i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
KHAERU NISA AULIA URAKHMA
NIM 213 13 039
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
v
“Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudah. Maka sesungguhnya
setelah kesulitan pasti ada kemudahan”
ّدَج َو ّدَج ْنَم
“Siapa bersungguh-sungguh pasti ia akan dapat”
“Berkatalah jujur, sekalipun itu pahit”
“Salah satu cara untuk menjawab masalah adalah mencoba
menyelesaikannya”
“Hidup itu seperti sepeda, jika kau ingin tetap seimbang maka teruslah
vi
PERSEMBAHAN
Untuk orang tuaku tercinta,
Untuk pakde dan budeku,
Saudara-saudaraku, guru-guruku
vii
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada baginda nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari
jaman jahiliyah menuju jaman yang terang benderang. Amin.
Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis mengajukan skripsi
dengan judul” Analisis Pengaruh Intelectual Capital dan Inovasi Layanan Perbankan terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan, dukungan serta bimbingan oleh berbagai pihak. Maka dikarenakan
demikian, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga .
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana. M. Si., Ketua Jurusan S1 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menulis
viii
sukses serta menjadi kebanggaan keluarga.
5. Ayah dan ibuku tercinta yang jauh disana, terimakasih atas usaha serta
do’a kalian. Kalian malaikatku, semoga Allah SWT senantiasa menjaga
dan melindungi dimanapun berada.
6. Yang tersayang kakakku Eka, Ka’ Ani, Ka’ Ikah dan Ka’ Mut. Terimakasih telah sabar mendampingiku. Do’aku beserta kalian.
7. Sahabat –sahabatku yang jauh karena jarak, maupun yang dekat karena rindu, yang jauh karena tirai aktifitas dan yang dekat karena kasih sayang,
Rekan-rekan LPM DinamikA, KSEI dan semua yang telah mewarnai
kehidupanku.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik
kepada semuanya. Demi kebaikan untuk selanjutnya, penulis mengharap
kritik, saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak dengan
senang hati. Hanya kepada Allah SWT semua kesempurnaan dan
kekurangan hanyalah miliki makhluknya. Semoga apa yang terdapat
dalam tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah ilmu
pengetahuan. Amin.
Salatiga, Juli 2017
ix
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan S-1 Perbankan Syariah, IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana.,M.Si.
Penelitian ini dilator belakangi oleh adanya fenomena kenaikan asset yang dimiliki oleh bank syariah di Indonesia. Adanya pasar bebas asean (MEA) menjadikan bank syariah mempersiapkan diri dengan kemungkinan yang mungkin terjadi untuk tetap mempertahankan kenaikan tingkat profitabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pengaruh intellectual capital dan inovasi layanan yang dilakukan oleh bank syariah terhadap profitabilitasnya. Indikator intellectual capital diwakili oleh Structure capital value added (STVA) dan capital employed efficiency (CEE), serta variabel inovasi layanan perbankan yang diwakili oleh electronic banking dan branchless banking. Adapun variabel profitabilitas bank syariah diukur dengan rasio ROA.
Data merupakan data sekunder yang terdiri dari 58 data namun karena suatu keadaan menjadi 53 data yang berupa data bulanan dari bulan Desember 2014 hingga bulan April 2017 dari dua sampel bank yakni BRI Syariah dan BTPN Syariah. Analisis penelitian menggunakan metode fixed effect model dalam proses regresi data panel.
Hasil uji secara simultan menunjukan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia. Akan tetapi secara parsial variabel STVA dan CEE berpengaruh positif signifikan dengan tingkat signifikansi masing masing 0,0002 < 0,05 dan 0,0000 < 0,05. Variabel internet banking tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia yang diketahui dari tingkat signifikansi 0,1690 > 0,05 dan branchless banking berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank syariah dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0014 > 0,05. Hasil penelitian diharapkan pihak terkait dapat menimbang dan memperhatikan dalam pengambilan kebijakan.
x
Pengesahan Kelulusan………..….ii
Pernyataan Keaslian Tulisan………...iii
Motto dan Persembahan………..iv
Kata Pengantar………..…...vi
Abstrak………...….viii
Daftar Isi………..…..ix
Daftar Tabel………...xi
Daftar Gambar………xiii
BAB I PENDAHULUAN………...…1
A. Latar Belakang……….1
B. Rumusan Masalah………..10
C. Tujuan Penelitian………...11
D. Kegunaan Penelitian………...11
E. Sistematika Penulisan……….12
BAB II LANDASAN TEORI………..…14
A. Telaah Pustaka………...14
B. Kerangka Teori……….23
C. Kerangka Penelitian………..41
D. Hipotesis………41
BAB III METODE PENELITIAN……….…45
A. Jenis Penelitian………..45
xi
F. Teknik Analisis Data……….49
G. Alat Analisis………..54
BAB IV ANALISIS DATA………..55
A. Deskripsi Objek Penelitian………55
B. Analisis Data……….61
C. Hasil Uji Hipotesis………...……….75
BAB V PENUTUP………85
A. Kesimpulan………85
B. Saran……..………87
Daftar Pustaka………..…88
Lampiran-Lampiran………....95
xii
Tabel 1.2 Total Asset Individu Bank Umum Syariah di Indonesia Triwulan IV
tahun 2014-2015………..………4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………..16
Tabel 3.1 Data Bank Umum Syariah Januari 2017………47
Tabel 3.2 Matriks Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….….49
Tabel 4.1 Data ROA Masing-masing Bank Umum Syariah Variabel Dependen………57
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel ROA……….….58
Tabel 4.3 Data Variabel Independen…...60
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Variabel Independen ………...61
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Unit root pada Level ………...62
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Unit Root pada 1st Defference………...63
Tabel 4.7 Model Regresi Common Effect (OLS)………..….65
Tabel 4.8 Model Regresi Fixed Effect (LSDV)……….65
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow Test (F-test)………..66
Tabel 4.10 ttest ……….…………...68
xiii
Tabel 4.14 Tabel Durbin Watson………...75
xiv
Tabel 2.2 Skema Model Branchless Banking………...……….41
1 A. Latar Belakang
Bank Islam atau bank syariah adalah lembaga intermediasi
keuangan yang memiliki usaha menyalurkan pembiayaan dan lalu lintas
pembayaran berdasarkan syariat Islam (Sumitro, 1996: 5). Secara tersirat
bank konvensional memiliki fungsi dan misi yang sama dengan bank
syariah yakni mencapai tujuan usaha dan melakukan penetrasi terhadap
pasar sehingga memenangkan nasabah (Mulyani, 2016:1). Namun, melihat
pada orientasi yang berdasarkan syariah Islam, hal tersebut mengharuskan
kegiatan operasional yang dilakukan bank syariah terbebas dari unsur riba.
Keberadaan bank syariah di Indonesia didukung dengan jumlah
penduduk Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Bank
syariah dirasakan menjadi solusi bagi keuangan umat Islam dalam
menjalankan aktifitas ekonominya berdasarkan ajaran agama (Mulyani,
2016:1). Selain menuntun umat dalam menaati aturan tuhannya, bank
syariah juga dapat berkontribusi terhadap perekonomian negara. Beberapa
contoh perkembangan bank syariah yang telah berkontribusi terhadap
pembangunan negaranya seperti Al- Rajhi Bank dengan total asset US$ 82
milyar dan Kuwait Finance House dengan total asset sebesar US$56,846
milyar.
