• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PTPN IV UNIT BAH JAMBI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PTPN IV UNIT BAH JAMBI SKRIPSI"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PTPN IV

UNIT BAH JAMBI

SKRIPSI

Oleh

FERNANDO TRI PUTRA MARPAUNG NIM. 151000488

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Universitas Sumatera Utara

(2)

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN PRODUKSI KELAPA SAWIT DI PTPN IV

UNIT BAH JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

FERNANDO TRI PUTRA MARPAUNG NIM. 151000488

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

Universitas Sumatera Utara

(3)

i Universitas Sumatera Utara

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 28 Januari 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Kalsum, M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.

2. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.

Universitas Sumatera Utara

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko pada Bagian Produksi Kelapa Sawit di PTPN IV Unit Bah Jambi” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2020

Fernando Tri Putra Marpaung

Universitas Sumatera Utara

(6)

iv Abstrak

Pada saat ini kemungkinan terjadi risiko dalam setiap aspek kehiudpan manusia bisa terjadi kapan saja, hal ini dapat menyebabkan gangguan ketentraman dalam keberlangsungan hidup setiap manusia. Risiko merupakan probability dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. pabrik kelapa sawit memiliki bagian produksi yang mengandung banyak kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan. Dilakukan penelitian untuk menganalisis manajemen risiko yang terjadi pada bagian produksi di PTPN IV Unit Bah Jambi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan 11 informan yang akan diwawancarai secara terbuka di PTPN IV Unit Bah Jambi – Siantar. Hasil penilitian menunjukan bahawa indetifikasi risiko termasuk yang low risk ajakan tetapi dalam penilaian termasuk moderate risk pada stasiun loading ramp dan stylizer. Disarankan agar petugas ahli K3 dan mandor lebih ketat dalam mengawasi pekerja dalam penggunaan APD serta memberikan kembali penyuluhan kepada para pekerja dan para pekerja lebih meningkatkan kesadaran diri dalam keselamatan dan kesehatan kerja, dan Manajer lebih bekerja sama dalam menjaga dan menerapkan sistem manajemen K3, agar pekerja dapat bekerja dengan selamat dan sehat.

Kata kunci : APD, manajemen, PTPN, risiko

Universitas Sumatera Utara

(7)

v Abstract

At this time the possibility of a risk in every aspect of human life can occur at any time, this can cause a disturbance of peace in the survival of every human being.

Risk is a probality and consequences of a dangerous event and the likelihood of it occurring. In palm oil mills, there are parts of production that contain many possible risks of accidents. Research is conducted to analyze the risk management that occurs in the production section of PTPN IV Jambi bah unit. The research method used is qualitative with 11 informants who will be interviewed openly in PTPN IV Bah Jambi Unit - Siantar. The results of the study indicate that risk identification is included in the low risk study, but the assessment includes Moderate risk in the loading ramp and stylizer stations. It is recommended that OHS expert officers and foremen be more stringent in supervising workers in the use of APD as well as giving back counseling to workers and workers more to increase self-awareness in occupational safety and health, and Managers work more closely in maintaining and implementing a K3 management system, so that workers can work safely and healthily.

Keywords : APD, management, PTPN, risk

Universitas Sumatera Utara

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Risiko pada Bagian Produksi Kelapa Sawit di PTPN IV Unit Bah Jambi” ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga penulis khususnya kepada kedua orang tua penulis yang paling penulis sayangi (Tasman Marpaung dan Darsida Br. Tarigan) yang dengan penuh kesabaran dalam membesarkan, membimbing, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikkan dan penulisan skripsi ini.

Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

(9)

vii

4. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis selama masa pengerjaan skripsi ini.

5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Syarifah M.S., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang membantu dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepala PTPN IV Unit Bah Jambi, serta Tim Manajemen Risko PTPN IV Unit Bah Jambi yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Terkhusus untuk saudara penulis (Fredy Valentino Marpaung, Frans Marudut Marpaung, dan Adelina Putri Marpaung) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Teruntuk sahabat-sahabat yang sudah penulis anggap sebagai keluarga sendiri di Medan (Raja Alkos S. Munthe, Abram Morison Simbolon, Dimas Wahyu Pradana, M. Afif Hanafia, Arya Dwifa Al-fitra, Deyo Alfa Cristian, M. Syaputra Daulay, Arief Akbar, dan Murri Surbakti) dan semua sahabat yang tidak dapat saya sebutkan semuanya yang sanagat membantu dalam rangkaian pembuatan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

(10)

viii

11. Teman-teman seperjuangan skripsi (Evi Mariana Pasaribu, Anniver Samosir, Ade, dan teman-teman Peminatan Departemen K3) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian skripsi.

