• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK HABBATU TUÛT KARYA KAMIL KAILANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK HABBATU TUÛT KARYA KAMIL KAILANI"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK HABBATU TUÛT KARYA KAMIL KAILANI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Disusun Oleh : Dasmayanti NIM: 11170240000031

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

Disusun Oleh :

(2)

PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF CERITA ANAK HABBATU TUÛT KARYA KAMIL KAILANI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Humaniora

(S. Hum)

Disusun Oleh:

Dasmayanti 11170240000031

Pembimbing:

Dr. Ulil Abshar, S.S., M. Hum NIP: 198204042009011018

PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

(3)

II PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Dasmayanti

N I M : 11170240000031

Program Studi : Tarjamah (Bahasa Arab)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak Habbatu’Tuut Karya Kamil Kailani” adalah benar merupakan karya saya sendiri.

Adapun kutipan yang ada dalam penysunan karya ini, telah saya cantumkan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma dan etika penulisan ilmiah yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Apabila kemudian hari ditemukan bagian skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,20-Sep-2021

Dasmayanti 11170240000031

(4)

III

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak Habbatu’Tuut Karya Kamil Kailani” telah diujikan dalam sidang Munâqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada jumat 03-sept 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memeroleh gelar sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 20-Sep-2021 Sidang Munâqosyah

PANITIA UJIAN TANDA TANGAN

Ketua Sidang (Ketua Jurusan) ( ) Dr. Darsita S, M. Hum. Tgl. 01 Okt 2021 Sekretaris Sidang (Sekretaris Jurusan) ( ) Dr. Ulil Abshar, S.S., M. Hum. Tgl. 01 Okt 2021 Penguji I

Drs. Ikhwan Azizi, MA ( ) Tgl. 27 Sept 2021

Penguji II

Dr. Zamzam Nurhuda, M.A ( ) Tgl. 28 Sept 2021

(5)

IV

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini menggunakan transliterasi yang merujuk pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun transliterasi aksara Arab ke dalam aksara latin yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا tidak dilambangkan

ب B Be

ت T Te

ث Ts te dan es

ج J Je

ح H ha dengan garis di bawah

خ Kh ka dan ha

د D De

ذ Dz de dan zet

(6)

V

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

ش Sy es dan ye

ص S es dengan garis di bawah

ض D de dengan garis di bawah

ط T te dengan garis di bawah

ظ Z zet dengan garis di bawah

ع koma terbalik di atas hadap

kanan

غ Gh ge dan ha

ف F Ef

ق Q Qi

ك K Ka

(7)

VI

ل L El

م M Em

ن N En

و W Wa

H Ha

ء ʼ Apostrof

ي Y Ye

B. Vokal

Vokal bahasa Arab sama seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal tunggal dalam bahasa Arab berlambang harakat, memiliki transliterasi sebagai berikut:

Huruf Latin Tanda Diakritik Keterangan

A ---- َ- Fathah

I ---- َ- Kasrah

U ---- َ- Dammah

(8)

VII

Sedangkan vokal rangkap (diftong) dalam bahasa Arab berlambang gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya ialah:

Huruf Latin Tanda Diakritik keterangan

Ai ي---- َ- a dan i

Au و---- َ- a dan u

C. Vokal Panjang

Vokal panjang atau yang sering disebut dengan madd, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Huruf Latin Tanda Diakritik Keterangan  ا---- َ- a dengan topi di atas

Î ي---- َ- i dengan topi di atas Û و---- َ- u dengan topi di atas

D. Tanwîn

Huruf Latin Tanda Diakritik Keterangan

An ---- َ- a dan n

(9)

VIII

In ---- َ- i dan n

Un ---- َ- u dan n

E. Kata Sandang

Kata sandang dalam aksara Arab dilambangkan dengan لا(alif lam ma’rifah) yang ditransliterasikan dengan /al/ dalam aksara latin, baik diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contohnya:

نابّشلا : al-syubbân bukan asy- syubbân

نمحّرلا : al-rahmân bukan ar-rahmân باتكلا : al-kitâb

ملاقلا : al-qalâm

F. Syaddah (Tasydîd)

Tanda tasydid dalam aksara Arab dilambangkan dengan (- ) yang ditransliterasikan menjadi konsonan rangkap dalam ّ- aksara latin. Contoh:

ةّنس : Sunnah

(10)

IX

دّمحم : Muhammad

Apabila tanda tasydid terletak setelah kata sandang dan diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah, maka penulisanya tetap mengikuti transliterasi pada kata sandang. Contoh:

ءامّسلا : al-samâ’ bukan as- Samâ’

نيّتلا : al-tîn bukan at- Tîn G. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan pengalihan aksara, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun jika huruf ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

ةروبس : Sabûrah

ةيملاسلإا ةيببرتلا : al-tarbiyyah al-islâmiyyah تاناويحلا ةقيدح : Hadîqat al-hayawânât

H. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, namun dalam pengalihan aksara huruf kapital juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam

(11)

X

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetep huruf awal nama diri tersebut, bukan nama huruf atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam transliterasi aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold).

