• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INTELECTUAL CAPITAL DAN INOVASI LAYANAN PERBANKAN TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INTELECTUAL CAPITAL DAN INOVASI LAYANAN PERBANKAN TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

KHAERU NISA AULIA URAKHMA

NIM 213 13 039

JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudah. Maka sesungguhnya

setelah kesulitan pasti ada kemudahan”

ّدَج َو ّدَج ْنَم

“Siapa bersungguh-sungguh pasti ia akan dapat”

“Berkatalah jujur, sekalipun itu pahit”

“Salah satu cara untuk menjawab masalah adalah mencoba

menyelesaikannya”

“Hidup itu seperti sepeda, jika kau ingin tetap seimbang maka teruslah

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku tercinta,

Untuk pakde dan budeku,

Saudara-saudaraku, guru-guruku

(7)

vii

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada baginda nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari

jaman jahiliyah menuju jaman yang terang benderang. Amin.

Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi (S.E) pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis mengajukan skripsi

dengan judul” Analisis Pengaruh Intelectual Capital dan Inovasi Layanan Perbankan terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari

bantuan, dukungan serta bimbingan oleh berbagai pihak. Maka dikarenakan

demikian, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga .

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana. M. Si., Ketua Jurusan S1 Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menulis

(8)

viii

sukses serta menjadi kebanggaan keluarga.

5. Ayah dan ibuku tercinta yang jauh disana, terimakasih atas usaha serta

do’a kalian. Kalian malaikatku, semoga Allah SWT senantiasa menjaga

dan melindungi dimanapun berada.

6. Yang tersayang kakakku Eka, Ka’ Ani, Ka’ Ikah dan Ka’ Mut. Terimakasih telah sabar mendampingiku. Do’aku beserta kalian.

7. Sahabat –sahabatku yang jauh karena jarak, maupun yang dekat karena rindu, yang jauh karena tirai aktifitas dan yang dekat karena kasih sayang,

Rekan-rekan LPM DinamikA, KSEI dan semua yang telah mewarnai

kehidupanku.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik

kepada semuanya. Demi kebaikan untuk selanjutnya, penulis mengharap

kritik, saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak dengan

senang hati. Hanya kepada Allah SWT semua kesempurnaan dan

kekurangan hanyalah miliki makhluknya. Semoga apa yang terdapat

dalam tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Salatiga, Juli 2017

(9)

ix

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan S-1 Perbankan Syariah, IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana.,M.Si.

Penelitian ini dilator belakangi oleh adanya fenomena kenaikan asset yang dimiliki oleh bank syariah di Indonesia. Adanya pasar bebas asean (MEA) menjadikan bank syariah mempersiapkan diri dengan kemungkinan yang mungkin terjadi untuk tetap mempertahankan kenaikan tingkat profitabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pengaruh intellectual capital dan inovasi layanan yang dilakukan oleh bank syariah terhadap profitabilitasnya. Indikator intellectual capital diwakili oleh Structure capital value added (STVA) dan capital employed efficiency (CEE), serta variabel inovasi layanan perbankan yang diwakili oleh electronic banking dan branchless banking. Adapun variabel profitabilitas bank syariah diukur dengan rasio ROA.

Data merupakan data sekunder yang terdiri dari 58 data namun karena suatu keadaan menjadi 53 data yang berupa data bulanan dari bulan Desember 2014 hingga bulan April 2017 dari dua sampel bank yakni BRI Syariah dan BTPN Syariah. Analisis penelitian menggunakan metode fixed effect model dalam proses regresi data panel.

Hasil uji secara simultan menunjukan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia. Akan tetapi secara parsial variabel STVA dan CEE berpengaruh positif signifikan dengan tingkat signifikansi masing masing 0,0002 < 0,05 dan 0,0000 < 0,05. Variabel internet banking tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia yang diketahui dari tingkat signifikansi 0,1690 > 0,05 dan branchless banking berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank syariah dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0014 > 0,05. Hasil penelitian diharapkan pihak terkait dapat menimbang dan memperhatikan dalam pengambilan kebijakan.

(10)

x

Pengesahan Kelulusan………..….ii

Pernyataan Keaslian Tulisan………...iii

Motto dan Persembahan………..iv

Kata Pengantar………..…...vi

Abstrak………...….viii

Daftar Isi………..…..ix

Daftar Tabel………...xi

Daftar Gambar………xiii

BAB I PENDAHULUAN………...…1

A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah………..10

C. Tujuan Penelitian………...11

D. Kegunaan Penelitian………...11

E. Sistematika Penulisan……….12

BAB II LANDASAN TEORI………..…14

A. Telaah Pustaka………...14

B. Kerangka Teori……….23

C. Kerangka Penelitian………..41

D. Hipotesis………41

BAB III METODE PENELITIAN……….…45

A. Jenis Penelitian………..45

(11)

xi

F. Teknik Analisis Data……….49

G. Alat Analisis………..54

BAB IV ANALISIS DATA………..55

A. Deskripsi Objek Penelitian………55

B. Analisis Data……….61

C. Hasil Uji Hipotesis………...……….75

BAB V PENUTUP………85

A. Kesimpulan………85

B. Saran……..………87

Daftar Pustaka………..…88

Lampiran-Lampiran………....95

(12)

xii

Tabel 1.2 Total Asset Individu Bank Umum Syariah di Indonesia Triwulan IV

tahun 2014-2015………..………4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………..16

Tabel 3.1 Data Bank Umum Syariah Januari 2017………47

Tabel 3.2 Matriks Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….….49

Tabel 4.1 Data ROA Masing-masing Bank Umum Syariah Variabel Dependen………57

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel ROA……….….58

Tabel 4.3 Data Variabel Independen…...60

Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Variabel Independen ………...61

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Unit root pada Level ………...62

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Unit Root pada 1st Defference………...63

Tabel 4.7 Model Regresi Common Effect (OLS)………..….65

Tabel 4.8 Model Regresi Fixed Effect (LSDV)……….65

Tabel 4.9 Hasil Uji Chow Test (F-test)………..66

Tabel 4.10 ttest ……….…………...68

(13)

xiii

Tabel 4.14 Tabel Durbin Watson………...75

(14)

xiv

Tabel 2.2 Skema Model Branchless Banking………...……….41

(15)

1 A. Latar Belakang

Bank Islam atau bank syariah adalah lembaga intermediasi

keuangan yang memiliki usaha menyalurkan pembiayaan dan lalu lintas

pembayaran berdasarkan syariat Islam (Sumitro, 1996: 5). Secara tersirat

bank konvensional memiliki fungsi dan misi yang sama dengan bank

syariah yakni mencapai tujuan usaha dan melakukan penetrasi terhadap

pasar sehingga memenangkan nasabah (Mulyani, 2016:1). Namun, melihat

pada orientasi yang berdasarkan syariah Islam, hal tersebut mengharuskan

kegiatan operasional yang dilakukan bank syariah terbebas dari unsur riba.

Keberadaan bank syariah di Indonesia didukung dengan jumlah

penduduk Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Bank

syariah dirasakan menjadi solusi bagi keuangan umat Islam dalam

menjalankan aktifitas ekonominya berdasarkan ajaran agama (Mulyani,

2016:1). Selain menuntun umat dalam menaati aturan tuhannya, bank

syariah juga dapat berkontribusi terhadap perekonomian negara. Beberapa

contoh perkembangan bank syariah yang telah berkontribusi terhadap

pembangunan negaranya seperti Al- Rajhi Bank dengan total asset US$ 82

milyar dan Kuwait Finance House dengan total asset sebesar US$56,846

milyar.

