1 1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek linguistik. Menurut Martinet (dalam Chaer, 2012: 2), linguistik merupakan telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Berdasarkan objek kajian yang berupa struktur internal bahasa, linguistik dibagi menjadi beberapa tataran hierarkis berupa fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi.
Kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi jika diperlukan, serta disertai dengan intonasi final berupa tanda baca titik (.) untuk intonasi deklaratif;
tanya (?) untuk intonasi interogatif; dan seru (!) untuk intonasi seru (Chaer, 2012:
240-241). Dalam pengertiannya sebagai bentuk ujaran, konstituen dasar dari kalimat tidak selalu berupa klausa, misalnya terdiri dari kata atau frasa. Kalimat yang tidak terdiri atas satuan klausa tersebut disebut dengan kalimat terikat (dependent) atau kalimat minor, sedangkan kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas klausa disebut sebagai kalimat mayor yang biasanya bersifat bebas (independent) (Soeparno: 2013: 90-91). Ilmu bahasa yang khusus mempelajari satuan kalimat disebut dengan sintaksis.
Dalam Verhaar (1986: 70) dikatakan bahwa bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antar-kelompok kata (antar-frasa) dalam satuan dasar sintaksis, yakni kalimat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, kalimat yang dapat dianalisis secara sintaksis adalah kalimat mayor atau kalimat bebas, yang konstituen dasarnya bisa berupa kata, frasa atau klausa. Selain itu, sintaksis tidak terlepas dari pembahasan tata bahasa. Hal ini karena tata bahasa merupakan gabungan dari subdisiplin morfologi dan sintaksis.
Penguasaan grammar atau ketatabahasaan bagi penerjemah mutlak diperlukan. Utamanya dalam penerjemahan ragam bahasa tulis, penguasaan tata bahasa digunakan untuk menyampaikan kembali pesan teks bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) ke dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa).
Jika penerjemah salah menangkap pesan teks BSu karena penguasaan tata bahasa yang kurang memadai, akan sangat dimungkinkan terjadi pergeseran dalam menerjemahkan ke dalam BSa. Sebaliknya, jika kurang menguasai tata bahasa BSa sangat dimungkinkan pula terjadi pergeseran penerjemahan yang tidak perlu.
Penerjemahan menurut Nida dan Taber (1968) merupakan usaha mencipta kembali pesan dalam BSu ke dalam BSa dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya (Suryawinata, 2003:12). Setiap bahasa mempunyai ciri khas masing-masing sehingga penerjemahan sempurna tidak dapat dilakukan. Akan tetapi, penerjemah dapat memperoleh kesepadanan serta kesejajaran antara BSu dan BSa dengan mencari padanan terdekat dalam BSa.
Catford (1965:32) membedakan antara kesepadanan dan kesejajaran bentuk.
Kesepadanan mengandung arti bahwa muatan semantis kalimat BSu sepadan dengan muatan semantis kalimat BSa sedangkan, kesejajaran bentuk terjadi jika unsur kedua bahasa menduduki kategori yang sama dalam kedudukan masing- masing sebagai BSu dan BSa (dikutip dari Laporan Penelitian Subiantoro, 2000) . Kesejajaran bentuk dalam penerjemahan bahasa Korea (selanjutnya disingkat BK) ke dalam bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) dan sebaliknya jarang sekali ditemukan. Hal ini dikarenakan kedua bahasa mempunyai struktur sintaksis yang berbeda. Struktur kalimat dalam BI adalah S-P-O (subjek predikat objek), sedangkan BK adalah S-O-P (subjek objek predikat). Dengan kata lain, fungsi objek terletak di depan fungsi predikat dalam sebuah kalimat berbahasa Korea. Oleh karena adanya perbedaan tersebut, dalam penerjemahan dimungkinkan melakukan pergeseran.
Di Indonesia penerjemahan teks, dalam hal ini karya sastra, dari BK ke dalam BI dan sebaliknya belum banyak. Penelitian mengenai penerjemahan juga belum banyak dilakukan. Salah satu dari sedikit teks BK yang telah diterjemahkan ke dalam BI adalah novel Saetbyeol Kheulleob-eui Cheonsadeul (샛별클럽의 천사들) (selanjutnya disingkat SKC) karya Lim Se Hyuk.
Novel ini bercerita tentang seseorang bernama Lim Hwi Chan yang pernah masuk penjara atas dakwaan yang tidak pernah dilakukannya. Sebagai mantan narapidana, dia seringkali mendapat penolakan dari lingkungan masyarakat, bahkan pekerjaan yang layak juga tidak bisa dia dapatkan. Hingga suatu hari dia memutuskan bergabung dengan sebuah klub bernama Morning Star Club untuk
melakukan kegiatan sosial. Setelah bergabung, hidupnya berubah menjadi lebih baik. Mendapat teman-teman baik, pekerjaan yang layak, penerimaan yang baik dari masyarakat dan yang terpenting bertemu dengan jodohnya. Melalui klub itulah Lim Hwi Chan menemukan makna hidupnya, untuk selalu berbuat baik dan bersyukur.