Pertumbuhan perbankan syariah dewasa ini telah mengalami
Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia pada tahun
1992, saat ini bank syariah telah bertambah. Berdasarkan data statistik
perbankan syariah awal 2017, jumlah bank umum syariah atau biasa
disingkat dengan BUS telah bertambah menjadi 13 bank dengan jumlah
kantor cabang 1.873 kantor. Berikut adalah tabel persebaran individual
kantor cabang Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia awal tahun 2017:
Tabel 1. 1 Jaringan Kantor Individual Bank Syariah Awal tahun 2017
No Nama Bank KPO/ 13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah
25 3 -
474 1.207 192 Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK, Januari 2017
Berdasarkan data di tabel 1.1 menunjukan bahwa eksistensi
perbankan syariah dapat terjaga dan teruji dengan baik. Ekspektasi prospek
kemajuan bank syariah menjadi cerah dan optimis. Bahkan perbankan
syariah tetap mampu bertahan dan berkembang ketika masa krisis ekonomi
telah tiga kali melanda Indonesia, yakni di tahun 1997, 2008, dan tahun
Perkembangan bank syariah yang menggembirakan semakin
diperkuat dengan perkembangan asset yang dimiliki. Laporan statistik
perbankan syariah yang diterbitkan OJK pada tahun 2017 mengungkapkan
bahwa asset perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2015 sejumlah Rp
213,423 triliun meningkat menjadi Rp 225,804 triliun di akhir tahun 2016,
dan kembali meningkat di Januari tahun 2017 sejumlah Rp 248,819
triliun. Data catatan Asbisindo (Asosiasi bank syariah Indonesia) dalam
website resminya mengungkapkan bahwa asset yang dimiliki bank syariah
pada tahun 2016 sebesar Rp 356,50 triliun, naik dari tahun sebelumnya
yakni tahun 2015 sebesar Rp 296,26 triliun. Hal tersebut diperkuat dengan
data dari website beberapa bank umum syariah yang memberikan
keterangan bahwa asset individu bank umum syariah mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Bank Muamalat Indonesia yang telah berdiri sejak 1992
memiliki asset mencapai RP 57,802,661 di tahun 2015. BRI Syariah
mengalami kenaikan asset dari Rp 20,341,033 di tahun 2014 menjadi Rp
24,230,247 di tahun 2015. Bank BNI Syariah juga mengalami peningkatan
asset dari Rp 19,492,112 di tahun 2014 menjadi Rp 23,017,667. Asset bank
syariah yang terus berkembang ini menjadi salah satu modal bagi
Indonesia untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Adapun
keterangan total asset masing-masing bank syariah dapat dilihat pada tabel
Tabel 1.2 Total Aset Individu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia Triwulan IV Tahun 2014 dan 2015
Total Asset Perindividu Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
No Nama Bank 2014 2015
1 PT. Bank BNI Syariah 19,492,112 23,017,667 2 PT. Bank Mega Syariah 7,042,486 5,559,820 3 PT. Bank Muamalat Indonesia 62,402,282 57,802,661 4 PT. Bank Syariah Mandiri 66,955,671 70,369,709 5 PT. BCA Syariah 2,994,449 4,349,580 6 PT. Bank BRISyariah 20,341,033 24,230,247 7 PT. Bank Jabar Banten Syariah 6,093,488 6,439,966 8 PT. Bank Panin Syariah 6,206,504 7,134,235 9 PT. Bank Syariah Bukopin 5,160,517 5,827,154 10 PT. Bank Victoria Syariah 1,439,632 1,379,266 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 2,449,541 1,743,439 12 Bank Aceh Syariah 16,385,160 18,590,014 13 PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional (BTPN) Syariah
3,780,498 5,196,199
Sumber: Mulyani (2016) dan olahan data publikasi masing-masing bank, 2016
Muhklis (2012) menyatakan bahwa perkembangan dan
pertumbuhan lembaga keuangan tergantung pada laba atau profit yang
dihasilkan dari aktivitas operasional. Terdapat dua cara dalam
mendeskripsikan aktivitas perusahaan atau lembaga keuangan yakni
dengan melihat aktivitas operasional dan aktivitas finansial. Aktivitas
operasional meliputi proses produksi, adapun aktivitas finasial meliputi
aktifitas pendanaan dari modal yang diperoleh yang dipadukan dengan
SDM sehingga menghasilkan pengembalian dan laba.
Profitabilitas memberikan informasi hasil akhir kebijakan
keuangan dan kebijakan operasional yang telah dilakukan (Brigham &
Houston, 2010: 146). Hasil akhir dari kebijakan keuangan dan kebijakan
Dalam mengukur profit yang dihasilkan oleh manajemen perbankan maka
diperlukan analisis dengan menggunakan rasio-rasio perhitungan laba yang
dihasilkan. Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang dapat
mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba bersih sesuai
dengan aktiva yang ditanamkan (Najmudin, 2011: 96). Dendawijaya dalam
Mulyani (2016:5) mengungkapkan bahwa penilaian ROA lebih
diutamakan bahkan dipilih oleh Bank Indonesia karena ROA menunjukan
kemampuan bank dalam mengelola asset yang berasal dari masyarakat.
Dalam upaya mencapai profit yang diharapkan oleh perbankan, hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Hendrayanti dan Muharram
(2013: 1) menyatakan bahwa faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal bank. Faktor internal dapat berupa
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh bank.
Adapun faktor eksternal merupakan faktor diluar kemampuan bank yang
dapat mempengaruhi bank dalam menghasilkan laba yang ditargetkan.
Faktor eksternal tersebut dapat berupa perkembangan teknologi. Kedua
faktor tersebut merupakan indikasi dan sinyal bagi perbankan untuk
senantiasa mewaspadai akibat-akibat yang dapat timbul di luar kuasanya.
Pasar bebas yang telah melanda perekonomian daerah negara
anggota ASEAN tahun 2015 akan mempengaruhi sektor riil yakni arus
barang dan jasa termasuk perbankan. Penerapan Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) akan berdampak pada peningkatan kualitas dan daya saing
2016:6). Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang unggul wajib
dipersiapkan dengan peningkatan standar kualifikasi tenaga kerja dalam
skill dan penggunaan teknologi guna menghadapi persaingan. Tenaga kerja
sebagai asset tidak berwujud yang dimiliki lembaga perusahaan perbankan
perlu memperhitungkan hal tersebut untuk tetap dapat berkompetisi dan
mencapai tujuan usahanya yakni berkembang dan mendapatkan profit yang
ditargetkan.
