• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING REMAJA DENGAN TEKNIK KOTAK PASIR TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA PADA SISWA MTS. ANDALUSIA KABUPATEN SIMALUNGUN T.A. 2014/ 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSELING REMAJA DENGAN TEKNIK KOTAK PASIR TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA PADA SISWA MTS. ANDALUSIA KABUPATEN SIMALUNGUN T.A. 2014/ 2015."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSELING REMAJA DENGAN TEKNIK KOTAK

PASIR TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

DENGAN ORANG TUA PADA SISWA MTs ANDALUSIA

KABUPATEN SIMALUNGUN T.A 2014/ 2015

Skripsi

OLEH:

YUSNILAWATI

NIM: 1114351006

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGARUH KONSELING REMAJA DENGAN TEKNIK KOTAK

PASIR TERHADAP KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

DENGAN ORANG TUA PADA SISWA MTs ANDALUSIA

KABUPATEN SIMALUNGUN T.A 2014/ 2015

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan

Program Studi Bimbingan Dan Konseling

OLEH:

YUSNILAWATI

NIM: 1114351006

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala berkat

dan rahmat- Nyalah yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada

penulis sehingga skrips ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Konseling Remaja Dengan Teknik Kotak Pasir

Terhadap Kemampuan Berkomunikasi Dengan Orang Tua Pada Siswa MTs Andalusia Kabupaten Simalungun.”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari

banyak kendala, rintangan, dan tantangan dalam penulisan skripsi ini.

Tetapi berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, khususnya Ibu Dra.

Kemali Syarif, M.Pd., selaku pembimbing skripsi akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Drs. Nasrun, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan beserta Wakil Dekan I Prof. Dr. Yusnadi,

MS., Wakil Dekan II Drs. Aman Simaremare, MS., dan Wakil Dekan

III Drs. Edidon Hutasuhut M.Pd.

3. Ibu Dra. Kemali Syarif, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Konseling yang banyak memberikan masukan, bimbingan, kritik dan

(5)

4. Ibu Dra. Nurarjani, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dra. Zulhaini, S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak membimbing penulis selama ini.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd., Ibu Dra. Nurarjani, M.Pd., dan

Bapak Drs. Nasrun MS., selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan yang telah memberikan pengetahuan dan

jasanya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Bapak Drs. Supratman selaku Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah

Swasta Andalusia Kabupaten Simalungun yang telah membantu

penulis selama penelitian.

9. Teristimewa penulis ucapkan kepada Abah Isnan dan Mama Rohana

selaku orangtua terkasih yang telah mendidik, mendukung, dan

memberikan motivasi serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Untuk Adikku Saiful Bahri yang telah memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis agar penyelesaian skripsi berjalan dengan

baik.

11.Yang tersayang Mas Heriansyah yang telah mendukung agar skripsi

ini terselesaikan dengan baik.

12.Seluruh Mahasiswa Reguler A dan Reguler B 2011, Ekstensi A dan

Ekstensi B 2011, yang telah memberikan semangat dalam

(6)

13.Buat teman- teman mahasiswa transfer BK, Beti dan Lita yang telah

menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian

skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari

segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya

skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 27 Maret 2015

(7)

DAFTAR ISI

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 11

1.3Batasan Masalah ... 12

1.4Rumusan Masalah ... 12

1.5Tujuan Penelitian ... 13

1.6Manfaat Penelitian ... 13

BAB II: KAJIAN TEORI ... 15

2.1Kerangka Teori ... 15

2.1.1. Hakikat Komunikasi Dengan Orangtua ... 15

2.1.2. Konseling Remaja.. ... 38

2.1.1.1 Hakikat Konseling ... 38

2.1.1.2 Hakikat Remaja ... 53

2.1.1.3 Pengertian Konseling Remaja ... 63

2.1.3. Hakikat Strategi Simbolis ... 64

2.1.4. Teknik Kotak Pasir ... 71

2.2. Kerangka Konseptual ... 77

2.3. Hipotesis ... 79

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 80

3.1Jenis Penelitian ... 80

3.2Subjek Penelitian ... 80

3.3Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 81

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 82

3.5Teknik Analisis Data ... 89

3.6Lokasi dan Waktu Penelitian ... 91

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ...92

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...92

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ...93

4.2.1 Uji Validitas ...93

(8)

