• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KELILING PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD BUSTANUL ISLAMIYAH KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KELILING PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD BUSTANUL ISLAMIYAH KOTA MAKASSAR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KELILING PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD BUSTANUL ISLAMIYAH

KOTA MAKASSAR

Skripsi

Oleh MARNIATI NIM 4513103020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2017

(2)

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KELILING PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD BUSTANUL ISLAMIYAH

KOTA MAKASSAR

Skripsi

Oleh MARNIATI NIM 4513103020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2017

(3)

iii

PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Marniati

Nim : 4513103020

Jurusan : PGSD

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Konsep Keliling Persegi Panjang Dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas Iii Sd Bustanul Islamiyah kota Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil karya jiplakan atau mengandung unsure plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Makassar, 14 September 2017 Yang membuat pernyataan

Marniati 4513103020

(4)

iv Moto

Hidup tanpa harta laksana hidup tanpa bekal, Hidup tanpa teman laksana berjalan tanpa arah Tetapi hidup tanpa ilmu laksana berjalan dalam kegelapan

“Pembelajaran terbaik berasal dari pengalaman hidup”

Peruntukkan :

Dengan segala kerendahan hati kuperuntukkan Karya ini untuk kedua orang tuaku Ayahanda

Alm. H. Ambo Tang dan Alm.Indo Tuo

(5)

v

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KELILING PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA

REALISTIK

MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III SD BUSTANUL ISLAMIYAH KOTA MAKASSAR

Improvement on Learning Outcomes Concept of Rectangle Circumference by Using the Mathematic Approach in Grade III Student of Bustanul

Islamiyah Makassar.

Marniati1

Alamat: Jln Abd.Muthalib dg.Narang (atimarni262@gmail.com) Dr.Mas’ud Muhammadiah,M.Si2

Alamat : Jln. Sukamulia No. 42 (Masudmuhammadiah@gmail.com) Jurusan PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bosowa

Alamat : Jln. Urip Sumoharjo KM. 4 ABSTRAK

Marniati. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Keliling Persegi Panjang Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar.

(Dibimbing oleh Dr.Mas’ud Muhammadiah M.Si dan Fathimah Az-Zahra Nasiruddin S.Pd,M.Pd).

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil belajar konsep keliling persegi panjang dengan menggunakan pendekatan matematika realistik mata pelajaran matematika pada siswa kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Fokus penelitian yakni 1) proses dalam pendekatan matematika realistik dan 2) Hasil belajar konsep keliling persegi panjang. Subjek penelitian ini yakni dua puluh siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni teknik observasi, tes dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan tahap reduksi data, mendeskripsikan data dan siklus I pertemuan I dan II berada pada kategori cukup sedangkan pada siklus II berada pada kategori baik. Hal tersebut diikuti dengan meningkatnya hasil belajar konsep keliling persegi panjang dari kategori sedang pada siklus I dengan hasil belajar rata-rata 62 atau ketuntasan secara klasikal 40% sedangkan pada siklus II pertemuan I dan II berada pada kategori baik dengan hasil belajar rata-rata 84 atau ketuntasa secara klasikal 90%. Dengan demikian pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi konsep keliling persegi panjang pada siswa kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Pendekatan Realistik

(6)

vi

IMPROVEMENT ON LEARNING OUTCOMES CONCEPT OF RECTANGLE CIRCUMFERENCE BY USING THE MATHEMATIC

APPROACH IN

GLADE III STUDENT OF SD BUSTANUL ISLAMIYAH MAKASSAR

Marniati1

Alamat: Jln .Abd.Muthalib Dg. Narang (atimarni262@gmail.com) Dr.Mas’ud Muhammadiah M.Si2

Alamat : Jln. Sukamulia No. 42 (Masudmuhammadiah@gmail.com) Jurusan PGSD,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa

Alamat: Jln Urip Sumoharjo Km. 4 ABSTRACT

Marniati. 2017. Improvement on Learning Outcomes of Rectangle Circumference by Using the Matematic Approach in Glade III Student of Bustanul Islamiyah Makassar. (supervised by Dr. H. Mas’ud Muhammadiah, M.Si and Fathimah Az- Zahra Nasiruddin , S.Pd., M.Pd).

The objective of this research was to describe the learning outcomes concept of rectangle circumference by using realistic mathematic subjects in grade III students of Bustanul Islamiyah. This research used a qualitative approach with classroom action research conducted two cycles. Each cycle consist of two meeting with planning, execution, observation and reflection.

The focuses of the research were 1) Process in realistic mathematic approach and 2) Learning outcome concept of rectangular circumference. The subjects of this research were twenty students consisting of 11 male and 9 female students. Technique of collecting data used observation techniques, tests and documentation. Data analysis used data reduction phase,describe data and cycle I meeting I and II were in enough category while in cycle II was in good category.

This followed by the increasing on learning outcomes concept of rectangle circumference from the category, then in cycle I with an average learning outcomes concept of rectangle circumference from the category, then in cycle I with an average learning outcome was 62 or 40% claddical completeness while in cycle II meeting I and II are in good category with an average learning outcome was 84 or classical completeness was 90%. Thus the realistic mathematic approach could increase the learning outcomes of mathematic material concept of rectangle circumference in glade III student of mathematic material concept of rectangle circumference in glade III students of Bustanul Islamiyah Makassar.

Keywords: Learning Outcomes Mathematic, Realistic Approach.

(7)

vii

(8)

viii

(9)

ix

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

MOTO DAN PERUNTUKAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1. Manfaat teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori ... 8

1. Definisi Belajar ... 8

2. Hasil belajar... 8

(11)

xi

3. Hasil belajar Matematika ... 9

4. Bangun Datar... 10

5. Pembelajaran Konsep Keliling Persegi Panjang ... 11

6. Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika... 14

B. Kerangka Pikir ... 22

C. Hipotesis Tindakan... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Desain Penelitian ... 25

B. Desain Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Data dan Sumber Data ... 29

1. Data ... 29

2. Sumber Data ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Indikator Kinerja ... 33

H. Indikator Hasil ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian... 35

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.2 Teknik katergorisasi berdasarkan ketetapan Department Pendidikan

Nasional ... 33

3.3 Persentase Pencapaian Aktivitas Pembelajaran ... 34

3.4 Kategori Standar berdasarkan ketetapan Departmen Pendidikan Nasional ... 34

4.1 Analisis Observasi Aktivitas Mengajar guru siklus I ... 41

4.2 Hasil Analisis Data Observasi Siswa pada Siklus II ... 44

4.3 Nilai Hasil belajar Siswa Siklus I ... 44

4.4 Analisis Hasil Observasi Mengajar Guru Siklus II ... 53

4.5 Analisis Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 56

4.6 Nilai Hasil Belajar ... 56

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Jenis – Jenis Bangun Datar ... 11

2.2 Persegi Panjang... 11

2.4 Contoh Pendekatan Matematika Realistik ... 21

2.6 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas ... 23

(14)

xiv

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal itu. Untuk memahami struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu. Hal ini sejalan dengan Ismail,dkk (2014:48) Yang mendefinisikan bahwa hakikat matematika adalah belajar ilmu yang membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan system, struktur dan alat. Banyak orang beranggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari, tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan dan sebagainya. Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar terhadap matematika semakin merosot. Hal ini harus menjadi perhatian khusus dari para guru dan calon guru Sekolah Dasar (SD) untuk melakukan suatu upaya agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika anak didiknya.

Untuk dapat membekali siswa dengan penguasaan konsep yang memadai, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang membuat siswa mudah menerimanya sangat diperlukan agar siswa dapat menyenanginya. Untuk dapat membantu memudahkan siswa memahami materi yang disajikan, pembelajaran matematika di SD hendaknya tidak dilakukan ke arah abstrak, tetapi sedapat mungkin dilakukan dari umum dimulai dari konkret menuju abstrak, dari hal-hal yang mudah ke hal-hal yang sulit atau dari sederhana menuju ke kompleks.

(16)

2 Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika di SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar pada prapenelitian pada Januari 2017, dikatakan bahwa pelajaran matematika yang paling sulit dan sukar dimengerti oleh siswa adalah geometri. Sementara geometri adalah salah satu bidang kajian inti matematika di SD. Sejak masa kanak-kanak, siswa SD telah mengenal dan akrab dengan objek-objek visual geometri yang ada di sekitarnya, misalnya bentuk tegel, permen, kaca meja, permukaan jam, ban sepeda dan sebagainya. Hal ini akan sangat membantu anak dalam belajar geometri. Kennedy dan Tipps (1994: 385) mengemukakan bahwa “Pengalaman belajar geometri meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan penalaran serta mendukung pelajaran berbagai topik matematika”. Oleh karena itu, geometri di SD merupakan kajian yang strategis untuk mendorong peningkatan kualitas proses dan hasil belajar matematika.

Melihat posisi strategis geometri sebagaimana diuraikan di atas, geometri di SD perlu mendapatkan perhatian utama dari guru, terutama metode dan pendekatan pembelajaran. Di pihak lain, ditemukan ada indikasi bahwa geometri kurang mendapat perhatian oleh guru. Di antara semua kajian matematika, geometri menempati posisi yang memprihatinkan Kahfi (1991: 31), bukan saja karena prestasi geometri siswa di SD sangat jauh dari yang diharapkan, tetapi juga adanya tanggapan para pakar tentang ketimpangan pengajaran geometri yang serius (Soedjadi, 1991: 5). Menurut Kahfi (1997: 31), geometri merupakan satu- satunya bidang yang paling terabaikan dalam kurikulum matematika.

(17)

3 Wawancara selanjutnya dengan guru di SD Bustanul Islamiyah mengenai pembelajaran bangun datar khususnya persegi panjang, umumnya guru langsung memperkenalkan rumus keliling persegi panjang, tidak memperkenalkan konsep- konsep persegi panjang terlebih dahulu. Bahkan, dalam memperkenalkan rumus juga tidak dijelaskan konsep rumus keliling persegi panjang tersebut. Hingga pengetahuan siswa hanya sebatas pemahaman rumus saja.

Kondisi pembelajaran di atas sangat memprihatinkan sehingga membutuhkan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman siswa.

Yang menjadi kekurangan guru di sini adalah mengajar tidak menggunakan alat peraga. Guru beranggapan bahwa alat peraga hanya merepotkan saja karena hasilnya akan sama saja dengan tidak menggunakan alat peraga. Padahal, kita ketahui bahwa alat peraga berfungsi menerangkan atau menunjukan konsep pembelajaran.Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton (2010:6) seperti berikut ini.

1. Menyampaikan pesan pembelajaran dapat terstandar.

2. Pembelajaran dapat lebih menarik.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran dapat ditingkatkan.

8. Peran guru mengalami perubahan kea rah yang positif.

(18)

4 Pada penelitian ini penulis mencoba memperkenalkan alat peraga papan berpaku dan persegi satuan pada pembelajaran keliling persegi panjang tersebut.

Menyadari akan pentingnya alat peraga dalam proses balajar-mengajar, setiap mata pelajaran perlu menggunakan alat peraga terkhusus pada pelajaran matematika. Karena matematika adalah pelajaran yang abstrak. Sementara tidak sedikit orang dewasa yang umum sudah memahami konsep abstrak, apalagi usia SD. Jadi, pada situasi-situasi tersebut masih memerlukan benda-benda perantara dalam hal ini alat peraga dalam pemahaman konsep matematika. Karena dalam pembelajaran matematika siswa harus dihadapkan pada lingkungan belajar yang konkret, banyak menggunakan alat peraga dan lebih banyak mendominasi kegiatan belajar mengajar.Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Bruner (Latri 2004: 2) mengatakan bahwa:

Anak-anak dalam belajar matematika hendaknya aktif, pengertian akan diperoleh bila mereka mengutak-atik benda, kemudian memperhatikan struktur yang terdapat pada benda tersebut, sehingga mereka dapat menghitungnya dengan struktur-struktur yang terdapat pada intuisi mereka.

Memperhatikan pendekatan pengajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan bangun datar, terkadang guru tidak memperhatikan tingkat kemampuan siswa, guru mengajar memaksakan kemampuan siswa seperti kemampuan guru. Sehingga siswa merasa tertekan dengan pembelajaran tersebut dan menjadi tidak semangat untuk mengikuti palajaran tersebut.

Pendekatan di atas kurang tepat diterapkan kepada anak SD karena taraf berpikir anak masih taraf berpikir konkret Untuk menghindari terjadinya hal seperti itu seorang guru harus kreatif dalam merancang pembelajaran yang baik

(19)

5 dalam memilih pendekatan yang akan digunakan, salah satunya guru bisa memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai alat bantu pembelajaran. Seperti pada pembelajaran bangun datar, guru bisa memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk bangun datar untuk digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Karena dengan memperlihatkan benda-benda yang ada di sekitar anak akan lebih mudah memahami pelajaran dan akan sulit untuk melupakan pelajaran itu, karena setiap melihat benda tersebut anak pasti akan mengingat kembali pelajarannya.

Dari permasalahan di atas penulis mencoba menerapkan Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran konsep bangun datar. Heuvel- Panhuizen (1998) Realistic Mathematics Education (RME) (Siti Inganah 2003:

13):

Merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual dan situasi kehidupan nyata untuk memperoleh dan mengaplikasikan konsep matematika. Masalah kontekstual ini bukan berarti masalah yang selalu konkret dapat dilihat oleh mata tetapi juga termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh anak.

Ciri utama Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada pembelajaran secara bermakna, sesuai dengan kemampuan berfikir siswa serta berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Keterkaitan dengan kehidupan sehari ini akan mengarahkan siswa pada pengertian bahwa matematika bukan hanya ilmu simbolik belaka tetapi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya. “Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna dan tidak memisahkan belajar

(20)

6 matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan tidak cepat lupa”, (Suherman dkk, 2001: 128).

Sehubungan dengan kurangnya penerapan Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran matematika, maka dalam penelitian ini penulis akan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik dalam pembelajaran terkhusus dalam pembelajaran bangun datar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatan hasil belajar siswa terhadap konsep keliling persegi panjang di kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil belajar konsep bangun datar dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas III SD Bustanul Islamiyah kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Adapun yang menjadi manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mendapatkan teori baru tentang pembelajaran keliling persegi panjang melalui penerapan Pendekatan Matematika Realistik .

b. Sebagai dasar/acuan untuk penelitian selanjutnya.

(21)

7 2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Dapat dijadikan acuan bagi sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran bangun datar.

b. Mempermudah pemahaman siswa untuk mempelajari matematika selanjutnya dalam pokok bahasan yang sama.

c. Menumbuhkan kretivitas guru dalam menemukan pendekatan-pendekatan pembelajaran matematika dan dalam membuat alat peraga sederhana yang dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pembahasan Teori

1. Definisi Belajar

Belajar adalah perubahan relatif permanen atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.Hal ini sejalan dengan Throndike (2015:21) mengatakan bahwa interaksi antara stimulus dan respon.Menurut David Ausubel (Dahar,1988:135), belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada kondep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa belajaradalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi persenonal.

2. Hasil Belajar

Hasi belajar diperoleh bentuk prestasi belajar.Prestasi belajar dapat diukur melalui alat ukur tertentu seperti melalui tes atau dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang melalui proses belajar tersebut.Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bias dipisahkan.

Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang sebenarnya dilakukan

(23)

9 seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar yang dilakukan oleh murid dan guru.

Menurut Haling, (2004 :27), “ Hasil belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seseorang”.

Menurut Syah (2000 :150), “Hasil belajar adalah hasil pengungkapan belajar yang meliputi ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotor)”.

Berdasarka pendapat di atas , dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang merupakan wujud tingkat penguasaan materi pelajaran yang diperoleh melalui tes hasil belajar atau evaluasi.Hasil belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap kemampuan murid yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh setelah melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada periode tertentu pada pokok bahasan tertentu.

3. Hasil Belajar Matematika

Tujuan utama dalam pembelajaran utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pemikiran dalam pemecahan masalah bukan hanya menguasai konsep struktur keterampilan berhitung dan menghubungkan konsep- konsep tersebut.Nana Sudjana (1995:2) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajar.

Hasil belajar matematika adalah kemampuan dari seorang siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika dalam aspek kognitif

(24)

10 (pengetahuan) setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dengan melalui tes hasil belajar.

4. Bangun Datar

a. Pengertian Bangun Datar

Bangun-bangun geometri baik dalam kelompok bangun datar maupun bangun ruang merupakan sebuah konsep abstrak. Artinya bangun-bangun tersebut bukan merupakan sebuah benda konkret yang dapat dilihat maupun dipegang.

Demikian pula dengan konsep bangun geometri, bangun-bangun tersebut merupakan suatu sifat, sedangkan yang konkret, yang biasa dilihat maupun dipegang, adalah benda-benda yang memiliki sifat bangun geometri. Misalnya persegi panjang, konsep persggi panjang merupakan sebuah konsep abstrak yang diidentifiaksikan melalui sebuah karakteristik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal. Dengan demikian pengertian bangun datar adalah abstrak.

b. Jenis-Jenis Bangun Datar

Bangun datar ditinjau dari segi sisinya dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi lengkung meliputi lingkaran, ellips, dan bangun-bangun lainnya. Bangun datar yang bersisi lurus meliputi segitiga, persegi, persegi panjang, segi lima, jajaran genjang dan lain-lain. Untuk memperkenalkan gambar bangun datar dapat kita perkenalkan beberapa potongan kertas berbentuk bangun datar atau juga dengan menggunakan

(25)

11 benda-benda yang ada di sekitar yang berbentuk bangun datar. Contoh potongan kertas yang berbentuk bangun datar:

Gambar. 2.1 Jenis-Jenis Bangun Data.

c. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun geometri yang disusun dari empat titik yang segaris dan dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya serta sisi yang berhadapan sama panjang.

Gambar 2.2 Persegi Panjang

Sifat-sifat persegi panjang adalah sebagai berikut:

a) Sudut-sudutnya sama besar yaitu 900 b) Sisi yang berhadapan sama panjang

c) Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang d) Mempunyai dua simetri lipat dan dua simetri putar.

5. Pembelajaran Konsep Keliling Persegi Panjang

Bentuk bangun datar sudah mulai dikenal sejak usia pra SD, misalnya dengan tidak sadar pada saat bermain terkadang mereka mengatakan bentuk permainannya seperti lingkaran, segiempat dan bentuk-bentuk bangun datar lainnya. Setelah ditanyakan yang bagaimana lingkaran, anak tersebut kembali

(26)

12 bingung sendiri, hingga pada usia pra SD itu hanya sekadar mengenal, tetapi belum mengetahui. Pada usia siswa SD sudah mulai diperkenalkan konsep- konsep bangun datar, misalnya persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga dan lain-lain..

