• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI taman wisata perairan pulau liang dan pulau ngali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI taman wisata perairan pulau liang dan pulau ngali"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI

taman wisata perairan pulau liang dan pulau ngali

2018-2038

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali i

RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN

PULAU LIANG DAN PULAU NGALI TAHUN 2018-2038

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2018

(7)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan rahmat-Nya, dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali dapat dirampungkan. Penyusunan dokumen ini telah mempertimbangkan beragam regulasi dan kebijakan yang ada baik dalam konteks nasional, provinsi maupun kabupaten. Secara teknis, penyusunannya telah sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.

Dengan tersusunnya dokumen ini, patutlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Menteri Kelautan dan Perikanan RI melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut beserta jajarannya yang telah memberikan arahan kebijakan terkait penyusunan dokumen ini;

2. Gubernur Nusa Tenggara Barat beserta seluruh jajarannya atas kerjasama, arahan dan masukan yang diberikan selama proses penyusunan dokumen ini;

3. Akademisi, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa tenggra Barat, UPTD Balai Konservasi dan Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan Kawasan Sumbawa, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa, Wildlife Conservation Society, Tokoh Masyarakat, pihak terkait lainnya serta masyarakat yang telah mendukung dan memberikan usul saran yang konstruktif terhadap substansi dokumen ini;

4. Kelompok Kerja selaku Tim Penyusun Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali yang telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk menyusun dokumen ini secara baik dan tepat waktu.

Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ini bersifat dinamis dan terbuka, sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan sesuai perkembangan dan dinamika kedepan. Saran dan masukan yang konstruktif senantiasa dibutuhkan untuk menjamin kualitas dan kelancaran proses implementasinya. Semoga dokumen ini dapat dijadikan sebagai landasan dan arahan bagi semua pihak yang memiliki kepedulian dan komitmen dalam pengembangan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali .

Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan Prov. NTB,

Ir. Lalu Hamdi, M.Si.

(8)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali iii Susunan Kelompok Kerja

Penyusun Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali

Ketua : Kepala Dinas Kelautan Dan Perikanan

Sekretaris : Kepala Bidang Pengawasan dan Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Anggota :

1. Kepala Balai Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kawasan Sumbawa

2. Kepala Balai Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kawasan Bima-Dompu

3. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pelestarian Sumber daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

4. Kepala Seksi Tata Ruang dan Pengelolaan Perairan Pesisir 5. Dr. Hj. Sitti Hilyana (Akademisi Universitas Mataram) 6. Tasrif Kartawijaya, M.Si (WCS Regional NTB)

7. Fajar Ardiyansyah, S.St.Pi (Pengawas Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB)

(9)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali iv

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar ... ii

Susunan Kelompok Kerja ... iii

Daftar Isi ...iv

Daftar Gambar ... vii

Daftar Tabel ...ix

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi ... 2

1.3.1 Lingkup Wilayah ... 2

1.3.2 Lingkup Materi ... 3

1.3.3 Lingkup Jangka Waktu ... 3

2 POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN ... 4

2.1 Potensi ... 4

2.1.1 Potensi Ekologis ... 4

2.1.2 Potensi Ekonomi ... 12

2.1.3 Potensi Sosial dan Budaya ... 18

2.1.4 Persepsi Masyarakat ... 21

2.2 Permasalahan Pengelolaan ... 26

2.2.1 Aspek ekologis ... 26

2.2.2 Aspek sosial ekonomi dan budaya ... 27

2.2.3 Aspek kelembagaan ... 28

3 PENATAAN ZONASI ... 29

3.1 Umum ... 29

3.2 Zona Inti ... 33

1. Rancangan Zonasi dan Koordinat... 33

2. Potensi ... 34

3. Peruntukan/Tujuan Zona ... 36

4. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh ... 36

3.3 Zona Pemanfaatan ... 37

1. Rancangan Zonasi dan Koordinat... 37

2. Potensi ... 39

3. Peruntukan/Tujuan Zona ... 40

(10)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali v

4. Kegiatan yang boleh dan tidak ... 40

3.4 Zona Perikanan Berkelanjutan ... 41

1. Rancangan Zonasi dan Koordinat... 41

1. Potensi ... 42

2. Peruntukan/Tujuan Zona ... 42

3. Kegiatan yang boleh dan tidak ... 43

3.5 Zona lainnya ... 44

4 RENCANA JANGKA PANJANG ... 48

4.1 Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ... 48

4.1.1 Kebijakan Nasional ... 48

4.1.2 Kebijakan Provinsi ... 49

4.1.3 Kebijakan kabupaten ... 53

4.2 Visi dan Misi. ... 56

4.3 Tujuan ... 56

4.4 Sasaran ... 57

4.5 Strategi Pengelolaan ... 57

4.5.1 Penguatan Kelembagaan ... 57

4.5.2 Penguatan Pengelolaan Sumber daya Kawasan ... 58

4.5.3 Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 58

5 RENCANA JANGKA MENENGAH ... 59

5.1 Umum ... 59

5.2 Rencana Jangka Menengah I (5 Tahun Pertama) ... 60

5.2.1 Penguatan kelembagaan ... 60

5.2.2 Penguatan Pengelolaan Sumber daya Kawasan ... 62

5.2.3 Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 66

5.3 Rencana Jangka Menengah II (5 Tahun Ke-Dua) ... 66

5.3.1 Penguatan kelembagaan ... 66

5.3.2 Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan ... 67

5.3.3 Penguatan sosial, ekonomi dan budaya ... 69

5.4 Rencana Jangka Menengah III (5 Tahun Ke-Tiga) ... 69

5.4.1 Penguatan kelembagaan ... 69

5.4.2 Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan ... 70

5.5 Rencana Jangka Menengah IV (5 Tahun Ke-Empat) ... 72

5.5.1 Penguatan kelembagaan ... 72

5.5.2 Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan ... 73

6 RENCANA PENGELOLAAN RINCI 20 TAHUN ... 74

7 Rencana pembiayaan ... 87

(11)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali vi 8 PENUTUP ... 89 PUSTAKA ... 90

(12)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali vii

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 1. Sebaran dan Kondisi Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau

Ngali. ... 4

Gambar 2. Rata – rata tutupan karang keras di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali pada tahun 2014. ... 5

Gambar 3. Keanekaragaman jenis ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 6

Gambar 4. Jumlah jenis ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali... 6

Gambar 5. Lokasi survey tempat pemijahan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 7

Gambar 6. Kelimpahan Ikan Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 8

Gambar 7. Peta Sebaran Kelimpahan Ikan Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 8

