• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Variabel Hasil 1 (Rochmah dan Fitria, 2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Variabel Hasil 1 (Rochmah dan Fitria, 2019)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama Variabel Hasil

1 (Rochmah dan Fitria, 2019)

-Kinerja Keuangan (X) -Nilai Perusahaan (Y)

-Kebijakan Dividen (Z)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan

Profitabilitas menggunakan ROE berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan 2 (Mery, 2017) - Likuiditas

(𝑋1) - Leverage

(𝑋2)

- Profitabilitas (𝑋3)

- Nilai Perusahaan (Y)

- Kebijakan Dividen (Z)

1) Likuiditas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, Leverage tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2) Profitabilitas menggunakan ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

3) Kebijakan dividen mampu memoderasi Likuiditas terhadap nilai perusahaan,

5) Kebijakan dividen mampu memoderasi Profitabilitas

menggunakan ROA, terhadap nilai perusahaan.

(2)

Lanjutan Tabel 2.1

NO Nama Variabel Hasil

3 (Dj, Artini and Suarjaya, 2007)

1. Kinerja Keuangan (X) 2. Nilai

Perusahaan (Y)

3. Kebijakan Dividen (Z)

1) likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan,3) leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan,5)

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, 6) kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

4 (Kurniawan, 2017)

1. Kinerja Keuangan (X) 2. Return

Saham (Y) 3. Kebijakan

Dividen (Z)

Penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa dari ke- lima variabel penelitian hanya empat

variabel yaitu Current Ratio Return on Asset, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio yang tidak

mempengaruhi return saham dan Dan untuk variabel pemoderate yaitu kebijakan dividen tidak mampu memoderasi

(3)

Lanjutan tabel 2.1

NO Nama Variabel Hasil

pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen belum tentu dapat meningkatkan return saham perusahaan

5 (Wardhany, Hermuningsi h and Wiyono, 2019)

1. Profitabilita s (𝑋1) 2. Leverage

(𝑋2) 3. Ukuran

Perusahaan (𝑋3) 4. Nilai

Perusahaan (Y)

Berdasarkan hasil analisis bahwa profitabilitas memiliki dua proksi yaitu ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan ROE profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage memiliki proksi DER berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan ukuran perusahaan bernilai positif. tetapi tidak signifikan pada nilai perusahaan.

6 (Kholis, Dewi

Sumarmwati and

Mutmainah, 2018)

1. Return On Asset (𝑋1) 2. Debt to

Equity (𝑋2) 3. Earning Per Share (𝑋3) 4. Nilai

Perusahaan (Y)

Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa secara parsial Return On Assets (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan agrikultur, sedangkan Debt to Equity (DER) tidak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan agrikultur.

7 (Martha dkk, 2018)

1. Profitabilita s (𝑋1) -

Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Equity, sedangkan

(4)

Lanjutan Tabel 2.1

NO Nama Variabel Hasil

2. Kebijakan Dividen (𝑋2) 3. Nilai

Perusahaan (Y)

kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio serta nilai perusahaan diukur dengan Price

to.Book Value. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

8 (Yuli Chomsatu Samrotun, 2015)

1. return on asset, cash ratio, current ratio, debt to equity ratio (X)

2. Kebijakan Dividen (Y)

variabel cash ratio, growth, dan firm size tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Berdasrkan hasil pengujian simultan menunjukkan bahwa variabel independen (return on asset, cash ratio, current ratio, debt to equity, growth, firm size)

berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

9 (Maggee, 2016)

1. Kebijakan Dividen (X) 2. Nilai

Perusahaan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Pengaruh kedua variabel bersifat positif, dimana setiap kenaikan nilai Kebijakan Dividen juga turut mengakibatkan kenaikan Nilai Perusahaan

(5)

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Menurut Godfrey Signalling theory merupakan insentif bagi semua manajer untuk menerima sinyal harapan masa depan, jika investor percaya akan sinyal tersebut maka harga saham akan meningkat dan para pemegang saham dan manajer bertindak untuk mendapatkan keuntungan. Signalling theory memiliki prinsip bahwa setiap tindakan memiliki informasi karena adanya suatu kondisi dimana pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dari pemegang saham (Godfrey et al., 2014).

Menurut Brigham dan Hauston isyarat atau signal merupakan bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan untuk memberi petunjuk kepada investor untuk tindakan yang diambil perusahaan. Dalam merealisasikan keinginan pemilik, sinyal yang didapat berupa informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh manajemen. Pada hakekatnya informasi penting bagi investor dan pelaku bisnis Karena informasi memberikan keterangan, catatan atau gamabaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini atau masa yang akan datang untuk keberlangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya untuk perusahaan (Brighnam and Houston, 2010).

Kebijakan dividen dapat dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai kelebihan dan kekurangan perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga

(6)

saham perusahaan. Kenaikkan jumlah dividen dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen perusahaan mendapatkan laba yang baik di masa depan (Brighnam and Houston, 2010)

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan menyampaikan laporan keuangan kepada pihak eksternal.

Dorongan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tersebut sebab terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak tentang prospek yang akan tiba dibandingkan pihak luar seperti investor.

Dengan mengurangi informasi asimetri perusahaan dapat menaikkan nilai perusahaan. Memberikan sinyal pada pihak luar merupakan salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri (Arifin, 2005).

Hubungan teori sinyal dengan peneltian ini yaitu menunjukkan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividven dapat mempengaruhi harga saham. Kenaikan jumlah dividen tunai dianggap sebagai sinyal bahwa prospek perusuhaan dimasa depan baik. kenaikkan dividen tunai dapat juga menyebabkan kenaikkan harga saham yang berarti bahwa nilai perusahaan meningkat, sementara pemotongan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham yang berarti nilai perusahaan juga menurun (Hardiningsih, 2009).

(7)

2. Nilai Perusahaan

Nilai menurut Suharli (2006) merupakan perspektif pasar, pasar mendikte tingkat pengembalian. Nilai bervariasi tergantung dari kemampuan perusahaan dalam mengelola arus kas prospektif, kecuali didalam keadaan yang tidak lazim dimana aktiva bersih yang dilikuidasi mempunyai nilai yang lebih besar. Maka dapat membantu investor dalam menentukan nilai perusahaan. Untuk memahami nilai yang sesungguh, seorang harus mempunyai pandangan jangka panjang.

Hal yang sangat diperhatikan oleh investor adalah nilai perusahaan. Kemakmuran pemegang saham tercemin dari nilai perusahaan. Dapat dikatakan nilai prusahaan merupakan ukuran kinerja manajer keuagan. Keown (2008) mengatakan bahwa nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar merupakan nilai perusahaan. Pemilik perusahaan akan menjadi lebih makmur dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai pasar seluruh kompenen keuangan perusahaan yang bersedia dibayar oleh calon investor. Nilai perusahaan merupakan presepsi investor atau masyarakat umum terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Keadaan pasar saham perusahaan dapat terlihat dari nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka menunjukkan nilai

(8)

harga pasar saham diatas nilai bukunya, sehingga ketika nilai perusahaan meningkat berarti publik menilai kinerja dan performa perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik, serta tujuan utama perusahaan dapat tercapai melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Menurut Suharli (2006), penilaian perusahaan mengandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan judgement. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu :

1). Nilai ditentukan o`leh suatu waktu atau periode tertentu 2). Nilai harus ditentukan pada harga yang wajar

3). Penilaian tidak dipengaruhi oleh sekelompok pembeli tertentu Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penelitian perusahaan. Menurut Suharli (2006), beberapa teknik dan metode penilaian perusahaan yaitu :

1). Pendekatan laba antara metode rasio tingkat laba dan metode kapitalisasi proyek laba

2). Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas 3). Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen 4). Pendekatan aktiva antara lain metodde penilaian aktiva 5). Pendekatan harga saham

6). Pendekatan economic value added

Nilai perusahaan dapat tercemin dari harga saham. Harga pasar merupakan cerminan nilai aset perusahaan sesungguhnya. Menurut

(9)

Christiawan and Tarigan (2007), terdapat bebeapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain :

1). Nilai nominal, merupakan nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif

2). Nilai pasar, atau sering disebut kurs merupakan harga yang terjadi dari proses tawar menawar dipasar saham, nilai saham berdasarkan informasi yang diperkirakan, nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual dipasar saham

3). Nilai intrinsik, merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiiki kemapuan menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang.

4). Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan konsep dasar akuntansi

5). Nilai likuidasi, merupakan nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

(10)

Rasio Nilai Pasar

Menurut Brighnam and Houston (2010) rasio ini menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku perusahaannya. Rasio ini memberi indikasi kepada manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap resiko daan prospek perusahaan dimasa depan. Berikut ini adalah rasio-rasio nilai pasar :

1). Nilai buku (Book Value /BV) merupakan rasio harga yang dihitung dengan membagi total aset bersih dengan total saham yang beredar.

2). Nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV) merupakan rasio harga saham dengan nilai bukunya. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan tersebut. Rasio ini dianggap menguntungkan atau meningkat apabila proksi PBV diatas nilai satu.

3. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu. Dalam mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan perusahaan

(11)

berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilakukan kinerja keuangan sangat dibutuhkan (Rudianto, 2013).

Kinerja keuangan menurut Fahmi (2013) merupakan suatu analisis untuk melihat sejauh mana perushaan telah melaksanakan aturan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan merupakan pengukuran untuk menggetahui keadaan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Kinerja keuangan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai oleh perusahaan atas berbagai aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumber keuangan yang tersedia. Kinerja keuangan dapat dilihat dari analisis laporan keuangan maupun analisis rasio keuangan (Zulkarnain, 2013).

Kinerja keunagan bisa dikatakan sebagai prestasi yang telah dicapai oleh perusahan di bidang keuangan dalam suatu periode yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Pada sisi lain, kinerja keuangan mendeskripsikan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan serta sejauh mana asset yang dimiliki dikelola dan menghasilkan laba. Hal ini berkaitan erat menggunakan kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Profitabilty suatu perusahaan dilihat menggunakan dari laba yang diperoleh yang berasal dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan aset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

(12)

Kinerja keuangan bisa diukur dengan mengaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan, dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keungan. Namun demikian, mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidak mudah dilaksanakan.

Evaluasi kinerja dilakukan untuk menekan tindakan yang tidak semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik (Sandy and Lukviarman, 2016). Pemilik mayoritas menggunakan porsi kepentingan cukup lebih besar dalam perusahaan, mempunyai insentif (high cash flow right) dan kekuasaan (high voting right) dalam melakukan pengendalian yang ketat serta memakai pengarunya terhadap direksi, sehingga berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan.

Kesimpulan dari beberapa definisi kinerja keuangan diatas yaitu, kinerja keuangan ialah suatu yang akan terjadi yang dicapai oleh perusahaan dalam mengelola sumber daya yang terdapat pada perusahaan secara efektif serta efisien dengan tujuan bisa memotivasi karyawan yang ada pada perusahaan untuk mencapai sasaran serta mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar dapat membentuk tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Kinerja keuangan mampu dievaluasi dengan beberapa

(13)

alat analisis. Beberapa jenis analisis keuangan yang umum digunakan oleh berbagai perusahaan.

1). Analisis perbandingan laporan keuangan merupakan teknik analisis yang membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menampilkan perubahan dalam jumlah (absolut) atau persentase (relative).

2). Analisis Tren (Tendensi Posisi) merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan berupa kenaikan atau penurunan hasil atau jumlah.

3). Analisis Persentase Kompenen (Common Size) merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi dalam setiap aktiva terhadap total aktiva dan utang.

4). Analisi Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja dengan membandingkan dua periode waktu.

5). Analisis Sumber dan Pemakaian Kas adalah teknik analisi untuk mengetahui kondisi kas dan penyebab terjadinya perubahan kas pada periode waktu tertentu.

6). Analisis Rasio Keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahu hubungan antara pos-pos terntu dalam neraca dan laporan keuangan laba rugi secara individu dan simultan.

7). Analisis Perubahan Laba Kotor merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan penyebab terjadinya perubahan laba.

(14)

8). Analisis Break Even merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak megalami kerugian.

Manfaat tentang kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut:

1). Pengukuran prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi atau perusahaan berdasarkan fungsi laporan keuangan pada periode eksklusif yang mencerminkan tingkat keberhasilan aplikasi aktivitas

2). Peninjauan kinerja perusahaan secara keseluruhan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan sesuai manfaat laporan.

3). Dasar penentuan seni manajemen perusahaan untuk masa yang akan datang

4). Petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi secara keseluruhan dan divisi atau bagian organisasi.

5). Dasar penentuan kebijakan penanaman modal agar mampu meningkatkan efisiensi serta produktivitas perusahaan.

Rasio Kinerja keuangan

Rasio kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Return on Asset

Return On Asset (ROA) menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan diukur dari nilai aktiva.

(15)

Analisis ROA mengukur perkembangan perusahaan dalam memperoleh laba dalam satu periode. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa mendatang.

Kasmir, (2016) Return On Asset digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan mendayagunakan sumber dana yang ada untuk menghasilkan laba. Return On Asset merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada karena menunjukkan bagaimana perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Fahmi, (2012) Return On Asset atau sering dikenal dengan Return On Investment, karena ROA melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan oleh investor mampu memberikan keuntungan sesuai yang diharapkan oleh para investor. Sedangkan menurut (Gitman and Zutter, 2015) Return On Asset merupakan keefektivan secara keseluruhan dari manajemen dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan asset yang ada. ROA sering digunakan manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, selain itu perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati angka 1, ini menunjukkan bahwa

(16)

profitabilitas perusahaan semakin baik, karena aktiva yang dimiliki mampu memperoleh laba.

Kesimpulan definisi Return On Asset dari beberapa ahli diatas yaitu ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari asset yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di perusahaan.

Hasil pengembalian atas asset menunjukkan seberapa besar kontribusi asset dalam menghasilkan laba bersih. Dengan kata lain ROA digunkan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari total asset yang ada. ROA dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total asset.

Semakin tinggi hasil hasil pengambalian atas asset menunjukkan semakin tinggi jumlah laba bersih yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian aktiva berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan. ROA merupakan rasio yang sangat perlu diperhatikan jika seseorang ingin menilai seberapa baik perusahaan telah mendayagunakan dana yang ada untuk menghasilkan laba.

b. Return on Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh

(17)

laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan modal yang didapat dari para investor. ROE sangat bergantung pada besar kecilnya perusahaan, misalkan perusahaan yang kecil relative memiliki modal yang kecil sehingga ROE yang dihasilkan kecil, begitu sebaliknya untuk perusahaan besar maka akan memiliki modal yang besar serta menghasilkan modal yang besar untuk menjalani perusahaan. Menurut Kasmir (2015), Return On Asset (ROE) merupkan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini memperlihatkan efisiensi penggunaan modal. Semakin tinggi ROE maka semakin baik karena menunjukkan posisi pemilik perusahaan semakin kuat., demikian pula sebaliknya. ROE menunjukkan sumberdaya dari investasi dalam menghasilkan laba berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajeman biaya yang efektif. Menurut Kasmir (2015) manfaat yang didapatkan dari penggunaan rasio ROE adalah untuk mengetahui seberapa besar laba bersih setelah pajak dengan modal, mengetahui produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam penggunaan modal yang ada.

Return On Equity (ROE) sangat diperhatikan investor maupun calon investor, dan juga bagi manajemen. Karena ROE

(18)

merupakan ukuran penting dari hareholders value cration, artinya semakin tinggi rasio ROE semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan.

Kesimpulan dari beberapa definisi Return On Equity menurut para ahli yaitu ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih serta besarnya pengembalian terhadap investasi pemegang saham. Return On Equity menggambarkan berapa persen laba bersih yang diperoleh bila diukur menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi ROE maka semakin baik karena menunjukkan posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Hasil perhitungan ROE mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa semakin efektif dan efisien penggunaan ekuitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, dan sebaliknya jika ROE mendekati 0 menunjukkan perusahaan tidak mampu mendaya gunakan modal yang ada secara efisien untuk memperoleh keuntungan.

Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam memperoleh laba bersih. ROE dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan ekuitas. Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas menunjukkan jumlah laba bersih yang dihasilkan tinggi dan sebaliknya. Seperti rasio keuangan tradisional pada

(19)

umumnya ROE tidak mempertimbangkan resiko serta jumlah modal yang akan diinvestasikan karena ROE hanya menunjukkan sisi laba dan jumlah saham yang beredar.

4. Kebijakan Dividen

Menurut Kamaludin dan Indriani, (2012) kebijakan dividen yaitu mencakup keputusan mengenai apakah laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan sebagai pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang akan ditahan. Dampak selanjutnya yang akan terjadi akan mengurangi kemampuan sumber dana internal, sebaliknya jika perusahaan memilih menahan laba, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar. Dengan demikian kebijakan dividen akan berkaitan dengan modal dan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan akan ditentukan dengan nilai ekuitas dan hutang. Apabila nilai hutang dianggap tetap makan nilai perusahaan akan ditentukan dengan harga saham itu sendiri. Meningkatnya harga saham tentu akan berkaitan dengan meningkatnya nilai perusahaan secara menyeluruh. Tetapi perlu diperhatikan

pembiayaan dividen dengan jumlah yang besar akan mengurangi kemampuan perusahaan melakukan investasi, dan berdampak pada menurunnya harga saham. Kebijakan dividen menimbulkan dua efek yang bertentangan, yaitu : menyeimbangkan dividen sekarang

(20)

dengan tingkat pertumbuhan yang akan datang agar harga saham dimaksimalkan, kebijakan ini dikenal dengan “kebijkan dividen optimal” (Kamaludin dan Indriani, 2012).

Beberapa teori berikut ini akan menjelaskan fenomena, mulai dari teori dividen yang relevan hingga yang tidak relevan. Teori tersebut memiliki dasar pemikiran yang berbeda-beda.

a. Kebijakan Dividen Relevan

1). Kebijakan dividen pendekatan walter

Menurut walter pembayaran dividen akan optimal ditentukan dengan mengubah dividen hingga harga per lembar saham menjadi maksimum. Walter memberikan rumusan, dividen akan optimal jika rasio pembayaran dividen sebesar nol dan return on investment lebih besar dari tingkat kapitalisasi pasar (Kamaludin dan Indriani, 2012).

2). Bird in the Hand Theory

Teori ini memberikan inspirasi bahwa investor merasa lebih aman untuk mendapatkan pembayaran berupa dividen dibandingkan dengan menunggu capital gains yang belum pasti. Menurut Myrton Gordon and John Linter (dalam Kamaludin) menjelaskan bahwa biaya ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena investor kurang yakin terhadap capital gains dibandingkan

(21)

seandainya menerima dividen yang lebih pasti. Myrton Gordon dan John Linter berpendapat bahwa investor lebih menghargai pendapatan yang diharpkan dari dividen dibandingkan capital gains (Kamaludin dan Indriani, 2012) 3). Tax Preference Theory

Teori tax preference mengungkapkan bahwa pendapatan bersih setelah pajak adalah pendapatan yang relevan bagi investor. Sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan adalah pendapatan setelah pajak. Karena dividen dikenakan pajak, maka hasil yang diterima lebih rendah sehingga investor lebih suka menahhan laba kepada perusahaan, yaitu berupa stock dividen. Beberapa alasan mengapa investor lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah, yaitu yang pertama di beberapa negara seperti di AS, capital gains tidak dikenakan pajak atau hanya 40% dari capital gains yang dikenakan pajak, jika surat berharga ditahan lebih dari 6 bulan. Sedangkan dikarenakan dividen dikenakan pajak saat ini sehingga investor lebih senang pembayaran yang rendah. Kedua, pajak atas capital gains tidak harus dibayar sebelum saham benar terjual (Kamaludin dan Indriani, 2012).

(22)

a. Kebijakan Dividen Tidak Relevan

Menurut Modigliani dan Miller dalam Kamaludin and Indriani, (2012) kekayaan pemegang saham tidak dipengaruhi oleh rasio pembayaran dividen. Nilai perusahaan hanya ditentukan oleh daya laba (earning power), atau kebijakan investasi. Menurut Modigliani dan Miller mengasumsikan pasar modal sempurna. Dalam pasar sempurna dan ketidaksinambungan di pasar termasuk harga saham hanya bersifat jangka pendek

Miller mengemukakan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam situasi keputusan investasi, apabila perusahaan akan membagikan dividen kepada para pemegang saham, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti pembayaran dividen tersebut. Dengan begitu kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Oleh karena itu jika dividen dibagi atau ditahan tidak mempengaruhi kemakmuran pemegang saham (Kamaludin dan Indriani, 2012).

(23)

C. Kerangka Pikir Penelitian

Nilai suatu perusahaan tercermin dari harga saham, saham akan banyak diminati investor jika kinerja suatu perusahaan tersebut baik dan prestasi tersebut bisa terlihat di laporan keuangan perusahaan (Kholis dkk, 2018) Kebijakan dividen merupakan suatu bentuk kebijakan dimana perusahaan mampu menetapkan proporsi laba yang diterima perusahaan untuk kemudian dibayarkan kepada investor sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Walaupun perusahaan dapat memberikan jaminan mengenai nilai perusahaan kepada pihak investor melalui jumlah dividen yang dibayarkan (Maggee, 2016).

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori diatas maka dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

𝑯𝟏

𝑯𝟐

Gambar. 2.1 . Kerangka Pikir Penelitian Kebijakan Dividen (Variabel Moderasi) Kinerja Keuangan

(ROA dan ROE) (X)

Nilai Perusahaan (Y)

(24)

a. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah penelitian atau sebuah pendapat sementara yang kebenarannya masih perlu untuk dibuktikan . pengembangan hipotesis pada penelitian ini adalah sebegai berikut :

1. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

Nilai dari suatu perusahaan dapat tercermin dari harga saham. Saham perusahaan akan banyak diminati oleh investor jika pencapaian prestasi perusahaan baik (Kholis dkk, 2018). Rasio keuangan merupakan suatu analisis kinerja keuangan yang menunjukkan prestasi dari suatu perusahaan dan menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi

Hasil penelitian (Wardhany dkk, 2019) menunjukkan bahwa ROA, ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

𝐇𝟏: Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

2. Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderate pada Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

Nilai perusahaan yang baik merupakan suatu tujuan oleh setiap perusahaan karena apabila nilai perusahaan yang tinggi maka akan menarik investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan hal ini bisa dilihat dari kinerja keuangan perusahaan yang menjadi pertimbangan investor untung berinvestasi. (Martha dkk., 2018)

(25)

kemampuan sebuah perusahaan membayar dividen erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Profitabilitas yang tinggi serta kebijakan dividen yang optimal mampu mencerminkan prospek perusahaan yang bagus sehingga dapat menaikkan harga saham serta meningkatkan nilai perusahaan (Rochmah dan Fitria, 2019).

Hasil penelitian (Rochmah dan Fitria, 2019) Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas menggunakan ROA terhadap nilai perusahaan. Serta hasil penelitian (Mery, 2017) Kebijakan dividen mampu memoderasi Profitabilitas menggunakan ROA, ROE terhadap nilai perusahaan.

𝐇𝟐 : Kebijakan dividen mampu memperkuat hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Siklus kas (cash cycle) digunakan untuk mengukur lama perusahaan dapat mengumpulkan kas yang berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan

Selain itu terdapat pula kekhususan yang lain, yaitu mengenai lembaga yang menjadi forum penyelesaian manakala terjadi sengketa yang terdapat pada pasal 55 undang-undang Nomor 21

Apabila guru diberi tanggungjawab untuk mengajar sesuatu matapelajaran, tanggungjawab tersebut bukanlah hanya setakat mengajar semata-mata, malah seseorang guru perlu

Proses ini disebut peer- assessment, tujuannya adalah agar siswa dapat menemukan pola-pola yang berhasil dalam berkarya seni dan pola mana yang kurang berhasil,

Silahkan kirimkan formulir Aplikasi Verifikasi Rencana Jalur 3 Anda, disertakan dengan pembayaran, ke kantor IBLCE yang melayani di negara tempat tinggal Anda sesuai yang

Ini disebabkan telah menunjukkan adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab serta adanya pendelegasian wewenang. Struktur organisasi perusahaan garis lurus menyatakan

Hasil uji kecocokan yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, harga, faktor emosional, lokasi mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada kepuasan konsumen

Pada saat tegangan sumber yang diberikan pada inverter sebesar 0,5 V, parameter tegangan yang menandakan keluaran inverter bernilai ”1” akan bergeser sebesar 0,1 V dari nilai Vdd