Bab X
Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Pembangunan Bidang Cipta Karya Di Kabupaten
Lamongan
RPI2‐JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang‐undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
10.1. ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2‐JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi
prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan‐
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL‐UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip‐prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010‐2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL‐UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL‐UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL‐UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
 Agenda Pengelolaan Lingkungan
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Lamongan. Sementara itu adanya beberapa bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan datang maka harus diperhatikan hal‐
hal sebagai berikut:
A. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
2. Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang
3. Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
4. Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
5. Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan.
B. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan pengembangan flora fauna identitas daerah.
2. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
3. Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
4. Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum‐forum desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
C. Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan yang lebih luas dalam 2. rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
3. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup.
4. Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
5. Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
6. Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
7. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
8. Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan intensitas koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi, baik horisontal maupun vertikal serta kelompok‐kelompok masyarakat.
D. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
1.
Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
2.
Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
3.
Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan
10.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2‐JM antara lain karena:
1. RPI2‐JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2‐JM adalah karena RPI2‐JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip‐
prinsip kehati‐hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2‐JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di KABUPATEN LAMONGAN. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tabel 10. 1.
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
No
Kriteria Penapisan
Penilaian Uraian
Pertimbangan*
Kesimpulan:
(Signifikan/Tidak)
(1) (2) (3) (4)
1 Perubahan Iklim Memberikan insentif untuk melindungi eksosistem tersebut. Selain itu, perlu mengembangkan kebijakan lokal, nasional dan internasional dan kerangka kerja lainnya yang
diperlukan untuk
beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim
Signifikan
2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Partisipasi masyarakat yang sadar dan peduli maupun Kelestarian
keanekaragaman hayati akan memberikan efek kelestarian dan peningkatan produktivitas lahan‐lahan
Signifikan
pertanian di suatu wilayah secara langsung maupun tidak langsung.
3 Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat mengetahui dan Memahami pentingnya menerapkan prinsip‐prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dalam hal peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana.
Signifikan
4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Sadar akan peranan masyarakat dalam menata dan meningkatkan mutu lingkungan maupun kelimpahan SDA, dapat berpartisipasi dengan cukup layak untuk terwujudnya pembangunan.
Signifikan
5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
konservasi kawasan hutan
guna mewujudkan
pelestarian dan
perlindungan sumberdaya alam hutan, daripada mengalih fungsikan kawasan hutan
Signifikan
6 Peningkatan jumlah
penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan
sekelompok masyarakat
Mengurangi berbagai faktor penyebab kemiskinan tidak mudah dan tidak jelas harus mulai dari titik mana.
Keterbatasan lapangan kerja, misalnya, seharusnya
Signifikan
bisa diatasi dengan penciptaan lapangan kerja.
7 Peningkatan risiko
terhadap
kesehatan dan
keselamatan manusia
Menyediakan dan
menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana kondusif untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan
Signifikan
Tabel 10.2
Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Contoh Lembaga
(1) (2)
Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota
b. DPRD Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program
Dinas PU‐Cipta Karya
Instansi a. Dinas PU‐Cipta Karya
b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b. Asosiasi profesi
c. Forum‐forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e. Perorangan/tokoh
f. kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA
Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)
Tabel 10.3
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu‐isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Penjelasan Singkat
(1) (2)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air
Kabupaten Lamongan mempunyai sumber air baku dari sungai‐sungai yang ada dan bahkan yang sudah tercemar dari berbagai aspek.
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman
Peningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna yang Berbasis Masyarakat yang berwawasan lingkungan serta memanfaatkan badan air maupun limbah permukiman yang baik bagi masyarakat
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan
Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan
Lokasi kawasan tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/ wilayah maupun kualitas dari lingkungan tersebut
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
Pemerintah Kabupaten Lamongan sendiri yang belum sepenuhnya merealisasikan program perbaikan lingkungan sehingga pencemaran maupun kesejahteraan nelayan dipesisir masih sangat kurang
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan dan
Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh
dukungan masyarakat terhadap proses penanganan kekumuhan tinggi masih sangat minim
Tabel 10.4 Tabel Identifikasi KRP
No Komponen kebijakan /
rencana / program Kegiatan Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada))
(1) (2) (3) (4)
1 Pengembangan Permukiman
Pembangunan
Infrastuktur di Kawasan Rawan Bencana
Kecamatan Glagah dan Kecamatan Laren
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dukungan Prasarana dan Sarana Kws.
Tradisional, Penataan dan Revitalisasi kawasan makam
Kws. Wisata Religi Sendang Duwur Kec. Paciran
3 Pengembangan Air Minum
Penyediaan SPAM di Kawasan RSH
Kecamatan Paciran, Kecamatan Deket dan Kecamatan Tikung 4 Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Pembangunan PS Air Limbah Komunal
Kec. Babat, Kec. Paciran, Kec.
Karangbinangun, Kec. Brondong
Tabel 10.5
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
NO
Komponen kebijakan, rencana dan/atau program*
Pengaruh pada Isu‐Isu Strategis Berdasarkan Aspek‐
Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
Bobot Lingkungan
Hidup Permukiman
Bobot Sosial Bobot
Ekonomi Total
Bobot Isu 1: ***
…
Isu 2:
…
Isu 1:
…
Isu 2:
…
Isu 1:
…
Isu 2:
…
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Pengembangan Permukiman
Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan kumuh di perkotaan
Tertinggalnya
pembangunan di kawasan perbatasan,
pulau terluar, dan daerah tertinggal
Kurangnya kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan infrastruktur permukiman
‐ Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman dalam mendukung pengembangan ekonomi di perdesaan
Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman , baik dalam Skala kota Maupun kawasan
2 Penataan Bangun‐
Masih rendahnya penegakan
Kebutuhan Peningkatan Kualitas Lingkungan
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
an & Lingkungan
aturan keselamatan bangunan, serta masih
diperlukannnya pembinaan teknis dalam pembangunan gedung
Permukiman Kumuh
3 Pengembangan Air
minum
Kualitas yang diterima
pelanggan dari PDAM masih berkualitas air bersih, belum memenuhi syarat kualitas air minum
Kebijakan Yang Memihak Kepada Masyarakat Miskin Masih Belum Berkembang
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Masih rendahnya pemanfaatan IPLT yang telah dibangun
Institusi/kelembagaan masih lemah sehingga peran operator/regulator yang tidak jelas
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Tabel 10.6
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No Komponen kebijakan, rencana dan/atau program
Alternatif Penyempurnaan KRP
(1) (2) (3)
1 Pengembangan Permukiman
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Pengembangan Permukiman yang ada di Kabupaten Lamongan dalam periode yang berkelanjutan
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang ada di Kabupaten Lamongan dalam periode yang berkelanjutan
3 Pengembangan Air minum
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Pengembangan Air minum yang ada di Kabupaten Lamongan dalam periode yang berkelanjutan
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Membina dan mengembangkan maupun merevitalisasikan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang ada di Kabupaten Lamongan dalam periode yang berkelanjutan
Tabel 10.7
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
(1) (2) (3)
1 Pengembangan Permukiman Untuk Pengembangan Permukiman perlu adanya penelitian dan kajian yang terus‐
menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan perlu adanya penelitian dan kajian yang terus‐
menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
3 Pengembangan Air minum Untuk Pengembangan Air minum perlu adanya penelitian dan kajian yang terus‐menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Untuk Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman perlu adanya penelitian dan kajian yang terus‐menerus dalam melakukan perubahan hingga terjadi sesuai keinginan atau target yang ingin di capai.
10.1.2. AMDAL, UKL‐UPL dan SPPLH
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Lamongan. Sementara itu adanya beberapa bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan datang maka harus diperhatikan hal‐
hal sebagai berikut:
 Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
2. Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang 3. Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
4. Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
5. Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan.
 Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan pengembangan flora fauna identitas daerah.
2. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
3. Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
4. Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum‐forum desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
 Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
2. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup.
3. Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
4. Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
5. Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
7. Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan intensitas
koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi, baik
horisontal maupun vertikal serta kelompok‐kelompok masyarakat.
 Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
1.
Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
2.
Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
3.
Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan
Tabel 10.8
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan Peraturan Perundangan
I. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
II. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS
1) UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
3) Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Umum
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban pelaksanaan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan studi
lingkungan dengan:
I. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM
II. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme pelaksanaan
I. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/
atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
II. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan III. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
1) Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL 2) Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai
AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
3) Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
4) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi Lingkungan
I. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan
II. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu‐
isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan
III. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program
1) Kerangka acuan;
2) Andal; dan
3) RKL‐RPL.Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL‐RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
h) Outcome I. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
II. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
1) Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
2) Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
3) Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota 1) Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL‐RPL) didanai oleh pemrakarsa,
2) Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
3) Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL‐RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
4) Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
j) Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
1) Yang terkena dampak;
2) Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau 3) Yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL k) Atribut
Lainnya:
a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus analisis
Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
d. Dampak kumulatif
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas
e. Titik berat telaahan
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
h. Deskripsi proses
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir
i. Fokus pengendalia
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan
n dampak j. Institusi Penilai
Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Sumber: ‐ hasil analisa
Tabel 10.9
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
‐ luas kawasan TPA, atau
‐ Kapasitas Total
> 10 ha
> 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
‐ luas landfill, atau
‐ Kapasitas Total
semua kapasitas/
besaran
c. Pembangunan transfer station:
‐ Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
‐ Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
‐ Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
‐ Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
‐ Kapasitas > 500 ton/hari
B Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
C Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
‐ Luas, atau
‐ Kapasitasnya
> 2 ha
> 11 m3 /hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
‐ Luas, atau
‐ Kapasitasnya
> 3 ha
> 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
‐ Luas layanan, atau
‐ Debit air limbah
> 500 ha
> 16.000 m3 /hari D Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
‐ Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
‐ panjang > 10 km
Sumber: Permen LH 5/2012
Tabel 10.10
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL‐UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
b. Air Limbah Domestik/ Permukiman i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off‐site sanitation system) diperkotaan/permukiman
Luas < 500 ha
Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari c. Drainase Permukaan Perkotaan i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:
luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang : ‐
iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps
iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps ‐ < 50
lps
Kegiatan komersil: 1,0 lps ‐ < 50 lps
e. Pembangunan Gedung i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d.
10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d.
10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d.
10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
f. Pengembangan kawasan permukiman baru
i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi,fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap
Bangun/ Lingkungan Siap Bangun) Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha
g. Peningkatan Kualitas Permukiman i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
Luas kawasan: < 10 ha
ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau‐pulau kecil;
Luas kawasan: < 10 ha
iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih
pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) Luas kawasan: < 10 ha
h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yangdilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun
Luas kawasan: < 5 ha
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tabel 10.11
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
No Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pengembangan Permukiman
Kecamatan Paciran, Brondong, Babat, Sukodadi, Lamongan, Deket, Gelagah, Karangbinangun dan Kecamatan Turi, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Sukorame, Buluk, Ngimbang,
Sambeng, Mantup,
Karangbahu, Sugio, Modo dan Kecamatan Rawen
  
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kecamatan Paciran, Kecamatan Babat, Kecamatan Brondong, Kecamatan Deket, Kecamatan Tikung dan Kecamatan Ngimbang
  
3 Pengembangan Air minum
Kecamatan Deket,
Kembangbahu, Lamongan, Turi, Tikung, Pucuk, Paciran serta Desa Balun dan Desa Glugu
  
4 Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman
Kecamatan Lamongan, Karangbinangun, Brondong, Paciran, Babat, Glagah, Pucuk
dan Kecamatan
Karanggeneng
  
Tabel 10.12
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Lamongan
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum
Perma‐
salahan
Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan
Kebutu‐
han Pena‐
nganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Plaosan Kecamatan Babat
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
2 Paloh Kecamatan Paciran
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Berat Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari
potensial dikembangkan
pemilik tanah
3 Sidokumpul Kecamatan Paciran
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar
>500 Jiwa/Ha
Berat Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
4 Walor Kelurahan Warulor Kecamatan Paciran
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
5 Weru Kecamatan Paciran
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
6 Waru Wetan Kepadatan Sedang Lokasi tidak Komitmen Butuh
Kecamatan Pucuk Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
7 Dusun Kucur,
Kelurahan Sidomukto Kecamatan Lamongan
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
8 Rw.07 dan Rw.08 Gg.Kurma Kelurahan Sukorejo Kecamatan Lamongan
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
9 Gg. Kalisari,
Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam
Jiwa/Ha wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
10 Rw.04 Kaliotik Kelurahan
Tumenggungan Kecamatan Lamongan
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 201 ‐ 499 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
11 Kauman RW V dan RW VI Kelurahan Babat Kecamatan Babat
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 250 ‐650 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
12 RW 2 RT 2 dan RW 1 RT 2 Sogo Kelurahan Sogo Kecamatan Sogo
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 250 ‐650 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin
sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
pemanfataan tanah dari pemilik tanah
13 RT 1 RW 4 Banaran Kecamatan Babat
Kepadatan Penduduk pada Lokasi sebesar 150‐200 Jiwa/Ha
Sedang Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kawasan/
wilayah dan Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan
Komitmen Penanganan Oleh Pemda Tinggi
Butuh Kejelasan status tanah, baik dalam dalam hal kepemilikan maupun izin pemanfataan tanah dari pemilik tanah
Tabel 10.13
Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Lamongan
No Program /
Kegiatan Lokasi Tahun
Bentuk Keterlibata
n/
Akses
Tingkat Partisip
asi Peremp
uan (jumlah)
Kontrol Pangam‐
bilan Keputu‐
san oleh Perempua
n
Manfaat
Permasalahan yang Perlu Diantisipasi
di Masa Datang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Pemberdayaan Masyarakat a PNPM
Perkotaan
b PISEW
c PAMSIMA S
d PPIP
e RIS PNPM
f SANIMAS
2 Non Pemberdayaan Masyarakat a Penyusun
an RTBL
b Dll.
Tabel 10.14
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan
Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali
No
Komponen Program dan
Kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Konsul‐
tasi
Pemin‐
dahan Penduduk /
Pemberian Kompensasi
Permu‐
kiman Kembali
Sebelum Peminda‐
han
Setelah Peminda‐
han
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pengembangan Permukiman
Penyusunan DED Kawasan Wisata Sendang Dhuwur, Penyusunan DED Kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh, Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan RSH, Penyediaan
Infrastruktur Pemukiman Kawasan Pedesaan Minapolitan, Dukungan
Kawasan Strategis Ekonomi
Pengembangan Permukiman
‐ ‐
Prasarana dan Sarana Kws.
Tradisional, Pembangunan PSD Permukiman Perdesaan 2 Penataan
Bangunan dan Lingkungan
Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Strategis Ekonomi
Penataan Bangunan Lingkungan
‐ ‐
3 Pengembangan Air minum
Penyediaan SPAM Di
Kawasan RSH, Pembangunan SPAM IKK, Pembangunan SPAM IKK Tanggul Mode, pangkat rejo,pucuk,
Pembangunan SPAM IKK Ds Balun, Pembangunan SPAM IKK Kec Paciran Ds Blimbing, Penambahan kapasitas IPA Plosowahyu
Kawasan Strategis Ekonomi
Pengembangan Air minum
‐ ‐
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan Drainase Terpadu Perkotaan, Pengadaan Peralatan, Peningkatan Prasarana dan Sarana TPA Sampah, Peningkatan TPA Sampah Kabupaten Lamongan, Peningkatan/pembangunan TPA, Pembangunan PS Sampah Terpadu 3R, Infrastruktur Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu / 3R
Kawasan Strategis Ekonomi
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
‐ ‐
10.2. ASPEK SOSIAL
Dasar peraturan perundang‐undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010‐2014:
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
10.2.1. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan di Kabupaten Lamongan. Sementara itu adanya beberapa bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan datang maka harus diperhatikan hal‐
hal sebagai berikut:
A. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
2. Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang
3. Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
4. Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
5. Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan.
B. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan pengembangan flora fauna identitas daerah.
2. Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
3. Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
4. Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum‐forum desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
C. Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1. Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
2. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup.
3. Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
4. Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
5. Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
7. Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan intensitas
koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi, baik horisontal
maupun vertikal serta kelompok‐kelompok masyarakat.
D. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
2. Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
3. Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan
10.2.2. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel 10.15
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No Sektor Program/
Kegiatan Lokasi Tahun
Jumlah Penduduk yang memanfaatkan
Keter‐
angan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pengembangan Permukiman
Pembangunan Infrastuktur di Kawasan Rawan Bencana
Kecamatan Glagah dan Kecamatan Laren
2014‐
2019
‐ ‐
2 Penataan Bangunan dan
Dukungan Prasarana dan Sarana Kws. Tradisional,
Kws. Wisata Religi Sendang
2014‐
2019
‐ ‐
Lingkungan Penataan dan Revitalisasi kawasan makam
Duwur Kec.
Paciran 3 Pengembangan
Air Minum
Penyediaan SPAM di Kawasan RSH
Kecamatan Paciran, Kecamatan Deket dan Kecamatan Tikung
2014‐
2019
‐ ‐
4 Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan PS Air Limbah Komunal serta Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan
dan Pencemaran
Lingkungan Hidup, Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, Program
Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kec. Babat, Kec.
Paciran, Kec.
Karangbinangun, Kec. Brondong
2014‐
2019
‐ ‐