LAPORAN TUGAS AKHIR
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I G2P1A0 HAMIL DENGAN
ANEMIA RINGAN, DAN PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT DI BPM EVI BEKASI
DISUSUN OLEH
NAMA : SRIYANI NIM :17324417335
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I G2P1A0 HAMIL DENGAN
ANEMIA RINGAN, DAN PERTUMBUHAN JANINN TERHAMBAT DI BPM EVI BEKASI
Karya Tulis ini Diajukan Sebagai Salah Satu Ujian Akhir Program Pada Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung DISUSUN OLEH
NAMA : SRIYANI NIM :17324417335
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
TAHUN 2018
i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
PERNYATAAN ORISINALITAS
LTA ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NAMA : SRIYANI
NIM : 17324417335
TANDA TANGAN :
TANGGAL :
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa : Laporan Tugas Akhir dengan judul
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I G2P1A0 HAMIL DENGAN
ANEMIA RINGAN, DAN PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT DI BPM EVI BEKASI
Disusun oleh:
SRIYANI NIM. 17324417335
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang akhir Pembimbing
Warliana, S.SiT, M.Kes NIP. 1971103011992032001
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Dr. Jundra darwanty, SST., M.Pd NIP. 196906051991012001
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LEMBAR PENGESAHAN LTA
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa : Laporan Tugas Akhir dengan judul
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I G2P1A0 HAMIL DENGAN
ANEMIA RINGAN, DAN PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT DI BPM EVI BEKASI
Disusun oleh:
SRIYANI NIM. 17324417335
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Karawang, Juli 2018
Susunan Dewan Penguji KETUA PENGUJI
Retno Dumilah, SST, M.Keb NIP. 197912202008012014
ANGGOTA PENGUJI I
Warliana,S.SiT,M.Kes NIP. 197110301992032001
ANGGOTA PENGUJI II
Mardianti. SSiT, M.Kes NIP.197803012005012002
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Dr. Jundra darwanty, SST., M.Pd NIP. 19690605199101200
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif ini. Laporan yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. I Hamil Dengan Anemia Ringan Dan Pertumbuhan Janin Terhambat, Bersalin, Bayi Baru Lahir dan Nifas di BPM Evi”, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Akhir Program Studi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan Kementerian Bandung.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih kurang dan jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyusunan laporan di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM selaku direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Bandung.
2. Dr. Hj. Jundra Darwanty, SST, M.Pd selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung.
3. Ibu Warliana, S.Si.T, M.Kes selaku pembimbing yang dalam penyusunan laporan tugas akhir ini selalu memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Ugi Sugiarsih, SKM, MM selaku ketua penguji .
v
5. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi DIII Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.
6. BPM Evi, yang telah memberikan izin dalam pengambilan kasus dan bersedia memberikan data yang menunjang serta memberikan informasi terkait kasus.
7. Ny. I beserta keluarga yang telah membantu proses pembuatan laporan ini.
8. Kepada kedua orang tua suami tercinta dan anak – anak yang telah memberikan doa, dukungan moril maupun materil tanpa henti.
9. Sahabat dan rekan – rekan mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses pembuatan laporan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Akhir kata penulis harapkan mudah – mudahan laporan praktik ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi mahasiswa program studi kebidanan pada umumnya.
Bekasi, Mei 2018
Penulis.
vi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG LAPORAN TUGAS AKHIR, MEI 2018
SRIYANI
NIM. 17324417335
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY. I G2P1A0 HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN, DAN PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
DI BPM EVI BEKASI
ABSTRAK
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child”, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan Profil Kesehatan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 telah memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 72%. Namun cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe3 tahun 2015 sebesar 85,17%, tidak berbeda jauh dibanding tahun 2014 yang sebesar 85,1%, Sedangkan angka kejadian anemia ringan di BPM. Evi sekitar 30%.
Tujuan: Mengetahui Gambaran Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. I G2P1A0 hamil dengan anemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi. Metode Penelitian : Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi secara langsung, dan studi dokumentasi rekam medik. Hasil Penelitian : Faktor predisposisi anemia pada kehamilan dan PJT pada Ny. I adalah faktor nutrisi yang dikomsumsi ibu.
Faktor ekonomi keluarga mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan pemilihan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan Ny. I saat hamil
Kata Kunci : Anemia dalam kehamilan, pertumbuhan janin terhambat
Daftar Pustaka : . Departemen Kesehatan RI, JHPIEGO. 2002. Asuhan Kebidanan Normal (APN), Revisi 2008. Jakarta
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS ... i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN LTA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LATAR BELAKANG ... 1
1.2 TUJUAN ... 4
1.3 MANFAAT ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Anemia Dalam Kehamilan ... 6
2.2 Patofisiologi ... 7
2.2 Kenaikan Berat Badan Pada Ibu Hamil ... 11
2.3 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ... 15
2.4 INC (Intranatal Care) ... 21
2.5 PNC ( Postnatal Care ) ... 25
2.6 BBL (Bayi Baru Lahir) ... 28
BAB III KASUS & PEMBAHASAN... 32
3.1 Kronologi Kasus ... 32
3.2 Pendokumentasian ... 40
3.3 Pembahasan Kasus... 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
4.1 Kesimpulan... 51
4.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) saat melahirkan adalah salah satu indikator penentu derajat kesehatan sebuah negara dan sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetric dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat angka AKI dan AKB di wilayah tersebut (Winkjosastro, 2006).
Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO) Tahun 2015, angka kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah sebesar 303.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa (WHO, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi jika dibandingkan Negara-negara Association South East Asian (ASEAN), dimana pada tahun 2012 angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Infodatin, 2013) Peningkatan kesehatan ibu juga termasuk dalam program pembangunan Millenium Development Goal’s (MDGs).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu pada SDKI 2007 adalah sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Namun, angka tersebut meningkat menjadi sebesar 359 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2012 (BKKBN, 2013).