Gambar 8. Biomasa ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 9

Gambar 9. Peta Sebaran Biomasa ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 9

Gambar 10. Komposisi Kelimpahan Kelompok Trofik di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 10

Gambar 11. Rata -Rata Kelimpahan Kima di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 11

Gambar 12. Sebaran Ekosistem Padang Lamun di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 11

Gambar 13. Daerah penangkapan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 12

Gambar 14. Armada penangkapan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali... 13

Gambar 15. Lokasi dan armada penangkapan ubur-ubur ... 15

Gambar 16. Kegiatan budidaya mutiara di Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 16

Gambar 17. Pengetahuan mengenai pengaruh tindakan manusia terhadap jumlah ikan di laut ... 22

(13)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali viii Gambar 18. Pengetahuan mengenai pengaruh tindakan manusia terhadap

kondisi terumbu karang. ... 23

Gambar 19. Pengetahuan mengenai aturan lokasi tangkapan. ... 24

Gambar 20. Pengetahuan mengenai spesies yang dilindungi. ... 25

Gambar 21. Peta Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 32

(14)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ix

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 1. Kategori alat tangkap dan target tangkapannya. ... 14

Tabel 2. Data populasi di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 19

Tabel 3. Fasilitas pendidikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 20

Tabel 4. Fasilitas kesehatan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 21

Tabel 5. Titik Koordinat Batas Luar TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 31

Tabel 6. Lokasi Zona Inti di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 33

Tabel 7. Jenis Kegiatan Yang Boleh dan Tidak di Zona Inti TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 36

Tabel 8. Koordinat Zona Pemanfaatan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 38

Tabel 9. Jenis Kegiatan Yang Boleh dan Tidak di Zona Pemanfaatan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 40

Tabel 10. Koordinat Zona Perikanan Berkelanjutan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 42

Tabel 11. Jenis kegiatan yang boleh dan tidak di zona perikanan berkelanjutan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 43

Tabel 12. Koordinat Sub Zona Rehabilitasi di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 44

Tabel 13. Kegiatan Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan di Sub zona Rehabilitasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 46

Tabel 14. Sarana dan Prasaranan pendukung UPTD/Balai kawasan konservasi perairan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 60

Tabel 15. Sarana dan Prasaranan pendukung UPTD/Balai kawasan konservasi perairan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 67

Tabel 16. Sarana dan Prasaranan pendukung UPTD/Balai kawasan konservasi perairan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 70

Tabel 17. Sarana dan Prasaranan pendukung UPTD/Balai kawasan konservasi perairan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. ... 73

Tabel 18. Matrik program dan rencana kegiatan pengelolaan jangka menengah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali ... 74

(15)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang konservasi sumber daya ikan, kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungan secara berkelanjutan. Kawasan konservasi perairan terdiri dari taman nasional perairan, suaka alam perairan, taman wisata perairan, dan suaka perikanan. Taman wisata perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi. Pengelolaan kawasan konservasi perairan dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi.

Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Liang dan Pulau Ngali merupakan salah satu kawasan konservasi perairan daerah yang dicadangkan melaluiSK Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 523-505 Tahun 2016 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan luas kawasan yaitu 33.461 ha.

TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali merupakan gugusan pulau kecil yang terletak di Teluk Saleh Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa. Gugusan pulau ini merupakan rumah bagi berbagai habitat khas seperti hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali memiliki keanekaragaman jenis karang keras yang tinggi dibandingkan dengan beberapa kawasan konservasi perairan lain di Kabupaten Sumbawa. Teluk Saleh memiliki perairan teluk semi tertutup yang tenang cenderung berarus kecil, menyebabkan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali memiliki kelimpahan ikan karang yang cukup tinggi. Selain terumbu karang dan ikan karang, perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali juga menyimpan potensi biota laut dengan nilai ekonomi yang tinggi seperti ikan karang (DKP NTB, 2015).

TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali juga merupakan salah satu lokasi pemijahan ikan karang. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Setiawan et al., 2017, ditemukan 6 genus dan 21 spesies ikan kerapu (famili Ephinephelidae) serta 2 genus dan 15 spesies ikan kakap (family Lutjanidae). Dari 36 spesies kakap dan kerapu tersebut, 16 spesies diindikasikan melakukan pemijahan dengan ciri berkelompok (aggregation), berpasangan (courthship) dan perwarnaan. Biota karismatik lainnya yang ditemukan di

(16)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 2 TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali yaitu hiu balck tip dan eagle ray, dimana status kedua spesies tersebut berdasarkan IUCN termasuk dalam kategori hampr terancam (near threatened)

Berdasarkan hal tersebut maka perlu mengelola kawasan konservasi TWP Pulau Liang dan Ngali sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi sehingga di dapatkan pemanfaatan yang berkelanjutan.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah provinsi melakukan pengelolaan terhadap kawasan- kawasan konservasi yang terdapat di wilayahnya melalui penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi. Rencana pengelolaan zonasi disusun sebagai panduan bagi unit pengelola dalam melakukan pengelolaan kawasan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali, sehingga dapat tetap mempertahankan fungsinya sebagai kawasan konservasi dan memberikan dampak terhadap kelestarian sumberdaya ikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Penyusunan rencana pengelolaan dan rencana zonasi ini merupakan penjabaran dari arahan umum yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30/Men/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Proses penyusunan dokumen ini telah melibatkan para pihak baik di tingkat propinsi, kabupaten, desa, dan masyarakat sehingga dokumen yang dihasilkan dapat mewadahi kepentingan pemerintah dan masyarakat diseluruh tingkatan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah untuk menghasilkan rencana pengelolaan dan zonasi yang menjadi acuan baku bagi pengelola dan pihak terkait dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, dalam rangka mewujudkan misi yang ingin dicapai. Sasaran dari rencana pengelolaan dan zonasi kawasan ini adalah pihak pengelola kawasan konservasi perairan dan pemangku kepentingan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

1.3 Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi 1.3.1 Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah rencana pengelolaan dan zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali yaitu wilayah perairan seluas 33.461 ha.

(17)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 3 1.3.2 Lingkup Materi

Dokumen RPZ TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali terdiri dari:

a. Potensi dan permasalahan pengelolaan b. Kebijakan pengelolaan

c. Penataan zonasi

d. Arahan rencana pengelolaan kawasan 1.3.3 Lingkup Jangka Waktu

Lingkup waktu RPZ ini terdiri atas a. Rencana jangka panjang 20 tahun;

b. Rencana jangka menengah 5 tahun.