Menurut Kartika & Hatane (2013), Panjaitan & Sadalia (2013),
Dwipayani (2014) dan Handayani (2016) salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi profitabilitas bank adalah Intelectual capital. Hal tersebut
karena dalam meningkatkan profitabilitas, perusahaan membutuhkan
modal intelektual pegawainya untuk menciptakan inovasi baru dalam
produk sehingga laba yang dihasilkan dapat maksimal. Pemanfaatan
Intelectual capital yang efektif dan efisien tidak hanya dapat
memaksimalkan laba saja, akan tetapi juga dapat meningkatkan kualitas
sehingga bank memiliki keunggulan serta dapat berkompetisi di
lingkungan yang kompetitif (Kartika & Hatane, 2013: 17). Akan tetapi
Yuni Murdiana Putri (2016), Maisaroh (2015), Juanda, Fitriah & Rosdiana
(2016) menyatakan dalam penelitian mereka bahwa Intelectual capital
tidak mempengaruhi profitabilitas.
Dalam Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) Barker, Sinkula
dan kawan-kawannya menyatakan bahwa inovasi memiliki nilai yang
jangka panjang. Damanpour (1991) dalam Han.et.al (1998) pada
Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) membagi inovasi menjadi dua
yakni technical innovation dan administrative innovation. Technical
innovation merupakan inovasi yang berupa layanan, produk ataupun
teknologi. Sedangkan administrative innovation merupakan inovasi yang
berupa sistem administrasi.
Era globalisasi dan modernisasi menjadikan perbankan syariah
memerlukan inovasi layanan perbankan yang aman, mudah, dan efisien.
Persaingan yang ketat, percepatan jaman yang dinamis dan situasi negara
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membuat
perbankan syariah harus mampu bersaing secara sportif dalam penguasaan
teknologi dan informasi yang semakin canggih untuk menduduki pasar
keuangan syariah ke ranah global. Oleh karena itu, inovasi baru dalam
pelayanan perbankan bagi masyarakat Indonesia perlu dilakukan seperti
pelayanan nasabah secara digital. Electronic banking merupakan inovasi
layanan perbankan yang menuntut aktifitas transaksi yang cepat dan aman.
Electronic banking merupakan inovasi teknologi guna memudahkan
pelayanan perbankan terhadap nasabahnya.
Kemudahan akses informasi dan transaksi tanpa melalui kontak
fisik melalui penggunaan electronic banking akan menekan biaya yang
dikeluarkan bank dalam aktifitas operasionalnya. Semakin banyak nasabah
yang menggunakan electronic banking maka semakin kecil biaya yang
profitabilitas yang dimiliki oleh bank. Abaenewe, dkk (2013) dengan
penelitiannya terhadap performa bank di Nigeria, penelitian Karimzadesh,
dkk (2014) dengan judul penelitian The Effect of Electronic Banking
Expansion on Profitability of a Commercial Bank (Sepah Bank Of Iran
serta penelitian Onay, Dkk (2008) yang meneliti pengaruh internet banking
di Turki menghasilkan kesimpulan penelitian bahwa electronic banking
signifikan mempengaruhi profitabilitas bank.
Penelitian mengenai electronic banking yang telah dilakukan oleh
Abaenewe, dkk (2013), Karimzadesh, dkk (2014), Onay, Dkk (2008)
ternyata bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson U
Ani, Cosmas O Odo, & Ezeudu Ikenna (2014) yang melakukan penelitian
di Nigeria, Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015) yang meneliti
pengaruh electronic banking di India, serta Meihami, Bahram, Zeinab
Varmaghani, & Hussein Meihami (2013) yang menyatakan bahwa
electronic banking tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank.
Branchless banking atau laku pandai merupakan Inclusive
financial programme oleh OJK dimana masyarakat dapat melakukan
kegiatan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan
tidak melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak lain
dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Branchless
banking atau laku pandai dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui
Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) pada Juni 2012 yang
Branchless banking dilakukan guna menjawab pertanyaan bagaimana
Indonesia menyelesaikan permasalahan inklusifitas keuangannnya.
Berdasarkan survei literasi dan inklusi keuangan pada tahun 2013 yang
dilakukan oleh OJK menunjukan bahwa hanya setengah masyarakat
Indonesia yang telah mengetahui dan menggunakan layanan keuangan
secara inklusif yakni sejumlah 59.74%. Inklusifitas layanan keuangan
syariah hanya mencapai 9,61% di sektor perbankan, adapun perasuransian,
pegadaian dan lembaga pembiayaan berada di bawah 1%.
Branchless banking memudahkan bank untuk menjangkau pasar ke
daerah yang belum terjamah lembaga keuangan tanpa harus mengeluarkan
biaya pembuatan kantor cabang yang besar. Branchless banking dapat
digunakan untuk menambah pasar nasabah yang besar dan
mengembangkan usaha bank yang akan berpengaruh terhadap profitabilitas
bank. Hal ini dibuktikan pada studi pada bank komersil di Kenya yang
menunjukan bahwa penggunaan branchless banking membantu bank
terkait dalam meningkatkan market share-nya yang mengindikasikan
adanya peningkatan skala pemasaran, memperluas skala pasar dan
menaikan pendapatan (Mwando:2013). Bahkan menurut Sarah (2016) dan
Lyman (2006) penggunaan branchless banking dapat menurunkan biaya
yang dapat meningkatkan profit dan mempengaruhi profitabilitas bank.
Namun, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Manminder Singh
Saluja & Tripti Wadhe (2015), yang menyatakan bahwa branchless
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
adanya kombinasi penggunaan variabel independen intellectual capital dan
inovasi layanan perbankan yang belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Selain itu pembaharuan periode waktu yang diteliti juga
menjadi perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu melakukan
penelitian pada bank syariah di Indonesia dengan Judul: “Analisis
Pengaruh Intelectual capital dan Inovasi Layanan Perbankan
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka terbentuklah rumusan masalah yakni
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Structural Capital Value Added (STVA)
terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Capital Employed Eficiency (CEE) terhadap
profitabilitas bank syariah di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh electronic banking terhadap profitabilitas bank
syariah di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh branchless banking terhadap profitabilitas bank
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Structural Capital Value Added (STVA)
terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh Capital Employed Eficiency (CEE) terhadap
profitabilitas bank syariah di Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh electronic banking terhadap profitabilitas
bank syariah di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh branchless banking terhadap profitabilitas
bank syariah di Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Harapan peneliti dalam melakukan sebuah penelitian yang
dilakukan adalah dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pemahaman yang lebih tentang penulisan karya
ilmiah, pendalaman ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan
membantu dalam penyelesaian skripsi guna memperoleh gelar sarjana
2. Bagi Akademik
Adanya penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian
berikutnya sehingga diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya
literatur ilmiah dan khazanah ilmu baru.