2
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll di setiap 100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 303.000 menjadi 228.000. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 303 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) , (Profil Kesehatan, 2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2015 telah memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 72%. Namun cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe3 tahun 2015 sebesar 85,17%, tidak berbeda jauh dibanding tahun 2014 yang sebesar 85,1% ( Profil Kesehatan, 2015).
Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia akibat kekurangan gizi dan pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi (Manuaba, 2010:
238).
3
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut
“potential danger to mother and child”, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010: 237).
Dampak anemia pada ibu hamil bervariasi dari ringan sampai berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu dan dua dengan kelahiran prematur (Manuaba, 2010).
Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, abortus, pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g% ( Manuaba 2010).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Sementara prevalensi ibu hamil dengan anemia di Provinsi Jawa Barat sebesar 51,7%.Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
4
Sedangkan angka kejadian anemia ringan di BPM. Evi sekitar 30%
periode januari-maret. Dalam laporan kasus ini penulis akan memaparkan suatu kondisi kesehatan yang berfokus pada pelayanan kebidanan guna menurunkan AKI dan AKB pada ibu yang dimulai dari masa kehamilan, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir.
1.2 TUJUAN 1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. I G2P1A0 hamil dengan anemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran penerapan dan penatalaksanaan asuhan kebidanan antenatal care pada Ny. I G2P1A0 hamil dengan anemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi.
b. Penatalaksanaan asuhan intranatal care yang diberikan pada Ny.I G2P1A0hamil dengan aemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi.
c. Penatalaksanaan asuhan postnatal care yang diberikan pada Ny. I G2P1A0 hamil dengan anemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi.
d. Penatalaksanaan asuhan bayi baru lahir yang diberikan pada bayi Ny. I di BPM Evi
5
e. Mampu menganalisis kemungkinan dan faktor penyebab kejadian anemia dan pertumbuhan janin terhambat di BPM Evi.
1.3 MANFAAT
1. Untuk Penulis
Menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam mendeskripsikan kasus tersebut menurut berbagai referensi.
2. Untuk Institusi
Menjadi tambahan referensi terbaru dalam proses kegiatan perkuliahan.
3. Untuk Lapangan Praktik
Menjadi bahan untuk melakukan evaluasi dalam pelayanan, penegakan diagnosa dan pendokumentasian.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anemia Dalam Kehamilan 2.1.1 Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika onsentrasi hemoglobin kurang dari 10.5 gr% dengan 11,0 gr% ( Varney, 2009).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan II atau kadar
<10,5gr% pada trimester II ( Syaefudin, 2014).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).
2.1.2 Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya salling berinteraksi ( Saefudin, 2002). Penyebab anemia pada umumnya adalah :
7
2.1.2.1 Kurang gizi ( malnutrisi) 2.1.2.2 Kurang zat besi dalam diet.
2.1.2.3 Malabsorbsi
2.1.2.4 Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu
2.1.2.5 Penyakit penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dll
2.2 Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Setiawan Y, 2006).
2.1.3 Tanda dan Gejala
Menurut Soebroto (2010), Gejala anemia pada ibu hamil di antaranya cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan turun, konsentraksi hilang, nafas pendek dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
8
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Manuaba (2001)
Hb 11 gr% : Tidak anemia
Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
Hb 7-8 gr% : Anemia sedang
Hb < 7 gr% : Anemia berat (Manuaba, 2001)
Sedangkan anemia dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
2.1.4.1 Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan , misalnya pada perdarahan. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi diantaranya yaitu rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, dan mudah patah, lidah tampak pucat, licin, dan mengkilat, berwarna merah daging, pecah - pecah disertai kemerahan disudut mulut. Pengobatannya biasanya dengan memenuhi kebutuhan zat besi, misalnya dangan perbaikan pola makan dan pemberian tablet besi.
2.1.5.2 Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat (pteroyglutamic acid). Jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 (Cyano balamin ). Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan. Gejala anemia megaloblastik yaitu diantaranya malnutrisi,
9
glositis berat (lidah meradang, nyeri), diare, kehilangan nafsu makan.
Pengobatannya dapat diberikan asam folik 15 - 30 mg per hari, vitamin B12 3x1 tablet per hari, sulfat ferosus 3x1 tablet per hari.
2.1.5.3 Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel - sel darah baru, di namakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, atau obat – obat.
2.1.5.4 Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasanya 9 menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumya tidak menderita anemia (Soebroto, 2009).
2.1.6 Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan dan nifas
Wiknjosasto (2010) menjelaskan bahwa anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit akibat anemia diantaranya:
10
2.1.6.1 Pada kehamilan
• Dapat terjadi abortus
• Partus prematurus
• Berat badan bayi lahir kurang
• Plasenta previa
• Ketuban pecah dini
2.1.6.2 Pada persalinan
• Gangguan his, yang dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi
• Kala I dan Kala II dapat berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, Kala IV terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)
11
2.2 Kenaikan Berat Badan Pada Ibu Hamil
Kenaikan Berat Badan Ibu dalam kehamilan menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan. Jika terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin (Intra-Uterin Growth Retardation- IUGR) (Sulistyawati, 2009).
Bertambahnya usia kehamilan, normalnya berat badan ibu juga semakin bertambah. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya kenaikan berat badan pada ibu hamil. Menurut Budiman (2011), makin berat badan ibu hamil, makin bertambah juga berat bayi lahir.Berat badan ibu hamil merupakan komponen hasil penjumlahan berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama kehamilan.
1. Komponen kenaikan berat badan Menurut Sharon (2012), selama beberapa waktu, diduga bahwa pertambahan berat badan maternal hanya terdiri dari jumlah yang dibutuhkan untuk produk konsepsi. Segala sesuatu yang melebihi jumlah yang diperkirakan tersebut, disimpan oleh ibu sebagai lemak yang tidak diinginkan. Komponen pasti pertambahan berat badan dan proporsi dari setiap komponen tidak diketahui dan kemungkinan bervariasi antara setiap kehamilan.