12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna serta masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, Januari 2020

Fernando Tri Putra Marpaung

Universitas Sumatera Utara

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Manajemen Risiko 8

Definisi manajemen risiko 8

Proses manajemen risiko 9

Kecelakaan Kerja 12

Pengertian kecelakaan kerja 12

Penyebab kecelakaan kerja 14

Kerugian dalam kecelakaan kerja 15

Kerugian karena kecelakaan 16

Bahaya 18

Pengertian bahaya 18

Jenis-jenis bahaya 19

Risiko 21

Pengertian risiko 21

Jenis-jenis risiko 22

Penilaian risiko 24

Pengendalian risiko 25

Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) 27

Hazard identification 27

Risk assessment 28

Risk control 28

Universitas Sumatera Utara

(12)

x

Ranking metode HIRARC 29

Landasan Teori 30

Kerangka Berpikir 31

Metode Penelitian 32

Jenis Penelitian 32

Lokasi dan Waktu Penelitian 32

Subjek Penelitian 32

Definisi Konsep 33

Metode Pengumpulan Data 33

Metode Analisis Data 33

Hasil Penelitian dan Pembahasan 34

Deskripsi Lokasi Penelitian 34

Gambaran umum tempat penelitian 34

Jumlah tenaga kerja 35

Jam kerja 35

Pedoman penerapan SMK3 35

Struktur organisasi perusahaan 36

Proses produksi PTPN IV Unit Bah Jambi 37

Ruang lingkup badan usaha 44

Manajemen Risiko yang Ada di PTPN IV Unit Bah Jambi – Siantar 44

Identifikasi bahaya pada PTPN IV Unit Bah Jambi – Siantar 50

Keterbatasan Penelitian 52

Kesimpulan dan Saran 53

Kesimpulan 53

Saran 54

Daftar Pustaka 55

Lampiran 57

Universitas Sumatera Utara

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Rangking Metode HIRARC 29

2 Rangking Akibat HIRARC 29

3 Matriks Penilaian Risiko

30 4 Hasil Wawancara Informan

45 5 Identifikasi Bahaya pada Proses Timbangan

50 6 Identifikasi Bahaya pada Proses Loading Ramp

51 7 Identifikasi Bahaya pada Proses Timbangan

51

Universitas Sumatera Utara

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Proses manajemen risiko AS/NZS 4360 12

2 Hierarki pengendalian risiko 26

3 Kerangka berpikir

31 4 Struktur organisasi PTPN IV Bah Jambi

36

Universitas Sumatera Utara

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Instrumen Penelitan Kuesioner 57

2 Lembar Pedoman Wawancara 58

3 Lembar Penilaian Resiko 59

4 Surat Permohonan Izin Penelitian 63

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 64

6 Hasil Penilaian Resiko dari PTPN IV Unit Bah Jambi 65 7 Sertifikat Penghargaan yang Diperoleh PTPN IV Unit

Bah Jambi

67

8 Dokumentasi Penelitian 69

Universitas Sumatera Utara

(16)

xiv Daftar Istilah

APD Alat Pelindung Diri

HIRARC Hazard Indentification Risk Assessment and Risk Control K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

LK3 Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PAK Penyakit Akibat Kerja

PKS Pabrik Kelapa Sawit PTPN PT. Perkebunan Nusantara

P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

P2K3L Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

TBS Tandan Buah Segar TK Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

(17)

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Fernando Tri Putra Marpaung berumur 21 tahun, dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 08 Desember 1998. Penulis beragama Kristen, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Tasman Marpaung dan Darsida Br. Tarigan.

Pendidikan formal dimulai di TK Prabudhy PWKI Tahun 2003.

Pendidikan sekolah dasar di SD Prabudhy PWKI Tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Sinar Sentosa Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 21 Medan Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun 2015 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2020

Fernando Tri Putra Marpaung

Universitas Sumatera Utara

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Pada saat ini kemungkinan terjadi risiko dalam setiap aspek kehidupan manusia bisa terjadi kapan saja, hal ini dapat menyebabkan gangguan ketentraman dalam keberlangsungan hidup setiap manusia. Risiko merupakan kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut (International Labour Organization [ILO], 2013). Setiap risiko dapat berdampak kecil maupun berdampak besar yang masing – masing dari rsiko tersebut dapat menyebabkan kerugian.

Menurut UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, kecelakaan kerja adalah kecelakaan terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Menurut UU No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia atau harta benda.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, pada Tahun 2017 kecelakaan kerja terjadi hingga angka 123.000 kasus. Sedangkan pada Tahun 2018 hingga triwulan 1, terdapat 5.318 kasus kecelakaan kerja yang terlapor (BPJS Ketenagakerjaan, 2018). Data dari sumber lain juga menyebutkan bahwa kasus kecelakaan kerja sepanjang Tahun 2018 menyentuh angka 173.105 kasus. Angka ini terus mengalami

Universitas Sumatera Utara

(19)

2

peningkatan dari tahun ke tahun. Dari data tersebut, kemudian ada yang dinyatakan meninggal, cacat total, cacat sebagian, cacat fungsi dan dinyatakan sembuh setelah mendapatkan perawatan medis.

Manajemen risiko harus ada pada setiap industri, menejemen risiko ialah upaya dalam mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang tidak diinginkan secara terencana, komprehensif dan terstruktur dalam suatu sistem yang baik.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara sistematis dan logis dari tahapan - tahapan kegiatan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko. Tahapan tersebut diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk atau pun aset perusahaan (Soehatman, 2010).

