dengan menggunakan medium produksi yaitu media LB cair 10 ml yang ditambah ampisilin dan diinkubasi pada

Karena butuh lahan, maka pada tanggal 13 Nopember 2015 , lalu pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Perumahan dan Gedung Pemprov DKI membeli tanah / lahan yang

Al ) Dan Na Pada Debu Erupsi Gunung Sinabung Dan Tanah Sebelum Erupsi Dengan Menggunakan Alat Inductively Coupled Plasma (ICP).. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung

Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta mengkreasi atau mencipta

Tidak menutup kemungkinan seorang pelaku akan melakukan beberapa tindak pidana, tidak hanya satu, dua atau bahkan lebih dan, seperti halnya kasus yang terdapat