• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Internal

2.1.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Laporan COSO (Boynton,2006:373), sistem pengendalian internal adalah seluruh proses yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan perusahaan baik dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan perusahaan dalam hal-hal berikut: keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

Pengertian pengendalian internal dapat dilihat dari arti sempit dan arti luas.

Arti sempit merupakan arti dari pengendalian internal yang mula-mula dikenal sebagai internal check, yaitu pengecekan penjumlahan baik penjumlahan mendatar (cross footing) maupun penjumlahan penurunan (footing) yang dilakukan dua orang atau lebih yang bekerja secara independen dengan tujuan untuk memperoleh kebenaran angka. Dalam arti luas, pengendalian internal tidak hanya meliputi pengecekan penjumlahan, tetapi meliputi semua alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.

Pengendalian internal merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja.

Disamping itu, sistem pengendalian internal dapat mengendalikan ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi.

Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of Treadway Commission, berupa Internal Control Integrated Framework (2013) yang mendefinisikan pengendalian internal sebagai :

a. Internal Control : a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives objective in the following categories:

b. Effectiveness and efficiency of operations c. Reliability of financial reporting

d. Complience with external laws and regulations

(2)

2.1.2 Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan pengendalian internal (control objectives) dalam setiap kategori tidak mungkin melepaskan diri dari kelima komponen pendukung. Tujuan pengendalian COSO berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasi yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan bermaksud untuk mengaitkan dengan misi dasar entitas.

Tujuan pengendalian menurut Standard 300 tercakup dalam COSO yang dikutip oleh Tunggal (2013 : 4) adalah sebagai berikut :

1. Keandalan dan integritas informasi

Komponen pengendalian “Informasi dan Komunikasi” secara utuh menjelaskan dan mencakup tujuan tersebut.

2. Ketaatan dengan kebijakan, rencana dan prosedur organisasi

Komponen pengendalian “aktivitas pengendalian” menunjukkan bahwa penetapan dan ketaatan yang diperkuat terhadap kebijakan dan prosedur perlu untuk mempertahankan organisasi dalam alur terhadap pencapaian tujuan.

3. Mengamankan harta

Pemakaian sumber daya yang ekonomis dan efisien serta pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Ketiga tujuan tersebut secara langsung dinyatakan dalam halaman pertama Executive Summary COSO : “Kategori pertama (efektivitas dan efisiensi operasi) menyatakan tujuan utama dari entitas, termasuk kinerja dan tujuan kemampulabaan dan pengamanan sumber daya.”

2.1.3 Komponen Pengendalian Internal

Pengendalian internal mencakup lima komponen dasar kebijakan prosedur yang dirancang manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu perusahaan dapat dipenuhi. Tunggal (2013:6) mengemukakan bahwa:

”Pengendalian intern suatu entitas terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) 2. Penaksiran Resiko (Risk Assesment)

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

4. Pemrosesan Informasi dan Komunikasi (Information Processing and Communication)

5. Pemantauan (Monitoring)

(3)

Kelima komponen pengendalian semuanya harus ada dan berfungsi untuk menyimpulkan bahwa pengendalian intern efektif dalam setiap kategori tujuan.

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan sikap manajemen puncak, direksi dan pemilih suatu entitas tentang pengendalian internal dan pentingnya bagi entitas. Lingkungan pengendalian membentuk fondasi untuk keempat komponen pengendalian yang lain. Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari lingkungan pengendalian akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat kekuatan dari sisi empat komponen pengendalian intern yang lain.

Terdapat tujuh factor lingkungan pengendalian, yaitu:

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia d) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab e) Filosofi manajemen dan gaya operasi

f) Dewan direksi dan partisipasi komite audit g) Struktur organisasi

2. Penaksiran resiko (Risk Assessment)

Penaksiran risiko suatu entitas untuk pelaporan keuangan merupakan identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Proses penaksiran resiko harus mempertimbangkan kejadian dan keadaan ekstern dan intern yang mungkin timbul dan secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan diambil untuk menghadapi risiko- risiko yang tersangkut dalam mencapai tujuan entitas.