Variasi terbanyak terjadi pada komponen simpanan maternal, yang utamanya terdiri atas jaringan 11 adiposa ekstra. Simpanan maternal tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi dianggap dibutuhkan untuk menyediakan energi maternal yang
12
digunakan selama kehamilan, persalinan dan menyusui. Dalam beberapa analisis, bagian pertambahan berat badan maternal memberikan kenaikan massa otot tanpa lemak (Sharon, 2012).
Menurut Guyton (2008), pertambahan berat badan ibu ketika hamil terdiri dari dua bagian utama, yakni janin dan jaringan ibu. Pola umum pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III didominasi oleh pertambahan berat janin yaitu penimbunan lemak tubuh dan perkembangan otak yang cepat. Berat badan adalah penggambaran jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.
2. Anjuran kenaikan berat badan
Rekomendasi untuk pertambahan berat selama kehamilan bervariasi dari tahun ke tahun pertambahan berat yang tidak terbatas hingga pembatasan ketat untuk semua wanita hamil. Berat badan wanita hamil, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan wanita sebelum kehamilan dan serial pengukuran berat badan selama kehamilan, telah terbukti memiliki nilai klinis dalam pengkajian pertambahan berat badan selama kehamilan (Sharon, 2012).
Kenaikan berat badan yang berlebih atau turunnya berat badan ibu setelah kehamilan trimester kedua harus menjadi perhatian. Penimbangan berat badan pada umur kehamilan trimester I dan II bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu sebelum dan sesudah hamil. Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil, dihitung mulai trimester I sampai trimester III. Penimbangan berat badan mulai
13
trimester III bertujuan untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu (Sofian, 2011).
Bahaya penurunan berat badan yang berlebih meliputi a. Janin tidak berkembang
b.Kurang gizi dan anemia sehingga menjadi penyulit saat melahirkan Menurut Mitayani (2010), pada trimester I biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan fungsional dalam tubuhnya akibat proses kehamilan. Diantaranya keluhan mual muntah dan rasa tidak nyaman lainnya. Dengan demikian, asupan makanan selama trimester ini belum dapat menaikkan berat badan ibu hamil.
Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil, diharapkan dapat mencapai kenaikan berat badan sebanyak 12,518 kg pada akhir kehamilan. Untuk ibu yang memiliki berat badan ideal sebelum hamil diharapkan mencapai kenaikan berat badan sebesar 11,516 kg diakhir kehamilannya. 13 Untuk ibu yang memiliki berat badan berlebih saat sebelum hamil diharapkan kenaikan berat badannya hanya 7,115 kg pada akhir kehamilannya (Mitayani, 2010). Dijelaskan lebih lanjut oleh Pantiawati (2010), rata-rata kenaikan berat badan selama hamil adalah 20% dari berat badan ideal sebelum hamil. Sebesar 60% kenaikan berat badan karena pertumbuhan jaringan ibu.
Faktor yang memengaruhi kenaikan berat badan ibu hamil Menurut Arisman (2010).
14
beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan ibu hamil diantaranya adalah pengetahuan (pendidikan), faktor sosial (pekerjaan), dan usia ibu hamil.
a. Pendidikan (pengetahuan) Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi, 2010). Wanita berpendidikan juga cenderung mencari pelayanan kesehatan modern dan memelihara kesehatan keluarga secara lebih baik
b. Pekerjaan (faktor sosial) Setiap aktivitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktivitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
c. Umur Semakin muda atau tua umur ibu hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizinya. Umur muda perlu tambahan gizi banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri dan janinnya.
Untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Proverawati, 2009). WHO merekomendasikan bahwa usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Wanita usia tersebut dianggap ideal untuk
15
menjalani kehamilan dan persalinan, pada rentan usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima
2.3 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) 2.3.1 Pengertian
Menurut WHO, janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Sedangkan IUGR (intrauterine growth restriction) atau PJT adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 0' persentil untuk usia gestasionalnya.
Bayi-bayi antara persentil 0' dan 1' diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional, (Wikjosastoro, 2005). Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1990) yaitu:
a. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai
16
beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.(1)
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.
2.3.2 Perkembangan PJT
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah nutrisi terutama protein.
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
17
Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan.
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan.Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversible.
2.3.3 Tanda dan Gejala IUGR
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.
2.3.4 Etiologi IUGR
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun.Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena
18
infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Maternal
a. Tekanan darah tinggi b. Penyakit ginjal kronik c. Diabetes Melitus
d. Penyakit jantung dan pernapasan e. Malnutrisi dan anemia
f. Infeksi
g. Pecandu alkohol dan obat tertentu h. Perokok
2) Uterus dan Plasenta
a. Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
b. Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma.
c. Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus d. Twin-to-twin transfusion syndrome 3) Janin
a. Janin kembar
b. Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
c. Kelainan kongenital
19
d. Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) e. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin).Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
2.3.5 Faktor Predisposisi IUGR a. Insufisiensi plasenta b. Preeklamsi
c. penyakit ginjal kronik d. hipertensi kronik
e. masalah atau penyakit yang berhubungan dengan keadaan tersebut, seperti kehamilan kembar, diabetes melitus, penyakit jantung atau seperti penyakit kolagen
2.3.6 Komplikasi IUGR
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian.
Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka
20
dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
a. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis b. Setelah lahir :
Langsung :
• Asfiksia
• Hipoglikemi
• Aspirasi mekonium
• DIC
• Hipotermi
• Perdarahan pada paru
• Polisitemia
• Hiperviskositas sindrom
• Gangguan gastrointestinal
Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
21
c. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
2.4 INC (Intranatal Care) 2.4.1 Pengertian :
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar, (prawirohardjo, 2005). Sedangkan menurut Depkes (2007), persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu.
2.4.2 Faktor penting dalam persalinan Menurut Prawirohardjo, 2006 :
1) Power yaitu kontraksi otot dinding perut, otot diafragma pelvis atau kekuatan untuk menjaga dan ketegangan atau kontraksi ligamentum rotundum.
2) Passanger yaitu janin seperti: ukuran kepala, sikap, letak, presentasi, dan posisi janin
3) Passage yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.
4) Psikis: ketegangan atau kecemasan penderita dapat menimbulkan portio menjadi kaku atau kebal sehingga mempengaruhi jalannya persalinan.
