• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KONSUMEN BERDASARKAN MULTI ATRIBUT PRODUK JAJANAN KHAS MAGETAN “ROTI BOLU”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU KONSUMEN BERDASARKAN MULTI ATRIBUT PRODUK JAJANAN KHAS MAGETAN “ROTI BOLU”."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMEN BERDASARKAN MULTI ATRIBUT PRODUK

JAJANAN KHAS MAGETAN “ROTI BOLU”

SKRIPSI

Oleh :

ARIESTA NOVIA RAHMAWATI

NPM : 1024010016

K e p a d a

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR

SURABAYA

(2)
(3)

ARIESTA NOVIA RAHMAWATI (1024010016). PERILAKU KONSUMEN BERDASARKAN MULTI ATRIBUT PRODUK JAJANAN KHAS MAGETAN “ROTI BOLU” DOSEN PEMBIMBING UTAMA : SRI TJONDRO WINARNO. DOSEN PEMBIMBING PENDAMPING : SIGIT DWI NUGROHO.

RINGKASAN

Kuliner merupakan salah satu senjata efektif untuk meningkatkan brand dan promosi bagi sebuah Negara. Roti bolu merupakan roti peninggalan jaman penjajahan Belanda. Berjalannya waktu pemerintah mengembangkan roti bolu untuk dijadikan jajanan khas dari Magetan, yang sampai saat ini jajanan tradisonal tersebut semakin berkembang pesat sesuai dengan perkembangan jaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi jajanan tradisional roti bolu, Menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap multiatribut jajanan tradisional roti bolu berdasarkan merek, Mendiskripsikan perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi jajanan tradisional roti bolu.

Metode yang digunakan untuk penentuan lokasi dan obyek, menggunakan metode multistage random sampling. Lokasi yang diplih dalam penelitian ini ada 5 Kecamatandari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Magetan.Metode pengambilan responden dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan dengan pertimbangan tertentu.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah konsumen berdasarkan tingkat usia yang paling banyak membeli roti bolu adalah usia 20Sampai 26 tahun dengan persentase tertinggi 37,5%, berdasarkan jenis kelamin sebagian besar konsumen yang mengkonsumsi roti bolu adalah perempuan, dengan persentase 57,5 % berdasarkan pendidikan terakhir konsumen yang paling banyak membeli atau mengkonsumsi yaitu pendidikan S1 dengan persentase 47,5 % dan pendidikan terakhir SMA dengan persentase 35,0 % berdasarkan tingkat pekerjaan yang paling banyak mengkonsumsi roti bolu adalah PNSdengan persentase 37,5 % dan Pelajar atau Mahasiswa dengan persentase 32,5 %. Sedangkan pada tingkat pendapatan yang paling banyak membeli dan mengkonsumsi roti bolu sebesar Rp. 1.000,000,- sampai Rp. 4.000.000,- dengan persentase 57,5 %. Rasa dinilai konsumen sangat penting, sedangkan ukuran bagi konsumen dinilai sangat tidak penting dengan skor 0,68. Rasa pada roti bolu dipilih konsumen sebagai atribut yang sangat nikmat, dengan skor tertinggi 1,95 dengan merek Sedap Rasa, tetapi konsumen menilai atribut ukuran pada roti bolu sangat tidak menarik. Bagi konsumen, roti bolu yang paling nikmat dan merek dikenal luas oleh konsumen adalah roti bolu merek Sedap Rasa.Konsumen lebih suka membeli roti bolu di toko oleh-oleh atau toko jajanan. Pengalaman yang cukup lama membuktikan bahwa konsumen menyukai roti bolu. Satu minggu atau dua minggu sekali konsumen mengkonsumsi roti bolu dan dinikmati pada pagi dan sore hari sebagi sarapan pagi atau sebagai pendamping minum teh atau kopi. Informasi dari teman merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli roti bolu. Konsumen bersedia menginformasikan roti bolu kepada saudara, keluarga atau tema, karena kualitas yang cukup bagus.

(4)

PERILAKU KONSUMEN BERDASARKAN MULTI ATRIBUT PRODUK JAJANAN KHAS MAGETAN “ROTI BOLU”

Ariesta Novia Rahmawati 1) Sri Tjondro Winarno2) Sigit Dwi Nugroho3)

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur

ABSTRAK

Penilaian terhadap atribut produk dapat menggambarkan dan mencerminkan sikap konsumen atau perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik konsumen, menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap multiatribut roti bolu berdasarkan merek dan mendiskripsikan perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi roti bolu. Analisis Deskriptif dan Analisis fishben digunakan untuk mejawab tujuan penelitian ini.

Hasil penelitian menujukkan konsumen berdasarkan tingkat usia terdapat 37,5% dengan responden usia 20-26 tahun, responden perempuan, 57,5 % berdasarkan pendidikan terakhir pendidikan S1 dengan persentase 47,5 % dan pendidikan terakhir SMA persentase 35,0 % berdasarkan tingkat pekerjaan PNS dengan persentase 37,5 % dan Pelajar atau Mahasiswa dengan persentase 32,5 %. Tingkat pendapatan sebesar Rp.1.000,000,- sampai Rp. 4.000.000,- persentase 57,5 %. Ukuran bagi konsumen dinilai sangat tidak penting dengan skor 0,68. Rasa roti bolu dipilih konsumen sebagai atribut yang sangat nikmat, dengan skor tertinggi 1,95 dengan merek Sedap Rasa, tetapi konsumen menilai atribut ukuran pada roti bolu sangat tidak menarik. Konsumen lebih suka membeli roti bolu di toko oleh-oleh atau toko jajanan. Pengalaman yang cukup lama membuktikan bahwa konsumen menyukai roti bolu. Satu minggu atau dua minggu sekali konsumen mengkonsumsi roti bolu dan dinikmati pada pagi dan sore hari sebagai sarapan pagi atau sebagai pendamping minum teh atau kopi. Informasi dari teman merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli roti bolu. Konsumen bersedia menginformasikan roti bolu kepada keluarga atau teman, karena kualitas yang cukup bagus.

Dengan diketahuinya kelemahan-kelemahan atribut suatu produk, maka produsen dapat memperbaiki kualitas dari atribut-atribut tersebut sehingga lebih disukai konsumen.