Aktivitas pengendalian yang relevan terhadap audit mencakup :

(4)

1. Penelahaan kinerja (Performance appraisal) 2. Pengolahan informasi (Information processing) 3. Pengendalian fisik (Physical controls)

4. Pemisahan fungsi (Segregation of duties)

1. Penelahaan Kinerja

Sistem akuntansi yang baik harus mempunyai pengendalian yang secara independen memeriksa kineja individual atau proses dalam sistem. Beberapa contoh mencakup membandingkan kinerja actual dengan anggaran, forecast dan kinerja periode sebelumnya; menyelidiki hubungan data operasi dan keuangan yang diikuti analisis, investigasi perbedaan yang tidak diharapkan dan tindakan korektif; dan menelaah kinerja fungsional atau aktivitas.

2. Pengolahan Informasi

Terdapat dua kategori luas dari aktivitas pengendalian sistem informasi, yaitu : 1. Pengendalian umum (general controls) dan

2. Pengendalian aplikasi (application controls)

Pengendalian umum berkaitan dengan lingkungan pengolahan informasi secara keseluruhan dan meliputi pengendalian terhadap operasi pusat data, akuisisi dan pemeliharaan perangkat lunak sistem, access security, pengembangan dan pemeliharaan pengembangan sistem. Pengendalian aplikasi berlaku pada pengolahan aplikasi individual dan membantu untuk meyakinkan kelengkapan dan akurasi pengolahan transaksi, otorisasi dan validitas. Dua contohnya adalah :

1. Entitas harus mempunyai pengendalian yang memastikan bahwa setiap transaksi yang terjadi dalam sistem akuntansi entitas secara tepat diotorisasi, dan

2. Entitas harus mendisain dokumen dan catatan agar semua informasi yang relevan tercakup dalam sistem akuntansi.

3. Pengendalian fisik

Pengendalian ini mencakup pengamanan fisik aktiva. Pengendalian fisik meliputi pengamanan yang memadai, seperti fasilitas yang diamankan, otorisasi untuk akses ke program computer dan arsip data dan penghitungan aktiva berkala, seperti persediaan dan perbandingan dengan catatan pengendalian.

4. Pemisahan fungsi

(5)

Adalah penting bagi suatu entitas untuk memisahkan otoritas transaksi, pencatatan transaksi dan penyimpanan aktiva yang berkaitan. Kinerja independen dari setiap fungsi tersebut mengurangi kesempatan bagi setiap orang dalam posisi baik melakukan dan menyembunyi kesalahan atau kecurangan dalam tugas normalnya.

Dua contoh membantu menunjukkan pentingnya pemisahan kewajiban yang baik.

Pertama, apabila seorang karyawan dapat mengotorisasi atau menyetujui penjualan surat berharga dan mempunyai akses terhadap sertifikat saham, aktiva tersebut dapat disalahgunakan. Kedua, apabila seorang karyawan menerima pembayaran dari pelanggan dan mempunyai akses buku pembantu piutang usaha, maka karyawan tersebut mungkin menyalahgunakan kas dan menutup kekurangan dalam catatan akuntansi.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Sistem informasi yang relevan terhadap tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metoda dan catatan yang ditetapkan untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi suatu entitas dan mempertahankan akuntabilitas untuk aktiva dan utang yang berkaitan. Suatu sistem akuntansi yang efektif memberikan pertimbangan yang tepat untuk menetapkan metoda dan catatan yang akan :

1. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang abash.

2. Menguraikan dengan tepat waktu transaksi-transaksi dalam detil yang memadai untuk memungkinkan klasifikasi transaksi yang tepat untu pelaporan keuangan.

3. Mengukur nilai transaksi dalam suatu keadaan yang memungkinkan pencatatan nilai moneter transaksi tersebut secara tepat dalam laporan keuangan.

4. Menentukan periode waktu transaksi tersebut terjadi untuk memungkinkan pencatatan transaksi dalam periode akuntansi yang tepat.

5. Secara tepat menyajikan transaksi dan pengungkapan yang berkaitan dalam laporan keuangan.

Komunikasi mencakup memberikan pemahaman peranan individual dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian intern atas pelaporan keuangan.

(6)

Komunikasi meliputi sejauh mana personil memahami bagaimana aktivitas mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan degan pekerjaan dari yang lain.

Manual kebijakan, manual akuntansi pelaporan, dan memorandum mengkounikasikan kebijakan dan prosedur kepada personil entitas. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan atau melalui tindakan manajemen.

5. Pemantauan (Monitoring)

Untuk memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu entitas dapat tercapai, manajemen harus memonitor pengendalian intern untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi seperti yang diinginkn dan pengendalian intern dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi.