Menurut EBI, huruf cetak miring digunakan untuk penulisan judul buku dan transliterasinya dalam aksara lain.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab, contohnya seperti nama Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis

‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

I. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh transliterasi berdasarkan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

فيظنلا ناتسبلا : al-Bustân al-Nazîf

(12)

XI

دّمحم بهذ : Dzahaba Muhammad

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu ditransliterasikan. Contoh: Nurcholis Madjid, tidak ditulis Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, tidak ditulis Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, tidak ditulis Fadl al-Rahmân.

(13)

XII DAFTAR SINGKATAN

Berikut daftar singkatan yang terdapat dalam skripsi ini:

1. Bsu : Bahasa Sumber 2. Bsa : Bahasa Sasaran 3. Tsu : Teks Sumber 4. Tsa : Teks Sasaran 5. DARING : Dalam Jaringan 6. LURING : Luar Jaringan

7. KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

8. T : Tambahan

9. S : Subjek

10. P : Predikat

11. O : Objek

12. Ket : Keterangan 13. Pel :Pelengkap

(14)

XIII ABSTRAK

Dasmayanti 11170240000031. “Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak Habbatu’Tuut Karya Kamil Kailani.” Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan metode komunikatif dan strategi yang digunakan dalam menerjemahkan cerita anak Habbatu’Tuut Karya Kamil Kailani. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang berfokus kepada pengumpulan data, analisis, dan penginterpretasian makna dalam konteks. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode komunikatif dapat menciptakan terjemahan yang luwes dan aspek maknanya dapat langsung dipahami oleh pembaca teks sasaran karena metode komunikatif sangat memprioritaskan pembaca teks sasaran yang tidak mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan atau ketidakjelasan dalam teks terjemahan. Strategi yang penulis gunakan dalam proses penerjemahan adalah: mengedepankan dan mengakhirkan (Taqdim wa Ta’khir), Menambahkan (Ziyâdah), Membuang (Hadzf), dan Mengganti (Tabdil).

Kata kunci: Habbatu’Tuut, Metode Komunikatif, Sastra anak

(15)

XIV

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shallallah ‘Alayhi wa Sallam. Skripsi yang berjudul

“Penerjemahan Komunikatif Cerita Anak Habbatu’Tuut Karya Kamil Kailani.” bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) Program Studi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Proses menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari tantangan dan hambatan, segenap kemampuan penulis curahkan untuk memaksimalkan laporan penelitian ini. Namun, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Terselesaikannya skripsi ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, dorongan, saran, serta semangat dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam bentuk apapun sehingga terselesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepadaYth:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A.

selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Saiful Umam, M.A, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, beserta jajarannya.

(16)

XV

3. Dr. Darsita Suparno, M.Hum Selaku Ketua Program Studi Tarjamah.

4. Dr. Ulil Abshar, S.S., M.Hum. sebagai Sekertaris Program Studi Tarjamah, sekaligus dosen pembimbing skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah-tengah kesibukanya untuk membimbing, memberikan ilmu, memberi arahan, membaca, memeriksa, memberikan referensi, serta memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Tarjamah yang telah memberikan ilmu, mendidik, serta memberikan bimbingan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Sudirrman dan Ibu Hj.

Fatmah yang tidak pernah lelah untuk mendoakan dan memberi semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan jenjang pendidikan sampai tahap ini.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan, kakak dan adik kelas di prodi Tarjamah khususnya Tarjamah angkatan 2017 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam berbagai hal demi terselesaikannya skripsi ini.

Semoga penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Teruntuk semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini,

(17)

XVI

semoga segala pertolongan dan niat baiknya mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

Jakarta, 20-Sep- 2021 Penulis

Dasmayanti

(18)

XVII DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... iv

DAFTAR SINGKATAN ... xii

ABSTRAK ...xiii

KATA PENGANTAR ... xiv

DAFTAR ISI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan Dan Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E.Penelitian Terdahulu ... 5

F.Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KERANGKA TEORI A.Konsep Penerjemahan ... 10

1. Pengertian Penerjemahan ... 10

2. Proses Penerjemahan ... 11

3. Metode Penerjemahan Komunikatif ...15

4. Strategi Penerjemahan ... 17

B. Sastra Anak ... 20

1. Hakikat Sastra Anak ... 20

2. Penerjemahan Sastra Anak ... 22

(19)

XVIII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU DAN PENULIS

A.Metodologi Penelitian ... 25

1. Metode penelitian ...25

2. Sumber data... 25

3. Fokus Penelitian... 26

4.Teknik Pengumpulan Data ... 26

5. Metode Analisis Data ... 27

6. Teknik Penulisan ... 28

B. Gambaran Umum Tentang Cerita Anak Habbatu’tuut karya Kamil Kailani. ...28

1. Sinopsis Buku... 28

2. Profil Penerbit Hindawi ...29

C. Biografi Kamil Kailani dan Karya-Karyanya ... 30

1. Riwayat Pendidikan ... 30

2. Jenjang Karir... 30

3. Karya-karya Kamil Kailani ... 31

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN CERITA ANAK HABBATU’TUÛT KARYA KAMIL KAILANI A.Pengantar Penerjemah... 33

B.Pertanggungjawaban Penerjemahan... 34

1. Srategi Mengedepankan dan Mengakhirkan (Taqdim dan Ta'khir)... 37

2. Strategi Menambahkan (Ziyâdah) ... 44

3. Strategi Membuang (Hadzf) ... 55

4. Strategi Mengganti (Tabdil) ...58

(20)

XIX BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA... 68

LAMPIRAN ...74

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era digital sekarang ini, sudah banyak anak-anak yang mulai meniru dari setiap apa yang dilakukan oleh orang dewasa.