5) Penolong: jika penolong bersikap sabar, hati-hati dan tidak tergesa- gesa maka persalinan dapat berjalan dengan lancar.
22
2.4.3 Tanda-tanda persalinan
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2) Keluar lendir yang bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada
2.4.4 Mekanisme persalinan
Kepala turun dengan sutura sagitalis melintang terhadap PAP dimana os. parietal depan dan belakang sama tinggi, kejadian ini dinamakan (synclitismus)
dengan adanya his dan dorongan meneran dari ibu Os.parietal belakang turun sehingga Os.parietal belakang lebih rendah dari Os.parietal depan dan tertahan oleh sympisis, dinamakan (Ansynclitismus Posterior)
dengan adanya his dan dorongan meneran dari ibu Tahanan pada Os.Parietal depan terlepas sehingga Os. Parietal depan dan belakang sama tinggi, dinamakan (synclitismus)
dengan adanya his dan dorongan meneran dari ibu Os.Parietal depan turun sehingga Os. Parietal depan lebih rendah dari Os. Parietal belakang dan Os.Parietal belakang tertahan oleh promontorium dinamakan (Ansynclitismus Aterior)
23
dengan adanya his dan dorongan meneran dari ibu Tahanan pada Os.Parietal belakang terlepas sehingga Os.
Parietal depan dan belakang sama tinggi ( sejajar ) disebut ( Synclitimus ), kejadian ini terjadi secara berturut-turut sehingga sampai di Hodge III, kemudian terjadi putaran paksi dalam dimana UUK ( Fontalena Minor ) berada dibawah sympisis dan Supoksiput sebagai Hipomoglion( titik putar )
dengan adanya his dan dorongan meneran dari ibu Lahirlah UUB, dahi, hidung, mulut, dagu, sampai seluruh kepala bayi lahir kemudian terjadilah putaran paksi luar untuk menyesuaikan letak punggung janin dan menghilangkan torsi, selanjutnya ekspulsi dengan gerakan fleksi lateral lahirlah bahu depan diikuti bahu belakang, lalu trochanter depan dan belakang hingga seluruh janin lahir.
2.4.5 Pembagian Tahapan Persalinan
Menurut Mochtar ( 2002 ) Proses persalinan terbagi menjadi 4 yaitu : 1) Kala I ( kala pembukaan )
Inpartu ( partus mulai ) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Blood show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Berlangsung kala I untuk primigravida berlangsung 13 jam, sedangkan multigravida sekitar 7 jam. Berdasarkan kurva friedman diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
24
Kala I dibagi menjadi 2 fase :
a) Fase laten : pembukaan serviks berlangsung dari 1 cm sampai 3 cm, serviks membuka pelahan-lahan selama fase ini, biasanya berlangsung tidak lebih dari 7 – 8 jam.
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan terbagi menjadi 3 subfase yaitu, periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. Periode dilatasi maksimal (steady)selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap
2) Kala II ( kala pengeluaran janin )
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir.
Kala II pada primigravida biasanya berlangsung 1 - 1½ jam dan pada multigravida berlangsung ½ - 1 jam.
3) Kala III ( kala pengeluaran uri )
Biasanya plasenta lepas dalam 5 – 30 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan fundus uteri, dan pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc. Tanda-tanda dari pelepasan plasenta adalah uterus yang berbentuk globuler atau bulat, tali pusat yang bertambah panjang dan adanya semburan darah tiba-tiba.
4) Kala IV ( kala pengawasan atau observasi )
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi 2 jam pertama. Hal
25
yang diobservasikan adalah tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi. Darah yang keluar harus ditakar sebaik- baiknya. Kehilangan darah pada persalinan bisa disebabkan oleh luka pasca pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum.
Perdarahan masih normal bila darahnya tidak melebihi 300 – 500 cc (Manuaba, 2002)
2.5 PNC ( Postnatal Care ) 2.5.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2001).
2.5.2 Involusi Alat-alat kandungan
Selama masa nifas terjadi perubahan pada alat–alat kandungan yang perlu di jelaskan pada ibu. Hal tersebut, meliputi mengecilnya bentuk uterus dari bekas implantasi plasenta, sembuhnya luka-luka jalan lahir, adanya kontraksi yang menyebabkan rasa mules-mules, perubahan pembuluh darah rahim, serviks dan vagina, dinding perut dan peritoneum, saluran kencing dan laktasi (Mochtar 1998).
26
2.4.3Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi : Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus
Bayi lahir Plasenta lahir
Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat
100 gr 750 gr 1 minggu
2 minggu 6 minggu 8 minggu
Pertengahan sympisis dan pusat Tidak teraba diatas sympisis Bertambah kecil
Sebesar nomal
500 gr 350 gr 50 gr 30 gr Sumber : Roestam Mochtar, 1998.
Menurut (Manuaba, 1998) Pengeluaran lochea dapat terbagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1) Lochea Rubra (cruenta) yang keluar 1 - 3 hari, warna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
2) Lochea Sanguiolenta keluar dari 3 - 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
3) Lochea Serosa, keluar 7 - 14 hari, berwarna kekuningan.
4) Lochea Alba, keluar setelah hari ke 14 dan berwarna putih.
5) Lochea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiastatis: Lochea tidak lancar keluarnya
27
2.5.3 Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas lebih aktif dengan anjuran untuk melakukan mobilisasi yang mempunyai keuntungan yaitu memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan serta meningkatkan peredaran darah sehingga mempercepat fungus ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Menurut Saifudin (2002) Perawatan masa nifas dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
1) Rawat gabung yang membuat ibu lebih memperhatikan dan dapat segera memberi ASI (air susu ibu)
2) Pemeriksaan umum akan kesadaran pasien dan keluhan yang ada.
3) Pemeriksaan khusus meliputi tekanan darah, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi, puting susu ada pembengkakan payudara, pengeluaran ASI (air susu ibu), lochea, bagaimana luka jahitan dan adanya tanda-tanda infeksi.