Monitoring merupakan suatu proses yang menilai mutu pengendalian intern sepanjang waktu. Monitoring mencakup personil yang tepat untuk menilai desain dan operasi pengendalian dengan dasar yang tepat waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Monitoring dapat dilakukan atas aktivitas yang sedang berjalan atau evaluasi terpisah.

(7)

2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Boynton (2006:375-376), beberapa keterbatasan dalam pengendalian internal antara lain adalah:

a. Kesalahan dalam pertimbangan

Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.

b. Kemacetan

Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi pada terjadinya kemacetan.

c. Kolusi

Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal. Misalnya: kolusi antara tiga karyawan mulai dari departemen personel, manufaktur, dan bagian pendapatan &

penerimaan kas untuk membuat pembayaran kepada penjualan yang bersifat fiktif, atau skedul pembayaran kembali antara seorang karyawan dalam departemen pembelian dan pemasok atau antar seorang karyawan di departemen penjualan dengan pelanggan.

d. Penolakan manajemen

Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan. Misalnya: menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau

ketidaktaatan terhadap hukum dan peraturan. Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan

(8)

lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.

e. Biaya versus manfaat

Biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh.Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.

Menurut Tunggal (2013:26) keterbatasan pengendalian intern dapat disebabkan antara lain :

1. Manajemen mengesampingkan pengendalian intern

Pengendalian suatu entitas mungkin dikesampingkan oleh manajemen.

Sebagai contoh, seorang manajer tingkat senior dapat meminta karyawan tingkat yang lebih rendah untuk mencatat ayat-ayat jurnal dalam catatan akuntansi yang tidak konsisten dengan substansi transaksi dan melanggar pengendalian entitas.

Karyawan tingkat yang lebih rendah tersebut dapat mencatat transaksi, meskipun ia mengetahui bahwa hal tersebut melanggar pengendalian entitaas, dengan tanpa ketakutan kehilangan pekerjaannya.Auditor khususnya harus member perhatian apabila manajemen senior terlibat dalam aktivitas-aktivitas seperti ini karena aktivitas tersebut menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas manajemen.

Namun, pelanggaran prosedur pengendalian oleh manajemen senior mungkin sulit ditemukan dengan prosedur audit normal.

2. Kesalahan yang tidak disengaja oleh personil

Sistem pengendalian intern hanya efektif apabila personil yang menerapkan dan melaksanakan pengendalian juga efektif. Sebagai contoh, karyawan mungkin salah memahami instruksi atau membuat kesalahan pertimbangan. Karyawan juga mungkin melakukan kesalahan karena ketidaktelitian pribadi, kebingungan atau kelahan. Auditor harus berhati-hati mempertimbangkan mutu dari personil entitas ketika menilai pengendalian intern.

3. Kolusi

Efektivitas pemisahan fungsi terletak pada pelaksanaan individual sendiri atas tugas-tugas yang diberikan kepada mereka atau pelaksanaan pekerjaan seseorang diperiksa oleh orang lain. Sering terdapat suatu risiko bahwa kolusi antara

(9)

individual akan merusak efektivitas pemisahan fungsi. Contohnya, seorang karyawan yang menerima kas dari pelanggan berkolusi dengan karyawan lain yang mencatat penerimaan dalam catatan pelanggan agar mencuri kas dari entitas.

2.2 Siklus Pendapatan

Menurut Boynton (2006:04), siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki pendapatan yang berbeda.

2.2.1 Pengertian Pendapatan

Menurut godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, dan Holmes (2011 : 292),

“Pendapatan adalah kunci elemen akuntansi dan mendasar untuk melaporkan kegiatan perusahaan, sehingga sangat penting untuk diartikan. Pendapatan harus dilakukan dengan meningkatkan gross dalam nilai aset dan modal, dan bahwa kenaikan pada akhirnya berkaitan dengan uang tunai. Untuk pengoperasian bisnis, arus kas dibuat secara dominan oleh produksi dan penjualan output dari entitas.”

Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2012: 54), merupakan peningkatan atas modal pemilik perusahaan sebagai hasil dari penjualan atas barang dan jasa kepada pelanggan.

Menurut Gibson (2011 : 47), “Pendapatan berasal dar i barang atau jasa yang dijual ke pelanggan. Perusahaan memperoleh pendapatan dari penjualan produk utamanya, dan penjualan biasanya dtampilkan bersih dari diskon, retur, serta tunjangan.

