KOMPETENSI PEDAGOGIK
PEMANFAATAN DAN PELAPORAN
HASIL PENILAIAN
Direktorat Jenderal GurudanTenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penulis:
1. Endang Kurniawan, M. Pd. Hp. 081314544113
email: kangendangk@yahoo.com
2. Ernawati, S.Pd., M.Pd. Hp. 085793846974
e-mail:
ernawatikhatulistiwa112@gmail.com
4. Sumiati, M. Pd., Hp. 085252660815
email: sumiatisyafiuddin@gmail.com
Penelaah:
1. Dr. Yeti Mulyati, M.Pd. Hp.087821486596
email:yetimulya@yahoo.com
2. Drs. Krisanjaya, M.Hum. Hp. 0818157653
email:ksanjaya@yahoo.com
Copyright © 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Bahasa, Direktorat Jederal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 1
C. Peta Kompetensi ... 1
D. Ruang Lingkup ... 2
E. Cara Penggunaan Modul ... 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN... 5
A. Tujuan ... 5
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Tujuan ... 5
C. Uraian Materi ... 6
D. Aktivitas Pembelajaran ... 77
E. Latihan/ Kasus/Tugas ... 79
F. Rangkuman ... 82
G. Umpan Balik/ Tindak Lanjut ... 83
H. Kunci Jawaban Latihan/ Kasus/Tugas ... 84
PENUTUP ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul ini ditujukan untuk peserta diklat guru pembelajar bagi guru bahasa
Indonesia SMA pada kelompok kompetensi I. Modul ini pada dasarnya
adalah sarana peningkatan kompetensi guru, khususnya salah satu
kompetensi pedagogik dengan merujuk pada Permendiknas No. 16 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi Guru.
Kegiatan belajar pada topik ini dirancang dengan menggunakan pendekatan
andragogi dengan metode diskusi dan penugasan. Semua kegiatan tersebut
dapat dilakukan baik dalam pembelajaran langsung maupun tidak langsung.
B. Tujuan
Setelah mempelajari seluruh kegiatan pembelajaran pada modul ini, Anda
mampu menganalisis ketercapaian KKM, merancang program remedial
berdasarkan hasil penilaian, mengomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi
kepada pemangku kepentingan, dan memanfaatkan informasi hasil penilaian
dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
C. Peta Kompetensi
Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu
pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.
Kompetensi
Utama Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Guru Mapel (KG) Pedagogik 9. Memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
2 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I Kompetensi
Utama Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Guru Mapel (KG) hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan 9.3 Mengkomunikasikan hasil
penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembelajaran pada bagian ini adalah penentuan ketuntasan
belajar, program remedial dan pengayaan, pelaporan hasil penilaian, dan
pemanfaatan informasi hasil penilaian. Pembelajaran diawali dengan
penjabaran tujuan, kompetensi dan indikator. Selanjutnya, agar tujuan
tersebut dapat dicapai dengan maksimal, modul ini menjabarkan materi dan
bagaimana pembelajarannya dalam bentuk aktivitas pembelajaran yang
dilengkapi dengan lembar kerja atau tugas. Di akhir pembelajaran modul ini
disajikan evaluasi berupa tes untuk mengukur ketercapaian atau hasil
belajar.
E. Cara Penggunaan Modul
Modul ini pada dasarnya disusun sebagai pedoman bagi Anda untuk
mempelajari materi pedagogik, khususnya pemanfaatan hasil penilaian
dalam upaya meningkatkan kemampuan diri dan memperbaiki kualitas
pembelajaran, baik dilakukan dalam kegiatan tatap muka maupun kegiatan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 3 Cara menggunakan modul ini adalah sebagai berikut.
1. Gunakan modul ini secara berurutan bagian per bagian dimulai dari
pengantar, pendahuluan, kegiatan-kegiatan hingga glosarium.
2. Bacalah pendahuluan modul ini, cermatilah setiap tujuan, peta
kompetensi dan ruang lingkupnya.
3. Ikutilah langkah-langkah aktivitas pembelajaran dan model/teknik
pembelajaran yang digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam
modul ini.
4. Gunakan LK-LK yang telah disediakan untuk menyelesaikan setiap
tugas/latihan/studi kasus yang diminta. Melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dilakukan, Anda diharapkan dapat menghasilkan
produk seperti berikut ini.
a. portofolio hasil belajar
b. rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan PKB Guru.
c. evaluasi akhir setiap modul
Pada prinsipnya aktivitas pembelajaran dalam modul ini menuntut partisipasi
aktif Anda agar alur kegiatan belajar dapat dilaksanakan. Tujuan yang
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 5
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar, merancang
program remedial dan pengayaan, meningkatkan kualitas pembelajaran,
dan
mengomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangkukepentingan.
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi 9.1 Menggunakan informasi
hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar
9.1.1 Menentukan KKM.
9.1.2 Menganalisis ketercapaian KKM.
9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
9.2.1 Merancang program remedial berdasarkan hasil penilaian
9.2.2 Merancang program pengayaan berdasarkan hasil penilaian.
9.2.3 Memanfaatkan informasi penilaian untuk pengembangan penilaian pembelajaran. 9.3 Mengkomunikasikan hasil
penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
9.3.1 Mengkomunikasikan hasil penilaian kepada peserta didik.
9.3.2 Mengkomunikasikan hasil penilaian kepada wali murid/orang tua.
9.3.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian kepada pihak sekolah.
6 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 9.4 Memanfaatkan informasi
hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
9.4.1 Memanfaatkan informasi penilaian untuk program perbaikan proses belajar.
9.4.2 Memanfaatkan informasi penilaian untuk pengembangan penilaian pembelajaran.
C. Uraian Materi
1. Ketuntasan Belajar
a.
Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi
adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan
dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas
ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam
menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak
diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada
acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang
memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai
proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk
melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu
memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau
layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan
minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 7 karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum
MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan
KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentasetingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100
(seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal.
Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75.
Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di
bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta
didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar
informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau
orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam
Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil
belajar peserta didik.
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan
penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan
tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat
penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar
dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam
setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.
Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta
didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang
diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap
tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil
dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan
pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi
seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk
8 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
Pada Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud No. 53 Tahun
2015, KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran melalui
musyawarah oleh satuan pendidikan (sekolah) dengan
memperhatikan intake (kemampuan rata-rata peserta didik),
kompeksitas, dan kemampuan daya dukung (berorientasi pada
sumber belajar).
Pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) dinyatakan tuntas jika
pencapaian kompetensi minimal 60. Sedangka sikap spiritual (KI-1)
dan sikap sosial (KI-2) minimal baik (B). Satuan pendidikan berhak
untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal di atas ketuntasan
minimal yang telah ditentukan pemerintah melalui analisis dengan
mempertimbangkan kriteria ketuntasan belajar. Penilaian
pengetahuan menggunakan rerata dan keterampilan menggunakan
rata-rata optimum dengan skala 1 - 100. Penilaian akhir sikap pada
rapor menggunakan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
dan Kurang Baik (K).
b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria ketuntasan minimal berfungsi:
1) sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta
didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap
kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan
KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang
tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk
pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;
2) sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan
indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh
peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri
dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM.
Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 9 3) dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat
dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh
karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan
perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD
tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan
dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan
sarana-prasarana belajar di sekolah;
4) merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta
didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus
dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan
pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian
KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.
Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif
mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas
yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan
memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya
dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan
pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan
untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan
penilaian di sekolah; dan
5) merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian
kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya
semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur
kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program
pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur
10 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I c. Prinsip Penetapan Ketuntasan Minimal
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan
yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif.
Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement
oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik
dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya.
Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka
yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
2) Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui
analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta
didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar
kompetensi;
3) Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD)
merupakan rata-rata dari indikator yang terdapat dalam
Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang
telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
4) Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK)
merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat
dalam SK tersebut;
5) Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata
dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu
tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB/Rapor) peserta didik;
6) Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidikuntuk membuat
soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah
Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 11 /menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan
demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh
hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara; dan
7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan
adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal.
c. Langkah-langkah Penetapan Ketuntasan Minimal
Penetapan ketuntasan belajar atau kriteria ketuntasan minmal (KKM)
dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah
penetapan KKM adalah sebagai berikut:
1) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran
dengan mempertimbangkantiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas,
daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai
berikut:
.
Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi,
apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya
satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik;
KKM Indikator
KKM KD
KKM SK KKM
12 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi;
guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;
peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan;
waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi,
sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan
pengulangan/latihan;
tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
Contoh 1
Standar Kompetensi 1 (SK 1)
Kompetensi Dasar (KD 1.2)
Indikator Pencapaian Kompetensi
Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak
langsung
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara
Menentukan unsur intrinsik suatu cerita yang disampaikan secara langsung /melalui rekaman
Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk
menentukan unsur instrinsik diperlukan beberapa tahap
pemahaman/penalaran peserta didik.
Contoh 2
Standar Kompetensi 3 (SK 3)
Kompetensi Dasar (KD 3.1) Indikator Pencapaian Kompetensi
Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca
Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 menit)
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 13 Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak
memerlukan tahapan berpikir/penalaran yang tinggi.
Daya dukung, kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses
pembelajaran;
Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian
stakeholders sekolah.
Contoh
Standar Kompetensi 1 (SK 1)
Kompetensi Dasar (KD 1.2)
Indikator Pencapaian Kompetensi
Memahami siaran atau cerita yang
disampaikan secara langsung/tidak langsung
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara
Menentukan unsur intrinsik suatu cerita yang disampaikan secara langsung /melalui rekaman
Daya dukung untuk indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai
sarana prasarana yang cukup untuk melakukan pembelajaran,
misalkan laboratorium bahasa atau media visual dan guru mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik. Namun, daya
dukungnyarendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk
melakukan pembelajaran atau guru tidak mampu menyajikan
pembelajaran dengan baik.
Intake, tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan. Penetapan intake di kelas X dapat
didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta
didikbaru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi
masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan
14 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
2) Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM
mata pelajaran;
3) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata
pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan
patokanguru dalam melakukanpenilaian;
4) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas
pendidikan;
5) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua/wali peserta didik.
Contoh penetapan KKM
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami informasi melalui tuturan
Kompetensi dasar dan Indikator Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai KKM Kompleksitas Daya
dukung
Intake
9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan)
Mampu menuliskan hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat
Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil dengaran melalui tuturan tidak langsung ke dalam beberapa kalimat singkat Mampu menyimpulkanisi
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 15 Menafsirkan kriteria menjadi nilai
Dengan memberikan point pada setiap kriteria yang ditetapkan :
1. Kompleksitas: - Tinggi = 1
- Sedang = 2
- Rendah = 3
2. Daya dukung: - Tinggi = 3
- Sedang = 2
- Rendah = 1
3. Intake: - Tinggi = 3
- Sedang = 2
- Rendah = 1
Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas rendah, daya dukung
tinggi dan intake peserta didik sedang nilainya adalah:
(3 + 3 + 2) x 100 = 88.89
9
Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria:
1. Kompleksitas: - Tinggi = 50-64
- Sedang = 65-80
- Rendah = 81-100
2. Daya dukung: - Tinggi = 81-100
- Sedang = 65-80
- Rendah = 50-64
3. Intake: - Tinggi = 81-100
- Sedang = 65-80
- Rendah = 50-64
Jika indikator memiliki Kriteria : kompleksitas sedang, daya dukung
tinggi dan intake sedang nilainya adalah rata-rata setiap nilai
dari kriteria yang kita tentukan.
Dalam menentukan rentang nilai dan menentukan nilai dari setiap
kriteria perlu kesepakatan dalam forum MGMP di Sekolah.
16 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I Analisis dengan memberikan point pada setiap kriteria
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami informasi melalui tuturan
Kompetensi dasar dan Indikator
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Penetapan Ketuntasan Nilai KKM Kompleksitas Daya dukung Intake
9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) Mampu menuliskan
hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat
Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil dengaran melalui tuturan tidak langsung ke dalam beberapa kalimat singkat
Mampu menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung rendah 3 tinggi 1 sedang 2 tinggi 3 sedang 2 tinggi 3 sedang 2 sedang 2 sedang 2 74 88,9 55,6 77,8 Contoh 2
Analisis dengan menggunakan rentang nilai
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami informasi melalui tuturan
Kompetensi dasar dan Indikator Kriteria Ketuntasan Minimal
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 17 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang
didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan)
Mampu menuliskan hal-hal penting yang didengar dengan kalimat singkat
Mampu menuliskan info yang diperoleh dari hasil dengaran melalui tuturan tidak langsung ke dalam beberapa kalimat singkat
Mampu menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung
sedang 75 tinggi 55 sedang 78 tinggi 90 sedan g 80 tinggi 85 sedang 70 sedang 70 sedang 70 75 78,3 68,3 77,6
Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 74,77
dibulatkan menjadi 75.
c. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal
Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat
ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut
diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga
dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester
atau tahun pembelajaran berikutnya.
Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah
selesai melaksanakan penilaian setiap KD harus dilakukan analisis
pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis
rata-rata hasil pencapaian peserta didik kelas X, XI, atau XII terhadap
KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui
analisis ini akan diperoleh data antara lain:
1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta
didikpada kelas X, XI, atau XII;
2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik
pada kelas X, XI, atau XII;
3. KD yang dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah peserta didikpeserta
18 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
Manfaat hasil analisis adalahsebagai dasar untuk meningkatkan
kriteria ketuntasan minimal pada semester atautahun pembelajaran
berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan
berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik
per mata pelajaran.
Contoh
Format
Analisis Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik PerKd
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
No.
Nama Peserta didik
KKM
Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD
SK 1 SK 2 SK 3
KD KD KD
1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dst
….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 1. 2. 3. dst Rata-rata Ketuntasan belajar (dalam %) F re k w e n s i jm l p e s e rt a d id
ik ≤ 49
50-74 75-100 ≥ KKM sekolah
Rekapitulasi Pencapaian Ketuntasan Belajar Minimal Sekolah Nama sekolah :
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 19
Kelas :
Kondisi bulan :
SK KD KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min
SK1 KD.1.1 70.00 75.00 75 72,5 70 80 77,5 75 KD 1.2 75.00 80.00
SK 2
KD 2.1 75.00 70.00
75 70 65 70 69 67
KD 2.2 70.00 70.00 KD 2.3 65.00 67.00 dst
2. Program Remedial dan Pengayaan
a.
RemedialRemedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai
kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep
penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu
diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan
Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran
berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem
dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai
peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur
menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran
tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap
20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah,
demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.
Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media
seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format,
mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb. Di
tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses
menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk
mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir
program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa
ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat
pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal
atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah
dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan
mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan
yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau
perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik
yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran. Mereka perlu menempuh penilaian
kembali atau tes ulang setelah mendapatkan program pembelajaran
remedial. Pembelajaran remedial dan tes ulang dilakukan diluar jam
tatap muka.
Bentuk perlakuan pembelajaran remedial dilakukan berdasarkan
keterserapan KD pada ketuntasan klasikal. Bila ketuntasan klasikalnya
kurang dari 50% artinya yang mengikuti pembelajaran remedial lebih
dari 50% maka remedial dilakukan dengan memberikan pembelajaran
ulang dengan metode dan media yang berbeda. Jika yang mengikuti
pembelajaran remedial pada KD tersebut kurang dari 20%, maka
perlakuan yang diberikan berupa bimbingan secara khusus, misalnya
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 21 rentang 20%-50% maka perlakuan diberikan dengan penugasan
secara berkelompok (Depdiknas, 2010: 38).
1) Prinsip Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus
terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan
belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya
pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai
kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan
khusus antara lain:
a) Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena
itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan
peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan,
dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran
remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
b) Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik
untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber
belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu
mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami
kesulitan segera diberikan bantuan.
c) Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik
yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu
digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik.
22 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta
didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera
mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif.
Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat
dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami
peserta didik.
e) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial
merupakan satu kesatuan, dengan demikian program
pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan
dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik
dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
2) Bentuk Pembelajaran Remidial
Dengan memperhatikan pengertian pembelajaran remedial tersebut,
maka pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai
kegiatanantara lain:
a) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami
penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi
yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh.
Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk
pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan
konsep pada diri peserta didik.
b) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan
sebelumnya
Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan
memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah
pembelajaran yang dihadapi.
c) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 23 Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan
media yang sama atau metode dan media yang berbeda.
d) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta
didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih
baik. Namun peserta didik seringkali mengikuti pembelajaran
remedial pada KD tersebut kurang dari 20%, maka perlakuan yang
diberikan berupa bimbingan secara khusus, misalnya dengan tutor
sebaya. Jika yangmengikuti remedial berada pada rentang
20%-50% maka perlakuan diberikan dengan penugasan secara
berkelompok (Depdiknas, 2010: 38).
3) Bentuk Kegiatan Remidial
Dengan memperhatikan pengertian pembelajaran remedial tersebut,
maka pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai
kegiatanantara lain:
a) Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami
penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi
yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh.
Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk
pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan
konsep pada diri peserta didik.
b) Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan
sebelumnya
Penggunaan alternatif berbagai strategipembelajaran akan
memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah
pembelajaran yang dihadapi.
c) Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan
membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran.
Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan
24 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I d) Menggunakan berbagai jenis media
Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta
didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih
baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk
memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar
perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu
digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta
didik.
4) Pelaksanaan Pembelajaran Remidial
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan
bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar.
Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam
pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu
pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
a)
Diagnosis Kesulitan Belajar (1) TujuanDiagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat
dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
(a) Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta
didik yang kurang perhatian di saat mengikuti
pembelajaran.
(b) Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik
yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar
diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan, dsb.
(c) Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang
mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 25 (2) Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan
belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan,
prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara,
pengamatan, dsb.
(a) Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau
belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan
prasyarat keterampilan.
(b) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan
peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah
peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi
penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.
(c) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan
dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai
kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
(d) Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat
secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari
pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis
maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
b) Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik,
langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa
pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain:
(1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media
yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan
cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik
26 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
(2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan
perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik
mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa
pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan
perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor.
Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau
beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai
ketuntasan.
(3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas
latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu
diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai
kompetensi yang ditetapkan
(4) Pemanfaatan tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan
belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan
tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar.
Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi
melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian
hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,
observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh
melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan
akhir semester.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka
sebaiknya hanya mengulang tes tersebut dengan pembelajaran
ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 27 diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peserta didik
mengulang semua proses yang harus diikuti.
c) Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan
pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul,
apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan
harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir
semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah
peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran
remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD
tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD,
maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran
remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat
ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD,
maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta
didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu
kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang
belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program
pembelajaran remedial.
d) Tes Ulang
Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang telah mengikuti
program pembelajaran remedial agar dapat diketahui apakah
peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan. Nilai hasil remedial tidak melebihi
nilai KKM.
e) Nilai Hasil Remedial
28 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I b. Pengayaan
Pengayaan merupakan suatu kegiatan belajar, dikhususkan bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih, misalkan belajar
lebih cepat, menyimpan informasi lebih mudah, keingintahuan lebih
tinggi, bepikir mandiri, superior, dan berpikir abstrak, serta memiliki
banyak minat.Secara umum pengayaan dapat diartikan sebagai
pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan
minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik
dapat melakukannya. Pembelajaran pengayaan merupakan
pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki
kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran
pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb.
Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang
lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal
dalam belajarnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan
pembelajaran tuntas, lazimnya guru mengadakan penilaian awal untuk
mengetahui kemampuan peserta didik terhadap kompetensi atau
materi yang akan dipelajari sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian
dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi
seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif,
inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi strategi pembelajaran digunakan
juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam
berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer
multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat
kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian
prosesdengan menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 29 penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau
sedang dipelajari. Penilaian proses juga digunakan untuk memperbaiki
proses pembelajaran bila dijumpai hambatan-hambatan.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih
formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk
menentukan tingkat pencapaian belajar, apakah seorang peserta didik
gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan kompetensi tertentu.
Penilaian akhir program ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
apakah peserta didik telah mencapai kompetensi (tingkat penguasaan)
minimal atau ketuntasan belajar seperti yang telah dirumuskan pada
saat pembelajaran direncanakan.
Jikaada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai
penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu
memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran
pengayaan. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran
tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran
pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi,
inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb.
Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang
lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal
dalam belajarnya.
1) Jenis Pembelajaran Pengayaan
Terdapat tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu kegiatan
eksploratori, Keterampilan proses, dan pemecahan masalah.
a) Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk
disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa
sejarah, buku, tokoh masyarakat, dsb, yang secara regular tidak
30 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
b) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap
topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
c) Pemecahan masalahyang diberikan kepada peserta didik yang
memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan
masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan:
a) Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
b) Penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan;
c) Penggunaan berbagai sumber;
d) Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
e) Analisis data;
f) Penyimpulan hasil investigasi.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh
langkah-langkah sistematis, yaitu pertama mengidentifikasi
kelebihan kemampuan belajar peserta didik, dan kedua
memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
(1) Tujuan
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk
mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik.
Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
(a) Belajar lebih cepat.
Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi ditandai
dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata
pelajaran tertentu.
(b) Menyimpan informasi lebih mudah
Peserta didik yang memiliki kemampuan menyimpan informasi
lebih mudah, akan memiliki banyak informasi yang tersimpan
dalam memori/ ingatannya dan mudah diakses untuk
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 31 (c) Keingintahuan yang tinggi
Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa
seorang peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
(d) Berpikir mandiri.
Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri umumnya
lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas
sebagai pemimpin.
(e) Superior dalam berpikir abstrak.
Peserta didik yang superior dalam berpikir abstrak umumnya
menyukai kegiatan pemecahan masalah.
(f) Memiliki banyak minat.
Mudah termotivasi untuk meminati masalah baru dan
berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
(2) Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kemampuan berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain
melalui : tes IQ, tes Inventori, wawancara, pengamatan, dsb.
(a) Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari
tes ini dapat diketahui tingkat kemampuan spasial,
interpersonal, musikal, intrapersonal, verbal,
logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
(b) Tes inventori
Tes inventori digunakan untuk menemukan dan
mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi,
kebiasaan belajar, dsb.
(c) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan
dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai
program pengayaan yang diminati peserta didik.
(d) Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat
32 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat
pengayaan yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
3) Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat
dilakukan antara lain melalui:
a) Belajar Kelompok
Sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu
diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang
mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai
ketuntasan.
b) Belajar mandiri.
Secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati.
c) Pembelajaran berbasis tema.
Memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta
didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu
d) Pemadatan kurikulum.
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang
belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu
bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru,
atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan
kapasitas maupun kapabilitas masing-masing
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang
belum diketahui peserta didik. Dengan demikian tersedia waktu
bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru,
atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan
kapasitas maupun kapabilitas masing-masing. Pembelajaran
pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan tugas
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 33 Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama
dengan kegiatan pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam
bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah
(lebih) dari peserta didik yang normal.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran remedial dan
pengayaan pada akhirnya memberikan kesempatan kepada
seluruh peserta didik untuk mencapai dan menguasai
kompetensi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Bagi peserta didik yang lambat pemahamannya dapat
menguasai kompetensi minimal yang disyaratkan dalam
kurikulum. Sedangkan peserta didik yang cepat
pemahamannya mendapatkan kompetensi atau materi yang
lebih yang dapat digunakan dalam mengembangkan kreativitas
dan inovasinya dalam belajar.
3. Laporan Hasil Penilaian
Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan
hasil belajar peserta didik dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar
atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang
belum dikuasasi oleh peserta didik. Hasil belajar peserta didik digunakan
untuk memotivasi peserta didik, dan untuk perbaikan serta peningkatan
kualitas pembelajaran oleh guru.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru, baik penilaian formatif
maupun sumatif sangat bervariasi pelaksanaannya. Ada guru yang
melakukan kegiatan penilaian ini dengan persiapan yang bagus, baik dari
segi apa yang harus dinilai, bagaimana melaksanakan penilaian itu
maupun apa tindak lanjut dari penilaian tersebut. Tetapi kita tidak dapat
menutup mata bahwa ada juga guru yang melakukan penilaian hanya
untuk memenuhi tuntutan profesi dengan tidak memperhatikan kualitas
penilaian. Hal ini akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Jika
hasil penilaian dimanfaatkan dengan baik oleh guru maka akan memberi
dampak positif bagi proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta
didik. Begitu juga sebaliknya, jika hasil penilaian tidak dimanfaatkan oleh
34 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
menyatakan bahwa evaluasi yang dilaksanakan secara
berkeinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk
membuat perkiraan, apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat
dicapai pada waktu yang telah ditentukan atau tidak. Hal ini berarti
dengan evaluasi kita dapat menentukan langkah-langkah yang tepat agar
tujuan yang direncanakan dapat dicapai semaksimal mungkin.
Data hasil penilaian baik formatif ataupun sumatif ada pada guru mata
pelajaran atau mata kuliah yang bersangkutan. Data tersebut tidak hanya
untuk kepentingan guru semata, tetapi juga harus dimanfaatkan oleh
semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
atau lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, data hasil penilaian
yang ada pada guru harus dilaporkan agar dapat dimanfaatkan unuk
kepentingan pendidikan.
Melalui hasil penilaian kita dapat mengetahui kemampuan dan
perkembangan peserta didik, selain itu juga dapat memberi gambaran
tingkat keberhasilan pendidikan pada sekolah yang bersangkutan.
Beracuan pada hasil penilaian tersebut maka kita dapat menentukan
langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar.
Menurut Sudjana (2011:153) laporan data hasil penilaian bukan hanya
mengenai prestasi atau hasil belajar, melainkan juga mengenai kemajuan
dan perkembangan belajar peserta didik di sekolah seperti motivasi
belajar, disiplin, kesulitan belajar, atau sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran. Oleh sebab itu, guru perlu mencatat perkembangan dan
kemajuan belajar peserta didik secara teratur dan berkelanjutan.
a. Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Belajar Oleh Pendidik
Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang
dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau
proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 35 semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih
teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan
instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik
penilaian yang dipilih.
2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan
penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran
dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk
mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan
tingkat kemampuan peserta didik.
3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan
mengacu pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata
pelajaran yang diintegrasikan dalam tema tersebut.
4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk
mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada
peserta didik disertai balikan (feedback) berupa komentar yang
mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak terkait dan
dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.
5) Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk:
a) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil
penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk
penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu.
b) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial.
6) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala
sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas,
guru Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode
yang ditentukan.
7) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh
semua pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan
dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru
36 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
b. Pelaksanaan
dan
Pelaporan
Penilaian
oleh
Satuan
Pendidikan
Pelaksanaan dan pelaporan penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi
dengan mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata
pelajaran;
2) mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat
kompetensi, dan ujian akhir sekolah/madrasah;
3) menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan
kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan
POS Ujian Sekolah/Madrasah;
4) menentukan kriteria kenaikan kelas;
5) melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat
kompetensi kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku
rapor;
6) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan
kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang
terkait;
7) melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali
peserta didik dan dinas pendidikan.
8) menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui
rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:
a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b) mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan, dengan
ketentuan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk
kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 37 c) lulus ujian akhir sekolah/madrasah; dan
d) lulus Ujian Nasional.
9) menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap
peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional;
dan
10) menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.
Pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh pemerintah dilakukan
melalui UjianNasional dan ujian mutu Tingkat Kompetensi, dengan
memperhatikan hal-hal berikut.
1) Ujian Nasional
a) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu
sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.
b) Hasil UN digunakan untuk:
salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan;
salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya;
pemetaan mutu; dan
pembinaan dan pemberian bantuan untuk peningkatan mutu.
c) Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan berupa
kisi-kisi bersifat nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah,
sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang
ditentukan oleh Pemerintah.
38 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I
kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh Pemerintah.
Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah
menganalisis dan membuat peta daya serap UN dan
menyampaikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
2) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi
a) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Pemerintah
pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan untuk
pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan disuatu satuan
pendidikan.
b) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta
didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu,
sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses
pembelajaran.
c. Laporan Perkembangan Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar yang dicapai peserta didik hendaknya dilaporkan secara
menyeluruh, baik sebagai data mentah berupa skor-skor yang
diperoleh peserta didik maupun sebagai data masak yang telah diolah
dalam bentuk nilai-nilai peserta didik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di sekolah, misalnya nilai dalam standar huruf atau angka.
Lebih lanjut dilakukan interpretasi terhadap nilai yang diperoleh
peserta didik, misalnya kedudukan peserta didik dibandingkan dengan
kelompoknya atau posisi peserta didik dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditentukan. Dengan demikian dapat diketahui tingkat
keberhasilan peserta didik, baik dilihat dari kelompoknya maupun dari
tujuan yang harus dicapinya. Interpretasi ini berkaitan dengan
perbandingan bersifat mutlak atau relatif dan penilaian acuan norma
atau patokan. Sedangkan data perkembangan belajar peserta didik
dilaporkan dalam bentuk catatan khusus sebagai pelengkap data hasil
belajarnya. Catatan khusus ini berkenaan dengan aspek perilaku
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi I 39 Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran harus didukung oleh peserta didik, guru, kepala
sekolah, dan orang tua peserta didik. Dukungan ini akan diperoleh
apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan
akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar
peserta didik untuk guru atau sekolah, untuk peserta didik, dan untuk
orang tua peserta didik.
Laporan hasil belajar peserta didik mencakup ranah kognitif,
psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor
diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran
yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang
sistematik.
Hasil penilaian kognitif dan psikomotorik dapat berupa nilai angka
maupun deskripsi kualitatif mengenai kompetensi dasar tertentu.
Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75
sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang peserta
didik sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar
tertentu maka dikatakan peserta didik tersebut berhasil. Tetapi jika
seorang peserta didik belum mencapai nilai 75 dikatakan peserta didik
tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat
dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar
tertentu dari pembelajaran Kewarganegaraan.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya
untuk mengetahui sikap dan minat peserta didik terhadap pelajaran
Kewarganegaraan dan hasilnya dapat dimanfaatkan dilaporkan
kepada semua yang berkepentingan dalam sekolah tersebut agar
semua dapat mengetahui bagaimana kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah tersebut.
1) Laporan untuk Peserta didik dan Orangtua untuk memperbaiki sikap serta minat peserta didik terhadap pembelajaran
Kewarganegaraan. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara
40