Hal yang ditiru bisa bersifat mendidik tapi ada juga yang bersifat tidak mendidik. Ini tentunya menjadi tanggungjawab setiap orang tua dalam cara pola asuh mereka terhadap anak-anak mereka.

Anak- anak zaman sekarang ini sudah kebanyakan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat pada usianya melalui audio visual seperti tayangan televisi dan internet juga dari media sosial lainnya. Oleh karena itu, sastra anak berupa pengaruh negatif dari tayangan televisi dan internet. 1

Karya sastra merupakan salah satu hasil cipta seni. Seni diyakini berumur setua peradaban manusia.2 seperti pada sastra anak yang dapat mempengaruhi dan mendidik karakter anak, karena pendidikan karakter dapat diajarkan melalui sastra anak yang berupa buku cerita anak. Ada juga nilai-nilai di dalamnya;

pertama, yaitu memberikan kenikmatan dan kegembiraan terkait

1 Sugihastuti, Sastra Anak: Teori dan Apresiasi (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), h. 80

2 Darsita Suparno, “Deiksis” dalam Cerpen Al-Kabuus Tinjauan Sosiopragmatik. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/45133 h.1.

(22)

2

dengan cerita yang disuguhkan. Kedua, dapat membantu mengembangkan wawasan anak menjadi prilaku insani. Hal ini sesuai dengan manfaat sastra anak yang menghibur. Sastra anak pada khususnya memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembacanya yang masih anak-anak.3

Saat ini, sudah banyak bermunculan buku-buku terjemahan dari bahasa asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya buku-buku terjemahan tersebut tentunya dibarengi dengan maraknya kegiatan penerjemahan yang dilakukan untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa asing.

Tetapi, buku-buku terjemahan cerita anak yang meluas dipasaran Indonesia kebanyakan buku terjemahan cerita anak yang notabennya adalah terjemahan dari dongeng-dongeng barat yang bahasa sumbernya bukan bahasa Arab, kalaupun ada cerita anak terjemahan dari bahasa Arab kebanyakan menceritakan kisah- kisah Nabi, rasul dan sahabnya.

Kegiatan penerjemahan adalah kegiatan yang melibatkan dua bahasa yaitu bahasa sumber (Bsu) dan bahasa sasaran (Bsa).

Kegiatan menerjemahkan terntunya dilakukan oleh seorang penerjemah yang merupakan penyambung lidah dari penulis atau pembicara untuk disampaikan kepada pembaca dan pendengar. 4

3 Siti Anafiah, Sastra Anak Sebagai Media Penanaman Pendidikan Karakter, (Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa). h. 6-7.

4 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Al-Kitabah, 2014). h. 17-18

(23)

3

Dalam kegiatan menerjemahkan tentunya dibutuhkan metode penerjemahan yang tepat, sehingga para pembaca atau pendengar karya terjemahan dapat memahami pesan apa yang disampaikan oleh Bsu, terlebih lagi jika yang membaca atau mendengar adalah anak-anak. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode penerjemahan komunikatif yang memang cocok digunakan dalam menerjemahkan buku cerita anak yang berjudul “Habbatu’tuut”, karena setiap bahasa adalam komunikasi bagi para penuturnya. 5

Pendekatan komunikatif yang paling diutamakan dalam proses menerjemahkan adalah tersampaikannya pesan dari Bsu ke Bsa sebagai strategi pencapaian. Seorang penerjemah harus mampu mengomunikasikan apa yang hendak disampaikan oleh penulis atau pembicara dalam Bsu kepada pembaca atau pendengar dalam Bsa. 6

Peneliti menerjemahkan buku cerita anak berjudul

“Habbatu’tuut” dengan metode komunikatif karena dalam buku ini, sang penulis menuliskan cerita dengan nilai-nilai moral yang tinggi dan budi pekerti yang mulia serta hakikat kehidupan yang dapat ditanamkan kepada anak-anak. Buku ini ditulis oleh Kamil Kailani yang merupakan salah satu dari pelopor sastra anak-anak di Mesir dan dunia Arab.

5 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Humaniora, 2005). h. 39

6 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia Kontemporer (Tangerang Selatan: Al-Kitabah, 2014). h. 16-17

(24)

4 B. Batasan Dan Rumusan Masalah

Agar pokok permasalahan tidak terlalu meluas maka peneliti menerjemahkan satu buku yang terdiri dari 12 cerita pendek dan membatasi permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini.

1. Bagaimana penerapan metode komunikatif dalam terjemahan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani ? 2. Bagaimana penerapan strategi dalam terjemahan buku

cerita Arab anak yang berjudul “Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani” ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas yaitu:

1. Mengetahui strategi apa saja yang digunakan dalam menerjemahkan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

2. Mendeskripsikan penerapan metode komunikatif dalam menerjemahkan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai manfaat penelitian yang baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya :

1. Meningkatkan wawasan bagi mahsiswa/i jurusan tarjamah dalam menerjemahkan buku ini dan membuat lebih mudah untuk memahami sistem bahasa.

(25)

5

2. Memudahkan para pembaca untuk membaca dan menerapkan teori pada tataran bentuk makna dalam penerjemahan sastra anak pada buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

3. Dapat dijadikan referensi dan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah mencari berbagai macam literatur sebagai bahan rujukan, peneliti menemukan penelitian tentang penerjemahan.

Sebelumnya sudah pernah diteliti oleh para mahasiswa diantaranya:

Pertama oleh Ahmad Dzikrullah Akbar (2017) mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menerjemahkan teks sastra buku “Addifa Anil Wathon” karya Hm. Saqid Ridhwan.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara menerjemahkan buku dengan menggunakan metode semantik. Perbedaan dari penelitian yang akan peneliti lakukan adalah objek kajian dan metode terjemahannya. Pada penelitian ini peneliti ingin menerjemahkan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani dengan metode penerjemahan komunikatif. Persamaan dengan peneliti sama-sama menggunakan teks sastra dan yang membedakan metode penerjemahannya. Jika Ahmad Dzikrullah Akbar menerjemahkan kitab “Addifa Anil Wathon” karya Hm. Saqid Ridhwan dengan metode semantik, sedangkan peneliti

(26)

6

menggunakan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani dengan menggunakan metode komunikatif.

Kedua oleh Qistina Amajidah pada tahun 2017. Skripsi berjudul “Penerjemahan teks sastra buku al- Qira‟ah al-Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi: Sebuah Pertanggungjawaban Akademik” peneliti yang memfokuskan metode penerjemahan Komunikatif dalam penerjemahan bukunya. Penelitian tersebut menunjukan bahwa hasil terjemahan Buku Al Qir’ah Ar-Syidah Juz 2 ini cocok menggunkan metode penerjemahan Komunikatif.

Persamaannya sama sama menggunakan metode penerjemhan komunikatif yang membedakan dengan yang peneliti lakukan adalah objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jika Qistina Amajidah menggunakan kitab al- Qira’ah al-Rasyidah Karya Abdul Hasan Ali Nadwi, sedangkan peneliti menggunakan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

Ketiga oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nauval Fitriah Penerjemahan Kitab Dau’u Al - Misbah Fi Bayani Ahkami Al-Nikah Karya K.H. Hasyim Asy’ari (2017). Kelebihan dari penelitian tersebut adalah ia mendeskripsikan penereapan metode dan strategi penerjemahan yang diklasifikasi ke dalam dua bagian. Pertama, mendeskripsikan dengan rinci metode semantis pada terjemahannya. Kedua, mendeskripsikan secara gamblang dan jelas strategi apa saja yang diterapkan dalam terjemahannya. Kekurangan dari penelitian ini adalah Nauval

(27)

7

melakukan dua penerapan metode dan strategi yang berbeda mengakibatkan meluasnya fokus pembahasan dalam penelitian yang dilakukannya. Menurut saya, penelitian seperti ini cukup hanya menggunakan penerapan metode penerjemahan, karena biasanya telaah strategi penerjemahan digunakan untuk menganalisis hasil terjemahan orang lain. Persamaan dari penelitian Nauval dengan yang akan peneliti lakukan adalah dari objek kajiannya, yaitu sama-sama menerjemahkan yang membedakan teks korpus dan cara menerjemahkannya. Jika nauval menerjemahkan teks klasik kitab Dau’u Al - Misbah Fi Bayani Ahkami Al-Nikah Karya K.H. Hasyim Asy’ari.

Sedangkan peneliti menerjemahkan teks sastra anak pada buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

Keempat oleh rezia shavira putri ( 2018 ) mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakrta, skripsi berjudul “Penerjemahan Novel AL-Mar’ah Wa’ alqithah Karya Laila AL-Othman dengan metode komunikatif. Persamaan dengan yang peneliti lakukan sama-sama menggunakan metode komunikatif, sedangkan yang membedakan dengan yang peneliti lakukan yaitu korpusnya. Jika rezia shavira putri menggunakan korpus novel kitab AL-Mar’ah Wa’ alqithah Karya Laila AL-Othman, sedangkan peneltiti menggunakan korpus buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

Kelima oleh Nurlathiefah Fadhielah (IAIN Purwakarta) dengan judul Penerjemahan Teks Arab non sastra (Study Deskriptif di Pondok Pesantren Salaf Khas Kempek Gempol

(28)

8

Cirebon). Dalam skripsi ini ia hanya menjelaskan definisi dari teks arab dan model hasil terjemahan santri yang ada di Pondok Pesantren Salaf tersebut. Persamaanya objek kajiannya yaitu menerjemahkan, bedanya dengan yang peneliti lakukan yaitu dari penyajian penelitian dan teks yang dijadikan objek penelitian. Jika Nurlathiefah Fadhielah hanya menjelaskan definisi teks arab non sastra lalu model terjemahan santri, sedangkan peneliti menerjemahkan teks sastra lalu model terjemahan komunikatif.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan makan proposal skripsi yang berjudul “Penerjemahan Komunikatif Buku Habbatu’’tuut Karya Kamil Kailani” ini akan disusun dalam lima bab dan masing-masing terdiri dari sub-sub dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-bab, yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II : Berisi kerangka teori yang terdiri dari teori-teori yang membahas terkait langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis dan menerjemahkan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani.

(29)

9

BAB III : Berisi gambaran umum yang meliputi isi cerita atau sinopsis buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani dan biografi penulis buku Habbatu’tuut BABIV :Berisi analisis penerjemahan dan

pertanggungjawaban hasil penelitian yang sudah diterjemahkan dan hasil penerjemahan buku Habbatu’tuut Karya Kamil Kailani

BAB V : Berisi penutup yang mencakup kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, dan tidak lupa meyertakan saran.

(30)

10 BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep Penerjemahan

1. Pengertian Penerjemahan

Catford dalam bukunya (A Linguistic Theory of Translation) mendefinisikan penerjemahan sebagai

“ pergantian bahasa teks dari satu bahasa (Bsu) ke dalam bahasa lain (Bsa) dengan sepadan.7 Sementara itu Nida dan Taber menyatakan bahwa menerjemahkan adalah

“menulis kembali teks dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa) dengan menggunakan padanan yang paling mendekati bahasa sumber. “selain itu menurut mereka, padanan yang digunakan pertama tama harus mendekati dari segi makna, kemudian barulah mendekati dari segi gaya bahasa.8

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menerjemahkan adalah menulis kembali pesan yang disampaikan dalam Bsu ke dalam Bsa dengan menggunakan padanan yang paling dekat Bsu, baik dalam segi makna maupun segi gaya bahasanya. Hal terpenting

7 J.C. Catford, A Linguistic Theory of Translation : An Essay in Applied Linguistics, (Oxford : Oxford University Press, 1965 ), h. 20

8 Eugene A Nida and Taber Charles R, The Theory and Practice of Translation, ( Leiden : E.J. Brill, 1982 ), h. 12

(31)

11

dalam menerjemahkan adalah bahwa pesan dalam Bsu dapat tersampaikan dengan baik ke dalam Bsa, setelah itu barulah gaya bahasa mengikuti. Penerjemahan harus menulis teks terjemahan dengan gaya bahasa yang sedekat mungkin dengan gaya bahasa penulis, meskipun tetap saja gaya bahasa penerjemah sendiri ikut masuk di dalamnya.

Tahapan proses penerjemahan pada umumnya dengan mengkaji seluruh teks sebelum mulai menerjemahkannya.

Setelah memperoleh gambaran tetntang isi pesan teks, penerjemahan bisa memecahnya menjadi bagian-bagian teks besar kecil dan jenis unitnya akan tergantung kepada sifat teks, panjang pendeknya, tingkat kesulitannya, dan juga termasuk bergantung kepada tempramen dan kemampuan penerjemahan itu sendiri.

2. Proses Penerjemahan

Dalam penerjemahan, hasil yang dikehendaki adalah terjemahan yang baik. Sedangkan ciri terjemahan yang baik adalah terjemahan yang akurat, tepat, dan wajar dalam bahasa sasaran. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa proses penerjemahan adalah serangkaian tahapan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan terjemahan yang akurat, tepat, dan wajar.9

9 Ilzamudin Ma’mur, ‘Proses Penerjemahan: Deskripsi Teoritik’, Alqalam, 24 (2007), h. 442.

(32)

12

Ada tiga model proses penerjemahan yang akan penulis bahas pada bab ini, yaitu model Newmark, Wolfarm Wilss, dan Syarif Hidayatullah.

Newmark mendeskripsikan proses penerjemahan dimulai dengan memilih metode dalam penerjemahan.

Kemudian melakukan penerjemahan dengan empat tahapan diantaranya: tahapan pada tataran Tsu interlingual, tahapan referensi dan reproduksi Tsu secara kontekstual, tahapan kohesif secara gramatikal yang disesuaikan dengan tingkat Bsu, dan proses pemadanan yang merupakan proses lengkap dengan reproduksi Bsu ke dalam Bsa secara kontekstual.10

Wolfarm Wilss dalam bukunya The science of translation: problems and methods mengemukakan bahwa proses penerjemahan terdiri dari dua sub-operasi yang berurutan secara kronologis. Langkah pertama, adalah identifikasi Tsu dengan menguraikan dan memahami Tsu secara tataran konteks mikro dan makro.

Langkah kedua, adalah rekontruksi Tsa dengan menentukan strategi pengalihan interlingual oleh penerjemah yang kemudian dilakukanya koordinasi unsur-unsur individu pada Tsu dengan Tsa atas dasar pemadanan kata demi kata, frasa atau kalimat. Model ini diilustrasikan wilss pada diagram sebagai berikut:

10 Newmark, A Textbook of Translation, h. 19.

(33)

13

Teks Sumber (Tsu) Teks Sasaran (Tsa)

Interlingual

Makna yang dipadankan (intended imeaning)11

Menurut Syarif Hidayatullah untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan yang terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan yang melalui setidaknya 13 proses, mulai dari struktur luar Bsu hingga menjadi struktur luar Bsa. Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Strktur luar Bsu berarti teks masih berupa teks sumber

(Tsu), belum mengalami proses apa pun.

b. Pemahaman leksikal Tsu mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan leksikal sehingga dia bisa memahami makna kosakata yang terlihat pada Tsu.

c. Pemahaman morfologis Tsu mengharuskan penerjemah memahami bentuk morfologis kosa kata Tsu sehingga mengerti perubahan bentuk kosakata pada Tsu yang berimbas pada perubahan makna.