3. Bagi perbankan
Dapat dijadikan referensi dalam evaluasi kebijakan internal
perbankan dalam meningkatkan kualitas SDM-nya sehingga kinerja
dan profitabilitas meningkat serta berdaya saing tinggi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi telaah pustaka yang merupakan penjabaran penelitian
terdahulu , deskripsi konsep variabel, hubungan antar variabel,
kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan uraian mengenai jenis dan pendekatan penelitian,
populasi dan sampel, definisi konsep dan operasional, kerangka
BAB IV ANALISIS DATA
Berisi pembahasan deskripsi objek penelitian, analisis data yang
berupa analisis, rekapitulasi dan pengujian hipotesis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab yang berisi penjelasan ringkas dari hasil analisis
berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saran
merupakan rekomendasi atau himbauan kepada pihak terkait
agar pembahasan yang dipaparkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan manfaat serta ditindak lanjuti serta
14 BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Studi mengenai “Analisis pengaruh intelectual capital dan Inovasi Layanan Perbankan Terhadap Profitabilitas Bank” sudah beberapa kali
dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya Yuni Murdiana Putri (2016),
Maisaroh (2015), M Faidin Faza, dan Erna Hidayah (2014), Maricha Ulfa
Marfuah (2014), Reza Galih Widiatmoko (2015), Martha Kartika &
Saarce Elsye Hatane (2013), Kurniasih dan Heliantono (2016), Maisaroh
(2013), Saeid Daei Karimzadesh, Mostafa Emadzadeh, & Javad Shateri,
(2014), Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015), Sana Haider
Sumra, dkk.(2011), Bahram Meihami, Zeinab Varmaghani, & Hussein
Meihami (2013), Wilson U Ani, Cosmas O Odo, dan Ezeudu Ikenna
(2014), Claudia McKay & Mark Pickens (2010), Ceylan Onay, Emre
Ozsoz, & Ash Deniz Helvacioglu (2008), Hidayati Sarah (2015) dan
Petern Mwangi King’ang’ai, Thomas Kigabo, Ephantus Kihonge, & Jacklinne Kibachia (2016), dan Simon Oyewole, Mohammed Abba,
El-maude, Hibreel Gambo, Arikpo, I. Abam (2013) .
Penelitian yang membahas intellectual capital telah dibahas oleh
peneliti sebelumnya diantaranya M Faidin, Faza, dan Erna Hidayah
(2014), Marfuah, Maricha Ulfa (2014) yang menyatakan bahwa
intellectual capital memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
(2015) menyatakan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
Adapun penelitian analisis pengaruh inovasi layanan perbankan
yakni electronic banking terhadap profitabilitas bank telah dilakukan oleh
peneliti Ceylan Onay, Emre Ozsoz, & Ash Deniz Helvacioglu (2008),
Saeid Daei Karimzadesh, Mostafa Emadzadeh, & Javad Shateri, (2014)
dan Sana Haider Sumra, dkk (2011) menyimpulkan bahwa electronic
banking berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank. Akan tetapi
beberapa peneliti seperti Wilson U Ani, Cosmas O Odo, & Ezeudu Ikenna
(2014), Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe (2015), dan Bahram
Meihami, Zaenab Varmaghani dan Hussein Meihami (2013) bahwa
E-Banking memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas
bank.
Branchless banking sebagai indikator kedua inovasi layanan
perbankan menurut Hidayati Sarah (2015) dan Peter Mwangi King’ang’ai, Thomas Kigabo, Ephantus Kihonge, & Jacklinne Kibachia (2016)
branchless banking memberikan pengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas bank, namun Manminder Singh Saluja & Tripti Wadhe
(2015) menyatakan bahwa branchless banking tidak mempengaruhi
profitabilitas bank.
Dari uraian penelitian peneliti terdahulu maka untuk
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Pengaruh Intelectual Capital terhadap profitabilitas (ROA)
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian
Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap profitabilitas (ROA)
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian
Pengaruh capital employed efficiency (CEE) Terhadap Profitabilitas Bank ROA
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian
Pengaruh Electronic Banking Terhadap Profitabilitas Bank ROA
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian
No Penulis Judul Variabel Hasil Penelitian -Kibachia
(2016) European Journal of Business and Social
Sciences, Vol. 5, No. 01, April 2016
-Commercial
Banks In
Rwanda
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, terdapat gap mengenai perbedaan hasil penelitian. Oleh
karena itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
menggunakan dua variabel yakni intelectual capital dan inovasi layanan
perbankan sebagai variabel independen (X) dengan harapan mendapatkan
hasil penelitian yang lebih baik. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah profitabilitas yakni ROA (Y). Penelitian ini memposisikan diri
sebagai penelitian dengan menggunakan rasio STVA dan CEE dari model
VAIC (value added intellectual capital) yang dihitung dari laporan
keuangan bulanan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada review
penelitian terdahulu pada tabel 2.1 belum pernah dilakukan penelitian
yang menyatakan persamaan profitabilitas dari fungsi variabel STVA
(structural capital value added), CEE (capital employed efficiency),
electronic banking dan branchless banking. Hal tersebut ditambah dengan
pembaharuan periode waktu dari penelitian yang telah dilakukan.
B. Kerangka Teori
1. Bank Syari’ah
Definisi Bank Syari’ahberdasarkan UU RI No.21 tahun 2008 pada
Bab 1 dijelaskan bahwa bank syariah merupakan bank yang
melaksanakan proses operasionalnya berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah dibagi dalam dua jenis yakni Bank Umum Syariah (BUS)
dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Sumitro (1996: 5) bank Islam atau bank syariah merupakan bank
yang tata cara operasinya dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
Menurut eksiklopedi Islam dalam Sumitro (1996: 5) mengartikan
bahwa bank Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan
memiliki usaha pokok memberikan kredit dan jasa lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariat Islam yakni berdasarkan Al-Quran dan
Hadis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syariah
merupakan lembaga intermediasi keuangan yang memiliki usaha
menyalurkan pembiayaan dan lalu lintas pembayaran berdasarkan
syari’at Islam.
Bank syariah dibentuk berdasarkan tujuan tertentu. Tujuan Bank
Syariah Menurut Sumitro (1996: 17) tujuan adanya bank Islam atau
a. Mengarahkan ekonomi umat dalam bermuamalah secara Islam
sehingga terhindar dari praktik riba yang berdampak buruk bagi
kehidupan ekonomi umat.
b. Mencapai keadilan ekonomi antara orang miskin dan orang
kaya sehingga kesenjangan ekonomi dapat berkurang.
c. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan adanya produk
pembiayaan sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan
perekonomiannya secara produktif dan optimal.
d. Membantu menanggulangi kemiskinan yang terjadi dalam
kehidupan perekonomian umat melalui kegiatan pembinaan
dagang, pembinaan usaha dan pengembangan modal melalui
pembiayaan usaha.
e. Menjaga kestabilan moneter pemerintah. Aktifitas-aktifitas
yang dilaksanakan oleh bank syariah diharapkan mampu
menghindarkan inflasi yang dialami.
f. Menyelamatkan umat Islam dari ketergantungan terhadap bank
konvensional.
Menurut Arifin dalam Mulyani (2016: 24) pelaksanaan aktivitas
perbankan dan keuangan dapat dijadikan sebagai lahan bagi
masyarakat modern minimal pelaksanaan kepada dua ajaran Al-Quran
sebagai berikut:
a. Prinsip ta’awun, merupakan prinsip dimana manusia saling
tersebut berdasarkan QS Al-Maidah ayat 2 dengan arti yang
berbunyi sebagai berikut:
“….Hendaklah kamu tolong menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam perbuatan
dosa dan permusuhan…”.
b. Prinsip menghindari al-Iktinaz, merupakan tindakan
menyimpan atau menahan uang dan transaksi yang dapat
bermanfaat bagi umat yang telah diterangkan dalam QS
An-Nisa ayat 29 dengan arti yang berbunyi sebagai berikut:
“…Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu..”
2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan informasi hasil akhir kebijakan keuangan
dan kebijakan operasional yang telah dilakukan, hasil akhir yang
diharapkan adalah laba (Brigham & Houston, 2010: 146). Harahap
(2007:300) mengartikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari aktifitas operasi yang merupakan tujuan
dari perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental
perusahaan ditinjau berdasarkan tingkat efisiensi dan efektifitas
Dalam teori keuangan, profitabilitas seringkali digunakan sebagai
indikator atau alat ukur kinerja fundamental perusahaan yang mewakili
kinerja manajemen.
Tingkat keuntungan atau profit yang diperoleh oleh bank dapat
dipengaruhi oleh faktor yang dapat dikendalikan dan tidak
dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan antara lain seperti faktor
segmentasi bisnis (seperti orientasi retail) dan pengendalian
pendapatan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan di antaranya faktor
yang datang dari luar yakni faktor eksternal seperti kondisi ekonomi
dan situasi persaingan (Mulyani, 2016:26). Dalam menghadapi faktor
eksternal bank tidak dapat mengendalikannya, namun bank dapat
membuat rencana fleksibel dan strategis dalam menghadapinya.
Menurut Arifin (2009) dalam Mulyani (2016:26) terdapat dua rasio
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank yakni Return on
Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Menurut Lukman dalam Defri (2012:4) profitabilitas diukur
dengan Return on Asset (ROA) sebagai alat ukur bank dalam
mendapatkan keuntungan bersih. Rudy mengungkapkan dalam Defri
bahwa ROA menjadi ukuran dalam menilai besarnya tingkat
pengembalian dari asset perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005)
dalam Mulyani (2016:27) dalam menentukan tingkat kesehatan bank,
Bank Indonesia lebih mengutamakan perhitungan ROA daripada ROE.
asset dana yang sebagian besar berasal dari masyarakat lebih
diutamakan.
Return on Asset (ROA) atau Return on Investment (ROI) adalah
rasio yang menunjukan hasil atau pengembalian atas jumlah aktiva
yang digunakan perusahaan. ROA menunjukan nilai efektifitas
manajemen dalam mengelola investasinya. Selain itu, hasil
pengembalian investasi menunjukan bahwa produktivitas dari seluruh
dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin rendah rasio ROA, maka semakin tidak efektif perusahaan
tersebut dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2008:202).
Menurut SK DI BI No.30/ 12/ KEP/ DIR dan SEBI No.30/ 3/
UPPB pada tanggal 30 April 1997 penilaian dalam menentukan bank
sehat atau tidak apabila memiliki ROA diatas 1, 215%.
Perhitungan ROA berdasarkan ketetapan Bank Indonesia dapat
dilakukan dengan menghitungnya berdasarkan formula berikut:
ROA =laba sebelum pajak x 100%
Rata-rata total aktiva
3. Intelectual Capital (IC)
Intelectual Capital dalam tulisan ini disingkat dengan IC
merupakan asset tidak berwujud yang berupa pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki oleh suatu organisasi, praktisi ataupun
Kartika dan Hatane (2013) Intelectual Capital (IC) merupakan aset
tidak berwujud, merupakan asset utama setelah asset fisik dan finansial
yang apabila potensinya dimanfaatkan dengan baik akan dapat
memberikan nilai tambah dan pembeda dengan perusahaan lain.
Stewart (1997: 89) mendefinisikan intellectual capital (IC) adalah
segala hal yang diketahui dan dikontribusikan oleh orang yang berada
dalam perusahaan yang memberikan keunggulan bersaing. Hal yang
diketahui merupakan materi intelektual yang dapat digunakan guna
menciptakan kekayaan. Pengukuran penilaian Intelectual capital
menurut Thaib (2013) dapat diukur dengan Value Added (VA).
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan salah satu dari
tiga unsur yakni human capital, relational capital, dan structural
capital yang dapat digunakan untuk mengukur intellectual capital
(IC).
a. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan alat yang
dapat mengukur seberapa sukses structure capital (SC) dapat
melakukan proses penciptaan nilai perusahaan. Rasio ini mengukur
jumlah structure capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan structure capital dalam penciptaan nilai (Ulum, 2009:
88).
SC (structural capital) = VA – HC
VA (Value Added)= Out put – In put atau VA = OP+EC+D+A Out put = merupakan total penjualan dan pendapatan lain atau total
pendapatan
In put = adalah beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban
karyawan)
OP = Operating profit (Laba Operasi)
EC = Employed costs (beban karyawan)
D = Depreciation (depresiasi)
A = Amortisation (amortisasi).
HC (human capital)= total pengeluaran untuk karyawan.
Total pengeluaran diperoleh dari beban tenaga kerja atau beban
karyawan dan beban promosi yang diperoleh dari pos laba rugi
dalam laporan keuangan bank terkait (Ulum, 2009:89).
b. Capital Employed Eficiency (CEE)
Menurut Pulic dalam Cahyati (2012:8) menyatakan bahwa
penilaian yang ideal untuk mengukur Intelectual Capital adalah
dengan Value Added Intelectual Capital (VAIC) model. Capital
Employed Eficiency (CEE) merupakan salah satu jenis efisiensi
dari Value Added Intelectual Capital (VAIC) model yang dapat
digunakan untuk mengukur Intelectual Capital. Capital Employed
Eficiency (CEE) merupakan komponen intellectual capital yang
menyebut Capital Employed Eficiency (CEE) sebagai Value Added
Human Capital (VAHU) yang memberikan petunjuk mengenai
banyaknya value added yang dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio perhitungan ini memberikan
deskripsi kontribusi yang dibuat dari setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam human capital terhadap value added.
Capital Employed Eficiency (CEE)adalah pengukuran yang
mengukur sejauh mana modal manusia atau karyawan dengan
kemampuan intelektualnya dapat bekerja dan mampu
menghasilkan asset tetap dan asset lancar suatu perusahaan.
CEE = VA/ CE
VA (Value Added)= Out put – In put atau VA = OP+EC+D+A Capital Employed (CE) = Nilai buku aktiva bersih (laba bersih atau
dana yang tersedia)
4. Inovasi Layanan Perbankan
Inovasi menurut Ferryanto (2009) adalah sesuatu hal baru atau
penemuan baru secara sistematis yang ditemukan oleh seseorang
karena kemampuannya dalam melihat dunia melalui mata orang lain
dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Inovasi
merupakan cara sebuah organisasi, institusi atau perusahaan untuk
bertahan dan melanjutkan kegiatan bisnisnya sehingga dapat bersaing
Dalam Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) Barker, Sinkula
dan kawan-kawannya menyatakan bahwa inovasi memiliki nilai yang
menjadi penentu kesuksesan pada pasar kompetitif suatu perusahaan
dalam jangka panjang. Bahkan Brown dan Eisen Hard (1997) dalam
Jimenez,et.al yang dikutip Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015)
menyatakan bahwa perusahaan dengan kemampuan dan kapasitas
inovasi yang tinggi akan mampu merespon tantangan dan tuntutan
lingkungan dengan lebih baik dan cepat.
Menurut Damanpour (1991) dalam Han.et.al (1998) dikutip dalam
Yinimindra, Samsir, dan Wijayanto (2015) inovasi terbagi menjadi dua
yakni technical innovation dan administrative innovation. Technical
innovation berupa produk, pelayanan dan teknologi. Adapun
administrative innovation berupa sistem dan proses administrasi.
Electronic banking dan branchless banking merupakan technical
innovation dalam pelayanan nasabah bank dengan berdasarkan
teknologi dan sistem baru didalamnya. Berikut merupakan uraian
singkat keduanya:
a. Electronic banking
Dalam Wikipedia electronic banking atau biasa disebut
internet banking merupakan transaksi, pembayaran, dan transaksi
lain melalui daring atau internet dengan website bank bersangkutan
yang telah dilengkapi dengan sistem pengaman. electronic banking
teknologi. Cronin dengan bukunya Banking and Finance the
Internet dalam bulletin bank Indonesia oleh Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (2002: 2)
mendefinisikan bahwa
The financial services application that enables financial
institutions to offer traditional banking products and services such
as checking, savings and money market accounts and certificates
of deposit over the internet.
Perkembangan teknologi dan informasi membuat lembaga
perbankan diharuskan fleksibel mengikutinya. Hal ini mau tidak
mau harus dilakukan untuk dapat bertahan dan terus bersaing antar
bank satu dengan lainnya. Bahkan pelayanan electronic banking
telah memiliki regulasi khusus yang diatur dalam PBI 9/ 15/ PBI/
2007 dan SE BI No.6/ 18/ DPNP mengenai Penerapan Manajemen
Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum
sebagai antisipasi resiko oleh pihak yang tidak bertanggungjawab
seperti hacker/ cracker yang dapat menembus firewall internet
bank.
Penyelenggaraan internet banking merupakan penerapan
atau aplikasi teknologi informasi. Perkembangan teknologi ini
dimanfaatkan dalam rangka menjawab kemauan nasabah
perbankan yang menginginkan servis aman, cepat, nyaman, murah
laptop/ note book, PDA, dsb dan siap kapan saja (selama 7 hari x
24 jam).
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank
Indonesia (2002:1) menyatakan inovasi layanan perbankan non
cash meliputi: Authomatic Teller Machine (ATM), Smart card
(Credit card, debit card, ATM card, termasuk e-money), Mobile
banking atau phone banking, Internet banking.
Hal tersebut di atas merupakan beberapa inovasi layanan
perbankan non cash yang dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun tanpa batasan ruang dan waktu. Terdapat 3 tingkatan
internet banking:
1) Entry/ informasional
Merupakan brosur eletronik atau tahapan dimana bank
menyediakan data informasi statistik serta jasa atau produk
yang ditawarkan dengan resiko rendah mengingat hal tersebut
tidak berkaitan dengan data base.
2) Intermediate/ communicative
Tingkatan yang memiliki resiko lebih besar dari
sebelumnya, memberikan pelayanan yang lebih banyak dari
sekedar informasi karena aktifitas interaksi terbatas seperti on
line account application, account inquiry, electronic mail, dan
3) Advance transaction
Tingkatan terlengkap karena seluruh transaksi yang
dibutuhkan dapat ditampilkan nasabah seperti transfer,
pembayaran dan hal lain selain penarikan.
Fasilitas yang ditawarkan dalam electronic banking
meliputi ATM, sistem aplikasi perbankan, sistem penyelesaian
bruto waktu nyata (Real Time Gross Settlement (RTGS)), internet
banking, mobile banking dan kliring elektronik.
Jean Michael Sahut dalam Hapsari (2015:22) menyatakan
bahwa electronic banking merupakan model bisnis baru yang
digunakan akibat pengaruh teknologi. 4 (empat) bentuk dalam
model bisnis ini yaitu:
1) Vertical portal, menawarkan jasa informasi keuangan.
2) Agrregator, sebagai pihak ketiga pada transaksi online guna
mencegah kejahatan.
3) Speciality manufacture, penyedia jasa keuangan yang
mendistribusikan jasanya dengan jaringan yang dimiliki
sendiri atau pihak yang bekerjasama dengannya seperti
layanan perbankan.
4) Company sites, penyedia jasa keuangan secara online
seperti asuransi, investasi atau layanan perbankan.
Dalam penelitian ini, penulis menekankan kepada salah
tersebut karena a) penggunaan mobile banking yang mudah
digunakan dimana saja. b) selanjutnya berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh sharing vision jumlah pengguna smartphone
sebagai salah satu instrument penggunaan internet banking telah
mencapai 50,45 juta orang.
Electronic banking sebagai inovasi pelayanan perbankan
memiliki pengaruh terhadap profitabilitas berdasarkan
pemanfaatannya yang dapat dijadikan alternatif dalam menekan
cost dalam menjangkau nasabah. Dalam Hapsari (2015: 23) survey
yang pernah dilakukan di Amerika tahun 2000, menyimpulkan
bahwa penggunaan electronic banking atau internet banking
memiliki fungsi sebagai subtitusi pengadaan kantor cabang yang
dapat memberikan beban biaya lebih murah dibandingkan
pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM, dan PC Banking.
Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Maihami, dkk (2013) dan Sumra, dkk (2011) serta Hapsari
(2015) yang menyatakan bahwa Electronic banking memberikan
pengaruh positif terhadap profitabilitas bank. b. Branchless banking
Certified government Audit Professional (GCAP) dalam
branchless banking diagnostic templatemendefinisikan branchless
bankingyakni
communications technologies to transmit transaction details – typically card-reading point-of-sale (POS) terminals or mobile phones
Branchless banking di Indonesia disebut dengan Laku
Pandai. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.19/
POJK.03/ 2014 tentang layanan keuangan tanpa kantor dalam
rangka keuangan inklusif mendefinisikan laku pandai atau
branchless banking merupakan kegiatan penyediaan layanan
perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidak
melalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak
lain dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.
Kerjasama pihak lain tersebut adalah dengan agen yang menjadi
tangan panjang bank untuk menyediakan layanan perbankan secara
inklusif sehingga masyarakat yang unbankable menjadi bankable.
Sebelumnya dalam preliminary study Bank Indonesia (2011)
disebutkan bahwa branchless banking secara umum merupakan
strategi pelayanan keuangan masyarakat akan jasa keuangan tanpa
memerlukan kantor cabang bank secara fisik atau dilakukannya
outsourcing proses transaksi layanan jasa perbankan kepada pihak
ketiga.
Survey nasional literasi keuangan mengungkapkan bahwa
masyarakat Indonesia yang menikmati layanan perbankan baru
57,28%. Ini bertolak belakang dengan adanya lembaga perbankan
Jasa Keuangan (OJK) yang dibuat untuk menjawab layanan
keuangan di pelosok daerah yang belum terjangkau layanan
perbankan karena tantangan kondisi geografis Indonesia tanpa
terkena resiko tingginya biaya pembuatan kantor cabang. Program
ini juga menjadi solusi bagi masyarakat daerah yang belum
terjangkau layanan perbankan untuk dapat meningkatkan
pendapatannya melalui fasilitas pembiayaan dan menampung
masyarakat daerah tersebut untuk menabung tanpa ke kantor bank.
Pentingnya pemanfaatan teknologi bagi pemanfaatan
branchless banking untuk memperluas jangkauan keuangan
membutuhkan kerjasama diantara dengan lembaga keuangan
mikro, operator telepon, perusahaan teknologi, perusahaan
telekomunikasi, dan agen ritel. Elemen branchless Banking
menurut CGAP adalah:
1) Penggunaan outlet pihak ketiga. Penggunaan outlet meliputi
ekslusif dan non eksklusif seperti pom bensin, pedagang,
counter pulsa, toko, mini market, ataupun kantor pos. Tindakan
dalam transaksi yang membutuhkan aktifitas secara fisik seperti
transaksi penyetoran, penarikan dan pembukaan rekening akan
di handle oleh mereka.
2) Penggunaan teknologi. Transaksi jarak jauh dapat dilakukan
melalui teknologi seperti kartu pembayaran atau telepon selular
3) Memerlukan institusi yang dapat menjalankan fungsi sebagai
pengumpul dana layaknya bank yang diakui pemerintah.
4) Penyediaan minimal jasa penyetoran dan penarikan selain
transaksi serta jasa keuangan yang lain.
Sarah (2016:141) menyebutkan terdapat tiga tipe branchless
Banking, diantaranya:
1) Bank Led Model
Penggunaan jasa agen atau telekomunikasi atau bahkan
keduanya dalam melayani masyarakat ada pada model ini.
Bank berperan penuh dalam mulai dari proses perizinan,
pelaksaaan, pengelolaan financial dan sistem. Lynan dalam
Sarah (2016:141) menjelaskan, pendistribusian produk dan
layanan dilakukan oleh agent retail sebagai pengelola nasabah,
adapun bank menciptakan jasa dan produk keuangan.
Perusahaan telco adalah sebagai penyedia saluran infrastruktur
guna transaksi layanan perbankan, sehingga bank
membutuhkan jasa perusahaan telekomunikasi sebagai agen.
Model ini menjadi pertimbangan karena rendahnya biaya, cepat
dan dekat. Negara yang menggunakan model ini yaitu India
dan Brazil.
Dua jenis agen Agen yang ditunjuk oleh bank (Sarah, 2016)
yakni: a. super agent: merupakan badan hukum yang
kegiatan bisnis yang berjalan lama dan memiliki jaringan yang
luas, contohnya adalah PT Pos Indonesia. b. Sub agent: adalah
jaringan super agent yang menyebar di seluruh wilayah.
Pelayanan langsung terhadap nasabah akan dilayani oleh sub
agent ini secara face to face.
2) Telco Led Model
Model ini merupakan model di mana proses perizinan dan
operasional branchless banking dipegang oleh perusahaan
telekomunikasi yang menjadi penanggung jawab penuh atas
transaksi yang biasa dilakukan perbankan seperti proses
transfer.
Dalam model ini bank tidak terlibat langsung, bahkan
hanya memberikan dukungan kepada perusahaan. Hubungan
kontraktual antara nasabah dengan perusahaan tidak terjadi.
Menurut Bank Indonesia produk yang ditawarkan dalam model
ini biasanya berupa e-money yang merupakan uang yang
dimasukan dalam kartu elektronik yang dapat digunakan untuk
aktivitas pembayaran selain penerbit.
3) Hybrid Led Model
Dalam Hybrid Led Model bank menggandeng institusi
non-bank untuk bekerjasama dalam bentuk joint venture ataupun
partnership guna menyediakan layanan perbankan kepada
keunggulan untuk menguasai pasar yang ditargetkan. Jasa
telekomunikasi yang diberikan seperti sms, pengisian saldo,
dan lainnya menjadi tanggung jawab perusahaan yang
bekerjasama dengan bank, adapun jasa mobile banking yang
berkaitan dengan transaksi menjadi tanggung jawab bank
(Bank Indonesia, 2011).
Sumber: sharing vision.com
C. Kerangka Penelitian
Adapun kerangka pemikiran teoritik akan digambarkan dalam
gambar model kerangka analisis variabel intelectual capital (IC) (STVA
dan CEE) dan variabel novasi layanan perbankan (electronic banking dan
branchless banking) terhadap profitabilitas (ROA) adalah sebagai berikut:
X1 X2
X3
X4
Gambar 2.2 Kerangka Model Penelitian
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan teoritis atau sementara pada
penelitian. Hipotesis merupakan hasil akhir dari proses logika penelitian
berdasarkan penelitian yang telah teruji kebenarannya guna membimbing
peneliti dalam penelitian dilapangan yang dapat dijadikan sebagai objek
pengujian maupun dalam pengkoleksian atau pengumpulan data
(Muhammad, 2013: 76). Berdasarkan dari telaah pustaka dan kerangka
teori di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Semakin tinggi perusahaan menciptakan nilainya maka semakin bagus
perusahaan tersebut dalam mengelola struktur kapitalnya. Pengelolaan
struktur kapital yang professional dipengaruhi oleh faktor intelektual STVA
ROA (Y) CEE
Electronic banking
yang dimiliki perusahaan. Peningkatan nilai tambah perusahaan dari
pengelolaan struktur capital menunjukan proses penciptaan nilai
perusahaan yang efektif dan optimal dari perusahaan tersebut. hal
tersebut diperkuat dengan penelitian Widiatmoko (2015) dan Kartika
& Hatane (2013) yang menyatakan bahwa Structure Capital Value
Added (STVA) berpengaruh positif terhadap profitabilitas maka
hipotesis penelitian ini
H1 = Structure Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah
2) Dalam penciptaan nilai tambah atau value added berawal dari modal
fisik yang apabila pengelolaanya dilakukan oleh sumber daya manusia
yang potensial dimiliki oleh perusahaan yang akan meningkatkan
kinerja perusahaan. Menurut Ulum Value added merupakan ukuran
yang akurat yang diciptakan stakeholder (2008). Value added yang
dimiliki perusahaan salah satunya berasal dari efisiensi human capital
dalam hal ini efisiensi tenaga kerja atau capital employed efficiency
(CEE). Kemampuan perusahaan dalam mengelola keahlian dan
pengetahuan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Kartika & Hatane,
2013:18).
Penelitian Ciptaningsih (2013) dan Suhendah (2008) yang
menyimpulkan bahwa Capital employed Eficiency (CEE) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap profitabilitas maka hipotesa penelitian
H2 = Capital employed Eficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah
3) Electronic banking sebagai inovasi pelayanan perbankan memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas berdasarkan pemanfaatannya yang
dapat dijadikan alternatif dalam menekan cost dalam menjangkau
nasabah. Dalam Hapsari (2015: 23) survei yang pernah dilakukan di
Amerika tahun 2000, menyimpulkan bahwa penggunaan electronic
banking atau internet banking memiliki beban biaya lebih murah
dibandingkan pemanfaatan kantor cabang, telepon, ATM, dan PC
banking.
Penelitian Karimzadesh, Emadzadesh, & Shateri (2014) dan Sumra
(2011) yang memberikan kesimpulan bahwa electronic banking
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas maka hipotesa
penelitian untuk electronic banking adalah:
H3 = Electronic banking berpengaruh positif terhadap profitabilitas perbankan syariah
4) Laku pandai atau branchless banking merupakan kegiatan penyediaan
layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya yang dilakukan
tidak melalui jaringan kantor. Sebelumnya dalam Preliminary Study
Bank Indonesia (2011) disebutkan bahwa Branchless Banking secara
umum merupakan strategi pelayanan keuangan masyarakat akan jasa
keuangan tanpa memerlukan kantor cabang bank secara fisik.
pembiayaan dan bahkan meningkatkan pelayanan perbankan tanpa
cabang dapat memperluas jangkauan pasar yang baru, yaitu segmen
masyarakat yang sebelumnya tidak atau belum terlayani oleh bank
sehingga meningkatkan profit yang berpengaruh terhadap profitabilitas
bank (Sarah, 2015: 140).
Berdasarkan penelitian Sarah (2015) yang menyatakan bahwa
branchless banking memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap profitabilitas maka hipotesa penelitian untuk branchless
banking adalah:
H4 = Branchless banking berpengaruh positif terhadap
45 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
E. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan
penelitian dengan data angka dan analisis statistik (Sugiyono, 2016: 7).
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa pooling data
atau data panel dengan menggabungkan data runtut waktu (time series)
dan data kerat lintang (cross section) dalam periode waktu Desember
2014-April 2017 yang dibagi dalam waktu bulanan. Penelitian ini
dilakukan guna menganalisis pengaruh baik secara individual maupun
bersama-sama semua variabel terhadap profitabilitas bank syariah di
Indonesia.
F. Data dan sumber data
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari
website resmi lembaga perbankan syariah dan otoritas lain yang terkait.
Data yang digunakan adalah data profitabilitas bank yang berupa rasio
Return On Asset (ROA) yang diperoleh dari laporan keuangan di website
resmi masing-masing bank. Adapun data variabel Capital Intelectual (IC)
guna mencari Structure Capital Value Added (STVA), dan Capital
Employed Eficiency (CEE) yang diperoleh dari Annual Report yang
Data variable inovasi layanan perbankan yakni electronic banking
dan branchless banking dapat diperoleh dari website bank syariah yang
bersangkutan. Selain itu data-data yang terdapat dalam penelitian ini
berasal dari sumber relevan dari sumber seperti: website OJK, website
BPS, buku, jurnal, serta dari sumber website resmi lain, dll.
G. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah 13 bank umum syariah yakni
sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Data Bank Umum Syariah Januari 2017
No Nama Bank
1 Bank Aceh Syari’ah 2 Bank Muamalat Indonesia 3 Bank Victoria Syari’ah 4 BRI Syari’ah
5 Bank Jabar Banten Syari’ah 6 BNI Syari’ah
7 Bank Mandiri Syari’ah 8 Bank Mega Syari’ah 9 Bank Panin Syari’ah 10 Bank Syari’ah Bukopin 11 BCA Syari’ah
12 Maybank Syari’ah
13 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syari’ah Sumber : Statistik Perbankan Syariah Januari 2017, OJK
Sampel penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan menentukan
karakteristik tertentu untuk menyaring sampel dari populasinya.
a. Merupakan bank umum syariah yang terdaftar dan tertera pada
pada website Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
b. Merupakan bank umum syariah berskala nasional, bukan bank
daerah berbasis syariah (BPD Syariah).
c. Memiliki Annual Report atau laporan keuangan bulanan yang
tersedia di websitenya mulai dari bulan Desember 2014-April
2017.
d. Bank syariah yang dimaksud memiliki layanan electronic banking
meliputi internet banking dan mobile banking.
e. Penyedia layanan branchless banking (Laku Pandai) dan telah
terdaftar di OJK.
Dari populasi bank sejumlah 13, berdasarkan kriteria sampel diatas
maka tersisa dua bank yang lolos menjadi sampel dalam penelitian
ini. Bank tersebut adalah BRI Syariah dan BTPN Syariah.
H. Teknik pengumpulan data
Data yang diperoleh merupakan data arsip berupa data sekunder
dengan teknik pengumpulan data yakni pengambilan data panel atau
pooling data yang merupakan gabungan data time series dan cross section.
I. Definisi Konsep dan Operasional
Definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian
Tabel 3. 2 Matriks Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Konsep Variabel dan indikator Skala Instrumen
Intelectu-al CapitIntelectu-al (IC)
Intelectual Capital (IC) adalah segala sesuatu yang diketahui (materi intelektual yang dapat digunakan guna menciptakan kekayaan) dan dikontribusikan untuk organisasi atau perusahaan yang dapat memberikan keunggulan bersaing dengan organisasi atau perusahaan lain (Stewart dalam Suharno dan Yulia (2012)).
1) X1= Structure capital value added biaya-biaya lain (selain beban karyawan) Value Added juga dapat dihitung atau diketahui dengan formula yakni:
VA = OP+EC+D+A
OP = Operating profit ( Laba Operasi) EC = Employee costs (beban karyawan) D = Depreciation (depresiasi)
A = Amortisation ( amortisasi).
HC (human capital)= total pengeluaran untuk karyawan.
Total pengeluaran diperoleh dari beban tenaga kerja atau beban karyawan dan beban promosi yang diperoleh dari pos laba rugi dalam laporan keuangan bank terkait (Ulum, 2009:89).
2) X2 = Capital Employed Eficiency (CEE) CEE = (VA)/ (CE)
CE = Nilai buku aktiva bersih/ laba bersih
Variabel Definisi Konsep Variabel dan indikator Skala Instrumen Inovasi
Layanan Perbank-an
-Electronic banking dalam penelitian ini ditentukan dengan ada tidaknya layanan electronic banking di bank bersangkutan. Pengukuran menggunakan variabel dummy. Kategori 1 yang memiliki layanan electronic banking dan kategori 0 yang tidak memiliki layanan tersebut. -Branchless banking dalam penelitian ini
ditentukan dengan ada tidaknya layanan di bank bersangkutan. Pengukuran menggunakan variabel dummy. Kategori 1 yang memiliki layanan branchless banking dan kategori 0 yang tidak memiliki layanan tersebut (Hapsari,2015:41).
3) X3= Electronic Banking 4) X4 = Branchless Banking
Nomi-Profitabilitas informasi hasil akhir kebijakan keuangan dan kebijakan operasional dilakukan dengan laba sebagai hasil akhir (Brigham & Houston, 2010: 146). ROA merupakan ukuran dalam menilai besarnya tingkat pengembalian dari asset perusahaan (Rudy mengungkapkan dalam Defri (2012)). ROA= laba sebelum pajak x 100%
J. Teknik Analisis data
1. Uji Stationeritas Data
Merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data time
series yang digunakan sudah stasioner atau valid. Uji dilakukan
dengan melakukan unit root test dengan melihat tingkat signifikansi