4) Memberi nasehat pada pasien saat pulang, nasehat-nasehat yang diberikan meliputi nasehat makanan dengan gizi seimbang, pakaian yang tidak ketat-ketat, pakaian dalam yang dapat menyerap, membuang kassa pembalut setiap penuh lochea, pengaturan miksi dan buang air besar, pemberian ASI (air susu ibu) dengan payudara, perawatan dan saat datangnya kembali menstruasi.
28
2.6 BBL (Bayi Baru Lahir) 2.6.1. Pengertian
Bayi baru lahir dengan bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan lahir pada saat kelahiran 2500 – 4000 gr. Bayi baru lahir dengan umur 0 - 7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 8 - 28 hari disebut neonatal lanjut (Pusdiknas, 2002).
2.6.2 Tujuan
Menurut rustam, 2002 :
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong dan merawat tali pusat 3) Mempertahankan suhu tubuh bayi 4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
2.6.3 Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir
Asuhan pada bayi baru lahir (menurut Saifudin, AB. 2002) ialah 1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi tidak menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas.
2) Menilai bayi baru lahir
Keadaan umum bayi dinilai segera dan lima menit pertama dengan nilai Apgar untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, warna kulit, dan reaksi terhadap rangsang. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui bayi normal (nilai Apgar 7 - 10) asfiksia
29
sedang ringan (nilai Apgar 4 - 6) atau bayi menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0 - 3) (Prawirohardjo, 1999).
Skor 0 1 2
Appearance (warna kulit)
Pucat
Badan merah Ekssternitas biru
Seluruh tubuh Kemerahan Pulse rate (nadi) Tidak ada <100 >100 Grimace
(gerakan)
Tidak ada
Sedikit gerak mimic
Batuk/bersin
Actifity (tonus otot)
Tidak ada
Ekstermitas Fleksi sedikit
Gerakan aktif
Respiratori (pernafasan)
Tidak ada
Lemah/tidak Teratur
Baik/menangis
Sumber : Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998 3) Memotong dan merawat tali pusat
a) Melakukan klem pada tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 - 3 cm dari pangkal pusat bayi.
b) Memotong tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri.
c) Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat, ganti sarung tangan anda bila sudah kotor. Memotong tali pusat dengan pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) d) Memeriksa tali pusat tiap 15 menit, apabila masih terjadi
pendarahan lakukan pengikat ulang lebih lanjut.
30
4) Mempertahankan suhu tubuh.
a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu.
b) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c) Pastikan bayi tetap hangat dan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit. Apabila telapak bayi tetap dingin periksala suhu aksila bayi, apabila suhu tubuh kurang dari 36,5 ºC, segera hangatkan bayi tersebut.
5) Kontak dini dengan ibu
a) Berikan bayi tersebut kepada ibu secepat mungkin, kontak bayi dengan ibu secara dini penting untuk : kehangatan, ikatan batin dan pemberian ASI.
b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan menunjukkan refleks rooting).
6) Pernafasan
a) Periksa pernafasan dan warna kulit bayi selama 5 menit
b) Jika bayi tidak bisa bernafas, lakukan hal-hal berikut : keringkan bayi dengan selimut/ handuk yang hangat, gosoklah punggung bayi dengan lembut.
c) Jika bayi belum bernafas selama 60 detik, (frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit) berikan oksigen kepada bayi.
31
7) Perawatan mata
Obat mata chloramfenicol 1% dianjurkan untuk pencegahan infeksi dan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
8) Pemeriksaan fisik bayi
a) Gunakan tempat yang hangat untuk pemeriksaan
b) Cuci tangan sesudah dan sebelum pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi
c) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematis menuju jari kaki.
9) Berikan vitamin K
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan diberi vitamin K 1mg sepertiga paha luar secara IM, pemberian salep mata bisa dilakukan bersamaan atau setelah pemberian salep mata.
10) Identifikasi bayi
a) Alat pengenal yang digunakan, hendaknya kebal air dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah robek dan tidak mudah lepas.
b) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi dan ibunya) tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan.
c) Di setiap tempat tidur diberikan tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi.
d) Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dicantumkan yang tidak mudah hilang, ukurlah berat badan, panjang badan,
32
BAB III
KASUS & PEMBAHASAN
3.1 Kronologi Kasus 3.1.1 Antenatal Care
Data ini penulis peroleh dari catatan bidan di buku KIA. Ibu mengaku hamil anak kedua, telah melahirkan sekali. Ibu mengaku bahwa persalinan pertama dilakukan di bidan. Anak pertama kini berusia 6 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan lahir 3000 gram, ibu mengaku tidak ada penyulit selama kehamilan dan persalinan pertamanya. Ibu mengaku sudah di imunisasi sebanyak 2 kali selama persalinan ini.
Pada kehamilan yang kedua ini, ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 8 kali di BPM Evi. Ibu pertama kali mengetahui kehamilannya pada saat usia kehamilan 8 minggu dan tidak ada keluhan. Ibu mengaku haid terakhir pada tanggal 20 Juni 2017.
Pada pemeriksaan didapatkan TB 156 cm, BB ibu sebelum hamil 47 kg dan BB saat ini 50 kg, selama kehamilan ibu mengalami kenaikan BB sebanyak 3 kg, LILA 26 cm, IMT ibu 20,5 dan ini menunjukan kenaikan BB ibu selama kehamilan dalam batas normal atau ideal
Selama 8 kali pemeriksaan, dimulai pada usia kehamilan 8 minggu dan dilanjutkan 3 kali pemeriksaan di trimester II pada usia
33
kehamilan 21, 24, 26 minggu dan 3 kali di trimester III pada usia kehamilan 28, TFU 25 cm, 32 minggu, TFU 25 cm dan 35 minggu, TFU 27 cm. Pada usia kehamilan 38 minggu dilakukan pemeriksaan TFU ibu 27 cm, dan didapatkan hasil pemeriksaan Hb 10 gr%, protein urine negatif, pemeriksaan VCT dan IMS di BPM Evi tidak dilakukan Dari hasil tersebut didapatkan ibu G2P1A0 hamil 38 minggu dengan anemia ringan dan pertumbuhan janin terhambat.
