• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI ANGKATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI ANGKATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

NICHOLAS PRANANDA SEMBIRING 160100039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI ANGKATAN 2016-2018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

NICHOLAS PRANANDA SEMBIRING 160100039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai waktu yang direncanakan. Proposal ini berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2019” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian proposal ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S (K), yang banyak memberikan dukungan secara psikologi selama proses penyusunan proposal.

2. Dosen Pembimbing, Dr. dr. Hotma Partogi Pasaribu, M. Ked (OG), Sp. OG (K), yang banyak memberikan arahan, masukan, ilmu, dan motivasi kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan sedemikian rupa.

3. Ketua Penguji dr. dan Anggota Penguji., untuk setiap kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan proposal ini.

4. Dosen Pembimbing Akademik, dr.Masrul Lubis Sp.PD,KGEH yang senantiasa membimbing dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan 6 semester.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan proposal ini.

(5)

6. Ayah,Simion Sembiring,Ibu,Vera Ida Munthe, dan juga adik saya ,Reynaldo Gilbert Sembiring yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan sampai selesainya proposal ini.

7. Maria A Simbolon yang selalu memberikan saran,dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

8. Sahabat-sahabat penulis,YanYosua Sinaga,Albert Evan Purba,Baginda Pascal Agung Hamonangan Manik,Ariyosep Siregar,Benediktus Mahendro Siallagan,Enoch Rodotdo Ompusunggu serta sahabat terbaik lainnya yang tak bisa disebut satu per satu yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan kasih sayang dari awal perkuliahan sampai selesainya proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi konten maupun cara penulisannya. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara terutama dalam bidang pendidikan terkhususnya ilmu kedokteran.

Medan, 20 Mei 2019 Penulis,

Nicholas Prananda Sembiring 160100039

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Abstrak ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Indeks Massa Tubuh... ... 4

2.1.1 Definisi... ... 4

2.1.2 Klasifikasi IMT... ... 4

2.1.3 Kekurangan dan Kelebihan IMT ... 6

2.2 Menstruasi... ... 7

2.2.1 Definisi... ... 7

2.2.2 Siklus Menstruasi... ... 7

(7)

2.2.3 Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi ... 10

2.2.4 Gangguan Siklus Menstruasi... ... 12

2.2.5 Faktor-Faktor Gangguan Menstruasi ... 13

2.3 Hubungan IMT dengan Siklus Menstruasi... ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran... ... 16

2.4.1 Kerangka Teori... ... 16

2.4.2 Kerangka Konsep... ... 17

2.5 Hipotesis... ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1 RancanganPenelitian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian ... 20

3.3.1 Populasi Penelitian ... 20

3.3.2 Subjek Penelitian ... 20

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.4.1 Variabel Independen... 21

3.4.2 Variabel Dependen ... 21

3.4.3 Variabel Perancu ... 21

3.5 Definisi Operasional ... 21

3.6 Alat Penelitian ... 22

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.7.1 Data Primer ... 21

3.7.2 Data Sekunder ... 22

3.8 Prosedur Penelitian ... 22

(8)

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 23

3.9.1 Pengolahan Data ... 23

3.9.2 Analisis Statistik ... 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 25

4.1 Hasil Penelitian………. .. 25

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………... . 25

4.1.2 Karakteristik Responden……… 25

4.1.3 Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Angkatan 26 4.1.4 Distribusi Siklus Menstruasi Berdasarkan Angkatan… . 28 4.1.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi 28 4.2 Pembahasan……… 30

BAB V. PENUTUP………. ... 32

5.1 Kesimpulan……….. 32

5.2 Saran………... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ………... . 36

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Siklus menstruasi ... 9

2.2 Fluktuasi hormon dalam siklus menstruasi ... 12

2.3 Kerangka teori ... 17

2.4 Kerangka konsep ... 18

3.1 Alur penelitian………... 23

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tabel klasifikasi IMT pada perempuan menurut depkes……….5 2.2 Tabel klasifikasi IMT pada pria menurut depkes……….5 2.3 Tabel klasifikasi IMT menurut WHO dan Asia-Pacific Guideline…..5

3.1 Definisi operasional variable………...21

4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden ...26 4.2 Distribusi kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan angkatan…….27 4.3 Distribusi siklus menstruasi berdasarkan angkatan……… 28 4.4 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi…. 28 4.5 Distribusi frekuensi siklus menstruasi berdasarkan Indeks Massa

Tubuh……….. 29

(11)

DAFTAR SINGKATAN CRH : Corticotropin Releasing Hormone DASS : Depression Anxiety Stress Scale

FK : Fakultas Kedokteran

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin-releasing Hormone

H0 :Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Penelitian

HPA : Hypothalamic Pituitary Adrenal HPG : Hypothalamic Pituitary Gonad

IMT : Indeks Massa Tubuh

IGF-1 : Insulin Growth Factor -1

Kg : Kilogram

LH : Luteinizing Hormone

ml : Mililiter

MEU :Medical Education Unit

m2 : Meter Persegi

p :Probability

PAL :Physical activity level PAR :Physical activity ratio PMS : Pre Menstrual Syndrome RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

(12)

SHBG : Sex Hormone Binding Globulin USU : Universitas Sumatera Utara

W : Waktu

WHO : World Health Organization

(13)

ABSTRAK

Latar Belakang. Menstruasi merupakan tanda feminitas seorang perempuan.Siklus yang normal dan teratur mengindikasikan bahwa seorang perempuan memiliki perkembangan dan fungsi reproduksi yang baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi adalah status gizi, yang dapat diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan lama siklus menstruasi pada mahasiswi angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan sikus menstruasi pada mahasiswi angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode.

