PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DI KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Trifena Keke Kojong NIM 12108249023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan. (Mazmur 20: 4).
“Jadilah seperti karang di dalam lautan”
Setiap orang pasti punya masalah, namun setiap masalah pasti ada solusi, setiap solusi pasti ada strategi, setiap strategi pasti ada peningkatan, dan setiap adanya peningkatan pasti adanya keberhasilan. (penulis).
vi
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga tercinta. 2. Nusa, Bangsa dan Agama.
vii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING DI KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh
Trifena Keke Kojong NIM 12108249023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan penerapan model problem solving.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK ini dilakuan dua siklus. Siklus I terdiri atas 2 pertemuan, dan siklus II terdiri atas dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede I yang berjumlah 31 siswa. Metode pengumpulan data penelitian meliputi: observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif dan kuantitatif.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan kesanggupan, perlindungan dan bimbingan penulisan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Penerapan Model
Problem Solving Di Kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam penulisan skripsi.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyusun skripsi.
4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd, pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan tulus dalam membimbing penulisan skripsi.
ix
6. Bapak Dr Ali Muhtadi, M.Pd, Penguji utama yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penulisan skripsi.
7. Seluruh Dosen jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan wawasan, ilmu dan pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Bapak Kartana, S.Ag kepala sekolah SD Negeri Kotagede I yang telah memberikan ijin dan bantuan penenelitian ini.
9. Ibu Eny Purwanti, S.Pd.SD guru kelas IVB SD Negeri Kotagede I yang telah membantu selama penelitan berlangsung.
10.Siswa kelas IVB SD Negeri kotagede I Tahun ajaran 2015/2016, terima kasih sudah dapat bekerja sama dengan baik.
11.Kedua orang tuaku, terima kasih sudah memberikan doa, dukungan, dan materil selama menempuh dunia pendidikan.
12.Teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2012, terima kasih atas doa dan dorongan semangatanya.
13.Asgeir Vande Samosir, terima kasih atas doa dan dorongan semangatnya yang telah membantu penulis dalam segala hal.
14.Arnold Friedelm Roykho Sirileleu, terima kasih atas dorongan semangatnya dan telah membantu penulis.
15.Semua pihak keluarga dan teman- teman yang telah membantu penulis dalam segala hal yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
xii
D. Tinjauan tentang pendidikan kewarganegaraan (PKn) ... 31
1. Pengertian PKn ... 32
xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Model Penyelesaian Masalah ... 10
Tabel 2. Tahap Tindakan ... 44
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 48
Tabel 4.Kisi-Kisi Soal Tes ... 49
Tabel 5. Daftar Nama Siswa Kelas IVB ... 53
Tabel 6. Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 59
Tabel 7. Perbandingan Nilai Pra Siklus dan Siklus I ... 60
Tabel 8. Nilai Hasil Belajar Siklus II ... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ... 42
Gambar 2. Identifikasi Permasalahan ... 164
Gambar 3. Representasi/penyajian permasalahan ... 165
Gambar 4. Perencanaan pemecahan ... 165
Gambar 5. Menerapkan/ mengimplementasikan perencanaan ... 166
Gambar 6. Menilai perencanaan ... 166
Gambar 7 Menilai hasil perencanaan dan penyampaian hasil ... 167
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 82 Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 113 Lampiran 3. Surat Ijin & Hasil Penelitian ... 115
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2
proses belajar mengajar mempengaruhi tujuan dan hasil belajar peserta didik. Sehingga model pembelajaran yang digunakan juga harus mengacu pada standar kompetensi yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas oleh guru dan siswa. Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, kemudian diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Hasil belajar menurut Nawari (Ahmad Susanto, 2013: 5), diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Berkenaan dengan ini menurut Wasliman (Ahmad Susanto, 2013: 12 ) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.
3
mencapai tujuan yang ditetapkan. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu hendaknya seorang guru dapat menguasai dan memilih model pembelajaran yang cocok dengan topik yang akan diajarkan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal.
Menurut Arens (dalam Agus Suprijono, 2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menuliskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran juga berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar.