Pendidikan kesehatan yang diberikan adalah asupan gizi seimbang seperti sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, ati ayam dan susu, serta untuk terus minum tablet tambah darah (Fe) agar membantu kenaikan Hb dalam menghadapi persalinan, serta pola istirahat yang cukup. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan VCT dan IMS di Puskesmas Kaliabang Tengah, serta melakukan pemeriksaan USG mengingat ukuran TFU ibu tidak sesuai dengan usia kehamilan,
3.1.2 Intranatal Care
Tanggal 23 Maret 2018, Jam 03.55 WIB
Ny. I memeriksakan diri ke BPM Evi mengeluh keluar lendir bercampur darah sejak pukul 01.00 WIB dan dilakukan pemeriksaan TTV, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78 x/menit, respirasi 19x/menit, dan suhu 36,5oc. TFU 28 cm, pembukaan 4 cm, portio tipis dan lunak, ketuban positif presentasi kepala, H II, His 3x10’35”, DJJ 130x/menit, dan ketuban belum pecah. Didapatkan
34
diagnosa Ny. I G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup intrauterin prsentasi kepala.
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan yang akan terjadi pada bayi Ny. I yaitu berat badan bayi lahir kecil atau kurang, mengingat ukuran TFU ibu tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu. Pada Ny. I kemungkinan juga akan terjadi gangguan his bahkan perdarahan pasca lahir, hal ini dikarenakan Hb ibu pada pemeriksaan terakhir didapatkan 10 gr%.
Petugas memberikan kebutuhan asupan nutrisi, asuhan berupa tehnik mobilisasi dan relaksasi yang benar, serta melakukan pemantauan dan observasi pada Ny. I untuk kemajuan persalinan dan mengantisipasi jika terjadi kegawatdaruratan pada ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Tanggal 23 Maret 2018, Jam 07.30 WIB
Ny. I mengatakan bahwa mulasnya semakin sering, keluar air- air dari jalan lahir dan ada rasa ingin mengedan. Dilakukan pemeriksaan TTV, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 19 x/menit, dan suhu 36,7oc. DJJ 142x/m. TFU 28 cm, his 4x10’45”, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban sudah pecah, warna ketuban jernih, presentasi kepala, H III dan ditegakan diagnosa Ny. I G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala.
Petugas memfasilitasi ibu untuk memilih posisi persalinan yang nyaman dan pendamping persalinan, mengajarkan ibu tehnik meneran
35
yang baik, serta memberi semangat dan dukungan dalam proses persalinan.
Mendekatkan partus set, heacthing set dan persiapan ibu dan bayi baru lahir, obat-obatan uterotonika, mematahkannya dan memasukan spuit ke dalam bak instrument.
Penolong memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek, masker, alas kaki dan sarung tangan DTT di saat kepala tampak di vulva 5-6 cm. Memimpin persalinan sesuai dengan datangnya his, mendukung usaha ibu untuk meneran, memuji ibu ketika ibu dapat melakukannya dengan benar, memberikan minum untuk ibu bila tidak ada his.
Melindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi kain dan tangan kiri menahan kepala janin agar tidak terjadi defleksi maksimal ketika sub oksipito bregmatikus berada dibawah sympisis sebagai hypomoglion. Setelah kepala bayi lahir cek lilitan tali pusat (tidak ada lilitan tali pusat), tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar, sehingga kepala menghadap ke salah satu paha ibu (kepala menghadap paha kanan ibu), kemudian kepala dipegang secara biparietal, bawa curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan bawa curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah bahu lahir tangan kanan menyanggah kepala bayi dan susuri sampai seluruh badan bayi lahir.
Kemudian nilai warna kulit, pernapasan, refleks bayi, jenis kelamin dan keringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan (membantu
36
pelaksanaan IMD), klem tali pusat dan potong di antara 2 klem dan ikat tali pusat serta bungkus dengan kassa steril. Kemudian taruh bayi di atas perut ibu untuk IMD (inisiasi menyusu dini).
Pukul 08.00 WIB bayi lahir spontan sesuai masa kehamilan dengan letak belakang kepala, langsung menangis kuat, jenis kelamin perempuan, A/S 9/10, A/C +/-,vit K +, zalf mata +, segera lakukan IMD.
Tanggal 23 Maret 2018, Jam 08.00 WIB
Ny. I mengatakan masih merasa mulas. Dilakukan pemeriksaan TFU sepusat, tidak ada janin kedua, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, plasenta belum lahirdan perdarahan ±100cc dan ditegakan diagnosa P2A0 partus kala III.
Melakukan manajemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitosin 10 IU/IM (1/3 bagian paha luar) segera setelah bayi lahir.
Melakukan observasi tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu ada semburangj darah, tali pusat memanjang, dan uterus globuler.
Melakukan peregangan tali pusat terkendali yaitu tangan kanan melakukan penegangan tali pusat dan tangan kiri berada di perut ibu dorong ke arah dorsokranial dan melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir maksimal 15 detik,
Pukul 08.05 WIB plasenta lahir spontan lengkap dengan jumlah kotiledon 20 buah, selaput ketuban utuh, insersi centralis, panjang tali pusat ±50cm, diameter ±20cm, tebal ±3cm dan segera dilakukan masase uterus.
37
3.1.3 Kala IV
Tanggal 23 Maret 2018, Jam 08.05 WIB
Setelah plasenta lahir, teraba kontraksi uterus keras, tidak ada robekan jalan lahir, kemudian dilakukan pemantauan kala IV, hasil pemantauan :
a. Pukul 08.05 WIB
TD 120/80 mmHg, nadi 81x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±60cc
b. Pukul 08.20 WIB
TD 120/80 mmHg, nadi 81x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±50cc.
c. Pukul 08.35 WIB
TD 110/80 mmHg, nadi 81x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±40cc.
d. Pukul 08.50 WIB
TD 110/80 mmHg, nadi 81x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±15cc.