Tujuan dilakukannya manajemen risiko bersifat kuratif atau pencegahan dengan cara minimal kan bahaya yang kemungkinan akan terjadi dan menurunkan peluang suatu kejadian yang tidak diinginkan, sehingga kejadian yang mengakibatkan kerugian bisa dikurangi. Manfaat dari manajemen risiko ialah berupa mengaplikasikan pengendalian bagi kegiatan yang mengandung bahaya, jaminan dalam menjalankan usaha dengan mengurangi risiko dan menekan biaya atau anggaran dalam upaya penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan dan dapat membuat rasa aman dalam investasi pada perusahaan tersebut oleh para pemegang saham, memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran mengenai risiko bagi setiap unsur yang ada didalam organisasi atau perusahaan dan mematuhi perundangan yang berlaku (Soehatman, 2010).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) muncul karena adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana, dan lingkungan kerja sehingga harus

Universitas Sumatera Utara

(20)

dikelola dengan baik. Adanya manajemen risiko dalam proses industri mendorong upaya keselamatan dalam mengendalikan semua risiko yang ada, sehingga keberadaan manajemen risiko tidak dapat dipisahkan dengan manajemen K3.

Berbagai sistem manajemen K3 selalu menempatkan aspek manajemen risiko dalam landasan utama penerapan K3 di lingkungan industri menurut (Nathalia, 2018).

Kegiatan dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu industri dapat menyebabkan potensi risiko kecelakaan kerja (Ramli, 2010). Jenis bahaya paling dominan pada aktivitas proses produksi adalah bahaya mekanis seperti Tersayat, terpotong, tertusuk dan lainnya, ditemukan juga 7 risiko dengan kategori risiko extreme risk. Kecelakaan kerja dengan tingkat keparahan paling tinggi disebabkan oleh mesin produksi, yang dapat menyebabkan pekerja kehilangan anggota tubuh . Selalu ada risiko kegagalan (risk of failure) pada setiap aktifitas atau proses pekerjaan. Saat kecelakaan kerja terjadi, Sekecil apapun kecelakaan kerja tersebut akan mengakibatkan efek kerugian pada pekerja . Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja (Tarwaka, 2014)

Penelitian sebelumnya dilaukan pada bagian produksi air minum dalam kemasan di PT. Tirta Investama Plant Langkat Tahun 2018 mengungkapkan bahwa ditemukan sebanyak 57 risiko diantaranya 15 risiko (26,31%) dikelompokkan ke dalam kategori risiko menengah, 27 risiko (47,36%) dikelompokkan kedalam kategori risiko tinggi dan 15 risiko (26,31%) termasuk

Universitas Sumatera Utara

(21)

4

risiko ekstreme. Hal ini menunjukan bahwa potensi risiko bahaya pada bagian produksi masih cukup tinggi sehingga menejemen resiko pada bagian produksi harus lebih diperhatikan sehingga dapat memperkecil risiko bahaya pada proses produksi (Rahmawati, 2018)

Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama kali beroperasi pada tahun 1959 yang berlokasi di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. PTPN IV Kebun Bah Jambi merupakan salah satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah yang melakukan budidaya dan pengolahan buah kelapa sawit secara kontiniu mulai dari pembibitan sampai mengahasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Inti (PK) (Selayang Pandang PTPN IV Kebun Bah Jambi, 2015). PKS Bah Jambi diketahui sudah melaksanakan manajemen risiko sehingga peneliti ingin mencari tahu apakah manajemen risiko di PKS ini sudah efektif atau tidak.

Bagian produksi pada pabrik kelapa sawit dalam menjalankan kegiatannya akan selalu berhubungan dengan mesin dan lingkungan yang selalu mengandung potensi risiko bahaya tertentu. Penggunaan teknologi yang modern juga akan memungkinkan adanya potensi bahaya yang bila tidak mendapat perhatian khusus dapat menimbulkan risiko lebih besar, seperti yang diungkapkan oleh penliti sebelumnya, bahwa bagian produksi memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Tarwaka, 2008).

Sumber bahaya dalam proses pengolahan kelapa sawit yang membahayakan keselamatan menurut proses setiap stasiun yaitu:

Universitas Sumatera Utara

(22)

1. Penimbangan buah: Supir truk pengangkut TBS dapat terjatuh saat hendak mau turun dari truk karna beberapa buah yang jatuh lalu terlindas truk sebelumnya sehingga membuat jalan di penimbangan buah menjadi lebih sedikit licin.

2. Penumpukan buah dan sortasi: Para pekerja dapat terjatuh akibat kondisi lantai kerja yang licin, tertusuk duri dan tertimpa buah saat melakukan sortasi buah.

3. Perebusan: Pekerja atau operator perebusan dapat terjatuh karena posisi tempat kerja setinggi 2,5 meter dengan kondisi lantai yang licin.

4. Pemisahan buah dari tandan buah: Pekerja pada proses ini berpotensi besar mengalami hempasan tali jika terputus dan tertimpa hosting crane saat lori yang berisi buah diangkat yang akan membahayakan keselamatan pekerja dan operator.

5. Pengadukan dan pengempaan: Pekerja dapat terjatuh dari tempat kerja yang berada pada ketinggian kurang lebih 10 meter dan kondisi lantai yang licin.

6. Pengolahan minyak sawit: Pekerja atau operator bagian proses ini berpotensi besar terkena sengatan aliran listrik.

7. Pengolahan biji dan inti: Pekerja dalam proses ini dapat terpleset akibat kondisi lantai pabrik yang licin.

8. Penanganan limbah: Pekerja pada bagian ini juga berpotensi terpleset dan terjatuh akibat kondisi lingkungan yang licin dan penuh tumpahan minyak.

Saat proses produksi diwajibkan untuk menerapkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan

Universitas Sumatera Utara

(23)

6

pengendalian. Berdasarkan survei awal yang dilakukan, pada produksi minyak kelapa sawit di PKS Bah Jambi, terdapat 8 proses produksi yaitu proses penimbangan atau sortasi, pengisian lori dan pemindahan ke rebusan, proses perebusan, proses pemisahan buah dari tandan, proses pengadukan dan pengempaan, proses pengolahan minyak kelapa sawit, proses pengolahan biji dan inti, proses penanganan limbah.

Setiap stasiun produksi di Bah Jambi memiliki SOP (Standard operating prosedur), Tanggap darurat, pelaporan dan penyelidikan kejadian, HIRA (Hazard Identification dan Risk Assesment), izin kerja, alat pelindung diri (APD), intruksi kerja. PKS Bah Jambi mampu memproduksi sawit dalam jumlah kurang lebih 405 ton /hari. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai analisis manajemen risiko pada bagian produksi kelapa sawit di PTPN IV Unit Bah Jambi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana analisis manajemen risiko pada bagian produksi kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara IV unit Bah Jambi.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis manajemen risiko pada bagian produksi kelapa sawit PT Perkebunan Nusantara IV unit Bah Jambi.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(24)

1. Mengidentifikasi bahaya pada setiap stasiun bagian produksi PKS PTPN IV Unit Bah Jambi.

2. Melakukan penilaian bahaya pada setiap stasiun bagian produksi PKS PTPN IV Unit Bah Jambi.

3. Melalukan pengendalian bahaya pada setiap stasiun bagian produksi PKS IV Unit bah Jambi.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai manajemen risiko pada bagian produksi pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Bah Jambi.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang penerapan manajemen risiko pada bagian produksi di lingkungan pabrik kelapa sawit.

3. Untuk menambah kepustakaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya mengenai manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Bah Jambi.

Universitas Sumatera Utara

(25)

8

Tinjauan Pustaka

Manajemen Risiko

Menejemen risiko sebagai alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan. Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan ketidakpastian (Ramli, 2010).

Manajemen risiko merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2011).

Menurut Ramli (2010), melalui pelaksanaan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara lain:

1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya.

2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.

3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan keamanan investasinya.

4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap perusahaan.

5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

Definisi manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan metode yang sistematis yang terdiri dari menetepkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang

Universitas Sumatera Utara

(26)

berhubungan dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.

Proses manajemen risiko. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi perusahaan. Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Menurut AS/NZS 4360 tentang Standar Manajemen Risiko langkah- langkahnya sebagai berikut:

Menentukan konteks. Manajemen risiko sangat luas dan dapat

diaplikasikan untuk berbagai keperluan dan kegiatan. Karena itu langkah pertama adalah menetapkan konteks penerapan manajemen risiko yang akan dijalankan agar proses pengelolaan risiko tidak salah arah dan tepat sasaran. Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai. Kegiatan atau keperluan Penetapan konteks ini meliputi:

Konteks startegis. Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi yang menjiwai dan menjadi landasan perusahaan. Dalam upaya mencapai visi dan misi terdapat berbagai risiko berupa peluang dan hambatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Konteks ini akan menjelaskan lebih rinci berbagai ancaman yang terkait dengan organisasi atau perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

(27)

10

Konteks manajemen risiko. Setelah mendapatkan gambaran jelas mengenai konteks strategis dan organisasional, dilanjutkan dengan merumuskan konteks yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap organisasi atau perusahaan memiliki masalah kesehatan dan keselamatan kerja berbeda sehingga risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang di hadapi juga berbeda.

Kriteria risiko. Penetapan kriteria risiko sangat penting dan menjadi

landasan dalam mengelola risiko. Kriteria risiko digambarkan dalam bentuk kombinasi antara kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya: Konteks strategis, konteks manajemen risiko dan kriteria risiko.

Identifikasi risiko. Setelah menentukan konteks manajemen risiko yang

akan dijalankan dalam perusahaan, maka langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi risiko. Identifikasi bahaya /risiko adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya /risiko yang ada di lingkungan kerja sehingga dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan karena identifikasi bahaya/risiko berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi bahaya /risiko maka sumber-sumber bahaya /risiko dapat diketahui sehinggakemungkinan kecelakaan dapat ditekan. (Ramli, 2010). Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya atau risiko yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahannya jika terjadi.

Penilaian risiko. Penilaian risiko menutut adalah upaya untuk menghitung

besarnya suatu risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau di tolak. Penilaian risiko (risk assessment) mencakup dua tahap proses yaitu menganalisa risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation).

Universitas Sumatera Utara

(28)

Kedua tahap ini sangat penting karena akan menentukan langkah strategi pengendalian risiko. Penilaian risiko atau risk assessment adalah proses evaluasi hazard untuk dapat menentukan tingkatan tindakan yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko sehingga pada tingkat yang diterima. Ketika evaluasi risiko harus dilakukan terhadap hazard seseorang harus mempertimbangkan dua hal sekaligus, likelihood dan consequences kejadian yang terjadi.

Pengendalian risiko. Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai

tersebut harus dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikanatau tidak dapat diterima.Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi pengendalian yang tepat ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek financial, praktis, manusia dan operasi lainnya. Menurut (Ramli, 2010) pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menemukan prioritas dan cara pengendaliannya. Selanjutnya, dalam menentukan pengendalian harus mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, administratif dan penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersedian biaya, biaya operasional, faktor manusia dan lingkungan

Komunikasi dan konsultasi. Langkah berikutnya adalah mengkomunikasikan risiko atau bahaya kepada semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan organisasi atau perusahaan.

Pemantauan dan tinjau ulang. Proses manajemen risiko harus dipantau

untuk menentukan atau mengetahui adanya penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaanya. Pemantauan juga diperlukan untuk memastikan bahwa sistem

Universitas Sumatera Utara

(29)

12

manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dalam hasil pemantauan diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses manajemen risiko telah sesuai dan menetukan langkah-langkah perbaikan.

Gambar 1. Proses manajemen risiko AS/NZS 4360 Kecelakaan Kerja

Pengertian kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja menurut Suma’mur (1989) adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Sedangkan menurut Tarwaka (2014) Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda dan properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(30)

1. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu kerugian baik terhadap harta benda (rusak), manusia (cidera), proses (gangguan /terhenti) maupun lingkungan (kerusakan / pencemaran). Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga dikarenakan tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material ataupun penderitaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Anizar, 2012).

Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antara kemungkinan terjadinya kecelakaan (probabilitas) dan akibat (konsekuensi, keparahan). Baik kemungkinan maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif (Suma’mur, 2013). Kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya ada tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan kerja dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).

Universitas Sumatera Utara

(31)

14

Dalam PP No. 50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, dan penyakit akibat kerja. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.

Penyebab kecelakaan kerja. Menurut Notoatmodjo (2003), penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, mengantuk, kelelahan dan sebagainya.

2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan sebagainya.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja, dipengaruhi beberapa faktor diantaranya:

1. Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu, udara, kelembapan, cepat rambat udara, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.

2. Faktor kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda-benda padat lainya.

Universitas Sumatera Utara

(32)

3. Faktor biologi yaitu baik dari golongan hewan ataupun tumbuh-tumbuhan.

4. Faktor ergonomis seperti cara kerja, sikap kerja, konstruksi mesin.

5. Faktor mental-psikologis yaitu susunan kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja, dua golongan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu.

2. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri Yang meliputi segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya.

Kerugian dalam kecelakaan kerja. Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu equipment, people, enviromenta, material yang saling berinteraksi dan sama-sama menghasilkan jasa atau produk. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh suatu kondisi lingkungan yang tidak aman seperti suhu, kebisingan, penerangan, atau ventilasi yang melampaui batas. Disamping itu, kecelakaan dapat bersumber dari manusia itu sendiri yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli, 2010).

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta

Universitas Sumatera Utara

(33)

16

dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2013).

Kerugian karena kecelakaan. Kerugian akibat kecelakaan dikategorkan atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).

Kerugian langsung misalnya cedera pada tenaga kerja dan kerusakan pada sarana produksi. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga disebut juga sebagai kerugian tersembunyi (hidden cost) misalnya kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak sosial, citra dan kepercayaan konsumen.

Kerugian langsung. Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan

yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut:

Biaya pengobatan dan kompensasi. Kecelakaan mengakibatkan cedera, baik cedera ringan, berat, atau menimbulka kematian. Cedera ini akan mengakibatkan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik sehingga mempengaruhi produktivitasnya. Jika terjadi kecelakaan perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan dan tunjangan kecelakaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Kerusakan sarana produksi. Kerugian langsung lainnya adalah kerusakan sarana produksi akibat kecelakaan seperti kebakaran, peledakan, dan kerusakan.

Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk perbaikan kerusakan.

Kerugian tidak langsung. Kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost) antara lain:

Universitas Sumatera Utara

(34)

Kerugian jam kerja. Jika terjadi kecelakaan, kegiatan pasti akan terhenti sementara untuk membantu korban yang cedera, penanggulangan kejadian, perbaikan kerusakan atau penyelidikan kejadian. Kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi produktivitas.

Kerugian produksi. Kecelakaan juga membawa dampak kerugian terhadap proses produksi akibat kerusakan atau cedera pada pekerja. Perusahaan tidak bias berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk mendapatkan peluang.

Kerugian sosial. Kecelakaan dapat menimbulkan dampak sosial baik terhadap keluarga korban yang terkait langsung, maupun lingkungan sosial sekitarnya. Apabila seorang pekerja mendapat kecelakaan, keluarganya akan turut menderita. Bila korban tidak mampu bekerja lagi atau meninggal, keluarga terlantar dan dapat menimbulkan kesengsaraan. Konteks ruang lingkup yang lebih luas, kecelakaan juga membawa dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Jika terjadi bencana seperti peledakan atau kebakaran masyarakat sekitarnya akan turut panik, atau mungkin menjadi korban.

Citra dan kepercayaan konsumen. Kecelakaan menimbulkan citra negatif bagi organisasi karena dinilai tidak peduli keselamatan, tidak aman atau merusak lingkungan. Citra organisasi sangat penting dan menentukan kemajuan suatu usaha. Untuk membangun citra atau company image, organisasi memerlukan perjuangan berat dan panjang. Namun citra ini dapat rusak dalam sekejap jka terjadi bencana atau kecelakaan lebih-lebih ika berdampak luas. Sebagai akibatnya masyarakat akan meninggalkan bahkan mungkin memboikot setiap produknya.

Universitas Sumatera Utara

(35)

18

Bahaya

Pengertian bahaya. Menurut Soehatman Ramli bahaya adalah segala sesuatu yang termasuk dalam situasi atau tindakan yang dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan atau suatu cidera pada manusia, kerusakan, dampak buruk atau gangguan lainya. Dikarenakan ada hadirnya bahaya maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Bahaya sering diartikan sebagai faktor kondisi fisik, faktor organisasional, kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman.

Semuanya bukan bahaya, tetapi faktor yang memberikan kontribusi terjadinya kecelakaan dan keparahan dari kejadian.

Kondisi dan cara kerja yang tidak aman, kurang pelatihan atau kelelahan bukan bahaya tetapi merupakan kegagalan dalam pengawasan atau faktor kondisi yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakanBahaya adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja, atau kombinasi seluruhnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari rhtsuatu zat, sistem, kondisi atau peralatan (Ramli, 2010).

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.

Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.

Karena itu sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu

Universitas Sumatera Utara

(36)

manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur. Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Ditempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya.

Jenis-jenis bahaya. Disekitar kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan baik. Menurut Ramli (2010), jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut:

Bahaya mekanis. Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau

benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain- lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya.

Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

Bahaya psikologis. Bahaya Psikologis Bahaya yang disebabkan karena

jam kerja yang panjang, shift kerja yang tidak menentu, hubungan antar pekerja yang kurang baik. Hal ini juga dapat ditimbulkan karena faktor stress berupa pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, serta mengabaikan kehidupan sosial (Ramli, 2010).

Bahaya fisik. Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:

Universitas Sumatera Utara

(37)

20

1. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran

2. Tekanan 3. Getaran

4. Suhu panas atau dingin 5. Cahaya atau penerangan

6. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah

Bahaya biologis. Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang

bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

Bahaya kimia. Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai

dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:

1. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic).

2. Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya.

3. Kebakaran dan peledakan

Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, batubara dan lainnya. Polusi dan pencemaran lingkungan Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis bahan kimia.Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik, bahaya bahan kimia sering kali tidak

Universitas Sumatera Utara

(38)

dirasakan secara langsung atau bersifat kronis dalam jangka waktu yang panjang.

an kesehatan akan selalu dijumpai.

Bahaya listrik. Bahaya listrik suatu bahaya yang berasal dari energi listrik.

Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik

Bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi bahaya yang disebabkan karena

desain kerja, penataan tempat kerja yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja.

Risiko

Pengertian risiko. Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yangdisebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010).

Risiko merupakan probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan (Darmawi, 2011).

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.

Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi Setiap aktivitas mengandung risiko untuk berhasil atau gagal.

Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.

Semakin besar potensi terjadinya suatukejadian dan semakin besar dampak yang

Universitas Sumatera Utara

(39)

22

ditimbulkannya, maka kejadian tersebut dinilai mengandung risiko tinggi. Risiko mengambarkan besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya keparahan yang dapat diakibatkannya. Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antar kemungkinan terjadinya kecelakaan (probabilitas) dan akibat (konsekuensi /keparahan) (Ramli, 2010).

Jenis-jenis risiko. Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala dan jenis kegiatannya antara lain:

Risiko finansial (financial risk). Setiap organisasi atau perusahaan

mempunyai risiko finansial yang berkaitan dengan aspek keuangan.Ada berbagai risiko finansial seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.

Risiko pasar (market risk). Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan

yang produknya dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat.Setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi konsumen. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk (product safety atau product liability). Perusahaan harus memperhitungkan risiko pasar seperti adanya penolakan terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau larangan beredarnya

Universitas Sumatera Utara

(40)

produk dimasyarakat oleh lembaga yang berwenang. Risiko lain yang berkaitan dengan pasar dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar terbuka kosumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan keselamatannya. Setiap produk yang bersaing di pasarbebas menghadapi risiko untuk ditinggalkan konsumen.

Risiko alam (natural risk). Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi

oleh siapa saja dan dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana alam dapat berupa angina topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang lama. Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap usaha atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan lempeng yang meningkatkan risiko terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim.Indonesia juga memiliki rantai gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus diperhitungkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.

Risiko operasional. Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang

berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar.

Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Menurut data kecelakaan di Indonesia, pada Tahun 2007 terjadi 89.000 kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek yang meliputi 7 juta pekerja. Salah

Universitas Sumatera Utara

(41)

24

satu upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah dengan menerapakan sistem manajemen K3 dengan salah satu aspeknya adalah melalui identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di berbagai perusahaan.

Risiko keamanan (security risk). Masalah keamanan dapat berpengaruh

terhadap kelangsungan usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik dan gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan. Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan system manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.

Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.

Risiko sosial. Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan

dengan lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.

Penilaian risiko. Penliaian risiko dilakukan Setelah semua dari risiko dapat diidentifikasi, dilakuakan penilaian risiko dengan analisa risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan besar akibat yang ditimbulkannya dan terjadinya risiko. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

Universitas Sumatera Utara

(42)

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan. Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil untuk menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang teridentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi. Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standart Australian Strandart /New Zealand Standart (AS/NZS) 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut:

1. E : Risiko Sangat Tinggi – Extreme Risk 2. H : Risiko Tinggi – High Risk

3. M : Risiko Sedang – Moderate Risk 4. L :Risiko Rendah – Low Risk

Peringkat risiko sebaiknya dikembangkan oleh masing-masing perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing (Ramli, 2010).

Pengendalian risiko. Pengendalian Risiko Sejalan dengan konsep manajemen risiko, OHSAS 18001 mensyaratkan organisasi melakukan pengendalian risiko sesuai dengan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang telah dilakukan. Pengendalian dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditentukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan menggunakan hierarki sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(43)

26

Gambar 2. Hierarki pengendalian risiko

Upaya pengendalian risiko terdiri dari 5 bagian secara hierarki, yaitu:

Eliminasi. Eliminasi adalah teknik pengendalian dengancara menghilangkan sumber bahaya yang ada, jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.

Subsitusi subsitusi. Subsitusi subsitusi adalah teknik pengendalian

bahaya dengan mengganti bahan, alat,prosedur atau sistem yang berbahaya dengan bahan, alat, prosedur atau sistem yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia yang berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia yang lebih aman.

Pengendalian teknis /rekayasa teknik. Pengendalian teknis /rekayasa

teknik sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.

Universitas Sumatera Utara

(44)

Pengendalian administrasi. Pengendalian administrasi adalah pengendalian bahaya dapat juga dilakukan secara administrati misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi pekerja dan pemeriksaan kesehatan.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3), penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karena alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reduce likelihood) namun hanya sekedar mengurangi efek keparahan (reduce consequences).

Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)

Implementasi keselamatan dan kesehatan kerja dimulai dengan perencanaan yang baik yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (Hazards Identification, Risk Assesment dan Risk Control) merupakan bagian dari manajemen risiko. Program K3 harus mampu menjawab isu yang ditemukan dalam HIRARC yang digunakan sebagai dasar menentukan objektif dan target serta program K3 yang jelas dan terukur (Ramli, 2010).

Menurut Suma’mur (2015), langkah-langkah manajemen risiko dengan menggunakan HIRARC antara lain yaitu:

Hazard identification. Hazard identification yaitu proses pemeriksaan

pada tiap-tiap area kerja dengan tujuan untuk mengindentifikasi semua bahaya yang melekat pada suatu pekerjaan. Area kerja termasuk juga meliputi mesin

Universitas Sumatera Utara

(45)

28

peralatan kerja, laboratorium, area perkantoran gudang dan angkutan. Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3.

Identifikasi bahaya, adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010).

Risk assessment. Risk assessment yaitu suatu proses penilaian risiko

terhadap adanya bahaya di tempat kerja. Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang sangat beragam (Ramli, 2010).

Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.

Risk control. Risk control yaitu suatu proses yang digunakan untuk

mengidentifikasi dan mengendalikan semua kemungkinan bahaya di tempat kerja serta melakukan peninjauan ulang secara terus menerus untuk memastikan bahwa pekerjaaan mereka telah aman. Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya.

Universitas Sumatera Utara

(46)

Ranking metode HIRARC. Dalam penentuan risiko ini, peneliti menggunakan metode hirarc. Dimana metode ini menggunakan penilaian dan pengendalian skripsi. Adapun rangking metode HIRARC yaitu:

Tabel 1

Rangking Metode HIRARC

Peluang Kriteria Keterangan

A Almost Certain/

Hampir pasti terjadi

Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi Misal : berulang kali pada tiap tahun

B Likely /

Mungkin Terjadi

Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi. Misal : Terjadi sekali dalam setahun sampai 3 tahun C Moderate /Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa

kondisi tertentu. Misal : Terjadi sekali dalam 5 tahun

D Unlikely/Kecil kemungkinan

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun kecil kemungkinannya. Misal : terjadi sekali dalam 10 tahun

E Rarely /

Jarang sekali

Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-tahun. Misal : terjadi paling tidak sekali dalam sejarah perusahaan.

Tabel 2

Rangking Akibat HIRARC

Akibat Kriteria Keterangan

1 Insicnificant / Tidak Signifikan

Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil.

2 Minor Memerlukan perawatan P3K, on-site release langsung dapat ditangani, kerugian materi sedang.

3 Moderate /

Sedang

Memerlukan perawatan medis, on-site release langsung dapat ditangani dengan bantuan pihak luar, kerugian materi cukup besar.

4 Major Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total, off-side release tanpa effek merusak, kerugian materi besar.

5 Catastropic / Bencana

Menyebabkan kematian, off-side release bahan toksit dan effeknya merusak, kerugian materi sangat besar.

Universitas Sumatera Utara

(47)

30

Tabel 3

Matriks Penilaian Risiko

Peluang Akibat

1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

Keterangan:

1. E = Extreme Risk/Risiko Ekstrim, memerlukan penanganan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak, perbaikan Ancaman Sebab Akibat Peluang (ASAP).

2. H = High Risk/Risiko tinggi, memerlukan pihak manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya.

3. M = Moderate Risk/Risiko Sedang, penanganan oleh manajemen area terkait, penjadwalan sesuai prosedur.

4. L = Low Risk/Risiko Rendah, kendalikan dengan prosedur rutin.

Landasan Teori

Menurut Darmawi (2011), manajemen risiko merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Sedangkan menurut Tarwaka (2014), kecelakaan kerja

Universitas Sumatera Utara

(48)

adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda dan properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Menurut Soehatman Ramli bahaya adalah segala sesuatu yang termasuk dalam situasi atau tindakan yang dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan atau suatu cidera pada manusia, kerusakan, dampak buruk atau gangguan lainya.

Dikarenakan ada hadirnya bahaya maka diperlukan pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Menurut Ramli (2010), risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yangdisebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

Kerangka Berpikir

5.

Gambar 3. Kerangka berpikir

Proses Produksi Identifikasi Risiko

Potensi Bahaya Faktor Bahaya

Penilaian Risiko Pengendalian Risiko

Sumber Bahaya

Universitas Sumatera Utara

(49)

32

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan manajemen risiko yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko pada proses produksi kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara IV unit Bah Jambi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Jambi.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Semptember 2019 hingga selesai.

Subjek Penelitian

Informan adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Moelong, 2014).

Sampel Penelitian dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap manajemen risiko pada PKS Bah Jambi dalam hal ini adalah manajer PKS Bah Jambi, staff P2K3 (1 orang), ahli K3, mandor setiap stasiun.

Teknik pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan kemampuan personal dan merupakan orang yang bertanggung jawab pada unit kerjanya untuk memberikan jawaban yang tepat sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

(50)

Definisi Konsep

1. Identifikasi risiko adalah mengidentifikasi terjadinya potensi bahaya dan faktor bahaya di bagian produksi di PKS Bah jambi.

2. Penilaian risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan besar akibat yang ditimbulkan dan terjadinya risiko dengan menggunakan HIRARC.

3. Pengendalian risiko adalah melakukan pengendalian risiko dengan hasil identifikasi risiko dan penilaian risiko yang telah dilakukan.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada beberapa informan terpilih di PKS PTPN IV Unit bah Jambi.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di PKS PTPN IV Unit Bah Jambi.

Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisa secara kualitatif untuk mendapatkan gambaran, bagaimana risiko yang terjadi pada pekerjaan di PTPN IV Unita Bah Jambi.

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1. Proses manajemen risiko AS/NZS 4360  Kecelakaan Kerja
Gambar 2. Hierarki pengendalian risiko
Gambar 3. Kerangka berpikir
Gambar 2. Bersama dengan Ketua Tim Manajemen Risiko PTPN IV Unit Bah  Jambi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA

Dengan menerapkan teori pengendalian persediaan pada PTPN IV (Persero) Bah Jambi, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat produksi optimal dan waktu optimal

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KELUHAN SUBYEKTIF PADA PEKERJA BAGIAN PENGOLAHAN PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV KEBUN

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah pengaruh intensitas kebisingan terhadap keluhan subyektif yang dirasakan oleh pekerja

Hubungan Antara Tingkat Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja Bagian Produksi di PT Pertamina RU VII Kasim Sorong Tahun 2013.. Jurnal Kesehatan Bina

Anda maupun rekan kerja Anda harus mengeraskan suara ketika berbicara dengan rekan kerja Anda (saat bekerja di tempat kerja yang bising)7. Anda membaca gerak bibir rekan

Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA