• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine

(1) Alat tangkap

Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan jaring bobo. Alat tangkap pukat cicin ini terdiri dari kantong (bund), badan jaring, sayap, jaring pada pinggir badan jaring.

(selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat (sinkers), pelampung (floats) dan cincin (purse rings).

Panjang pukat cicin yang digunakan di Maluku Tenggara berkisar antara 200-600 m dan lebar berkisar antara 40-70 m. Kantong sebagai tempat berkumpul ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan ukuran mesh size 0,7 inci – 1 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA/210/D12 dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pencegah gerombolan ikan untuk meloloskan diri atau mencengah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size 1,25 inci.

Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 inci yang terdiri dari 3 mata untuk arah ke bawah. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PVA dengan panjang 410 m, dan diameter tali sebesar 14 mm, sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali sebesar 14 mm yang memiliki panjang 470 m.

Jumlah pemberat dalam suatu unit pukat cincin terdiri dari 2200 buah, dengan berat 100 gr/buah. Pemberat pada pukat cincin memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antara pemberat berkisar 10-15 cm. Tali pemberat pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 12 mm. Jumlah pelampung dalam satu unit pukat cincin terdiri dari 1100 buah, dengan jarak antara pelampung sekitar 15-20 cm.

Pelampung pukat cincin berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan sintesis rubber.

(2)

Jumlah cincin dalam satu unit pukat cincin rata-rata terdiri dari 50 buah.

Cincin digunakan oleh nelayan pukat cincin di Maluku Tenggara memiliki diameter luar 10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5-10 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 20 mm yang memliki panjang 500 m. Desain jaring pukat cincin dapat di lihat pada Gambar 10.

Keterangan :

1. Tali selembar 9. Singker line

2. Pelampung 10. Tali ris atas

3. Tali kolor 11. Tali ris bawah

4. Tali ring 12. Kantong

5. Ring 13. Sayap

6. Pemberat 14. Panjang jaring

7. Selvedge 15. Tinggi jaring

8 Float line

Gambar 10 Desain jaring pukat cincin (purse seine) di Maluku Tenggara.

(2) Kapal

Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan pukat cincin menggunakan dua tipe kapal di Maluku Tenggara tipe (two boat sytem) yaitu terdiri atas kapal utama (tipe lembut) yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin pada saat operasi penangkapan berlangsung dan menarik purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai, dan kapal johnson (slep) yang berfungsi untuk membawa hasil tangkapan ke fishing base. Kedua kapal terbuat dari bahan kayu. Kapal utama (tipe lembut), memiliki ukuran berkisar 13,21-15,63 GT dengan panjang

(3)

(L) antara 17 m, lebar (B) 2,15 m dan dalam (D) 1,90 m (Gambar 11). Sedangkan untuk kapal johnson (slep) (Gambar 12) memiki ukuran 5,40-7,60 GT dengan panjang antara 13 m, lebar 2,20 m dan dalam 1,30 m. Tenaga peggerak yang digunakan untuk kedua kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin tempel (outboard) masing-masing berjumlah dua buah dengan kekuatan 40 PK yang bermerek jamaha. Tenaga penggerak pada kedua kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli.

Gambar 11 Kapal utama (tipe lembut).

Gambar 12 Kapal johnson (tipe slep).

Kapal utama dilengkapi dengan palka kapasitas dari kapal tersebut dapat memuat hasil tangkapan sekitar 2-3 ton. Palka ini hanya dipergunakan jika pada saat kegiatan penangkapan memperoleh hasil tangkapan yang banyak dan pada

(4)

kapal johnson tidak dapat lagi menampung hasil tangkapan, namun pada umumnya hasil tangkapan yang diperoleh akan diletakkan pada kapal johnson.

Kapasitas hasil tangkapan untuk kapal johnson berkisar antara 4-6 ton.

Perawatan kapal pukat cincin biasanya dilakukan setiap bulan pada saat tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu pada saat bulan purnama. Kapal pukat cincin dalam sebulan tidak melakukan kegiatan penangkapan selama 7-10 hari. Perawatan yang dilakukan meliputi pengecetan atau perbaikan-perbaikan jika kerusakan pada apal.

(3) Nelayan

Anak buah kapal (ABK) kapal pukat cincin berkisar antara 17-20 orang.

Sebagian besar nelayan yang mengoperasikan pukat cincin merupakan penduduk asli daerah setempat. Nelayan merupakan mata pencarian utama dari penduduk setempat. Jika kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan terutama pada saat musim kurang ikan. Dalam melakukan kegiatan penangkapan nelayan di bagi atas beberapa tugas mereka bekerja sampingan sebagai petani dan memancing.

Pembagian tugas nelayan pukat cincin sebagai berikut:

1. Juragan laut (1 orang), bertugas sebagai penangung jawab dalam pengoperasian kapal utama (lembut) untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan;

2. Juru tawur (2 orang ), bertugas melempar pukat cincin pada saat proses setting dilakukan;

3. Juru mesin (2 orang), bertugas dalam masalah mesin baik untuk mesin pada kapal utama maupun kapal johnson

4. Juru pantau (1 orang), bertugas mendeteksi gerombolan ikan

5. Juru pelampung (2 orang), bertugas megatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan;

6. Juru pemberat (2 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan;

7. Nelayan biasa, yang bertugas menarik merapikan dan memperbaiki pukan cincin jika ada kerusakan;

8. Juru mesin kapal johnson atau slep (1 orang), bertugas menyiapkan kapalnya untuk tempat penampungan ikan hasil tangkapan

(5)

9. Juru hasil tangkapan (2 orang), bertugas mengambil hasil tangkapan untuk ditempatkan pada kapal jhonson, dua orang tersebut berada di kapal johnson bersama juru mesin.

Pembagian tugas tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam satu unit pukat cincin. Tugas nelayan yang satu dapat dikerjakan juga oleh nelayan yang lain.

Berdasarkan seperti pada saat penarikan pukat cincin, juru pelampung, juru pemberat dan juru pantau juga membantu melakukan tugas ini.

Kepemilikannya nelayan pukat cincin di Maluku Tenggara terbagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan terakhir SMP dan SMA, sedangakan nelayan buruh berpendidikan terakhir dari tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya hanya memiliki masing- masing satu unit alat tangkap.

4.1.2 Gillnet (1) Alat tangkap

Jaring insang hanyut yang digunakan dalam penelitian sebanyak 3 unit yang terdiri dari ukuran mata jaring 14,0 cm (5,5 inch) masing-masing sebanyak 3 unit dengan hanging ratio 0,6 (shortening = 0,4). Mezh opening (Mo) dari jaring tersebut diukur secara acak diukur dengan vernier calliper. Bahan jaring yang digunakan polyamid PA (nylon multifilament) D/21 dengan panjang terentang setiap pis 190 m dan lebar 140 mata pada setiap ukuran mata jaring. Pada setiap ujung tali ris atas di pasang pelampung tanda Hizex (PE) dengan diameter 30 cm yang dihubungkan dengan tali PE 5 mm sepanjang 200 cm. (Gambar 13).

(6)

Gambar 13 Desain jaring gillnet di Maluku Tenggara.

(2) Kapal

Kapal/perahu gillnet yang digunakan nelayan Maluku Tenggara untuk usaha penangkapan ikan umumnya perahu motor tempel yang berukuran kecil dengan panjang sekitar 10 meter dan lebar 1 meter. Kapal tersebut terbuat dari kayu dengan GT 3-5 ton. Tenaga penggerak yang digunakan untuk kapal gillnet adalah mesin tempel (outbord) dengan kekuatan 40 PK bermerek jamaha. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli. Daya tahan kapal kurang lebih 7-8 tahun dan daya tahan mesin kurang lebih 6 tahun, tergantung dari perawatan dari pemakaian masing-masing nelayan (Gambat 14).

(3) Nelayan

Kapal gillnet dioperasikan oleh sekitar 4-6 orang dan sebagian besar nelayan yang mengoperasikan gillnet adalah penduduk asli desa setempat.

Sebagai nelayan merupakan mata pencarian utama dari penduduk setempat, sedangkan jika pada saat kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan, terutama pada saat musim kurang ikan, nelayan bekerja sampingan sebagai petani dan memancing. Pembagian tugas nelayan gillnet adalah sebagai berikut:

1. Juru mesin (1 orang), bertugas dalam masalah mesin pada kapal gillnet 2 Juru pantau (1 orang), bertugas mendeteksi gerombolan ikan

3. Juru tawur (2 orang), bertugas melempar gillnet pada proses setting dilakukan

(7)

4. Juru pemberat (1 orang), bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan

5. Juru pelampung (1 orang), bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan.

Gambar 14 Kapal gillnet di Maluku Tenggara.

4.1.3 Pancing tonda (1) Alat tangkap

Satu unit pancing tonda (Gambar 15) yang digunakan oleh nelayan Maluku Tenggara adalah:

(1) Tali pancing terbuat dari polyamide (PA) monofilemen No.60 (2) Mata pancing terbuat dari bahan besi

(3) Satu buah pemberat timah seberat 20 gram (4) Penggulung tali dari plastik berdiameter 15 cm (5) Umpan buatan bulu ayam berwarna putih

(8)

Gambar 15 Desain alat pancing tonda.

Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan memasukkan umpan buatan ke tali pancing pada bagian porosnya, kemudian pemberat dipasang di atas mata pancing. Setelah itu mata pancing diikatkan ke tali pancing sehingga lengkaplah satu unit pancing tonda yang siap dioperasikan.

Umpan buatan yang digunakan oleh nelayan setempat adalah bulu ayam berwarna putih. Bahan yang digunakan untuk membuat umpan buatan adalah :Bulu ayam berwarna putih bersih, diambil yang tidak terlalu kaku atau keras dan halus. Bulu demikian berasal dari bagian leher dan dekat bagian ekor ayam. Jumlah bulu yang digunakan sekitar 15 helai dengan panjang 8-12 cm.

Pembuatan umpan dengan mengikat bulu ayam menggunakan benang jahit mengelilingi sedotan plastik atau batang bambu tidak terlihat. Satu mata pancing dapat menggunakan 1-3 buah umpan buatan sekaligus,disusun berdasarkan panjang bulu ayam pembentuk umpan.

Mata pancing yang digunakan bernomor 4,5 dan 6. Ukuran mata pancing nomor 4 tinggi 6,5 cm dengan lebar 2,8 cm, mata pancing nomor 5 tinggi 5,9 dengan lebar 2,5 cm, mata pancing nomor 6 tinggi 5,2 cm dengan lebar 2,2 cm (Gambar 16).

(9)

Gambar 16 Ukuran mata pancing yang digunakan.

(2) Kapal

Kapal pancing tonda yang digunakan berukuran 13 X 1.20 X 1 m dengan tenaga penggerak berkekuatan 40 PK sebanyak 1 buah. Pada bagian dalam kapal digunakan untuk tempat peletakan jaring alat pancing tonda (Gambar 17).

Gambar 17 Kapal pancing tonda di Maluku Tenggara.

(3) Nelayan

Nelayan pancing tonda berjumlah 1-2 orang dalam satu perahu.

Pembagian tugas bagi nelayan adalah satu orang sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing di bagian buritan perahu, dan yang lain bertugas sebagai pemancing sekaligus mencari tanda-tanda keberadaan ikan.

(10)

4.1.4 Rumpon

Rumpon merupakan suatu alat bantu yang berperan penting dalam kegiatan penangkapan ikan. Rumpon sangat penting untuk menghadang ikan pelagis yang sedang beruaya agar terkonsentrasi di sekitar rumpon. Hal tersebut sangat mendukung kesuksesan pengoperasian alat tangkap purse seine, gillnet dan pancing tonda, karena alat tangkap ini dapat menangkap lebih dari satu jenis ikan pelagis dengan jumlah ikan yang lebih banyak. Nelayan di Desa Sathen dan Kur dalam mengoperasikan purse seine, gillnet, pancing tonda juga menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Masing-masing armada penangkapan mempunyai sekitar 1-3 buah rumpon. Rumpon dipasang pada beberapa mil laut dari pantai dan bergantung pada kecerahan perairan. Rumpon dilengkapai dengan bendera tanda dengan jarak pemasangan sekitar 1-2 mil laut dari fishing base ke fishing ground. Daerah penangkapan berdasarkan pada rumpon yang telah dipasang pada perairan. Nelayan purse seine, gillnet, pancing tonda bisa saja melakukan operasi penangkapan ikan pada rumpon yang bukan milik mereka, berdasarkan kesepakatan antara nelayan yang bersangkutan dengan pemilik rumpon.

Komponen material rumpon yang digunakan terdiri atas pelampung rakit yang terbuat dari batangan bambu, yang dilengkapi dengan alat pengumpul ikan (attraktor) yang terbuat dari daun kelapa, tali pengikat dan tali pemberat dari polyethylene, tali kawat dan swivel serta pemberat atau jangkar yang terbuat dari drum yang dicor beton. Kontruksi rumpon rakit bambu dapat dilihat pada Gambar 18-A. Sebaliknya pada rumpon drum plastik sebangian besar bahan yang digunakan bukan dari alam melainkan berasal dari buatan seperti bahan sintesis drum plastik, bambu, daun kelapa serta semen cor (Gambar 18 – B).

(11)

Gambar 18 Rumpon bambu (A) dan rumpon drum plastik (B), yang dioperasikan oleh nelayan.

4.2 Hasil Tangkapan

4.2.1 Jenis dan jumlah hasil tangkapan

Dalam penelitian ini ikan yang tertangkap pada purse seine adalah layang (Decapterus ruselli) sebanyak 52.957 ekor, ikan tongkol (Auxis thazard) sebanyak 11.144 ekor. Sedangkan hasil tangkapan gillnet sebanyak 5.743 ekor yang terdiri dari 4.130 ekor ikan layang, tongkol (Auxis thazard) 1.040 ekor, tenggiri (Scomberomorus commersoni) 573 ekor. Total tangkap pancing tonda sebanyak 1006 yang semuanya terdiri dari ikan tongkol (Decapterus russelli) (Gambar 19).

Berdasarkan Gambar tersebut dapat diketahui bahwa produktivitas purse seine paling tinggi, kemudian menyusul gillnet dan pancing tonda.

52957

11144

4130 1040 573 1006

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

JumlahTangkapan(ekor)

Purse Seine Gill Net Pancing Tonda

Alat Tangkap

Layang Tongkol Tenggiri

Gambar 19 Komposisi jenis tangkapan menurut alat tangkap.

A B

(12)

Hasil tangkapan total dari dua jenis rumpon sebanyak 70.850 ekor yang berasal dari rumpon bambu sebanyak 65.446 ekor dan dari rumpon drum plastik sebanyak 5.404 ekor (Gambar 20). Hal ini berarti bahwa hasil tangkapan yang diperoleh dari rumpon bambu lebih tinggi dibandingkan dengan rumpon drum plastik. Berdasarkan Gambar 20 dapat diketahui bahwa ikan layang (Decapterus russelli) lebih dominan tertangkap pada kedua jenis rumpon.

53872

11001

573 3215 2189

0 0

10000 20000 30000 40000 50000 60000

HasilTangkapan(ekor)

Bambu Drum Plastik

Jenis Rumpon

Layang Tongkol Tenggiri

Gambar 20 Komposisi jenis tangkapan menurut rumpon.

Komposisi jumlah tangkapan menurut jenis alat tangkap dan jenis rumpon dapat dilihat pada Gambar 21. Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa hasil tangkapan purse seine lebih banyak, baik di lokasi pemasangan rumpon bambu maupun rumpon drum plastik. Sedangkan hasil tangkapan paling rendah diperoleh dari pancing tonda untuk kedua jenis rumpon.

Purse Seine

Gill Net

Pancing Tonda

Bambu Drum Plastik 3720

1466

218 60423

4235 0 788

10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000

HasilTangkapan(ekor)

Alat Tangkap

Gambar 21 Komposisi jenis tangkapan menurut kombinasi alat tangkap dan rumpon.

(13)

31343 25744

2622

10568

573 0

5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

Layang Tongkol Tenggiri

Jenis Ikan

Besar Kecil 4.2.2 Ukuran panjang

Jumlah ikan layang ukuran besar lebih banyak dibandingkan dengan ukuran kecil. Sedangkan ikan tongkol dan tenggiri didominasi hasil tangkapan ukuran kecil. Adapun perbandingan hasil tangkapan ukuran besar dan kecil untuk ketiga jenis ikan tersebut dapat dilihat pada Gambar 22 dan Lampiran 5.

Gambar 22 Komposisi ukuran panjang menurut jenis ikan.

Ikan layang, baik ukuran besar maupun ukuran kecil dominan tertangkap dari rumpon bambu, yaitu masing-masing sebesar 30.572 ekor (53,55 %) dan 23.300 ekor (40,82 %), sedangkan sisanya berasal dari rumpon drum plastik dengan komposisi ukuran besar sebesar 1873 ekor (3,28 %) dan ukuran kecil sebanyak 1.342 ekor (2,35 %). Untuk ikan tongkol ukuran besar dan kecil juga lebih banyak tertangkap pada rumpon bambu seperti halnya dengan ikan layang (Gambar 23 dan Lampiran 6). Hasil tangkapan ikan tenggiri semuanya masuk dalam kategori ukuran kecil dan tertangkap dari rumpon bambu. Data pengukuran panjang ikan sampel hasil tangkapan berdasarkan ukuran ikan (Lampiran 15), ikan layang (Decapterus russelli) yang tertangkap di perairan Maluku Tenggara ukuran kecil dominan pada selang kelas 18-20 cm sebanyak 6.284 ekor sedangkan ukuran besar dominan pada selang kelas 30-32. Ikan tongkol (Auxis thazard) tertangkap paling banyak pada ukuran kecil pada selang

(14)

kelas 39-40 cm dan ukuran besar dominan tertangkap pada selang kelas 44-46 cm sebanyak 2.237 ekor, kemudian ikan tenggiri semua tertangkap ukuran kecil dan dominan pada selang kelas 76-81 sebanyak 123 ekor.

30572

5854

23300

5147

573 1873 1275 1342 914 0

5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

JumlahIkan(ekor)

Besar Kecil Besar Kecil

Rumpon bambu Rumpon drum plastik Jenis Rumpon Dan Ukuran Ikan

Layang Tongkol Tenggiri

Gambar 23 Komposisi ukuran ikan menurut jenis ikan dan rumpon.

Ikan layang ukuran besar dominan tertangkap dengan purse seine yaitu sebanyak 27.213 ekor (47,67 %), dan ditangkap dengan gillnet sebanyak 4.130 ekor (7,23 %). Ikan layang ukuran kecil cukup banyak ditangkap dengan purse seine yaitu sebanyak 25.744 ekor ( 45,10 %). Untuk ikan tongkol, tangkapan ukuran besar lebih banyak dihasilkan dengan gillnet yaitu 1040 ekor (7,88 % ), sedangkan tangkapan ukuran kecil yang jumlahnya dominan semuanya tertangkap dengan gillnet, yaitu sebanyak 10.568 ekor (80,12 %). Selanjutnya, ikan tenggiri semuanya masuk katagori kecil dan tertangkap dengan gillnet (Gambar 24 dan Lampiran 7).

(15)

27213

576 25744

10568

4130

1040 573 1006 0

5000 10000 15000 20000 25000 30000

JumlahTangkapanIkan (ekor)

Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil Purse seine Gillnet Pancing tonda

Jenis Alat Tangkap dan Ukuran Ikan Layang Tongkol Tenggiri

Gambar 24 Komposisi ukuran ikan menurut jenis ikan dan alat tangkap.

4.2.3 Ukuran berat

Berat total ikan yang tertangkap pada rumpon bambu sebanyak 9.554 kg tertangkap dengan purse seine sebanyak 85,42 %, dengan gillnet 9,66 % dan pancing tonda sebanyak 4,91 %. Berat total ikan yang tertangkap pada rumpon drum plastik sebanyak 4.474 kg, yang tertangkap dengan purse seine 90,75 %, dengan gillnet dan pancing tonda masing-masing sebanyak 3,93%, dan 5,32 %.

Berat total ikan tertangkap dengan purse seine 12.230 kg yang tertangkap pada rumpon bambu 66,80% dan rumpon drum plastik 33,20 %. Jumlah tangkapan gillnet sebanyak 1.100 kg yang berasal dari rumpon bambu 84,00 % dan rumpon drum plastik 16,00 %. Kemudian berat total ikan yang tertangkap dengan pancing tonda sebanyak 708 kg yang berasal dari rumpon bambu 66,38 % dan rumpon drum plastik 33,62 % (Gambar 25).

Rumpon Bambu

Purse Seine, 85.42%

Gillnet, 9.66%

Pancing Tonda, 4.91%

A Rumpon Drum Plastik

Gillnet, 3.93%

Pancing Tonda, 5.32%

Purse Seine, 90.75%

(16)

Purse Seine Rumpon

Drum P las tik, 33.20%

Rumpon Bambu, 66.80%

Gillnet

Rumpo n Drum Plastik,

16.00%

Rumpon Bambu, 84.00%

Pancing Tonda

Rumpo n Bambu, 66.38%

Rumpon Drum Plastik, 33.62%

B

Gambar 25 Persentase berat ikan menurut (A) rumpon dan (B) alat tangkap.

4.3 Efektivitas Rumpon

Berdasarkan hasil perhitungan efektivitas alat bantu rumpon terhadap operasi penangkapan ikan menunjukan efektivitas pada kedua rumpon menunjukan perbedaan yang sangat menyolok. (Tabel 8). Rumpon bambu memiliki efektivitas yang jauh lebih tinggi (92,37 %) dari efektivitas rumpon drum plastik (7,63 %). (Tabel 8).

Tabel 8 Efektivitas kedua rumpon berdasarkan jumlah hasil tangkapan

Jenis Rumpon Total Hasil Tangkapan (ekor) Efektivitas Rumpon (%)

Bambu 65.446 92.37

Drum Plastik 5.404 7.63

Total 70.850 100

4.4 Efektifitas Alat Tangkap

Data efektivitas tiap alat tangkap didapatkan dengan menghitung rasio dari hasil tangkapan masing-masing alat tangkap dengan total hasil tangakapan semua alat tangkap di lokasi penelitian selama kurun waktu pengamatan. Berdasarkan perhitungan purse seine memiliki tingkat efektivitas tertinggi (90,53 %), dibandingkan dengan alat tangkap gillnet dan pancing tonda memiliki nilai efektivitas rendah, yaitu 8,05 % dan 1,42 % (Tabel 9).

(17)

Tabel 9 Efektivitas alat tangkap berdasarkan total hasil tangkapan

Jenis Alat Tangkap Total Hasil Tangkapan (ekor) Efektivitas Alat Tangkap (%)

Purse Seine 64.143 90,53

Gillnet 5.701 8,05

Pancing Tonda 1.006 1,42

Total 70.850 100

4.4 Teknologi Penangkapan Tepat Guna

Analisis aspek ekologi meliputi kecepatan arus yaitu arus yang terjadi di perairan Maluku Tenggara rata-rata bervariasi lebih kecil dari 0,03 m/detik dan kecepatan tertinggi 1m/detik sehingga faktor ini dapat berpengaruh nyata terhadap operasi penangkapan purse seine, sedangkan gillnet dan pancing tonda tidak berpengaruh secara nyata. Dari hasil analisa terhadap keberadaan plankton di perairan Maluku Tenggara dapat ditemukan 23 speceis. Adapun species dominan dari jenis fitoplankton yaitu Skeletonema sp dan Streptotheca sedangkan dari jenis zooplankton yang paling dominan yaitu Copepoda sp dan Acanthochiasma sp.

Faktor keberadaan plankton ini dapat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap operasi penangkapan purse seine, gillnet dan pancing tonda. Sedangkan faktor suhu dan salinitas di perairan Maluku Tenggara berkisar rata-rata antara 27,8 0C sampai 350C, dengan nilai rata-rata 33,5 ppm. Faktor suhu dan selanitas tidak jauh berbeda dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan purse seine, gillnet dan pancing tonda. Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap aspek ekologi secara keseluruhan dengan menggunakan fungsi nilai, sepert tertera pada Tabel 10.

Tabel 10 Standarisasi aspek ekologi menurut alat tangkap Ekologi Jenis Unit Penangkapan

X1 X2 X3 X4 RX UP

Purse Seine 0,00 1,00 0,75 0,50 2,25 1

Gill net 0,00 1,00 0,50 0,50 2,00 2

Pancing tonda 0,00 1,00 0,75 0,50 2,25 1 Keterangan:

X1 = Kecepatan arus X2 = Keberadaan plankton X3 = Kesesuaian salinitas X4 = Kesesuaian suhu UP = Urutan prioritas

(18)

Analisis aspek sosial meliputi penilaian terhadap penyerapan tenaga kerja per unit penangkapan, penerimaan nelayan per unit penangkapan dan kemungkinan kepemilikan perikanan tangkap oleh nelayan. (Lampiran 12). Nilai peyerapan tenaga kerja purse seine memerlukan sebanyak 17 – 20 orang sedangkan gillnet dan pancing tonda masing-masing dapat menyerap 2 – 6 orang. Nilai kriteria pendapatan nelayan per tahun di peroleh dari upah nelayan per trip dan sistim bagi hasil tahunan antara nelayan per unit perikanan tangkap tanpa memperhitungkan kelebihan yang diperoleh nelayan tertentu, misalnya untuk juru mudi lebih dari ABK lainnya, dan kriteria kemungkinan kepemilikan perikanan tangkap ikan oleh nelayan didapatkan dari pembagian antara pendapatan nelayan per tahun dengan investasi dari setiap perikanan tangkap yang diteliti. Selanjutnya dilakukan standarisasi terhadap aspek sosial secara keseluruhan dengan menggunakan fungsi nilai seperti tertera pada Tabel 11.

Tabel 11 Standarisasi aspek sosial menurut alat tangkap Sosial Jenis Unit Penangkapan

X1 X2 X3 RX UP

Purse Seine 1,00 1,00 1,00 3,00 1

Gillnet 0,18 0,10 0,10 0,38 2

Pancing tonda 0,00 0,00 0,00 0,00 3

Keterangan:

X1 = Jumlah tenaga kerja

X2 = Pendapatan nelayan per tahun X3 = Kemungkinan kepemilikan UP = Urutan prioritas

Analisis aspek ekonomi meliputi penilaian terhadap kriteria efesiensi usaha dan kelayakan finansial. (Lampiran 13). Efesiensi usaha meliputi penerimaan kotor per tahun, penerimaan kotor per trip, penerimaan kotor per tenaga kerja dan penerimaan kotor per tenaga penggerak. Untuk standarisasi aspek ekonomi berdasarkan aspek kriteria efesiensi usaha unit perikanan tangkap, seperti tertera pada Tabel 12.

(19)

Tabel 12 Standarisasi aspek ekonomi menurut alat tangkap Ekonomi Jenis Unit Penangkapan

X1 X2 X3 X4 RX UP

Purse Seine 1,00 1,00 0,00 1,00 3,00 1

Gillnet 0,10 0,10 1,00 0,25 1,45 2

Pancing tonda 0,00 0,00 0,50 0,00 0,50 3

Keterangan:

X1 = Penerimaan kotor per tahun X2 = Penerimaan kotor per trip

X3 = Penerimaan kotor per tenaga kerja X4 = Penerimaan kotor per tenaga penggerak UP = Urutan prioritas

Untuk mendapatkan alat tangkap terpilih atau teknologi tepat guna yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, dilakukan penggabungan nilai dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Setelah dilakukan standarisasi dari ketiga aspek maka unit penangkapan yang memiliki nilai tertinggi sebagai unit penangkapan prioritas yang paling layak untuk dikembangkan. Dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13 Standarisasi aspek ekologi, sosial dan ekonomi pada unit penangkapan Kriteria Penilaian

Jenis Unit Penangkapan

X1 X2 X3 RX UP

Purse Seine 1,00 1,00 1,00 3,00 1

Gillnet 0,00 0,38 0,13 0,51 3

Pancing tonda 1,00 0,00 0,00 1,00 2

Keterangan :

X1 = Standarisasi aspek ekologi X2 = Stansarisasi aspek sosial X3 = Standarisasi aspek ekonomi UP = Urutan prioritas

Gambar

Gambar 10 Desain jaring  pukat cincin (purse seine) di Maluku Tenggara.
Gambar 11 Kapal utama (tipe lembut).
Gambar 13 Desain jaring  gillnet di Maluku Tenggara.
Gambar 14 Kapal gillnet di Maluku Tenggara.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada gilirannya, pelanggan yang terikat secara emosional dengan organisasi lebih mungkin untuk membalas taktik hubungan pemasaran organisasi dengan menunjukkan loyalitas

Berdasarkan kurva regresi linier kepadatan makrobenthos dengan kualitas air hanya terdapat pada TSS di atas maka diperoleh persamaan regresi dan nilai koefisien

Pada tulisan ini dirumuskan suatu penduga tipe Kernel dari suatu proses Poisson periodik dengan suatu komponen tren berbentuk fungsi pangkat, yang dibagi menjadi dua kasus,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bungkil sawit, limbah sayuran (hasil fermentasi) dan dedak pada media kotoran kambing terhadap

Mereka mengatakan, ini terbagi menjadi tiga macam; (1) kemungkinan mensyaratkan manfaat untuk dirinya pada barang yang dijualnya, (2) kemungkinan mensyaratkan kepada si

Untuk mengetahui pengaruh terhadap biaya kemacetan maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan program Eviews dilakukan dengan menggunakan data jarak tempuh,

Sasaran yang ingin dicapai STIE Prasetiya Mulya adalah menempatkan diri sebagai mitra pemerintah dalam pembangunan yang didasarkan pada pemikiran bahwa tahapan

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel total produksi jagung pipilan kering, total produksi beras jagung, harga