Menurut Kieso, Weygant, dan Warfield (2011 : 954), “Pendapatan adalah suatu hal yang diperoleh dari operasi biasa dan disebut dengan berbagai nama seperti penjualan, biaya, sewa, bunga, royalti, dan pendapatan jasa. Keuntungan, di sisi lain, mungkin atau mungkin tidak akan timbul dalam kegiatan usaha normal. Pendapatan khas adalah keuntungan atas penjualan aset tidak lancar atau keuntungan yang belum direalisasi berhubungan dengan investasi atau aset tidak lancar. Prinsip pengakuan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat

(10)

ekonomi akan mengalir ke perusahaan dan manfaat sehingga dapat diukur dengan handal.”

Empat transaksi pendapatan dapat diakui sesuai dengan prinsip berikut ini :

1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk pada tanggal penjualan. Tanggal ini biasanya ditafsirkan dengan tanggal pengiriman ke pelanggan.

2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, pada saat jasa telah dilakukan dan dapat ditagih.

3. Perusahaan mengakui pendapatan dari memungkinkan orang lain untuk menggunakan aset interprise, seperti bunga, sewa, dan royalti,

seiring berjalannya waktu atau sebagai aset yang digunakan

4. Perusahaan mengakui pendapatan dari membuang aset selain produk pada tanggal penjualan.

Jadi dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan suatu hasil kegiatan transaksi berjalan dari sebuah kegiatan jual beli dalam perusahaan, dimana biaya yang dikeluarkan setara dengan pendapatan bahkan dapat melewati modal usaha yang sudah dikeluarkan dengan memberikan pengakuan sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan.

2.2.2 Pengakuan Pendapatan

Pengakuan adalah proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur kriteria pengakuan yang sesuai dengan Standar Akuntansi dalam Laporan Neraca dan Laba Rugi yaitu (Harahap,2011:96) :

1. Ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau atau kedalam perusahaan

2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Menurut Pawan dalam Jurnal EMBA (2013:351),

selama ini ada dua dasar pengakuan dari pendapatan pendapatan, yaitu : 1. Accrual Basis Dasar aktual ini mengakui pendapatannya pada saat periode terjadinya transaksi pendapatan. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian walaupun kas belum diterima.

2. Cash Basis Dasar tunai ini mengakui apabila pendapatan yang hanya

(11)

diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Dan penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima.

2.2.3 Definisi Penjualan

Menurut Sulistiyowati (2010:270) penjualan adalah :

“Pendapatan yang berasal dari penjualan produk perusahaan, disajikan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.”

Menurut Sugiono, Soenarno dan Kusumawati (2010:133) :

“ Penjualan bersih merupakan selisih antara penjualan baik yang dilakukan secara tunai maupun kredit dengan retur penjualan dan potongan penjualan.”

2.2.3.1 Penjualan Tunai

Tahapan Siklus Penjualan, Menurut Mulyadi (2010:471) unsur pokok pengendalian intern sistem akuntansi penjualan tunai adalah sebagai berikut:

a. Organisasi

Dalam merancang organisasi yang berkaitan dengan sistem akuntansi penjualan tunai, unsur pokok pengendalian intern dijabarkan sebagai berikut:

1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.

2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

b. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai.

2) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit

4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.

5) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.

(12)

c. Praktik yang sehat

1) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.

2) Jumlah kas diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.

Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa internal.

2.2.3.2 Penjualan Kredit

Menurut Puspitawati, L, dan Anggadini, S.D (2011:165), Penjualan Kredit adalah aktivitas penjualan yang menimbulkan tagihan/klaim/piutang kepada pelanggan sehingga penjual tidak menerima uang tunai pada saat barang diserahkan kepada pelanggan. Pembayarannya bisa diterima melalui dua tahap atau lebih.

2.2.4 Pengertian piutang usaha

Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas.

Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2013: 368):

“Accounts receivable are amounts customers owe on account. They result from the sale of goods and services. Companies generally expect to collect accounts receivable within 30 to 60 days. They are usually the most significant type of claim held by a company.”

2.2.5 Klasifikasi Piutang

Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain. Namun, secara garis besar pengelompokkan piutang berdasarkan Warren, Reeve, dan Fess (2008:318) adalah sebagai berikut :

1) Piutang usaha (accounts receivable)

Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang dikelompokkan sebagai aset lancar.

2) Wesel tagih (notes receivable)

Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam

(13)

jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan.

3) Piutang lain-lain (other receivables)

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila tertagih dalam waktu satu tahun maka dikasifikasikan sebagai aset lancar, jika penagihannya lebih dari satu tahun maka diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan.

2.2.6 Definisi Penerimaan Kas

Penerimaan kas adalah sebuah proses mendapatkan atau menerima kas dari pihak eksternal maupun internal perusahaan, yang menambah saldo kas perusahaan dalam bentuk tunai ataupun cek /giro.

Romney dan Steinbart (2012 : 373) menyebutkan bahwa aktivitas terakhir dalam siklus pendapatan berkaitan dengan penerimaan kas. Fungsi kasir akan melaporkan penerimaan, menangani remittance pelanggan, dan menyetorkan uang ke bank.

2.2.7 Sistem Pengendalian Internal Penerimaan kas

Prosedur yang membentuk sistem informasi akuntansi penerimaan kas menurut Bodnar dan Hopwood (2006:316-320) adalah sebagai berikut:

a. Mailroom

Pembayaran pelanggan akan diterima dalam mailroom. Surat akan dibuka dan cek serta bukti pembayaran akan dipisahkan. Cek disahkan dan dijumlahkan secara hati- hati. Daftar pembayaran yang berisi pembayaran yang diterima, disiapkan. Daftar pembayaran merupakan saldo dari jumlah cek secara keseluruhan yang diterima, dan perjanjian dari jumlah tersebut yang telah disetujui. Tembusan daftar pembayaran dan bukti pembayaran diberikaan ke bagian piutang dagang. Cek dan control diberikan ke penerimaan kas sebagai deposit. Tembusan daftar pembayaran dan kontrol total disimpan urut tanggal.

b. Penerimaan kas

Cek diterima dari mailroom bersama dengan penerimaan kas dari tunai (jika ada) dan slip setoran disiapkan. Daftar pembayaran dan kontrol total diterima dari mailroom dicocokkan dengan slip setoran perjanjian tentang jumlah yang telah

(14)

disetujui. Daftar pembayaran kemudian digunakan untuk memposting jumlah pembayaran yang diterima dari mailroom ke jurnal penerimaan kas. Jurnal disiapkan dan dilanjutkan ke buku besar. Daftar pembayaran, kontrol total, dan tembusan slip disimpan urut tanggal. Deposit dilanjutkan seluruhnya ke bank.

c. Piutang dagang

Piutang dagang diposting ke rekening piutang dagang yang diposting ke buku besar adalah totalnya. Kontrol total dicocokkan dengan daftar pembayaran. Perjanjian untuk jumlah ini disetujui. Piutang dagang diurutkan dan disimpan urut pelanggan.

Daftar pelanggan dan tembusan kontrol total yang diposting disimpan urut tanggal.

Tembusan kontrol total dilanjutkan ke buku besar d.Buku besar

Jurnal dari penerimaan kas dan kontrol total diterima dari rekening-rekening dagang untuk dibandingkan. Jumlahnya kemudian diposting ke buku besar. Sumber posting ke buku besar adalah jurnal dari kasir sejumlah pembayaran yang diterima untuk didepositkan. Jumlah ini harus direkonsiliasikan dengan total item yang diposting ke buku besar piutang dagang. Jurnal dan kontrol total disimpan urut tanggal.

e. Bank

Bank menerima setoran dan melakukan validasi tembusan slip setoran. Tembusan slip setoran yang telah divalidasi dikembalikan ke audit internal. Slip setoran yang telah divalidasi disimpan urut tanggal.

f. Audit internal

Audit internal menerima laporan bank secara periodic. Rekonsiliasi bank secara independen merupakan pengendalian yang penting dalam proses bisnis penerimaan kas.

2.3 Prosedur-Prosedur dalam Siklus Pendapatan

Menurut Romney dan Steinbart (2012 : 357), prosedur atau kegiatan kerja dalam siklus pendapatan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sales order entry (Proses Penerimaan Pesanan)

Menurut Romney dan Steinbart (2012 : 358), kegiatan siklus pendapatan suatu perusahaan dimulai dari penerimaan pesanan pelanggannya. Proses penerimaan pesanan pelanggan sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu:

a. Taking customers order

(15)

Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi sejumlah informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga, dan keterangan penjualan lainnya.

b. Credit approval

Bagi penjualan secara kredit, batasan kredit harus disetujui terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut. Bagi pelanggan yang sudah lama, perusahaan melihat sejarah pembayaran kreditnya untuk kemudian dapat diberikan atau dinaikan batasan kreditnya.

c. Checking inventory availability

Langkah ketiga adalah pengecekan ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan sehingga kemudian perusahaan menginformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman.

2. Shipping

Proses pengiriman barang ini, dibagi menjadi dua tahap, yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Picking and packing the order

Fungsi gudang menggunakan picking ticket untuk mengindentifikasi produk yang akan dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikeluarkan dari gudang dihitung dan dicatat pada picking ticket kemudian akan diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirimkan.

b. Shipping the order

Fungsi pengiriman membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yang ada pada picking ticket dan sales order. Fungsi ini membawa surat muat (bill of lading) yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan tanggung jawab kepada barang yang dikirimkan.

3. Billing

Billing customer terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu : a. Invoicing

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai kegiatan pengiriman, dokumen yang digunakan adalah sales invoice, yang menegaskan pada pelanggan jumlah yang harus dibayar dan kemana pelanggan harus mengirimkan pembayaran.

b. Mantain accounts recievable

(16)

Fungsi piutang ini dibagi dalam 2 (dua) tugas utama diantaranya yaitu menggunakan informasi dalam invoice untuk mendebit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima.

1. Open invoice method

Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing- masing invoice.

Biasanya 2 (dua) rangkap invoice yang akan dikirimkan ke pelanggan dimana 1 (satu) rangkap akan dikembalikan jika melakukan pembayaran. Copy ini disebut remittance advice.

2. Balance forward method

Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada laporan bulanan, dibandingkan menurut invoice satuan. Laporan bulanan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta menginformasikan pada pelanggan jumlah saldo piutang terakhir.

4. Cash Collection (Proses Penerimaan Kas)

Kegiatan setelah proses penagihan adalah proses penerimaan kas. Kegiatan ini merupakan aktivitas siklus pendapatan terakhir. Kegiatan yang berkaitan dengan proses ini dapat dijelaskan sebagai berikut: fungsi kasir akan melaporkan penerimaan kas, menangani remittance pelanggan dan menyetorkan uang yang diterimanya ke bank.

2.4 Risiko Siklus Pendapatan

Faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan menurut syamsidiq (2011), adalah :

1. Volume transaksi yang tinggi

2. Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu, dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan.

3. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancar dan piutang tidak lancar karena ada kesulitan dalam memperkiraklan waktu pelunasan.

4. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati).

5. Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi korupsi.

2.5 COSO Framework

Teori dasar yang digunakan dan menjadi standar mendasar pengamatan adalah

(17)

Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan pelaporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi insiden. COSO telah mendirikan sebuah definisi umum dari kontrol internal, standar dan kriteria terhadap perusahaan dan organisasi bisa menilai sistem kontrol mereka.

COSO didirikan pada tahun 1985 dan disponsori bersama oleh lima asosiasi profesional utama yang berkantor pusat di Amerika Serikat : American Accounting Association ( AAA ) , American Institute Akuntan Publik ( AICPA ) , Financial Executives International ( FEI ) , The Institute of Internal Auditors ( IIA ) , dan Asosiasi Nasional Akuntan ( sekarang Institut Akuntan Manajemen [ IMA ] ) .

Sepenuhnya independen dari masing-masing organisasi yang mensponsori , Komisi termasuk perwakilan dari industri , akuntan publik , perusahaan investasi , dan Bursa Efek New York. Menurut kerangka COSO, pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait. Komponen-komponen ini memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menggambarkan dan menganalisis sistem pengendalian intern diimplementasikan dalam sebuah organisasi.

2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu 1. Mohamed Rizky Alhaddad (2013).

Penelitian skripsi yang dilakukan Mohamed Rizky Alhaddad berjudul “Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pendapatan Pada PT. Valindo Global”, mengevaluasi sistem pengendalian internal pendapatan pada PT. Valindo Global. Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan ialah pelaksanaan kegiatan pengendalian internal di PT. Valindo Global secara keseluruhan sudah berjalan cukup efektif dan telah sesuai dengan COSO. Meskipun begitu masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu pengendalian internal pada siklus pendapatan khususnya penjualan kredit pada PT. Valindo Global masih kurang memadai.

2. Felicia Astried Widjaja (2013)

Penelitian skripsi yang dilakukan Felicia Astried Widjaja berjudul pengendalian internal atas siklus pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur apakah sistem pengendalian internal pada pengelolaan keuangan, operasi dan penerimaan kas dilaksanaan dengan baik atau tidak. Adapun penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Perusahaan yang diteliti adalah PT Pola Paperindo Jayatama. Metode

(18)

pengumpulan data yang digunakan penulis adalah langsung, berupa studi literatur, observasi, wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian internal terhadap aktivitas pendapatan telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan pelaksanaan pengendalian internal yang efektif sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Qaisar Abbas and Javid Iqbal (2012),

Internal Control System: Analyzing Theoretical Perspective and Practices”

“Effectiveness of the internal control can be achieved through ongoing monitoring at each level of out. Furthermore, monitoring of the major risks should be the part of the daily activities of the all organizations along with the periodic evaluations.

In conclusion, top management must provide a control culture, regularly assessing the associated risks, requiring the implementation of effective and efficient control activities with segregation of duties of its employees, reliable information at all level to align with the short and long term objectives of the organizations.”,

yang dapat diartikan bahwa efektivitas internal kontrol dapat dicapai melalui pemantauan pada setiap tingkat. Selain itu, pemantauan utama risiko harus menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari dari semuaorganisasi bersama dengan evaluasi berkala. Di kesimpulannya, manajemen puncak harus memberikan kontrol budaya, secara teratur menilai risiko yang terkait, membutuhkan pelaksanaan pengendalian yang efektif dan efisien kegiatan dengan pemisahan tugas karyawan, informasi yang dapat dipercaya di semua tingkatan untuk menyelaraskan dengan singkat dan tujuan jangka panjang dari organisasi.

4. Linvia Frazer (2012)

The Effect Of Internal Control On The Operating Activities Of Small Restaurant

“The implication of this research is that restaurants managers who have negative perceptions of internal controls systems may not consider the usefulness of internal control systems and its relationship to cost, profitability, and survivability. In contrast, restaurant managers who have positive perceptions of internal control systems may increase profit margin, lower costs, and increase the return on investment.”

Yang dapat diartikan bahwa, manajer restoran yang memiliki persepsi negatif dari sistem pengendalian internal mungkin tidak mempertimbangkan kegunaan sistem pengendalian internal dan hubungannya dengan biaya, profitabilitas, dan bertahan hidup. Sebaliknya, manajer restoran yang memiliki persepsi positif dari sistem pengendalian internal dapat meningkatkan margin keuntungan, biaya yang lebih rendah, dan meningkatkan laba atas investasi.

5. Monica Audrey Jaya Suwana (2013)

Analysis of Internal Control System in revenue Cycle ( A case study in Sahid Montana Dua Hotel)

(19)

There are some problems found because of the double duties in some positions that can lead to lack of control, the existing organizational structure has to be revised because it doesnt describe the real condition. Some improvements have to be made in the aspect of reporting procedures, organization structure and monitoring, so that the hotel internal control system can be more effective.

Yang dapat diartikan bahwa, Ada beberapa masalah yang ditemukan karena tugas ganda di beberapa posisi yang dapat menyebabkan kurangnya pengendalian, struktur organisasi yang ada harus direvisi karena tidak menggambarkan kondisi nyata.

Beberapa perbaikan harus dilakukan dalam aspek prosedur pelaporan, struktur organisasi dan pemantauan, sehingga sistem pengendalian intern Hotel dapat lebih efektif.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah “apakah terdapat perbedaan persepsi antara karyawan bank swasta dengan karyawan bank

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2015 TANGGAL : 27 Februari 2015 KEPALA UPTD PETUGAS PELAKSANA INSTRUKTUR PELATIHAN TATA NIAGA

Kendatipun para kontributor artikel ini menyatakan diri tidak mewakili pandangan NU secara organisasional, namun sebagai pandangan personal, baik sebagai kalangan NU maupun dari

 Berdasarkan berbagai pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa organisasi sosial adalah perkumpulan sosial berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang

Oleh karenanya, dalam jurnal tersebut membahas tentang konsep kepemimpinan spiritual dalam lembaga pendidikan Islam perspektif Maqashid Syariah dari segi

Artikel ini menyajikan informasi mengenai pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan jalan terowongan di Jalan Raya Pasar Minggu terhadap tingkat pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: (1) Dalam

Latar belakang karya sastra meliputi semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, yang meliputi: geografi, sejarah, tipografi, iklim, mitologi, legenda,