4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ...96

4.3.1 Data Pre-test ...96

4.3.2 data Post-test ...97

4.4 Pengujian Hipotesis ...99

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ...100

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN...105

5.1Kesimpulan ...105

5.2Saran ...105

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ... ... 88

Tabel 3.2 Kisi- kisi Angket Kemampuan Berkomunikasi Dengan Orangtua ... 88

Tabel 4.1 Kisi- kisi Instrumen Kemampuan Berkomunikasi Dengan Orangtua Valid ... 94

Tabel 4.2 Penomoran Angket Kemampuan Berkomunikasi Verbal Siswa Dengan

Orangtua Valid ... 95

Tabel 4.3 Hasil Pre-test (Sebelum Diberi Layanan Konseling Remaja Teknik Kotak Pasir) ... 96

Tabel 4.4 Responden Yang Akan mendapat Konseling Remaja Dengan Teknik Kotak

Pasir ... 97

Tabel 4.5 Hasil Post-test (Sesudah Diberi Layanan Konseling Remaja Dengan Teknik

Kotak Pasir) ... 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah- langkah Konseling ... 45

Gambar 2.2 Skema Interksi Exogen- Endogen Dalam Perkembangan Individu ... 58

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan

antara individu satu dengan yang lain, yang dibuktikan dengan adanya

fakta bahwa beberapa orang mengalami masa peralihan ini secara lebih

cepat dari lainnya. Masa remaja menghadirkan begitu banyak tantangan,

karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi mulai dari perubahan

fisik, biologis, psikologis, dan juga sosial. Proses- proses perubahan ini

mampu dihadapi secara adaptif dan dengan sukses.

Ketika seorang remaja tidak mampu berhadapan dan mengatasi

tantangan perubahan ini secara sukses, akan muncul berbagai konsekuensi

psikologis, emosional, dan behavioral yang merugikan. Pada berbagai

konsekuensi inilah, konseling bisa sangat berguna dalam mengatasinya,

dengan konselor yang akan membantu membimbing remaja menemukan

cara- cara baru untuk meneruskan beradaptasi di sepanjang perjalanan

perkembangan diri yang harus dilaluinya.

Masa remaja dimulai dengan peristiwa kedewasaan yang disebut

dengan pubertas. Pubertas merujuk pada peristiwa- peristiwa biologis

yang menyertai menstruasi pertama pada perempuan dan ejakulasi pertama

pada laki- laki. Peristiwa- peristiwa ini menandai permulaan dari sebuah

proses perubahan fisik yang mendalam (Colarusso dalam Kathryn dan

(12)

kedewasaan yang normal, proses ini dapat memberikan kesulitan bagi

individu yang mengalaminya.

Ketika perubahan biologis terjadi pada remaja, pada saat bersamaan

terjadi juga perubahan kognitif. Remaja yang sedang mengalami

perubahan kognitif ini akan mengembangkan suatu kemampuan untuk

berpikir abstrak, menemukan cara untuk berpikir tentang masalah

hubungan, memahami cara- cara baru untuk mengolah informasi, dan

belajar bepikir secara kreatif dan kritis.

Perubahan biologis dan kognitif tidak hanya menghadirkan tantangan

secara langsung, tetapi juga memiliki dampak yang sangat berarti pada

fungsi psikologis. Selain itu, terdapat sejumlah tantangan psikologis utama

pada seorang reaja dalam kaitannya dengan fitur utama masa remaja yang

melibatkan pembentukan sebuah identitas baru. Remaja ini bukanlah lagi

seorang anak- anak, melainkan telah tumbuh menjadi seseorang baru.

Tantangan terbesar bagi remaja berkenaan dengan kebutuhan mereka

untuk menemukan tempat mereka dalam masyarakat dan merasakan

bahwa tempat tersebut sesuai untuk mereka. Banyak diantara tugas remaja

yang melibatkan pengharapan sosial yang kuat. R.J. Havighurst dalam

Kathryn dan David Geldard (2010: 20) meyakini bahwa penguasaan 9

tugas perkembangan berikut di bawah ini sangatlah penting bagi

penyesuaian remaja yang beradaptasi.

1. Menerima keadaan fisik dan peran seksual.

2. Membentuk hubungan pertemanan baru dengan kedua jenis kelamin.

(13)

4. Menyeleksi dan mempersiapkan pekerjaan.

5. Mengembangkan keahlian dan konsep intelektual yang diperlukan

bagi kompetensi sipil.

6. Mencapai kepastian kemandirian ekonomi.

7. Menguasai pola perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara

sosial.

8. Mempersiapkan diri untuk menikah dan berkeluarga.

9. Membangun nilai- nilai yang dipertimbangkan secara sadar yang

berkesesuaian dengan lingkungan.

Isu- isu pada proses perkembangan sosial dan pembentukan identitas

pribadi adalah yang berkaitan dengan perkembangan moral dan spiritual.

Masa remaja jelas merupakan masa perubahan dan krisis yang bisa

secara adaptif ditemui oleh beberapa remaja dalam adaptasi mereka.

Meski bagi beberapa yang lain menghadirkan kemungkinan atas

konsekuensi psikologis, sosial, dan emosional yang tidak diharapkannya.

Tujuan utama masa muda adalah membuat transisi dari tahap kanak-

kanak ke tahap dewasa. Remaja perlu melakukan hal ini sambil

mengatasi berbagai tantang biologis, psikologis, dan sosial.

Seorang remaja hanya dapat mengonstruksikan suatu identitas

pribadi dalam konteks hubungannya dengan orang lain. Berhubungan

dengan orang lain sudah barang tentu melibatkan sikap menghormati dan

merespons yang berkesesuaian dengan harapan mereka. Kebutuhan akan

individuasi menyediakan suatu tantangan konflik bagi remaja yang

(14)

bersamaan, menjajaki berbagai cara baru untuk memosisikan dirinya

secara pas dalam masyarakat. Sebagai konsekuensinya, akan muncul

ambivalensi yang mencolok pada banyak remaja berkenaan dengan isu

ketergantungan dan kemandirian dan dalam hubungannya dengan

mengekspresikan perubahan sikap dan perilaku, sementara pada saat

bersamaan mempertahankan hubungan sosial (Archer dalam Kathryn

Geldard, 2010: 20).

V. Rutter dalam Kathryn dan David Geldard (2010: 22) meyakini

bahwa banyak remaja tidaklah menyulitkan atau menyusahkan, tetapi

persoalannya adalah, dalam masyarakat khususnya, bagaimana orangtua

merespons mereka. Dia berpendapat bahwa respons dari orangtua bisa

menciptakan perasaan negatif termasuk mengomunikasikan masalah

yang dimilikinya dan melemparkan remaja ke dalam perilaku anti-

sosial. Dalam pembahasannya tentang isu ini, dia merujuk pada

penelitian yang dilakukan oleh L. Steinberg dalam Kathryn dan David

Geldard (2010: 22).

Hipotesis Steinberg adalah bahwa ketika anak- anak mencapai masa

pubertas, kombinasi dari tahap perkembangan remaja, perilaku dan

emosi orangtua akan menghasilkan perubahan besar pada orangtua, yaitu

meningkatnya tingkat stres. Hal ini seringkali dibarengi dengan

menurunnya kepuasan pernikahan mereka, munculnya perasaan kecewa

karena melewatkan berbagai kesempatan di masa kecil, penyadaran atas

proses penuaan, penolakan dan isolasi emosional dari remaja yang

(15)

melawan, menurunnya rasa hormat bagi otoritas dan petunjuk yang

sebelumnya diterima, hilangnya kekuasaan, memudarnya kemudaan,

rasa ragu terhadap seksualitas mereka sendiri. Perubahan- perubahan ini,

Steinberg dan Steinberg meyakini, seringkali mengakibatkan terlepasnya

ikatan orangtua dengan anak- anak mereka ketika mereka menapaki

masa remaja. Remaja perlu menarik diri karena menjadi mandiri sangat

penting sifatnya bagi peran mereka. Mengurungkan niat untuk

mengutarakan hal- hal yang dianggap remaja perlu disampaikan kepada

orangtua merupakan bagian dari proses penarikan diri yang dilakukan

remaja. Sayangnya, keadaan ini telah menyebabkan banyak orangtua

merasa kecewa dan mengabaikan pada saat mereka membutuhkan

perhatian dan curahan kasih sayang istimewa atas transisi yang sedang

mereka jalani.

Hal tersebut sejalan dengan wawancara yang dilakukan peneliti

bahwa beberapa orangtua mengaku komunikasi dengan anak remajanya

cenderung berkurang. Para orangtua mengaku bahwa anak- anak mereka

tak lagi mau menanyakan beberapa materi pelajaran yang tidak

diketahuinya, jarang memberitahu pekerjaan rumah (PR) apa saja yang

harus dikerjakan, dan jarang memberitahu masalah pribadinya kepada

orangtua.

Hal itu tentunya membuat beberapa orangtua merasa khawatir dan

disebabkan minimnya pengetahuan tentang bagaimana proses

perkembangan remaja, mereka akhirnya membiarkan proses itu berjalan

(16)

menemukan perilaku anak remajanya yang menyimpang dari norma

masyarakat ketimbang memberi pengarahan melalui pendekatan sesuai

perkembangannya.

Keadaan tersebut tentunya membuat remaja semakin tidak percaya

untuk mengomunikasikan masalah yang dimiliki dengan orangtua.

Masalah keluarga, latar belakang pendidikan orangtua, dan lingkungan

yang tidak mendukung mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi

remaja dalam mengomunikasikan masalahnya kepada orangtua dengan

baik.

Bahkan, ketika terdapat ketegangan dalam kehidupan keluarga

sekalipun, keluarga tetap merupakan sarana yang paling efektif untuk

mempromosikan nilai- nilai pada remaja, sehingga akan membuat

remaja untuk meraih sukses, misalnya di sekolah dan memiliki

kepercayaan diri dalam hubungan pertemanan. Steinberg dan Steinberg

dalam Kathryn dan David Geldard (2010: 23) menemukan bahwa

benang merah diantara remaja yang sukses adalah bahwa mereka

umumnya memiliki hubungan positif dengan orangtua mereka. Dengan

demikian, tantangan bagi remaja adalah menjaga hubungan yang positif

dengan orangtua mereka, sementara pada saat bersamaan mencapai

sasaran- sasaran perkembangan diri mereka, yang salah satu diantaranya,

meski bersifat paradoks, adalah memisahkan diri dan menjauh dari

keluarga mereka. Tentu saja, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk

(17)

Banyak diantara anak- anak mulai menjauhkan diri dari orangtua

pada usia sekitar 14 tahun. Walaupun terkadang merupakan akibat dari

gagal berfungsinya keluarga, kejadian ini juga harus dipahami sebagai

bagian dari proses yang normal bagi remaja. Terdapat perbedaan gender:

anak laki- laki cenderung jauh lebih sedikit menghabiskan waktu dengan

keluarga mereka dibandingkan dengan anak perempuan.

Hal tersebut sejalan dengan pengamatan dan wawancara yang

dilakukan peneliti di lingkungan tempat tinggal remaja yang menjadi

subjek penelitian. Anak laki- laki lebih membantu orangtua

menggembala hewan ternak, mengikuti berbagai les tambahan atau

mengaji. Sebaliknya, anak perempuan lebih sering di rumah karena

harus membantu ibunya, menjaga adik, istirahat atau mengaji.

Telah banyak diketahui bahwa remaja sering merasa bahwa mereka

telah disalahpahami dan tidak dipercaya oleh orang dewasa. Jika

konselor terlihat berperilaku dalam suatu sikap yang sesuai dengan

pandangan stereotip remaja terhadap orang dewasa dengan tidak mau

memercayai cerita mereka, kemungkinan untuk membangun hubungan

konseling yang bermanfaat yang di dalamnya klien menaruh rasa

percaya pada konselor akan semakin lenyap. Selain itu, remaja sering

secara masuk akal merasa bahwa cerita yang mereka miliki untuk dibagi

sulit untuk dipercayai. Cerita tersebut barangkali benar, tetapi kita

memercayai apa yang dikatakan mereka. Jika kita tidak bisa memercayai

(18)

bisa membantu remaja untuk melangkah maju menceritakan cerita yang

secara lebih akurat mencerminkan persepsi orang dewasa.

Diketahui bahwa sebagian konselor tidak akan sepakat bahwa kita

harus selalu memercayai klien. Namun, dengan menerapkan hal ini,

kepercayaan akan bertumbuh dan klien akan didukung untuk mengulas

kembali dan mengevaluasi konstruk mereka, membuang mana yang

tidak sesuai dengan kenyataannya dan menggantinya dengan konstruk

yang lebih adaptif. Pada prosesnya, kebenaran yang semakin objektif

akan terungkap. Bagaimanapun, konselor tidak perlu selalu waspada

terhadap kemungkinan gejala- gejala gangguan mental, dan merujuk

pada yang paling berkewenangan mengurusinya ketika diperlukan.

Banyak remaja akan masuk dan keluar dari proses percakapan,

berpindah dari satu topik ke topik lain, dan berhasrat menguasai jalannya

percakapan setiap saat. Sebagai konselor, jika ingin mampu beradu

secara efektif dengan remaja, perlu secara perlahan- lahan sejajarkan diri

dengan gaya percakapan mereka daripada berusaha mengendalikannya.

Dengan demikian, digresi harus secara aktif dan cermat didorong.

Kadang- kadang, konselor dapat memanfaatkan digresi untuk membantu

dalam proses pemaduan dan kemudian kembali pada pembahasan

tentang masalah- masalah yang dihadapi remaja.

Hal itulah yang menjadi salah satu faktor dari kurangnya kemauan

siswa untuk mengomunikasikan masalahnya dengan konselor.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru diketahui bahwa siswa

(19)

tingkah laku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma di sekolah.

Sehingga, konselor baru mengetahui setelah masalah tersebut berdampak

nyata. Upaya preventif yang minim dilakukan kaitannya dengan

mengomunikasikan masalah remaja dan latar pendidikan konselor yang

berbeda dari bidangnya menjadi satu hal yang menjadi kendala dalam

melakukan berbagai strategi simbolis ataupun strategi kreatif lainnya

dalam mengungkap masalah siswa.

Pada orangtua sering merasa bahwa putra- putri remaja mereka

mengganggu, untuk mengajak mereka berbincang di saat yang tidak

tepat. Mereka juga sering merasa putra putri remaja tidak akan

membicarakan masalah- masalah pribadi ketika mereka diajak untuk

membicarakannya, tetapi justru membicarakannya pada waktu yang

sering kali tidak pas. Menurut proses perkembangannya, hal ini adalah

perilaku remaja yang normal. Konselor harus menghormati dan

memanfaatkannya.

Kebanyakan remaja mengalami kesulitan untuk membicarakan hal-

hal penting menurut mereka. Tetapi, mereka terkadang

membicarakannya pada waktu yang tidak tepat. Oleh karenanya, orang

tua perlu memberi kesempatan untuk melakukan digresi dan berpindah-

pindah topik dalam membicarakan masalah- masalah penting. Dengan

demikian, daripada menghindar dari membicarakan masalah- masalah

penting dalam percakapan, lebih baik sejenak mengalihkan pembicaraan,

menunggu waktu yang lebih nyaman bagi mereka untuk

(20)

Orangtua tidak perlu merasa kecewa karena proses seperti ini, tetapi

hanya perlu mengikuti mereka dan menambah energi pada percakapan.

Hal ini akan memerlukan sikap sabar dan secara aktif memutuskan untuk

menikmati mendengar percakapan yang kadang- kadang, terasa tidak

secara langsung relevan dengan pokok perbincangan. Percakapan dengan

remaja tidak perlu terlalu dibahas terus menerus serius dan mendalam.

Dalam rangka membuat seorang remaja merasa nyaman dalam

mengomunikasikan masalahnya, akan lebih berguna jika percakapan

dibangun dengan percakapan yang bersahabat dan disisipi humor, karena

hal- hal ini akan mengimbangi dampak pembahasan masalah- masalah

serius.

Strategi simbolis adalah salah satu teknik mengungkap masalah

remaja dalam berkomunikasi dengan orangtua yang dinilai efektif. Hal

itu dikarenakan simbol yang digunakan dalam konseling remaja adalah

objek fisik tertentu yang dapat digunakan untuk mewakili perasaan,

pemikiran, kepercayaan, orang, hubungan, dan berbagai macam hal lain.

Akan sangat bermanfaat jika konselor memiliki sejumlah simbol yang

mereka simpan dalam laci atau tempat lain dalam ruangan mereka.

Terkadang, kerja memberikan konseling pada remaja berlangsung dalam

lingkungan mereka, sehingga segala sesuatu yang tersedia dapat

dipergunakan sebagai simbol.

Kumpulan simbol yang dimiliki konselor selayaknya cenderung

menyertakan hal- hal yang mungkin menarik bagi remaja, seperti batu,

(21)

pensil, bola, bantal, lilin, patung kecil, kotak dengan penutup, wadah lain

dan berbagai benda kecil lainnya.

C.G. Jung dalam Kathryn dan David Geldard (2010: 278) percaya

bahwa simbol dapat bermanfaat dalam mengungkap materi bawah sadar.

Pengaksesan materi bawah sadar pada khususnya dapat bermanfaat

ketika bekerja menangani remaja, karena proses individuasi remaja

melibatkan suatu interaksi antara diri bawah sadar dan sadar. Dengan

menggunakan simbol, konselor dapat membantu remaja untuk mampu

membawa materi bawah sadar ke dalam pikiran sadarnya, dengan

konsekuensi kesadaran dirinya yang semakin meningkat. Dengan

meningkatnya pengetahuan diri, mereka akan memiliki lebih banyak

pilihan dan kontrol tentang bagaimana seharusnya berperilaku dan

berubah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini diberi judul:

Pengaruh Konseling Remaja Dengan Teknik Kotak Pasir Terhadap

Kemampuan Berkomunikasi Dengan Orang Tua Pada Siswa MTs

Andalusia Kabupaten Simalungun T.A 2014/ 2015.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan, sebagai berikut:

1. Siswa tidak mampu berkomunikasi dengan orang tua dengan baik.

(22)

3. Sekolah belum memberikan kontribusi positif terhadap pemecahan

masalah siswa yang belum memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan orangtua.

4. Belum adanya konseling remaja strategi simbolis teknik kotak pasir

dalam membantu siswa agar memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan orang tua.

5. Minimnya pengetahuan siswa untuk menemukan cara dalam

mengungkap kemampuan berkomunikasi dengan orangtua.

1.3 Batasan Masalah

Dengan perhitungan keterbatasan kemampuan peneliti dan guna

menghindari kesimpangsiuran dan untuk lebih mendekatkan arah

permasalahan yang akan dikaji, maka kajian peneliti dibatasi pada

konseling remaja dengan teknik kotak pasir terhadap kemampuan

berkomunikasi verbal dengan orang tua pada siswa MTs Andalusia

Kabupaten Simalungun T.A 2014/ 2015.

1.4 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh konseling remaja dengan teknik kotak pasir

terhadap kemampuan berkomunikasi dengan orang tua pada siswa MTs

(23)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh konseling remaja dengan teknik kotak pasir terhadap

kemampuan berkomunikasi dengan orangtua pada siswa MTs. Andalusia

Kabupaten Simalungun T.A. 2014/ 2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian maka diharapkan penelitian ini

bermanfaat untuk:

1. Manfaat Konseptual

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi

masukan khususnya dalam layanan bimbingan dan konseling dengan

menggunakan teknik kotak pasir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Sebagai bahan masukan agar siswa bahwa berkomunikasi dengan

orangtua juga dapat dilakukan dengan berbagai cara kreatif. Hal itu

berguna untuk mengurangi ketakutan siswa bahwa orang dewasa

cenderung akan mendominasi jalannya percakapan atau proses

komunikasi anak dengan orangtua. Ketika komunikasi dengan

orangtua berjalan baik, tentunya akan berdampak baik pula pada

(24)

b. Bagi Guru BK

Sebagai dasar bagi guru bahwa dengan menerapkan konseling

remaja dengan teknik kotak pasir dapat membantu kemampuan proses

komunikasi siswa dengan orangtua. Selain itu, dapat juga membantu

guru untuk mencaritahu latar belakang siswa bersikap dan berperilaku

di sekolah, agar dapat menentukan langkah selanjutnya demi kebaikan

bersama.

c. Bagi Sekolah

Dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi dengan

orangtua, secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan

berkomunikasi siswa dengan yang lain, seperti guru, teman sebaya,

dan orang- orang di lingkungan sekolah. Sekolah juga dapat

menentukan upaya- upaya yang harus dilakukan selanjutnya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang

pentingnya konseling remaja dengan teknik kotak pasir untuk

mengungkap kemampuan berkomunikasi dengan orangtua dan

menambah pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian.

(25)

105

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan pemberian layanan konseling remaja dengan teknik kotak pasir

terhadap kemampuan berkomunikasi dengan orangtua pada siswa MTs.

Andalusia Kabupaten Simalungun. Hasil perhitungan pada kelompok

perlakuan diperoleh Jhitung = 0, dengan α = 0,05 dan n = 8, maka

berdasarkan daftar, Jtabel = 4. Dari data trsebut terlihat bahwa Jhitung lebih

kecil dari Jtabel (0 < 4). Karena J hitung lebih kecil dari J tabel, maka

hipotesis H0 ditolak hal ini diperkuat dengan persamaan rumus Z. Karena

nilai z hitung adalah -2,52 dan itu lebih kecil dari nilai z tabel yaitu -1,96.

Maka hipotesis ditolak artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah

diberi perlakuan sehingga kemampuan berkomunikasi dengan orangtua

sesudah mengikuti konseling remaja dengan teknik kotak pasir lebih tinggi

daripada sebelum mengikuti layanan konseling remaja.

5.2

Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis dalam penelitian

ini adalah:

a) Bagi pihak sekolah terutama kepada guru BK agar lebih

memperhatikan komunikasi siswa dengan orangtua, salah satunya

dengan cara mengadakan layanan konseling remaja dengan teknik

(26)

106

b) Untuk konselor sekolah hendaknya mengadakan kegiatan-

kegiatan yang menarik, seperti menggunakan layanan informasi

secara klasikal dengan berbagai media seperti video dan

bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dengan orangtua.

c) Kepada peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti

tentang kemampuan berkomunikasi dengan orangtua, agar lebih

memperhitungkan aspek- aspek lain yang memiliki hubungan

dengan komunikasi dengan orangtua, seperti komunikasi

nonverbal.

d) Untuk para siswa hendaknya dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dengan orangtua agar mampu bersosialisasi dengan

(27)

107

DAFTAR PUSTAKA

__________. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. ______: ________

Ali, M. & Asrori, M. 2011. Psikologi Remaja. Bumi Aksara: Jakarta

Bahdin Nur T. & Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Kencana Prenada: Jakarta

Danapriatna, N. & Setiawan, R. 2005. Pengantar Statistika. Graha Ilmu: Yogyakarta

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Ghalia Indonesia: Bogor

Geldard, Kathryn (ed). 2012. Konseling Remaja- Intervensi Praktis Bagi Remaja

Beresiko. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Hoetomo.2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Mitra Pelajar: Surabaya

Horriyah. 2012. Membaca Isi Pikiran Orang Dari Bahasa Tubuhnya. Laksana: Jakarta

Husaini Usman & Purnomo Setiady. 2009. Pengantar Statistika. Bumi Aksara: Jakarta

John McLeod. 2008. Pengantar Keterampilan Konseling. Kencana Prenada: Jakarta

Kathryn Geldard & David Geldard. 2011. Konseling Remaja- Pendekatan

Proaktif Untuk Anak Muda. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Budyatna, M. & Ganiem, L.M. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Kencana Prenada Media Group : Jakarta

Lubis, N.L. 2011. Memahami Dasar- dasar Konseling. Kencana Prenada: Jakarta

Manalu, L.M.B. 2014. Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Salak Kabupaten Pakpak Barat T.A. 2014/ 2015. Skripsi tidak diterbitkan. Medan FIP UNIMED.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi- Suatu Pengantar. Rosdakarya: Bandung

Narbuko, C. & Achmadi A.. 2008. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara: Jakarta

(28)

108

Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja. Rajawali Pers: Jakarta

Siegel, Sidney. 2011. Statistik Nonparametrik. PT. Gramedia : Jakarta

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Tarsito : Bandung

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Thomson, Peter. 1999. Rahasia Komunikasi. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Wulandari, Rani. 2013. Teknik Mengajar Siswa dengan Gangguang Bicara dan

Bahasa. Imperium: Yogyakarta

Gambar

Tabel 3.1 Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ......................................................
Gambar 2.2 Skema Interksi Exogen- Endogen Dalam Perkembangan Individu ..............................

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi silika dari bambu tali, waktu kontak optimum dan pH optimum pada adsorpsi limbah cair tahu menggunakan silika

[r]

Pembagian beban kerja yang tidak seimbang mengakibatkan banyak waktu tenaga, biaya yang terbuang karena terjadi stagnasi pada operasi- operasi tertentu, misalnya pada stasiun

Dalam hukum acara pidana sistem hukum pembuktian dalam sebutan: “sistem negatif menurut undang-undang” seperti yang di atur dalam pasal 183 KUHAP sebagai berikut : “hakim

Peningkat an nilai perdagangan t ersebut akan dicapai dengan m em buka pasar bagi produk - produk indust ri.. Penet apan ini dilakukan m elalui Surat Keput usan Ment eri

International Journal of Science and Matematics Education , 10 , hlm.. Understanding of the nature of

Perlu adanya penegakan hukum dan komitmen etis yang bertumpu pada nilai-nilai moral bangsa dari semu pihak, terutama kalangan insan perfilman, dalam memproduksi film agar

Realisasi penerim aan hingga awal Okt ober ini sudah m elam paui dari t arget yang dit et apkan t ersebut yait u Rp 36 t riliun.. Sam pai akhir t ahun nant i, realisasi penerim