• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses produksi pembuatan keripik kulit singkong (kerlitsing) etha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses produksi pembuatan keripik kulit singkong (kerlitsing) etha"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI

PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG (KERLITSING)

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan

Gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

ETHA BHIRAWA SATYA PUTRA (H3109024)

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI

PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG (KERLITSING)

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan

Gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

ETHA BHIRAWA SATYA PUTRA (H3109024)

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Praktek Produksi

Pembuatan Keripik Kulit Singkong (KERLITSING)

Disusun Oleh :

ETHA BHIRAWA SATYA PUTRA H3109024

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji Pada tanggal : ………..

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Esti Widowati, S.Si., M.P. Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si

NIP. 198305052009122006 NIP.196407141991031002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ir. Bambang Puji Asmanto. M.S.

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan tugas

akhir ini dengan lancar.

Dalam kesempatan kali ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Puji Asmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS.

2. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T selaku Ketua Program Diploma III Pertanian

UNS.

3. Esti Widowati S.Si., M.P., selaku Dosen Penguji I.

4. Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si selaku Dosen Penguji II.

5. Bapak dan Ibu tercinta terimakasih atas pengorbanan dan doanya yang tiada

henti, semoga kebahagiaan selalu menyertai Bapak dan Ibu, terimakasih atas

supportnya.

6. Teman-teman seperjuangan DIII Teknologi Hasil Pertanian, semoga Allah

SWT mempermudah langkah kita.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah

kita semua.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,

sehingga besar harapan penulis akan adanya saran dan kritik yang membangun

dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga laporan praktek produksi ini

dapat bermanfaat.

Surakarta, Juli 2012

(5)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam. Laporan Magang ini

saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada

kelompok kami.

2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, doa, dan

pengorbanan selama ini yang tidak akan pernah bisa kami untuk

membalasnya.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S., ibu Esti Widowati S.Si.,

M.P., bapak Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si dan para dosen pengampu DIII

Teknologi Hasil Pertanian terimakasih atas bimbingan, pengarahan, dan

nasehat serta dukungannya selama ini.

4. Teman-teman Diploma III Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2009 yang

selalu memberikan semangat dan kebersamaannya. Jangan pernah lupakan

kebersamaan kita selama ini dan aku tunggu kumpul dan main barengnya lagi.

Karena tanpa kalian semua aku bukanlah apa-apa.

5. Dan untuk semua pihak yang telah membantu demi lancarnya kegiatan ini,

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v MOTTO

Awali semua dengan bismillah…

Sifat orang yang berilmu tinggi adalah merendahkan hati

kepada manusia dan takut kepada Tuhan… (Rosullullah

SAW)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah

untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita

menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk

berhasil

Kesabaran adalah energi. Kesabaran bukan berarti tidak

berbuat, namun menunggu saat yang tepat untuk bertindak

dengan prinsip yang benar dengan cara yang benar (Fulthon. J

(7)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRAK INGGRIS ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Praktek Produksi ... 3

D. Manfaat Praktek Produksi ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A.Singkong ... 4

B. Kulit Singkong ... 6

C.Persyaratan Mutu Keripik Singkong ... 8

D.Bahan Baku Pembuatan Keripik Kulit Singkong ... 9

E. Pengemas ... 18

F. Analisis Sensori ... 19

G.Analisis Kelayakan Ekonomi ... 21

III. METODE PELAKSANAAN ... 25

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 25

B. Bahan, Alat, dan Cara Kerja Pembuatan Keripik Kulit Singkong ... 25

C. Analisis Data ... 28

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Proses Pembuatan Keripik Kulit Singkong ... 32

B. Analisis Sensoris pada Keripik Kulit Singkong ... 33

C.Analisis Karakteristik Kimia Pada Keripik Kulit Singkong ... 36

D.Rencana Proses Pemasaran ... 38

E. Analisis Ekonomi Keripik Kulit Singkong ... 40

1. Perhitungan Biaya Tetap (Total Fixed Cost) ... 40

2. Perhitungan Biaya Tidak Tetap (Total Variable Cost) ... 42

F. Uraian Analisis Kelayakan Usaha Keripik Kulit Singkong ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(9)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Singkong pada Beberapa Bagiannya

Berdasarkan Bahan Kering ... 5

Tabel 2.2. Kandungan Energi dan Nutrisi dalam Singkong Per 100 g Bahan Basah ... 6