Pertumbuhan perbankan syariah dewasa ini telah mengalami

(16)

Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia pada tahun

1992, saat ini bank syariah telah bertambah. Berdasarkan data statistik

perbankan syariah awal 2017, jumlah bank umum syariah atau biasa

disingkat dengan BUS telah bertambah menjadi 13 bank dengan jumlah

kantor cabang 1.873 kantor. Berikut adalah tabel persebaran individual

kantor cabang Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia awal tahun 2017:

Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Individual Bank Syariah Awal tahun 2017

No Nama Bank KPO/ 13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Syariah

25 3 -

474 1.207 192 Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK, Januari 2017

Berdasarkan data di tabel 1.1 menunjukan bahwa eksistensi

perbankan syariah dapat terjaga dan teruji dengan baik. Ekspektasi prospek

kemajuan bank syariah menjadi cerah dan optimis. Bahkan perbankan

syariah tetap mampu bertahan dan berkembang ketika masa krisis ekonomi

telah tiga kali melanda Indonesia, yakni di tahun 1997, 2008, dan tahun

(17)

Perkembangan bank syariah yang menggembirakan semakin

diperkuat dengan perkembangan asset yang dimiliki. Laporan statistik

perbankan syariah yang diterbitkan OJK pada tahun 2017 mengungkapkan

bahwa asset perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2015 sejumlah Rp

213,423 triliun meningkat menjadi Rp 225,804 triliun di akhir tahun 2016,

dan kembali meningkat di Januari tahun 2017 sejumlah Rp 248,819

triliun. Data catatan Asbisindo (Asosiasi bank syariah Indonesia) dalam

website resminya mengungkapkan bahwa asset yang dimiliki bank syariah

pada tahun 2016 sebesar Rp 356,50 triliun, naik dari tahun sebelumnya

yakni tahun 2015 sebesar Rp 296,26 triliun. Hal tersebut diperkuat dengan

data dari website beberapa bank umum syariah yang memberikan

keterangan bahwa asset individu bank umum syariah mengalami kenaikan

setiap tahunnya. Bank Muamalat Indonesia yang telah berdiri sejak 1992

memiliki asset mencapai RP 57,802,661 di tahun 2015. BRI Syariah

mengalami kenaikan asset dari Rp 20,341,033 di tahun 2014 menjadi Rp

24,230,247 di tahun 2015. Bank BNI Syariah juga mengalami peningkatan

asset dari Rp 19,492,112 di tahun 2014 menjadi Rp 23,017,667. Asset bank

syariah yang terus berkembang ini menjadi salah satu modal bagi

Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Adapun

keterangan total asset masing-masing bank syariah dapat dilihat pada tabel

(18)

Tabel 1.2 Total Aset Individu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia Triwulan IV Tahun 2014 dan 2015

Total Asset Perindividu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia

No Nama Bank 2014 2015

1 PT. Bank BNI Syariah 19,492,112 23,017,667 2 PT. Bank Mega Syariah 7,042,486 5,559,820 3 PT. Bank Muamalat Indonesia 62,402,282 57,802,661 4 PT. Bank Syariah Mandiri 66,955,671 70,369,709 5 PT. BCA Syariah 2,994,449 4,349,580 6 PT. Bank BRISyariah 20,341,033 24,230,247 7 PT. Bank Jabar Banten Syariah 6,093,488 6,439,966 8 PT. Bank Panin Syariah 6,206,504 7,134,235 9 PT. Bank Syariah Bukopin 5,160,517 5,827,154 10 PT. Bank Victoria Syariah 1,439,632 1,379,266 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 2,449,541 1,743,439 12 Bank Aceh Syariah 16,385,160 18,590,014 13 PT. Bank Tabungan Pensiunan

Nasional (BTPN) Syariah

3,780,498 5,196,199

Sumber: Mulyani (2016) dan olahan data publikasi masing-masing bank, 2016

Muhklis (2012) menyatakan bahwa perkembangan dan

pertumbuhan lembaga keuangan tergantung pada laba atau profit yang

dihasilkan dari aktivitas operasional. Terdapat dua cara dalam

mendeskripsikan aktivitas perusahaan atau lembaga keuangan yakni

dengan melihat aktivitas operasional dan aktivitas finansial. Aktivitas

operasional meliputi proses produksi, adapun aktivitas finasial meliputi

aktifitas pendanaan dari modal yang diperoleh yang dipadukan dengan

SDM sehingga menghasilkan pengembalian dan laba.

Profitabilitas memberikan informasi hasil akhir kebijakan

keuangan dan kebijakan operasional yang telah dilakukan (Brigham &

Houston, 2010: 146). Hasil akhir dari kebijakan keuangan dan kebijakan

(19)

Dalam mengukur profit yang dihasilkan oleh manajemen perbankan maka

diperlukan analisis dengan menggunakan rasio-rasio perhitungan laba yang

dihasilkan. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang dapat

mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba bersih sesuai

dengan aktiva yang ditanamkan (Najmudin, 2011: 96). Dendawijaya dalam

Mulyani (2016:5) mengungkapkan bahwa penilaian ROA lebih

diutamakan bahkan dipilih oleh Bank Indonesia karena ROA menunjukan

kemampuan bank dalam mengelola asset yang berasal dari masyarakat.

Dalam upaya mencapai profit yang diharapkan oleh perbankan, hal

tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Hendrayanti dan Muharram

(2013: 1) menyatakan bahwa faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal bank. Faktor internal dapat berupa

pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh bank.

Adapun faktor eksternal merupakan faktor diluar kemampuan bank yang

dapat mempengaruhi bank dalam menghasilkan laba yang ditargetkan.

Faktor eksternal tersebut dapat berupa perkembangan teknologi. Kedua

faktor tersebut merupakan indikasi dan sinyal bagi perbankan untuk

senantiasa mewaspadai akibat-akibat yang dapat timbul di luar kuasanya.

Pasar bebas yang telah melanda perekonomian daerah negara

anggota ASEAN tahun 2015 akan mempengaruhi sektor riil yakni arus

barang dan jasa termasuk perbankan. Penerapan Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) akan berdampak pada peningkatan kualitas dan daya saing

(20)

2016:6). Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang unggul wajib

dipersiapkan dengan peningkatan standar kualifikasi tenaga kerja dalam

skill dan penggunaan teknologi guna menghadapi persaingan. Tenaga kerja

sebagai asset tidak berwujud yang dimiliki lembaga perusahaan perbankan

perlu memperhitungkan hal tersebut untuk tetap dapat berkompetisi dan

mencapai tujuan usahanya yakni berkembang dan mendapatkan profit yang

ditargetkan.

Menurut Kartika & Hatane (2013), Panjaitan & Sadalia (2013),

Dwipayani (2014) dan Handayani (2016) salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi profitabilitas bank adalah Intelectual capital. Hal tersebut

karena dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan membutuhkan

modal intelektual pegawainya untuk menciptakan inovasi baru dalam

produk sehingga laba yang dihasilkan dapat maksimal. Pemanfaatan

Intelectual capital yang efektif dan efisien tidak hanya dapat

memaksimalkan laba saja, akan tetapi juga dapat meningkatkan kualitas

sehingga bank memiliki keunggulan serta dapat berkompetisi di

lingkungan yang kompetitif (Kartika & Hatane, 2013: 17). Akan tetapi

Yuni Murdiana Putri (2016), Maisaroh (2015), Juanda, Fitriah & Rosdiana

(2016) menyatakan dalam penelitian mereka bahwa Intelectual capital

tidak mempengaruhi profitabilitas.