(18)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 4

2 POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN

2.1 Potensi

Potensi yang terdapat di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali meliputi potensi ekologi, potensi ekonomi dan potensi sosial budaya, sebagai berikut:

2.1.1 Potensi Ekologis

2.1.1.1 Ekosistem Terumbu Karang a. Karang

Terumbu karang di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mempuyai tipe karang tepi (fringing reef). Terumbu karang rata-rata ditemukan pada kedalaman 4-9 meter. Berdasarkan hasil analisis citra, ekosistem terumbu karang di kawasan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mencakup area seluas 7003,68 ha.

Ekosistem ini tersebar di dua utama yaitu Pulau Liang dan Pulau Ngali.

Ekosistem terumbu karang mendominasi pesisir utara dan pesisir timur Pulau Liang dan Pulau Ngali serta pulau–pulau kecil lainnya (Gambar 1). Genera karang yang berhasil diidentifikasi sebanyak 57 genera karang keras. Lokasi dengan genera karang keras tertinggi terdapat di lokasi Liang sebelah utara dengan jumlah 47, sedangkan lokasi dengan genera karang paling sedikit berada di lokasi Pulau Ngali sebelah timur dengan jumlah genera karang 7.

Gambar 1. Sebaran dan Kondisi Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

(19)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 5 Rata-rata tutupan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah 50%

dengan kategori baik (Muttaqin et al., 2014). Tutupan karang paling tinggi terletak di lokasi Liang S1 dengan tutupan karang sebesar 70,5%, sedangkan tutupan karang paling rendah terletak di lokasi Pulau Liang sebelah barat sebesar 30,5% (Gambar 2). Genera karang keras Porites merupakan genera karang keras yang mendominasi di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali dengan tutupan 51,33%, kemudian disusul oleh genera karang Acropora 16,33%, Pavona 9,5% dan Montipora 4,67%.

Gambar 2. Rata – rata tutupan karang keras di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali pada tahun 2014.

b. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang

Keanekaragaman jenis ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali terdiri atas 29 famili, 88 genus dan 201 jenis, berasal dari famili Pomacentridae (betok laut) sebanyak 71 jenis), Labridae (keling-kelingan), termasuk jenis ikan dari sub-famili Scarini sebanyak 70 jenis, diikuti oleh Acanthuridae (butana sebanyak 27 jenis, dan Chaetodontidae (kepe-kepe) sebanyak 26 jenis (Gambar 3). Hasil analisis interpolasi spasial menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan Pulau Ngali memiliki nilai keragaman jenis ikan karang yang tinggi (Gambar 4).

(20)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 6 Gambar 3. Keanekaragaman jenis ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

Gambar 4. Jumlah jenis ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

c. Lokasi Pemijahan Ikan Karang

TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali juga diindikasikan sebagai lokasi pemijahan ikan karang khususnya jenis kerapu dan kakap. Pengamatan dilakukan pada 15 titik di sekitar TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali (Gambar 5) Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Setiawan et al., 2017, ditemukan 6 genus dan 21 spesies ikan kerapu (famili Ephinephelidae) serta 2 genus dan 15 spesies ikan kakap (family Lutjanidae). Dari 36 spesies kakap dan kerapu tersebut, 16 spesies diindikasikan melakukan pemijahan

(21)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 7 dengan ciri berkelompok (aggregation), berpasangan (courthship) dan perwarnaan. Spesies tersebut adalah Lutjanus biguttatus, Lutjanus bohar, Lutjanus carponotatus, Lutjanus ehrenbergii, Lutjanus fulviflamma, Lutjanus kasmira, Lutjanus lutjanus, Macolor macularis dan Lutjanus qunquelineatus yang berasal dari famili Lutjanidae dan Anyperodon leucogramicus, Cephalopholis boenack, Epinephelus fasciatus, Epinephelus spilotoceps, Plectropomus leopardus, Plectropomus maculatus dan Plectropomus oligacanthus yang berasal dari famili Ephinephelidae.

Gambar 5. Lokasi survey tempat pemijahan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan empat parameter ekologis didapatkan 3 kategori baik yang ditandai dengan warna hijau, sedang yang ditandai dengan warna kurning dan buruk yang ditandai dengan warna merah. Lokasi-lokasi yang menunjukkan indikasi kuat sebagai lokasi SPAGs (hijau) adalah Pulau Putri, Tanjung Labuanaji, Tanjung Ngali, Tanjung Tete, dan Teluk Buluh (Gambar 5). Pada lokasi-lokasi tersebut selang kelas ukuran ikan didominasi oleh ukuran 15-25 cm. Indikasi tanda-tanda pemijahan seperti berkelompok, berpasangan dan perubahan warna ditemukan pada seluruh lokasi tersebut. Pertemuan biota karismatik eagle ray (Aetobatus narinari) hanya ditemukan pada lokasi di Tanjung Ngali

(22)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 8 d. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang

Perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali merupakan perairan teluk semi tertutup yang tenang dan cenderung berarus kecil, sehingga memiliki kelimpahan ikan karang yang cukup tinggi yaitu rata-rata 13.313,22 ± 977,54 no.ha-1 Kelimpahan ikan karang tertinggi terletak di lokasi Ngali Utara dengan nilai 18.635 ± 2651,57 no.ha-1, sedangkan kelimpahan terendah terletak di Ngali Timur dengan nilai 9670 ± 1275,99 no.ha-1 (Gambar 6 dan 7). Ikan dari famili Pomacentridae merupakan ikan dengan kelimpahan tertinggi.

Gambar 6. Kelimpahan Ikan Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

Gambar 7. Peta Sebaran Kelimpahan Ikan Karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

(23)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 9 Rata-rata biomassa ikan karang di TWP Liang dan Pulau Ngali adalah 344,57 ± 31,21 kg.ha-1. Biomassa ikan tertinggi di temukan di lokasi Ngali Utara sebesar 503,95 (kg.ha-1), sedangkan terendah di lokasi Liang Barat sebesar 216,34 (kg.ha-1) (Gambar 8 dan 9). Ikan dari famili Pomacentridae merupakan ikan dengan biomassa tertinggi.

Gambar 8. Biomasa ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

Gambar 9. Peta Sebaran Biomasa ikan karang di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

(24)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 10 e. Komposisi Kelompok Trofik Ikan Karang

Perairan di TWP Liang dan Pulau Ngali didominasi oleh planktivora dan omnivora dengan komposisi hampir 60% (Gambar 10). Kelompok ikan ini merupakan mayoritas dari famili Pomacentridae (betok laut) dan Labridae (keling-kelingan). Ikan-ikan planktivora dari famili ini merupakan kelompok ikan yang berukuran kecil dan bisa berkelompok dalam jumlah besar di kolom perairan.