Penelitian dilakukan pada mahasiswi angkatan 2016 sampai angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan jumlah subjek 341 orang. Variabel bebas penelitian yaitu indeks massa tubuh sedangkan variabel terikatnya adalah lama siklus menstruasi. Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi (p=0,029).Hasil penelitian juga menemukan bahwa 80% mahasiswi dengan siklus teratur dan 20% dengan siklus tidak teratur.Didapati 65,7% mahasiswi dengan IMT normal,27,6% dengan IMT berlebih dan 4,1%

dengan obese

Kata kunci :Indeks Massa Tubuh,Siklus Menstruasi,Polimenorea

(14)

ABSTRACT

Background. Menstruation is a sign of a woman's femininity. A normal and regular cycle indicates that a woman has good reproductive development and function. One factor that can affect the menstrual cycle is nutritional status, which can be measured using body mass index. The purpose of this study was to determine the relationship of body mass index with the length of the menstrual cycle in the 2016-2018 student year at the Faculty of Medicine, University of North Sumatra.Objectives. This writing aims to determine the relationship of Body Mass Index with menstrual cycles in the 2016-2018 female students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra. Method. The study was conducted on students from 2016 to 2018, Faculty of Medicine, University of North Sumatra. The design of this study used a cross sectional study with 341 subjects. The independent variable of research is body mass index while the dependent variable is the duration of the menstrual cycle. Data collection from respondents was done by filling out questionnaires and measuring weight and height. The statistical analysis used was the chi-square test. Results. Chi-square test results showed that there was a relationship between body mass index with the menstrual cycle (p = 0.029). The results also found that 80% of students with regular cycles and 20% with irregular cycles. Found 65.7% of students with normal BMI , 27.6%

with excess BMI and 4.1% with obesity

Keywords: Body Mass Index, Menstrual Cycle, Polimenorea

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Menstruasi adalah proses deskuamasi lapisan uterus yang terjadi setiap bulan pada wanita (Anindita, 2016).Menstruasi yang pertama kali dialami seorang gadis dinamakan menars,yang pada umumnya terjadi di usia sekitar 14 tahun.Menars merupakan pertanda berakhirnya masa pubertas,masa peralihan dari masa anak- anak menuju masa remaja.Selama kehidupannya, seorang perempuan akan mengalami menstruasi dari menars sampe menopause (Anwar, 2011).

Pola siklus menstruasi adalah pola yang menunjukkan jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi berikutnya.Pola tersebut dikatakan normal jika tidak kurang dari 21 hari dan tidak melebihi 35 hari.

Siklus yang normal dan teratur mangindikasikan bahwa seorang perempuan memiliki perkembangan dan fungsi reproduksi yang baik (Heba Hossam, 2016).Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keteraturan dan aliran siklus menstruasi wanita adalah perubahan hormon,genetika,kondisi medis serius dan IMT.Selain itu,kesejahteraan psikologis diketahui mempengaruhi usia menars dan masalah menstruasi yang umum.Dari semua faktor-faktor yang telah disebutkan, indeks massa tubuhlah yang berperan paling besar.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu ukuran untuk memprediksi presentase lemak dalam tubuh manusia.Lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh yang berpengaruh didalam proses pembentukan hormon estrogen,dan salah satu faktor dominan penyebab gangguan menstruasi adalah hormon estrogen itu sendiri (Retissu R, 2010).Tinggi atau rendahnya IMT memiliki dampak terhadap ketiadaan menstruasi,menstruasi yang tidak tetap,dan menstruasi yang menyakitkan (Nevin Samir, 2012).IMT juga berhubungan erat dengan status gizi seseorang.

Dalam beberapa hal,masalah gizi adalah permasalahan yang cukup sering terjadidi kalangan remaja.Kelompok ini cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap tubuhnya dan terkadang melakukan penurunan berat badan dengan cara yang ekstrim,sehingga tidak jarang berujung kepada anorexia

(16)

2

nervosa.Di sisi lain remaja juga sering mengkonsumsi junk food yang mengandung kadar kolesterol,natrium dan lemak jenuh yang tinggi sehingga meningkatkan resiko obesitas.

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran indeks massa tubuh.Berdasarkan data Risekdas tahun 2018,menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih penduduk Indonesia dalam usia >18 tahun sebesar 35,4 % terdiri dari 13,6 % berat badan lebih (overweight) dan 21,8 % sangat gemuk (obese).Data tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun 2013 yang memiliki total prevalensi berat badan lebih sebesar 25,1 % (Depkes, 2018)

Dari data yang disampaikan penulis diatas,membuat penulis tertarik untuk meneliti adanya hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut :

Apakah ada hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumstera Utara ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ?.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui indeks massa tubuh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui lama siklus menstruasi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan lama siklus menstruasi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

(17)

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam pelaksanaan penelitian serta mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi yang benar untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai gangguan siklus menstruasi.

3. Bagi masyarakat dan pembaca

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi yang benar dan cara untuk mencegah gangguan siklus menstruasi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

2.1.1. Definisi

Indeks Massa Tubuh adalah suatu alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,terkhusus untuk berat badan berlebih dan berat badan kurang. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. (Kesehatan, 2011).

Indeks Massa Tubuh seseorang dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

IMT=𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚2)

IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet {berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2 )}. Interprestasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda.

IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis(Pudjiadi, 2010)

IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,anak,ibu hamil,olahragawan dan pada orang yang mengalami keadaan patologis,seperti adanya edema,asites,dan hepatomegali (Supariasa, 2012)

2.1.2 Klasifikasi

Indeks Massa Tubuh diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria,maupun wanita.Indeks Massa Tubuh tidak menghitung jumlah lemak tubuh secara langsung,tapi hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT berhubungan dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung,seperti pengukuran dalam air. (CDC, 2009).

Kategori IMT menurut Depkes RI adalah sebagai berikut,

(19)

Tabel 1.1Tabel klasifikasi IMT pada perempuan menurut Depkes

Kategori Berat Badan (kg/m2)

Kurus <17 kg/m2

Normal 17-23 kg/m2

Kegemukan 23-27 kg/m2

Obesitas >27 kg/m2

Tabel 1.2 Tabel klasifikasi IMT pada pria menurut Depkes (Depkes, 2019)

Kategori Berat Badan (kg/m2)

Kurus <18 kg/m2

Normal 18-25 kg/m2

Kegemukan 25-27 kg/m2

Obesitas >27 kg/m2

Sedangkan menurut WHO,klasifikasi Indeks Massa Tubuh adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tabel klasifikasi IMT menurut WHO dan Asia-Pacific guidelines (Lim et al., 2017)

Kategori WHO (BMI) Asia Pacific (BMI)

Underweight <18,5 <18,5

Normal Range 18,50-24,99 18,5-22,9

Overweight 25-29,9 23-24,9

Obese ≥30 ≥30

(20)

6

2.1.3 Keunggulan dan Kekurangan Pengukuran Indeks Massa Tubuh 2.1.3.1 Keunggulan Indeks Massa Tubuh

Kelebihan Indeks Massa Tubuh adalah:

1.Biaya yang diperlukan murah

2.Pengukuran yang diperlukan hanya meliputi berat badan dan tinggi badan seseorang

3.Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada tabel

2.1.3.2 Kekurangan Indeks Massa Tubuh Kekurangan Indeks Massa Tubuh adalah:

1.Olahragawan

Pengukuran Indeks Massa Tubuh tidaklah akurat jika diaplikasiakan pada olahragawan yang terlatih.Olahragawan yang terlatih,mungkin memiliki IMT yang tinggi.Hal ini dikarenakan peningkatan massa otot.Massa otot yang berlebihan pada olahragawan cenderung menyebabkan obesitas secara IMT walaupun kadar lemak di dalam tubuh mereka rendah.

2.Anak-anak

Pada anak-anak tidak bisa menggunakan rumus IMT yang sesuai dengan orang dewasa.Hal ini dikarenakan akan terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang sehingga menyebabkan ketidakakuratan pengukuran IMT pada anak-anak. Begitu juga dengan jumlah lemak tubuh masih terus berubah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan.

3.Bangsa yang berbeda

Pengukuran IMT juga tidak akurat pada bangsa tertentu karena perbedaan komposisi tubuh yang berbeda sehingga harus menggunakan sedikit modifikasi mengikuti kelompok bangsa tertentu. Bangsa barat seperti negara di benua Eropa dengan IMT 24.9 kg/m2 termasuk dalam kategori normal, namun bagi bangsa

(21)

Asia dengan IMT 24.9 kg/m2 sudah masuk dalam kategori BB lebih (CORE, 2009)

2.2.MENSTRUASI 2.2.1 Definisi

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat meluruhnya lapisan endometrium uterus.

(Felicia, 2015).Menstruasi merupakan keadaan fisiologis yang ditandai dengan terjadinya pengeluaran darah,lendir,dan sisa-sisa sel secara berkala dan teratur yang berasal dari mukosa uterus,kecuali pada masa hamil dan laktasi.Pada wanita peristiwa menstruasi terjadi mulai dari menars sampai menopause.Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit- sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.

(Manuaba, 2008).

Menstruasi yang berulang setiap bulannya disebut dengan siklus menstruasi.

Siklus menstruasi penting sebagai fungsi reproduktif yang menjalankan persiapan untuk konsepsi dan kehamilan. Pola siklus menstruasi yang normal jika berada dikisaran 21-35 hari, tidak normal jika kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari (Rinansyah Ganesh, 2015).

2.2.2 Siklus Menstruasi

Proses menstruasi melibatkan dua siklus di dua tempat yang berbeda,yaitu siklus di endometrium dan siklus di ovarium yang mana keduanya terjadi secara bersamaan.Siklus pada endometrium terdiri atas 3 fase yaitu fase proliferatif,fase sekretorik,dan fase menstruasi.Sedangkan siklus di ovarium terdiri dari fase folikel,fase ovulasi,dan fase luteal.

1.Siklus Endometrium a.Fase Menstruasi

Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya.

(22)

8

membuat para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. (Ernawati Sinaga,et al, 2017)

Fase menstruasi tejadi bersamaan dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan dimulainya fase folikular. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak tejadi fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar progesteron dan estrogen menurun tajam sehingga menyebabkan dinding endometrium meluruh. (Sherwood, 2009)

Selama menstruasi normal,dikeluarkan sekitar 40 ml darah dan 35 ml tambahan dari cairan serosa.Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk bekuan,karena fibrinolisis dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.

Bila terjadi perdarahan yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi dari uterus. Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali (Hall, 2016).

b.Fase Proliferatis

Setelah fase menstruasi,hanya tertinggal selapis tipis stroma endometrium.Pada fase ini peran hormon estrogen sangat menonjol.Dibawah pengaruh estrogen,sel sel stroma dan sel epitel akan berproliferasi dengan cepat.Pada waktu 4 sampai 7 hari,permukaan endometrium akan mengalami epitalisasi lagi.Selama 11 hari berikutnya,sebelum terjadi ovulasi,ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma yang bertambah banyak dan karena pertumbuhan kalenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam endometrium.Ketebalan endometrium mencapai 3 sampai 5 milimeter pada saat ovulasi (Hall, 2016).

c.Fase Sekretorik

Setelah terjadi ovulasi, folikel de graaf berubah menjadi korpus rubrum lalu menjadi korpus luteum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini mengubah fase proliferatif menjadi fase sekretorik.

(23)

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasisampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab pada fase ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)mengalami peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya Pre Menstrual Syndrome (PMS)..

(Ernawati Sinaga,et al, 2017).

Jika pembuahan dan implantasi tidak terjadi maka korpus luteum berdegenerasi, dan terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga fase folikular dan fase haid baru dimulai kembali. (Sherwood, 2009)

Gambar 2.1 Menstrual Cycle

(24)

10

2.Siklus Ovarium a.Fase Folikel

Dua sampai tiga hari sebelum menstruasi,korpus luteum mengalami involusi yang besar serta berkurangnya sekresi estrogen,progesteron,serta inhibin dari korpus luteum secara drastis. Hal ini melepaskan hipotalamus dan hipofisis anterior dari efek umpan balik negatif hormon- hormon tersebut.

Satu hari kemudian menstruasi dimulai, sekresi Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) oleh hipofisis mulai meningkat kembali, sebanyak dua kali lipat dan diikuti oleh peningkatan sedikit LH yang merangsang pertumbuhan folikel.

Selama 11-12 hari pertama pertumbuhan folikel,kecepatan sekresi FSH dan LH akan berkurang akibat efek umpan balik negatif terutama dari estrogen yang berasal dari kelenjar hipofisis anterior sehingga hanya satu folikel yang dapat tumbuh. (Hall, 2016)

b.Fase Ovulasi

Pada fase ini tejadi peningkatan estrogen yang tinggi yang dihasilkan folikel pre ovulasi yang mengakibatkan efek perangsangan umpan balik positif pada hipofisis anterior yang menyebabkan terjadinya lonjakan sekresi LH sehingga terjadi ovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pasca puncak kadar estrogen dan 10-12 jam pascapuncak LH. (Hall, 2016).

c.Fase Luteal

Selama tiga hari pasca ovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk korpus luteum.Korpus luteum mampu menghasilkan progesteron, estrogen maupun androgen. Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. 11 Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pasca lonjakan LH, kemudian turun perlahan jika pembuahan tidak terjadi. Pada siklus menstruasi yang normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9- 11 hari pasca ovulasi, dengan mekanisme yang belum diketahui. (Hall, 2016)

(25)

2.2.3 Regulasi Neuroendokrin Sewaktu Menstruasi

Dalam proses ovulasi,terdapat kerja sama antara hipotalamus,hipofisis,dan ovarium (Hypothalamic-Pituitary-Ovarian Axis).Hipotalamus menghasilkan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis (Hanafiah, 2008).Aktifitas saraf menyebabkan pelepasan GnRH dengan cara pulsatil terutama terjadi di mediobasal hipotalamus khususnya di nukleus arkuata.Hipotalamus mengekskresikan GnRH secara beberapa menit yang mana terjadi setiap 1 sampai 3 jam.Pelepasan GnRH secara pulsatil menyebabkan pengeluaran LH dan FSH secara pulsatil juga. (Hall, 2016)

Rangkaian pefristiwa akan diawali oleh sekresi FSH dan LH yang menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium dengan akibat perubahan fisiologi uterus.Estrogen menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior melalui umpan balik negatif.Estrogen bekerja secara langsung terhadap hipotalamus dengan cara menghambat sekresi GnRH.Hal ini mengakibatkan pengeluaran FSH dan LH menjadi tertekan,tetapi efek primernya terhadap hipofisis anterior yakni menurunkan kepekaan sel penghasil gonadotropin terutama penghasil FSH. (Hall, 2016)

LH berfungsi untuk memicu perkembangan korpus luteum dan merangsang korpus luteum untuk mengeluarkan hormon steroid,terutama progesteron.Estrogen konsentrasi tinggi merangsang sekresi LH,progesteron yang mendominasi fase luteal dengan kuat menghambat pertumbuhan folikel baru sehingga sistem reproduksi dapat dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru dilepaskan.Jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan mengalami regresi yang akhirnya akan menyebabkan penurunan hormon steroid secara tajam,mengakibatkan lenyapnya efek inhibisi dari hormon FSH dan LH sehingga sekresi kedua hormon ini meningkat.Dibawah pengaruh kedua hormon ini,sekelompok folikel baru kembali mengalami proses pematangan. (Sherwood, 2009)

(26)

12

Gambar 2.2 Fluktuasi hormon dalam siklus menstruasi

2.2.4 Gangguan Siklus Menstruasi

Menstruasi dianggap normal jika terjadi antara 22-35 hari. Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduksi, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi, seseorang wanita dapat mengalami kedua gangguan tersebut.

Ganguan siklus menstruasi disebabkan oleh ketidakseimbangan FSH dn LH sehingga menyebabkan kadar estrogen dan progesteron yang tidak normal.Biasanya gangguan siklus yang sering terjadi adalah siklus menstruasi yang tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal,termaksuk timbulnya nyeri perut,pusing,mual atau muntah. (wikjonosastro, 2008)

Terdapat beberapa gangguan siklus menstruasi pada wanita,yaitu

1. Polimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari. Penyebabnya adalah gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau pemendekan masa fase luteal. Penyebab

(27)

lain adalah endometriosis dan peradangan pada ovarium. Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal dan laboratorium lain.

2.Oligiomenorea adalah menstruasi yang datang lebih dari 35 hari.Pemanjangan siklus ini disebabkan karena masa proliferasi yang lebih panjang daripada biasanya

3. Amenorea adalah keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan berturut-turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan sekunder.Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan- kelainan kongenital dan genetik.Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause. (asih, 2013)

2.2.5 Faktor-faktor penyebab gangguan menstruasi

Faktor-Faktor yang menyebabkan gangguan pada siklus menstruasi yaitu:

a.Stress dan kecemasan

Stress menyebabkan resiko seorang wanita mengalami gangguan siklus menstruasi dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak stress. Fluktuasi hormonal FSH dan LH terjadi akibat stress menyebabkan peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH) dan Glucocorticoid sehingga menghambat sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) oleh hipotalamus sehingga menyebabkan pemanjangan atau pemendekan siklus menstruasi (AlJadidi et al., 2016)

b.Aktivitas fisik

Aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya menstruasi pada wanita. Aktifitas fisik dengan intensitas dan frekuensi tinggi meningkatkan resiko wanita untuk mengalami gangguan menstruasi sebaliknya aktifitas fisik dengan intensitas sedang dapat menurunkan resiko gangguan menstruasi. Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi berhubungan dengan kejadian amenorea, oligomenorea, pemendekan fase luteal, dan anovulasi melalui mekanisme terganggunya aksis

(28)

14

hipotalamus, pituitari, dan adrenal (HPA).Hal tersebut terjadi karena supresi pada GnRH yang diakibatkan oleh olahraga dengan intensitas tinggi sehingga sekresi FSH dan LH menjadi berkurang yang menyebabkan menarke dapat tertunda dan gangguan siklus menstruasi. (Katherine et al., 2014)

c.Status gizi

Obesitas berarti memiliki presentasi lemak tubuh yang tinggi yang merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon estrogen.Tingginya cadangan lemak akan berdampak pada aromatisasi androgen menjadi estrogen pada sel-sel granulosa dan jaringan lemak sehingga kadar estrogen menjadi tinggi. Estrogen kadar tinggi menyebabkan umpan balik terhadap FSH menjadi terganggu sehingga tidak mencapai kadar puncak dan menggangu pertumbuhan folikel sehingga menyebabkan pemanjangan dari siklus menstruasi. (Rakhmawati &

Dieny, 2013) d.Genetik

Siklus menstruasi ibu juga memiliki pengaruh terhadap siklus menstruasi pada anaknya.Semakin teraturnya siklus menstruasi pada ibu,siklus menstruasi anaknya juga teratur. (Jayakumari et al., 2016)

e.Hormon

FSH dibutuhkan untuk pematangan folikel primer, sementara LH yang menstimulasi sekresi estradiol oleh folikel matang dibutuhkan untuk memicu ovulasi dan setelah ovulasi akan memelihara korpus luteum. Jika keseimbangan hormon ini terganggu maka akan mengakibatkan gangguan siklus menstruasi.

(Jayakumari et al., 2016) f.Gangguan endokrin

Beberapa penyakit seperti hipertiroid, hipotiroid, dan diabetes melitus berhubungan dengan gangguan menstruasi. Hipertiroid meningkatkan resiko oligomenore dan amenore. Hipotiroid meningkatkan resiko polimenorea dan menoragia. Polycystic ovarium sindrom, salah satunya diabetes melitus tipe II yang terjadi pada penderita obesitas merupakan faktor resiko terjadinya oligomenore.

(29)

g.Penyakit reproduksi

Beberapa penyakit seperti sindroma ovarium polikistik,endometriosis, tumor ovarium, kanker serviks dapat menyebabkan perubahan hormon sehingga mengganggu siklus menstruasi. (Hendarto, 2011)

2.3 HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN SIKLUS MENSTRUASI

Ganesh didalam penelitiannya bersama dengan rekannya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi yang tidak normal seperti poliomenorea,oligomenorea dan amenorea (Ganesh et al., 2015).Jumlah lemak dalam tubuh mempengaruhi sekresi dan kinerja hormon reproduksi, karena jaringan adiposa bekerja dalam membentuk, mengkonversi dan menyimpan hormon reproduksi yang mengatur terjadinya siklus menstruasi.

Lemak merupakan bahan dasar estrogen,semakin tinggi cadangan lemak pada tubuh maka akan meningkatkan aromatisasi androgen menjadi estrogen pada sel sel granulosa dan jaringan lemak sehingga kadar estrogen menjadi lebih tinggi.Lemak tubuh yang berlebih akan menyebabkan peningkatan kadar estrogen yang akan menimbulkan perpanjangan siklus menstruasi. (El Alasi & Hamdani, 2017)

Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus-Pituitary- Gonad (HPG) axis serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan energy dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadar androgen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) berperan dalam regulasi bioavabilitas dari hormon reproduksi. Pada obesitas terjadi penurunan kadar SHBG sehingga meningkatkan bioavabilitas kadar hormon.Obese memiliki kadar insulin dan leptin yang tinggi.

Leptin yang tinggi mempengaruhi steroidogenesis di ovarium dengan menghambat FSH dan Insulin like Growth Factor-I (IGF-I) di folikel, sehinggan menggangu sintesis estrogen di ovarium tetapi tidak pada sintesis progesteron.

(30)

16

Mekanisme terjadinya gangguan siklus menstruasi berkaitan dengan akumulasi dari lemak yang berlebihan ataupun lemak yang sedikit yang menyebabkan gangguan fungsi Hipothalamus-PitutaryGonad (HPG). (Kyrou & Weickert, 2010) Hal ini dibuktikan dari penelitian Felicia pada tahun 2015 pada mahasiswi keperawatan di Universitas Sam Ratulangi diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki indeks massa tubuh dan siklus menstruasi yang teratur yaitu sebanyak 23 responden (79,3%) dari 67 responden, hal ini membuktikan bahwa apabila remaja memiliki asupan gizi yang baik maka kerja hormon hipotalamus menjadi lancar sehingga dapat memproduksi hormon reproduksi yang dibutuhkan untuk mengatur kelancaran siklus menstruasi. (Felicia, 2015).

2.4 KERANGKA PEMIKIRAN 2.4.1 Kerangka Teori

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap siklus menstruasi seorang wanita.Faktor-faktor tersebut antara lain gangguan keseimbangan hormon,status gizi seperti kurus dan kegemukan,adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid yang menyebabkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu seperti hipertiroid dan hipotiroid,penyakit kelainan sistemik seperti diabetes melitus,tingkat aktivitas fisik dan stress. (Rinansyah Ganesh, 2015)

Keseimbangan hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan folikel berperan penting untuk keteraturan siklus menstruasi (Jayakumari et al., 2016).Status gizi seseorang mempengaruhi siklus menstruasi melalui hubungannya dengan cadangan lemak tubuh.Status gizi gemuk dan kurus mempengaruhi presentase lemak di dalam tubuhnya,dimana jika semakin banyak lemak maka jumlah estrogen yang diproduksi juga semakin banyak sedangkan jika semakin sedikit lemak tubuh seseorang,maka lemak yang akan diubah menjadi estrogen akan semakin sedikit. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap umpan balik ke hipotalamus sehingga menggangu siklus menstruasi (Felicia, 2015).Kelainan kelenjar tiroid juga berpengaruh terhadap gangguan siklus menstruasi yaitu terdapat pada penyakit hipertiroid dan hipotiroid.Hipertiroid mengakibatkan meningkatnya resiko oligomenore dan amenore.Sedangkan hipotiroid meningkatkan resiko Polimenorea dan menoragia. (Ernawati Sinaga,et al, 2017)

(31)

Tingkat aktivitas fisik dan stress juga berpengaruh terhadap siklus menstruasi wanita.Hal ini dikarenakan aktifitas fisik dengan intensitas dan frekuensi tinggi meningkatkan resiko wanita untuk mengalami gangguan menstruasi sebaliknya aktifitas fisik dengan intensitas sedang dapat menurunkan resiko gangguan menstruasi.Stress mangakibatkan fluktuasi hormonal FSH dan LH dan menyebabkan peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormon(CRH) dan Glucocorticoid sehingga menghambat sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) oleh hipotalamus sehingga mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan siklus menstruasi. (Rakhmawati & Dieny, 2013).

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sistem Saraf Pusat

Hipotalamus (GnRH)

Hipofisis (FSH dan LH)

Ovarium (Hormon Estrogen)

Siklus Menstruasi Lemak Tubuh

Faktor yang mempengaruhi:

1.Aktifitas Fisik Berat

2.Stress 3.Genetik 4.Penyakit Reproduksi 5.Gangguan Endokrin

6.Status

Gizi

(32)

18

2.4.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.5 HIPOTESIS

Hipotesis nol (H0) :Tidak terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi.

IMT

Gemuk Normal Kurus

Estrogen Estrogen normal Estrogen

Gangguan fungsi ovarium

Fungsi ovarium

normal

Gangguan siklus menstruasi

Lama siklus menstruasi:

Normal:21-35 hari Tidak normal:

Polimenorea: <21 hari Oligomenorea:>35 hari Amenorea:Tidak mens selama 3 bulan

(33)

Hipotesis penelitian (H1) :Terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional,untuk mengetahui hubungan status gizi yang mempengaruhi siklus menstruasi dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel obyek pada saat pemeriksaan dengan cara pengambilan data sekaligus pada satu saat.Penelitian ini bertujuan mencari adanya hubungan antara variabel independen (indeks massa tubuh) dengan variabel dependent (siklus menstruasi).

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Penelitian dilaksanakan pada bulan September s/d November 2019.

3.3 POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan suatu ketentuan yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2016-2018.

3.3.2 Subjek Penelitian

Subjek adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih sehingga dapat mewakili populasinya.Menggunakan metode keseluruhan populasi (total sampling) dengan pengambilan sampel dilakukan dengan non probability.Teknik total sampling adalah teknik dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian.

Pemilihan subjek berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a.Mahasiswi aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016-2018

b.Sudah mengalami menstruasi

(35)

c.Bersedia menjadi responden 2. Kriteria eksklusi

a.Mahasiswi yang sedang mengkonsumsi obat yang bersifat hormonal b.Mempunyai penyakit reproduksi

3.4 VARIABEL PENELITIAN 3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah indeks massa tubuh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016-2019

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah siklus menstruasi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2016-2018

3.4.3. Variabel Perancu

Variabel perancuan dalam penelitian ini adalah faktor psikologis yakni stress,aktivitas fisik,genetik

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

NO Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Indeks

Massa Tubuh

Perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter persegi

Timbanga

n dan

microtoise

Normal:18,6-25,0 Tidak normal:

Kurus:<17,0-18,5 Gemuk:>25,0

Ordin al

2 Siklus menstruasi

Jarak dari hari pertama

menstruasi yang lalu ke hari pertama

menstruasi berikutnya

Kuesioner Normal:21-35 hari Polimenore:<21 hari

Oligomenore:>35 hari

Ordin al

(36)

22

3.6 ALAT PENELITIAN a.Lembar informed consent b.Kuesioner penelitian c.Alat tulis

d.Timbangan (pengukuran berat badan digital) e.Microtoise (pengukur tinggi badan)

3.8 METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini digunakan data primer dan sekunder yaitu:

3.8.1 Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian Data primer dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan untuk memperoleh indeks massa tubuh dan data lama siklus menstruasi yang diperoleh dari pengisian kuesioner.

3.8.2 Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber yang telah ada yaitu bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berupa jumlah dan nama mahasiswi angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.9 PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi adalah:

(37)

Gambar 3.2. Alur Penelitian

3.10 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.10.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan dimasukkan kedalam bentuk tabel tabel, kemudian data diolah menggunakan program software uji statistik dengan nilai α = 0,05.

Kemudian, proses pengolahan datamenggunakan program komputer ini terdiri beberapa langkah :

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

Mahasisiwi angkatan 2016-2018 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Perizinan ethical clearance dan melakukan koordinasi dengan

bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara

Penjelasan maksud dan tujuan penelitian dan pengisian

informent consent Mahasiswi yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi Pengukuran tinggi badan dan

berat badan

Pembagian dan pengisian kuesioner siklus menstruasi Pengolahan dan analisis data

Hasil dan kesimpulan

(38)

24

b. Data entry, memasukkan data kedalam komputer.

c. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.

d. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.

3.10.2 Analisis Statistik

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan

program software uji statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

a. Univariat

Analisis data digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel terikat dan bebas yang bertujuan untuk melihat variasi masing- masing variabel tersebut.

b. Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Square karena merupakan penelitian komparatif kategorik tidak berpasangan.(Dahlan, 2012).Untuk menguji kemaknaan, digunakan batas kemaknaan yaitu sebesar 5% (α = 0,05) hasil uji dikatakan ada hubungan yang bermakna jika nilai p ≤ α (p≤ 0,05). Dan hasil dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna jika p > α (p > 0,05).

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU). Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri yang terletak di bagian utara pulau Sumatera. Fakultas Kedokteran sendiri merupakan salah satu fakultas tertua di USU. Fakultas Kedokteran USU berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas ini terletak di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, dengan batas wilayah:

Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Batas TImur : Jalan Universitas, Padang Bulan Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

FK USU mempunyai 669 mahasiswa/i S1 dengan perincian 210 orang dengan tahun masuk 2016, 225 orang dengan tahun masuk 2017, dan 234 orang dengan tahun masuk 2018. Jumlah mahasiswi dari ketiga angkatan ini sebanyak 385 orang.

4.1.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan angkatan, umur, berat badan, tinggi badan, kategori indeks massa tubuh, dan siklus menstruasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(40)

26

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuen si (n)

Presenta se (%)

Min Max Rerata±Standa rd Deviasi Angkatan

2016 133 39%

2017 95 27.8%

2018 113 33.2%

Umur 19 23 20.03±1.58

18 24 7%

19 92 27%

20 113 33%

21 76 22%

22 27 8%

23 9 3%

Berat Badan (kg) 44 105 59.82±8.726

Tinggi Badan (cm) 149 173 158.8±4.599

Indeks Massa Tubuh (kg/m2)

17.1 39.17 23.75±3.30

BB Kurang (<18.5) 9 2.6 Normal (18.5-24.99) 224 65.7 Overweight(25-29.99) 94 27.6

Obese (≥30) 14 4.1

Siklus Menstruasi (Hari)

Teratur (21-35 Hari) 274 80

Tidak Teratur 67 20

Polimenorea(<21 Hari) 33 9,7 Oligomenorea(>35

Hari)

32 9,4

Amenorea(>3 Siklus) 2 0.95

Total 341 100

(41)

Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah responden dari angkatan 2016 sejumlah 113 orang (39%), angkatan 2017 sejumlah 95 orang (27.8%), dan angkatan 2018 berjumlah 113 orang (33,2%). Dapat diketahui juga bahwa rentang usia responden antara 18-23 tahun dengan mayoritas responden berusia 20 tahun sejumlah 113 orang (33.%), sedangkan kelompok usia responden yang paling sedikit adalah usia 23 tahun sejumlah 9 orang (3%). Berat badan terendah adalah 44 kg dan tertinggi adalah 105 kg dengan rata-rata berat badan responden Universitas Sumatera Utara sebesar 59.82±8.726kg. Tinggi badan responden didapati terendah 149 cm sementara tertinggi didapati 173 cm dan rata-rata tinggi badan 158.8±4.599 cm. Sebagian besar mahasiswi dari angkatan 2016, 2017, dan 2018 memliki indeks massa tubuh yang normal sejumlah 224 orang (65.7%) dan kategori IMT tersedikit BB kurang sejumlah 9 orang (2.6%). IMT terendah sebesar 17.1 kg/m2 , tertinggi 39.17 kg/m2 , dan rata-rata IMT 23.75±3.30kg/m2 . Dari 341 mahasiswi, 274 (80%) diantaranya memiliki siklus menstruasi yang teratur sedangkan 67 orang (20%) dengan siklus tidak teratur. Kejadian gangguan siklus tersering adalah polimenorea sebanyak 33 orang (9,7%).

4.1.2. Distribusi Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Angkatan

Tabel 4.2 Distribusi kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Angkatan

Angkatan

Kategori IMT Total

BB Kurang

BB Normal BB Lebih Obese

N % n % n % N % N %

2016 7 5.3 92 69.2 30 22.6 4 3 133 100

2017 2 2.1 64 67.4 26 27.4 3 3.2 95 100

2018 0 0 68 60.2 38 33.6 7 6.2 113 100

Dari Tabel 4.2. Pada ketiga angkatan mayoritas memiliki IMT normal yaitu 2016 sebanyak 92 mahasiswi (69,2%), 2017 sebanyak 64 mahasiswi (67,4%), dan 2018 sebanyak 68 mahasiswi (60,2%). Pada angkatan 2017 dan 2018 didapati kategori IMT terendah adalah kategori BB kurang yaitu sebanyak 2 mahasiswi

(42)

28

(2,1%) dan 0 mahasiswi (0%). Sementara pada angkatan 2016 didapati obese sebagai kategori dengan jumlah terendah yaitu 4 mahasiswi (3%).

4.1.3. Distribusi Siklus Menstruasi berdasarkan Angkatan

Pada penelitian ini dapat diketahui besar kejadian siklus mentruasi teratur dan tidak teratur serta gangguan siklus menstruasi tersering di tiap angkatannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.3 Distribusi siklus menstruasi berdasarkan Angkatan

Angkatan

Siklus Menstruasi Total

Teratur Tidak Teratur

Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea

N % n % n % N % N %

2016 109 83,5 10 7,5 14 10,5 0 0 133 100

2017 74 77,9 10 10,5 10 10,5 1 1,1 95 100

2018 91 80,5 13 11,5 8 7,1 1 0,9 113 100

Dari Tabel 4.3. pada ketiga angkatan didapati lebih dari setengah populasi mengalami siklus teratur. Pada angkatan 2016 tidak didapati gangguan siklus amenorea. Pada angkatan 2017, gangguan tersering adalah polimenorea dan oligomenorea sebanyak 10 orang (10,5%). Sedangkan pada angkatan 2018 didapati 13 orang (11,5%) mengalami polimenorea

4.1.4. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.4 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi .

Kategori IMT

Siklus Menstruasi Total P Value Teratur Tidak Teratur

N % n % n %

0,029

BB Kurang 5 1,5 4 1,2 9 2,6

BB Normal 185 54,2 39 11,3 224 65,7

(43)

BB Berlebih 76 22,3 18 5,3 94 27,6

Obesitas 8 2,3 6 1,8 14 4,1

Total 274 80,4 67 19,6 341 100

Dari Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa secara keseluruhan 274 mahasiswi (80,4%) memiliki siklus yang teratur sedangkan 67 mahasiswi (19,6%) memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Dari 5 mahasiswi dengan kategori IMT BB kurang yang mengalami siklus yang tidak teratur sebanyak 4 mahasiswi (1,2%).

Pada kategori normal dari 185 mahasiswi, yang mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi sebanyak 39 mahasiswi (11,3%). Pada kategori BB berlebih, 18 mahasiswi (5,3%) mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dari total 76 mahasiswi BB lebih. Pada 14 mahasiswi obese didapati 6 mahasiswi (1,8%) dengan siklus tidak teratur. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,029 (p<0,05) maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi siklus menstruasi berdasarkan Indeks Massa Tubuh

IMT

Siklus Menstruasi Total

Teratur Tidak Teratur

Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea

n % n % n % N % N %

BB Kurang

5 55,6 3 33,3 1 11,1 0 0 9 100

BB Normal

185 82,6 21 9,4 18 8 0 0 224 100

BB Berlebih

76 80,9 8 8,5 8 8,5 2 2,1 94 100

Obese 8 57,1 1 7,1 5 35,8 0 0 14 100

Pada tabel 4.5 dapat diketahui pada BB kurang, gangguan siklus yang tersering adalah polimenorea sebanyak 3 orang (33,3%). Mahasiswi dengan IMT

(44)

30

normal didapati polimenorea dengan jumlah kejadian 21 orang (9,4%) sebagai gangguan yang tersering. Pada BB lebih didapati gangguan polimenorea sebanding dengan oligomenorea sebagai gangguan terbanyak dengan angka kejadian di populasi yaitu 8 orang (8,5%). Sementara pada mahasiswi obese didapatkan 5 orang (35,8%) mengalami oligomenorea.

5.2. PEMBAHASAN

Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini 341 mahasiswi dengan usia responden berkisar antara 19-23 tahun, penelitian serupa pada mahasiswi kedokteran di Unpad,Bandung pun memiliki responden berjumlah 330 orang yang memiliki rentang usia berkisar 16-18 tahun (Ganesh, Ilona, & Fadil, 2015).

Nohara (2011) melalui penelitiannya pada perempuan di Jepang mengatakan bahwa siklus menstruasi tidak teratur paling sering terjadi pada perempuan di bawah usia 25 tahun. Rakhmawati (2012) dalam penelitiannya juga melibatkan wanita berusia 19-25 tahun. Hal ini didasari pada penelitian di Iran yang mendapati usia 20-25 tahun sebagai usia dengan kejadian gangguan siklus menstruasi paling tinggi (Gharravi,2006).

Mayoritas IMT responden adalah normal yaitu sebanyak 224 mahasiswi (65,7%). Disusul oleh BB berlebih sejumlah 94 mahasiswi (27,6%), Obesitas sejumlah 14 mahasiswi (4,1%), dan BB kurang sejumlah 9 mahasiswi (2,6%).

Penelitian pada 380 siswi di Mesir didapati pola yang sama, dengan IMT mayoritas didapati pada IMT normal sebesar 52,1%, BB lebih ataupun obese yang dikategorikan diatas 25 kg/m2 sebanyak 44,7% dan BB kurang hanya 3,2%

(Hossam, 2016). Dari 380 responden, 65,9% memiliki siklus yang normal dan teratur sementara 34,1% mengalami siklus yang tidak teratur.

Sementara di Bandung,Ganesh et al. (2015) menemukan 25,2% kejadian siklus tidak teratur. Hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi dengan uji chi square didapati (p=0,029) yang berarti didapati adanya hubungan antara keduanya. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan pada mahasiswi kedokteran di Sunan Ampel State Islamic University didapati p value sebesar 0,3 yang diambil dari 36 responden (Kumalasari, 2018).

(45)

Pada penelitian Thapa (2015) yang diadakan di Nepal juga mendapati adanya hubungan IMT dengan siklus menstruasi dengan nilai (p=0,024). Lemak tubuh yang diukur dengan IMT, memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang dan tidak teratur. Perempuan dengan IMT diatas normal memliki resiko lebih tinggi untuk terjadi siklus yang tidak teratur (Andrew, 2002).

Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai prekursor hormon reproduksi.

Sehingga, semakin banyak presentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon (Rakhmawati, 2012).

(46)

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi dapat disimpulkan bahwa:

1.Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi p<0,05 (p=0,029)

2.Indeks massa tubuh mayoritas adalah kategori normal sebesar 54,5% disusul oleh obese 20%, BB lebih 14,5%, dan BB kurang sebesar 10,9%. Rata-rata indeks massa tubuh 22,39±3,96kg/m2

3. Siklus menstruasi teratur didapati sebesar 80% sementara yang tidak teratur sebesar 20%. Gangguan siklus menstruasi yang terjadi polimenorea 9,7%, polimenorea 9,4%, dan amenorea sekunder 0,95 %.

5.2 SARAN

Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, berupa:

1. Kejadian siklus menstruasi tidak teratur yang tinggi di kalangan mahasiswi ataupun wanita usia muda perlu menjadi perhatian bagi kaum perempuan karena hal ini bisa menjadi faktor risiko gangguan reproduksi di kemudian hari.

2. Mahasiswi dengan gangguan siklus dianjurkan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas asupan makanan serta mengikuti program penurunan ataupun peningkatan berat badan untuk mencapai berat badan ideal.

3. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk membuktikan apakah kadar estrogen lebih tinggi pada IMT diatas normal dan lebih rendah pada IMT dibawah normal sehingga dapat diukur dan diyakini IMT mempengaruhi kadar estrogen.

Selain itu.dapat diperkirakan hal-hal hormonal lain yang lebih berperan untuk menyebabkan gangguan siklus.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aljadidi et al., 2016. The Influence of Exam Stress on Menstrual Dysfunctions in Saudi Arabia. J Health Educ Res , 4(4), pp.1-4

Andrew, R. (2002). Influence of Medical Conditions and Lifestyle Factors on the Menstrual Cycle. Epidemiology.

Anwar, P.d.M., 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Pt.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Atsuko Koyama, e.a., 2013. Emerging Options for Emergency Contraception.

Clinical Medicine Insights: Reproductive Health.

CDC,2009.https://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpactitioners.pdf.

[Online] Available at:

https://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpactitioners.pdf [Accessed 07 May 2019].

CORE, 2009. www.core.monash.org. [Online] Available at:

http://www.core.monash.org/bmi-calculator.html [Accessed 08 May 2019].

Depkes, 2018. Hasil Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes, 2019. www.depkes.go.id. [Online] Available at:

http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search- by-map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C- ALL=1 [Accessed 8 May 2019].

El Alasi, Z.Y. & Hamdani, I., 2017. Hubungan Indeks massa tubuh terhadap keteraturan siklus menstruasi pada siswi Madrasah Aliyan negeri Dolok Masihul di kecamatan Dolok Masihul. Ibnu Sina Biomedika, 1(1), pp.40-48.

Ernawati Sinaga,et al, 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta:

Universitas Nasional.

Farage, M.A., Neill, S. & MacLean, A.B., 2009. Physiological Changes Associated with the Menstrual Cycle. CME Review Article, 64, pp.58-72.

Felicia, E.H.K., 2015.Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di PSIK FK Unsrat Manando. Jurnal Keperawatan.

Ganesh, R., Ilona, L. & Fadil, R., 2015. Relationship between Body Mass Index with Menstrual Cycle in Senior. Althea Medical Journal, pp.555-60.

(48)

34

Hall, J.E. & Guyton, A.C., 2016. Guyton and Hall Textbook of Pshycology. 13th ed. Sounders Elsevier.

Hanafiah, M.J., 2008. Haid dan Siklusnya. In Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp.103-20.

Heba Hossam, N.F.K.M., 2016. The Relationship between Menstrual Cycle Irregularity and Body. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 5(1), p.48.

Jayakumari, S., Prabhu, K., Johnson & Kalaiselvi, 2016. Menstrual cycle pattern in adolescent girl,in relation to BMI,food habits and the same in their parents. Int.J.Pharm.Sci.Rev.Res, pp.37-39.

Katherine, J, C. & L, S., 2014. The effect of physical activity across the menstrual cycle on reproductive function. National Institute of Health, 24(2), pp.127- 34.

Kesehatan, D., 2011. gizi.depkes.co.id/wp-content/uploads/2011/10/ped-praktis- stat-gizi-dewasa.doc. [Online] [Accessed 06 May 2019].

Kim E.Barret, S.M.B.B.L.B., 2015. Ganong. 24th ed. EGC.

Kyrou,I.&Weickert,M.O.,2010.http://www.endotext.org/obesity/obesity13/obesity 13.htm. [Online] [Accessed 14 May 2019].

Kumalasari, M. (2018). Correlation Between Body Mass Index withMenstrual Cycle on FemaleAdolescent. International Conference on Sustainable Health Promotion 2018, (pp. 100-103). Surabaya.

Lim, J.U. et al., 2017. Comparison of World Health Organization and Asia-Pacific body mass index classifications in COPD patients. International Journal of COPD, 12, pp.2465-72.

Manuaba, B.I., 2008. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetrik Dan Ginekologi.

Jakarta: EGC.

N.Wahyuningsih, 2009. Hubungan Obesitas dengan Osteoartritis Lutut pada Lansia di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Surakarta.

Nevin Samir, H.A.e.f.M.S., 2012. The correlation between body mass index and menstrual profile among nursing students of Ain Shams University.

Egyptian Nursing Jurnal.

Gambar

Tabel 1.1Tabel klasifikasi IMT pada perempuan menurut Depkes
Gambar 2.1 Menstrual Cycle
Gambar 2.2 Fluktuasi hormon dalam siklus menstruasi
Gambar 2.3 Kerangka Teori
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswi angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado menyadari akan bahaya obesitas dan melakukan upaya-upaya penurunan berat badan berupa latihan

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011 dengan Indeks Massa Tubuh

hubungan lamanya menstruasi dengan tingkat keparahan dismenore primer pada. mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Folikel ini tumbuh lebih cepat menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH

Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.. Hubungan

Darii 103 reispondein deingan skor IiMT normal, 81 reispondein 78,6% tiidak meingalamii gangguan meinstruasii, 59 reispondein meimiiliikii skor IiMT abnormal, dan 25 42,4% meimiiliikii