38
e. Pukul 09.20 WIB
TD 110/80 mmHg, nadi 78x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±10cc.
f. Pukul 09.50 WIB
TD 110/80 mmHg, nadi 78x/m, Rr 21x/m, suhu 37,50C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, perdarahan normal ±5cc.
Petugas memeriksa adanya robekan jalan lahir, tidak ada robekan pada jalan lahir.Mengajarkan pada ibu untuk melakukan masase uterus yaitu dengan tangan kiri berada di fundus, gerakkan tangan memutar ke permukaan fundus sehingga teraba rahim yang mengeras
Membersihkan ibu dengan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih, memakaikan pembalut, celana dalam dan kain bersih, kemudian memastikan ibu merasa nyaman.
Melakukan dekontaminasi, alat direndam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci dan mensterilkan alat-alat, alat-alat.Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan berbau.. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, ibu mau makan nasi dan minum teh manis. Memberitahukan kepada ibu penyebab mules yaitu karena kontraksi otot-otot rahim
39
yang berguna untuk mengembalikan rahim ke bentuk semula, ibu telah mengerti penyebab mulesnya.
Menganjurkan ibu untuk segera mengosongkan kandung kemihnya apabila ingin buang air kecil agar tidak menghambat kontraksi otot-otot rahimi jika terasa ingin buang air kecil. Memberikan ibu terapi vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 tablet dan diminum 1x1 yang manfaatnya untuk mengurangi resiko kebutaan pada ibu nifas dan mempengaruhi produksi A, SF 1x1
Mengobservasi KU ibu, TTV, TFU, kandung kemih, kontraksi uterus, perdarahan, tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam kedua setelah persalinan, Melakukan pencatatan dalam partograf dan mendokumentasikan. Memindahkan ibu ke ruang nifas setelah dua jam post partum, ibu dan bayi sudah dipindahkan.
3.1.4 Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. I lahir pukul 08.00 WIB jenis kelamin perempuan, lahir langsung menangis, tonus otot aktif warna kulit merah ekstremitas aktif, dengan A/S : 9/10, kemudian dilakukan pemeriksaan antopometri dengan hasil berat badan 3300 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm, dan lingkar perut 32 cm, dan dipakaikan baju, popok kain, topi, dll. Kemudian didekatkan ke ibu bayi ,
40
dan diberikan salep mata dan suntik vit K sebanyak 1 mg, segera setelah bayi lahir.
Dilakukan rawat gabung, dan pada 8 jam setelah bayi lahir dan merupakan KN-1 dilakukan kembali pemeriksaan tanda-tanda vital bayi, dan hasilnya dalam batas normal, tangis cukup kuat, gerak aktif, refleks hisap (+), bayi sudah BAK dan BAB, warna BAB hijau kehitaman dan lengket, respirasi : 46x/ menit, denyut jantung bayi : 145x/ menit, suhu : 36,7° C.
Kemudian pada pukul 09.00 WIB tanggal 24 Maret 2018 ibu dan bayi diperbolehkan pulang, karena keadaan bayi dalam keadaan baik dan pemeriksaan dalam batas normal bayi boleh dipulangkan, bayi di ambil oleh keluarganya, dan petugas memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap bersih, menjelaskan tanda bahaya pada bayi, pemberian ASI Ekslusif, dll. Sebelum bayi dan ibu pulang, bayi di imunisasi terlebih dahulu HBO. Anjuran bidan agar pasien melakukan kunjungan ulang pada hari ke- 7 setelah melahirkan.
3.2 Pendokumentasian
Dalam pendokumentasiannya, bidan mencatat hasil temuan dari pemeriksaan rutin yang dilakukan pada Ny. I pada Buku KIA dan Kohort Ibu Hamil.
Pada kasus ini bidan melakukan pendokumentasian setiap asuhan yang diberikan dengan metode SOAP. Data subjektif diperoleh dari pengumpulan data klien melalui anamnesa meliputi identitas,
41
riwayat kehamilan sekarang, riwayat kehamilan yang lalu, riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita oleh ibu, serta keluhan saat ini.
Data objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik terfokus dan pemeriksaan laboratorium. Menganalisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam diagnosis masalah, serta menggambarkan pendokumentasian dalam perencanaan asuhan.
3.3 Pembahasan Kasus 3.3.1 Antenatal Care
Dalam pelayanan ANC bidan sudah melakukan pemeriksaan BB, TB, IMT, LILA, TTV, TFU, DJJ, Leopold 1 sampai 4, pemberian tablet FE sebanyak 90 tablet selama kehamilan, diminum 90 tablet (rutin 1x1 setiap malam) selain itu dilakukan pemeriksaan Hb dan didapatkan hasil 10 gr%
dalam hal ini masih ada asuhan yang tidak dilakukan oleh bidan seperti pemeriksaan laboratorium VCT, IMS dan HbSag selama kehamilan sehingga tidak terpantau hasil VCT, IMS dan HbSag .
Menurut Manuaba ( 2009 ) Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri- ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama
42
dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.
Pada pemeriksaan kehamilan 38 minggu didapatkan hasil laboratorium, Hb 10 gr%, ini menunjukan ibu mengalami anemia ringan, hal ini tidak sesuai dengan teori Syaefudin (2014), dimana kadar Hb ibu hamil trimester III harus lebih dari 10gr%.
Status gizi dan ekonomi yang kurang merupakan salah satu penyebab faktor anemia yang diderita ibu, Syaefudin (2014). Mengingat suami Ny. I yang bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan ± 1.000.000/bulan.
Menurut buku ajaran gizi untuk kebidanan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil terutama dengan anemia salah satunya status ekonomi, karena ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari – hari. Seorang dengan ekonomi tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau (Sulistyawati,2009).