(5)

CONSUMER BEHAVIOR BE BASED ON MULTI ATTRIBUTES PRODUCT special snacks MAGETAN " ROTIBOLU"

Ariesta Novia Rahmawati 1) Sri Tjondro Winarno2) Sigit Dwi Nugroho3) Majoring in Agribusiness Faculty of Agriculture

UPN “ Veteran” East Java

ABSTRAC

Assessment of product attributes can describe and reflect the attitudes of consumers or consumer behavior in spending and consuming a product . This study aimed to analyze the characteristics of the consumer , consumer confidence analyze attitudes toward multiatribut brand bread and cake by describing consumer behavior in buying and consuming bread sponge . Descriptive Analysis and Analysis Fishben used to answer any purpose of this study .

The results showed consumers based on age level there is 37.5 % with respondents aged 20-26 years , female respondents , 57.5 % based on the latest education S1 with a percentage of 47.5 % and the percentage of education past high school 35.0 % based on the level of job PNS with a percentage of 37.5 % and a student or students with a percentage of 32.5 % . Income level of 1,000, 000 , - up to Rp . 4.000.000 , - percentage of 57.5 % . Size for consumers rated very important by a score of 0.68 . The taste of bread sponge chosen as the attributes that consumers are very delicious , with a highest score of 1.95 with Sedap Rasa brand , but consumers rate the attributes of the size of the bread sponge is not very interesting . Consumers prefer to buy bread sponge in the gift shop or snack shop . Long experience proves that consumers like bread sponge . One week or two weeks once consumers consume bread cakes and enjoyed the morning and afternoon for breakfast or as a companion to a cup of tea or coffee . Information from friends is a factor that can influence the consumer in buying bread sponge . Consumers are willing to inform the bread sponge to family or friends , because the quality is pretty good .

By knowing the weaknesses of the attributes of a product , then the manufacturer can improve the quality of these attributes so that consumers preferred .

Keyword: Consumer Behavior, Multiatribut, Roti Bolu

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat membuat

skripsi dengan judul “Perilaku Konsumen Berdasarkan Multi Atribut Produk Jajanan Khas Magetan “Roti Bolu”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari

Jurusan Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan

kesuksesan tidak terlepas dari sang Khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada : Ir. Sri Tjondro Winarno, MM selaku dosen pembimbing utama

dan Ir. Sigit Dwi Nugroho, MSi selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah banyak memberikan pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan

waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk

membimbing penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas

Pertanian-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Seluruh keluarga besarku terutama Bapak dan Ibuku, kakakku, keponakanku

Nanda dan Chilla dan kekasihku yang telah banyak memberikan dukungan

do’a, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga.

3. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku semester VIII Jurusan Agribisnis

yang aku banggakan, dan aku sayangi serta semua pihak terkait yang tidak

(7)

4. Kepada seluruh konsumen roti bolu yang telah bersedia menjadi responden

penulis dengan meluangkan waktu dan memberikan informasi demi

tersusunnya penulisan ini.

Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian

skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan.

Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan

semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

pembaca umumnya.

Surabaya, Mei 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 9

2.2.2. Pentingnya Perilaku Konsumen ... 11

2.2.3. Konsep Perilaku Konsumen ... 12

2.2.4. Riset Perilaku Konsumen ... 14

2.2.5. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Perilaku Konsumen ... 15

2.2.5.1. Faktor Budaya ... 16

2.2.5.2. Faktor Sosial ... 17

2.2.5.3. Faktor Personal/ Pribadi ... 18

2.2.5.4. Faktor psikologi ... 20

(9)

2.2.7. Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 23

2.2.8. Bauran Pemasaran ... 28

2.2.9. Pengertian Produk ... 29

2.2.10. Klasifikasi Produk ... 29

2.2.11. Tingkatan Produk ... 31

2.2.12. Atribut Produk ... 32

2.2.13. Teori Sikap Kepercayaan Konsumen ... 33

2.2.13.1. Sikap Kepercayaan ... 33

2.2.13.2. Model Multiatribut ... 33

2.2.14. Jajanan Tradisional ... 36

2.2.15. Roti Bolu Magetan ... 38

2.3. Kerangka Pemikiran ... 39

III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian ... 41

3.2. Penentuan Sampel atau Responden ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 43

3.5. Analisis Data ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Magetan ... 51

4.2. Roti Bolu Magetan ... 54

4.3. Karakteristik Konsumen Roti Bolu ... 54

4.3.1. Konsumen Berdasarkan Usia... 55

4.3.2. Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.3.3. Konsumen Berdasarkan Pendidikan ... 57

4.3.4. Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 58

(10)

4.4. Sikap Kepercayaan Konsumen Berdasarkan Merek ... 61

4.4.1. Penilaian Evaluasi Atribut ... 61

4.4.2. Penilaian Kepercayaan Atribut ... 62

4.4.3. Analisis Sikap Konsumen ... 65

4.5. Perilaku Konsumen ... 71

4.5.1. Pengalaman Konsumen dalam Mengkonsumsi Roti bolu ... 71

4.5.2. Perilaku Konsumen Berdasarkan Tempat Membeli ... 72

4.5.3. Tingkatan Seberapa Sering Konsumen Mengkonsumsi Roti Bolu dalam Kurun Waktu Tertentu ... 75

4.6. Proses Keputusan yang Mendahului dan Mengikuti Tindakan ... 76

4.6.1. Pertimbangan Dalam Membeli Roti Bolu ... 76

4.6.2. Pengaruh Informasi ... 79

4.6.3. Kepuasan Konsumen Setelah Membeli Roti Bolu .... 81

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Judul

1.1. Kandungan dalam Roti Bolu ... 2

3.2. Skor evaluasai (ei) terhadap Atribut roti bolu ... 49

3.3. Skor Kepercayaan (bi) terhadap atribut roti bolu ... 50

4.4 Kecamatan dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Magetan .. 53

4.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia ... 56

4.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendidikan ... 58

4.8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 59

4.9 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendapatan .. 60

4.10 Skor Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) ... 62

4.11 Skor Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Roti Bolu Merek Sedap Rasa ... 63

4.12 Skor Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Roti Bolu Merek Dinawa ... 64

4.13 Skor Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Roti bolu Tidak atau Tanpa Merek ... 65

4.14 Hasil Skor Kepercayaan dan Evaluasi Konsumen Terhadap Multi Atribut Roti Bolu ... 66

4.15 Pengalaman Konsumen Berdasarkan Menikmati Roti Bolu ... 72

4.16 Sebaran Konsumen Berdasarkan Tempat Membeli ... 73

4.17 Frkuensi konsumen dalam mengkonsumsi roti bolu ... 75

4.18 Sebaran Dalam Pertimbangan Pembelian Roti Bolu ... 77

4.19 Sebaran Konsmen Berdasarkan Alasan Membeli Roti Bolu ... 78

(12)

Dalam Membeli Roti Bolu ... 79

4.21 Sebaran Konsumen Berdasarkan Sumber Informasi Dalam

Membeli Roti Bolu ... 80

4.22 Kepuasaan Konsumen Dalam Membeli ... 82

4.23 Ketersediaan Konsumen Menginformasikan ke

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Judul

2.1. Model Perilaku Konsumen ... 13

2.2. Model Proses Keputusan konsumen ... 16

2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 21

2.4. Model Keterlibatan Konsumen ... 24

2.5. Proses Pengambilan Keputusan ... 25

2.6. Model Lengkap Perilaku Konsumen yang Memperlihatkan Pengambilan dan hasil ... 27

2.7. Alur Kerangka Pemikiran ... 40

4.8 Peta Kabupaten Magetan ... 52

4.9 Toko Oleh-oleh Jajanan Khas Magetan ... 74

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Judul

1. Hasil Perhitungan Analisis Fishbein ... 89

2. Hasil Perhitungan Analisis Fishbein ... 90

3. Hasil Perhitungan Analisis Fishbein ... 91

4. Pembuatan Roti Bolu ... 92

5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Kecamatan ... 93

6. Gambaran Kabupaten Magetan ... 94

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kuliner merupakan salah satu senjata efektif untuk meningkatkan brand dan promosi bagi sebuah Negara. Setiap Negara pasti memiliki kekhasan yang

dapat membuat negaranya berbeda dari Negara lain. Begitu pula di Indonesia,

setiap provinsi ataupun kota pasti mempunyai makanan dan jajananan khas.

Seperti pada provinsi-provinsi lainnya, provinsi Jawa Timur mempunyai

jajananan tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami. Jajanan tradisional

adalah warisan budaya yang unik,dan sering terlupakan tapi sesungguhnya

cukup diminati. Meskipun kecil, tapi roti tradisional adalah bagian dari atribut

tradisi bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan, sebagai local jewel (kearifan lokal) untuk memajukan pariwisata Indonesia. Roti bolu merupakan

salah satu jajanan tradisional yang berasal dari Magetan, roti bolu atau sering

juga disebut dengan roti telur karena bentuknya yang mirip dengan telur yang

oval, mempunyai cita rasa manis berpadu aroma khas jeruk purut. Pada acara-

acara tertentu, roti bolu sering digunakan untuk gunungan seperti diacara

grebek maulid atau grebek suro. Selain tradisi, pemerintah Kabaupaten Magetan

mempunyai tujuan lain dalam acara tersebut yaitu mempromosikan roti kepada

masyarakat luas.

Roti bolu merupakan roti peninggalan jaman penjajahan Belanda.

Berjalannya waktu pemerintah mengembangkan roti bolu untuk dijadikan jajanan

khas dari Magetan, yang sampai saat ini jajanan tradisonal tersebut semakin

berkembang pesat sesuai dengan perkembangan jaman.

(16)

Tabel 1.1 Kandungan dalam Roti bolu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2009)

No Kandungan Jumlah

1 Kandungan energi 435 kkal

2 Kandungan Protein 7, 1 gr

3 Kandungan Lemak 19, 8 gr

4 Kandungan Karbonhidrat 57, 1 gr

5 Kandungan Kalsium 15 mg

6 Kandungan Fosfor 160 mg

7 Kandungan Zat besi 0, 8 mg

8 Kandungan Vitamin A 65 UI

9 Kandungan Vitamin B1 0, 06 mg

10 Kandungan Vitamin C 1 mg

Keberadaan roti yang mulai disukai oleh semua lapisan masyarakat

menjadikan peluang usaha industri roti ini semakin menjanjikan. Hal ini tentu saja

tidak terlepas dari analisa permintaan dan penawaran produk tersebut. Keadaan

ini menjadikan skala usaha yang bergerak di bisnis roti pun beragam, mulai dari

yang kecil atau bersifat home industry, menengah dan industri besar.

Atribut produk dalam suatu usaha dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian (Tjiptono, 1997). Hal yang

sama dikemukakan oleh Engel, Blackwell dan Miniard (1994) bahwa atribut

produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif

selama pengambilan keputusan, penilaian terhadap atribut produk dapat

menggambarkan sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat

mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi

suatu produk tertentu. Perilaku mengacu pada pembelian konsumen dan pola

(17)

berfokus pada apa yang dibeli, dimana dan kapan pembelian dilakukan, situasi

dan kondisi yang melingkupi pembelian serta karakteristik pembeli (Sciffman dan

Kanuk, 1994).

Penataan skala sikap (attitude scalling) merupakan istilah yang biasa digunakan mengacu kepada proses pengukuran sikap. Penataan skala sikap

dalam pemasaran cendrung berfokus pada pengukuran keyakinan responsen

tentang atribut-atribut produk (komponen kognitif) dan perasaan responden

tentang daya tarik atribut-atribut ini (komponen afektif). Kombinasi keyakinan dan

perasaan biasanya diasumsikan untuk menentukan niat membeli (komponen

perilaku) (Kinnear dan Taylor, 1991). Model sikap multi atribut dapat digunakan

untuk mengetahui hubungann pengetauan produk dengan sikap terhadap produk

yang berkenan dengan ciri atau atribut prduk (Engel, Blackwell dan Minidard,

1994).

Pembahasan tentang perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh

yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu

produk/merek yang harus dipelajari oleh pemasar. Perilaku pembelian konsumen

seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyak rangsangan (stimuli) dari luar

dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungannya yang lain. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah)

dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil

keputusan pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk

memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah

motivasi konsumen untuk membeli.

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang

berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta

pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.

(18)

membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah ( low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dibedakan menjadi

dua bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang

konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar konsumen.

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri konsumen antara lain : kepribadian,

motivasi konsumen, pengetahuan konsumen, kepercayaan dan perasaan

konsumen. Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar konsumen antara

lain : budaya, etnisitas, kelas sosial, keluarga dan pengaruh rumah tangga.

Kemasan (multi atribut) jajanan tradisional yang kurang menarik, perlu memperhatikan selera atau permintaan konsumen dalam mengembangkan

produknya. Hal ini perlu diperhatikan karena selera atau permintaan konsumen

berpengaruh penting terhadap siklus kehidupan suatu produk itu sendiri.

Pemasar harus berusaha untuk memahami yang mendalam mengenai

konsumen sehingga akan memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi

keputusan konsumen dalam membeli (Sumarwan, 2003).

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini diarahkan untuk

mengidentifikasi multi atribiut produk roti bolu untuk menarik konsumen membeli

jajanan tradisional yang sesuai dengan selera konsumen dan jajanan tradisional

dapat berkembang lebih pesat di era modern ini.

1.2. Permusan Masalah

Jajanan tradisional merupakan produk bercita rasa budaya tinggi yang

berupa perpaduan antara kreasi mengolah hasil sumber daya lokal dengan

selera berbumbu adat istiadat dan telah diwariskan selama beberapa generasi

(19)

sebagai penggunanya. Roti bolu salah satu jajanan tradisional yang bercita rasa

khas jeruk purut. Berbagai macam merek roti bolu memiliki kemasan atau atribut

yang hampir sama antara pengusah satu dengan pengusah bolu lainnya. Hal ini

akan membuat bingung konsumen dalam menetukan atau pengambilan

keputusan membeli roti bolu, dalam menarik perhatian konsumen, produsen

berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Berbagai macam merek

menawarkan keunggulan produknya masing-masing yang diwujudkan dalam

atribut yang melekat dalam suatu produk seperti rasa, warna, ukuran, tekstur,

harga, kemasan, dan kemudahan memperoleh, sehingga menimbulkan

perbedaan antar merek.

Dari permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan berbagai

permasalahan, yaitu:

a. Bagaimana karakteristik konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi

jajanan tradsional roti bolu?

b. Bagaiman sikap kepercayaan konsumen terhadap multi atribut produk

roti bolu berdasarkan merek?

c. Bagaimana perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi

jajanan tradisonal roti bolu?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebut diatas maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menganalisis karakteristik konsumen dalam membeli dan

mengkonsumsi jajanan tradisional roti bolu

b. Menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap multiatribut

(20)

c. Mendiskripsikan perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi

jajanan tradisional roti bolu.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai

berikut :

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dengan disusunnya skripsi ini, penulis berharap dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta

dapat menjadi bahan studi perbandingan bagi penulis dimasa yang

akan datang.

b. Bagi Penulis

Dengan penyusunan skripsi ini mendapat manfaat yaitu sebagai

penerapan dan perbandingan dengan teori-teori yang pernah penulis

terima dibangku kuliah terhadap kenyataan yang sebenarnya.

c. Bagi Lembaga/ Perguruan tinggi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan pustaka

(literatur) di perpustakan.

d. Bagi Produsen

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat menjadi

sumber pendukung bagi produsen untuk memperoleh informasi tentang

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti memberikan refrensi dari beberapa penelitian terdahulu, antara

lain:

1. Govindasamy, R. et. al. (2002), telah melakukan penelitian dengan judul: “Farmer’s Market: Consumer Trends, Preferences, and Characteristic”. Pendekatan penelitian adalah survey, yang dilakukan di pasar-pasar

tradisional New Jersey, mengumpulkan informasi mengenai atribut

konsumen, preferensi dan karakteristik sosial ekonomi, dengan

responden sebanyak 336 orang. Hasilnya menyatakan bahwa jenis,

kualitas, kesegaran dan kesesuaian harga berpengaruh signifikan

terhadap preferensi konsumen dalam melakukan pembelian terhadap

produk Batari-Batarian.

2. Wiguna (2007) penelitian ini mengakat tentang Pengaruh Kemasan

Produk Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Jajanan

Khas Kota Gresik. Tujuan dari adanya penelitian ini yaitu untuk

mengetahui pengaruh kemasan terhadap keputusan konsumen dalam

membeli suatu produk. Serta untuk mengetahui variabel manakah yang

paling berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli suatu

produk. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Uji Validitas dan Uji

Reliabilitas, Analisis regresi Linier Berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu

variabel bahan kemasan merupakan variabel yang paling dominan.

3. Ujang Sumarwan (2000) dalam penelitiannya mengenai penggunaan

model sikap multiatribut Feishbein menganasis sikap konsumen terhadap

produk biskuit sandwich merek Rodeo dan Oreo menggunakan

(22)

krim isi. Dari keenam atribut tersebut atribut kerenyahan memperoleh

skor tertinggi, kemudian diikuti oleh atribut rasa coklat. Ini menunjukkan

bahwa konsumen akan mempertimbangkan atribut kerenyahan dan rasa

coklat sebagai atribut penting dalam memilih produk biskuit sandwich

coklat. Sedangkana keempat atribut lainnya juga dianggap penting oleh

konsumen sebagai faktor yang dipertimbangkan dalam memiliki produk

biskuit sandwich coklat. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan

bahwa responden lebih menyukai OREO dibandingkan Rodeo karena

responden menilai semua atribut OREO lebih baik dari atribut Rodeo.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi penting bagi strategi pemasaran

produk. Dengan diketahuinya kelemahan-kelemahan atribut suatu produk,

maka produsen dapat memperbaiki kualitas dari atribut-atribut tersebut

sehingga lebih disukai konsumen. Demikian pula sebaliknya, jika

produsen menemukan bahwa produknya lebih unggul dari pesaingnya,

maka harus merumuskan strategi untuk mempertahankan keunggulan

semua atributnya untuk tetap menguasai pasar. Analisis Feishbein

ternyata sangat bermanfaat sebagai masukan untuk merumuskan strategi

pemasaran yang efektif.

Penelitian oleh Jayadi (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Kualitas Produk, Harga Dan Saluran Distribusi Terhadap Kepuasan Pembelian

Cemilan Kripik Singkong (Studi Kasus Pada Jajanan Semarang center). Dengan

hasil penelitian sebagian besar responden menilai kualitas produk yang dimiliki

jajanan semarang center baik, khususnya yang meliputi rasa dari kripik itu

sendiri dan pelayanan kepada pelanggan yang diberikan baik. Sebagian besar

(23)

Dari berbagai penelitian terdahulu diatas terdapat kesamaan dengan

bahasan dalam penelitian ini yaitu mengkaji tentang jajanan tradisional, atribut

dalam jajanan tradisional, tetapi juga terdapat perbedaan yaitu pada obyek kajian

dan analisis yang digunakan dengan penelitian tentang “Perilaku Konsumen

Berdasarkan Multiatribut Produk Jajanan Khas Magetan “Roti Bolu” ”.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh

perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Banyak

pengertian mengenai konsep perilaku konsumen yang dikemukakan oleh

banyak ahli. Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai perilaku

konsumen

Setiadi (2005), menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli

tindakan ini.

Women dan Minor (2002) Perilaku Konsumen (consumen behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuamgam barang,

jasa, pengalaman, serta ide-ide.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), studi perilaku konsumen terpusat

pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya

mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli

barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang

mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana

mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering

(24)

seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

bertindak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan

dapat memenuhi kebutuhannya.

Menurut Sumarwan (2003) studi perilaku konsumen adalah studi

mengenai bagaimana sesorang individu membuat suatu keputusan untuk

mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi).

Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal- hal sebagai berikut.

Apa yang dibeli (wha the buy?), mengapa konsumen membelinya? (why they buy it?), kapan mereka membelinya? (when they buy it?), dimana mereka membelinya?(where they buy it), berapa sering mereka membelinya?(how often they buy it?), berapa sering mereka menggunakannya? (how often they use it?).

Sedangkan Engel, Blackwell dan Minidard (1994) mengartikannya

sebagai “We define consumer behavior as those activities directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and service, including the decision processes that precede and follow these action”. Didefinisikan “Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini”.

Menurut The American Marketing Association yang dikutip oleh

Setiadi (2003,), perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara

afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan

kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut terdapat

tiga ide penting, yaitu : (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal

tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan

(25)

Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seseorang

kosumen, group konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan

bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku

konsumen, demikian pula perilaku konsumen, demikian pula pada

pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal sudi perilaku konsumen, salah

satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya

terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan invidu atau group tertentu.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis

yang mendorong pembelian tersebut pada saat mencari, membeli,

menggunakan, menghabiskan, suatu barang atau jasa setelah melakukan hal-

hal atau kegiatan mengevaluasi.

2.2.2. Pentingnya perilaku konsumen a. Dalam Kehidupan Sehari-hari

Di dalam kehidupan sehari-hari perilaku konsumen sangat penting.

Terutama hal yang mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan sebarapa sering mereka menggunakannya. Di samping itu dapat juga mempelajari pemakaian konsumen, mengevaluasi pasca-pembelian produk

yang mereka beli dan untuk mengetahui cara individu membuang produk yang

dulu pernah baru.

b. Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang

(26)

1) Tahap Masukan (Input)

Mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk

dan terdiri dari dua sumber informasi utama: Usaha pemasaran perusahaan (produk itu sendiri, harganya, promosinya dan dimana ia dijual)

dan pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (keluarga, teman-teman, tetangga sumber informal dan non-komersial lain, kelas sosial serta

keanggotaan budaya dan subbudaya). Dampak kumulatif dari setiap usaha

pemasaran perusahaan, pengaruh keluarga, temen-teman, tetangga dan

tata perilaku masyarakat yang ada, semuanya merupakan masukan yang

mungkin mempengaruhi apa yang dibeli konsumen dan bagaimana mereka

menggunakan apa yang mereka beli.

2) Tahap Proses

Memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor

psikologis yang melekat pada setiap individu (motivasi, persepsi,

pengetahuan, kepribadian dan sikap) mempengaruhi cara masukan dari

luar pada tahap masukan mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap

kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelin dan evaluasi terhadap

barbagai alternative, pada gilirannya akan mempengaruhi sifat psikologis

konsumen yang ada.

3) Tahap Keluaran (Output)

Dalam model pengambilan keputusan konsumen terdiri dari dua macam

kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat: Perilaku

membeli dan evaluasi setelah membeli.

2.2.3. Konsep Perilaku Konsumen

(27)

Gambar 2.1. Model perilaku konsumen Howard dan Sheth ini mengetengahkan

bahwa keputusan pembelian dan kepuasan konsumen melalui proses yang

cukup panjang antara lain melalui tahap 1. Pengenalan kebutuhan; 2.

Pencarian informasi; 3. Evaluasi alternatif; dan 4 Keputusan untuk membeli

yang selanjutnya konsumen memperoleh kepuasan atau tidak.

(28)

Engel, Blackwell dan Minidard (1993), berpendapat bahwa perilaku

konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang atau jasa

termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Jadi

perilaku konsumen pada hakekatnya adalah semua kegiatan, tindakan serta

proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum

membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk.

2.2.4. Riset Perilaku Konsumen

Untuk menggeneralisasikan riset perilaku konsumen, menurut Mowen

(2002), dilakukan berdasarkan tiga perspektif riset yang bertindak sebagai

pedoman pemikiran dan pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku perolehan (akuisisi) konsumen, ketiga perspektif tersebut adalah :

a. Perspektif pengambilan keputusan (decision making perspective) yang menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian

langkah langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-langkah

tersebut termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih

dan evaluasi pascaperolehan, sebagai contoh perspektif pengambilan

keputusan dalam situasi ini berfokus pada langkah langkah yang diambil oleh

konsumen saat memutuskan produk sepeda motor mana yang akan dipilih

untuk menjadi kenderaannya, yang dalam hal ini peneliti akan

mengidentifikasi karakteristik dari konsumen.

b. Perspektif Pengalaman (experiantial perspective), dalam hal ini para konsumen melakukan pembelian tidak dengan proses keputusan rasional

semata namun mereka dalam membeli produk atau jasa tertentu lebih

kepada kesenangan, untuk menciptakan fantasi atau karena perasaan emosi

saja, perspektif ini menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena

(29)

konsumen beralih ke merek yang lain dengan alasan yang sederhana yakni

mereka bosan dengan merek lama dan ingin mencoba produk baru.

c. Perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective) yang mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk

melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan

atau kepercayaan kepada produk, menurut perspektif ini konsumen

konsumen tidak hanya mengambil melalui keputusan rasional tetapi juga

bergantung pada perasaan didalam membeli.

2.2.5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), perilaku konsumen dalam

membeli dipengaruhi dan dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu yang pertama

faktor lingkungan, meliputi: budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, dan situasi.

Faktor kedua yaitu faktor perbedaan individu meliputi: sumber daya konsumen,

motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan

demografi. Faktor ketiga adalah faktor psikologis meliputi: pengolahan informasi,

pembelajaran, dan perubahan sikap atau perilaku. Pengambilan keputusan oleh

konsumen ini akan berdampak pada strategi pemasaran yang dipilih oleh

(30)

Gambar 2.2. Model Proses Keputusan Konsumen (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994)

Menurut Kotler (2005) perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

2.2.5.1. Faktor Budaya

Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari

lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh

paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen.

(31)

2). Sub-budaya

Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan

persamaan dan pengalaman hidup serta keadaan, seperti kebangsaan,

agama, ras dan daerah (Kotler dan Amstrong, 2001).

3). Kelas Sosial

Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang

tersusun secara hirarki dan para anggotanya menganut nilai, minat, dan

perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan,

namun juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan wilayah tempat

tinggal. Beberapa ciri yang diidentifikasi mengenai kelas sosial yaitu orang

– orang di dalam kelas sosial cenderung berperilaku sama, merasa dirinya

inferior atau superior di kelas mereka, terdiri dari berbagai macam variabel

seperti pekerjaan, penghasilan, pendidikan (Kotler,2005).

2.2.5.2. Faktor Sosial

Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen

dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut

nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu

faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari

pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa

sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan

tidak dapat mengubah posisi sosial mereka.

1). Kelompok Acuan

Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap sikap maupun perilaku

seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap

(32)

teman, tetangga dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan,

perkumpulan profesional dan serikat dagang).

2). Pengaruh Keluarga

Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku

pembelian. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi

kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Para pelaku pasar telah

memeriksa peran dan pengaruh suami, istri dan anak dalam pembelian

produk dan jasa yang berbeda.

3). Peran dan Status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang

hidupnya seperti keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan seseorang itu

dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Dengan kata lain tiap

peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum

yang diberikan oleh masyarakat. Sehingga seseorang memilih produk yang

dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat

2.2.5.3. Faktor Personal/ Pribadi

Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang

yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif

konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan. Keputusan membeli juga

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

1). Situasi Ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk

yang akan digunakan, seperti jam tangan rolex diposisikan untuk para

(33)

kelas menengah. Situasi ekonomi seseorang mempengaruhi pemilihan

produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu

2). Gaya Hidup

Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas,

ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari

kebudayaan, kelas sosial dan pekerjaan yang sama mungkin saja

mempunyai gaya hidup yang berbeda

3). Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin

kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang

itu sendiri, contohnya: orang yang percaya diri, dominan, suka

bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi dan agresif. Tiap

individu memiliki gambaran diri yang kompleks dan perilaku seseorang

cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut.

4). Usia dan Siklus Hidup

Orang-orang mengubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan

siklus kehidupannya. Rasa, baju-baju, peralatan rumah tangga dan

rekreasi seringkali berhubungan dengan umur. Keputusan pembelian juga

dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Faktor-faktor penting yang

berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini

mungkin dikarenakan karena adanya perbedaan yang besar dalam umur

antara orang-orang yang menentukan strategi pemasaran dan orang-orang

yang membeli produk atau jasa.

5). Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli.

(34)

service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat.

2.2.5.4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana dia

tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa

lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Pilihan barang yang

dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting:

1). Motivasi

Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.

Kebutuhan akan menjadi motif apabila didorong hingga mencapai level

intensitas yang memadai (Kotler,2005). Teori motivasi menurut Abraham

Maslow bahwa kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari

yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan

psikologikal, keamanan, sosial, harga diri dan pengaktualisasian diri).

Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan

tersebut berhenti menjadi motivator dan orang tersebut akan kemudian

mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya.

2). Persepsi

Persepsi menurut Kotler (2005) adalah proses yang digunakan

individu untuk memilih, mengorganisasi dan mengartikan masukan

informasi guna menciptakan suatu gambaran yang berarti dari lingkungan

sekitarnya.

3). Pembelajaran

Pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman, pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara

pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan, dan penguatan

(35)

4). Keyakinan dan Sikap

Menurut Kotler (2005), keyakinan adalah gambaran pemikiran yang

dianut seseorang mempercayai sesuatu. Keyakinan merek ada di dalam

memori konsumen. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosi,

dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan dan tidak

menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap obyek atau

gagasan tertentu.

Gambar 2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

2.2.6. Definisi dan Karakteristik Konsumen

Menurut

Engel, Blackwell dan Minidard

(1994), terdapat tiga variabel yang berguna dalam menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa

pasar target, yaitu kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian

(36)

psikografi digunakan sebagai ukuran operasional dalam gaya hidup, yaitu pada

pengukuran kegiatan, minat dan opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam

profil demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status

pernikahan, tempat tinggal, ukuran keluarga pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan. Perbedaan kondisi demografi konsumen akan mempengaruhi

konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera

dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu mengetahui dengan pasti variabel

demografi yang dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.

Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,

kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin

tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena sudah merasa cukup dengan

pengetahuan yang dia miliki untuk mengambil keputusan. Konsumen yang

memiliki kepribadian senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik

demografi. Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang mencari

informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum memutuskan untuk

membeli.

Karakteristik Konsumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,

yaitu:

a. Pendapatan

Merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari

pekerjaan yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jumlah pendapatan

akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Karena inilah

alasan maka pemasaran perlu mengetahui pendapatan konsumen,

karena pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting besarnya

(37)

b. Pendidikan dan pekerjaan

Adalah dua karakteristik konsumen yang paling berhubungan.

Pendidikana akan menetukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang konsumen. Tingkat pendidikan seseorang juga akan

mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berfikir, cara pandang

bahkan presepsinya terhadap suatu masalah. Dari sisi pemasaran,

semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda adalah

konsumen potensial bagi semua produk dan jasa. Pemasar harus

memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang

berbeda, dan produk apa yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

c. Umur Konsumen

Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa

yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan

selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua

produk berapapun usianya adalah konsumen, maka pemasar perlu

mengetahui komposisi dan distribusi usia penduduk dari wilayah atau

daerah yang diajdikan target pasarnya.

2.2.7. Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan konsumen untuk menentukan jenis produk yang akan dibeli

berkaitan erat dengan tingkat keterlibatan konsumen (consumer behavior) dalam pembuatan dan pemasaran suatu produk. Untuk memahami pembuatan

keputusan konsumen, terlebih dahulu harus difahami sifat-sifat keterlibatan

konsumen dalam produk. Menurut Mowen (1995) tingkat keterlibatan konsumen

dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh kepentingan personal yang dirasakan

dan ditimbulkan oleh stimulus. Dapat dikatakan bahwa ada konsumen yang

(38)

(low involvement) atas pembelian suatu produk. Terdapat dua tipe keterlibatan konsumen yaitu keterlibatan situasional (situational involvement) dan keterlibatan tahan lama (enduring involvement).

Keterlibatan situasional adalah tipe keterlibatan yang hanya terjadi seketika

pada situasi khusus dan bersifat temporer. Sedangkan tipe keterlibatan tahan

lama memilki sifat yang lebih permanen dan berlangsung lebih lama. Model

keterlibatan konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.4

Kondisi- Kondisi Keterlibatan Konsumen

Gambar 2.4. Model Keterlibatan Konsumen (Assael, 1992)

Menurut Assael (1992) proses keputusan konsumen tidak muncul begitu

saja, tetapi melalui beberapa tahapan yang terdiri dari lima tahapan, yaitu

pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan

evaluasi pasca pembelian. Model proses pengambilan keputusan dapat dilihat

(39)

Umpan Balik

Gambar 2.5. Proses Pengambilan Keputusan (Sutisna, 2001)

Dari Gambar 2.5. dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pencarian Berbagai Informasi

Ketika pengenalan kebutuhan telah muncul, maka konsumen akan

mencari berbagai informasi mengenai produk yang sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan konsumen. Informasi yang diperoleh dari sumber yang

bemacam-macam. Menurut Kotler (1997), sumber informasi konsumen yang

menjadi acuan konsumen terdiri dari empat kelompok, yaitu: (1) Sumber

pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan) (2) Sumber komersial (iklan,

tenaga penjual, pedagang perantara) (3) Sumber umum (media massa,

organisasi penilai konsumen) dan; (4) Sumber pengalaman (penanganan,

pemeriksaan penggunaan produk). Menurut Engel, Blackwell dan Minidard

(1994) faktor lain yang mempengaruhi tahap pencarian adalah situasi, ciri-ciri

produk, lingkungan eceran, dan produk itu sendiri. Pengenalan masalah atau kebutuhan

konsumen

Pencarian berbagai informasi

Pilihan atas merek produk untuk dibeli Evaluasi berbagai alternatif merek produk

(40)

b. Evaluasi Alternatif

Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi berbagai

alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi

kebutuhan. Pada tahap ini konsumen harus :

1. Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan

2. Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan

3. Menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan

4. Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat

pilihan akhir

c. Pembelian

Menurut Engel, Blackwell dan Minidard (1995) pembelian diilustrasikan

sebagai fungsi dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan dan

atau pengaruh individu. Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi

dua kategori, yaitu: (1) Produk dan merk, disebut sebagai pembelian yang

terencana dimana konsumen lebih bersedia meluangkan waktu dan energi

sehingga distribusi produk dapat lebih efektif, (2) Kelas produk, yaitu

pembelian yang terencana jika pilihan merek dibuat ditempat penjualan.

Sedangkan pada fungsi kedua, situasi merupakan variabel yang menonjol.

d. Evaluasi Pasca Pembelian

Kegiatan evaluasi pasca pembelian yang dilakukan oleh konsumen

adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui apakah alternatif yang

dipilih dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan yang

diinginkan. Apabila hasil evaluasi pasca pembelian konsumen terhadap suatu

produk dianggap dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka hal ini

akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Sehingga

diharapkan kepuasan konsumen yang berfungsi untuk mendapatkan loyalitas

(41)

pembelian secara berulang-ulang. Hal ini akan bermanfaat untuk

mempertahankan pelanggan lama dan bahkan mendapatkan pelanggan baru.

Sedangkan, apabila hasil evaluasi pasca pembelian konsumen terhadap

suatu produk dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,

maka hal ini akan berpengaruh negatif terhadap pembelian selanjutnya.

Sehingga dapat mengakibatkan menurunnya loyalitas konsumen terhadap

produk. Hal ini akan menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan

upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum.

Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)

(42)

2.2.8. Bauran Pemasaran

Menurut Assauri (2000) “ Bauran pemasaran merupakan kombinasi

variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran variabel yang

dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli

atau konsumen”. Bauran pemasaran (marketing mix) terdapat 4 kompenen yaitu: produk, harga, tempat, dan promosi.

a. Produk

Produk adalah suatu barang yang dapat ditawarkan kepasar untuk

mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang

dapat memenuhi suatu kegiatan atau kebutuhan. Termasuk dalam produk

selain berbentuk fisik juga jasa maupun layanan.

b. Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditawarkan konsumen dengan manfaat

dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan

oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh

penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua pembeli.

c. Promosi

Promosi merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

mengkomunikasikan manfaat produknya dan meyakini konsumen agar

mau melakukan tindakan pembeli.

d. Tempat (Distribusi)

Tempat atau distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan

agar produknya dapat diperoleh dengan mudah dan tersedia bagi

konsumen sasaran. Sebagian besar produsen menggunakan perantara

pemasaran untuk memasarkan produk khusus barang dengan cara

membangun satu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang

(43)

memungknkan suatu produk atau jasa tersedia bagi penggunaan atau

konsumsi oleh konsumen atau industrial.

2.2.9. Pengertian Produk

Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk

merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di

konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari

perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk

yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan,

garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan

membeli produk tersebut.

Pengertian produk (product) menurut Kotler (1997) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian,

dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari

produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai

tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen,

sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang

dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting

oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

2.2.10. Klasifikasi Produk.

Menurut Tjiptono (2000) klasifikasi produk bisa dilakukan atas

berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk

dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa.

Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:

a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)

(44)

dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya

adalah sabun, minuman ringan, kapur tulis, gula dan garam.

b. Barang Tahan Lama (Durable Goods)

Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa

bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk

pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih). Contohnya antara lain TV,

lemari es, mobil dan komputer. Selain berdasarkan daya tahannya,

produk pada umumnya juga diklasifikasikan berdasarkan siapa

konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan

kriteria ini, produk dapat dibedakan menjadi barang konsumen

(costumer's goods) dan barang industri (industrial's goods). Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan

konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk

tujuan bisnis. Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan

menjadi empat jenis yaitu:

1) Convinience Goods

Convinience goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering beli), dibutuhkan

dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang

minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya.

Contohnya sabun, pasta gigi, baterai, minuman, majalah, surat

kabar, payung dan jas hujan.

2) Shopping Goods

Shopping goods adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara

berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut

(45)

Contohnya alat-alat rumah tangga (TV, mesin cuci, tape recorder), furniture (mebel), pakaian.

3) Specially Goods

Specially goods adalah barang-barang yang memiliki karakteristik dan identifikasi merek yang unik di mana sekelompok konsumen

bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya

adalah barang-barang mewah dengan merek dan model spesifik.

4) Unsought Goods

Unsought goods merupakan barang-barang yang diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui tetapi pada umumnya

belum terfikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa,

batu nisan, tanah kuburan (Tjiptono, 2000 ).

2.2.11. Tingkatan Produk

Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:

a. Produk Inti (Core Product)

Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang

dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa

b. Produk Aktual (Actual Product)

Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang

dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti

(Kotler & Armstrong, 2001).

c. Produk Tambahan

Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa

pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan

(46)

konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau

pertanyaan. (Kotler & Armstrong, 2001).

2.2.12. Atribut Produk

Menurut Kotler & Armstrong (2001) beberapa atribut yang menyertai

dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:

a. Merek (branding)

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan

membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan

masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan

memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.

Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada

produk

b. Pengemasan (packing)

Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.

c. Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan,

ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai

lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat

menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah

(47)

2.2.13.

Teori Sikap Kepercayaaan Konsumen 2.2.13.1. Sikap Kepercayaan

Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan pembelian. Konsep sikap sangat terkait dengan

konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek yang disukai atau tidak, dan

sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai

atribut dan manfaat dari obyek tersebut. Kepercayaan konsumen adalah

pengetahuan konsumen terhadap atribut dari suatu produk. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sikap kepercayaan yaitu ungkapan dari perasaaan konsumen

pada suatu produk yang memiliki berbagai atribut dan manfaat pada tiap atribut

tersebut yang dapat disukai oleh konsumen (Sumarwan, 2002)

2.2.13.2. Model Multiatribut

Sikap dan perilaku konsumen juga merupakan bagian dari konsep perilaku konsumen yang lain. Untuk mengukur sikap dan perilaku konsumen

dapat dilakukan dengan model multiatribut. Model sikap multiatribut

menggambarkan rancangan yang berharga untuk memeriksa hubungan antara

pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk

berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Ada beberapa model sikap

multiatribut yang dapat di aplikasikan, yaitu :

A. Model Atribut Fishbein

Model sikap Fishbein menjelaskan pembentukan dibandingkan sikap

sebagai tanggapan atas atribut-atribut produk. Secara simbolis rumus tersebut

(48)

Ao =

Dimana :

Ao : Sikap terhadap obyek

bi : Kekuatan kepercayaan bahwa obyek memiliki atribut I

ei : Evaluasi mengenai atribut I

n : Jumlah atribut yang menonjol

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) “the model therefore proposes that attitude toward a given object (such as a product) is based on the summed set of beliefs about the objects attributes weighted by the evaluation of these attributes”. Artinya yaitu: model tersebut mengemukakan bahwa sikap terhadap obyek tertentu (misalnya merek) didasarkan pada perangkat

kepercayaan yang diringkas mengenai atribut obyek bersangkutan yang diberi

bobot oleh evaluasi terhadap atribut ini.

B. Model Sikap Angka Ideal

Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mengemukakan bahwa model ini

memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk

dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasakan

konsumen. Perbedaan utama model fishbein dan Ideal adalah terletak pada

pengukuran sikap ideal menurut konsumen. Fishbein tidak mengukur sikap Ideal

menurut konsumen. Model angka Ideal digambarkan sebagai berikut :

n

(49)

Ab = ∑ Wi /Ii – Xi/

Dimana :

Ab : Sikap terhadap suatu merek

Wi : Tingkat kepentingan atribut ke I

Ii : Performansi ideal atribut ke I

Xi : Kepercayaan terhadap atribut ke I dari suatu merek

N : Jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen.

Pada prinsipnya model Ideal ini memberikan informasi mengenai evaluasi

konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen

dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur

perbedaan antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan

oleh konsumen.

C. Model Tiga Komponen

Peter dan Olson (1999) model analisis konsumen yang disebutkan sebagai

tiga unsur analisis konsumen yaitu sikap (affective), kepercayaan (cognitive), dan perilaku (behavior). Afektif mengungkapkan perasaan dan emosi konsumen terhadap suatu produk atau merek yang disukai atau tidak yang ditujukan

terhadap produk secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi terhadap

atribut-atribut yang dimiliki produk. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi

konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu obyek-sikap dan

informasi dari berbagai sumber. Kognitif menunjukkan tindakan seorang atau

Gambar

Gambar 2.2. Model Proses Keputusan Konsumen (Engel,  Blackwell, dan
Gambar 2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Gambar 2.4. Model Keterlibatan Konsumen (Assael, 1992)
Gambar 2.5.  Proses Pengambilan Keputusan (Sutisna, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Waktu Standar adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja dan kecepatan normal dengan pertimbangan

Variabel suasana toko merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap pembelian impulsif Pengaruh Penataan Produk (Product Display) dan Diskon Terhadap Pembelian

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa agama atau kepercayaan yang dianut oleh Orang Baduy dinamai dengan sebutan Sunda Wiwitan. Agama Sunda Wiwitan ini dilihat

Berdasarkan tinjauan dari peta geologi, peta jenis tanah, peta abrasi, peta DAS, dan peta tata guna lahan dalam RTRW Kabupaten Demak tahun 2011-2031 maka pembuatan

Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik kulit ikan pari tersamak pada semua perlakuan memenuhi standar penerimaan konsumen, artinya pengolahan produk kulit dengan

Termasuk yang juga bisa menolong untuk khusyu’ dalam shalat, yaitu tidak mengganggu orang lain dengan bacaan al Qur`an, tidak shalat dengan pakaian atau baju yang ada

Tetapkanlah aku di dalam Ibu Segala Catitan itu menjadi seorang yang bahagia, beroleh rezeki dan beroleh taufiq untuk segala kebajikan kerana Engkau telah berfirman dan

Hasil menunjukan bahwa ekstrak etanol buah kecombrang memiliki potensi sebagai imunomodulator pada dosis 300 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB dengan efektivitas yang tidak berbeda