Pengenalan konsep-konsep bangun datar tersebut terkadang juga hanya menggunakan gambar. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep dan selanjutnya akan membuat siswa akan mengalami kesulitan mengamati sifat-sifat dan menentukan kelilingnya. Untuk memudahkan siswa memahami konsep-konsep bangun datar tersebut pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan pendekatan realistik, yaitu dengan menggunakan benda- benda nyata yang ada di sekitar untuk memperkenalkan konsep bangun datar.

Pembelajaran bangun datar dalam penelitian ini adalah penanaman konsep dan penerapan rumus keliling persegi panjang. Dalam kegiatan pembelajarannya dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap kegiatan persiapan, tahap kegiatan utama, dan tahap kegiatan pemantapan. Pada kegiatan persiapan, guru mengecek kelengkapan alat peraga yang akan digunakan kemudian memperagakan dulu alat peraga tersebut. Kemudian pada kegiatan utama pada awal pembelajaran guru menanyakan pada siswa, misalnya guru memegang sebuah buku tulis, berbentuk apa buku yang ibu guru pegang? Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang konsep persegi panjang, kemudian menanyakan kembali, selain buku ini benda apalagi yang ada di sekitar kamu yang berbentuk persegi panjang?. Berdasarkan jawaban-jawaban siswa guru sudah dapat mengetahui bagaimana pamahaman siswa tentang konsep bentuk persegi panjang.

(27)

13 Kemudian guru dapat meminta siswa untuk menunjukan permukaan buku masing- masing. Selanjutnya setiap siswa dengan siswa di samping tempat duduknya saling menutupkan permukaan bukunya. Guru menanyakan bagaimana panjang dan lebar kedua buku tersebut. Kemungkinan jawaban yang akan diberikan anak

“sama”. Dari gambaran dan pertanyaan-pertanyaan tersebut guru sudah bisa mengetahui bagaimana pemahaman anak terhadap konsep menentukan keliling persegi panjang.

Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan konsep persegi panjang dengan menggunakan alat peraga papan berpaku. Dengan alat peraga ini guru memperlihatkan beberapa bentuk persegi dan persegi panjang yang berbeda-beda ukuran panjang dan lebarnya. Kemudian pada pembelajaran konsep keliling persegi panjang guru membagikan alat peraga persegi satuan yang terbuat dari kertas karton. Untuk menggunakan alat peraga ini guru membagikan kertas karton lainnya yang akan diukur kelilingnya. Dengan alat peraga ini siswa diajak membuat permainan sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan pemahaman tentang konsep menentukan keliling persegi panjang. Selanjutnya guru mengaplikasikan hasil kegiatan siswa dalam bentuk rumus. Kemudian memberikan beberapa contoh soal dan cara penyelesaiannya di papan tulis.

Setelah itu menunjuk beberapa siswa secara bergantian menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.

Tahap ketiga, yaitu siswa diberi kesempatan untuk memantapkan konsep dengan menyelesaikan soal-soal keliling persegi panjang sesuai dengan konsep yang telah dipelajari.

(28)

14 Dari ketiga tahap pembelajaran di atas guru mengajak siswa memanfaatkan benda-benda sekitar untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa juga tidak merasa terbebani dengan pelajaran karena dalam pembelajaran diselingi dengan kegiatan permainan yaitu pada saat menggunakan potongan kertas karton yang berwarna-warni.

Kegiatan di atas selain untuk mengembangkan kreativitas guru dalam merancang alat peraga, juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebelum pembelajaran berlangsung. Selain itu juga meningkatkan kreativitas siswa dalam memanfaatkan benda-benda sekitar dalam kegiatan pembelajarannya

6. Pembelajaran Matematika Realistik

a. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik

Mulai tahun 1990-an Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan dalam pendidikan matematika, diadaptasi di beberapa sekolah di Amerika Serikat. Pendekatan ini muncul dengan nama kurikulum Mathematics in Contex, Romberg, 1998 (Tarigan, 2006: 3). Sedangkan untuk Indonesia sendiri

Pembelajaran Matematika Realistik ini diperkenalkan pada tahun 2001 di beberapa Perguruan Tinggi secara kolaboratif melalui Proyek Pendidikan Matematika Realistik di tingkat SD.

Pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika (Tarigan, 2006). Sejalan dengan Heuvel-Panhuizen

(29)

15 (Siti Inganah, 2003: 13) Realistic Mathematics Education (RME) “merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual dan situasi kehidupan nyata untuk memperoleh dan mengaplikasikan konsep matematika”.

Masalah kontekstual ini bukan berarti masalah yang selalu konkret dapat dilihat oleh mata tetapi termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh anak.

Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai dengan tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah (Tarigan, 2006: 10).

Berdasarkan komponen kegiatan pembelajaran, baik menurut KBK maupun PMRI, peran guru lebih banyak pada motivasi dan mendorong kegiatan siswa.

Dalam pembelajaran matematika realistik dimulai dari masalah yang real sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna. Peran guru terutama sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide atau konsep matematika. Tetapi Gravemeijer (Tarigan, 2006: 5) menjelaskan bahwa “peran guru harus berubah dari seorang vasilitator (menyalahkan/membenarkan) menjadi pembimbing yang menghargai setiap kontribusi (pekerjaan dan jawaban) siswa”.

Selain peran guru Gravemeijer (Tarigan, 2006: 5) juga menyatakan bahwa

“Pembelajaran Matematika Realistik ada lima tahap yang harus dilalui siswa yaitu penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, kepercayaan diri dan representasi”.

Pada tahap penyelesaian masalah, siswa diajak menyelesaikan masalah dengan

(30)

16 caranya sendiri. Pada tahap penalaran, siswa dilatih untuk bernalar dalam setiap mengerjakan soal yang dikerjakan. Pada tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada temannya. Siswa juga berhak menyanggah (menolak) jawaban milik temannya yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. Pada tahap kepercayaan diri, siswa diharapkan mampu melatih kepercayaan diri dengan mau menyampaikan jawaban soal yang diperoleh kepada temannya dan berani maju di depan kelas.

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pengertian matematika realistik adalah pendekatan yang memanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai pendidikan yang lebih baik.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di Nederlands. Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuantitatif dan kualitatif yang telah ditunjukan bahwa siswa di dalam pendekatan PMR mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi Becker & Selter, 1996 (Suherman, dkk, 2001: 125) Beberapa penelitian terdahulu di beberapa negara menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan PMR, sekurang-kurangnya dapat membuat:

1) Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak;

2) Mempertimbangkan kemampuan siswa;

(31)

17 3) Menekankan belajar matematika pada learning by doing;

4) Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku;

5) Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika, Suherman, dkk,( 2001: 125).

Salah satu filosofi yang mendasari Pendekatan Matematika Realistik adalah bahwa matematika bukanlah satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus siswa pelajari. Menurut Freudenthal (1991) bahwa matematika bukan merupakan suatu subjek yang siap saji untuk siswa melainkan bahwa matematika adalah suatu pelajaran yang dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.

Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan tujuan pendekatan matemtika realistik adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Realistik

Terdapat lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistik:

1) Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika;

2) Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol;

3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan

(32)

18 mengkonstruksi sendiri, sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal;

4) Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika;

5) Membuat jalinan antar topik atau antar pokok bahasan atau antar strand.

Kelima prinsip balajar dan mengajar menurut filosofi realistik di atas, inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika, (Suherman, 2001: 128).

Menurut Streefland, (Siti Inganah, 2003: 4) prinsip utama dalam belajar mengajar yang berdasar pada pengajaran realistik adalah:

1) Pengkonstrukkan dan Pengkonkretan

Pada prinsip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktifitas konstruksi. Karakteristik konstruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa menemukan sendiri prosedur untuk dirinya sendiri.

2) Level dan Model

Belajar konsep matematika atau keterampilan adalah proses yang merentang panjang yang bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan dalam level ini dari batas konteks aritmatika informal sampai aritmatika formal, siswa harus mempunyai cara penyelesaian sendiri untuk menjembatani gep antara konkret dan abstrak. Benda konkret, model visual, situasi model, skema, diagram, dan simbol dapat digunakan disini.

3) Refleksi dan Penilaian Khusus.

Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui refleksi.

4) Konteks Sosial dan Interaksi.

(33)

19 Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam masyarakat dan langsung berhubungan dengan kontek sosiokultural.

5) Struktur dan Keterkaitan.

Belajar matematika tidak terdiri dari penyerapan kumpulan pengatahuan dan unsur-unsur keterampilan yang tidak berhubungan, tetapi mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan pada kesatuan struktur.

Berdasarkan pada uraian di atas pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari PMR adalah siswa diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Dan berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk mengkonstruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikonstruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya.

d. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik

Beberapa karakteristik Pendekatan Matematika Realistik menurut Suryanto, (Aisyah, 2007: 7) adalah sebagai berikut:

1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contekstual problems) digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa;

2) Siswa menemukan kembali ide, konsep dan prinsip atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau teman;

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelsaian terhadap masalah yang mereka temukan;

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi;

(34)

20 5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang

memang ada hubungannnya;

6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit;

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang siap dipakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa secara prinsip Pendekatan Matematika Realistik merupakan gabungan pendekatan konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan konsep matematika, melalui penyelasaian masalah dunia nyata (kontekstual).

e. Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik

Menurut Soedjadi (2001:3) langkah-langkah pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami masalah dan mamiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya;

2) Pembukaan

(35)

21 Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata, kemudian siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri;

3) Proses Pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan pengalamanya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok.

Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasekan hasil kerjanya di depan siswa dan siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk matematika formal.

Gambar 2.4. Contoh Pendekatan Matematika Realistik Beberapa kelebihan pendekatan matematika realistik

(36)

22 a) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasan tegang

tidak tampak.

b) Alat peraga adalah benda yang berada disekitar sehingga mudah didapatkan.

c) Guru ditantang untuk mempelajari bahan.

d) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.

Beberapa kelemahan pendekatan matematika realistik

a) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar (40-45 orang) b) Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.

c) Siswa yang mempunyaikecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.

B. Kerangka Pikir

Penggunaan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran matematika sangat penting. Karena keberhasilan guru dalam mengajarkan geometri dengan menggunakan alat peraga dan pendekatan pembelajaran berdampak positif terhadap keberhasilan mata pelajaran. Banyak aspek yang perlu diketahui tentang kesulitan yang dihadapi siwa dalam mata pelajaran matematika terkhusus pada materi bangun datar antara lain penanaman konsep dan aplikasi rumus keliling persegi panjang.

Berdasarkan kerangka teori yang mendasari pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas tentang “Meningkatkan hasil belajar Siswa terhadap Konsep Keliling Persegi Panjang dengan menggunakan pendekatan matematika realistik”

yaitu melaksanakan pembelajaran konsep dan keliling persegi panjang dengan

(37)

23 menggunakan benda-benda yang berada disekitar ruangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 2. 6. Bagan kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas

Bagan 2.6 Kerangka Pikir

Hasil Belajar Matematika Materi Konsep Keliling Persegi Panjang Meningkat

Aspek guru:

-Kurang optimalnya

penggunaan pendekatan pada mata pelajaran matematika

Aspek siswa : -Geometri adalah

pembelajaran yang sukar dimengerti.

-Penanaman konsep dan aplikasi rumus persegi panjang.

Pembelajaran Matematika Konsep Keliling Persegi Panjang

Langkah-Langkah Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik 1. Persiapan

2. Pembukaan

3. Proses pembelajaran 4. Penutup

(38)

24 C. Hipotesis Tindakan

Adapun yang menjadi hipotesis tindakan dalan penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan matematika realistik meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran konsep dan keliling persegi panjang.

(39)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN a. Lokasi dan Jenis Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Bustanul Islamiyah . Lokasi penelitian ini ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan (1) masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep keliling persegi panjang, (2) guru kurang memperhatikan pentingnya penggunaan alat peraga sehingga dalam pembelajaran jarang menggunakan alat peraga, (3) Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru-guru di sekolah terteliti.

2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Jenis penelitian ini diambil karena adanya masalah yang ditemukan dalam pembelajaran keliling persegi panjang di sekolah terteliti yang pemecahan masalahnya segera dilakukan. Dalam penelitian ini, penulis berpartisipasi aktif dan terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal serta memberikan kerangka kerja secara teratur dan sistematis tentang model pembelajaran keliling persegi panjang dengan menggunakan alat peraga papan berpaku untuk pemecahan masalah tersebut. Hal ini serupa dengan yang dinyatakan oleh Sarbiran (Siti Inganah, 2003: 37) bahwa

Karakteristik penelitian tindakan di bidang pendidikan meliputi: (1) sifat partisipasi peneliti, (2) memberikan kerangka kerja secara teratur dan sistematik dalam memecahkan masalah pendidikan, (3) dari evaluasi diri dalam kondisi dan situasi nyata, (4) fleksibel, adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan mengabaikan kontrol, (5) praktis dan secara langsung

(40)

26 berhubungan dengan situasi nyata di dunia kerja kependidikan, dan (6) dilakukan secara sistematis dan teratur.

B. Desain Penelitian

Tahap yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu: (1) tahap pendahuluan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan penelitian. Rincian tahap- tahap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Tahap pendahuluan

Tahap pendahuluan meliputi kegiatan:

1) Melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah dan guru matematika yang mengajar di kelas III tentang rencana penelitian yang akan dilaksanakan.

2) Melakukan tes awal. Tes awal ini berupa soal-soal tentang persegi panjang yang sudah pernah dipelajari

3) Menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun kegiatan pembelajaran dengan model untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang keliling persegi panjang.

4) Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan dan menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan oleh pengamat.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Tindakan dalam penelitian ini dilakukan menurut model yang ditawarkan oleh (Herman, 2001: 5) yang meliputi: (1) identifikasi masalah yang terdiri dari pengalaman, observasi kelas dan wawancara dengan guru, (2) alternatif pemecahan yang terdiri dari, analisis hasil identifikasi dan

(41)

27 rencana tindakan, (3) pelaksanaan tindakan dan observasi, (4) analisis tindakan, dan (5) refleksi.

Tindakan dalam penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus pembelajaran. Pembelajaran diawali dengan pembelajaran konsep keliling persegi panjang dan dilanjutkan dengan penerapan rumus keliling persegi panjang. Pada kegiatan tindakan pembelajaran konsep persegi panjang alat peraga yang digunakan adalah papan berpaku. Sedangkan pada penerapan rumus keliling persegi panjang akan menggunakan alat peraga satuan persegi yang dibuat berwarna warni sehingga menarik perhatian siswa untuk menggunakannya. Tindakan akan dilaksanakan secara klasikal dan akan berakhir setelah target pencapaian tercapai. Tindakan diakhiri apabila: (a) hasil pengamatan telah menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan memberikan nilai yang baik. (b) hasil wawancara telah memberikan informasi bahwa siswa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. (c) tes yang diberikan pada akhir tindakan dapat diselesaikan semua siswa baik siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah.

Mengingat dalam penelitian ini siswa belum pernah belajar tentang penerapan rumus keliling persegi panjang, yang telah dipelajari hanya macam-macam bangun datar saja. Hingga dalam pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada satu kelas yang terdiri dari 18 siswa.

Secara umum kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

(42)

28 c. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, rencana tindakan yang telah dibuat adalah :

1) Rancangan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

2) Lembar materi yang disusun secara realistik yang digunakan sebagai bahan acuan bagi siswa dalam mempelajari keliling persegi panjang;

3) Lembar kerja siswa yang berisi tentang masalah-masalah realistik yang dikerjakan pada awal pembelajaran;

4) Tes akhir untuk setiap tindakan.

d. Pelaksanaan tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun

1) Pengamatan.

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh rekan mahasiswa peneliti dan seorang guru kelas sekolah terteliti untuk mengidentifikasi kendala-kendala siswa selama pembelajaran berlangsung.

2) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk menganalisis hasil tindakan agar dapat memperbaiki tindakan berikutnya.

C. Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III di sekolah SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar. Karena melihat hasil belajar bangun datar di kelas III SD Bustanul Islamiyah masih tergolong sangat rendah .

(43)

29 D. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang dijaring dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh penulis yang meliputi, latihan-latihan yang diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar, dan hasil tes akhir setelah tindakan.

b. Pendapat siswa terhadap pembelajaran keliling persegi panjang dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

c. Hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung.

d. Hasil wawancara dengan subjek penelitian dan guru mata pelajaran.

e. Catatan lapangan tentang kegiatan penelitian dan kegiatan siswa selama dilakukan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan tindakan.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Bustanul Islamiyah yang mengikuti pembelajaran keliling persegi panjang

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes, pengamatan dan catatan lapangan. Empat teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

(44)

30 1. Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman anak tentang konsep keliling persegi panjang. Tes dilakukan pada awal penelitian, pada akhir setiap tindakan dan pada akhir setelah diberikan serangkaian tindakan.

2. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dan perencanaan yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan memuat hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Yang meliputi aktivitas guru dan siswa serta kasus-kasus yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

(45)

31 Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini yang diadopsi dari (Herman, 2001:

Bagan 3. 1. Siklus Penelitian diadopsi dari (Herman, 2001: 5) F. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terjadi dari berbagai sumber yaitu hasil pengamatan, tes evaluasi dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan pada tahap refleksi dari siklus penelitian.(Moleong, 2001 : 165)

Mengacu dari pendapat tersebut, data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif, meliputi 3 alur yaitu reduksi data,penyajian data, penarikan kesimpulan

Identifakasi Permaslahan - Pengalaman

- Observasi

- Wawancara dengan guru

Alternatif pemecahan - Analisis Hasil

identifikasi - Rencana tindakan

Pelaksana Tindakan

Observasi Analisis

Tindakan Refleksi

Belum berhasil

Indentifikasi permasalahan - Refisi

- Wawancara dengan siswa

Alternatif pemecahan - Analisis hasil

identifikasi - Rencana tindakan

Pelaksana Tindakan

Observasi Analisis

Tindakan Refleksi

Berhasil Selesai

Seperti tampak pada bagan di halaman berikutnya.

(46)

32 (Miles & Huberman, 1992 : 160) data yang diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan selanjutnya direduksi secara sistematis.Data tereduksi ini akan disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana, yaitu sebagai berikut :

1. Penilaian Rata-rata

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Nilai rata-rata ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

dengan :

x = nilai rata-rata

Ʃx = jumlah semua nilai siswa ƩN = jumlah siswa.

2. Penilaian untuk ketuntasan belajar

Untuk menghitung presentase ketuntasan digunakan dengan rumus :

Hasil tes dianalisis kuantitatif dikategorikan dalam lima kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2006 : 19) adalah sebagai berikut :

(47)

33 Tabel 3.2 Teknik Kategorisasi Standar berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional.

Taraf keberhasilan Kualifikasi

85-100 Sangat baik (SB)

70-84 Baik (B)

55-69 Cukup(C)

46-54 Kurang(K)

0-45 Sangat kurang (SK)

Sumber : Mill (2000 : 2000:9)

G. Indikator Kinerja

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pelaksanaanya dalam dua siklus.

Namun demikian bila pada hasil evaluasi suatu siklus paling sedikit siswa telah mendapatkan nilai paling rendah 70 maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan karena indikator keberhasilan telah tercapai.

Keberhasilan aktivitas belajar dinilai dari terlaksana atau tidaknya seluruh kegiatan pembelajaran, baik kegiatan guru maupun siswa,Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa menggunakan tiga kategori yakni kategori baik, cukup, dan kurang sesuai dengan pengelompokan skor.

(Kunandar,2013) .

Tabel 3.3 Persentase Pencapaian Aktivitas Pembelajaran

No Aktivitas (%) Kategori

1. 81%-100% B ( Baik )

2. 61%-80% C ( Cukup )

3. ≤ 60%- K ( Kurang )

Sumber : Kunandar, 2013:128

(48)

34 H. Indikator Hasil

Indikator keberhasilan merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian.Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu : apabila nilai kemampuan pemahaman konsep keliling persegi panjang siswa kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar mengalami peningkatan nilai lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 6,5, dan ketuntasan belajar mencapai 80% secara klasikal.

Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan keberhasilan siswa oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Departemen Pendidikan Nasional (Gusnawati, 2012 : 27)

Skor Kategori

85-100 Sangat Tinggi

68-64 Tinggi

55-64 Sedang

35-54 Rendah

0-34 Sangat Rendah

Sumber : Gusnawati, 2012:27

(49)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kegiatan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kunjungan di SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar tepatnya dikelas III .Jumlah siswa di kelas III SD Bustanul Islamiyah berjumlah 20 orang, 9 orang laki-laki dan 11orang perempuan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terdapat masalah yang disebabkan oleh guru dan siswa.Faktor guru yaitu dalam menyajikan materi geometri khususnya persegi panjang hanya dilakukan dengan cara menjelaskan konsep-konsep yang ada melalui gambar-gambar. Factor siswa secara umum belum mengetahui konsep dan keliling persegi panjang yang mereka pahami hanya bentuk persegi panjang saja.

Deskripsi proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.Setiap pertemuan terjadi empat rangkaian kegiatan antara lain : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Observasi,4) Refleks.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan

1) Pertemuan I

(50)

36 Tahap perencanaan ini dilakukan mulai dari komunikasi dengan pengamat (guru) demi kelancaran pembelajaran yang akan dilaksanakan nantinya.Selain itupeneliti juga mempersiapkan beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a) Membuat rencana pembelajaran atau RPP tentang konsep keliling persegi panjang dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

b) Mencari materi pelajaran dibuku paket yang relevan dengan KTSP.

c) Membuat lembar observasi guru dan siswa yang akan dijadikan acuan bagi pengamat (guru)

d) Mempersiapkan alat peraga karton manila.

e) Membuat instrument Penilaian f) Membuat lembar kerja (LKS)

g) Mempersiapkan dokumentasi untuk mendokumentasikan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Pertemuan II

a) Membuat rencana pembelajaran atau RPP tentang konsep keliling persegi panjang dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.

b) Mencari materi pelajaran dibuku paket yang relevan dengan KTSP.

c) Membuat lembar observasi guru dan siswa yang akan dijadikan acuan bagi pengamat (guru).

d) Mempersiapkan alat peraga karton manila.

e) Membuat instrument penilaian.

(51)

37 f) Membuat lembar kerja (LKS).\

g) Mempersiapkan dokumentasi untuk mendokumentasikan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Pelaksanaan 1) Pertemuan I

Pelaksanaan pemebelajaran untuk siklus I pertemuan pertama dilakukan pada hari Selasa, 9 Mei 2017 yang diikuti oleh 20 siswa yang hadir semua.

Pada tahap ini kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan langkah- langkah yang terdapat dalam rencana pelaksanaan (RPP).Rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ,sehingga pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

Proses pembelajaran matematika pada siklus I kelas III SD Bustanul islamiyah Kota Makassar dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: kegiatan awal, Guru mempersilahkan siswa berdoa yang dipimpin oleh guru sendiri,mengisi daftar hadir, memfokuskan perhatian siswa agar siswa bersemangat belajar,menyampaikan tujuan belajar.Kegiatan inti,guru menyajikan materi sebagai pengantar tentang cara mencari keliling persegi panjang dengan menggunakan media papan tulis,meja dan buku tulis.Guru membagikan LKS serta membentuk siswa kedalam kelompok.Siswa memperhatikan kalimat keliling persegi panjang pada papan tulis (P = 10 cm, L = 5 cm),Guru memberikan contoh cara mengerjakan keliling persegi panjang.Guru melatih siswa mencari keliling persegi panjang dengan cara mereka sendiri baik menggunakan benda konkrit

(52)

38 ataupun soal cerita yang berhubungan dengan dunia nyata.Kegiatan akhir,Membuat kesimpulan dari materi yang telah disampaikan, memberikan tugas rumah dengan meminta siswa belajar di rumah serta guru menutup pelajaran dengan salam.

2) Pertemuan II

Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II pertemuan kedua dilakukan pada hari Jum’at, 12 Mei 2017 yang diikuti 20 siswa yang hadir semua.

Pada tahap ini kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam rencana pelaksanaan (RPP).Rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

Proses pembelajaran matematika pada siklus I kelas III SD Bustanul Islamiyah Kota Makassar dibagi menjadi tiga kegiatan,yaitu : kegiatan awal, Guru mempersilahkan siswa berdoa yang dipimpin oleh ketua kelas, mengisi daftar hadir, memfokuskan perhatian siswa agar siswa bersemangat belajar.Kegiatan inti, guru menyajikan materi sebagai pengantar tentang cara mencari keliling persegi panjang dengan menggunakan media papan tulis,karton manila.Guru membagikan LKS serta membentuk siswa kedalam kelompok, siswa memperhatikan kalimat keliling persegi panjang pada papan tulis (P = 12 cm,L = 6 cm),guru memberikan contoh cara mencari keliling persegi panjang.Guru melatih siswa mencari keliling persegi panjang dengan cara mereka sendiri baik menggunakan benda konkrit maupun soal cerita yang berhubungan dengan dunia nyata.Kegiatan akhir, membuat kesimpulan dari

(53)

39 materi yang telah disampaikan.Memberikan tugas di rumah dengan meminta siswa belajar di rumah serta guru menutup pelajaran dengan salam.

a. Observasi

1) Pertemuan I

Proses observasi dilakukan dengan cara guru mengamati peneliti di kelas selama melaksanakan tindakan proses pembelajaran dikelas pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dampak yang ditimbulkan dan perilaku guru terhadap siswa selama proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi guru yang telah diamati Empat aspek dalam kategori cukup

a) Guru menyajikan materi pelajaran sebagai pengantar

b) Guru memberikan contoh contoh cara mencari keliling persegi panjangdengan menggunakan contoh papan tulis,ataupun soal cerita.

c) Guru membagi siswa kedalam keompok.

d) Guru melatih siswa dalam mencari keliling persegi panjang.

Dua aspek dalam kategori kurang

a) Memotivasi siswa mengikuti pelajaran b) Guru menyimpulkan pelajaran

2) Pertemuan II

Berdasarkan hasil observasi guru yang telah diamati pada siklus I pertemuan II

Satu aspek Kategori baik

(54)

40 a) Guru menyajikan materi pelajaran sebagai pengantar

Tiga aspek Kategori cukup

a) Guru memberikan contoh cara mencari keliling persegi panjang dengan menggunakan contoh papan tulis,ataupun soal cerita

b) Guru membagi siswa kedalam kelompok

c) Guru melatih siswa dalam mencari keliling persegi panjang.

Dua aspek dalam kategori kurang

a) Memotivasi siswa mengikuti pelajaran b) Guru menyimpulkan materi pelajaran.

Analisis hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam menggunakan media papan tulis,meja, buku untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I (pertemuan pertama dan pertemuan kedua) menunjukkan bahwa pelaksanaan yang dilakukan masih kurang berjalan dengan baik (rata-ratanya masih dalam kriteria kurang).Hasil analisis tabel tersebut disajikan pada tabel 4. 1 Berikut ini.

Tabel 4. 1 Analisis Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

NO SIKLUS SKOR PENGAMATAN KRITERIA

1 Pertemuan 1 55,55 % Kurang

2 Pertemuan II 61,11 % Cukup

Jumlah Skor 116,66 %

Rata-rata 58,33 %

Kriteria Kurang Sumber data : Lampiran 9 Hal 75

(55)

41 3) .Deskripsi penilaian observasi aktivitas mengajar guru di peroleh dari

lembar observasi aktivitas mengajar guru yang terdiri dari enam aspek 4) pengamatan.

a) Pada awal pembelajaran guru mengungkapkan tujuan pembelajaran dengan baik.

b) Guru memberikan contoh mencari keliling persegi panjang dengan menggunakan benda konkrit seperti papan tulis dengan sudut ABCD.

c) Guru melakukan peragaan dengan mengikutsertakan beberapa siswa sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.

d) Guru melatih siswa dalam mencari keliling persegi panjang.

e) Memotivasi siswa mengikuti pelajaran.

f) Guru menyimpulkan materi pelajaran.

Analisis hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam menggunakan alat peraga papan tulis untuk meningkatkan hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tindakan siklus I (pertemuan pertama dan pertemuan kedua) menunjukkan bahwa pelaksanaan yang dilakukan masih kurang berjalan dengan baik (rata- ratanya masih dalam kriteria kurang). Hasil analisis tabel tersebut disajikan pada tabel 4. 1 berikut ini

Tabel 4. 1 Analisis Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

NO SIKLUS SKOR PENGAMATAN KRITERIA

1 Pertemuan 1 55,55 % Kurang

2 Pertemuan II 61,11 % Cukup

Jumlah Skor 116,66 %

(56)

42

Rata-rata 58,33 %

Kriteria Kurang Sumber data : Lampiran 9 Hal 75

Berdasarkan hasil analisis aktivitas mengajar guru siklus 1 (terlampir), dari enam aspek pengamatan yang direncanakan diperoleh satu aspek kategori baik, tiga aspek kategori cukup, dan dua aspek kategori kurang dalam proses pembelajaran.Adapun satu aspek yang termasuk dalam kategori baik, yaitu : guru menyajikan materi pelajaran sebagai pengantar.

Tiga aspek dalam kategori cukup (hasil analisis data observasi aktivitas mengajar guru) antara lain :

a) Guru memberikan contoh mengerjakan keliling persegi panjang dengan menggunakan media papan tulis,meja dan buku tulis.

b) Guru melakukan peragaan dengan mengikutsertakan beberapa siswa sehingga pelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.

c) Guru melatih siswa dalam melakukan mencari keliling persegi panjang dengan cara mereka sendiri.

Dan dua aspek dalam kategori kurang antara lain diuraikan sebagai berikut : a) Memotivasi siswa mengikuti pelajaran.

b) Guru menyimpulkan materi pelajaran.

5) Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Hasil penelitian observasi aktivitas siswa diperoleh dari lebar observasi aktivitas siswa yang terdiri dari lima aspek pengamatan.Analisis hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realististik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pasa siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat

Sketsa tampilan untuk menu topik Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia, Berisikan materi dari topik tersebut dan tombol back untuk kembali ke menu pokok bahasan, dan

Brigham dan Houston (2011:155) mengatakan struktur modal yang optimal dapat didefinisikan sebagai “struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan tersebut.

Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai

Hasil belajar dribbling dalam permainan bolabasket pada siswa SMA Negeri 1 Pangkajene terbukti dengan adanya peningkatan dari nilai rata- rata 13,0500 meningkat

Mengumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2014, seperti tersebut di bawah ini

7.1 Partisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan peningkatan mutu penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama yang mendukung

Jadi, dengan kegiatan pemasaran yang dilakukan pelaku usaha baso cinta tersebut, produsen berusaha untuk berkomunikasi dengan para konsumen untuk menawarkan semua