43
Pendapatan keluarga yang minim menyebabkan kurangnya pemilihan jumlah kalori serta nutrisi makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan ibu perhari yang berdampak pada penurunan status gizi dan anemia yang diderita ibu
Selain itu ukuran TFU ibu selama kehamilan juga tidak sesuai dengan usia kehamilan, dan ibu tidak melakukan pemeriksaan USG, dikarenakan alasan biaya. Ukuran TFU yang kecil pada ibu merupakan dampak dari anemia yang diderita ibu selama kehamilan. Anemia dalam kehamilan dapat memberikan dampak negatif terhadap fetus, salah satunya gangguan pertumbuhan janin. Kadar hemoglobin yang rendah pada anemia menyebabkan hipoksia kronik sehingga mengaktifkan respon stres tubuh dan meningkatkan kadar sirkulasi corticotrophinreleasing hormone.
Disamping itu, defisiensi zat besi dapat meningkatkan kadar norepinefrin dan kortisol serta meningkatkan stress oksidatif pada plasenta.
Mekanisme ini bertanggung jawab dalam gangguan pertumbuhan janin yang secara spesifik ditunjukkan oleh kejadian intrauterine growth restriction (IUGR). Kemungkinan yang terjadi pada bayi yang dilahirkan yaitu berat badan bayi lahir rendah, Sulistyawati (2009).
3.3.2 Intranatal Care
Berdasarkan hasil observasi dan data di BPM Evi bekasi diketahui bahwa petugas melakukan anamnesa ketika pasien pertama datang, melakukan pemeriksaan TTV, namun petugas tidak melakukan pemeriksaan tes Hb ulang, dan petugas tidak melakukan pemeriksaan
44
USG, mengingat ukuran TFU ibu tidak sesuai dengan usia kehamilan dan dikhawatirkan bayi yang dilahirkan kecil, dan ibu mengalami perdarahan.
Berdasarkan analisa dari kasus dan teori terjadi kesenjangan penanganan anemia dan PJT. Jika saat pasien datang dilakukan pemeriksaan USG dan cek Hb ulang maka kegawatdaruratan yang akan terjadi pada ibu dan bayi dapat segera diantisipasi.
Menurut Wildan, M dan Hdayat, A.A.A, 2008 bahwa fungsi pendokumentasian diantaranya sebagai berikut : Aspek hukum, melalui dokumentasi maka terdapat jaminan kepastian hukum dasar keadilan, sama halnya dalam rangka usaha menegakkan hukum dan penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan, karena semua catatan tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Hal tersebut sangat bermanfaat apabila dijumpai suatu masalah yang berhubungan dengan profesi bidan, dimana bidan sebagai pemberi jasa, maka pendokumentasian di perlukan sewaktu-waktu, karena dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan, maka dalam pencatatan data, data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan di tandatangani oleh bidan.
Aspek dokumentasi, berisi sumber informasi yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dalam proses dan laporan pelayanan kesehatan. Aspek akreditasi, melalui dokumentasi akan tercermin banyaknya permasalahan pasien yang berhasil diatasi atau tidak. Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan tentang tingkat keberhasilan pemberian asuhan kebidanan yang diberikan
45
guna pembinaan lebih lanjut. Selain itu, dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
Melalui akreditasi pula kita dapat memantau kwalitas layanan kebidanan yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Berdasarkan hasil observasi dan data BPM Evi bekasi diketahui bahwa petugas melakukan anamnesa ketika pasien pertama datang, melakukan pemeriksaan TTV, abdomen, melalukan pemeriksaan dalam, mengobservasi kemajuan persalinan kemudian mendokumentasikannya dalam partograf. Dalam kasus ini sebagian besar pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh Prosedur Tetap (PROTAP) Puskesmas Kaliabang Tengah yang menjadi pedoman BPM Evi.
3.3.3 Postnatal Care
Dalam studi kasus ini ditemukan bidan melakukan pemeriksaan TTV pada pasien, dan hasil pemeriksaan terdapat dalam batas normal.
Pasien berkunjung BPM Evi bekasi pada hari ke-7 post partum.
Menurut USAID-MCHIP (2012) bahwa pelayanan postnatal care menetapkan frekuensi kunjungan postnatal care sebaiknya 4 (empat) kali selama masa nifas, dengan ketentuan sebagai berikut : Pertama, dilakukan pada 6 jam-48 jam, Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7, Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28, dan Keempat, dilakukan pada hari ke 29–42.
46
Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) pada Standar15 tentang Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
Berdasarkan kasus dan teori didapatkan kunjungan nifas pada Ny. I sudah sesuai sehingga tidak ada kesenjangan, pada pemeriksaan postnatal care bidan memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, memberitahu mengenai kebersihan perorangan seperti vulva hygiene yang baik, dan asupan nutrisi ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
Mengkonsumsi makanan yang bergizi sangat dibutuhkan untuk tubuh ibu yang sedang menyusui dan dapat berpengaruh terhadap produksi ASI jika asupan makanan yang bergizi kurang.Sehingga dapat disimpulkan pelayanan yang bidan berikan sesuai dengan standar.
47
3.3.4 Bayi Baru Lahir
Dalam studi kasus ini ditemukan bahwa bayi segera menangis dengan A/S : 9/10 dan bidan melakukan suction pada bayi baru lahir, melakukan IMD dan dilakukan rawat gabung. Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa kunjungan neonatus yang dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada 8 jam, , dan 7 hari.
Berat badan bayi Ny. I saat lahir dalam batas normal, hal ini tidak sesuai dengan WHO menyebutkan janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pada kasus tersebut juga tidak sesuai dengan teori Wikjosastoro, 2005 dimana disebutkan PJT adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 0' persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi antara persentil 0' dan 1' diklasifikasikan sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional.
Penanganan awal pada Bayi Baru Lahir Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan atau lebih bulan dan atau air ketuban bercampur meconium dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia. (Kemenkes RI, Buku Saku Pelayanan Neonatal Esensial, 2010).
48
Menurut United States Agency For International Development ( USAID ) – Maternal And Child Health Integrated Program ( MCHIP ) 2012 Jadwal kunjungan Neonatus :
a). Pertama, dilakukan pada 6 jam-48 jam b). Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7 c). Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28
Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) pada standar 13 tentang Perawatan Bayi Baru Lahir, Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi. Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) pada Standar tentang Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,