Gambar 10. Komposisi Kelimpahan Kelompok Trofik di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

f. Makroinvertebrata

Kelimpahan makroinvertebrata yang diamati yaitu jenis-jenis indikator dan memiliki nilai ekonomi penting seperti kima (Tridacnidae) dan teripang (Holothuroidea). Di perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali hanya ditemukan 3 jenis kima yaitu kima lubang (Tridacna crocea), kima sisik (Tridacna squamosa) dan kima besar (Tridacna maxima). Kelimpahan kima tertinggi terdapat di lokasi Ngali Timur sebesar 950 no.ha-1 ± 366,28,sedangkan kima terendah terdapat di Liang Barat dengan kelimpahan sebesar 25 no.ha-1± 25 (Gambar 11).

(25)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 11 Gambar 11. Rata -Rata Kelimpahan Kima di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

2.1.1.2 Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem khas pesisir tropis yang dapat ditemukan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah padang lamun. Berdasarkan hasil analisis citra, sebaran luas padang lamun di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mencapai 1132,15 ha.

Sebaran ekosistem padang lamun ditemukan di Pulau Dangar Ode, Pulau Liang dan Pesisir Desa Lape (Gambar 12).

Gambar 12. Sebaran Ekosistem Padang Lamun di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

(26)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 12 2.1.1.3 Ekosistem Mangrove

Salah satu ekosistem pesisir tropis yang ditemukan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah ekosistem mangrove. Berdasarkan hasil analisis citra, luasan hutan mangrove di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali diestimasi seluas 574,71 ha. Kawasan hutan mangrove tersebar di Pesisir Desa Moyo Hilir, Desa Lape, Desa Maronge dan Barat Pulau Liang. Sebaran mangrove di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali sedikit dan mempunyai kecenderungan berubah dari tahun ke tahun.

2.1.2 Potensi Ekonomi 2.1.2.1 Perikanan Tangkap

Secara geografis TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali berada di Teluk Saleh yang merupakan salah satu perairan penting di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Teluk Saleh memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perikanan di NTB. Wilayah penangkapan ikan nelayan tersebar di sekitar perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali (Gambar 13).

Gambar 13. Daerah penangkapan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

Armada penangkapan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mencapai 642 armada yang berasal dari tiga kecamatan dan lima desa. Kecamatan Moyo Hilir memiliki armada yang lebih banyak dibandingkan dua kecamatan lainnya. Dari

(27)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 13 kelima desa yang ada, Desa Labuhan Sangoro dari Kecamatan Maronge memiliki jumlah armada yang paling banyak, yaitu mencapai 216 armada (Gambar 14).

Gambar 14. Armada penangkapan ikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lestari et al., 2016, terdapat 13 jenis dari 7 kategori alat tangkap yang ada di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

Kecamatan Moyo Hilir memiliki 9 jenis alat tangkap dan merupakan paling banyak dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya. Sedangkan Kecamatan Maronge memiliki jenis alat tangkap yang paling sedikit. Pada umumnya armada penangkapan di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali tidak memiliki perijinan karena ukurannya di bawah 5 GT.

Alat tangkap utama yang digunakan adalah pancing tangan. Sebagian besar responden (74,62%) menggunakan satu alat tangkap. Sejumlah 24,60% responden menggunakan dua alat tangkap, dan hanya 0,78% responden yang menggunakan tiga alat tangkap.

Jenis hasil tangkapan nelayan di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah ikan karang dan ikan pelagis. Ikan karang yang menjadi tangkapan utama adalah kakap (Lutjanidae), kerapu (Epinephelidae), ekor kuning (Caesionidae), ketambak (Lethrinidae), baronang (Siganidae), kuwe (Carangidae). Ikan pelagis yang menjadi tangkapan utama adalah tongkol (Euthynnus affinis), tenggiri (Scomberomorus commerson), tembang (Sardinella fimbriata), layang

(28)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 14 (Decapterus russelli) dan teri (Clupeidae). Selain itu tangkapan lainnya adalah cumi dan kepiting (Tabel 1).

Tabel 1.Kategori alat tangkap dan target tangkapannya.

No Alat Tangkap Target Tangkapan

1 Jaring insang kecil Tongkol, Teri, Tembang, Tenggiri, Bandeng/Ruma-ruma, Pari, Layang, Kuwe, Kurisi Bali, Ketambak, Kakap, Kerapu, Ekor kuning, Cumi-cumi, Baronang, Belanak, Barakuda

2 Pancing tangan/ulur Tongkol, Tenggiri, Sunu, Pari, Layang, Kuwe, Ketambak, Kerapu, Kakap, Ekor kuning, Cumi-cumi, Baronang, Barakuda

3 Rawai dasar Pari, Kuwe, Kurisi Bali, Ketambak, Kerapu, Kakap, Kakap merah, Hiu

4 Spear gun/panah Sunu, Ketambak, Kerapu, Kakap, Baronang 5 Bagan perahu Tongkol, Teri, Layang, Kakap merah 6 Jaring insang besar

(hiu)

Bandeng, Layang, Kuwe, Ketambak, Kapas 7 Rawai apung Tongkol, Kuwe, Ketambak

8 Bubu Kepiting

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Yulianyo I, dkk. 2016 bahwa sumber daya ikan di Teluk Saleh termasuk Pulau Liang dan Ngali didominasi oleh famili Scombridae (15%), Epinephelidae (13%), Lutjanidae (8%), Carangidae (7%), dan Siganidae (6%). Jenis ikan kerapu dan kakap yang didaratkan di pendaratan ikan di Teluk Saleh selama monitoring didominasi oleh jenis ikan dari kelompok kerapu (grouper) sebesar 86% dan kakap (snapper) sebesar 14%. Jumlah spesies ikan yang teridentifikasi di Teluk Saleh terdapat 74 spesies yang terdiri dari 52 jenis ikan kerapu dan 22 jenis ikan kakap. Status perikanan di Teluk Saleh antara lain overfished untuk jenis kerapu kepung (Plectropomus areolatus), kerapu bintik merah (Cephalopolis miniata), dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Spesies yang tergolong fully exploited adalah sunu halus (Plectropomus leopardus), sunu kasar (Plectropomus maculatus), sunu macan (Plectropomus oligacanthus), kerapu tiger (Epinephelus coioides), kerapu ekor bulan (Variola albimarginata), dan kerapu tikus (Cromileptes altivelis).

Langkah pengelolaan yang dilakukan antara lain: tidak menangkap ikan dengan ukuran kurang dari 300 gram terhadap spesies yang berstatus overfished, dan 500 gram untuk ikan yang berstatus fullyexploited, menghilangkan penggunaan bahan peledak, pengaturan alat tangkap jaring insang (gillnet) dasar dengan ukuran mata jaring harus ≥ 4 inchi, meningkatkan pengawasan di zona inti kawasan konservasi, melarang penggunaan kompresor sebagai alat bantu penyelaman dalam operasi

(29)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 15 penangkapan ikan. mengatur penggunaan alat tangkap panah dan sosialisasi mengenai fungsi kawasan konservasi dan konsep perikanan berkelanjutan kepada masyarakat pesisir.

Hasil tangkapan lainnya di TWPP Pulau Liang dan Pulau Ngali yaitu ubur-ubur.

Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali memiliki keunikan tersendiri yaitu pada Oktober - Januari terdapat fenomena blooming ubur-ubur. Nelayan di Teluk Saleh meliputi Kecamatan Maronge, Plampang dan Tarano memanfaatkan ubur-ubur sebagai salah komoditas perikanan tangkap yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Kabupaten Sumbawa. Tercatat ada 200 unit penangkapan yang menangkap ubur-ubur pada saat musim puncak dengan total produksi mencapai 1.992 ton per tahun (Gambar 15).

Pemasaran ubur-ubur ini cukup baik dan memberikan keuntungan yang besar, dimana keuntungan yang didapat oleh nelayan dari menangkap ubur-ubur berkisar dari Rp. 1.000.000 - Rp 2.000.000/per-trip. Setiap armada, mampu mengangkut 60 buah keranjang dengan berat masing-masing 20 kilogram ubur-ubur. Ubur- ubur tersebut kemudian diolah dan dipasarkan di pasar dunia oleh salah satu investor dari negara Tiongkok. Minat pasar dunia terhadap ubur –ubur sangat tinggi, karena menjadi bahan baku kosmetika, dan obat-obatan. Selain juga dimanfaatkan untuk campuran bahan makanan dengan nilai gizi tinggi. Dalam 4 tahun terakhir hasil produksi ubur-ubur di Kabupaten Sumbawa telah mencapai sekitar 45.000 ton.

a. Perairan sebelah timur Pulau Dempu

b. Perahu nelayan Gambar 15. Lokasi dan armada penangkapan ubur-ubur

(30)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 16 2.1.2.2 Perikanan budidaya

Secara umum, hampir semua perairan Pulau Liang dan Pualu Ngali dimanfaatkan oleh masyarakat. Terdapat dua kegiatan pemanfaatan yaitu penangkapan ikan dan budidaya. Berdasarkan hasil survei, didapatkan hasil bahwa, pemanfaatan Pulau Liang lebih banyak dari pada Pulau Ngali. Bagian timur Pulau Liang didominasi oleh kegiatan budidaya rumput laut dan mutiara (Gambar 16). Kegiatan budidaya yang berkembang di perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali yaitu budidaya kerang mutiara dan rumput laut. Potensi areal untuk pengembangan budidaya mutiara di Kecamatan Lape mencapai 500 hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 239 hektar atau sekitar 47%. Budidaya mutiara ini dilakukan oleh empat perusahaan budidaya mutiara dengan jumlah produksi 95 kg/ha (DKP Sumbawa, 2013).

Budidaya mutiara banyak dilakukan di sebelah barat dan timur Pulau Liang dan bagian selatan Pulau Saroko. Kegiatan budidaya mutiara dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta dan belum dilakukan oleh masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan besarnya investasi yang dibutuhkan serta belum dikuasainya teknologi budidaya mutiara oleh masyarakat pesisir.

Sebelah Barat Pulau Liang Sebelah Timur Pulau Saroko

Gambar 16. Kegiatan budidaya mutiara di Perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali

Kegiatan budidaya rumput laut di perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali dilakukan oleh masyarakat baik itu secara perorangan maupun kelompok. Budidaya rumput laut terdapat disekitar Labuhan Kuris, dan tersebar di pesisir Pulau Liang dan Pulau Ngali. Budidaya rumput laut dilakukan secara musiman saat cuaca bagus dan perairan tenang. Usaha budidaya rumput laut merupakan usaha sampingan bagi nelayan yaitu ketika ketersedian bibit mencukupi untuk ditanam.

(31)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 17 Selatan Pulau Liang Pesisir Labuhan Kuris

Gambar 17. Lokasi budidaya rumput laut di perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

2.1.2.3 Potensi Pariwisata

Pulau Dangar Ode dan Dangar Rea di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali memiliki pantai indah dengan pasir putih yang terhampar. Selain itu, terdapat ribuan jenis ikan dan terumbu karang yang siap untuk dinikmati oleh wisatawan.

Pantai-pantai yang terdapat di Dangar Ode dan Dangar Rea memiliki perairan yang tenang, sehingga cocok untuk di jadikan tempat wisata. Wisatawan yang berkunjung dapat melakukan aktivitas diving dan snorkeling, Selain wisata bahari, Pulau Liang dan Pulau Ngali juga menawarkan wisata camping karena banyak terdapat hamparan padang rumput hijau dengan pemandangan gunung tambora yang tidak kalah indahnya dengan laut (Gambar 18).

(32)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 18

(a) (b)

(c)

Gambar 18 Potensi wisata di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali (a dan b) keanekaragaman jenis karang, (c) Bukit Pulau Ngali

2.1.3 Potensi Sosial dan Budaya

TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali meliputi tiga kecamatan yaitu Lape, Maronge, dan Moyo Hilir di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa–desa yang terdapat di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah Desa Labuhan Ijuk, Desa Batu Bangka dan Desa Olat Rawa yang berada di Kecamatan Moyo Hilir. Desa Labuhan Kuris di Kecamatan Lape dan Desa Labuhan Sangoro di Kecamatan Maronge.

2.1.3.1 Demografi

Jumlah penduduk dari tiga kecamatan yang masuk dalam TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mencapai 11.762 jiwa dari 3018 rumah tangga. Populasi penduduk paling banyak terdapat di Desa Labuhan Kuris, Kecamatan Lape dengan jumlah 4476 jiwa. Desa dengan populasi terendah adalah Desa Labuhan Ijuk dari Kecamatan Moyo Hilir. Desa dengan kepadatan tertinggi adalah Desa Batu Bangka yang mencapai 139 jiwa/km²), sedangkan desa dengan kepadatan

(33)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 19 terendah adalah Desa Labuhan Kuris dengan kepadatan mencapai 32 jiwa/km2 (Tabel 2).

Tabel 2. Data populasi di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

Kecamatan Desa Luas

(km²)

Populasi (jiwa)

Jumlah RT

Jumlah nelayan

Laki -laki

Perem- puan

Kepadatan (jiwa/km²)

Moyo Hilir

Batu Bangka 16,77 2457 728 256 1211 1245 139

Labuhan Ijuk 11,93 1141 266 26 604 507 96

Olat Rawa 36,04 1925 421 324 921 1004 53

Lape Labuhan Kuris 138,29 4476 1160 381* 2270 2206 32

Maronge Labuhan

Sangoro 28,39 1763 443

357

806 799 62

Total 11762 3018 963 5812 5761

Sumber : Data primer yang diolah, RPJMDes 2015, BPS Kabupaten Sumbawa Tahun 2016, (*) Data survei perikanan WCS 2015

2.1.3.2 Mata Pencaharian

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lestari et el., 2016, di dapatkan hasil bahwa terdapat 7 jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian masyarakat di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. Mata pencaharian tersebut diantaranya adalah nelayan, budidaya perikanan, pemasaran hasil laut, petani, buruh/pedagang (sektor informal), pegawai negeri, dan buruh migran, dengan mayoritas pekerjaan masyarakat adalah petani. Pada umumnya masyarakat dengan profesi sebagai nelayan memiliki pekerjaan kedua sebagai petani.

Nelayan paling banyak terdapat di Desa Labuhan Kuris, namun jika dilihat dari perbandingan antara jumlah nelayan terhadap jumlah RT, persentasi terbesar terdapat di Desa Labuhan Sangoro (80,58%) diikuti oleh Desa Olat Rawa (76,96%). Sedangkan persentase nelayan paling kecil ditemukan di Desa Labuhan Ijuk.

2.1.3.3 Fasilitas Pendidikan

Setiap desa di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali telah memiliki fasilitas pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD). Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersedia di Desa Labuhan Kuris, Labuhan Sangoro dan Kukin. Desa dengan fasilitas pendidikan paling lengkap adalah Desa Batu Bangka, sedangkan desa yang fasilitas pendidikan paling sedikit adalah Desa Olat Rawa. Fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh setiap desa adalah Sekolah Dasar (SD), sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama terdapat di Desa Batu Bangka, Labuhan Ijuk, Labuhan Kuris dan Labuhan Sangoro. Dari 5 desa yang ada di TWP Pulau Liang

(34)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 20 dan Pulau Ngali, Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya terdapat di Desa Batu Bangka (Tabel 3).

Tabel 3. Fasilitas pendidikan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali.

No Fasiltas

Moyo Hilir Lape Maronge

Batu Bangka

Labuhan Ijuk

Olat Rawa

Labuhan Kuris

Labuhan Sangoro

1 Sekolah Dasar V v v v v

2 Sekolah Menengah

Pertama V v x v v

3 Sekolah Menengah

Atas V x x x x

Berdasarkan hasil kajian sosial ekonomi yang dilakukan oleh Lestari et al., 2016 rata-rata lama pendidikan masyarakat adalah 6,26 tahun. Itu artinya rata-rata masyarakat di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali telah menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun, Namun sebagian besar responden (79,23%) tidak menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun. Rata-rata tingkat pendidikan paling tinggi terdapat di Desa Batu Bangka yang mencapai 7,5 tahun, sedangkan desa dengan rata-rata pendidikan paling rendah adalah Olat Rawa yaitu 5 tahun.

2.1.3.4 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang terdapat di tiga kecamatan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah puskesmas pembantu, dengan tenaga kesehatan utama adalah bidan dan perawat. Sampai saat ini masih ada beberapa masyarakat yang masih menggunakan jasa dukun beranak untuk melahirkan dan berobat (Tabel 4). Hal ini terjadi karena belum ada rumah sakit dan dokter yang beroperasi di tiga kecamatan tersebut. Umumnya masyarakat berobat ke bidan atau menuju pusat kota untuk berobat ke dokter. Penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat tahun 2014 adalah ISPA, malaria, penyakit mata, diare, darah tinggi, disentri, penyakit kulit dan alergi.

(35)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 21 Tabel 4. Fasilitas kesehatan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali

No Fasiltas Moyo Hilir Lape Maronge

Batu Bangka Labuhan Ijuk Olat Rawa Labuhan Kuris

Labuhan Sangoro 1 Rumah

Sakit

x X X x x

2 Puskesmas (Pembantu)

v v V v v

3 Dokter x x X x x

4 Bidan v v V v v

5 Dukun beranak

v v V v v

Sumber : Lestari et al., 2016

2.1.3.5 Aksesibilitas Wilayah

Sarana transportasi di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali mengandalkan sarana angkutan darat dan angkutan laut. Di Kecamatan Moyo Hilir, sarana angkutan darat menggunakan mobil dan motor. Sarana transportasi umum di darat adalah angkutan pedesaan dan ojek motor. Sarana angkutan laut menggunakan perahu, perahu bermotor maupun kapal bermotor (BPS Kabupaten Sumbawa, 2016). Di Desa Labuhan Kuris Kecamatan Lape, sarana darat yang digunakan adalah mobil, sepeda motor, sepeda dan dokar. Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling banyak dimiliki yaitu sejumlah 693 sepeda motor (BPS Kabupaten Sumbawa, 2016a). Hal yang sama juga ditemukan di Labuhan Sangoro. Selain didukung oleh jalan raya yang memadai, transportasi umum di Maronge cukup memadai. Ada angkutan pedesaan, angkutan umum antar kecamatan, bahkan angkutan umum antar propinsi yang melintas setiap hari karena merupakan jalur lintas dari Sumbawa ke Bima (BPS Kabupaten Sumbawa, 2016b).

2.1.4 Persepsi Masyarakat

Pada tahun 2016 telah dilakukan kajian social ekonomi untuk mengetahui persepsi masyarakat yang aad di TWP Pulau Liang dan Ngali. Kajian dikaukan dengan survei kuesioner rumah tangga yang dikombinasikan dengan wawancara semi terstruktur dengan informan kunci (tokoh masyarakat dan nelayan kunci), observasi langsung dan analisa data sekunder seperti data sensus populasi dan hasil tangkapan.

(36)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 22 2.1.4.1 Persepsi terhadap sumber daya

Hasil kajian yang dilakukan oleh Lestari et al., tahun 2016 menyatakan bahwa 61,16% responden berpendapat tindakan manusia akan memengaruhi jumlah ikan di laut. Sedangkan untuk pengaruh faktor non manusia seperti cuaca, perpindahan ikan, supranatural, dll terhadap jumlah ikan di laut, sejumlah 71,07% responden menyatakan faktor non manusia memiliki pengaruh (Gambar 19).

Gambar 19. Pengetahuan mengenai pengaruh tindakan manusia terhadap jumlah ikan di laut

Tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah ikan di laut yaitu: mengurangi penggunaan bom, mengurangi penggunaan racun, mengurangi jumlah nelayan, nelayan luar dilarang masuk, menegakkan aturan penangkapan ikan, mengurangi jaring insang, mengurangi jaring payang, dan mengurangi frekuensi penangkapan ikan.

Sebagian besar responden (92,31%), mengetahui bahwa tindakan manusia akan memengaruhi terumbu karang. Sedangkan mengenai pengaruh faktor non manusia pada terumbu karang, hanya sebagian kecil responden (6,92%) (Gambar 20). Tindakan-tindakan manusia yang menurut responden berdampak pada terumbu karang antara lain: bom, racun, jumlah, penggunaan jaring, jaring insang, gleaning, dan rumpon.

(37)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 23 Gambar 20. Pengetahuan mengenai pengaruh tindakan manusia terhadap kondisi

terumbu karang.

Sebagian besar responden (93,85%) berpendapat bahwa kondisi terumbu karang dapat diperbaiki. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi terumbu karang yang ada di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah mengurangi penggunaan bom, mengurangi penggunaan racun, menegakkan aturan penangkapan ikan, edukasi, nelayan luar dilarang masuk, mengurangi frekuensi penangkapan ikan, menutup area, dan mengurangi jaring insang.

Hampir separuh responden (49,23%) menyatakan bahwa hasil tangkapan mereka tiga bulan terakhir adalah kurang. Mengenai kondisi terumbu karang, sepertiga responden (33,85%) menyatakan bahwa kondisi terumbu karang bagus; 28,46% responden menyatakan terumbu karang rusak; 23,85%

responden menyatakan kondisi terumbu karang cukup; 10,77% menyatakan terumbu karang sangat rusak; 2,31% responden menyatakan bahwa terumbu karang dalam kondisi yang sangat bagus, dan sejumlah 0,77% responden menjawab tidak tahu.

2.1.4.2 Pengetahuan terhadap aturan dan pengelolaan pesisir dan laut.

Aturan dan pengelolaan yang ditanyakan adalah aturan lokasi penangkapan, alat penangkapan, dan spesies yang dilindungi. Hasil survei menyatakan

(38)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 24 sebagian besar (71,54% responden), tidak mengetahui aturan mengenai lokasi menangkap ikan. Hanya sebagian kecil responden (28,46% responden) yang menyatakan ada daerah pengaturan daerah penangkapan ikan (Gambar 21).

Daerah penangkapan ikan tersebut adalah lokasi sekitar hotel di Pulau Moyo, Resort Amanwana, Labuhan Aji, Tanjung Mutiara, Tanjung Bila, Pulau Putri lokasi budidaya mutiara (PT. Kusuma Abadi), Tanjung Pasir, Pulau Dangar, sekitar Pulau Senjangan, dan lokasi sekitar keramba ikan.

Gambar 21. Pengetahuan mengenai aturan lokasi tangkapan.

Mengenai aturan tentang alat tangkap, hampir semua responden (86,15%) menyatakan bahwa ada alat tangkap yang dilarang digunakan. Alat tangkap yang dilarang menurut responden adalah bom, racun atau potassium, Pukat harimau, dan kompresor. Hampir semua responden (99,10%) yang mengetahui aturan alat tangkap yang dilarang, menyatakan setuju dengan aturan ini.

Berdasarkan hasil survei, sebagin besar masyarakat menyatakan bahwa, di Wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali tidak ada pengaturan penangkapan khusus. Hanya 27,69% responden yang menyatakan ada pengaturan menyebutkan bahwa nelayan tidak melaut. Larangan waktu melaut tersebut adalah Carak Labuhan atau Selamatan laut selama 3-7 hari, Bulan Muharam, Adat desa selama 1 hari, Hari Jumat, Hari Raya Idul Fitri.

Pengetahuan masyarakat di wilayah TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali terhadap mengenai spesies yang dilindungi tergolong baik. Lebih dari separuh (56,92%) menyatakan bahwa ada spesies yang dilindungi,

(39)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 25 diantaranya: penyu, lumba-lumba, dugong, paus, dan kima. Desa Labuhan Kuris dan Batu Bangka memiliki pengetahuan terhadap spesies yang dilindungi lebih tinggi dibandingkan responden di desa lainnya. Desa Labuhan Sangoro dan Olat Rawa tingkat pengetahuannya mengenai spesies yang dilindungi paling rendah dibandingkan dengan desa yang lain (Gambar 22).

Gambar 22. Pengetahuan mengenai spesies yang dilindungi.

2.1.4.3 Kepatuhan terhadap Pengelolaan Pesisir dan Laut

Tingkat kepatuhan masyarakat di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali terhadap tipe manajemen pesisir dan laut bervariasi mulai dari patuh (tidak terjadi pelanggaran) hingga tidak patuh (masih terdapat pelanggaran). Tingkat kepatuhan terhadap aturan lokasi penangkapan tergolong baik. Sebanyak 52,73% responden yang menyatakan ada pengaturan daerah penangkapan ikan menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran aturan lokasi penangkapan ikan dan sebagian besar (76,36%) responden tersebut menyatakan bahwa jumlah orang yang melanggar jumlahnya sangat sedikit (0-5 orang).

Kepatuhan terhadap aturan lokasi penangkapan ikan, aturan dan alat tangkap masuk dalam kategori sedang. Sedangkan pemahaman dan kepatuhan masyarakat terhadap spesies-spesis yang dilindungi pemerintah tergolong baik.

Sebanyak 52,82% responden menyatakan tidak ada pelanggaran aturan; 9,15%

responden menyatakan pelanggaran terjadi lebih dari satu kali per bulan; 2,82%

(40)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 26 responden menyebutkan pelanggaran terjadi per minggu; dan 2,11% responden menyatakan pelanggaran terjadi kurang dari satu kali per tahun.

2.1.4.4 Partispasi terhadap pengelolaan pesisir dan laut

Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan terkait dengan Sumber Daya Laut (SDL) di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali tergolong rendah. Hasil kajian menyatakan bahwa Hanya 20,10% responden yang terlibat dalam pembuatan keputusan

2.2 Permasalahan Pengelolaan

Beberapa permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung terkait pengelolaan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali telah diidentifikasi melalui wawancara dengan tokoh kunci, pertemuan stakeholders, dan hasil-hasil kajian.

Permasalahan tersebut dikelompokkan kedalam tiga aspek yaitu aspek ekologis, aspek sosial ekonomi dan budaya serta aspek kelembagaan.

2.2.1 Aspek ekologis

a. Degradasi ekosistem terumbu karang Terumbu karang di perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali pada beberapa lokasi berada pada kondisi yang tidak baik. Pada lokasi tersebut terlihat tanda-tanda kerusakan akibat aktivitas manusia seperti penangkapan dengan menggunakan bom dan racun. Kedua aktivitas tersebut menjadi salah satu faktor utama penyebab penurunan kualitas ekosistem terumbu karang..

b. Penangkapan biota dilindungi

Kawasan konservasi perairan merupakan habitat penting bagi biota-biota penting dan dilindungi seperti penyu, kima, lumba-lumba, paus dan kerang – kerangan seperti Trochus dan Triton. Populasi biota-biota yang dilindungi seperti Kima (Tridacna), Triton, Keong (Trochus) semakin berkurang karena masih terus manfaatkan baik oleh nelayan lokal Pulau Liang dan Pulau Ngali maupun nelayan luar. Pemanfaatan biota dilindungi tersebut bertujuan untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual kembali.

(41)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 27 2.2.2 Aspek sosial ekonomi dan budaya

a. Aktivitas penangkapan ikan yang merusak

Aktifitas penagkapan ikan mengunakan alat yang merusak masih terjadi di TWP Pulau Liang dan Ngali. Selain penggunaan bom ikan, aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan lainnya adalah penggunan racun.

Pada umumnya, racun digunakan bersamaan dengan alat bantu perikanan kompressor dengan target penangkapan ikan kerapu, lobster dan ikan karang yang mempunyai nilai ekonomis penting lainnya

a. Konflik antar nelayan.

Perairan di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali menjadi salah satu lokasi menangkap bagi nelayan. Beberapa alat tangkap yang beroperasi di perairan Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah pancing, jaring insang, rawai dasar, bubu, panah dan bagan. Beberapa alat tangkap mempunyai lokasi penangkapan yang berdekatan dan cenderung sama, sehingga terkadang menimbulkan gesekan dan konflik. Konflik tersebut biasanya terjadi karena ada beberapa nelayan melakukan menangkap ikan dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan atau menggunakan armada dengan kapasitas yang besar. Konflik seperti itu terjadi antara nelayan pancing dengan nelayan panah dengan bantuan kompressor, dimana nelayan pancing merasa dirugikan dengan aktivitas nelayan panah.

b. Keterlibatan kelompok masyarakat dalam pengelolaan kurang.

Keterlibatan masyarakat di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali tergolong rendah seperti pada saat pengambilan keputusan mengenai sumber daya laut.

Adapun kelompok – kelompok masyarakat yang terbentuk dan diharapakan menjadi wadah untuk meningkatkan keterlibatan dalam pengelolaan kurang berfungsi dengan baik. Selain itu nelayan umumnya menghabiskan sebagian besar waktunya di laut dan enggan mengalokasikan waktu untuk berorganisasi. Terdapat kelompok masyarakat yang mempunyai potensi bagi pengelolaan kawasan yaitu kelompok perempuan. Akan tetapi saat ini kelompok perempuan yang ada di TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali belum terberdayakan secara optimal.

c. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan rendah.

Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan tergolong rendah, terutama pengetahuan terhadap pengaturan lokasi

(42)

Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali 28 dan waktu menangkap. Rendahnya tingkat pengetahuan responden mengenai pengaturan lokasi tangkap kemungkinan disebabkan karena secara tradisi aturan tersebut memang tidak ada dan belum ada sosialiasi terkait dari pengelola TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali. Berdasarkan hasil survei sosek, terdapat kearifan lokal terkait waktu menangkap ikan yaitu Carang Labuhan merupakan libur 3-7 hari di bulan Muharam, libur di waktu Idul Fitri dan di waktu jumat.

2.2.3 Aspek kelembagaan

a. Lemahnya penegakan hukum.

Pelanggaran yang terjadi di perairan TWP Pulau Liang dan Pulau Ngali adalah aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom ikan dan racun, penambangan pasir dan limbah tambang emas.

Penegakan hukum terhadap pelanggaran tersebut telah dilakukan akan tetapi masih belum optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya sarana dan prasana, kurangnya pendanaan dan kurangnya kapasitas sumber daya manusia.

b. Belum adanya sistem pendanaan.

Pengelolaan kawasan konservasi perairan di Indonesia membutuhankan biaya yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan kelembagaan dan pendanaan yang cukup kuat. Saat ini pendanaan kawasan konservasi perairan masih bersumber dari anggaran pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah dan masih tergolong sangat terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sumber pendanaan dari pihak lainnya yang berkelanjutan dengan melibatkan pihak-pihak terkait termasuk masyarakat. Beberapa alternatif pendanaan kawasan konservasi perairan yang memiliki potensi besar adalah dana CSR (Corporate Social Responsibility), retribusi atau sumbangan sukarela lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) pada 2019 tercatat bertumbuh sebesar 5,66 persen (YoY, grafik 1.1a) dibandingkan tahun 2018 sebesar 6,01 persen (YoY),

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang remaja mengakses situs pornografi di Kecamatan Jebres Surakarta. Untuk mengetahui habitus perilaku remaja dalam

Di dalam penyusunan tesis ini disadari masih harus membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat membuat simpulan yang sempurna. Simpulan yang tersusun dalam tesis ini

Sama seperti Azka dalam buku ini, ia juga kesal karena baju kesayangannya.. Bagaimana Azka menyelesaikan masalahnya, silakan membaca

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa indikator sanitasi, akses air bersih, cuci tangan dengan benar, dan BAB di jamban menunjukkan hubungan yang bermakna dengan nilai

The online LIDAR mapping with multiple vehicles requires a high bandwidth and a reliable data exchange, therefore the communication layer provides mechanisms for data compres- sion

bahwa tampilan status merupakan faktor prognosis pada pasien KPKBSK stage lanjut karena berhubungan dengan rendahnya respons kemoterapi dan risiko tinggi untuk terjadi toksisitas