PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT
PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA
SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI
CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN KAYAN HULU,
KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT
Studi Kasus CREDIT UNION BIMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh:
Lensius Putrawinata
NIM: 081324025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang
terlaksana.
(Amsal 19:21)
Skripsi ini aku persembahkan untuk Yesus Kristus yang
memimpin dalam setiap langkah hidupku
Kedua orang tua saya yang selalu mendukung dan
memotivasi saya
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:
Universitas Sanata Dharma
BANYAKLAH RANCANGAN DI HATI MANUSIA, TETAPI KEPUTUSAN TUHAN LAH YANG TERLAKSANA
MOTTO
Sabar
dalam
mengatasi
kesulitan
dan
bertindak bijaksana dalam mengatasinya
adalah sesuatu yang utama.
Menunggu kesuksesan adalah tindakan sia-sia
yang bodoh.
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa
ABSTRAK
PERBEDAAN KESEMPATAN BERUSAHA, TINGKAT PENDAPATAN DAN
TINGKAT PENGELUARAN ANGGOTA SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION BIMA DI KECAMATAN
KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT
Lensius Putrawinata
081324025
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesempatan berusaha, tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Penelitian ini merupakan studi perbandingan yang menguji perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan kredit. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 58 orang anggota dan seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Dalam pengambilan data penulis menggunakan data primer sebagai data utama yang diambil menggunakan teknik wawancara dan data sekunder sebagai data pendukung. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Kuadrat (X2).
ABSTRACT
DIFFERENCES OF BUSSINESS OPPORTUNITY, INCOME
LEVEL AND OUTCOME LEVEL OF MEMBER BEFORE AND
AFTER USE CREDIT AT CREDIT UNION BIMA IN KAYAN
HULU SUBDISTRICT, SINTANG REGENCY, WEST
KALIMANTAN
LENSIUS PUTRAWINATA
081324025
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2013
This research aims to find out whether there are any differences of bussiness opportunity, income level and outcome level of members before and after use credit at credit union Bima in KayanHulu subdistrict, Sintang Regency, West Kalimantan.
This research is a comparative study that tests the differences of before and after use credit. Total amount of population in this research were 58 people and all of them used to be the samples of the research. Primary and the secondary data werecollected by interview. Data were analyzed by Chi Square test (X2).
The results: (1) there is significant difference of bussiness opportunity before and after use credit. Member's bussiness opportunity increases after use credit; (2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “PERBEDAANKESEMPATAN BERUSAHA,
TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENGELUARANANGGOTA
SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KREDIT DI CREDIT UNION
BIMA DI KECAMATAN KAYAN HULU, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT” studi kasus Credit Union Bima Di Kecamatan Kayan Hulu,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
program study pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih
sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu sosial,
3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang
membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.
5. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
6. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., yang telah memberikan segala dukungan dan
masukan.
7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam
mengerjakan skripsi
8. Ibu Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama
perkuliahan.
9. Bapak Sugeng Mulyadi, S.E., selaku General Maneger Credit Union Bima yang
telah memberikan ijin kepada saya dalam melakukan penelitian di Credit Union
Bima.
10.Bapak Hartono, selaku Manejer Credit Union Bima Cabang Kayan Hulu atas
bantuan dan kerjasamanya.
11.Bapak saya Yunus, S.Pd.K., terimakasih atas doa serta kasih sayang serta segala
hal yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di
12.Ibu saya Magdalena Nyenai, A.Ma.Pd.SD., yang telah memberikan kasih sayang
dan semangat serta doa sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang itu semua
karena kasih sayang ibu yang selalu menemani setiap saat, dan saya berharap dapat
membahagiakan ibu setiap saat.
13.Untuk abang saya Wan Hendrianus, S.Pd., yang telah mendukung saya, semoga
sukses dalam karir.
14.Bapak Vicaris Eleser Benyamin, S.Th., yang selalu mendukung dalam doa dan
memberikan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai.
15.Ibu Evanglis Putri Nuriah, Yang selalu memberi dukungan, semangat serta doa
sehingga penulis merasakan selalu ada jalan keluar dalam setiap kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi.
16.Pacar saya Lidiyawati, yang selalu memotivasi, memberi semangat, doa serta kasih
sayang sehingga penulis mampu dalam menyelesaikan skripsi.
17.Sahabat saya Amon, yang telah membantu dan mendukung penulis selama dalam
menyelesaikan skripsi.
18.Teman-teman kos Kolobendono 10 c, ( Om Theo, Oceph, Yudha, Abang, Dius,
Pipit, Sesar, Isag, Petrik, Leo, Gio, Adi, lepi ) terima kasih buat dukungan dan
semangat yang kalian berikan.
19.Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang cerah.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera selalu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL ... i
HALAMANPERSETUJUANPEMBIMBING ... ii
HALAMANPENGESAHAN ... iii
HALAMANPERSEMBAHAN ... iv
HALAMANMOTTO ... v
PERNYATAANKEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Sejarah Credit Union Bima ... 8
B. Credit Union ... 10
C. Nilai-nilai Credit Union ... 15
D. Peluang Usaha ... 15
E. Tenaga Kerja ... 18
G. Konsep Pendapatan ... 26
H. Pengertian Tingkat Pengeluaran ... 28
I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengluaran ... 31
J. Hasil Penelitian Terdahulu ... 35
K. Kerangka Berpikir ... 36
L. Hipotesi Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel ... 39
D. Subjek dan Objek Penelitian ... 40
1. Subjek Penelitian ... 40
2. Objek Penelitian ... 40
E. Variabel Penelitian ... 40
1. Kesempatan Berusaha ... 40
2. Tingkat Pendapatan ... 40
3. Tingkat Pengeluaran ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Data Primer ... 41
2. Data Sekunder ... 42
G. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM CREDIT UNION BIMA ... 53
A. Sejarah Berdirinya Credit Union Bima ... 53
B. Visi ... 54
C. Misi ... 55
D. Jenis Pelayanan ... 55
1. Solidaritas ... 55
2. Pinjaman ... 58
E. Kewajiban Credit Union dan Struktur Jaringannya ... 61
F. Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian ... 64
1. Kesempatan Berusaha ... 64
2. Tingkat Pendapatan ... 65
3. Tingkat Pengeluaran ... 66
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Analisis data ... 67
1. Kesempatan Berusaha ... 67
2. Tingkat Pendapatan Anggota ... 72
3. Tingkat Pengeluaran Anggota ... 78
B. Pembahasan ... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91
C. Keterbatasan ... 91
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kisi-kisi Wawancara
Tabel III.2 Perubahan Kesempatan Berusaha Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima
Tabel III.3 Kesempatan Berusaha
Tabel III.4 Perubahan Tingkat Pendapatan Setelah Anggota Menggunkan Kredit di Credit Union Bima
Tabel III.5 Tingkat Pendapatan
Tabel III.6 Perubahan Tingkat Pengeluaran Setelah Anggota Menggunakan Kredit di Credit Union Bima
Tabel III.7 Tingkat Pengeluaran
Tabel V.1 Usaha Anggota Sebelum dan Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima
Tabel V.2 Perubahan Kesempatan Berusaha Anggota Setelah Menggunakan
Kredit di Credit Union Bima
Tabel V.3 Perubahan Kesempatan Berusaha
Tabel V.4 Kesempatan Berusaha Anggota Sebelum Menggunakan Kredit
Tabel V.5 Kesempatan Berusaha Anggota Sesudah Menggunakan Kredit
Tabel V.6 Tingkat Pendapatan Anggota Sebelum Menggunakan Kredit
Tabel V.7 Tingkat Pendapatan Anggota Sesudah Menggunakan Kredit
Tabel V.8 Perubahan Tingkat Pendapatan Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima
Tabel V.9 Perubahan Tingkat Pendapatan
Tabel V.12 Perubahan Tingkat Pengeluaran Anggota Setelah Menggunakan Kredit di Credit Union Bima
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyoroti keadaan bangsa Indonesia sekarang ini terutama bagi kaum
miskin di Indonesia, kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia
berada di bawah standar dunia dengan pendapatan perkapita di bawah satu dolar
per hari. Memang tidak dipungkiri ada banyak juga yang berpendapatan lebih dari
itu namun jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat Indonesia pada
umumnya, mereka hanya sekian persennya dari penduduk Indonesia yang hidup
nyaman sebagian besarnya susah. Data dari BPS menunjukan bahwa 12,49%
penduduk indonesia indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan
(http://www.bps.go). Khusus daerah Kalimantan Barat 8,60% dari sumber yang
sama.
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum menemukan solusi terbaik
bagi menyelesaikan krisis yang multidimensi ini. Apalagi yang mau diharapkan
dari pemerintah. Semua hukum, undang-undang, slogan yang indah-indah,
semuanya janji yang sangat kecil kemungkinan bisa membantu masyarakat.
Pemerintah hanya menumbuhkan iklim investasi skala besar dan menutup mata
untuk iklim investasi skala kecil dan mikro. Terbukti dengan makin
sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat namun dalam kenyataannya sulit
bagi masyarakat kecil untuk mendapat akses di sana.
Credit union berasal dari dua kata, yakni kata Credit berasal dari kata
Credere atau kepercayaan, dan Union yang berasal dari kata Unos yang artinya
satu. Jadi Credit Union berarti sekumpulan orang yang saling percaya dan
mengikat diri menjadi satu dalam satu wadah. Berdasarkan data pertumbuhan
Gerakan Koperasi Kredit di Indonesia pada tahun 2009 anggota koperasi
mencapai 1.330.581 orang (www.cucoindo.org)
CU adalah sarana bagi orang yang saling percaya, saling setia untuk
membangun kesejahteraan bersama dalam semangat keadilan dan cinta kasih.
Modal dasar dimiliki CU adalah modal material, modal social dan modal spiritual.
Sedangkan penyangga yang membuat CU berdiri kokoh adalah pendidikan,
kesetiakawanan sosial (solidaritas) dan kemandirian. Atas dasar ini, orang-orang
miskin, orang-orang yang tertindas bisa mempunyai tempat dan ruang untuk
membebaskan dirinya dari ketertindasannya. Namun dengan semakin berkembang
pesatnya Credit Union, tentu sedikit banyaknya mempengaruhi kehidupan dalam
masyarakat. Dan hal ini yang menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk
mengetahui masalah-masalah tersebut.
Masalah pertama yang hendak diteliti oleh peneliti, yaitu, apakah ada
perbedaan kesempatan berusaha masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan
kredit di Credit Union Bima, Khususnya masyarakat Di Kecamatan Kayan Hulu,
kepada anggota Credit Union Bima bisa Membuka peluang usaha bagi para
anggota sehingga apakah nantinya kesejahteraan anggota bisa terjamin. Nah hal
ini tentunya sangat berkaitan dengan dengan misi Credit Union yaitu
meningkatkan kesejahteraan bersama melalui:
1. Pelayanan Keuangan Profesional dan Terjangkau.
2. Pelayanan Pendidikan Keuangan Yang Berkualitas dan Berkesinambungan
Kepada Anggota dan Masyarakat.
3. Pelayanan Solideritas Sosial Bermanfaat bagi Anggota dan Masyarakat
4. Pengembangan Jaringan dengan Berbagai Pihak.
Masalah kedua yang akan penulis analisis yaitu mengenai tingkat
pendapatan anggota Credit Union Bima khususnya di Kecamatan Kayan Hulu,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebelum dan sesudah anggota
menggunakan kredit di Credit Union. Tingkat pendapatan itu sendiri adalah
semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa uang ataupun jasa.
Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk mencukupi
kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang untuk
mengejar apa yang mereka cita-citakan. Untuk masyarakat yang mempunyai
penghasilan yang kecil, hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah
kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian,
perbedaan tingkat pendapatan anggota sebelum dan sesudah menggunakan kredit
di Credit Union Bima.
Masalah ketiga yang akan penulis teliti yaitu mengenai tingkat
pengeluaran anggota Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu. Tingkat
pengeluaran itu sendiri merupakan suatu biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk kepetrluan yang ingin mereka penuhi. Pengeluaran itu sendiri dapat
mengalami perubahan akibat dari perubahan-perubahan yang mendorong
masyarakat misalnya menjadi sifat yang konsumtif (boros), dan tentunya hal
inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk mengetahui baik
permasalahan maupun perubahan yang timbul akibat dari penggunaan kredit
Credi Union (CU) Khususnya di Kecamatan Kyan Hulu, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada Perbedaan
Kesempatan Berusaha, Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran Aggota
Credit Union Bima di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan Kesempatan Berusaha Anggota Credit Union Bima di
Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan
sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?
2. Apakah ada perbedaan Tingkat Pendapatan Anggota Credit Union Bima di
Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan
sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?
3. Apakah ada perbedaan Tingkat Pengeluaran Anggota Credit Union Bima di
Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sebelum dan
sesudah menggunakan kredit di Credit Union Bima?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan Kesempatan Berusaha anggota Credit Union
Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.
2. Untuk mengetahui perbedaan Tingkat Pendapatan anggota Credit Union
Bima sebelum dan sesudah menggunakan kredit.
3. Untuk mengetahui perbedaan Tingkat Pengeluaran anggota Credit Union
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
1. Pemerintah Daerah
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dan bahan
evaluasi untuk membangun Ekonomi Kerakyatan. Selain itu penelitian ini
juga dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan penyerapan
tenaga kerja.
2. Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan
penelitian selanjutnya tentang perbedaan Kesempatan berusaha masyarakat,
tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah
menggunakan kredit.
F. Definisi Operasional
1. Kesempatan Berusaha
Kesempatan Berusaha adalah peluang untuk menekuni dan mengembangkan
usaha tertentu misalnya mengembangkan usaha dagang, perkebunan,
2. Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan yaitu sejumlah uang yang diperoleh anggota Credit
Union Bima setelah menekuni pekerjaan tertentu selama satu bulan.
3. Tingkat Pengeluaran
Tingkat Pengeluaran yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan oleh anggota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Credit Union
Menurut sejarahnya, CU lahir pertama kali pada pertengahan abad 19 di
Jerman yang dilatarbelakangi keprihatinan terhadap kondisi sosial ekonomi yang
suram. Lembaga ini digagas seorang walikota Flammersersfield, Jerman Barat,
bernama Friedrich Wilhem Raiffeisien. (Munaldus, 2011).
Pada abad ke-19, Jerman dilanda krisis. Para petani tak dapat bekerja dan
banyak tanaman tidak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini
dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan pinjaman kepada
penduduk dengan bunga yang tinggi. Banyak orang terjerat hutang. Karena tak
punya penghasilan dan dibebani bunga yang sangat tinggi, akhirnya mereka tak
mampu membayar hutang. Sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat.
Karena kehidupan di desa sangat sulit, banyak orang pergi ke kota.
Tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang
sebelumnya dilakukan manusia iambil alih oleh mesin-mesin. Banyak pekerja
terkena PHK. Jerman dilanda masalah pengangguran secara besar-besaran.
Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield prihatin dan ingin menolong kaum
miskin. Nama wali kota itu F.W. Raiffeidien. Ia mengundang orang-orang kaya
untuk menggalang bantuan. Ia berhasil mengumpulkan uang dan roti, kemudian
kemiskinan. Sebab kemiskinan adalah akibat dari cara berpikir yang keliru.
Penggunaan uang tak terkontrol dan tak sedikit penerima derma memboroskan
uangnya agar dapat segera minta derma lagi. Akhirnya, para dermawan tak lagi
berminat membantu kaum miskin.
Raiffeisen tidak putus asa. Ia mengambil cara lain untuk menjawab soal
kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman untuk
bagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin. Namun usaha ini pun tak
menyelesaikan masalah. Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya. Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya
dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Si miskin harus mengumpulkan uang
secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada sesama mereka juga.
Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan
penghasilan. Jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.
Untuk mewujudkan impian tersebut, Raiffeisen bersama kaum buruh dan
petani miskin membentuk lembaga bernama Credit Union (CU) artinya,
kumpulan orang-orang yang saling percaya. Mereka mencetuskan 3 prinsip utama
CU yaitu, azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya), azas setia
kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan azas pendidikan dan
penyadaran (membangun watak adalah yang utama; hanya yang berwatak baik
yang dapat diberi pinjaman). (www.cubg.go.id)
CU yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh
dibawa oleh seorang wartawan bernama Alphonse Desjardin pada awal abad
ke-20. Ke Amerika Serikat, CU dibawa oleh seorang saudagar kaya bernama Edward
Fillene. Suster Mary Gabriella Mulherim membawa CU ke Korea, sementara
Pastor Karl Albrecth Karim Arbi, SJ memperkenalkan CU di Indonesia pada
tahun 1970-an (Lilik 2011).
B. Credit Union
Credit Union (CU), atau dalam bahasa Indonesianya Koperasi Kredit
(Kopdit) adalah Badan usaha milik sekumpulan orang yang saling percaya dan
sepakat untuk menabungkan uang bersama untuk dijadikan modal bersama, guna
dipinjamkan di antara sesama anggota, dengan bunga yang ringan dan syarat yang
mudah, untuk tujuan produktif, kesejahteraan, maupun darurat.
Credit Union ( credere & union dalam bahasa Latin ) Credere yang
berarti Kepercayaan dan Union yang berarti Kumpulan, jadi Credit Union adalah
kumpulan orang-orang yang saling percaya yang sepakat menabung atau
menyimpan dan mengumpulkan uang secara bersama-sama sesuai dengan aturan
dan ketentuan yang telah di buat bersama dan selanjutnya di gunakan atau di
pinjamkan kepada sesama anggota dengan bunga yang layak dan murah dan
sistem angsuran sesuai dengan kesepakatan atau kemampuan masing-masing
anggota atau dengan kata lainya yaitu, setelah menyimpan atau menabung dan
jika kita perlu kita pinjam dan harus di kembalikan karna itu adalah uang anggota
Credit Union membangun manusia dengan tidak membedakan jenis
kelamin, agama, pangkat, kedudukan dan strata sosial,di masyarakat, mengapa,
Karena semua anggota yang bergabung di Credit Union Bima merupakan asset
yang berguna untuk kemajuan Credit Union Bima ( karena Crdit Union Bima
ada karena anggota ) dan sama-sama mendapatkan tempat yang sama dalam ber
credit union, baik dalam keanggotaan, maupun dalam kepengurusan credit union.
(Lilik 2011).
Tujuan pendirian Credit Union
Menurut Munaldus, 2011 ada empat tujuan pendirian Credit Union yaitu:
1. Mendidik anggota menggunakan uang secara bijaksana
2. Mengembangkan sikap hidup berhemat.
3. Memberikan pinjaman tepat, cepat dan layak kepada anggota.
4. Tempat anggota berlangganan dan mengembangbiakan uang.
Tiga pilar Credit Union
Menurut Munaldus, 2011 ada tiga pilar Credit Union yaitu:
1. Pendidikan; dimulai, di kembangkan dan di kontrol oleh pendidikan.
Dalam berbagai kesempatan pendidikan anggota, pendidikan anggota sangat
menentukan berkembang atau tidaknya CU. Pendidikan yang berhasil adalah
PIKIRAN TINDAKAN KEBIASAAN
NASIB WATAK
Artinya, jika ingin mengubah nasib, kita harus mulai dengan mengubah pola
pikir, Tindakan, Kebiasaan, watak, Sehingga peran pendidikan sangan
diperlukan dalam hal ini.
2. Solidaritas atau setia kawan, anda susah CU bantu, CU susah anda bantu
( kaitan dengan simpan & pinjam di kopdit atau Credit Union Bima ).
Credit Union tidak sekedar menghimpun simpanan dan memberikan
pinjaman kepada anggotanya, namun yang paling utama adalah bagaimana
setiap anggota credit union memperhatikan kepentingan bersama daripada
kepentingan diri sendiri dan saling melayani. Hal ini secara nyata diwujudkan
anggota credit union yang menyimpan/menabung secara teratur, dan
mengangsur pinjamannya secara tertib sehingga anggota-anggota lain juga
memperoleh bantuan (pinjaman) bila membutuhkan. “Anda Sulit Saya Bantu,
Saya Sulit Anda Bantu”
3. Dari oleh dan untuk anggota ( swadaya anggota kopdit / CU dlm hal modal
lembaga )
Credit Union sedapat mungkin membiayai dirinya sendiri. Agar hal tersebut
dan sehat. Caranya adalah menabung ke credit union secara teratur dan
sebanyak banyaknya serta menghindari agar tidak menabung ke lembaga
keuangan lain. Mengapa begitu? Karena credit union adalah milik anggota
sendiri, sedangkan di lembaga keuangan lain pemiliknya adalah sebagian
orang, sedangkan penabung hanya sebagai nasabah.
Ketiga pilar tersebut diatas sangatlah penting bagi gerakan credit union
dan bagi kemajuannya, dan ketiga pilar tersebut harus di pahami oleh anggota
sebagai pemilik Credit Union.
Menurut Munaldus, 2011 ada sepuluh prinsip Credit Union yaitu:
1. Keanggota terbuka dan sukarela
Bagi semua orang yang bersedia menerima tanggung jawab keanggotannya
tanpa membedakan jenis kelamin, ras, politik, maupun agama.
2. Tidak diskriminatif.
Credit Union tidak membedakan anggota dari suku, kebangsaan, jenis
kelamin, agama, maupun politik.
3. Pendidikan yang terus menerus.
4. Bagi seluruh anggota, pengurus, pengawas dan manajemen serta masyarakat
luas tentang ekonomi, social, dan demokrasi dan prinsip kerja sama dan
saling membantu dalam credit union, termasuk pengelolaan keuangan, hidup
5. Pelayanan kepada anggota.
Ditujukan untuk meningkatkan ekonom seluruh anggotanya dengan
mempertahankan azas dari, oleh, dan untuk anggota.
6. Distribusi kepada anggota.
Mendorong sikap hemat dengan cara menabung dan penyediaan pinjaman
serta pelayanan lainnya. Surplus yang diperoleh dibagikan kepada seluruh
anggota sebanding dengan transaksinya sebagai balas jasa saham dan balas
jasa pinjaman. Balas jasa yang diberikan kepada anggota harus sebanding
dengan besarnya modal saham yang dimilikinya dan partisipasinya dalam
mengembangkan usaha credit union.
7. Menjaga kestabilan keuangan.
Untuk membangun kekuatan financial, termasuk pembentukan cadangan
yang memadai dan internal control yang memastikan pelayanan yang
berkesinambungan kepada seluruh anggota
8. Pengawasan secara demokratis.
Mempunyai hak yang sama (satu anggota satu suara) dan berperan dalam
pengambilan keputusan tanpa dipengaruhi jumlah sahamnya.
9. Kerjasama antara credit union dalam gerakan credit union dunia.
Pada tingkat lokal, nasional, dan internasional dalam rangka memberikan
pelayanan terbaik kepada anggota.
10. Tanggungjawab sosial.
C. Nilai-nilai Credit Union
Menurut Munaldus, 2011 tujuh nilai yang diterangkan dalam Credit Union yaitu:
1. Menolong diri Sendiri.
2. Bertanggungjawab kepada diri sendiri.
3. Demokratis.
4. Swadaya (Dari, Oleh dan Untuk Anggota)
5. Solidaritas (Setia Kawan)
6. Kesetaraan.
7. Keadilan
D. Peluang Usaha
Saat ini tiap orang terus-menerus mencari kesempatan untuk memulai
suatu bisnis, baik berskala besar maupun bisnis kecil. Banyak pengusaha
mengatakan bahwa menjalankan usaha sendiri akan lebih aman daripada menjadi
seorang karyawan yang dapat saja kehilangan pekerjaan suatu saat. Mereka juga
beranggapan bahwa dengan memiliki usaha sendiri akan lebih cepat menghasilkan
uang dan menjadi kaya. Jadi, walaupun banyak orang yang beranggapan bahwa
memulai usaha sendiri memiliki resiko yang besar, namun sebagian orang
beranggapan sebaliknya, karena merasa lebih bebas untuk mengatur usahanya
sendiri. Pada waktu mereka memulai suatu bisnis, mereka bertindak sebagai
tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pelanggan mereka, pemasok atau suplier,
dan rekan bisnis. (Hermanto, 2011)
Kewirausahaan (Suryana, 2003) adalah kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan
inovatif nilai hakiki penting dari wirausaha
adalah:
1. Percaya diri
Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas
atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak
ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan
menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi
gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja,
kegairahan berkarya.
2. Berorientasi tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh
apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan
dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan
3. Keberanian mengambil risiko
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang
kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena
tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin
berhasil. Pada situasi ini ada dua alternatif yang harus dipilih yaitu alternatif
yang mengangung risiko dan alternatif yang konservatif . Pilihan terhadap
risiko tergantung pada :
a. Daya tarik setiap alternative
b. Kesediaan untuk rugi
c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal
Selanjutnya kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari :
a. Keyakinan pada diri sendiri
b. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
c. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realities
4. Kempemimpinan
Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan,
keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda
sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran.
5. Berorientasi ke masa depan
Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan,
kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda dari yang ada sekarang.
E. Tenaga Kerja
Usaha memperluas kesempatan kerja dalam rangka mengurangi
pengangguran yang ada maupun menyerap tenaga kerja baru merupakan satu
kesatuan usaha di dalam seluruh usaha pembangunan. Oleh karena itu
program-program pembangunan di semua sektor mempergunakan perluasan kesempatan
kerja sebagai salah satu sasarannya yang utama, khususnya melalui usaha-usaha
kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam
batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Tenaga kerja dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan
menganggur. Jika ada saudara kalian yang sedang mencari pekerjaan, maka ia
termasuk dalam angkatan kerja. Sedangkan golongan bukan angkatan kerja terdiri
atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan
kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja.
Angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja dan menganggur. Penduduk
yang bekerja adalah penduduk yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan. Adapun pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah. Pada waktu kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus mengurangi
kegiatan produksi. Hal ini berarti jam kerja akan dikurangi, sebagian mesin
produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga kerja diberhentikan. Akibatnya
banyak tenaga kerja yang tidak dapat bekerja lagi.
F. Pengertian Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas
barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam
sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-mundurnya
suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha semaksimal
mungkin untuk memperoleh pendapatan yang diharapkannya. Pendapatan pada
dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.
Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan
masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah
satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk
pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk (golongan pendapatan).
Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan
jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha,
permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan
tingkat pendapatan penduduk. Indikator distribusi pendapatan yang didekati
dengan pengeluaran perkapita akan memberikan petunjuk aspek pemerataan
pendapatan yang telah tercapai. Walaupun hal ini tidak mencerminkan tingkat
pendapatan yang sebenarnya namun paling tidak memberikan petunjuk untuk
melihat arah dari perkembangan yang terjadi. Selama ini untuk mendapatkan
informasi mengenai pendapatan sebenarnya menemui bermacam kendala
diantaranya: tidak terus terangnya responden memberikan informasi yang
sebenarnya, ada yang membesarkan ada pula yang mengecilkan. Selain itu
terkadang menjadi tidak etis pada sebagian orang untuk meminta informasi
mengenai pendapatan yang sebenarnya. Sulitnya mendapatkan tingkat
pendapatan yang sebenarnya menjadi alasan penggunaan pendekatan
pengeluaran untuk mengetahui distribusi pendapatan masyarakat. Dalam
realitanya tingkat pengeluaran akan berbanding lurus dengan tingkat
pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar
tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur
Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan
masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan
tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita
atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai PDRB nominal yang
mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara
langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila
efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan PDRB rill
sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill
masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama.
Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita
nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau
inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten
hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001.
Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu:
1. peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan
tingkat harga umum.
2. peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah penduduk.
Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009, menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) sudah semakin baik dibanding tahun 2007. Itu
menandakan secara rata-rata masyarakat Indonesia semakin makmur
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Versi BPS pendapatan per kapita
Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta atau US$ 2.590,1.
Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya
dilaksanakan oleh Negara-negara yang sedang berkembang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan riel per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih
rendah. Gejala umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di
Negara-negara berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai
akibat dari kenaikan pendapatan. (Sukirno 2006) pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu
periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa
klasifikasi pendapatan antara lain:
1. Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.
2. Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
3. Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.
Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi
bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di
Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang
bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh
kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang
terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada
produk tersebut.
Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang
diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang
dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan
rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per
kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta
penduduk suatu Negara (Todaro, 1998).
Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti
juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada
Negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan
per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang
memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer
pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.
Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut
sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.
Pendapatan nasional adalah nilai netto dari semua barang dan jasa (produk
nasional) yang diproduksi setiap tahunnya dalam suatu Negara. Pendapatan
1. Cara produksi neto, output/produk dalam negari dari barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total
output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor.
Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus
ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.
2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara
sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung.
Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada
faktor-faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak
dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan
pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai
imbalannya.
3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara
pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran
pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi)
dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada
persediaan (investasi persediaan).
Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan
tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat
dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi
tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang
dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan
fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan
ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian
di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan
pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang
diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume
produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).
Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai
penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan
dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat
pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan
faktor produksi.
Pendapatan rumah petani pinggiran perkotaan juga bersumber dari tiga
kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam usaha tani sendiri (on-farm), kegiatan
pertanian di luar usaha tani sendiri (off-farm) dan kegiatan di luar sektor pertanian
(non-farm). Untuk petani yang berada di pedesaan, pendapatan yang bersumber
G. Konsep Pendapatan
Adapun konsep penndapatan antara lain:
1. Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP
ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang
bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang
belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor. Pendapatan nasional merupakan
salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
2. Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk
hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
3. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak
hadiah, dll.
4. Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga
menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment
adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi
tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu,
contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.
Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi
dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada
pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di
dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan
perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh
setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan
kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
5. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak
langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
H. Pengertian Tingkat Pengeluaran
Pengeluaran Konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel
makroekonomi dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan
pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan dengan hurup C
(Consumption). Pengeluran konsumsi seseorang adalah bagian dari
pendapatannya yang dibelanjakan. Bagian dari pendapatan yang tidak
dibelanjakan disebut tabungan lazim dilambangkan dengan hurup S (Saving).
Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara
yang bersangkutan. Dilain pihak jika tabungan semua orang dalam suatu negara
dijumlahkan hasilnya adalah tabungan masyarakat negara tersebut. Selanjutnya,
tabungan masyarakat bersama-sama dengan tabungan pemerintah membentuk
tabungan nasional. Dan tabungan nasional merupakan sumber dana investasi.
Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara
makroagregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan
konsumsi. Perilaku tabungan juga begitu. Jadi bila pendapatan bertambah, baik
konsumsi maupun tabungan akan sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya
tambahan pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut hasrat
marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan
nisbah besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan
disebut hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Propensity to Save, MPS).
Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan, biasanya
angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif kecil.
Artinya jika mereka memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar
tambahan pendapatannya itu akan teralokasikan untuk konsumsi. Hal sebaliknya
berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya sudah relatif lebih mapan.
Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan
antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau
dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya MPC dan MPS, akan tetapi
juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum
mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau
primer. Sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan
cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
Pengeluaran rumah tangga Merupakan salah satu indikator yang dapat
memberikan gambaran tingkat pendapatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran makanan
pendapatan tinggi terhadap Kebutuhan non makanan seperti: perumahan,
barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan lama (kendaraan, perhiasan dan
sebagainya) biasanya lebih besar dibanding masyarakat dengan tingkat
pendapatan yang lebih rendah. Pergeseran pola pengeluaran dari makanan ke
non makanan terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada
umumnya rendah, sebaliknya permintaan terhadap barang non makanan pada
umumnya tinggi. Keadaan ini terlihat jelas pada kelompok penduduk yang
tingkat konsumsi makanan sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan
pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang bukan
makanan, ditabung, ataupun investasi. Dengan demikian, pola pengeluaran
dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat pendapatan
masyarakat, dimana distribusinya merupakan distribusi pendapatan masyarakat
yang dapat dijadikan petunjuk tingkat pemerataan pendapatan masyarakat.
Pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada
dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital.
Pengeluaran rutin pada dasarnya di keluarkan untuk membiayai pelaksanaan roda
pemerintahan sehari-hari , meliputi belanja pegawai; belanja barang; berbagai
macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang), angsuran dan bunga
utang pemerintah, serta pengeluaran lainnya. Sedangkan pengekuaran
pembangunan adalah pengeluaran yang sifatnya menambah modal masyarakat
pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek.
Selama pelita I pengeluaran pemerintah berjumlah Rp.3,238,1 miliar,
sekitar 62% diantaranya berupa pengeluaran rutin. Jumlah pengeluaran selama
pelita II meningkat empat setengah kali lipat (456%) menjadi Rp.17.997,5
miliar.Proposi pengeluaran pembangunan lebih besar dibanding peneluaran rutin,
yakni 50,78% berbanding 49,22%. Pada pelita III kenaikan jumlah total
pengeluaran tidak sebesar sebelumnya, hanya naik 269%. Selama pelita IV dan V
kenaikan jumlah pengeluaran rutinnya lebih besar dan naik 111%. Dengan
demikian, pengeluaran rutin lebih besar dari pengeluaran pembangunan dalam
pelita I, IV dan V. Hanya pelita II dan III porsi pengeluaran pembangunan lebih
besar daripada pengeluaran rutin.
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan adalah yang
terpenting. Karena kedua factor ini sangat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang produktif dan penyebab utama
kemiskinan di Indonesia adalah karena kebanyakan anggota masyaraakat yang
berpendidikan rendah dan dengan kondisi kesehtan yang buruk. Dua tabel ini
memperlihatkan besarnya pengeluaran pemerintah Indonesia untuk kedua sector
tersebut relative di bandingkan dengan Negara asia.
I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah
1. Faktor-faktor Ekonomi
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat
konsumsi makin tinggi. Kerena ketika tingkat pendapatan meningkat,
kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi
menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup makon konsumtif,
setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Contoh yang
amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah,
biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas
rendah/menengah.
b. Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil
(misalnya: rumah, tanah dan mobil) dan financial (deposito berjangka,
saham, surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan
konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga
deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterimaa setiap
tahun menambah pendapatan rumah tangga.
c. Jumlah Barang-barangt Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh jumlah
barang-barang konsumsi tahan lama (consumers durables). Pengaruhnya
(mengurangi). Barang-barang tahan lama biasnya harganya mahal, yang
untuk memperolehnya dibutuhkan waktu untuk menabung. Apabila
membelinya secara tunai, maka sebelum membeli harus banyak
menabung.
d. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, baik dilihat dari
sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan
uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari
konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi
dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau
menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin mahal,
sehingga lebih baik mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi
menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan
ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi. Jika tingkat bunga lebih rendah
yang terjadi adalah sebaliknya.
e. Perkiraan Taenatang Masa Depan (Household expectation about the
future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka
akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya
pengeluaran konsumsi cenderung meningkat.
f. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambhanya pengeluaran
konsumsi masyarakat secara keseluruhan
2. Faktor-faktor Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi
secara menyeluruh, walaupun rata-rata per orang atau keluaraga relatif
rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk
Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara
absoult tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada
penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh kali
lipat penduduk Singapura.
b. Komposisis Penduduk
Komposisi penduduk satu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi
diantaranya : usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah,
menengah, tinggi) dan wilayah tinggal ( pekotaan atau pedesaan).
3. Faktor-faktor Non-Ekonomi
faktor-faktor ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola
kebiasaan makan, perubahan etika dam tata nilai karena ingin meniru
kelopmok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. Tidak mengherankan
bila ada rumah tangga yang mengeluarkan uang ratusan juta, bahakan
Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa,
seingga menyebabkan tejadinya perubahan atau peningkatan konsumsi.
Karena itu bisa saja terjadi dalam kelompok masyarakat yang berpendapat
rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang
sebenarnya tidak sesuai dengan kemampuannya.
J. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitia terdahulu dilakukan oleh Ferdinandus Burruzsaga pada tahun
2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Jasa Pelayanan Credit Union dan Kesejahteraan Masyarakat” Studi kasus Anggoto Credit Union Lantang Tipo,
Kecamatan. Parindu, Kab. Sanggau. Kalimantan Barat. Penelitian ini menguji
perbandingan laba usaha anggota sebelum dan sesudah menggunakan jasa
pinjaman kredit di Credit Union Lantang Tipo dilihat dari laba usaha. Penelitian
ini juga melihat pengaruh antara besar pinjaman,panjangnya masa pinjaman dan
lamanya keanggotaan di Credit Union Lantang Tipo terhadap kesejahteraan
anggota. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Credit Union
Lantang Tipo. Penentuan sampel adalah teknik Clustar simple random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancar, data di
analisis dengan menggunakan uji t.
Hasil penelitiannya secara umum terdapat peningkatan singnifika antara
laba usaha sebelum dan sesudah menggunakan jasa pinjaman kredit Di Credit
pinjaman,panjangnya masa pinjaman dan lamanya keanggotaan di Credit Union
Lantang Tipo terhadap kesejahteraan anggota.
K. Kerangka Berpikir
Berkembangnya Credit Union dapat mempengaruhi Berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat. Bertambahnya anggota menjadi tanda akan kebutuhan
masyarakat akan suatu institusi keuangan yang dapat dipercaya saat ini. Ternyata
masyarakat masih cinta akan cara hidup Gotong-Royong dalam mencapai cita-cita
mereka. Iklim demokrasi dan rasa cinta pada Bangsa sendiri harus terus
dikembangkan dan dibuktikan terus dengan tumbuhnya asset Credit Union dan
kemakmuran anggotanya serta muncul para pengusaha yang didukung oleh
Instutisi Keuangan terpercaya, dari kelompok ini, kelompok Credit Union dimasa
yang akan datang.
Berkembangnya Credit Union dapat mempengarauhi kesempatan berusaha
bagi para anggota. Denganan berkembangnya Credit Union dapat memberikan
kemudahan bagi para anggota untuk bisa mensejahterakan kehidupan mereka
melalui kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pihak Credit Union itu
sendiri, dan anggota dari Credit Union mampu memanfaatkan kemudah yang
diberikan oleh Credit Union.
Apabila mayoritas dari masyarakat memiliki usaha yang dapat
meningkatkan taraf hidup mereka hal ini dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
masyaraka juga semakin meningkat begitu juga sebaliknya, semakin rendah
tingkat pendapatan seseorang maka tingkat pengeluaran akan mengeimbangi
tingkat pendapatnya.
L. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan Kesempatan Berusaha sebelum dan sesudah anggota
menggunaka Kredit di Credit Union Bima.
2. Ada perbedaan Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah anggota
menggunaka Kredit di Credit Union Bima.
3. Ada perbedaan Tingkat Pengeluaran sebelum dan sesudah anggota
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu Penelitian komparatif.
Penelitian dengan rancangan Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti
berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jadi peneitian komparatif adalah jenis
penelitian yang digunakan untuk membandingkan suatu variabel (objek
penelitian) antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda. (Nazir, 2005)
Dalam penelitian ini, penulis akan berusaha mengidentifikasi faktor-faktor
yang terjadi setelah anggota menggunakan Kredit di Credit Union yang
mempengaruhi beberapa faktor yaitu kesempatan berusaha, tingkat pendapatan
dan dan tingkat pengeluaran masyarakat di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian berada di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan
1. Credi Union Bima di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, merupakan
suatu organisasi yang memiliki peranan penting dalam masyarakat yaitu
secara tidak langsung meberai kemudahan-kemudahan kepada masyarakat.
2. Credit Union Bima di Desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, memiliki
prosfek yang bagus kedepannya yang perlu dikembangkan.
3. Credit Union Bima, banyak menyerap tenaga kerja dari Kecamatan Kayan
Hulu.
4. Belum diketahui sejauh mana perbedaan Kesempatan Berusaha, Tingkat
Pendapatan dan Tingkat Pengeluaran anggota Credit Union Bima di
Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebelum dan
sesudah menggunakan kredit.
Waktu penelitian ini adalah bulan Januari-Februari 2013.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh anggota Credit
Union Bima di desa Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu dengan jumlah 58 orang
dengan ciri yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri populasi
sebagai berikut.
1. Responden adalah anggota C.U Bima yang telah menjadi anggota C.U lebih
dari satu Tahun.
2. Responden yang dituju adalah anggota C.U Bima yang berada di wilayah
3. Responden adalah orang yang pernah melakukan peminjaman atau kredit di
C.U Bima.
Untuk menentukan besar sampel yang akan diteliti penulis mengunakan
teknik Sampling Jenuh, yaitu semua anggota populasi dijadikan sampel.
D. Subjek dan Objek penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah Organisasi Credit Union yang ada di Desa
Nanga Oran Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
yaitu Credit Union Bima.
2. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kemungkinan
terjadinya perubahan Kesempatan Berusaha, kemungkinan adanya perubahan
Tingkat Pendapatan, dan kemungkinan adanya perubahan Tingkat
Pengeluaran anggota Credit Union Bima setelah menggunakan kredit di
Credit Union Bima.
E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diteliti oleh penulis antara lain:
1. Kesempatan berusaha adalah Banyak anggota Credit Union Bima yang sudah
memiliki usaha.
Kesempat berusaha dalam penelitian ini diukur dengan melihat jumlah tanpa
Range.
2. Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan perbulan yang diterima
Tingkat pendapatan dalam penelitian ini akan diukur nilai rupiah tanpa
Range.
3. Tingkat Pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan masyarakat perbulan
Tingkat Pengeluaran dalam penelitian ini akan diukur nilai rupiah tanpa
Range.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (indriantoro, 2002). Data
primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Jumlah anggota yang memiliki usaha
b. Tingkat Pendapatan Anggota
c. Tingkat Pengeluaran anggota
d. Sejarah Credit Union Bima
[image:59.612.99.524.158.696.2]Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.
Tabel III.1 Kisi-kisi Wawancara
No Variabel Isi Wawancara
1 Identiras Responden Nama Organisasi dan Alamat
2 Kesempatan Berusaha Jumlah anggota tahun 2008-2011
Jumlah anggota yang memiliki
No Variabel Isi Wawancara
di Credit Union Bima bila
dibandingkan dengan sebelumnya.
3 Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan anggota
sebelum dan setelah menggunakan
kredi di Credit Union Bima.
4 Tingkat Pengeluaran Tingkat Pengeluaran anggota
setelah menggunakan kredit di
Credit Union Bima bila
dibandingkan dengan sebelumnya.
5 Pertanyaan Tambahan Sejarah Credit Union Bima, Jumlah
keseluruhan anggota Credit Union
Bima di Desa Nang Oran, Jumlah
Karyawan Credit Union Bima di
Desa Nanga Oran, dan Jam kerja
karyawan dalam satu hari.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data kedua yang diperlukan dalam melengkapi data
primer yang perlukan adalah:
a. Jumlah Credit Union yang ada didaerah penelitian