Novel SKC karya Lim Se Hyuk terbit di Korea pada tahun 2013 dan telah diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru dengan judul Angels of Morning Star Club (selanjutnya disingkat AMSC) pada Maret 2015. Tebal novel SKC adalah 367 halaman, sedangkan tebal novel AMSC adalah 364 halaman.
Penerjemah novel tersebut adalah Dimitri Dairi yang merupakan alumnus Prodi Bahasa Korea Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Novel AMSC merupakan novel terjemahan ketiga Dimitri setelah Sweet Melody 2 dan Explicit Love Story melalui Penerbit Haru
Sejauh yang penulis ketahui, penelitian tentang novel tersebut di Indonesia belum ada, terutama penelitian tentang kalimat pasif dan penerjemahannya.
Kalimat pasif merupakan kalimat dengan fungsi predikat bentuk pasif. Dalam BK pasif dibentuk melalui tiga cara, yakni secara morfologis, sintaktis, dan leksikal.
Dari ketiga cara tersebut, selanjutnya penulis dalam penelitian ini berfokus pada pasif yang dibentuk melalui proses morfologis atau pasaengjeok pidong (파생적 피동). Alasan pertama adalah karena pasif bentuk ini merupakan representasi bentuk pasif BK. Kedua, karena pasif BI juga dibentuk dengan proses morfologis, yakni dengan imbuhan di, ter, ke-an, atau bentuk diri.
Menurut Horatianus (2008), pasif merupakan persoalan menarik dalam ilmu bahasa, tetapi di sisi lain pasif BK merupakan persoalan yang sulit bagi orang Indonesia. Hal ini dikarenakan pasif dalam BK dan BI mempunyai bentuk dan cara perwujudan yang sangat berbeda. Dalam berbagai bahasa, konstruksi pasif merupakan lahan yang menantang dan memikat untuk digarap para ahli bahasa (Purwo, 1989: ix). Selanjutnya, penelitian tentang kalimat pasif BK, serta penerjemahan kalimat pasif morfologis BK ini diharapkan dapat ikut mendorong penerjemahan karya-karya lain, baik dari BK ke bahasa dalam BI maupun sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sajakah bentuk-bentuk kalimat pasif BK yang ditemukan dalam novel SKC karya Lim Se Hyuk?
2. Bagaimanakah bentuk padanan kalimat pasif morfologis (derivatif) BK dari novel SKC karya Lim Se Hyuk dalam novel terjemahannya, AMSC ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang diajukan adalah
1. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat pasif BK yang ditemukan dalam novel SKC karya Lim Se Hyuk.
2. Mengetahui bentuk padanan BI kalimat pasif bentuk derivatif BK dari novel SKC karya Lim Se Hyuk dalam novel terjemahannya, AMSC.
1.4 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain “Novel Saman Karya Ayu Utami dan Terjemahannya: Analisis Verba Pasif Bentuk Diri dan Padanan Terjemahannya” (2007); “Hanguk-eowa Indonesia-eo Pidongbeob Bigyo Yeon-gu” (한국어와 인도네시아어 피동법 비교 연구) (A Comparative Study on Korean and Indonesian Language’s Passive Form) (2008)1; dan
“Hanguk-eowa Jungguk-eo Pidongmun-eui Daejo Yeon-gu: Hanguk-hyeondae- soseol <<Eommareul Butakhae>>wa Jungguk-eo Beonyeokbon-eui Pidongmun Daejoreul Jungsim-euro” (한국어와 중국어 피동문의 대조 연구:
한국현대소설 <<엄마를 부탁해>>와 중국어 번역본의 피동문 대조를 중심으로) (A Study on the Contrast of the Passive Sentences between Korean and Chinese: Focused on the Contrast of the Passive Sentences between Korean Modern Novel <<Please Look After Mom>> and the Translation in Chinese) (2012).
Penelitian pertama ditulis oleh Andriansyah Marjuki, meneliti tentang penerjemahan bentuk pasif diri dalam novel Saman. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat lima tipe penerjemahan pasif bentuk diri ditemukan dalam terjemahan bahasa inggris novel Saman oleh Pamela Allen . Tipe-tipe tersebut adalah (1) verba pasif (verba +pronomina persona), (2) nonverbal
1 Tesis-tesis berbahasa Korea diakses melalui web RISS: https://www.riss.kr
(nomina), (3) pengurangan, (4) verba aktif (verba), dan (5) verba aktif (verba) + pronominal persona).
