• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji ketertarikan warna light trap insect untuk pengendali an hama Spodoptera Exigua pada tanaman bawang merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Uji ketertarikan warna light trap insect untuk pengendali an hama Spodoptera Exigua pada tanaman bawang merah"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PENYULUHAN

PENGGUNAAN PERANGKAP LIGHT TRAP INSECT TENAGA SURYA UNTUK PENGENDALIAN

HAMA NGENGAT (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KELOMPOK

TANI AMONG TANI DESA BANARAN KULON KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

NURY INDRA ANGGARIBU 04.01.18.068

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

i

TUGAS AKHIR

RANCANGAN PENYULUHAN

PENGGUNAAN PERANGKAP LIGHT TRAP INSECT TENAGA SURYA UNTUK PENGENDALIAN HAMA NGENGAT (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KELOMPOK TANI

AMONG TANI DESA BANARAN KULON KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

Diajukan sebagai syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S. Tr. P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

NURY INDRA ANGGARIBU 04.01.18.068

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN Bismillahirohmanirrohim...

Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, ridho dan hidayahnya sehingga saya

dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa saya panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahiliyah ke zaman sekarang yang

terang benderang.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

Bapak, Ibu dan Adek Tercinta

Terimakasih banyak kepada kedua orang tua saya Bapak Suyono dan Ibu Wiji Astutik yang telah memberikan kasih sayang dan doanya yang menjadi penyemangat saya dalam melewati setiap langkah kehidupan saya dan saya

sangat bangga karena sudah dimilikinya. Serta kepada adik saya Dwi Nurul Fahturoohma yang sangat saya sayangi dan saya banggakan yang telah

memberikan doa dan semangatnya.

Bapak Achmad Nizar, SST, M.Sc dan Bapak Muhammad Saikhu, SP, M.Agr Terimakasih sudah sabar membimbing saya dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini hingga selesai. Dan tak lupa kepada semua Bapak Ibu dosen, pegawai

Polbangtan Malang yang telah memberikan pengalaman berarti dalam kehidupan saya.

Teman Seperjuangan Angkatan 2018

Terimakasih kepada teman seperjuangan saya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah menjadi bagian dari perjalanan saya selama ini, semoga

senantiasa kita semua diberi barokah dan selalu diberi kesempatan untuk menjalin silaturahmi atas ridho illahi.

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi RINGKASAN

Nury Indra Anggaribu, 04.01.18.068. "Rancangan Penyuluhan Penggunaan Perangkap Light Trap Insect Tenaga Surya Untuk Pengendalian Hama Ngengat (Spodoptera exigua) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Di Kelompok Tani Among Tani Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk" Dibawah bimbingan Achmad Nizar, SST, M.Sc dan Muhammad Saikhu, SP, M.Agr.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pengaruh warna Light Trap Insect tenaga surya terhadap jumlah hama yang terperangkap dan intensitas kerusakan pada tanaman bawang merah. (2) Menyusun rancangan penyuluhan tentang penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat. (3) Mengetahui Peningkatan pengetahuan petani dalam penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat.

Metode penelitian alat Light Trap Insect tenaga surya menggunakan metode observasi lapang dengan 5 jenis perlakuan pada warna lampu meliputi warna biru, warna hijau, warna ungu, warna kuning dan warna putih. Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali pada pagi hari diumur 7-37 hst dengan parameter jumlah hama yang terperangkap dan tingkat kerusakan pada tanaman bawang merah. Analisis data menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji DMRT 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ngengat Spodoptera exigua yang terjebak terbanyak pada perlakuan lampu warna ungu dan perlakuan terendah pada lampu warna kuning. Intensitas kerusakan tanaman tertinggi ditunjukkan perlakuan lampu warna kuning dan pada perlakuan lampu warna ungu menunjukkan intensitas kerusakan terendah.

Rancangan penyuluhan disusun dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan petani mengenai hasil penelitian terbaik dari penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat di Kelompok Tani Among Tani. Dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi, serta media yang digunakan adalah vidio dan leaflet. Hasil evaluasi penyuluhan menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan petani memperoleh skor 23,6% yang responden alami sebelum dan sesudah proses penyuluhan. Hasil efektivitas penyuluhan pertanian diperoleh skor sebesar 73% sehingga tergolong dalam kategori sangat efektif.

Kata Kunci : Light Trap Insect, Panel Surya, Hama, Bawang Merah

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul "Rancangan Penyuluhan Penggunaan Perangkap Light Trap Insect Tenaga Surya Untuk Pengendalian Hama Ngengat (Spodoptera exigua) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Di Kelompok Tani Among Tani Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Achmad Nizar, SST. M.Sc, selaku Pembimbing I;

2. Muhammad Saikhu, SP, M.Agr, selaku Pembimbing II;

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP, selaku ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang;

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang;

5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan Tugas Akhir.

Demikian Laporan Tugas Akhir ini disusun. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, 30 Juli 2022

Penulis

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined. RINGKASAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.4. Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori Teknis ... 8

2.2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah ... 8

2.2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah ... 10

2.2.3. Budidaya Tanaman Bawang Merah ... 11

2.2.4. Hama Ngengat Spodoptera exigua ... 17

2.2.5. Light Trap Insects ... 20

2.2.6. Ketertarikan Hama Terhadap Warna Cahaya ... 21

2.2.7. Sistem Tenaga Surya (Solar Cell) ... 22

2.2.8. Sistem Light Trap Insect Tenaga Surya ... 26

2.3. Rancangan Penyuluhan ... 26

2.3.1. Pengertian Penyuluhan Pertanian ... 26

2.3.2. Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 28

2.3.3. Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 29

2.3.4. Materi Penyuluhan Pertanian ... 30

2.3.5. Metode Penyuluhan Pertanian ... 31

2.3.6. Media Penyuluhan Pertanian ... 33

2.3.7. Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 34

2.3.8. Pengetahuan ... 35

2.4. Kerangka Pikir ... 38

BAB III METODOLOGI ... 39

3.1. Lokasi dan Waktu ... 39

3.2. Metode Kajian Alat ... 39

3.2.1. Alat dan Bahan ... 39

3.2.2. Pembuatan Perangkap Light Trap Insect ... 40

3.2.3. Rancangan Penelitian ... 43

3.2.4. Parameter Pengukuran ... 45

3.2.5. Metode Analisis Penentuan Harga Alat ... 46

3.2.6. Definisi Operasional ... 48

3.3. Metode Perancangan Penyuluhan ... 49

3.3.1. Menentukan Tujuan Penyuluhan ... 49

3.3.2. Menentukan Sasaran Penyuluhan ... 49

3.3.3. Menentukan Materi Penyuluhan ... 49

3.3.4. Menentukan Metode Penyuluhan ... 50

3.3.5. Menentukan Media Penyuluhan ... 50

3.4. Metode Implementasi ... 50

(10)

ix

3.4.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ... 50

3.4.2. Persiapan Penyuluhan ... 50

3.4.3. Penyampaian Materi ... 51

3.5. Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 51

3.5.1. Tujuan Evaluasi ... 51

3.5.2. Metode Evaluasi ... 51

3.5.3. Populasi dan Sampel Evaluasi ... 51

3.5.4. Skala Pengukuran Evaluasi ... 51

3.5.5. Instrumen Evaluasi... 52

3.5.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

3.5.7. Analisis Data Evaluasi ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Hasil Pengamatan Jumlah Hama Yang Terperangkap ... 54

4.2. Hasil Pengamatan Intensitas Kerusakan Tanaman ... 57

4.3. Analisa Usaha Tani ... 60

4.3.1. Analisa Produksi Light Trap Insect ... 60

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 63

5.1 Perancangan Penyuluhan ... 63

5.1.1 Keadaan Umum ... 63

5.1.3 Perancangan Lokasi Dan Waktu Penyuluhan ... 66

5.1.4 Perancangan Penyuluhan... 66

5.1.5 Perancangan Evaluasi Penyuluhan ... 68

5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 70

5.2.1 Lokasi dan Tempat Pelaksanaan Penyuluhan ... 70

5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 70

5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 71

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 73

5.3.1 Evaluasi Efektivitas Penyuluhan ... 75

BAB VI PEMBAHASAN ... 77

6.1. Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 77

6.1.1. Karakteristik Sasaran ... 77

6.1.2. Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 80

6.2. Rencana Tindak Lanjut ... 82

BAB VII KESIMPULAN ... 83

7.1. Kesimpulan ... 83

7.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 91

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu... 6

2. Ketegori Efektivitas Peningkatan Pengetahuan... 53

3. Rata-Rata Jumlah Hama Yang Terperangkap... 54

4. Rata-Rata Intensitas Kerusakan Tanaman... 58

5. Klasifikasi Sasaran Berdasarkan Umur... 78

6. Klasifikasi Sasaran Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 79

7. Klasifikasi Sasaran Berdasarkan Lama Berusaha Tani... 80

8. Klasifikasi Sasaran Berdasarkan Luas Lahan... 81 9. Rekapitulasi Kuisioner Pre-test dan Post-Test... 82

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir... 38

2. Desain Perangkap Light Trap Insect Tenaga Surya... 41

3. Rangkaian Arus Listrik... 41

4. Denah Penempatan Alat... 43

5. Denah Penentuan Sampel Tanaman... 44

6. Peta Desa Banaran Kulon... 64

7. Rata-rata Curah Hujan 5 Tahun Terakhir... 66

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Uji Anova Dan DMRT Jumlah Hama Terperangkap... 92

2. Hasil Uji Anova Dan DMRT Kerusakan Tanaman... 97

3. Analisa Produksi Light Trap Insect... 102

4. Form Konstektual Keadaan Lapang... 103

5. Form Pertimbangan Pemilihan Metode Penyuluhan... 106

6. Matriks Analisa Penetapan Metode Penyuluhan... 107

7. Matriks Analisa Penetapan Media Penyuluhan... 109

8. Instrumen Evaluasi Penyuluhan... 110

9. Kuisioner Evaluasi... 111

10. Tabulasi Uji Validitas... 114

11. Hasil Uji Validitas... 115

12. Hasil Uji Reliabilitas... 118

13. Hasil Evaluasi Penyuluhan... 119

14. Sinopsis... 122

15. Lembar Persiapan Menyuluh... 125

16. Lembar Pengesahan Materi Penyuluhan... 127

17. Berita Acara... 128

18. Daftar Hadir... 129

19. Media Penyuluhan... 130

20. Dokumentasi... 132

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascolanicum L.) merupakan salah satu komoditas unggul jenis sayuran yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Bawang merah termasuk kedalam sayuran multiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai rempah-rempah pelengkap bumbu masak, bahan industri makanan dan juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Putrasamedja dan Suwandi, 1996). Budidaya bawang merah dapat dilakukan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi secara intensif namun masih terdapat berbagai kendala baik dari segi teknis maupun ekonomis (Badan Litbang Pertanian, 2006).

Produksi bawang merah di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 1,82 juta ton, jumlah tersebut meningkat 14,88% dari tahun 2019 yakni sebesar 1,58 juta ton (Badan Pusat Statistika, 2020). Berdasarkan provinsinya Jawa Timur merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah tertinggi nomor dua di Indonesia setelah Jawa Tengah yakni pada tahun 2020 sebesar 454,58 ribu ton, jumlah tersebut berkontribusi sebesar 25,04% terhadap produksi bawang merah nasional (Badan Pusat Statistika, 2020).

Adapun untuk penyebaran wilayah di Jawa Timur yang menjadi penghasil bawang merah berada di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Sampang. Produktivitas bawang merah terbesar di wilayah Jawa Timur adalah Kabupaten Nganjuk dengan total produksi bawang merah pada tahun 2020 mencapai 1,772,322 kwintal dan menguasai sekitar 41,52 % pasokan bawang merah di Jawa Timur (Badan Pusat Statistika, 2020). Di Kabupaten Nganjuk terdapat daerah yang menjadi penopang produktivitas bawang merah meliputi Kecamatan Bagor, Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Wilangan. Dalam teknis

(15)

budidaya yang dilakukan oleh petani selama ini tidak terlepas dari beberapa kendala salah satunya adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) utama yang menyerang bawang merah adalah ulat (Spodoptera exigua). Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah sehingga petani menjadi merugi (Putrasamedja et al., 2012). Hama tersebut memiliki kemampuan menyebar cepat pada tanaman bawang merah di dataran rendah dan dataran tinggi, selain itu hama tersebut menyerang tanaman bawang merah sepanjang tahun baik musim kemarau maupun musim hujan (Moekasan et al., 2012).

Menurut Nurjanani dan Ramlan (2008) kehilangan hasil akibat serangan Spodoptera exigua bervariasi dari 80% sampai 100% tergantung pengelolaan budidaya bawang merah. Dengan demikian jika tanaman bawang merah terserang Spodoptera exigua pada fase generatif, maka resiko kegagalan panen akan lebih besar 45% hingga 47% (Moekasan, 1994).

Ada beberapa upaya atau inovasi yang dapat digunakan oleh petani dalam mengendalikan hama Spodoptera exigua yang ramah lingkungan salah satunya dengan menerapkan pengendalian hama terpadu menggunakan perangkap hama. Dalam siklus hidupnya serangga dewasa jenis Spodoptera exigua atau ngengat betina akan bertelur sekitar 500-600 butir kemudian telur akar menetas menjadi larva dan larva pun masuk kedalam rongga daun bawang merah selama 9-14 hari kemudian menjatuhkan diri ketanah untuk berkepompong, setelah 5 hari pupa berkembang menjadi ngengat kembali (BPTP Jawa Barat, 2020). Pada saat menjadi ngengat dapat dilakukan pemutusan siklus hidup dari Spodoptera exigua dengan perangkap hama, karena ngengat akan tertarik dan terjebak dengan cahaya lampu pada malam hari dari Light Trap Insect.

Beberapa petani di Desa Banaran sebenarnya pernah menggunakan Light Trap Insect, hanya saja terdapat beberapa kendala salah satunya adalah tata letak

(16)

dari alat tersebut yang harus diletakkan dekat dengan aliran listrik. Sehingga petani enggan menggunakan kembali di lahan pertaniannya. Dengan demikian perlu adanya inovasi yang dilakukan sebagai pengganti sumber tenaga untuk Light Trap Insect.

Alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti sumber tenaga listrik yakni dengan memanfaatkan energi sinar matahari. Ketersediaan dari energi matahari yang tidak bisa habis dapat digunakan sebagai pengganti energi listrik yakni dengan menggunakan alat panel surya yang memiliki fungsi mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Sistem kerja dari alat ini adalah panel surya menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik yang kemudian disimpan pada baterai dan pada saat hari mulai gelap otomatis lampu akan menyala dengan sendirinya. Dengan menyalanya lamu akan membuat ngengat menghampiri sumber cahaya.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas maka penulis ingin membantu petani dalam mengendalikan hama Spodoptera exigua dan mengambil judul penelitian ''Rancangan Penyuluhan Penggunaan Perangkap Light Trap Insect Tenaga Surya Untuk Pengendalian Hama Ngengat (Spodoptera exigua) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.) Di Kelompok Tani Among Tani Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk".

(17)

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh warna Light Trap Insect tenaga surya terhadap jumlah ngengat Spodoptera exigua yang terperangkap dan intensitas kerusakan pada tanaman bawang merah?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan tentang penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat pada tanaman bawang merah di Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani tentang penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat pada tanaman bawang merah di Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh warna Light Trap Insect tenaga surya terhadap jumlah ngengat Spodoptera exigua yang terperangkap dan intensitas kerusakan pada tanaman bawang merah

2. Menyusun rancangan penyuluhan tentang penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat pada tanaman bawang merah di Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk

3. Mengetahui peningkatan pengetahuan petani dalam penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian hama ngengat pada tanaman bawang merah di Desa Banaran Kulon Kecamatan Bagor Kabupaten Nganjuk

(18)

1.4. Manfaat

Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat bagi petani

a. Meningkatkan pengetahuan petani mengenai penggunaan perangkap Light Trap Insect tenaga surya untuk pengendalian ngengat (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah.

b. Meningkatkan upaya pencegahan serangan OPT.

2. Manfaat bagi mahasiswa

a. Sebagai bentuk pendalaman materi penyuluhan sebelum disuluhkan kepada petani.

b. Sebagai penambah pengalaman dalam melakukan pengkajian terkait dengan alat dan Light Trap Insect tenaga surya.

3. Manfaat bagi instansi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang yaitu menciptakan kerjasama antar Politeknik Pembangunan Pertanian Malang dengan pemerintah terkait di lokasi penelitian

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan yang dapat dijadikan landasan teori dalam melaksanakan penelitian sehingga dapat dijadikan referensi dalam memperkaya bahan kajian. Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh penulis, baik dari buku dan internet berupa jurnal tidak ditemukan judul penelitian yang sama seperti yang dituangkan penulis dalam penelitian ini. Akan tetapi terdapat penelitian terbaru yang dijadikan penulis sebagai referensi karena memiliki kemiripan yang digunakan dalam penyusunan pengkajian ini. Beberapa jurnal yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metode Hasil penelitian

Yeny Mayang Sari, Sigit Prastowo, Nanang Tri Haryadi (2017)

Uji

Ketertarikan Ngengat Spodoptera exigua Hubn.

Terhadap Perangkap Lampu Warna Pada

Pertanaman Bawang Merah (Allium

ascolonicum L)

Penilitian ini menggunakan

Rancangkan Acak

kelompok dengan 6 perlakuan dan 4 pengulangan yang meliputi perlakuan kontrol (lampu warna putih), (A)=

perangkap warna

charttreuse, (B)= perangkap warna line green, (C)=

perangkap warna medium sea green, (D)= perangkap warna sea green, (E)=

perangkap warna forest

green. Variabel

pengamatan meliputi jumlah tangkapan ngengat Spodoptera exiguai pada perangkap lampu warna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tangkapan ngengat Spodoptera exigua terbanyak pada kontrol yakni 155 ekor, jumlah koloni telur terbanyak pada perlakuan E yakni 16 koloni telur, jumlah larva terbanyak pada perlakuan E yakni 653 ekor. Tingkat kerusakan tertinggi akibat serangan Spodoptera exigua pada perlakuan E yakni 15,69%, tingkat kerusakan tertinggi akibat larva ditunjukkan pada kontrol yakni 27,38%. Berat basah tertinggi ditunjukkan pada perlakuan C yakni 21,00 ton/ha dan berat kering 15,83 ton/ha.

Wahyu Alamsyah et al (2017)

Alat Perangkap Hama Dengan Metode

Cahaya Uv Dan Sumber Listrik Panel Surya

Membuat alat perangkap hama serangga dengan metode UV-light trapping.

Sumber listrik untuk lampu diperoleh dari panel surya yang disimpan di dalam baterai.

Hasil pengujian yang telah dilakukan, alat dapat berfungsi dengan baik, yaitu pengisian baterai berlangsung normal dan pada saat matahari terbenam, secara otomatis lampu UV menyala selama 10 jam. Setelah menyala 10 jam lampu UV akan mati secara otomatis untuk

menghemat dan

mengefisiensikan daya listrik yang digunakan.

(20)

Peneliti Judul Metode Hasil Nur faisal

Andini dan Mohamad Nasirudin (2021)

Efektifitas Warna Light Trap

Bersumber Listrik Panel Surya Di Tanaman Bawang Merah

Dalam penelitian ini akan

menggunaan alat

perangkap hama dengan metode cahaya (light trap) dan sumber listrik sanel surya serta mengetahui tingkat keefektifan warna lampu yang meliputi warna merah, biru, putih, hijau dan kuning

Hasil penelitian menunjukkan perolehan hama pada warna biru sebanyak 92,87%, warna putih sebanyak 3,74%, warna hijau 1,65%, warna kuning 1,36% dan warna merah 0,36%.

M Abdu Na'im dan Mohammad Nasirudin (2021)

The

Effectiveness Of The Color Lamp on The Diversity Of Insects In Onion

Plantations

Mengidentifikasi

keanekaragaman serangga yang berkorelasi dengan bawang merah yang tertarik pada warna cahaya yang

telah dipasang

menggunakan 5 warna cahaya yaitu merah, biru, putih, kuning dan hijau.

Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks keanekaragaman serangga pada warna meha adalah 1,78, kuning adalah 2,19, hijau adalah 2,28, putih adalah 2,12 dan biru adalah 0,74.

Sedangkan indeks dominasi warna merah adalah 0,28, kuning 0,17, hijau 0,14, putih 0,20, dan biru 0,66.

Yuniarti, Mardiyah Nas, Egy Diasafitri Muhti, Rahma Hamsi (2021)

Sistem Pembasmi Hama Pada Budi Daya Bawang Merah Berbasis Mikrokontroler

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti kemudian dilakukan perancangan dan

pembuatan alat

berdasarkan diagram blok serta flowchart yang dibuat.

Hasil penelitian ini adalah sistem ini dapat digunakan untuk menjebak hama yang aktif di malam hari dengan cahaya lampu sebagai pemikat hama.

Pengujian pada hari pertama jumlah hama yang tertangkap 52 ekor, hari kedua 54 ekor, hari ketiga 70 ekor, hari keempat 64 ekor, dan hari kelima 68 ekor dengan menggunkan sel surya dengan spesifikasi 50 wp dapat mengisi daya aki 12 V/5 Ah hingga penuh selama 5 sampai 6 jam dengan kondisi cuaca cerah pada. Aki 12V/5Ah dapat menyalakan 1 lampu 12 Volt daya 3 Watt selama 16 jam

Dari hasil penelitian terdahulu dan review jurnal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada plagiasi dalam pemilihan topik maupun penentuan judul penelitian dan memiliki kebaruan pada penelitian yang akan dilakukan. Namun juga terdapat persamaaan dari penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yakni hama sasaran ngengat (Spodoptera exigua) dan pengujian pada tanaman bawang merah. Perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu desain dan

(21)

komponen elektroniknya. Pada penelitian ini menguji ketertarikan beberapa warna lampu Light Trap Insect dengan sumber tenaga berasal dari panel surya.

2.2. Landasan Teori Teknis

2.2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Bawang Merah

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat serta memiliki nilai ekonomis tinggi yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai bumbu masakan maupun kebutuhan rumah tangga lainnya. Bawang merah dapat dibudidayakan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Bawang merah menghendaki suhu udara berkisar antara 250C hingga 300C, tempat terbuka tidak berkabut, intensitas sinar matahari penuh, tanah gembur dan mengandung unsur hara yang cukup sehingga akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi bawang merah terbaik (Istina, 2016). Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledonal

Ordo : Liliaceae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var. ascalonicum Sumber : Rahayu dam Berlian (1999)

Secara morfologi, tanaman bawang merah terbagi atas akar, batang, daun, batang, buah, dan biji. Tanaman bawang merah tergolong tanaman semusim (annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh) (Rukmana, 2007).

(22)

Akar tanaman bawang merah secara morfologi tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Sedangkan secara anatomi akar tersusun atas epidermis konteks, endodermis, dan silinder pusat. Ujung akar terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya berdinding tipis dan aktif membelah diri.

Pada ujung akar dilindungi oleh tudung akar yang berfungsi melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu menembus tanah (Anonim, 2008).

Panjang akar tanaman bawang merah sekitar 15-30 cm berwarna putih dan jika diremas-remas barbau menyengat seperti bau bawang merah (Fajjriyah, 2017).

Batang pada tanaman bawang merah terbentuk dari kelopak-kelopak daun yang saling membungkus. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar serabut. Sedangkan bagian atas cakram merupakan batang sejati umbi semu, berupa umbi lapis yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah dan terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Anonim, 2008).

Pangkal daun menebal, lunak dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Bagian kelopak daun luar yang menipis dan mengering akan melapisi kelopak daun yang ada didalamnya sehingga akan mengembung membentuk umbi yang merupakan umbi lapis (Anonim, 2008).

Secara morfologi daun tanaman bawang merah terbagi atas helaian daun dan tangkai daun. Daun bawang merah mempunyai satu permukaan dengan tangkai relatif pendek, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Anonim, 2008).

Setelah tua, daun berubah warna menjadi menguning dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman. Daun pada tanaman bawang merah berfungsi sebagai fotosintesis dan respirasi sehingga secara langsung kesehatan daun sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman (Annisava et al., 2014).

(23)

Bawang merah berumbi lapis, bagian pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Pada bagian sisik daun merupakan tempat yang berisi cairan makanan bagi tumbuhan sejak mulai bertunas sampai keluar akar. Dibagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar-akar serabut. Kuncup merupakan bagian umbi yang menghasilkan titik tumbuh baru yang akan membentuk tunas-tunas baru. Jumlah umbi perumpun bervariasi antara 4-8 dan bentuknya juga bervariasi mulai dari bentuk agak bulat sampai berbentuk bulat gepeng tergantung varietasnya. Umbi terbentuk didalam tanah dengan posisi rapat. Pertumbuhan umbi dalam setiap rumpunya adalah mandiri dengan bagian dasarnya yang saling terhubung (Rahmat et al., 2017).

2.2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

Tanaman bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan pada ketinggian kurang dari 800 m diatas permukaan laut hingga 1.100 mdpl.

Ketinggian tempat suatu wilayah berkaitan dengan suhu udara, semakin tinggi letak suatu wilayah dari permukaan laut maka suhu semakin rendah (Pitojo, 2003).

Tanaman bawang merah menghendaki tanah dengan tekstur remah, dan bertekstur sedang sampai liat. Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat dalam pertumbuhannya (25-320C), curah hujan 300-500 mm/tahun, dan kelembaban 50-70% (Sumarni et al., 2005).

Bawang merah tidak tahan terhadap kekeringan karena sistem perakarannya pendek. Kebutuhan air selama fase vegetatif dan fase generatif cukup tinggi baik untuk pertumbuhan tanaman maupun pembentukan umbi. Hanya saja bawang merah tidak tahan terhadap genangan air terutama air hujan.

Sehingga banyak petani yang melakukan budidaya tanaman bawang merah pada musim kemarau atau akhir musim penghujan. Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah dengan iklim kering yang cerah dengan suhu udara panas. Bawang merah akan membentuk umbi lebih besar apabila

(24)

ditanam di daerah dengan lama penyinaran lebih dari 12 jam, dibawah suhu udara 220C tanaman bawang merah tidak dapat berumbi dengan maksimal. Oleh sebab itu, tanaman bawang merah lebih maksimal tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah (Sumarni et al., 2005).

2.2.3. Budidaya Tanaman Bawang Merah

Dalam budidaya tanaman bawang merah meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan lapisan olah tanah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah, sehingga perakaran bawang merah dapat menembus struktur tanah untuk memperoleh unsur hara.

Pengolahan tanah pada dasarnya diperlukan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki saluran drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pada lahan bekas budidaya padi sawah bedengan dibuat terlebih dahulu dengan ukuran lebar 1,75 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, kedalaman parit 50-60 cm dengan lebar parit 40-50 cm dan panjangnya disesuaikan kondisi lahan. Tanah yang telah dibuat bedengan dibiarkan kering selama 5-7 hari, kemudian diolah lagi dengan cultivator hingga agregat tanah menjadi remah dan dibiarkan selama 2-3 hari. Waktu yang diperlukan untuk mulai dari persiapan parit, pengolahan menggukan cultivator hingga tanah gembur dan siap ditanami sekitar 2-3 minggu. Lahan untuk budidaya tanaman harus bersih dari sisa tanaman sebelumnya atau gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Hidayat, 2004).

Pada saat pengolahan tanah perlu dilakukannya pengecekan pH tanah terlebih dahulu. Bawang merah tumbuh ideal pada tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik dan memiliki pH 6,0-6,8 (Wibowo, 2009). Jika pH kurang dari 5,5 perlu penambahan kapur pertanian minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun yang dianggap cukup untuk dua musim

(25)

tanam berikutnya. Penambahan kapur pertanian penting untuk dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), terutama pada lahan yang memiliki pH rendah (masam) yang diusahakan secara intensif pada tanaman hortikultura (Pitojo, 2003).

b. Penanaman dan pemupukan dasar

Setelah dilakukannya pengolahan tanah, kegiatan berikutnya adalah pemupukan dasar menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang sapi yang telah matang dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6 ton/ha dan juga pupuk kompos dengan dosis 4-5 ton/ha pada lahan kering.

Selain itu penambahan pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha, yang diaplikasikan pada 2-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar langsung ke tanah. Penambahan pupuk dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan produktivitas lahan. Dari beberapa penelitian diketahui bahawa penambahan pupuk kompos tidak meningkatkan hasil bawang merah secara nyata, namun mengurangi susut bobot umbi (basah menjadi kering) sebanyak 5% (Hidayat et al., 2004).

Bawang merah biasa ditanam pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau. Apabila bawang merah ditanam pada musim penghujan dengan tingkat kelembaban tinggi akan mudah terserang penyakit (Rahayu et al., 2006).

Penanaman bawang merah biasanya dilakukan dengan menggunakan umbi yang telah disimpan selama 3-4 bulan. Penanaman bawang merah dilakukan dengan jarak tanam 15 x 15 cm, 15 x 20 cm, atau 20 x 20 cm (Firmansyah et al., 2013).

Kerapatan tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan bawang merah, semakin tinggi kerapatan maka semakin tinggi pula kelembaban tanaman dan penyebaran hama penyakit juga semakin cepat.

(26)

c. Pemupukan

Penggunaan pupuk harus diperhitungkan sesuai dengan kondisi tanah setempat untuk menghindari dampak buruk terhadap lingkungan, terutama tanah, dari penggunaan pupuk (terutama pupuk kimia). Pemberian pupuk kimia yang berlebihan, terlepas dari waktu dan dosis, dapat menyebabkan keracunan tanaman dan pemadatan atau pengerasan tanah. Akibatnya pertukaran kation dan anion serta udara dan air didalam tanah tidak dapat berjalan dengan lancar, sehingga akan terjadi akumulasi residu pupuk yang menyebabkan keracunan tanah, air dan tanaman. Dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia cukup luas, baik bagi ekosistem sekitar yang bermanfaat maupun terhadap kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pemupukan hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan pemborosan biaya produksi. Sebaliknya, pemupukan yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas. Tanaman perlu diberi tambahan unsur hara terutama unsur hara makro (N,P,K) yang masing-masing terdapat pada pupuk Urea, TSP, dan KCL. Dosis pemupukan bawang merah pada jenis tanah Andosol- Latosol memerlukan N 200 kg/ha, P2O5 90 kg/ha, dan K2O 100-150 kg/ha (Sumarni et al., 2005).

Keberhasilan pemupukan juga ditentukan oleh cara penggunaan maupun pemakaian pupuk yang tepat. Pemupukan pada bawang merah biasanya dilakukan dengan cara disebarkan langsung pada permukaan bedengan.

Pemupukan juga dapat dilakukan melalui daun yakni dengan cara disemprotkan langsung pada tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro yang biasa digunakan terdapat pada pupuk pelengkap cair dan dilakukan bersamaan dengan penyembprotan pestisida. Pupuk daun yang diberikan dapat berupa Gandasil dan Vitabloom (Pitojo, 2003).

(27)

d. Pengairan

Suplai air yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman secara penuh dapat menyebabkan terjadinya stres pada tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksinya, oleh sebab itu intensitas pengariran sangat penting untuk diperhatikan oleh para petani. Pada umumnya beberapa varietas unggul (varietas bawang merah tajuk dan filipina) sangat peka terhadap pupuk dan air.

Oleh karena itu, pemupukan dan pengairan tanaman bawang merah penting untuk diperhatikan dengan baik agar menghasilkan kuantitas dan kualitas produksi yang tinggi (Sartono, 2009).

Pengairan pada bawang merah dilakukan dengan cara mengalirkan air kedalam selokan atau parit antar bedengan, kemudian disiramkan dengan menggunakan timba atau gembor pada setiap bedengan. Pemberian air dapat dilakukan sehari sekali pada pagi hari maupun sore hari dengan interval 4-7 hari sekali pada periode kritis yaitu fase perbanyakan (tanaman berumur 7-20 hari) dan pada fase pembesaran umbi (tanaman berumur 35-50 hari) diperlukan pengurangan interval pengairan yakni 2-4 hari sekali (Sumarna,1992).

Budidaya bawang merah pada musin penghujan memerlukan penyiraman setiap pagi hari sebelum kondisi panas. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dilakukan dengan tujuan membilas daun tanaman sehingga percikan tanah yang menempel pada daun bawang merah menjadi hilang dan membasuh embun tepung yang menempel pada ujung daun bawang merah. Penyiraman dipagi hari juga bermanfaat untuk mengurangi resiko serangan penyakit tular tanah dan penyakit utama bawang merah meliputi penyakit antraknosa, Alternaria porrii, dan layu fusarium.

e. Penyiangan, pendangiran dan pembununan

Gulma merupakan pesaing utama tanaman bawang merah dalam memperoleh unsur hara didalam tanah dan sinar matahari untuk proses

(28)

fotosintesis. Lahan budidaya jika tidak dilakukan penyiangan dapat menyebabkan pertumbuhannya menjadi lambat karena gulma tumbuh dan berkembangnya sangat cepat. Hal ini mengakibatkan jarak tanam menjadi lebih rapat sehingga kelembaban meningkat dan dapat mendorong timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Oleh sebab itu penyiangan penting dilakukan pada fase pembentukan anakan yakni tanaman berumur 10-21 hari, fase pembentukan umbi yakni tanaman berumur 30-35 hari dan pada fase pemasakan umbi yakni tanaman berumur 50-55 hari (Wibowo, 2005).

Selain kegiatan penyiangan, tanah juga perlu digemburkan guna memberikan cukup ruang bagi umbi untuk berkembang dengan sempurna, sehingga ukuran tanaman akan menjadi lebih besar dan bagus bentuknya (Sumadi, 2003). Pembubunan juga penting untuk dilakukan dalam budidaya tanaman bawang merah agar bedengan tidak mudah erosi. Pembununan dilakukan pada tepi bedengan dengan mengambil tanah dari dalam parit di sekeliling bedengan agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi sebagai penutup akar yang keluar dipermukaan tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan lebih besar (Rukmana, 2002).

Penyiangan, pendangiran dan pembubunan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman karena persaingan dengan gulma dalam memperoleh sinar matahari dan unsur hara dalam tanah dapat berkurang serta dapat mengembalikan kondisi tanah yang bertekstur padat menjadi gembur, sehingga mempermudah pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman bawang merah. Perawatan lanjutan pada tanaman bawang merah dapat menyebabkan sirkulasi udara dalam tanah menjadi lancar, sehingga mikroorganisme yang

(29)

terdapat didalam tanah dapat hidup dengan baik dan bermanfaat bagi tanaman (Sumadi, 2003).

f. Pengendalian hama dan penyakit

Keberadaan hama dan penyakit pada tanaman bawang merah dapat menyebabkan produktivitas menurun dan menambah biaya produksi petani. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah meliputi ulat grayak Spodoptera exigua, Thirps, Bercak ungu Alternaria porri, layu Fusarium, busuk putih Scleorotum, busuk daun Stemphylium dan virus (Sartono, 2009). Cara pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai masalah dilingkungan.

Pada umumnya kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada minggu kedua setelah tanam dan terakhir pada minggu kedelapan dengan interval 2-3 hari sekali. Pengendalian yang dilakukan oleh petani masih bergantung menggunakan pestisida kimia secara berlebihan dan berbagai macam bahan aktif.

Hal ini dikarenakan petani menginginkan kegiatan yang efektif, sedangkan pada kenyataanya penggunaan pestisida berdampak buruk pada lingkungan produksi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemakian pestisida adalah tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida secara langsung dan sesuai dengan konsentrasi sesuai dengan anjuran serta pemakian nozzel penting diperhatikan untuk memberi tekanan pada larutan (Rahayu, 2007)

g. Pemanenan

Panen bawang merah dilakukan secara langsung seluruh tanaman dengan mencabut umbi dengan tangan pada umur 60 hari setelah tanam. Indikator pemanenan meliputi daun menguning, leher batang lunak dan tenaman rebah.

Jika pencabutan sulit dilakukan dapat menggunakan garpu tanah untuk memudahkan pencabutan. Pencabutan umbi bawang merah dilakukan secara berhati-hati agar batangnya tidak terputus dan tertinggal didalam tanah. Setelah

(30)

itu, umbi bawang merah dibersihkan dari tanah yang ikut melekat pada akar dan segera dikering anginkan. Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat menggunakan tali bambu pada batangnya untuk mempermudah pengangkutan.

Bawang merah yang telah diikat kemudian dijemur selama 1-2 minggu dibawah sinar matahari langsung. Untuk mempercepat pengeringan dapat dilakukan menggunakan alat pengering khusus hingga kadar air berkurang menjadi 80%. Jika bawang merah tidak langsung dijual dapat dilakukan penyimpanan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada gudang yang memiliki suhu 25oC sampai 30oC dan kelembaban yang cukup rendah yakni 60% sampai 80% (Sutarya et al., 1995).

2.2.4. Hama Ngengat Spodoptera exigua

Serangan hama Spodoptera exigua dalam budidaya bawang merah menjadi penting untuk dikendalikan, karena berkaitan dengan penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Penurunan kuantitas dan kualitas akibat serangan hama Spodoptera exigua sekitar 57-100% pada fase pertumbuhan vegetatif (Nursam, 2018). Menurut Febrianasari (2014) hama Spodoptera exigua dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuldae Genus : Spodoptera

Species : Spodoptera exigua Hubner

Spodoptera exigua mengalami metamorfosis sempurna mulai dari telur menetas menjadi larva, larva berkepompong menjadi pupa, pupa menjadi imago atau serangga dewasa. Siklus hidup dari Spodoptera exigua pada budidaya tanaman bawang merah dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

(31)

temperatur udara. Suhu optimal untuk perkembangan Spodoptera exigua sekitar 28oC dengan kelembaban udara 70%.

1. Telur

Imago betina bertelur pada malam hari dan meletakkan telurnya pada daun bawang merah secara berkelompok. Telurnya berbentuk oval dan seekor Spodoptera exigua betina dapat menghasilkan telur kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur yang ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna putih kemudian telur akan berganti warna menjadi kehitaman pada saat akan menetas. Dalam waktu 2 hingga 4 hari telur akan menetas dipagi hari pada umumnya (Rahayu et al., 2004)

2. Larva

Setelah telur menetas kemudian menjadi larva Spodoptera exigua dengan tipe kepala Hypognatus (Vertikal) yang dapat dilihat dari bagian mulut yang mengarah ke bawah dan segmen-segmen kepala berada dalam kondisi menyerupai tungkai. Kepala hypognathus, mempunyai kaki yang pendek dan antena kecil (Marsadi, 2017). Larva memiliki bentuk panjang bulat, berwarna hijau dengan kepala berwarna hijau kekuningan (Moekasan et al., 2013). Larva lebih aktif pada malam hari dengan memakan intisari daun bagian dalam tanaman bawang merah hingga badanya membesar baru pindah ke daun tanaman lain.

Stadium larva berlangsung selama 8-10 hari yang terdiri atas 5 instar, yakni instar pertama memiliki panjang 1,2-1,5 mm, instar kedua 2,5-3 mm, instar ketiga 6,2-8 mm, instar keempat 12,5-14 mm dan instar kelima 16,5-20 mm. Larva instar akhir Spodoptera exigua bergerak dan menjatuhkan diri ke tanah kemudian berubah menjadi pupa setelah mengalami ganti kulit terakhir (Zheng et al., 2011).

3. Pupa

Pupa Spodoptera exigua bertipe obecta yakni pupa yang memiliki alat tambahan yang melekat pada tubuh pupa. Pupa berada didalam tanah dengan

(32)

kedalaman kurang lebih 1 cm. perbedaan bentuk pupa didasarkan pada posisi alat tambahan yang dibawanya (sayap, tangkai, antena dan lainya). Selain didalam tanah pupa juga sering dijumpai pada pangkal batang yang dilindungi oleh daun kering. Pupa memerlukan waktu 5 hari untuk berkembang menjadi imago atau ngengat (Zheng et al., 2011).

4. Imago

Ngengat atau imago Spodoptera exigua berukuran lebih kecil dari anggota kelompok ulat jenis pemotong lainya. Panjang tubuh ngengat berkisar antara 10- 14 mm dengan lebar sayap antara 1-1,5 inch. Sayap depan ngengat berwarna kelabu hingga kecoklatan dengan garis-garis yang tidak tegas dan terdapat bintik- bintik hitam. Sayap belakan ngengat berwarna lebih terang dengan tepi bergaris- garis hitam. Ngengat meletakkan telurnya pada daun bawang merah dengan jumlah 20-100 butir perkelompok. Peletakan telur berlangsung selama 2-3 hari, bahkan ada juga yang lebih dari 3-7 hari dan imago Spodoptera exigua stadianya berkisar antara 9 sampai 10 hari. Lama daur hidup ngengat pada suhu 30oC-33oC sekitar 15-17 hari (Moekasan et al., 2013).

Spodoptera exigua merupakan serangga kosmopolitan berifat polifag dan menjadi hama penting pada tanaman bawang merah. Hama tersebut memiliki kemampuan penyebaran yang cepat pada tanaman bawang merah baik didataran tinggi maupun dataran rendah dan sepanjang tahun menyerang bawang merah dimusim kemarau dan penghujan (Moekasan et al., 2012). Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama Spodoptera exigua berupa bercak-bercak transparan pada daun akibat termakannya jaringan dalam bagian daun sehingga daun terlihat menerawang dan hanya tersisa lapisan epidermisnya saja, pada serangan dengan intensitas tinggi akan menyebabkan daun terpotong dan jatuh terkulai. Serangan berat mengakibatkan daun mengering dan gugur sebelum waktunya sehingga kualitas dan kuantitas hasil tanaman menjadi menurun.

(33)

Puncak populasi Spodoptera exigua bertelur pada umur tanaman 15 dan 37 hari. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada rentang waktu 15 hingga 37 hari setelah tanam peluang untuk menemukan kelompok telur Spodoptera exigua sangat kecil. Intensitas kritis serangan Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah terjadi pada umur 27 hari setelah tanam, setelah itu intensitas serangan menurun (Moekasan et al., 2013). Pengendalian yang dilakukan oleh petani hingga saat ini masih menggunakan insektisida secara intensif dengan dosis tinggi yang dapat mengakibatkan tingginya biaya pengendalian berkisar 30-50% dari total biaya produksi per hektar. Menurut Capinera (2014) aplikasi insektisida memiliki resiko kematian pada organisme bukan sasaran seperti musuh alami hama dan menyebabkan resistensi pada serangga terhadap insektisida. Oleh sebab itu perlu adanya alternatif untuk mengendalikan serangan hama Spodoptera exigua seperti penggunaan perangkap hama untuk meminimalisir serangan hama Spodoptera exigua.

2.2.5. Light Trap Insects

Hama dapat terperangkap dengan berbagi jenis alat yang dibuat sesuai jenis dan fase hama yang akan ditangkap. Warna dan jenis perangkap sangat efektif untuk mengendalikan beberapa serangga yang diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Penggunaan perangkap hama merupakan metode pengendalian secara fisik mekanis yang memiliki nilai ekonomis, aman, efektif dan efisien karena dapat mendeteksi awal munculnya hama (Mutiarani, 2009).

Menurut Badan Litbang Pertanian (2014) lampu perangkap hama merupakan suatu alat yang digunakan untuk menangkap dan menarik serangga yang tertarik cahaya pada waktu malam hari. Perangkap hama berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi serangga pada lahan pertanian.

Dalam Udiarto et al., (2006) mengemukakan bahwa perangkap hama dengan

(34)

lampu neon (TL 10 watt) dengan lama penyinaran 6 jam mulai pukul 18.00 sampai dengan 24.00 paling efisien dan efektif dalam menangkap ngengat serta menekan serangan Spodoptera exigua pada bawang merah mencapai 74-81 %. Penerapan penggunaan lampu perangkap hama di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur pada luasan 1 ha menggunakan 30 titik lampu dengan jarak pemasangan 20 m x 15 m.

Waktu pemasangan dan penyalaan lampu dilakukan 1 minggu sebelum tanam sampai dengan menjelang panen (60 hari). Perangkap lampu dinyalakan pada pukul 17.00 hingga 06.00 WIB. Tinggi pemasangan lampu antara 10-15 cm diatas bak perangkap, sedangkan tinggi bak tidak lebih dari 40 cm diatas pucuk tanaman bawang merah (Udiarto. et al., 2006).

2.2.6. Ketertarikan Hama Terhadap Warna Cahaya

Serangga memiliki sifat fitotaksis yang sangat tertarik terhadap sumber cahaya, serangga pada umumnya tertarik terhadap lampu yang berwarna hijau, kuning dan biru. Secara alamiah hama memiliki ketertarikan yang lumayan besar terhadap cahaya lampu (Satria, 2014). Kebanyakan serangga memiliki dua tipe pigmen penglihatan yakni pigmen yang dapat menyerap warna hijau dan kuning serta pigmen yang dapat menyerap warna biru dan sinar ultraviolet (Meyer, 2006).

Ketertarikan serangga terhadap warna disebabkan karena adanya pemantulan cahaya yang menyebar kesegala arah sehingga menyebabkan serangga menanggapi pola pantulan yang diberikan cahaya secara spesifik. Pengendalian hama secara fisik yang sering dilakukan oleh petani tradisional menggunakan perangkap hama (Reddy et al., 2015).

Serangga dapat membedakan warna-warna karena memiliki perbedaan sel- sel retina pada serangga dengan panjang gelombang yang dapat diterima serangga adalah 2540-6000 nm. Perangkap yang mengeluarkan warna kuning lebih kontras dan mengkilap pada malam hari, sehingga serangga bersayap akan lebih tertarik dibandingkan dengan warna perangkap lainnya (Sumarno, 2011).

(35)

Hama lebih suka daun yang masih muda dan bagi mereka perangkap yang berwarna kuning terlihat seperti kumpulan daun-daun muda. Maka daripada itu perangkap warna digunakan untuk menangkap hama kebanyakan berwarna kuning. Warna biru juga dapat digunakan untuk menarik trips yang menyerang bunga dan daun yang sudah tua (Kurniawati, 2012).

2.2.7. Sistem Tenaga Surya (Solar Cell)

Dalam pembuatan perangkap hama Light Trap Insects pada umumnya membutuhkan sumber tenaga listrik untuk menyalakan lampu. Sumber energi listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu yang selama ini masih bergantung pada sumber listrik PLN sehingga Light Trap Insect sering kali diletakkan dekat dengan sumber listrik, namun seiiring perkembangan teknologi dapat diganti menggunakan tenaga matahari dengan memanfaatkan panel surya.

Penggunaan perangkap hama tenaga surya akan sangat baik untuk memikat serangga pada tanaman (Sermsi et al., 2015). Berikut adalah komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan Light Trap Insect tenaga surya :

a. Panel Surya

Panel surya merupakan alat pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari yang diubah menjadi energi listrik. Matahari menjadi sumber energi bagi panel surya yang tidak akan habis dan dapat menjadi pemecah terhadap permasalahan kebutuhan energi masa depan. Panel surya memiliki perlindungan overheating dalam bentuk semen konduktif termal yang berfungsi untuk mengkonversi kurang dari 20% dari energi matahari yang akan menjadi listrik dan sisanya akan terbuang sebagai panas. Salah satu bahan semi konduktor yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah Kristal silikon (Ady Iswanto, 2008).

Panel surya akan menyerap sinar matahari pada siang hari yang kemudian menyalurkannya pada baterai yang berfungsi menyimpan energi listrik sebagai sumber tenaga lampu di malam hari.

(36)

Seiring kemajuan teknologi memiliki beberapa kuntungan diantaranya mudah dalam pemasangan, mudah pengoperasian dan mudah dalam perawatan.

Namun kemajuan teknologi memiliki kekurangan dalam pengembangan energi surya yang mana memiliki nilai investasi awal yang cukup besar karena memerlukan subsistem yang terdiri dari baterai, unit pengatur dan inverter yang disesuaikan dengan kebutuhan (Rolaskhi S., 2019).

b. Baterai

Baterai adalah alat listrik kimiawi yang berfungsi sebagai penyimpan energi listrik dari panel surya dan mengeluarkan sumber tanaga pada rangkaian listrik.

Baterai merupakan komponen elektrokimia yang mengahasilkan tegangan dan menyalurkanya ke rangkain listrik. Baterai merupakan perangkat yang mengandung sel listrik dan dapat disimpan kemudian dikonversikan menjadi daya untuk menjalankan suatu alat (Rahmat, 2013). Proses elektrokimia reversible yang terjadi dibaterai merupakan proses mengubah tenaga kimia menjadi energi litstrik atau sebaliknya. Pengisian baterai menggunakan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai untuk melewatkan arus litrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan didalam sel. Untuk panel surya menggunakan baterai jenis kering (VRLA, MF-SLA) untuk menjaga komponen-komponen dari panel surya dengan tegangan sebesar 12volt atau 24volt yang berisi 6 sel baterai yang dipasang secara seri.

c. Transistor

Transistor merupakan sebuah alat semi konduktor yang terbuat dari silikon atau Gemanium berbentuk kemasan yang sangat banyak jenisnya. Secara umum transistor memiliki 3 komponen penyambung yakni Basis (B), Kolektor (C), dan Emitor (E) (Malvino, 1994). Trasnsistor dapat berfungsi sebagai saklar on-off.

Prinsip pengoperasian transistor sebagai saklar yaitu dengan mengoperasikannya

(37)

pada dua keadaan ekstrim (dalam keadaan kerja penuh dan keadaan tidak bekerja sama sekali) (Malvino, 1994).

d. Resistor

Setiap rangkaian listrik pasti menggunakan kawat tembaga sebagai penghantar listrik pada setiap rangkaian. Tembaga mempunyai sifat konduktor yang sangat baik menghantarkan listrik dengan daya rendah. Inilah fungsi dari penggunaan resistor yakni sebagai pengatur adanya arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika (Owen bishop, 2004). Resistor terdapat dalam berbagai bentuk yang paling umum berbentuk sislinder kecil dengan sambungan pada ujung masing-masing.

e. Kapasitor

Sebuah kapasitor terdiri dari dua belah pelat logam dengan sebuah lapisan isolator (penyekat) diantara kedua pelat tersebut. Apabila sebuah kapasitor disambungkan ke sebuah sumber listrik DC, elektron-elektron akan berkumpul pada pelat yang terhubung ke terminal negatif sumber. Elektron ini akan mendorong elektron lain menjauh dari pelat yang berlawanan. Elektron-elektron yang tertolak akan mengalir menuju terminal positif sumber (Owen bishop, 2004).

Sebuah kapasitor yang terhubung dengan sumber daya akan menjadi bermuatan yang mana tegangan antara kedua pelatnya akan sama dengan tegangan suplai. Ketika kapasitor dilepaskan dari sumber daya kapasitor akan tetap mempertahankan muatannya karena lapisan isolator yang ada pada kapasitor tidak dapat mengalir sehingga tetap bermuatan hingga waktu yang tak terbatas. Dengan alasan ini, kapasitor sangat berguna untuk menyimpan muatan listrik.

f. Dioda

Dioda terbuat dari silikon yang mana silikon merupakan bahan yang tidak dapat menjadi penghantar atau konduktor dan juga tidak dapat menjadi penyekat

(38)

atau isolator. Dioda di kemas dalam sebuah kapsul kecil yang terbuat dari kaca atau plastik. Pada dioda dua kawat terminal yakni di sebelah kanan disebut anoda dan di sebelah kiri disebut katoda (Owen bishop, 2004). Sebuah dioda hanya dapat menghantarkan listrik pada satu arah saja dan terjadi konduksi antara anoda dan katoda, sehingga apabila kaki anoda di sambungkan ke kutub positif baterai maka arus akan mengalir dari anoda ke katoda yang disebut dengan bias maju.

Sebaliknya jika kaki katoda dihubungkan pada kutub positif baterai maka arus akan mengalir dari katoda ke anoda yang disebut dengan bias mundur.

g. Lampu LED

Lampu merupakan salah satu sumber penerangan yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. Salah satu alasan penggunaan lampu LED karena tegangannya tergolong rendah sehingga tidak akan cepat menghabiskan sumber tenaga listrik. LED sering digunakan sebagai lampu indikator pada beberapa aplikasi elektronika. Kelebihan dari pengguaan lampu LED adalah usia penggunaannya panjang dan kecepatan penyaklaranya. Perbedaan antara LED dengan diode adalah dari segi energi yang dikeluran, jika LED energi yang dikeluarkan dalam bentuk cahaya namun pada diode enrgi yang dikeluarkan dalam bentuk panas (Taufiq et al., 2015).

h. Pipa Galvanis

Penggunaan pipa galvanis ditujukan sebagai penyangga alat Light Trap Insect yang terbuat dari carbon steel dan seng dibagian luar dan dalam pipa agar lebih tahan terhadap karat dan korosi. Pipa galvanis memiliki kelebihan diantaranya kuat, stabil dan tebal serta lebih ekonomis sehingga banyak diminati oleh masyarakat karena menghemat biaya pengeluaran dibandingkan dengan jenis pipa lainnya.

(39)

2.2.8. Sistem Light Trap Insect Tenaga Surya

Terdapat tiga sistem jaringan yang digunakan dalam pembuatan pembangkit listrik tenaga surya yakni jaringan on grid, jaringan off grid dan jaringan hybrid.

Untuk jaringan on grid membutuhkan tampat yang dekat dengan sumber listrik karena fungsi dari jaringan ini adalah menghubungkan jaringan listrik ke pembangkit listrik tenaga surya. Pada sistem jaringan on grid inverter berfungsi sebagai pengubah listrik arus DC dari panel surya menjadi arus listrik AC yang sesuai dengan jaringan lokal untuk menstabilkan koneksi jaringan.

Yang kedua yakni sistem jaringan off grid yang mana pada sistem ini menggunakan baterai sebagai penyimpan energi listrik sehingga pada saat listrik tidak cukup dapat menggunakannya. Aliran listrik DC dari panel surya dapat diubah menjadi listrik AC agar dapat dimanfaatkan. Pada wilayah yang jauh dari jangkauan listrik maka jaringan off grid cocok untuk digunakan. Yang ketiga adalah sistem jaringan hybrid yang mana pada jaringan ini pembangkit listrik tenaga surya digabungkan dengan teknologi pembangkit listrik lainnya.

Sistem kerja dari alat perangkap hama tenaga surya adalah pada saat siang hari panel surya bekerja sebagai penyerap sinar matahari dan menyalurkannya pada alat kontrol agar disimpan pada baterai. Energi yang ada didalam baterai akan diteruskan ke inverter yang bertugas mengubah arus DC menjadi arus AC, yang kemudian akan mengalir ke sensor cahaya yang berfungsi sebagai saklar otomatis pada saat tidak ada sinar matahari lampu akan menyala.

2.3. Rancangan Penyuluhan

2.3.1. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Pengertian dari penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisir dirinya dan keluarganya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk

(40)

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU SP3K No. 16 Tahun 2006).

Pemahaman mengenai penyuluhan pertanian yang terkandung pada Undang-Undang SP3K No. 16 Tahun 2006 adalah harapan setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian terjadi perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam memberdayakan dan memperkuat kemampuan petani dengan proses belajar bersama secara partisipatif, agar terjadi sebuah perubahan baik dari segi perilaku, sikap maupun keterampilan pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang semakin baik dan mandiri agar terwujudnya kesejahteraan yang berkelanjutan. Proses belajar bersama dalam penyuluhan juga dapat diartikan sebagai penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup secara mandiri dan berkelanjutan (Mardikanto, 2009).

Penyuluhan merupakan sebuah proses pendidikan non formal bagi petani dan keluarganya yang dilakukan oleh penyuluh melalui proses belajar mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Suhardiyono, 1992).

Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam melakukan sebuah komunikasi dan penyebaran informasi yang dilakukan dengan tujuan membantu sasaran dalam membuat keputusan yang benar. Secara umum pengertian penyuluhan merupakan sebuah perubahan perilaku seseorang menjadi lebih baik lagi dan sesuai dengan yang diharapkan dalam menerapkan ilmu sosial yang didalamnya mempelajari sistem perubahan pada beberapa individu atau masyarakat (Setiana L., 2005).

Dari beberapa pendapat tentang pengertian penyuluhan yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penyuluhan pertanian adalah proses penyebaran informasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya agar lebih baik lagi dalam

(41)

usaha pertaniannya sehingga terwujudnya kesejahteraan pada diri dan keluarganya.

2.3.2. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan dari penyuluhan pertanian lebih mengarah pada terwujudnya perbaikan teknis (better farming), perbaikan usaha tani (better business) dan perbaikan kehidupan petani (better living). Penyuluhan pertanian merupakan upaya untuk mencapai sebuah kesejahteraan melalui proses perbaikan terhadap peningkatan mutu dalam kehidupan masyarakat secara internal maupun eksternal melalui perbaikan teknis, perbaikan usaha tani dan perbaikan taraf kehidupan petani (Mardikanto, 2009).

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuang jangka panjang. Tujuan jangka pendek dilakukan untuk menumbuhkan sebuah perubahan yang menyangkut pengetahuan, sikap, keterampilan dan tindakan petani. Adapun tujuan jangka panjang adalah tercapainya peningkatan taraf hidup masyarakat petani agar tercapai kesejahteraan hidup yang lebih terjamin (Kartasapoetra, 1994). Untuk mencapai tujuan penyuluhan tidak terlepas dari peran seorang penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung, memberikan akses informasi untuk mengembangkan usaha petani dan mengajarkan teknologi dan sumberdaya lainnya. Seorang penyuluh harus memiliki tiga hal yang meliputi motivator, fasilitator dan dinamisator dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk membantu dalam mengakses informasi atau teknologi, permodalan, dan mengembangkan swadaya serta swakarya petani (Isran noor, 2012).

Dengan demikian tujuan dari penyulahan pertanian adalah memberikan informasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha mengenai teknologi, permodalan, swakarya dan swadaya petani yang dilakukan oleh penyuluh agar terwujudnya perbaikan usaha tani dan perbaikan kesejahteraan petani.

(42)

2.3.3. Sasaran Penyuluhan Pertanian

Karakteristik sasaran atau penerima manfaat penting untuk diperhatikan.

Karakteristik petani secara umum dibedakan atas dua kelompok yakni petani subsistem (tidak responsive terhadap penyuluhan pertanian) dan petani rasional (responsif terhadap kegiatan penyuluhan) (Mardikanto, 2009). Hal ini berkaitan dengan pemilihan dan penetapan materi, metoda, waktu, tempat, dan perlengkapan penyuluhan yang akan digunakan. Beberapa karakteristik sasaran yang perlu diperhatikan meliputi:

1. Karakteristik individu atau pribadi yang mencakup umur, etnis, agama dan jenis kelamin.

2. Status sosial yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan keterlibatan sasaran dalam kelompok atau organisasi masyarakat.

3. Perilaku keinovatifan sebagaimana yang terdiri dari perintis (inovator), pelopor (early adopter), penganut dini (early majority), penganut lambat (late majority), dan kelompok kolot (laggards) (Rogers, 1971 dalam Sedana, 2012).

4. Moral ekonomi yang dibedakan dalam moral subsistensi dan rasionalitas.

Didalam Undang-undang Republik Indonesia No. 16 mengenai sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan pada Bab III Pasal 5 menjelaskan bahwa sasaran penyuluhan pertanian antara lain:

1. Sasaran utama penyuluh merupakan pihak yang paling berhak mendapatkan manfaat dari proses penyuluhan.

2. Sasaran utama ialah pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran penyuluhan yakni pemangku kepentingan yang meliputi kelompok tani, kelompok wanita tani, atau lembaga pertanian, lembaga perikanan, lembaga kehutanan dan generasi muda pertanian serta masyarakat (Kusnadi, 2005).

(43)

Menurut Totok Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) sasaran penyuluhan dikelompokan menjadi dua kelompok yakni sasaran utama penyuluhan dan sasaran penentu penyuluhan. Sasaran utama penyuluhan secara langsung terlibat dalam kegiatan pertanian seperti petani dan keluarganya. Sedangkan sasaran penentu secara langsung dan tidak langsung ikut andil dalam kegiatan pertanian, namun bukan merupakan pelaksana kegiatan bertani seperti pengusaha, peneliti, ilmuan dan pemimpin wilayah.

Dengan demikian sasaran penyuluhan terdiri atas dua kelompok yakni sasaran utama (terlibat langsung dalam usaha tani) dan sasaran penentu (secara tidak langsung tidak ikut andil dalam kegiatan usaha tani). Dan dalam menentukan sasaran penyuluhan harus memperhatikan karakteritik sasaran karena berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, metoda yang digunakan, waktu dan tempat pelaksanaan serta perlengkapan penyuluhan yang akan digunakan.

2.3.4. Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan merupakan pesan yang akan disampaikan penyuluh kepada masyarakat penerima manfaat. Materi penyuluhan yang disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat berbentuk informasi, teknologi, rekaya sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkuan (Undang- undang No. 16 Tahun 2006). Materi penyuluhan berisi pesan yang dapat dijadikan acuan oleh seorang penyuluh kepada sasaran untuk mewujudkan proses komunikasi. Acuan yang dibuat penyuluh beragam dalam setiap kegiatanya mencakup beberapa point yang meliputi materi pokok, materi penting, materi penunjang dan materi mubazir (Mardikanto, 2009).

Pemilihan materi penyuluhan harus mengacu pada kebutuhan sasaran, namun dalam praktiknya dilapangan seringkali penyuluh kesulitas dalam memilih dan menyajikan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Ditinjau dari sifatnya, terdapat tiga macam materi penyuluhan, yakni: 1) Berisi pemecahan

Referensi

Dokumen terkait

5) Lulus ujian seleksi penerimaan calon peserta pendidikan yang dikirim oleh Pemerintah Kabupaten sesuai dengan program kerjasama Pemerintah Kabupaten/Badan Diklat/

From this research the researcher wants to know the readability level of Bahasa Inggris for Grade X published by Kemendikbud and whether the book is suitable for grade X

• Setelah mengamati video proses terjadinya hujan, siswa dapat menyusun (C6) informasi secara tertulis tentang perubahan wujud yang terjadi pada proses terjadinya hujan

Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah southern bluefin tuna dengan judul penelitian Optimalisasi dan Strategi Pemanfaatan Southern Bluefin Tuna di Samudera Hindia – Selatan

Tahun ini, bank milik pemerintah tersebut menargetkan kenaikan kredit agunan rumah sebesar 10% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari Rp 8,06 triliun pada Desember 2016..

Hart protocol, rechargable nimh battery pack, power supply/ recharger (110/220 VAC.50/60 Hz, US/UK/EU connection types), Languages English (standard, Certifications ATEX, FM,

Adapun tujuan pendinginan yaitu Karena asam nitrat merupakan suatu cairan yang memiliki titik didih rendah yaitu -41,4 o C sehingga reaksi pembentukan HNO 3 terjadi

Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian berbagai jenis pupuk organik yang disertai dengan pupuk urea menghasilkan lilit umbi berbeda tidak nyata, tetapi pada