Dalam Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) Barker, Sinkula

dan kawan-kawannya menyatakan bahwa inovasi memiliki nilai yang

(21)

jangka panjang. Damanpour (1991) dalam Han.et.al (1998) pada

Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) membagi inovasi menjadi dua

yakni technical innovation dan administrative innovation. Technical

innovation merupakan inovasi yang berupa layanan, produk ataupun

teknologi. Sedangkan administrative innovation merupakan inovasi yang

berupa sistem administrasi.

Era globalisasi dan modernisasi menjadikan perbankan syariah

memerlukan inovasi layanan perbankan yang aman, mudah, dan efisien.

Persaingan yang ketat, percepatan jaman yang dinamis dan situasi negara

dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membuat

perbankan syariah harus mampu bersaing secara sportif dalam penguasaan

teknologi dan informasi yang semakin canggih untuk menduduki pasar

keuangan syariah ke ranah global. Oleh karena itu, inovasi baru dalam

pelayanan perbankan bagi masyarakat Indonesia perlu dilakukan seperti

pelayanan nasabah secara digital. Electronic banking merupakan inovasi

layanan perbankan yang menuntut aktifitas transaksi yang cepat dan aman.

Electronic banking merupakan inovasi teknologi guna memudahkan

pelayanan perbankan terhadap nasabahnya.

Kemudahan akses informasi dan transaksi tanpa melalui kontak

fisik melalui penggunaan electronic banking akan menekan biaya yang

dikeluarkan bank dalam aktifitas operasionalnya. Semakin banyak nasabah

yang menggunakan electronic banking maka semakin kecil biaya yang

(22)

profitabilitas yang dimiliki oleh bank. Abaenewe, dkk (2013) dengan

penelitiannya terhadap performa bank di Nigeria, penelitian Karimzadesh,

dkk (2014) dengan judul penelitian The Effect of Electronic Banking

Expansion on Profitability of a Commercial Bank (Sepah Bank Of Iran

serta penelitian Onay, Dkk (2008) yang meneliti pengaruh internet banking

di Turki menghasilkan kesimpulan penelitian bahwa electronic banking

signifikan mempengaruhi profitabilitas bank.

Penelitian mengenai electronic banking yang telah dilakukan oleh

Abaenewe, dkk (2013), Karimzadesh, dkk (2014), Onay, Dkk (2008)

ternyata bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson U

Ani, Cosmas O Odo, & Ezeudu Ikenna (2014) yang melakukan penelitian

di Nigeria, Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015) yang meneliti

pengaruh electronic banking di India, serta Meihami, Bahram, Zeinab

Varmaghani, & Hussein Meihami (2013) yang menyatakan bahwa

electronic banking tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.

Branchless banking atau laku pandai merupakan Inclusive

financial programme oleh OJK dimana masyarakat dapat melakukan

kegiatan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan

tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak lain

dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Branchless

banking atau laku pandai dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui

Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) pada Juni 2012 yang

(23)

Branchless banking dilakukan guna menjawab pertanyaan bagaimana

Indonesia menyelesaikan permasalahan inklusifitas keuangannnya.

Berdasarkan survei literasi dan inklusi keuangan pada tahun 2013 yang

dilakukan oleh OJK menunjukan bahwa hanya setengah masyarakat

Indonesia yang telah mengetahui dan menggunakan layanan keuangan

secara inklusif yakni sejumlah 59.74%. Inklusifitas layanan keuangan

syariah hanya mencapai 9,61% di sektor perbankan, adapun perasuransian,

pegadaian dan lembaga pembiayaan berada di bawah 1%.

Branchless banking memudahkan bank untuk menjangkau pasar ke

daerah yang belum terjamah lembaga keuangan tanpa harus mengeluarkan

biaya pembuatan kantor cabang yang besar. Branchless banking dapat

digunakan untuk menambah pasar nasabah yang besar dan

mengembangkan usaha bank yang akan berpengaruh terhadap profitabilitas

bank. Hal ini dibuktikan pada studi pada bank komersil di Kenya yang

menunjukan bahwa penggunaan branchless banking membantu bank

terkait dalam meningkatkan market share-nya yang mengindikasikan

adanya peningkatan skala pemasaran, memperluas skala pasar dan

menaikan pendapatan (Mwando:2013). Bahkan menurut Sarah (2016) dan

Lyman (2006) penggunaan branchless banking dapat menurunkan biaya

yang dapat meningkatkan profit dan mempengaruhi profitabilitas bank.

Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Manminder Singh

Saluja & Tripti Wadhe (2015), yang menyatakan bahwa branchless

(24)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

adanya kombinasi penggunaan variabel independen intellectual capital dan

inovasi layanan perbankan yang belum dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Selain itu pembaharuan periode waktu yang diteliti juga

menjadi perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan

penelitian pada bank syariah di Indonesia dengan Judul: “Analisis

Pengaruh Intelectual capital dan Inovasi Layanan Perbankan

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka terbentuklah rumusan masalah yakni

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Structural Capital Value Added (STVA)

terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh Capital Employed Eficiency (CEE) terhadap

profitabilitas bank syariah di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh electronic banking terhadap profitabilitas bank

syariah di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh branchless banking terhadap profitabilitas bank

(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Structural Capital Value Added (STVA)

terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh Capital Employed Eficiency (CEE) terhadap

profitabilitas bank syariah di Indonesia.

3. Mengetahui pengaruh electronic banking terhadap profitabilitas

bank syariah di Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh branchless banking terhadap profitabilitas

bank syariah di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Harapan peneliti dalam melakukan sebuah penelitian yang

dilakukan adalah dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pemahaman yang lebih tentang penulisan karya

ilmiah, pendalaman ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan

membantu dalam penyelesaian skripsi guna memperoleh gelar sarjana

(26)

2. Bagi Akademik

Adanya penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian

berikutnya sehingga diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya

literatur ilmiah dan khazanah ilmu baru.

3. Bagi perbankan

Dapat dijadikan referensi dalam evaluasi kebijakan internal

perbankan dalam meningkatkan kualitas SDM-nya sehingga kinerja

dan profitabilitas meningkat serta berdaya saing tinggi.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi telaah pustaka yang merupakan penjabaran penelitian

terdahulu , deskripsi konsep variabel, hubungan antar variabel,

kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Merupakan uraian mengenai jenis dan pendekatan penelitian,

populasi dan sampel, definisi konsep dan operasional, kerangka

(27)

BAB IV ANALISIS DATA

Berisi pembahasan deskripsi objek penelitian, analisis data yang

berupa analisis, rekapitulasi dan pengujian hipotesis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab yang berisi penjelasan ringkas dari hasil analisis

berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saran

merupakan rekomendasi atau himbauan kepada pihak terkait

agar pembahasan yang dipaparkan dapat memberikan ilmu

pengetahuan dan manfaat serta ditindak lanjuti serta

(28)

14 BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Studi mengenai “Analisis pengaruh intelectual capital dan Inovasi Layanan Perbankan Terhadap Profitabilitas Bank” sudah beberapa kali

dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya Yuni Murdiana Putri (2016),

Maisaroh (2015), M Faidin Faza, dan Erna Hidayah (2014), Maricha Ulfa

Marfuah (2014), Reza Galih Widiatmoko (2015), Martha Kartika &

Saarce Elsye Hatane (2013), Kurniasih dan Heliantono (2016), Maisaroh

(2013), Saeid Daei Karimzadesh, Mostafa Emadzadeh, & Javad Shateri,

(2014), Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015), Sana Haider

Sumra, dkk.(2011), Bahram Meihami, Zeinab Varmaghani, & Hussein

Meihami (2013), Wilson U Ani, Cosmas O Odo, dan Ezeudu Ikenna

(2014), Claudia McKay & Mark Pickens (2010), Ceylan Onay, Emre

Ozsoz, & Ash Deniz Helvacioglu (2008), Hidayati Sarah (2015) dan

Petern Mwangi King’ang’ai, Thomas Kigabo, Ephantus Kihonge, & Jacklinne Kibachia (2016), dan Simon Oyewole, Mohammed Abba,

El-maude, Hibreel Gambo, Arikpo, I. Abam (2013) .

Penelitian yang membahas intellectual capital telah dibahas oleh

peneliti sebelumnya diantaranya M Faidin, Faza, dan Erna Hidayah

(2014), Marfuah, Maricha Ulfa (2014) yang menyatakan bahwa

intellectual capital memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

(29)

(2015) menyatakan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas.

Adapun penelitian analisis pengaruh inovasi layanan perbankan

yakni electronic banking terhadap profitabilitas bank telah dilakukan oleh

peneliti Ceylan Onay, Emre Ozsoz, & Ash Deniz Helvacioglu (2008),

Saeid Daei Karimzadesh, Mostafa Emadzadeh, & Javad Shateri, (2014)

dan Sana Haider Sumra, dkk (2011) menyimpulkan bahwa electronic

banking berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. Akan tetapi

beberapa peneliti seperti Wilson U Ani, Cosmas O Odo, & Ezeudu Ikenna

(2014), Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015), dan Bahram

Meihami, Zaenab Varmaghani dan Hussein Meihami (2013) bahwa

E-Banking memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas

bank.

Branchless banking sebagai indikator kedua inovasi layanan

perbankan menurut Hidayati Sarah (2015) dan Peter Mwangi King’ang’ai, Thomas Kigabo, Ephantus Kihonge, & Jacklinne Kibachia (2016)

branchless banking memberikan pengaruh positif signifikan terhadap

profitabilitas bank, namun Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe

(2015) menyatakan bahwa branchless banking tidak mempengaruhi

profitabilitas bank.

Dari uraian penelitian peneliti terdahulu maka untuk

(30)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Pengaruh Intelectual Capital terhadap profitabilitas (ROA)

No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian

(31)

Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap profitabilitas (ROA)

No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian

(32)

Pengaruh capital employed efficiency (CEE) Terhadap Profitabilitas Bank ROA

No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian

(33)

Pengaruh Electronic Banking Terhadap Profitabilitas Bank ROA

No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian

(34)
(35)
(36)

No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian -Kibachia

(2016) European Journal of Business and Social

Sciences, Vol. 5, No. 01, April 2016

-Commercial

Banks In

Rwanda

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, terdapat gap mengenai perbedaan hasil penelitian. Oleh

karena itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

menggunakan dua variabel yakni intelectual capital dan inovasi layanan

perbankan sebagai variabel independen (X) dengan harapan mendapatkan

hasil penelitian yang lebih baik. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah profitabilitas yakni ROA (Y). Penelitian ini memposisikan diri

sebagai penelitian dengan menggunakan rasio STVA dan CEE dari model

VAIC (value added intellectual capital) yang dihitung dari laporan

keuangan bulanan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada review

penelitian terdahulu pada tabel 2.1 belum pernah dilakukan penelitian

yang menyatakan persamaan profitabilitas dari fungsi variabel STVA

(structural capital value added), CEE (capital employed efficiency),

electronic banking dan branchless banking. Hal tersebut ditambah dengan

pembaharuan periode waktu dari penelitian yang telah dilakukan.

(37)

B. Kerangka Teori

1. Bank Syari’ah

Definisi Bank Syari’ahberdasarkan UU RI No.21 tahun 2008 pada

Bab 1 dijelaskan bahwa bank syariah merupakan bank yang

melaksanakan proses operasionalnya berdasarkan prinsip syariah.

Bank syariah dibagi dalam dua jenis yakni Bank Umum Syariah (BUS)

dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Sumitro (1996: 5) bank Islam atau bank syariah merupakan bank

yang tata cara operasinya dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

Menurut eksiklopedi Islam dalam Sumitro (1996: 5) mengartikan

bahwa bank Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan

memiliki usaha pokok memberikan kredit dan jasa lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

dengan prinsip-prinsip syariat Islam yakni berdasarkan Al-Quran dan

Hadis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syariah

merupakan lembaga intermediasi keuangan yang memiliki usaha

menyalurkan pembiayaan dan lalu lintas pembayaran berdasarkan

syari’at Islam.

Bank syariah dibentuk berdasarkan tujuan tertentu. Tujuan Bank

Syariah Menurut Sumitro (1996: 17) tujuan adanya bank Islam atau

(38)

a. Mengarahkan ekonomi umat dalam bermuamalah secara Islam

sehingga terhindar dari praktik riba yang berdampak buruk bagi

kehidupan ekonomi umat.

b. Mencapai keadilan ekonomi antara orang miskin dan orang

kaya sehingga kesenjangan ekonomi dapat berkurang.

c. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan adanya produk

pembiayaan sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan

perekonomiannya secara produktif dan optimal.

d. Membantu menanggulangi kemiskinan yang terjadi dalam

kehidupan perekonomian umat melalui kegiatan pembinaan

dagang, pembinaan usaha dan pengembangan modal melalui

pembiayaan usaha.

e. Menjaga kestabilan moneter pemerintah. Aktifitas-aktifitas

yang dilaksanakan oleh bank syariah diharapkan mampu

menghindarkan inflasi yang dialami.

f. Menyelamatkan umat Islam dari ketergantungan terhadap bank

konvensional.

Menurut Arifin dalam Mulyani (2016: 24) pelaksanaan aktivitas

perbankan dan keuangan dapat dijadikan sebagai lahan bagi

masyarakat modern minimal pelaksanaan kepada dua ajaran Al-Quran

sebagai berikut:

a. Prinsip ta’awun, merupakan prinsip dimana manusia saling

(39)

tersebut berdasarkan QS Al-Maidah ayat 2 dengan arti yang

berbunyi sebagai berikut:

“….Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan

ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan

dosa dan permusuhan…”.

b. Prinsip menghindari al-Iktinaz, merupakan tindakan

menyimpan atau menahan uang dan transaksi yang dapat

bermanfaat bagi umat yang telah diterangkan dalam QS

An-Nisa ayat 29 dengan arti yang berbunyi sebagai berikut:

“…Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka

di antara kamu..”

2. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan informasi hasil akhir kebijakan keuangan

dan kebijakan operasional yang telah dilakukan, hasil akhir yang

diharapkan adalah laba (Brigham & Houston, 2010: 146). Harahap

(2007:300) mengartikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari aktifitas operasi yang merupakan tujuan

dari perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental

perusahaan ditinjau berdasarkan tingkat efisiensi dan efektifitas

(40)

Dalam teori keuangan, profitabilitas seringkali digunakan sebagai

indikator atau alat ukur kinerja fundamental perusahaan yang mewakili

kinerja manajemen.

Tingkat keuntungan atau profit yang diperoleh oleh bank dapat

dipengaruhi oleh faktor yang dapat dikendalikan dan tidak

dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan antara lain seperti faktor

segmentasi bisnis (seperti orientasi retail) dan pengendalian

pendapatan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan di antaranya faktor

yang datang dari luar yakni faktor eksternal seperti kondisi ekonomi

dan situasi persaingan (Mulyani, 2016:26). Dalam menghadapi faktor

eksternal bank tidak dapat mengendalikannya, namun bank dapat

membuat rencana fleksibel dan strategis dalam menghadapinya.

Menurut Arifin (2009) dalam Mulyani (2016:26) terdapat dua rasio

yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank yakni Return on

Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Menurut Lukman dalam Defri (2012:4) profitabilitas diukur

dengan Return on Asset (ROA) sebagai alat ukur bank dalam

mendapatkan keuntungan bersih. Rudy mengungkapkan dalam Defri

bahwa ROA menjadi ukuran dalam menilai besarnya tingkat

pengembalian dari asset perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005)

dalam Mulyani (2016:27) dalam menentukan tingkat kesehatan bank,

Bank Indonesia lebih mengutamakan perhitungan ROA daripada ROE.

(41)

asset dana yang sebagian besar berasal dari masyarakat lebih

diutamakan.

Return on Asset (ROA) atau Return on Investment (ROI) adalah

rasio yang menunjukan hasil atau pengembalian atas jumlah aktiva

yang digunakan perusahaan. ROA menunjukan nilai efektifitas

manajemen dalam mengelola investasinya. Selain itu, hasil

pengembalian investasi menunjukan bahwa produktivitas dari seluruh

dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Semakin rendah rasio ROA, maka semakin tidak efektif perusahaan

tersebut dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2008:202).

Menurut SK DI BI No.30/ 12/ KEP/ DIR dan SEBI No.30/ 3/

UPPB pada tanggal 30 April 1997 penilaian dalam menentukan bank

sehat atau tidak apabila memiliki ROA diatas 1, 215%.

Perhitungan ROA berdasarkan ketetapan Bank Indonesia dapat

dilakukan dengan menghitungnya berdasarkan formula berikut:

ROA =laba sebelum pajak x 100%

Rata-rata total aktiva

3. Intelectual Capital (IC)

Intelectual Capital dalam tulisan ini disingkat dengan IC

merupakan asset tidak berwujud yang berupa pengetahuan dan

keahlian yang dimiliki oleh suatu organisasi, praktisi ataupun

(42)

Kartika dan Hatane (2013) Intelectual Capital (IC) merupakan aset

tidak berwujud, merupakan asset utama setelah asset fisik dan finansial

yang apabila potensinya dimanfaatkan dengan baik akan dapat

memberikan nilai tambah dan pembeda dengan perusahaan lain.

Stewart (1997: 89) mendefinisikan intellectual capital (IC) adalah

segala hal yang diketahui dan dikontribusikan oleh orang yang berada

dalam perusahaan yang memberikan keunggulan bersaing. Hal yang

diketahui merupakan materi intelektual yang dapat digunakan guna

menciptakan kekayaan. Pengukuran penilaian Intelectual capital

menurut Thaib (2013) dapat diukur dengan Value Added (VA).

Structural Capital Value Added (STVA) merupakan salah satu dari

tiga unsur yakni human capital, relational capital, dan structural

capital yang dapat digunakan untuk mengukur intellectual capital

(IC).

a. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) merupakan alat yang

dapat mengukur seberapa sukses structure capital (SC) dapat

melakukan proses penciptaan nilai perusahaan. Rasio ini mengukur

jumlah structure capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1

rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan structure capital dalam penciptaan nilai (Ulum, 2009:

88).

(43)

SC (structural capital) = VA – HC

VA (Value Added)= Out put – In put atau VA = OP+EC+D+A Out put = merupakan total penjualan dan pendapatan lain atau total

pendapatan

In put = adalah beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban

karyawan)

OP = Operating profit (Laba Operasi)

EC = Employed costs (beban karyawan)

D = Depreciation (depresiasi)

A = Amortisation (amortisasi).

HC (human capital)= total pengeluaran untuk karyawan.

Total pengeluaran diperoleh dari beban tenaga kerja atau beban

karyawan dan beban promosi yang diperoleh dari pos laba rugi

dalam laporan keuangan bank terkait (Ulum, 2009:89).

b. Capital Employed Eficiency (CEE)

Menurut Pulic dalam Cahyati (2012:8) menyatakan bahwa

penilaian yang ideal untuk mengukur Intelectual Capital adalah

dengan Value Added Intelectual Capital (VAIC) model. Capital

Employed Eficiency (CEE) merupakan salah satu jenis efisiensi

dari Value Added Intelectual Capital (VAIC) model yang dapat

digunakan untuk mengukur Intelectual Capital. Capital Employed

Eficiency (CEE) merupakan komponen intellectual capital yang

(44)

menyebut Capital Employed Eficiency (CEE) sebagai Value Added

Human Capital (VAHU) yang memberikan petunjuk mengenai

banyaknya value added yang dapat dihasilkan dengan dana yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio perhitungan ini memberikan

deskripsi kontribusi yang dibuat dari setiap rupiah yang

diinvestasikan dalam human capital terhadap value added.

Capital Employed Eficiency (CEE)adalah pengukuran yang

mengukur sejauh mana modal manusia atau karyawan dengan

kemampuan intelektualnya dapat bekerja dan mampu

menghasilkan asset tetap dan asset lancar suatu perusahaan.

CEE = VA/ CE

VA (Value Added)= Out put – In put atau VA = OP+EC+D+A Capital Employed (CE) = Nilai buku aktiva bersih (laba bersih atau

dana yang tersedia)

4. Inovasi Layanan Perbankan

Inovasi menurut Ferryanto (2009) adalah sesuatu hal baru atau

penemuan baru secara sistematis yang ditemukan oleh seseorang

karena kemampuannya dalam melihat dunia melalui mata orang lain

dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Inovasi

merupakan cara sebuah organisasi, institusi atau perusahaan untuk

bertahan dan melanjutkan kegiatan bisnisnya sehingga dapat bersaing

(45)

Dalam Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) Barker, Sinkula

dan kawan-kawannya menyatakan bahwa inovasi memiliki nilai yang

menjadi penentu kesuksesan pada pasar kompetitif suatu perusahaan

dalam jangka panjang. Bahkan Brown dan Eisen Hard (1997) dalam

Jimenez,et.al yang dikutip Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015)

menyatakan bahwa perusahaan dengan kemampuan dan kapasitas

inovasi yang tinggi akan mampu merespon tantangan dan tuntutan

lingkungan dengan lebih baik dan cepat.

Menurut Damanpour (1991) dalam Han.et.al (1998) dikutip dalam

Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) inovasi terbagi menjadi dua

yakni technical innovation dan administrative innovation. Technical

innovation berupa produk, pelayanan dan teknologi. Adapun

administrative innovation berupa sistem dan proses administrasi.

Electronic banking dan branchless banking merupakan technical

innovation dalam pelayanan nasabah bank dengan berdasarkan

teknologi dan sistem baru didalamnya. Berikut merupakan uraian

singkat keduanya:

a. Electronic banking

Dalam Wikipedia electronic banking atau biasa disebut

internet banking merupakan transaksi, pembayaran, dan transaksi

lain melalui daring atau internet dengan website bank bersangkutan

yang telah dilengkapi dengan sistem pengaman. electronic banking

(46)

teknologi. Cronin dengan bukunya Banking and Finance the

Internet dalam bulletin bank Indonesia oleh Direktorat Penelitian

dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (2002: 2)

mendefinisikan bahwa

The financial services application that enables financial

institutions to offer traditional banking products and services such

as checking, savings and money market accounts and certificates

of deposit over the internet.

Perkembangan teknologi dan informasi membuat lembaga

perbankan diharuskan fleksibel mengikutinya. Hal ini mau tidak

mau harus dilakukan untuk dapat bertahan dan terus bersaing antar

bank satu dengan lainnya. Bahkan pelayanan electronic banking

telah memiliki regulasi khusus yang diatur dalam PBI 9/ 15/ PBI/

2007 dan SE BI No.6/ 18/ DPNP mengenai Penerapan Manajemen

Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum

sebagai antisipasi resiko oleh pihak yang tidak bertanggungjawab

seperti hacker/ cracker yang dapat menembus firewall internet

bank.

Penyelenggaraan internet banking merupakan penerapan

atau aplikasi teknologi informasi. Perkembangan teknologi ini

dimanfaatkan dalam rangka menjawab kemauan nasabah

perbankan yang menginginkan servis aman, cepat, nyaman, murah

(47)

laptop/ note book, PDA, dsb dan siap kapan saja (selama 7 hari x

24 jam).

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank

Indonesia (2002:1) menyatakan inovasi layanan perbankan non

cash meliputi: Authomatic Teller Machine (ATM), Smart card

(Credit card, debit card, ATM card, termasuk e-money), Mobile

banking atau phone banking, Internet banking.

Hal tersebut di atas merupakan beberapa inovasi layanan

perbankan non cash yang dapat dilakukan kapanpun dan

dimanapun tanpa batasan ruang dan waktu. Terdapat 3 tingkatan

internet banking:

1) Entry/ informasional

Merupakan brosur eletronik atau tahapan dimana bank

menyediakan data informasi statistik serta jasa atau produk

yang ditawarkan dengan resiko rendah mengingat hal tersebut

tidak berkaitan dengan data base.

2) Intermediate/ communicative

Tingkatan yang memiliki resiko lebih besar dari

sebelumnya, memberikan pelayanan yang lebih banyak dari

sekedar informasi karena aktifitas interaksi terbatas seperti on

line account application, account inquiry, electronic mail, dan

(48)

3) Advance transaction

Tingkatan terlengkap karena seluruh transaksi yang

dibutuhkan dapat ditampilkan nasabah seperti transfer,

pembayaran dan hal lain selain penarikan.

Fasilitas yang ditawarkan dalam electronic banking

meliputi ATM, sistem aplikasi perbankan, sistem penyelesaian

bruto waktu nyata (Real Time Gross Settlement (RTGS)), internet

banking, mobile banking dan kliring elektronik.

Jean Michael Sahut dalam Hapsari (2015:22) menyatakan

bahwa electronic banking merupakan model bisnis baru yang

digunakan akibat pengaruh teknologi. 4 (empat) bentuk dalam

model bisnis ini yaitu:

1) Vertical portal, menawarkan jasa informasi keuangan.

2) Agrregator, sebagai pihak ketiga pada transaksi online guna

mencegah kejahatan.

3) Speciality manufacture, penyedia jasa keuangan yang

mendistribusikan jasanya dengan jaringan yang dimiliki

sendiri atau pihak yang bekerjasama dengannya seperti

layanan perbankan.

4) Company sites, penyedia jasa keuangan secara online

seperti asuransi, investasi atau layanan perbankan.

Dalam penelitian ini, penulis menekankan kepada salah

(49)

tersebut karena a) penggunaan mobile banking yang mudah

digunakan dimana saja. b) selanjutnya berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh sharing vision jumlah pengguna smartphone

sebagai salah satu instrument penggunaan internet banking telah

mencapai 50,45 juta orang.

Electronic banking sebagai inovasi pelayanan perbankan

memiliki pengaruh terhadap profitabilitas berdasarkan

pemanfaatannya yang dapat dijadikan alternatif dalam menekan

cost dalam menjangkau nasabah. Dalam Hapsari (2015: 23) survey

yang pernah dilakukan di Amerika tahun 2000, menyimpulkan

bahwa penggunaan electronic banking atau internet banking

memiliki fungsi sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang yang

dapat memberikan beban biaya lebih murah dibandingkan

pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM, dan PC Banking.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Maihami, dkk (2013) dan Sumra, dkk (2011) serta Hapsari

(2015) yang menyatakan bahwa Electronic banking memberikan

pengaruh positif terhadap profitabilitas bank. b. Branchless banking

Certified government Audit Professional (GCAP) dalam

branchless banking diagnostic templatemendefinisikan branchless

bankingyakni

(50)

communications technologies to transmit transaction details typically card-reading point-of-sale (POS) terminals or mobile phones

Branchless banking di Indonesia disebut dengan Laku

Pandai. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.19/

POJK.03/ 2014 tentang layanan keuangan tanpa kantor dalam

rangka keuangan inklusif mendefinisikan laku pandai atau

branchless banking merupakan kegiatan penyediaan layanan

perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidak

melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak

lain dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.

Kerjasama pihak lain tersebut adalah dengan agen yang menjadi

tangan panjang bank untuk menyediakan layanan perbankan secara

inklusif sehingga masyarakat yang unbankable menjadi bankable.

Sebelumnya dalam preliminary study Bank Indonesia (2011)

disebutkan bahwa branchless banking secara umum merupakan

strategi pelayanan keuangan masyarakat akan jasa keuangan tanpa

memerlukan kantor cabang bank secara fisik atau dilakukannya

outsourcing proses transaksi layanan jasa perbankan kepada pihak

ketiga.

Survey nasional literasi keuangan mengungkapkan bahwa

masyarakat Indonesia yang menikmati layanan perbankan baru

57,28%. Ini bertolak belakang dengan adanya lembaga perbankan

(51)

Jasa Keuangan (OJK) yang dibuat untuk menjawab layanan

keuangan di pelosok daerah yang belum terjangkau layanan

perbankan karena tantangan kondisi geografis Indonesia tanpa

terkena resiko tingginya biaya pembuatan kantor cabang. Program

ini juga menjadi solusi bagi masyarakat daerah yang belum

terjangkau layanan perbankan untuk dapat meningkatkan

pendapatannya melalui fasilitas pembiayaan dan menampung

masyarakat daerah tersebut untuk menabung tanpa ke kantor bank.

Pentingnya pemanfaatan teknologi bagi pemanfaatan

branchless banking untuk memperluas jangkauan keuangan

membutuhkan kerjasama diantara dengan lembaga keuangan

mikro, operator telepon, perusahaan teknologi, perusahaan

telekomunikasi, dan agen ritel. Elemen branchless Banking

menurut CGAP adalah:

1) Penggunaan outlet pihak ketiga. Penggunaan outlet meliputi

ekslusif dan non eksklusif seperti pom bensin, pedagang,

counter pulsa, toko, mini market, ataupun kantor pos. Tindakan

dalam transaksi yang membutuhkan aktifitas secara fisik seperti

transaksi penyetoran, penarikan dan pembukaan rekening akan

di handle oleh mereka.

2) Penggunaan teknologi. Transaksi jarak jauh dapat dilakukan

melalui teknologi seperti kartu pembayaran atau telepon selular

(52)

3) Memerlukan institusi yang dapat menjalankan fungsi sebagai

pengumpul dana layaknya bank yang diakui pemerintah.

4) Penyediaan minimal jasa penyetoran dan penarikan selain

transaksi serta jasa keuangan yang lain.

Sarah (2016:141) menyebutkan terdapat tiga tipe branchless

Banking, diantaranya:

1) Bank Led Model

Penggunaan jasa agen atau telekomunikasi atau bahkan

keduanya dalam melayani masyarakat ada pada model ini.

Bank berperan penuh dalam mulai dari proses perizinan,

pelaksaaan, pengelolaan financial dan sistem. Lynan dalam

Sarah (2016:141) menjelaskan, pendistribusian produk dan

layanan dilakukan oleh agent retail sebagai pengelola nasabah,

adapun bank menciptakan jasa dan produk keuangan.

Perusahaan telco adalah sebagai penyedia saluran infrastruktur

guna transaksi layanan perbankan, sehingga bank

membutuhkan jasa perusahaan telekomunikasi sebagai agen.

Model ini menjadi pertimbangan karena rendahnya biaya, cepat

dan dekat. Negara yang menggunakan model ini yaitu India

dan Brazil.

Dua jenis agen Agen yang ditunjuk oleh bank (Sarah, 2016)

yakni: a. super agent: merupakan badan hukum yang

(53)

kegiatan bisnis yang berjalan lama dan memiliki jaringan yang

luas, contohnya adalah PT Pos Indonesia. b. Sub agent: adalah

jaringan super agent yang menyebar di seluruh wilayah.

Pelayanan langsung terhadap nasabah akan dilayani oleh sub

agent ini secara face to face.

2) Telco Led Model

Model ini merupakan model di mana proses perizinan dan

operasional branchless banking dipegang oleh perusahaan

telekomunikasi yang menjadi penanggung jawab penuh atas

transaksi yang biasa dilakukan perbankan seperti proses

transfer.

Dalam model ini bank tidak terlibat langsung, bahkan

hanya memberikan dukungan kepada perusahaan. Hubungan

kontraktual antara nasabah dengan perusahaan tidak terjadi.

Menurut Bank Indonesia produk yang ditawarkan dalam model

ini biasanya berupa e-money yang merupakan uang yang

dimasukan dalam kartu elektronik yang dapat digunakan untuk

aktivitas pembayaran selain penerbit.

3) Hybrid Led Model

Dalam Hybrid Led Model bank menggandeng institusi

non-bank untuk bekerjasama dalam bentuk joint venture ataupun

partnership guna menyediakan layanan perbankan kepada

(54)

keunggulan untuk menguasai pasar yang ditargetkan. Jasa

telekomunikasi yang diberikan seperti sms, pengisian saldo,

dan lainnya menjadi tanggung jawab perusahaan yang

bekerjasama dengan bank, adapun jasa mobile banking yang

berkaitan dengan transaksi menjadi tanggung jawab bank

(Bank Indonesia, 2011).

Sumber: sharing vision.com

(55)

C. Kerangka Penelitian

Adapun kerangka pemikiran teoritik akan digambarkan dalam

gambar model kerangka analisis variabel intelectual capital (IC) (STVA

dan CEE) dan variabel novasi layanan perbankan (electronic banking dan

branchless banking) terhadap profitabilitas (ROA) adalah sebagai berikut:

X1 X2

X3

X4

Gambar 2.2 Kerangka Model Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis atau sementara pada

penelitian. Hipotesis merupakan hasil akhir dari proses logika penelitian

berdasarkan penelitian yang telah teruji kebenarannya guna membimbing

peneliti dalam penelitian dilapangan yang dapat dijadikan sebagai objek

pengujian maupun dalam pengkoleksian atau pengumpulan data

(Muhammad, 2013: 76). Berdasarkan dari telaah pustaka dan kerangka

teori di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Semakin tinggi perusahaan menciptakan nilainya maka semakin bagus

perusahaan tersebut dalam mengelola struktur kapitalnya. Pengelolaan

struktur kapital yang professional dipengaruhi oleh faktor intelektual STVA

ROA (Y) CEE

Electronic banking

(56)

yang dimiliki perusahaan. Peningkatan nilai tambah perusahaan dari

pengelolaan struktur capital menunjukan proses penciptaan nilai

perusahaan yang efektif dan optimal dari perusahaan tersebut. hal

tersebut diperkuat dengan penelitian Widiatmoko (2015) dan Kartika

& Hatane (2013) yang menyatakan bahwa Structure Capital Value

Added (STVA) berpengaruh positif terhadap profitabilitas maka

hipotesis penelitian ini

H1 = Structure Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah

2) Dalam penciptaan nilai tambah atau value added berawal dari modal

fisik yang apabila pengelolaanya dilakukan oleh sumber daya manusia

yang potensial dimiliki oleh perusahaan yang akan meningkatkan

kinerja perusahaan. Menurut Ulum Value added merupakan ukuran

yang akurat yang diciptakan stakeholder (2008). Value added yang

dimiliki perusahaan salah satunya berasal dari efisiensi human capital

dalam hal ini efisiensi tenaga kerja atau capital employed efficiency

(CEE). Kemampuan perusahaan dalam mengelola keahlian dan

pengetahuan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Kartika & Hatane,

2013:18).

Penelitian Ciptaningsih (2013) dan Suhendah (2008) yang

menyimpulkan bahwa Capital employed Eficiency (CEE) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap profitabilitas maka hipotesa penelitian

(57)

H2 = Capital employed Eficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah

3) Electronic banking sebagai inovasi pelayanan perbankan memiliki

pengaruh terhadap profitabilitas berdasarkan pemanfaatannya yang

dapat dijadikan alternatif dalam menekan cost dalam menjangkau

nasabah. Dalam Hapsari (2015: 23) survei yang pernah dilakukan di

Amerika tahun 2000, menyimpulkan bahwa penggunaan electronic

banking atau internet banking memiliki beban biaya lebih murah

dibandingkan pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM, dan PC

banking.

Penelitian Karimzadesh, Emadzadesh, & Shateri (2014) dan Sumra

(2011) yang memberikan kesimpulan bahwa electronic banking

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas maka hipotesa

penelitian untuk electronic banking adalah:

H3 = Electronic banking berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah

4) Laku pandai atau branchless banking merupakan kegiatan penyediaan

layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan

tidak melalui jaringan kantor. Sebelumnya dalam Preliminary Study

Bank Indonesia (2011) disebutkan bahwa Branchless Banking secara

umum merupakan strategi pelayanan keuangan masyarakat akan jasa

keuangan tanpa memerlukan kantor cabang bank secara fisik.

(58)

pembiayaan dan bahkan meningkatkan pelayanan perbankan tanpa

cabang dapat memperluas jangkauan pasar yang baru, yaitu segmen

masyarakat yang sebelumnya tidak atau belum terlayani oleh bank

sehingga meningkatkan profit yang berpengaruh terhadap profitabilitas

bank (Sarah, 2015: 140).

Berdasarkan penelitian Sarah (2015) yang menyatakan bahwa

branchless banking memberikan pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap profitabilitas maka hipotesa penelitian untuk branchless

banking adalah:

H4 = Branchless banking berpengaruh positif terhadap

(59)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

E. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

penelitian dengan data angka dan analisis statistik (Sugiyono, 2016: 7).

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa pooling data

atau data panel dengan menggabungkan data runtut waktu (time series)

dan data kerat lintang (cross section) dalam periode waktu Desember

2014-April 2017 yang dibagi dalam waktu bulanan. Penelitian ini

dilakukan guna menganalisis pengaruh baik secara individual maupun

bersama-sama semua variabel terhadap profitabilitas bank syariah di

Indonesia.

F. Data dan sumber data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari

website resmi lembaga perbankan syariah dan otoritas lain yang terkait.

Data yang digunakan adalah data profitabilitas bank yang berupa rasio

Return On Asset (ROA) yang diperoleh dari laporan keuangan di website

resmi masing-masing bank. Adapun data variabel Capital Intelectual (IC)

guna mencari Structure Capital Value Added (STVA), dan Capital

Employed Eficiency (CEE) yang diperoleh dari Annual Report yang

(60)

Data variable inovasi layanan perbankan yakni electronic banking

dan branchless banking dapat diperoleh dari website bank syariah yang

bersangkutan. Selain itu data-data yang terdapat dalam penelitian ini

berasal dari sumber relevan dari sumber seperti: website OJK, website

BPS, buku, jurnal, serta dari sumber website resmi lain, dll.

G. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah 13 bank umum syariah yakni

sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Data Bank Umum Syariah Januari 2017

No Nama Bank

1 Bank Aceh Syari’ah 2 Bank Muamalat Indonesia 3 Bank Victoria Syari’ah 4 BRI Syari’ah

5 Bank Jabar Banten Syari’ah 6 BNI Syari’ah

7 Bank Mandiri Syari’ah 8 Bank Mega Syari’ah 9 Bank Panin Syari’ah 10 Bank Syari’ah Bukopin 11 BCA Syari’ah

12 Maybank Syari’ah

13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syari’ah Sumber : Statistik Perbankan Syariah Januari 2017, OJK

Sampel penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive

sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan menentukan

karakteristik tertentu untuk menyaring sampel dari populasinya.

(61)

a. Merupakan bank umum syariah yang terdaftar dan tertera pada

pada website Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

b. Merupakan bank umum syariah berskala nasional, bukan bank

daerah berbasis syariah (BPD Syariah).

c. Memiliki Annual Report atau laporan keuangan bulanan yang

tersedia di websitenya mulai dari bulan Desember 2014-April

2017.

d. Bank syariah yang dimaksud memiliki layanan electronic banking

meliputi internet banking dan mobile banking.

e. Penyedia layanan branchless banking (Laku Pandai) dan telah

terdaftar di OJK.

Dari populasi bank sejumlah 13, berdasarkan kriteria sampel diatas

maka tersisa dua bank yang lolos menjadi sampel dalam penelitian

ini. Bank tersebut adalah BRI Syariah dan BTPN Syariah.

H. Teknik pengumpulan data

Data yang diperoleh merupakan data arsip berupa data sekunder

dengan teknik pengumpulan data yakni pengambilan data panel atau

pooling data yang merupakan gabungan data time series dan cross section.

I. Definisi Konsep dan Operasional

Definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian

(62)

Tabel 3. 2 Matriks Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Konsep Variabel dan indikator Skala Instrumen

Intelectu-al CapitIntelectu-al (IC)

Intelectual Capital (IC) adalah segala sesuatu yang diketahui (materi intelektual yang dapat digunakan guna menciptakan kekayaan) dan dikontribusikan untuk organisasi atau perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing dengan organisasi atau perusahaan lain (Stewart dalam Suharno dan Yulia (2012)).

1) X1= Structure capital value added biaya-biaya lain (selain beban karyawan) Value Added juga dapat dihitung atau diketahui dengan formula yakni:

VA = OP+EC+D+A

OP = Operating profit ( Laba Operasi) EC = Employee costs (beban karyawan) D = Depreciation (depresiasi)

A = Amortisation ( amortisasi).

HC (human capital)= total pengeluaran untuk karyawan.

Total pengeluaran diperoleh dari beban tenaga kerja atau beban karyawan dan beban promosi yang diperoleh dari pos laba rugi dalam laporan keuangan bank terkait (Ulum, 2009:89).

2) X2 = Capital Employed Eficiency (CEE) CEE = (VA)/ (CE)

CE = Nilai buku aktiva bersih/ laba bersih

(63)

Variabel Definisi Konsep Variabel dan indikator Skala Instrumen Inovasi

Layanan Perbank-an

-Electronic banking dalam penelitian ini ditentukan dengan ada tidaknya layanan electronic banking di bank bersangkutan. Pengukuran menggunakan variabel dummy. Kategori 1 yang memiliki layanan electronic banking dan kategori 0 yang tidak memiliki layanan tersebut. -Branchless banking dalam penelitian ini

ditentukan dengan ada tidaknya layanan di bank bersangkutan. Pengukuran menggunakan variabel dummy. Kategori 1 yang memiliki layanan branchless banking dan kategori 0 yang tidak memiliki layanan tersebut (Hapsari,2015:41).

3) X3= Electronic Banking 4) X4 = Branchless Banking

Nomi-Profitabilitas informasi hasil akhir kebijakan keuangan dan kebijakan operasional dilakukan dengan laba sebagai hasil akhir (Brigham & Houston, 2010: 146). ROA merupakan ukuran dalam menilai besarnya tingkat pengembalian dari asset perusahaan (Rudy mengungkapkan dalam Defri (2012)). ROA= laba sebelum pajak x 100%

J. Teknik Analisis data

1. Uji Stationeritas Data

Merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data time

series yang digunakan sudah stasioner atau valid. Uji dilakukan

dengan melakukan unit root test dengan melihat tingkat signifikansi

Gambar

Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Individual Bank Syariah Awal tahun 2017
Gambar 2.2 Kerangka Model Penelitian
Tabel 3. 1 Data Bank Umum Syariah Januari 2017
Tabel 3. 2 Matriks Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang berupa variabel BI rate, tingkat inflasi dan nilai tukar kurs diperoleh dengan cara mengutip langsung pada Laporan Kebijakan Moneter dan sensitivitas Net

Pengabdian masyarakat pada hakekatnya merupakan perwujudan dari salah satu dharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat, yang bersifat lintas disiplin

Patogenitas Staphylococcus aureus disebabkan karena produksi toksin dimana toksin tidak akan bekerja sebelum bakteri berhasil masuk dan bertahan dalam tubuh hospes, pada fase

Berpijak pada pengertian asas yang selalu berkaitan dengan nilai, maka. secara umum asas hukum dapat dimengerti sebagai suatu yang sangat

BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

konsumen (dalam kondisi variabel kualitas layanan dan citra produk tetap). Ha: ada pengaruh antara variabel promosi terhadap variabel

terhadap ukuran fundamental kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan. menggunakan

Lampiran 3 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Asosiasi (Brand Association) L-8 Lampiran 4 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kepentingan ( I mportance) L-11 Lampiran 5