Penelitian kedua berjudul “Hanguk-eowa Indonesia-eo Pidongbeob Bigyo Yeon-gu” (한국어와 인도네시아어 피동법 비교 연구) (A Comparative Study on Korean and Indonesian Language’s Passive Form) (2008) ditulis oleh Horatianus dari Universitas Kyunghee. Dalam tesis tersebut dijabarkan tentang bentuk pasif dalam BI dan BK, kemudian perbandingan keduanya. Horatianus menyimpulkan persamaan di antara keduanya, yakni sama-sama terdapat pasif dinamis, pasif statis dan non-pasif. Untuk perbedaan keduanya antara lain: pelaku dari verba pasif dalam BK ditandai dengan –e euihae (-에 의해)/ -ege (-에게)/
hante (한테)/ -e (-에)/ -ro (-로)/ ttaemune (때문에), sedangkan untuk bahasa Indonesia ditandai dengan oleh atau karena. Selain itu, meskipun keduanya merupakan bahasa dengan fokus tema (topic prominent language) bentuk kalimat pasif dalam BI lebih sering digunakan daripada bahasa Korea saat ingin menfokuskan pada objek (patient) penerima tindakan dari verba predikatnya. Hal ini dikarenakan dalam BK terdapat partikel penanda topik, subjek dan objek.
Penelitian yang ketiga, yakni Hanguk-eowa Jungguk-eo Pidongmun-eui Daejo Yeon-gu: Hanguk-hyeondae-soseol <<Eommareul Butakhae>>wa Jungguk-eo Beonyeokbon-eui Pidongmun Daejoreul Jungsim-euro” (한국어와 중국어 피동문의 대조 연구: 한국현대소설 <<엄마를 부탁해>>와 중국어 번역본의 피동문 대조를 중심으로) (A Study on the Contrast of the Passive Sentences between Korean and Chinese: Focused on the Contrast of the Passive Sentences between Korean Modern Novel <<Please Look After Mom>> and the
Translation in Chinese) (2012) merupakan tesis yang ditulis oleh Zhou Shun.
Dalam penelitiannya Zhou membandingkan satu per satu kalimat dengan klausa pasif dalam novel Eommareul Butakhae dan padanannya dalam novel terjemahan berbahasa Cina. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dari 395 klausa pasif yang ditemukan dalam novel Eommareul Butakhae, 74, 18% diantaranya diterjemahkan dalam bentuk pasif, yakni 7, 85% dalam bentuk pasif formal (formal passive), dan 66, 33% dalam bentuk pasif semantis (semantic passive).
Sementara sisa 25, 82% dari klausa pasif diterjemahkan dalam bentuk lain atau bebas.
Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan ketiga penelitian tersebut di atas. Penelitian kali ini memiliki fokus berupa kalimat pasif BK dalam novel SKC karya Lim Se Hyuk, dan bentuk penerjemahan kalimat pasif derivatif BK ke dalam BI.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini berupa data bahasa tulis atau tekstual. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni kalimat pasif BK dalam novel SKC karya Lim Se Hyuk dan terjemahan kalimat pasif derivatif BK dalam novel AMSC oleh Dimitri.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode studi literatur dan dilengkapi dengan wawancara penerjemah. Tahapan dimulai dengan pengumpulan serta penjaringan
data. Data diperoleh dari objek material berupa novel SKC dan terjemahannya (novel AMSC). Data yang dianalisis berupa kalimat-kalimat yang mempunyai predikat bentuk pasif BK, serta terjemahan BI kalimat pasif derivatif BK dalam novel AMSC.
Data kalimat pasif BK yang telah didapat kemudian diklasifikasikan sesuai jenisnya. Klasifikasi dilakukan untuk mempermudah dalam pemahaman tentang kalimat pasif BK dan analisis lanjutan. Langkah berikutnya adalah analisis dengan fokus pada kalimat pasif derivatif BK (dalam novel SKC) beserta padanannya.
Selanjutnya melakukan perbandingan satu per satu kalimat pasif derivatif BK dengan terjemahannya untuk menentukan bentuk penerjemahan predikat pasifnya.
Untuk mempermudah dalam penarikan kesimpulan dilakukan wawancara terhadap penerjemahnya, yakni Dimitri Dairi.
1.7 Sistematika Penyajian
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II merupakan landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu teori sintaksis tentang kalimat, kalimat pasif dalam BK dan BI, serta pengertian penerjemahan secara umum. Bab III berisi uraian hasil analisis, yakni klasifikasi kalimat pasif bahasa Korea dalam novel SKC. Bab IV berisi tentang penerjemahan kalimat pasif derivatif BK dalam novel AMSC. Bab V merupakan bab penutup yang berisi tentang simpulan penelitian.