Menurut Abdul Majid (2015: 212) problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga merupakan suatu model berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan model-model lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
4
pengetahuan yang berguna bagi nusa dan bangsa. Namun disisi lain yang menjadi penghambat kemajuan dari peningkatan insan yang berilmu adalah hasil belajar, salah satunya hasil belajar PKn. Hasil belajar PKn siswa kelas IV dikatakan kurang memuaskan dilihat dari ulangan harian semester 2 (dua). Hasil ulangan harian menunjukkan, dari 31 siswa diketahui ada 13 siswa yang mencapai KKM dan 18 siswa yang belum mencapai KKM. Jika dipresentase nilai ulangan harian tersebut menunjukkan 41,93 % siswa yang dapat mencapai KKM dan 58,06% yang belum mencapai KKM. Sehingga dapat dikatakan hasil belajar siswa kelas IV SD Kotagede I Yogyakarta kurang memuaskan, karena pembelajaran dikatakan berhasil jika dapat mencapai KKM. KKM yang harus dicapai oleh siswa adalah 75, jika KKM hasil belajarnya belum mencapai 75 berarti hasil belajarnya dikatakan belum baik.
Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa SD Negeri Kotagede I Yogyakarta khususnya kelas IV. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah “globalisasi” dengan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
5
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan dan semakin bersemangat mengikuti pembelajaran.
Dari hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti dikelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta pada tanggal 9 Mei 2016 terdapat beberapa masalah yang ditemui seperti kurangnya menggunakan model pembelajaran, siswa kurang serius dalam belajar, siswa kurang berpikir kritis, siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam pembelajaran, dan tingkat pemahaman siswa sangat rendah tentang dampak negatif globalisasi . Oleh sebab itu, guru harus memberikan perhatian dan bimbingan yang merata kepada siswanya. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran siswa masih memperhatikan, namun menjelang pertengahan pembelajaran terlihat siswa cenderung bosan.
Pada dasarnya nilai PKn disekolah tersebut masih rendah dan dibawah KKM. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar PKn. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam memudahkan siswa kelas IVB menerima materi pelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada kelas IV SD Negeri Kotagede I Yogyakarta peneliti menerapkan model problem solving. Penerapan model problem solving pada mata pelajaran PKn bermanfaat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar PKn.
6
Problem solving Di Kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016’’.
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran PKn masih bersifat konvensional. Guru sebagai penceramah saja dan lebih dominan sedangkan siswa hanya sebagai pendengar dan kurang dominan.
2. Hasil belajar PKn paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pada penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB di SD N Kotagede I Yogyakarta yang rendah.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana meningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model problem
7 E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar PKn melalui model problem solving pada siswa kelas IVB SDN Kotagede I Yogyakarta dan menerapkan prinsip-prinsip penerapannya.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat member sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai model problem solving dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi guru kelas di SD dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswanya terutama dalam mata pelajaran PKn. b. Sebagai bahan referensi lebih lanjut mengenai model problem solving, dan
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori Tentang Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Alben Ambarita (2006: 70), model adalah sebagai suatu contoh konseptual atau procedural, dari suatu program, sistem atau proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman, dalam rangka memecahkan suatu masalah atau mencapai suatu tujuan (misalnya: model satuan pembelajaran, model persiapan mengajar, dan sebagainya). Joyce & Weil (Rusman, 2011: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan pengertian model pembelajaran merupakan suatu acuan atau pedoman yang digunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran, membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Kajian Teori tentang Problem Solving 1. Pengertian Problem Solving
9
pemecahan masalah adalah upaya mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan yang diperoleh sebelumnya kedalam situasi yang baru. Senada dengan pendapat Wardhani (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 119), pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Menurut Hamdani (2011: 84), pemecahan masalah (problem solving) merupakan strategi dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Menurut Watts, M (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 115), pembelajaran pemecahan masalah terjadi jika seseorang menemui masalah dan orang itu memiliki suatu obsesi/ kehendak/ keinginan yang sulit diperoleh secara langsung. Jackson (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar 2014: 115), masalah sebagai gabungan anatara obsesi dan hambatan. Sedangkan menurut Gagne ( Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 115), pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses di mana pembelajar menemukan perpaduan rumus/aturan/konsep yang sudah dipelajari sebelumnya dan selanjutnya diterapkan untuk memperoleh cara pecahan dalam situasi yang baru dan proses belajar yang baru.
10
rasa ingin tahu yang tinggi, seringkali ia bertanya dan mencoba hal- hal baru yang dirasa menarik bagi mereka. Anak-anak dapat menjadi ahli dalam hal pemecahan masalah apabila anak-anak tersebut banyak bertanya dan menjawab pertanyaan Dorothy Rich (Susi Yuliana, 2014: 21). Pertanyaan yang diajukan pada anak-anak hendaknya bukan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang ideal untuk anak-anak adalah pertanyaan terbuka.
Pertanyaan terbuka dapat mendorong anak untuk berpikir kritis.
Menurut J. Dewey (W Gulo, 2002: 115), “model penyelesaian masalah dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:
Tahap-tahap Kemampuan yang diperlukan
1. Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas. 2. Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari berbagai sudut. 3. Merumuskan
hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat dan alternative penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar, table.
5. Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung. Keterampilan mengambil keputusan dan kesimpulan
6. Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat alternatif penyelesaian. Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
2. Tipe Problem Solving
Menurut Ruseffendi (Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 120) ada beberapa soal tipe problem solving sebagai berikut:
11
b. Di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar.
c. Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, beranekaragam, dan dapat menambah pengetahuan baru.
d. Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya.
e. Mengajak siswa agar memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya.
f. Merupakan kegiatan yang peenting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi, tetapi bidang atau pelajaran lain.
3. Langkah-langkah problem solving
Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (Susi Yuliana, 2014: 21) ada beberapa tahapan yang dapat di lakukan apabila guru menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Menyadari adanya masalah dengan mengidentifikasi. b. Mengumpulkan informasi.
12
Menurut pendapat John Dewey ( Nur Hamiyah & Muhamad Jauhar, 2014: 116), ada enam langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan problem solving, yaitu:
a. Merumuskan masalah dengan jelas. b. Menelaah masalah.
c. Merumuskan permasalahan secara jelas.
d. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. e. Menentukan pilihan pemecahan/ keputusan.
David Johnson & Johnson (W Gulo, 2002: 116), menjelaskan ada 5 langkah dalam menerapkan pembelajaran problem solving, yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa yang mengandung isu konflik.
b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab terjadinya masalah, serta menganalisis faktor penghambat dan pendukung penyelesaian masalah.
c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi.
d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
e. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun hasil.
Solso (Made Wena, 2010: 56) mengemukan enam tahap dalam pemecahan masalah, yaitu :
13 c. Perencanaan pemecahan
d. Menerapkan/mengimplementasikan perencanaan e. Menilai hasil pemecahan
f. Menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil
Berdasarkan paparan definisi tersebut, dapat disimpulkan problem solving merupakan suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah Identifikasi permasalahan, Representasi permasalahan, Perencanaan pemecahan, Menerapkan/mengimplementasikan perencanaan, Menilai perencanaan, Menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil.
4. Kelebihan problem solving
Menurut Hamdani (2011: 86) kelebihan pembelajaran melalui problem solving adalah:
a. Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul secara spontan
b. Siswa menjadi aktif dan berinisiatif serta bertanggung jawab c. Pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan
d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar- benar cocok dengan tingkat kemampuan siswa
14
a. Model ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat b. Meningkatnya potensi intelektual dari dalam diri siswa, akan menimbulkan
motivasi intern bagi siswa
c. Dengan menggunakan model ini, materi yang telah dipelajari akan tahan lama d. Masing- masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan
pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
e. Para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain
f. Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya g. Siswa dapat diajak untuk berpikir rasional
h. Siswa bersikap aktif
i. Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
j. Dapat melatih siswa untuk mendesai suatu penemuan k. Dapat berpikir dan bertindak kreatif
l. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis m. Dapat mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan n. Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
o. Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
p. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
15
mengidentifikasi permasalahan sampai dengan merancang solusi. Dapat meningkatkan kemampuan lisan anak dalam mengemukakan pendapat,serta dapat mengembangkan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
5. Kekurangan problem solving
Menurut Hamiyah & Muhamad Jauhar (2014: 131), menambahkan kekurangan pembelajaran problem solving, yaitu:
a. Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan model ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya
b. Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah, fungsinya menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut
c. Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikan
d. Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengutarakan pendapat secara lisan
e. Memakan waktu lama
f. Kebulatan bahan kadang-kadang sukar dicapai
16
h. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain.
Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari problem solving bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan model ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya. kemudian memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding dengan metode pembelajaran yang lain. Sehingga dalam menerapkan problem solving, membutuh bimbingan dan waktu yang lama dari seorang guru untuk dapat mencapai tujuan pada hasil pembelajaran siswa.
C. Tinjauan tentang Hasil belajar 1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata membentuknya yaitu, “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan
akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input secara fungsional. Menurut Winkel (Purwanto, 2011: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil pembelajaran merupakan upaya untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap siswa sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran.
17
untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan siswa dalam belajar. Menurut Snelbeker (Rusmono, 2014: 8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar. Sementara itu, kemampuan baru yang diperoleh setelah siswa belajar menurut Gagne, Briggn dan Wager (Rusmono, 2014: 9) adalah kapasitas atau penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar. Lebih lanjut dikatakan, mengkategorikan lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi ferbal, sikap, dan keterampilan motorik.
Purwanto (2011: 44) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya input secara fungsional. Sedangkan belajar merupakan perolehan yang di dapat karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi. Jadi hasil belajar adalah perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahannya seperti mengubah bahan menjadi barang jadi.
18
Nana Sudjana (2015: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh sebab itu, perlu adanya penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Dari pengertian dan pendapat di atas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah melalui tahap-tahap proses belajar di sekolah di mana hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tingkat perkembangan pengetahuan, pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi belajar yang telah di pelajarinya. Serta hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh guru. Sehingga dapat disimpulakan bahwa hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta hard skill, soft skill, dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya pada kemampuan intelektualnya saja tetapi pasa aspek emosional, sosial, spiritual dan sebagainya.
2. Domain Hasil Belajar
19
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau kelipatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto (2011: 50), diaman terdapat tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Ranah kognitif
20
mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating).
1. Mengingat (remembering)
Jika tujuan pengajaran yang ditetapkan mengandung permintaan untuk mengingat kembali materi yang pernah disajikan, maka kategori yang relevan dengan proses tersebut adalah remembering (mengingat).
2. Memahami (understanding)
Sebagaimana telah diketahui, jika pembelajarannya yang hendak diselenggarakan tujuannya adalah untuk meminta siswa menyimpan informasi yang diberikan (retention), maka titik tekan proses kognitifnya remembering. 3. Mengaplikasikan (applying)
Kategori mengaplikasikan (applying) melibatkan penggunaan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah.
4. Menganalisis (analyzing)
Kategori menganalisis melibatkan pemilahan materi ke dalam bagian- bagiannya dan menentukan cara bagian tersebut terkait satu dengan yang lainnya dan cara bagian tersebut berkaitan dengan seluruh struktur. Proses menganalisis mencakup proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan menguraikan. 5. Mengevaluasi (evaluating)
21 6. Mengkreasi (Creating)
Creating melibatkan aktivitas meletakkan unsure- unsur yang secara serempak memberikan suatu fungsi atau membentuk sebuah kohorensi. Dalam kategori ini siswa diminta untuk membuat sebuah produk baru dengan cara mengorganisasi unsur- unsure atau bagian-bagian secara mental menjadi sebuah pola atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri- ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingakh laku, seperti kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran, rasa hormatnya terhadap guru.
Menurut Krathwohl (Purwanto, 2011: 51), hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat, yaitu:
1) Penerimaan (receiving), adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya, meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian.
22
puas dalam merespon, mematuhi peraturan. Hasil belajar pada tahap ini adalah menekankan kemauan untuk menjawab dan kepuasan dalam menjawab.
3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing), adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai.
4) Mengorganisasi, adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, mamahami hubungan abstrak, mengorganisasikan system suatu nilai.
5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization), adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Alat untuk mengukur ranah psikomotor bisa dengan menggunakan tes untuk kerja. Menurut Simpson (Purwanto, 2011: 53), kemampuan dalam ranah psikomotor ini meliputi enam jenjang, yaitu:
1) Keterampilan penerimaan/persepsi (perception), persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain, mencakup keterampilan siswa untuk dapat menerima dan memahami petunjuk kerja.
23
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, Misalnya menempatkan diri sebelum berlari, menari, mengetik, dll.
3) Keterampilan melakukan perintah/terbimbing (guided response), adalah kemampuan utuk melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan, mencakup keterampilan siswa untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah atau petunjuk kerja. Termasuk pula kemampuan untuk menirukan maupun upaya siswa yang bersifat trial and error.
4) Keterampilan mekanis/terbiasa (mechanism), adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh, mencakup keterampilan untuk mampu melakukan pekerjaan sesuai secara mekanis. Dalam keterampilan inni tidak ada lagi unsur trial error, tidak ada lagi sekedar dapat menirukan tetapi siswa sudah benar-benar terampil karena dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi terbiasa.
5) Keterampilan adaptasi/gerakan komplek (adaptation), adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yag tepat, merupakan keterampilan untuk menggunakan semua keterampilan yang telah dimiliki siswa di dalam melakukan pekerjaan atau memecahkan masalah dalam situasi yang baru.
24
pekerjaannya, dan mampu membuat kreasi baru dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Sugihartono, dkk (2013: 76) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: 1) faktor internal dan 2) faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor intrenal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Faktor intrenal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
1) Faktor Jasmani a. Kesehatan
25 b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu kondisi individu mengalami kelainan mental tingkah laku akibat bawaan atau penyakit). Siswa ini hendaknya belajar pada pendidikan khusus (SLB) agar siswa ini lebih aktif dalam belajar.
2) Faktor Psikologis a. Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang akan berperngaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional serta tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul dari siswa.
b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik. Perhatian erat sekali kaitanya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha suapaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.
c. Minat
26
diminatinya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan serius.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan orang lain. Namun hasilnya justru lebih baik dan bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.
e. Motif
Motif merupakan dorongan dalam diri siswa yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh siswa tersebut. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri yaitu kesiapan bergerak karean kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, atau keadaan mental seperti berpikir dan ingatan.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Kematangan adalah suatu tingakat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya dengan kakinya anak sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagn otaknya sudah siap untuk menulis dan lai-lain. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
g. Kelelahan
27
timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi hal-hal yang selalu konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor di luar individu. Faktor eksternal berpengaruh dalam belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Cara orang tua mendidik
28 b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang.
c) Suasana rumah
Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya.Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.
2) Faktor sekolah
29 a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2007: 47). Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan dengan tepat, efisien dan efektif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. d) Tugas rumah
30 3) Faktor masyarakat.
Sugihartono, dkk (2013: 76) mengemukakan bahwa faktor sekolah meliputi:
a) Teman bergaul
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula.Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik.Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.
b) Media masa
Yang termasuk media masa antara lain bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya .Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa.Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
c) Bentuk kehidupan masyarakat
31
demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
D. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian PKn
Menurut Azyumardi Azra (dalam Ahmad Susanto, 2013: 226), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Pendapat Azyumardi Azra didukung oleh Zamroni (Ahmad Susanto, 2013: 226), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. Adapun menurut Ahmad Susanto (2013: 225), pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
32
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep dan moral pancasila,kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara. Ketiga, PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalm kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.
Tugas PKn dengan paradigma barunya mengembangkan pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence)/ membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara( civic participation). Kecerdasan warganegara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga paradigm baru PKn bercirikan multidimensional (Suharno, dkk 2006:11).
2. Tujuan Mata Pelajaran PKn
33
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dari beberapa definisi pendidikan kewarganegaraan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaan pada hukum, serta ikut berperan dalam percaturan global.
3. Pembelajaran PKn di SD
34
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.
Menurut Dasim Budimansyah dan Supriya (Ahmad Susanto, 2013: 229) pendidikan PKn ini harus dibangun atas dasar tiga paradigma, yaitu:
a. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.
b. PKn secara teoritis dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi- dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluens atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.
c. PKn secara progmatik secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara
35
demokratis. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn di sd, pada intinya harus diajarkan tidak hanya mentransfer ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai dengan peran peserta didik saat ini dan dimasa yang akan datang.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Satuan Pendidikan Dasar/MI (Madrasah Ibtidaiyah) kelas I sampai dengan kelas VI meliputi aspek-aspek sebgai berikut:
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hokum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
36
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan system politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakatmadani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebaagai dasar negara, Pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
E. Kerangka Pikir
37
yaitu: aspek kognitif. Hasil belajar kognitif dinyatakan dalam bentuk nilai yang diperoleh dari setiap akhir siklus. Dengan menerapkan model pembelajaran guru harus mengetahui model mana yang cocok dengan beragamnya karakteristik siswa, karena dengan mengetahui karakteristik siswa guru dengan mudah model apa yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran PKn siswa senang apabila proses pembelajarannya dapat memberikan pengalaman langsung dari proses pembelajaran tersebut.
38 F. Defenisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu 2. Problem Solving adalah salah satu kegiatan, dimana anak dapat
mengidentifikasi permasalahan, representasi permasalahan, melakukan perencanaan terhadap pemecahan, menerapakan/ mengimplementasikan perencanaan, menilai hasil perencanaan, sampai dengan menilai hasil pemecahan dan menyampaikan hasil dari pemecahan masalah yang sudah diselesaikan bersama teman kelompok.
3. Hasil belajar PKn
39 G.Hipotesis
40 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan atau action research. Menurut Kemmis (Wina Sanjaya, 2010: 24), penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik -praktik tersebut.
Menurut Wina Sanjaya (2010: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Faktor pendorong pada penelitian kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau keinginan untuk mengembangkan.
41
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif, Penelitian tindakan kelas salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional. Melalui penelitian tindakan kelas guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi problem solving dalam pembelajaran PKn.
B. Desain Penilitian
42
4 Keterangan:
1 Siklus I: 1. Perencanaan
3-2 2, 3. Tindakan dan Pengamatan
4. Refleksi
4
1 3,2
Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Targgart ( Suharsimi Arikunto, 2006: 93)
Akhir tindakan Siklus I akan dilakukan refleksi awal untuk mengidentifikasi awal masalah yang dihadapi, dari hasil refleksi barulah dilakukan atau dirumuskan tindakan perbaikan bagi siklus yang berikutnya.
C. Rancangan Penelitian
43
pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Adapun rincian tindakannya yaitu:
1. Pra siklus
Pada tahap pra siklus ini peneliti melakukan pengamatan pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum dilakukan tindakan dengan penerapan strategi problem solving dalam pembelajaran PKn. Setelah melakukan pengamatan maka akan diperoleh gambaran mengenai aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dan data hasil belajar siswa sebelum tindakan. Jika hasil belajar PKn dan aktivitas siswa yang diperoleh sebelum tindakan belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian ini maka diadakan perbaikan pada siklus satu.
2. Siklus I
a. Tahap Rencana
Dalam rencana tindakan ini, guru sebagai pelaksana dan peneliti sebagai pengamat tindakan. Hal-hal yang perlu disiapkan peneliti dalam rencana tindakan ini sebagai berikut:
1) Pengenalan strategi problem solving kepada guru, selanjutnya bersama guru menentukan materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran.
2) Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IVB dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP kemudian dikonsultasikan kepada dosen.
44
4) Mempersiapkan soal tes evaluasi untuk siswa yaitu tes akhir yang akan diberikan pada akhir siklus. Soal tes dikonsultasikan dengan dosen dan guru kelas IV.
5) Mempersiapkan pembelajaran dengan strategi pembelajaran problem solving. 6) Peneliti menyusun instrumen observasi guru.
b. Tahap Tindakan
Tahap ini guru melaksanakan kegiatan pembelajan menggunakan panduan RPP yang telah dibuat. Pada setiap pertemuan guru mengajar menggunakan penerapan problem solving dengan materi globalisasi. Langkah-langkah yang dilaksanakan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan problem solving adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Tahap Tindakan
No. Tahap pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan siswa 1. Identifikasi Permasalahan Memberi
permasalahan
2. Representasi/ penyajian permasalahan
45
5. Menilai perencanaan Menilai perencanaan
46
dilakukan oleh peneliti dan satu orang peneliti dalam aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini juga dilakukan peneliti disemua proses tindakan, hasil tindakan, dan kendala-kendala tindakan.
d. Refleksi
Refleksi merupakan bagian akhir dari siklus yang dilaksanakan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti mengingat, mencermati, mengumpulkan dan menganalisis kembali pelaksanaan dan data yang diperoleh selama observasi yang meliputi kendala-kendala, keberhasilan yang dicapai, kondisi awal, kondisi akhir siklus dan indikator keberhasilan belajar dalam KKM guna memutuskan rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan mengacu pada refleksi siklus I. siklus II dilaksanakan dikarenakan pembelajaran pada siklus I belum berhasil mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Siklus tidak dilanjutkan pada siklus III, karena pada siklus II hasil belajar telah mencapai target yang telah ditetapkan.
D. Setting Penelitian
47 E. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Kotagede I, yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari 18 siswa
perempuan dan 13 siswa laki-laki. 2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar PKn melalui strategi problem solving pada siswa kelas IV sekolah dasar Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.
F. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama alam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008 : 308). Adapun penjelasan tentang teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1. Observasi
48
terjadi secara teliti. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi guru.
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Indikator No Butir Jumlah Butir
1 Memberi permasalahan pada
siswa sesuai materi yang terkait 1, 2 ,3, 4
4 2 Membantu siswa untuk
merumuskan dan memahami masalah secara benar
5, 6, 7 3
3 Membimbing siswa melakukan
perencanaan pemecahan masalah 8, 9
2 4 Membimbing siswa menerapkan
perencanaan yang telah dibuat 10
1 5 Menilai siswa dalam
mempersiapkan presentasi kelompok
11, 12 2
6 Melakukan penilaian terhadap hasil pemecahan masalah yang telah dikomunikasikan siswa/ kelompok melalui presentasi
13, 14 2
Jumlah 14 14
2. Tes
49 Tabel 4. Kisi-Kisi Soal Tes
No Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator No. Soal 1 4.1 Memberikan
Menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 158) teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh selama observasi dan memberikan gambaran secara konkret mengenai partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian beserta pengambilan foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
G. Instrumen Penelitian
50 H. Teknik Analisis Data
Suharsimi Arikunto (2006: 131-132) mengatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tes hasil belajar. Data yang dikumpulkan melalui tes dihitung skor masing-masing dan dari skor ditentukan nilai siswa menggunakan rumus sebagai berikut :
Setelah diketahui masing-masing, data dianalisis untuk mencari nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Mx =
Pedoman kriteria keberhasilan siswa yang digunakan adalah pedoman kriteria keberhasilan pembelajaran PKn pada kelas IV SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Indikator keberhasilan yaitu jika minimal 75% yang mengikuti proses pembelajaran memperoleh nilai KKM ≥ 75.
Persentase =
51 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kotagede I Objek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kotagede I. Berikut ini akan dipaparkan mengenai gambaran kondisi sekolah tempat dilaksanakan penelitian ini. Sekolah ini bernama SD Negeri Kotagede I. Beralamat di jalan Kemasan 49, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kode pos 55173. Sekolah ini berstatus negeri dan memiliki keadaan fisik yang baik. Kondisi lingkungan SD Negeri Kotagede 1 cukup aman dan mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya. Penerangan listrik dan air bersih memadai serta terdapat internet.
52
terdapat kolam sekolah yang dibuat untuk memelihara ikan dibagian sebelah barat kelas IIB.
Jumlah siswa pada semester II tahun ajaran 2015/2016 di kelas IVB berjumlah 31 siswa. Guru kelas dan guru mata pelajaran berjumlah 24 orang. Dengan rincian 17 guru kelas, 5 guru agama (1 guru agama islam, 1 guru agama Kristen, 1 guru agama katolik, 1 guru agama hindu) dan 2 guru penjas. Kondisi orang tua/wali murid sebagaian besar berpenghasilan menengah kebawah, ada yang bermata pencarian petani dan pedagang kecil serta buruh. Namun ada juga sebagian kecil yang bekerja wiraswasta, PNS, pamong desa serta tentara dan polisi.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II ajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan. Alur siklus yang digunakan dalam penelitian adalah alur siklus model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan observasi serta refleksi.
2. Deskripsi Subjek Penelitian
53 Tabel 5. Daftar Nama Siswa Kelas IVB
No Nama Siswa No Nama Siswa a. Deskripsi hasil siklus I 1) Perencanaan Tindakan
54
a) Peneliti dan guru sebagai kolaborator menyiapkan sarana pembelajaran yang terdiri dari silabus dan buku pegangan.
b) Menyiapkan RPP.
c) Menyiapkan media dan semua perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran.
d) Menyiapkan LKS.
e) Menentukan pembagian kelompok. f) Menyiapkan lembar observasi guru.
g) Memberikan penjelasan kepada guru sebagai kolaborator tentang model pembelajaran problem solving dan menjelaskan hal-hal yang akan dikerjakan oleh guru pada suatu pembelajaran.
h) Menyiapkan lembar evaluasi yang berupa 25 soal pilihan ganda yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus I.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 16 Mei 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, sedangkan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan penelitian ini adalah guru sedangkan peneliti sebagai observer. a) Siklus I pertemuan 1
Hari/tanggal : Senin, 16 Mei 2016
55
Kompetensi Dasar : 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
Indikator : 4.1.1 siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi
4.1.2 siswa dapat mengidentifikasi contoh globalisasi dilingkungan sekitar
(1) Kegiatan awal
Pada kegiatan awal sebelum guru membuka pelajaran, guru memulai pembelajaran dengan mengucap salam, menunjuk salah satu siswa untuk memimpin doa menurut agama dan keyakinannya masing-masing sebelum pelajaran dimulai. Selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa dikelas, serta mengecek kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada langkah selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “anak-anak
apakah nama benda yang ibu bawa ? ( jawabannya globe ), adakah yang bisa menjelaskan tentang globe? Kemudian guru mengaitkannya dengan globalisasi. Selanjutnya guru bertanya, siapa yang sudah mempunyai handphone pribadi?” Kemudian guru mengaitkan dengan materi yang akan disampaikan yang sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
(2) Kegiatan Inti
56
57 (3) kegiatan Akhir
Siswa bersama guru menyimpulkan materi dan kegiatan yang sudah dipelajari mengenai pengertian globalisasi dengan menyebutkan contoh globalisasi di lingkungan sekitar, dan menyebutkan pengaruh positif dan negatif globalisasi. kemudian guru membagikan soal evaluasi sebagai penguatan pada pemahaman siswa. Guru selanjutnya memberi pesan moral yang berkaitan dengan materi globalisasi dan menutup pelajaran dengan mengucap salam.
b) Siklus I pertemuan 2
Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016
Standar Kompetensi : 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya
Kompetensi Dasar : 4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
Indikator : 4.1.3 siswa dapat menyebutkan pengaruh positif dan pengaruh negatif globalisasi di masyarakat
(1) Kegiatan Awal
58 (2) Kegiatan Inti
Siswa memahami permasalahan yang diberikan melalui penjelasan materi globalisasi oleh guru, dan siswa berkumpul bersama teman kelompoknya dan melanjutkan pembahasan kelompok agar mempersiapkan hasil diskusi pada pertemuan I. Siswa mempersiapkan hasil pemecahan masalah untuk dipresentasikan kemudian siswa mengkomunikasikan/ menyampaikan hasil pemecahan masalah melalui presentasi kelompok dan kelompok lain melakukan penilaian berupa mengajukan pertanyaan maupun mengemukakan pendapat. (3) Kegiatan Akhir
Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari mengenai ”globalisasi” dan siswa diberikan tes evaluasi secara individu untuk mengetahui
ketercapaian hasil belajar siswa. Selajutnya siswa mengerjakan soal evaluasi dan guru menilai hasil evaluasi. Kemudian guru memberi pesan moral yang berkaitan dengan materi globalisasi dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam.
3) Observasi
59
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran PKn pada siklus I berjalan dengan baik meskipun hasil belajar yang diperoleh belum semua siswa mencapai KKM, sehingga perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Observasi ini dilakukan terhadap aktivitas guru dilakukan dalam dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hasil observasi pada setiap pertemuan tersebut adalah:
a) Hasil observasi kegiatan guru pertemuan 1
Pada proses pengamatan kegiatan guru, pada pembelajaran PKn menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, pada kegiatan pembelajaran ini guru belum menerapkan aspek- aspek problem solving secara menyeluruh. Hasil analisis pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada lampiran III halaman 115-124.
b) Hasil observasi kegiatan guru pertemuan 2
Pada akhir siklus guru sudah menunjukkan adanya peningkatan dalam aktivitas guru, dengan melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan aspek dan sub aspek pada lembar observasi guru. Sehingga dapat dikatakan guru sudah menerapkan langkah-langkah problem solving dengan baik. Hasil analisis pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada lampiran III halaman 125-132. Tabel 6. Nilai Hasil Belajar Siklus I
No. Kriteria Ketuntasan Siklus I