11 Wolfram Wilss, The Science of Translation : Problems and Methods (Jerman: Tubingen: Gunter Naar, 1982), h. 80.

(34)

14

d. Pemahaman sintaksis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pola kalimat dalam Tsu yang pada gilirannya mengontraskannya dengan Tsa.

e. Pemahaman semantis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang berlaku pada Tsu.

f. Pemahaman Pragmatis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pemahaman yang dikaitkan dengan konteks yang berlaku pada Tsu.

g. Pada struktur batin Tsu dan Tsa terjadi transformasi pada diri penerjemah untuk kemudian menyelaraskan pemahaman Tsu ke dalam pemadanan Tsa.

h. Pemadanan leksikal Tsa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang tepat untuk tiap kata yang ditemuinya pada Tsu.

i. Pemadanan morfologis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan soal padanan yang tepat pada suatu kata setelah mengalami perubahan bentuk.

j. Pemadanan sintaksis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan makna pada tiap pola kalimat dalam Tsa sehingga dapat memilih padanan yang akurat pada tiap kalimat yang dihadapinya.

k. Pemadanan semantis Tsa berhubungan dengan pemadanan sintaksis Tsa.

l. Pemadanan pragmatis Tsa merupakan hasil dari pemahaman kontekstual Tsu sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan tepat kalimat dalam konteks tertentu, yang tentu saja akan berbeda

(35)

15

maknanya meskipun bentuknya sama. Ramuan dari pemahaman yang kemudian menghasilkan pemadanan itulah yang bisa melahirkan struktur luar Tsa yang layak dikonsumsi.12

3. Metode Penerjemahan Komunikatif

Metode penerjemahan komunikatif adalah proses untuk mencoba menerjemahkan sedekat mungkin aspek kebahasaan dan aspek isi langsung yang dapat dimengerti oleh para pembaca. Proses metode ini mengharuskan penerjemah memperhatikan prinsip – prinsip komunikasi yang dikaitkan dengan siapa calon pembacanya dan apa tujuan penerjemahan teks tersebut. 13

Penerjemahan komunikatif, tipe penerjemahan ini berupaya menghasilkan efek seperti pembaca membaca teks asli. 14 Penerjemahan komunikatif menaruh perhatian akan pentingnya unsur didalam proses penerjemahan yaitu, bahasa sumber dan bahasa sasaran, budaya, penulis teks asli, penerjemah, keefektifan bahasa terjemahan dan pembaca terjemahan. 15Penerjemahan komunikatif pada dasarnya merupakan penerjemahan yang subjektif karena

12 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, Revisi (Jakarta: PT Gramedia, 2017), h. 164-165.

13 Moch. Syarif Hidayatullah, Jembatan Kata (Jakarta: Grasindo, 2017). h.43.

14 Sriyono. Beberapa Isu dalam Penerjemahan, (pdf), diakses pada tanggal 11 November

15 Masduki, Jenis dan Makna Terjemahan (Ditinjau dari Kelebihan dan Kekurangannya), (pdf), diakses pada tanggal 11 November 2017 pukul 16.22 WIB dari http://journal.trunoyo.ac.id.h.5

(36)

16

ia berusaha mencapai efek pikiran atau tindakan tertentu pada pihak pembaca Bsa.16

Dengan menggunakan metode komunikatif, penerjemah bisa membetulkan atau memperbaiki logika kalimat-kalimat Bsu-nya, mengganti kata-kata dan struktur yang kaku dengan yang lebih luwes dan anggun, menghilangkan bagian kalimat yang kurang jelas, menghilangkan pengulangan, serta memodifikasi penggunaan jargon.17

Terjemahan komunikatif berusaha menciptakan efek yang dialami oleh pembaca Bsa sama dengan yang dialami oleh pembaca Bsu. Oleh karena itu, sama sekali tidak boleh ada bagian terjemahan yang sulit diemengerti atau terasa kaku. Elemen budaya Bsu pun harus pindah ke dalam elemen budaya Bsa.18 Penerjemahan komunikatif sangat memeperhatikan para pembaca atau pendengar bahasa sasaran yang tidak mengharapkan adanya kesulitan-kesulitan dan ketidak jelasan dalam teks terjemahan.19

Newmark dalam Al-Farisi mengemukakan bahwa metode penerjemahan komunikatif ini berupaya

16 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan PenuntunPraktis Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 50.

17 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan PenuntunPraktis Menerjemahkan, h. 49-50.

18 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasa Teori dan PenuntunPraktis Menerjemahkan, h. 49.

19 Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), h.41.

(37)

17

mengungkapkan makna kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target. Dengan kata lain metode ini sangat mengindahkan efek terjemahan terhadap pembaca target.

Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa target.20

4. Strategi Penerjemahan

Dalam praktiknya, proses penerjemahan membutuhkan strategi. Strategi penerjemahan diterapkan ketika proses penerjemahan berlangsung, baik pada tahap analisis teks sumber maupun pada tahap pengalihan pesan ke dalam bahasa target. Strategi penerjemahan diperlukan agar penerjemah tidak mengalami kegamangan dalam menangani persoalan yang muncul selama proses penerjemahan. Menurut Lorscher, strategi penerjemahan adalah langkah-langkah yang diacu penerjemah dalam mengatasi kendala-kendala penerjemahan.21

Strategi yang digunakan dalam penerjemahan ini adalah menggunakan strategi sebagai berikut:

a. Mengedepankan dan Mengakhirkan

Dalam strategi ini, penerjemah mungkin saja mengedepankan kata yang dalam Tsu berada di akhir, dan sebaliknya mengakhirkan kata yang dalam Tsu berada di

20 M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, h.57

21 M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, h.47

(38)

18

awal. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kedua bahasa ini ( bahasa Arab dan bahasa Indonesia ) memiliki struktur gramatika yang berbeda.22 Contoh:

جاوزلاب ددعتلا ملاسلإا ددح دق 1 2 3

456

Islam telah membatasi poligami

3 1 2 456

Pada contoh tersebut, kata pada yang semula awal urutannya yaitu 123456, saat diterjemahkan menjadi 312456.

b. Menambahkan

Strategi ini memungkinkan penerjemah menambahkan beberapa kata dalam proses penerjemahan.

Hal ini bisa terjadi karena dalam struktur kata bahasa Arab terkadang pemarkah predikat predikat tidak ditampakan yakni sudah terwakili oleh struktur gramatikanya, sedangkan dalam bahasa Indonesia mengharuskan adanya pemarkah predikat.23 Contoh:

مهم رمأ نأرقلا مهف 1 2 3 6

22 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia kontemporer, h.54.

23 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia kontemporer, h.55.

(39)

19

Memahami Alquran merupakan hal (yang) penting 1 2 T 3 T 4

Pada contoh tersebut, kata dalam Tsu berjumlah 4 kata kata, sementara kata dalam Tsa bertambah menjadi 6 kata.

c. Membuang

Strategi ini memungkinkan penerjemah membuang beberapa kata yang seharusnya ada dalam Tsu. Hal ini terjadi karena kata-kata tersebut mungkin saja tidak dibutuhkan dalam pengalihan pesannya. Jika kata-kata tersebut tetap digunakan bisa saja berakibat kepada hasil terjemahan yang kurang bagus.24 Contoh:

كمسلا ديصل دمحأ بهذ مايلأا نم موي يف 1 2 3 6 5 4 7 8

Suatu hari Ahmad (pergi) memancing 1234 6 5 789

Pada kalimat tersebut, jumlah kata sebelum diterjemahkan ada 9 kata, ketika diterjemahkan menyusut menjadi 5 kata.

24 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia kontemporer, h.56.

(40)

20 d. Mengganti

Strategi ini memungkinkan penerjemah mengganti hasil terjemahan dengan suatu kata yang lebih tepat, tentunya mengganti hasil terjemahan tersebut dengan memperhatikan ketetapan makna dalam bahasa sasaran.25 Contoh:

عابيلاو اناجم عزوي 1 2

563

Gratis atau Tidak diperjual belikan

Pada contoh kalimat tersebut, kata dalam Tsu yang awalnya berjumlah 5 kata, cukup diterjemahkan menjadi satu atau dua kata.

B. Sastra Anak

1. Hakikat Sastra Anak

Dalam proses kelahirannya, karya sastra, baik sastra indonesia maupun sastra lainnya, terjadi saling keterkaitan antara pencipta sastra dengan fenomena kehidupan masyarakat.26 Seperti sastra Indonesia yang merupakan salah satu unsur dari kebudayaan bangsa Indonesia yang perlu

25 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab- Indonesia kontemporer, h.56.

26 Darsita Suparno, Nilai-nilai Budaya Dalam Novel Terjemahan al-Bahts’an Imro’ah Mafqudah, ( Prosiding Seminar Nasional Penerjemahan:

Revitalisasi Peran Penerjemahan di Era Global, UIN Jakarta, Oktober 2013), h.7.

(41)

21

dikembangkan.27 Sastra juga berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan disekitar manusia. Artinya baik cara pengungkapan maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah khas sastra, khas dalam pengertian lain daripada yang lain.28

Sastra anak adalah sastra terbaik yang dibaca anak dengan karakteristik yang beragam, tema, dan format. Sastra anak ditulis berdasarkan sudut pandang anak yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak. Terdapat empat hal terkait sastra anak. Pertama, sastra anak adalah sastra yang memang ditujukan untuk anak-anak sepeti Bobo, Mentari dan lasin sebagainya. Kedua, sastra anak berisi cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dan perasaan anak. Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak- anak. Keempat, sastra anak adalah sastra yang berisi nilai- nilai moral atau pendidikan yang bermanfaat untuk anak. Dari keempat uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus

27 Darsita Suparno, Sejarah Politik Bahasa dan Sastra Indonesia Modern. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/45133 h.114

28 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak ( Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press, 2013), h.2.

(42)

22

ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun orang dewasa.29

Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan kepada anak-anak agar anak mendapatkan manfaat yang berguna bagi kehidupan di masa mendatang. Sastra anak memiliki beberapa genre yang sebenarnya hampir sama dengan sastra anak pada umumnya, seperti prosa, puisi, dan drama. Sastra anak memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari sastra orang dewasa. Sastra anak berperan dalam pembelajaran bahasa. Selain itu, sastra anak juga memiliki peran untuk menumbuhkan karakter melalui tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita.30

Burhan Nurgiyantoro mengutip Huck dkk yang mengemukakan perlu adanya perhatian terhadap perbedaan buku yang dimaksudkan sebagai bacaan anak dan dewasa.

Mereka mengungkapkan bahwa sastra anak adalah buku yang sengaja disediakan untuk anak-anak. Mereka juga menemukan bahwa “Children’s books that have a child’s eye at the center”. Buku anak, sastra anak, adalah buku yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan.31

29 Purbarani Jatining Panglipur, Eka Listiyang, Sastra Anak Sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa dan Sastra untuk Menumbuhkan Berbagai Karakter di Era Global ( Seminar Nasional University Jember, 2017), h.688.

30 Purbarani Jatining Panglipur, Eka Listiyang, Sastra Anak Sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa dan Sastra untuk Menumbuhkan Berbagai Karakter di Era Global (Seminar Nasional University Jember, 2017), h. 694.

31 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press, 2013), h.6 .

(43)

23 2. Penerjemahan Sastra Anak

Penerjemahan cerita anak bisa dikatakan juga sebagai penerjemahan karya sastra anak, wujud sastra pertama- tama dilihat dari bahannya, yaitu bahasa.32 Bacaan bagi anak- anak juga merupakan bagian dari sastra dalam bentuk tulisan.

Sastra hakikatnya adalah memberi kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan. Sastra hadir kepada pembaca pertama-tama adalah memberikan hiburan, hiburan yang menyenangkan dan menampilkan cerita yang menarik, membaca pembawa ke suatu alur kehidupan yang penuh dengan daya tarik, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat.33

Kegiatan penerjemahan pastinya dilakukan untuk menghasilkan suatu karya terjemahan. Sebuah hasil terjemahan harusnya tak terbaca seperti suatu terjemahan. Terjemahan harusnya juga tidak mengingatkan akan karangan aslinya, tetapi harus terbaca wajar dan seolah-olah muncul langsung dari pikiran si pembaca. Terjemahan juga harus terbaca seperti sebuah karangan asli, tentunya dengan tidak menghilangkan pesan yang dimaksud oleh Bsu. 34

Melalui kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar kegiatan

32 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Penerbit Knisius, 1989), h.12.

33 Sugihastuti, Teori Apresiasi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.70.

34 Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak ( Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press, 2013), h.3.

(44)

24

penggantian, karena penerjemah dalam hal ini melakukan kegiatan komunikasi baru melalui hasil kegiatan komunikasi yang sudah ada, tetapi dengan memperhatikan aspek-aspek sosial ketika teks baru itu akan dibaca dan dikomunikasikan.35 Begitulah karya sastra yang diterjemahkan dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa ssaran (Bsa), Indonesia banyak yang telah dilakukan oleh para ahli. 36

35 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Penerbit Knisius, 1989), h.12.

36 Darsita Suparno, Nilai-nilai Budaya Dalam Novel Terjemahan al-Bahts’an Imro’ah Mafqudah, ( Prosiding Seminar Nasional Penerjemahan:

Revitalisasi Peran Penerjemahan di Era Global, UIN Jakarta, Oktober 2013), h.6.

(45)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM TENTANG BUKU DAN PENULIS A. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dalam masyarakat bahasa.37 Sedangkan deskriptif merupakan data yang dikumpulkan berupa kata- kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.38 Menurut peneliti metode penelitian kualitatif deskriptif ini yang bersifat ilmiah secara pustaka dan tertulis.

2. Sumber data

Peneliti menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, dan mengolah bahan penelitian. 39

37 T Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 10.

38 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2012), h.11

39 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 3

Referensi

Dokumen terkait

Secara kuantitas, konsentrasi dsRNA yang di- hasilkan menggunakan metode ekstraksi dsRNA secara sederhana lebih kecil dibandingkan menggu- nakan metode ekstraksi kit,

Penelitian skripsi pada tahun 2012 yang telah dilakukan oleh Swandy, Mario Adiputra, dan David dari Universitas Bina Nusantara mengenai perancangan sistem basis

“Aw, for Chrissakes!” Bigger said, lighting a cigarette.. Bigger knows that his mother hates him not only because what she says about him but also because of her wish to should

Selain itu, sangat dianjurkan bahwa semua instruktur yang mempunyai level 3 harus dilibatkan secara intensif dalam pelatihan yang ada dalam organisasi dan juga untuk membimbing

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu buddhayah , yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

Survei yang dilakukan terhadap situs-situs pertahanan tradisional baik di Bukit Amaiha di Pulau Saparua, maupun Bukit Wawani dan Bukit Kapahaha di Pulau Ambon menunjukkan bahwa

Prosentase angka kematian ternak 5% 7,6% 6% - 5.2.21 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak... 5.2.22.22 Pengembangan budidaya ternak kambing/domba

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung