• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEY PEMANFAATAN AUGMENTED REALITY DALAM PEMODELAN DESAIN BANGUNAN ARSITEKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURVEY PEMANFAATAN AUGMENTED REALITY DALAM PEMODELAN DESAIN BANGUNAN ARSITEKTUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

SURVEY PEMANFAATAN AUGMENTED REALITY DALAM PEMODELAN DESAIN BANGUNAN ARSITEKTUR

Edy Sutomo1

1Universitas Gunadarma,+6281806397093 Jl. Margonda Raya No. 100, Depok, Jawa Barat 16424

[email protected]

ABSTRAK

Pemanfaatan Augmented Reality dalam dunia perancangan Arsitektur khususnya pemodelan bangunan dewasa ini berkembang sangat pesat seiring dengan teknologi informasi yang sedemikian maju. Pemodelan desain bangunan memerlukan banyak alat untuk digunakan salah satunya adalah teknologi Augmented Reality. Berpijak pada tujuan tersebut dapat dipahami oleh seorang perancang Arsitektur bahwa dalam proses perancangan obyek visual menjadi penting untuk diabstraksikan pemodelannya menjadi format-format yang diperlukan dalam proses tersebut. Keberhasilan Augmented Reality tercatat dalam beberapa tahun terakhir dan berkembang cukup pesat, meskipun masih banyak bagian dalam proses perancangan yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan Augmented Reality, baik itu pada tahap prarencana maupun pada tahap perencanaannya,untuk itu perluanya suatu kajian yang mendalam tentang pemanfaatan Augmented Reality ini. Teknik ini merupakan gabungan antara waktu nyata dengan eksplorasi di dalam konten, dimana hubungan skala dapat membantu proses kreatifitas, serta memungkinkan arsitek mendesain bangunan maupun konstruksinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan survey pemanfaatan teknologi informasi dengan pendekatan Augmented Reality dalam proses perancangan Arsitektur. Hasil survey menunjukkan bahwa terdapat 10 teknik Augmented reality yang diterapkan untuk keperluan perancangan bangunan dalam berbagai studi. Pemetaan virtual, modifikasi bentuk, pembuatan model, perkiraan luasan, analisis denah, eksplorasi tipe model, evaluasi model, sinkronisasi model dan abstraksi model merupakan fungsi Augmented reality yang paling banyak digunakan, beberapa diantaranya Augmented Reality dikombinasikan dengan metode mobile visualisation. Studi yang di survey lebih banyak meniliti tentang eksplorasi pemodelan. Berdasar pada berbagai temuan studi ini dapat dijadikan rekomendasi untuk arah penelitian selanjutnya.

Kata kunci : Pemanfaatan,Augmented Reality,Perancangan Arsitektur

(2)

2

PENDAHULUAN

Pemodelan bangunan merupakan salah satu kegiatan perancangan dalam bidang desain arsitektur yang tidak dapat diabaikan begitu saja, dikarenakan melalui media pemodelan semua ide gagasan dapat diabstraksikan, dimodifikasi dan dikomunikasikan secara lebih jelas. Dewasa ini penggunaan teknologi AR ini baru sebatas pada hal yang memerlukan simulasi bersifat unik misalnya, untuk pekerjaan yang tidak optimal bila dikerjakan dengan komputer konvensional (detail produk industri) serta pekerjaan yang beresiko/bahaya jika dikerjakan pada dunia nyata misalnya (mitigasi /bencana, militer).

Simulasi maupun pemodelan dari contoh bidang-bidang tersebut tentunya memanfaatkan tantangan yang merepresentasikan potensi guna untuk mengeksplorasi serta mengembangkan teknologi AR dalam berbagai bidang, utamanya pemodelan arsitektur bangunan.

Augmented reality (AR) merupakan pengalaman interaktif yang berasal dari lingkungan dunia nyata di mana objek tersebut ditingkatkan melalui informasi persepsi yang dihasilkan oleh komputer, termasuk juga aspek penginderaan yang terkadang hingga melintasi berbagai modalitas sensorik, termasuk visual, audio, peraba, somatosensori (sensor saraf), dan penciuman[1][2].

AR dapat dipahami sebagai sistem yang meliputi tiga aspek dasar yaitu:

kombinasi/campuran dunia nyata dan virtual, interaksi real-time, dan membangkitkan 3D objek virtual dan nyata

[3]. Informasi sensorik yang dilapis/layer dapat bersifat konstruktif (penambahan pada lingkungan alami), atau destruktif (modifikasi lingkungan alami)[4].

Pengalaman ini terjalin secara selaras dengan dunia fisik sehingga dianggap sebagai aspek persepsi dari lingkungan nyata[4]. Dengan mekanisme ini, augmented reality mengubah persepsi seseorang tentang keadaan lingkungan di dunia nyata, sedangkan realitas virtual yang dihasilkan sepenuhnya menggantikan lingkungan dunia nyata pengguna dengan yang telah disimulasikan[5][6]. Augmented reality sangat terkait dengan dua istilah terutama mengenai realitas campuran (mix reality) dan realitas dimediasi dengan komputer.

Mixed Reality (MR), sebagaimana didefinisikan secara formal oleh Milgram merupakan kelas khusus dari teknologi yang berhubungan dengan Virtual Reality (VR) untuk menciptakan lingkungan di mana objek dunia nyata dan virtual disajikan bersama dalam satu tampilan.

Istilah, Augmented Reality (AR) dan Augmented Virtuality (AV) keduanya merupakan bagian utama yang terletak dalam kisaran MR pada kontinum Reality Virtuality (RV) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Realitas Yang Diagregasi, yang muncul dalam literatur ilmiah biasanya berhubungan erat dengan istilah Virtual Reality, merupakan teknologi yang lingkungan di mana informasi tambahan dihasilkan oleh komputer dimasukkan ke dalam tampilan pengguna dari dunia nyata [1]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemodelan bangunan yang menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) melalui Gambar 1. Reality-Virtuality Continuum

(3)

3

studi literatur dari beberapa pengelola jurnal.

Augmented Reality dan Jenisnya

Marker Based Tracking (MBT) merupakan representasi kinerja AR sederhana biasanya digunakan developer dengan menggunakan kamera untuk deteksi marker yang tersedia sebelumnya, mengenal dan menandai pola serta rendering untuk tampilan obyek 3D.

Markerless Based Tracking (MBT), teknik ini lebih sulit untuk diimplementasikan jika marker tidak disiapkan sebelumnya, sementara algoritma yang diimplementasikan pada aplikasi AR harus mengenali elemen yaitu pola, warna dan fitur lainnya sehingga dapat ditampilkan pada frame kamera.

Augmented Reality Face Tracking (ARFT) digunakan untuk mengenali wajah manusia secara umum melalui cara mengenali posisi mata, hidung, dan mulut, selanjutnya akan mengabaikan obyek di sekitarnya sebagai latar belakang (back ground).

Augmented Reality Object Tracking (AROT) merupakan teknik untuk mengenali obyek 3D yang ada di sekitar, tingkat kerumitan algoritmanya melebihi Marker Based AR hanya bisa mengenali 1 pola marker tertentu. Salah satu contoh dari aplikasi teknik ini yaitu display box yang terdapat pada Lego Store.

Motion Tracking (MT) salah satu teknik yang sering digunakan untuk memproduksi film dan game dengan cara melakukan simulasi gerakan. Dengan cara mengenakan suit atau kostum yang sudah dimarker, pemeran beradegan sesuai skenario meliputi gerakan tubuh, ekspresi dan dialog, selanjutnya adegan tersebut dipindai dan diaplikasikan ke dalam objek 3D modelling yang sudah dibuat sebelumnya sehingga objek tersebut dapat bergerak persis seperti adegan/gerakan yang telah dilakukan oleh sang pemeran.

General Positioning Systems Tracking merupakan teknologi dari augmented reality yang bekerja dengan memanfaatkan fitur GPS serta kompas yang terdapat pada Smartphone, aplikasi mengambil data dari GPS maupun kompas yang tampilanya dalam bentuk arah secara

realtime dan bahkan terdapat sistem aplikasi yang dapat menampilkannya dalam format 3D.

Alat dan perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan dalam sistem AR adalah sebagai berikut gambar 2. Macam-macam perangkat yang memungkinkan untuk sistem

augmented reality. Sistem ini dapat

dijalankan pada PC, laptop, mini-PC, tablet PC, ponsel atau unit komputasi lainnya. Tergantung pada aplikasinya dapat juga dilengkapi menggunakan kamera digital, USB kamera, Kamera FireWire atau kamera internal dari unit komputasi.

Peralatan tersebut diatas dapat juga dipasang di kepala menggunakan tampilan yang tembus pandang, tampilan eksternal built-in dari unit komputer, selain itu sistem dapat juga memproyeksikan augmentasi ke dunia nyata atau menggunakan layar stereo.

Pengaturan disesuaikan tergantung pada aplikasi dan lingkungan.

Prosedur modeling obyek

ARToolkitPlus (ARTKP) merupakan software library yang biasa digunakan untuk membangun sistem aplikasi berbasis AR yaitu ARToolkitPlus. Pada library ini menggunakan bahasa pemrograman C++ secara luas digunakan oleh

Gambar 2. Perlengkapan AR

(4)

4 pengembang. ARTKP merupakan open source yang mudah penggunaannya selain itu juga sangat mendukung interaksi antara pengguna (user) dengan lingkungan AR. Secara umum prinsip kerja ARTKP adalah sebagai berikut[2].

Pertama kamera menangkap (capture) koordinat marker dari dunia nyata dan mengirimkannya ke sistem komputer.

Selanjutnya software komputer mencari setiap frame video bentuk markernya.

Berikutnya jika marker yang ditemukan, maka komputer dapat memproses melalui mekanisme matematis posisi relatif dari kamera terhadap kotak hitam

(black square) yang terdapat pada

marker. Selanjutnya kamera sudah diketahui posisinya maka model obyek 3D akan tergambarkan pada posisi yang sama. Model obyek 3D akan ditampilkan pada marker yang berada di dunia nyata[10].

METODE PENELITIAN

Mengingat penelitian ini merupakan riset review yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang topik yang spesifik yaitu penggunaan aplikasi Virtual Reality (VR) maka tahapan dalam penelitian ini menggunakan langkah- langkah yang disesuaikan dalam dalam paper Kitchenham hal. 252-253 [11]

Pertanyaan Penelitian

Pada tahapan pertama ini peneliti harus menentukan pertanyaan-pertanyaan

penelitian (PP), adapun pertanyaanya adalah sebagai berikut yaitu:

PP1: Augmented reality (AR) digunakan untuk apa saja dalam perancangan Arsitektur?

Jawaban pertanyaan ini membantu para penelitian dalam mengenali AR yang telah digunakan dalam sub bidang perancangan Arsitektur.

PP2: Apa saja kontribusi AR dalam bidang perancangan Arsitektur?

Jawaban pada pertanyaan ini membantu peneliti selanjutnya dapat mengenali bidang apa saja hasil pemanfaatan AR dalam perancangan Arsitektur.

PP3: Apa saja potensi yang memungkinkan penelitian di masa mendatang dalam implementasi pemanfaatan AR untuk bidang Arsitektur?

Jawaban atas pertanyaan ini membantu penelitian berikutnya untuk menentukan jalur penelitian di waktu yang akan datang.

Database

Fokus utama penelitian ini pada pencarian dalam literatur ilmiah. Adapun basis data elektronik yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. IEEE Xplore

(https://ieeexplore.ieee.org/) 2. MECS

(http://www.mecs-press.org/) 3. ScienceDirect – Elsevier

(https://www.elsevier.com)

Kriteria Penerimaan dan Eliminasi Data Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan paper terkait dengan data mining untuk FT.

Agar paper lebih fokus kepada topik penelitian, maka ditentukan kriteria seleksinya sebagai berikut:

Kriteria Penerimaan:

Gambar 3 ARTKP Rendering Sumber : Nasir (2018)

(5)

5

 Studi ini difokuskan pada implementasi AR di dalam perancangan Arsitektur. Studi berfokus pada literatur yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

 Studi yang publikasi dimulai tahun 2010 hingga 2020

Kriteria eliminasi:

 Studi yang berasal dari buku ataupun laporan penelitian.

 Studi yang artikel teksnya tidak tersedia secara lengkap.

 Studi yang tidak terkait/relevan dengan pertanyaan penelitian

Tahapan Review Literatur

Berikut uraian tentang proses pencarian literatur dan dasar-dasar prosesnya. Petunjuk review menurut Kitchenham (2013), terdapat beberapa proses penyusunan dalam sebuah literatur review, diantaranya yaitu meliputi: proses pencarian awal, Pencarian manual berdasarkan abstrak dan judul jurnal, penerimaan termasuk eliminasi, membaca jurnal, studi data primer dan review literatur [11]. Mengingat banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penyesuain dan modifikasi pada tahapannya, untuk disesuaikan dalam penggunaannya.

Tahapan dalam review literatur ini secara umum dapat didiskripsikan seperti pada gambar 1.

Tahapan pencarian awal, dilakukan pencarian sumber jurnal dengan cara manual. Jurnal yang dipilih adalah paper yang mempunyai judul serta abstraksinya memuat kata “Augmented Reality dan atau

“Architectural Design”.Pada tahapan ini ditemukan 203 paper dari 3 sumber sesuai database. Adapun jumlah tersebut dapat dikategorikan sesuai kriteria. Tahapan kedua yaitu tahap seleksi, semua paper yang telah didapat berjumlah 7 paper pada tahap pertama, selanjutnya dibaca isinya untuk mengetahui apakah terkait dengan pertanyaan penelitian atau tidak. Jika tidak terkait maka akan dieleminasi. Tahapan penerimaan dan eliminasi berhasil mendapatkan 7 paper yang sesuai dengan kriteria penelitian. Perkembangan penelitian tentang Augmentedl Reality (AR) untuk Perancangan Arsitektur secara kuantitas meningkat dari tahun 2010 hingga puncaknya di tahun 2018, seperti ditampilkan pada gambar 2. Trend ini menunjukkan bahwa AR yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perancangan Arsitektur.

Pada tahapan terakhir ini merupakan studi primer, dimana akan dilakukan literatur review secara mendalam pada tiap paper terseleksi untuk menemukan jawaban terkait dari pertanyaan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan telaah dan analisis dari dari beberapa paper,pada bagian ini ditemukan jawaban atas pertanyaan penelitian.

Gambar 1. Tahapan Penelitian Sumber: Penulis (2020)

Grafik 4. Fluktuasi Jumlah Paper Sumber: Penulis (2020)

0 5 10 15 20 25 30 35

Jumlah Paper

(6)

6

Jawaban untuk PP1: Augmented reality (VR) digunakan untuk apa saja dalam perancangan Arsitektur?

Berdasarkan review literatur dari 7 paper tersebut, tentang kegunaan Augmented Reality atau AR, dalam proses perancangan Arsitektur.

Lingkup Kerja Paper Arsitektur Terkait

Pemetaan virtual [10] [9] [8][6][4]

Modifikasi bentuk fisik [10][9][8][7][6]

Kombinasi desain [10][9][7][6]

Pembuatan model [10][9][8][6][4]

Aplikasi konsep [9][7][6]

Topologi virtual [9][8][7][6]

Perkiraan luasan [10] [9][8][7][6]

Investigasi tipe & detail [9][8][6][5][4]

Ekspor & impor model [9][7][6][5]

Simulasi perkotaan [10] [8]

Fabrikasi model [8][7][6]

Eksplorasi, generating

Analisis denah [10][8][7][6][5][4]

Rendering prakonstruksi [8][7][6][5]

Testing model hipotesis [8][7]

Evaluasi model 3D [10][8][7][6][5][4]

Sinkronisasi model 3D [10] [8][7][6][5][4]

Abstraksi model 3D [10][8][7][6][5][4]

Virtualisasi dari Interior

ke format Arsitektural [8][7]

Penelusuran konsep [7]

Konfigurasi maket [7]

Komunikasi konsep [7][4]

Eksplorasi desain alternatif [7][5][4]

Manipulasi, lingkungan

dan skala tubuh [7][5][4]

Mockup virtual [7]

Pada tabel 1. menunjukkan bahwa trend penggunaan Virtual Reality berada pada jenis sub pekerjaan perancangan Arsitektur seperti: virtualisasi lingkungan, modifikasi pemodelan fisik, pembuatan model spasial, perkiraan luasan area, investigasi tipe detail, analisis denah, evaluasi 3D model, sinkronisasi 3D model, dan abstraksi 3D model. Masing-masing dari sub pekerjaan tersebut digunakan dalam 6 paper tersebut.

Sedangkan buildup desain, topologi virtual, eksport & import model, dan rendering prakonstruksi, menempatitrend berikutnya. Adapun penerapan AR ini sangat tergantung dari keperluan atau kompleksitas dari pekerjaan perancangan Arsitektur ini. Masing-masing digunakan dalam 4 paper. Selanjutnya sub pekerjaan aplikasi konsep, model fabrikasi, eksplorasi desain alternatif, dan manipulasi skala interaksi digunakan di dalam 3 paper.Untuk sub pekerjaan simulasi tata ruang, tes hipotesis, virtualisasi interior ke arsitektur, dan konsep komunikasi, masing-masing digunakan dalam 2 paper yang berbeda.

Terakhir adalah sub pekerjaan pencarian konsep yang relevan, konfigurasi maket dan virtualisasi mockup, masing- masing digunakan ke dalam 1 paper.

Jawaban PP2: Apa saja kontribusi AR dalam bidang perancangan Arsitektur?

Berdasarkan tahapannya pekerjaan perancangan dalam Arsitektur menurut IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) dibagi menjadi 6 tahap yaitu tahap konsep rancangan (konsep), tahap prarancangan, tahap pengembangan rancangan, pembuatan gambar kerja (produksi), proses pengadaan dan pengawasan berkala. Namun yang berkaitan erat dengan proses perancangan adalah tahap pertama sampai tahap yang keempat. Untuk itu dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 tahapan tersebut.

Diilustrasikan dengan Gambar 3.

Tabel 1. AR untuk Perancangan Arsitektur Sumber: Penulis (2020)

(7)

7

Berdasarkan review literatur didapatkan informasi kontribusi Augmented reality (AR) pada sub pekerjaan/tahapan perancangan Arsitektur tersebut,untuk masing-masing dapat dijelaskan. Dalam paper sub pekerjaan yang merupakan bagian dari tahapan dalam pekerjaan perancangan Arsitektur terdapat 24 macam.

Adapun kontribusi AR terhadap Masing- masing tahapan adalah untuk konsep sebesar 8,2%, sedangkan untuk praperancangan sebesar 33,5%, untuk perancangan sebesar 20,8%, dan produksi sebesar 37,5%. Jadi proses produksi masih mendominasi dalam penggunaan aplikasi AR.

Jawaban PP3: Apa saja potensi yang memungkinkan penelitian di masa mendatang dalam implementasi pemanfaatan AR untuk bidang Arsitektur?

Setelah membaca/ meninjau berbagai paper mengenai peran Augmented Reality (AR) dalam perancangan Arsitektur, menurut pengamatan penulis ditemukan beberapa celah penelitian (research gap) sehingga dapat digunakan untuk dikembangkan di dalam penelitian dimasa depan,diantaranya yaitu:

Modifikasi Augmented Reality (AR).

Beberapa penelitian mencoba memanfaatkan AR yang dimodifikasi dengan tujuan masing-masing keperluan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa dimasa depan perlu pengembangan AR dari aplikasi yang sudah ada, dengan harapan tidak perlukannya lagi memulai dari awal sehingga berbagai permasalahan dapat segera ditemukan solusinya.

Teknologi (Augmented Reality) AR memiliki banyak potensi untuk bidang Arsitektur. Dari tahapan konsep awal, hingga kolaborasi proyek, sampai sentuhan akhir yang dapat memodifikasi desain bangunan lebih baik, realitas virtual

memiliki fasilitas untuk

mentransformasikan ide lebih baik daripada media lainnya. Adanya AR membuka kemungkinan yang sangat luas bagi seorang perancang Arsitektur dalam mengkomunikasikan karya-karyanya.

PENUTUP

Hasil review dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penerapan AR di dalam perancangan Arsitektur menunjukkan terdapat bermacam variasi AR baik berupa tehnik murni maupun dengan cara memodifikasi dalam berbagai tujuan dan fungsi. Kontribusi rekayasa tersebut juga tersebar ke dalam berbagai bidang. Paper ini telah merekomendasikan beberapa arah penelitian yang masih perlu untuk diteliti dimasa depan dalam lingkup Augmented Reality (AR) untuk proses perancangan Arsitektur.

Ditemukan banyaknya metode AR dengan mengkombinasikannya dengan BIM (Building Information Modeling) hal ini mengindikasikan semakin terbukanya peluang pemanfaatan pemodelan bangunan dengan menerapkan hal serupa untuk keperluan pekerjaan bidang perancangan yang lain.

Tentunya di dalam semua penelitian di atas memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, namun diharapan melalui review paper ini, para peneliti basis data analisis dan peneliti lainnya dapat menggunakann beberapa pendekatan metode serta informasi yang telah dijabarkan melalui paper ini, guna menemukan serta menerapkan Augmented Reality (VR) dalam perancangan Arsitektur.

Grafik 4. Ilustrasi Kontribusi AR Sumber: Penulis (2020)

(8)

8

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Ghaffarianhoseini, D. Doan, T.

Zhang, and ..., “Integrating, Augmented Reality and Building, Information Modelling, To Facilitate Construction Site Coordination,” … Virtual Real., 2016.viewed on 02/14/2020

[2] S. Nasir, M. N. Zahid, T. A. Khan, K. Kadir, and S. Khan, “Augmented Reality Application for Architects and interior designers: Interno A cost effective solution,” in 2018 IEEE 5th International Conference on Smart Instrumentation,

Measurement and Application, ICSIMA 2018, 2019, doi:

10.1109/ICSIMA.2018.8688754.

viewed on 02/14/2020

[3] YN Bahar, “Aplikasi Teknologi Virtual Reality Bagi Pelestarian Bangunan Arsitektur,” Desain dan Konstr., vol. 13, no. 2, pp. 34–45, 2014. viewed on 02/14/2020 [4] J. Lee, J. Kim, J. Ahn, and W. Woo,

“Context-aware risk management for architectural heritage using historic building information

modeling and virtual reality,” J. Cult.

Herit., vol. 38, pp. 242–252, 2019, doi: 10.1016/j.culher.2018.12.010.

viewed on 02/14/2020

[5] S. Benbelkacem, N. Zenati-henda, D.

Aouam, Y. Izountar, and S. Otmane,

“MVC-3DC : Software Architecture Model for Designing Collaborative Augmented Reality and Virtual Reality Systems,” J. King Saud Univ.

- Comput. Inf. Sci., 2019, doi:

10.1016/j.jksuci.2019.11.010.

viewed on 02/14/2020

[6] A. K. Bashabsheh, H. H. Alzoubi, and M. Z. Ali, “The application of virtual reality technology in architectural pedagogy for building constructions,” Alexandria Eng. J., vol. 58, no. 2, pp. 713–723, 2019, doi: 10.1016/j.aej.2019.06.002.

[7] R. De Klerk, A. Mendes, D. Pires, and J. Pinto, “Automation in Construction Usability studies on

building early stage architectural models in virtual reality,” Autom.

Constr., vol. 103, no. March, pp.

104–116, 2019, doi:

10.1016/j.autcon.2019.03.009.

viewed on 02/14/2020

[8] M. E. Portman, A. Natapov, and D.

Fisher-Gewirtzman, “To go where no man has gone before: Virtual reality in architecture, landscape architecture and environmental planning,” Comput. Environ. Urban Syst., vol. 54, pp. 376–384, 2015, doi:

10.1016/j.compenvurbsys.2015.05.0 01. viewed on 02/14/2020

[9] W. A. Abdelhameed, “Virtual reality use in architectural design studios: A case of studying structure and construction,” in Procedia Computer Science, 2013, vol. 25, pp.

220–230, doi:

10.1016/j.procs.2013.11.027.

viewed on 02/14/2020

[10] O. Ergün, Ş. Akın, İ. G. Dino, and E.

Surer, “Architectural Design in Virtual Reality and Mixed Reality Environments : A Comparative Analysis,” pp. 914–915, 2019, doi:

10.1109/VR.2019.8798180 viewed on 02/14/2020.

[11] B. Kitchenham and P. Brereton, “A systematic review of systematic review process research in software engineering,” Inf. Softw. Technol., vol. 55, no. 12, pp. 2049–2075, 2013, doi: 10.1016/j.infsof.2013.07.010.

viewed on 02/14/2020

Gambar

Gambar 2. Perlengkapan AR
Gambar 3 ARTKP Rendering  Sumber : Nasir (2018)
Grafik 4. Fluktuasi Jumlah Paper  Sumber: Penulis (2020) 05101520253035 JumlahPaper

Referensi

Dokumen terkait

ADI KURNIA PUTRA NPM.. Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa terhadap Keputusan Memilih Kredit Konsumtif Pada Bank Jambi Kota Sungai Penuh.. Adi Kurnia Putra.,Yessi Elsandra,

Berdasarkan hasil penelitian, aplikasi ini dapat digunakan untuk menginput data-data bahan baku dan memprediksi bahan baku yang akan dipesan pada tahun berikutnya serta

Hasil dari penelitian ini menunjukkan harga diri tidak berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran, sedangkan konformitas menunjukkan hubungan

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan Progam Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muria

Hal ini berkaitan dengan tunggakan dan keadaan setiap wilayah yang berbeda, maka alangkah lebih bijak bila PLN Pusat memberikan kebijakan untuk membuat sistem pembayaran

Berdasarkan Berita Acara Pembukaan dan Evaluasi Penawaran Administrasi dan Teknis (File I) Jasa Konsultansi Pengawas Renovasi Gedung Direktorat Jenderal Pengelolaan

Cashflow proyek adalah merupakan daftar yang mencakup prakiraan (Forecast) dari penerimaan dan pengeluaran proyek secara tunai (cash) yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu,

ANALISIS PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP PENGADAAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG3.