Tabel 2.3. Syarat Mutu Keripik Singkong ... 8

Tabel 2.4. Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999) ... 10

Tabel 2.5. Syarat Mutu Bumbu Penyedap Rasa Ayam (SNI 01-4273-1996) 14

Tabel 2.6. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng ... 16

Tabel 3.1. Formulasi Keripik Kulit Singkong ... 25

Tabel 4.1. KarakteristikKeripik Kulit Singkong ... 33

Tabel 4.2. Karakteristik Kimia Keripik Kulit Singkong ... 36

Tabel 4.3. Biaya Usaha Tetap ... 40

Tabel 4.4. Amortisasi ... 41

Tabel 4.5. Bunga ... 41

Tabe1 4.6. Penyusutan Biaya Tetap ... 41

Tabel 4.7. Biaya Bahan Baku, Bahan Pembantu dan Kemasan ... 42

Tabe1 4.8. Biaya Bahan Bakar/Energi ... 42

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Singkong ... 4

Gambar 2.2. Kulit Singkong ... 7

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Keripik Kulit Singkong ... 27

(11)

commit to user

x

PROSES PRODUKSI

PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG

Etha Bhirawa Satya Putra1

Esti Widowati, S.Si., M.P2; Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si2

ABSTRAK

Kulit singkong merupakan limbah dari singkong, setiap kilogram singkong dapat menghasilkan 15–20 % kulit singkong. Kulit singkong belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk meningkatkan citra, kulit singkong diolah menjadi makanan ringan berupa keripik kulit singkong dengan komposisi kulit singkong, garam dan penyedap rasa. Keripik kulit singkong memiliki kandungan asam lemak bebas rendah sehingga aman untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan. Uji asam lemak bebas keripik kulit singkong berdasarkan metode Alkalimetri.

Hasil uji kesukaan keripik kulit singkong berdasarkan Analysis of

Variance (ANOVA), yang dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf signifikan 5 % dengan software SPSS for windows versi 17 yang disukai konsumen yaitu keripik kulit singkong dengan variasi perendaman air garam selama 3 hari. Keripik kulit singkong mengandung asam lemak bebas 0,22%. Hasil analisis ekonomi biaya produksi keripik kulit singkong 1 bulan Rp. 10.612048,8,- dengan kapasitas produksi 5000 kemasan/bulan, harga pokok penjualan Rp. 2.122.40975/kemasan, harga jual Rp. 2.600/kemasan, laba bersih Rp. 78.776,25,-/bulan. BEP unit 2.508 kemasan/bulan, B/C Ratio sebesar 1,225022642, ROI setelah pajak sebesar 0,742328384%, dan IRR sebesar 21,00912%.

Kata Kunci : Analisis Ekonomi, Analisis Kimia, Analisis Sensoris, Keripik, dan Kulit Singkong

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Etha Bhirawa Satya Putra, NIM H3109024. 2. Dosen Jurusan /Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan nama Esti Widowati S.Si., M.P2.

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

PRODUCTION PROCESS OF CASSAVA RIND CHIPS

Etha Bhirawa Satya Putra1

Esti Widowati, S.Si., MP2; Ir.Bambang Sigit Amanto, M.Si2

ABSTRACT

The cassava rind is a waste of cassava, every kilograms of cassava can produce 15-20% of cassava rind. Cassava rind has not been fully utilized. To enhance the image, the cassava rind is processed into snack of cassava rind chips with composition of cassava rind, salt and flavorings. Cassava rind chips have a low free fatty acid content that is safe for consumption and good for health. Free fatty acid test of cassava rind chips based on the Alkalimetri method.

The results fondness test of cassava rinds chips based on Analysis of Variance (ANOVA), followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT) at significant level of 5% with the software SPSS for windows version 17, consumer likes the cassava rind chips with variation of salt water immersion for 3 days. Cassava rind chips containing 0,22% free fatty acids. The economic analysis results of production cost of cassava chips rind for one month is Rp. 10.612.048,8,- with a production capacity of 5000 packs / month, the cost of god sold of Rp. 2.122.40975/pack, the selling price of Rp. 2.600/pack, net profit of Rp. 78.776.25, -/bulan, BEP units of 2508 pack / month, B/C ratio of 1.225022642, after tax ROI of 0.742328384%, and IRR of 21.00912%.

Keywords: Economic Analysis, Chemical Analysis, Sensory Analysis, Chips, Cassava and Rind

Description:

1. Student of D-III Study Program of Agricultural Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta name Etha Bhirawa Satya Putra, NIM H3109024.

2. Lecturer of D-III Study Program of Agricultural Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta name Esti Widowati, S.Si., M.P2.

(13)

commit to user

PROSES PRODUKSI

PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG

Etha Bhirawa Satya Putra1

Esti Widowati, S.Si., M.P2; Ir. Bambang Sigit Amanto, M.Si2

ABSTRAK

Kulit singkong merupakan limbah dari singkong, setiap kilogram singkong dapat menghasilkan 15–20 % kulit singkong. Kulit singkong belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk meningkatkan citra, kulit singkong diolah menjadi makanan ringan berupa keripik kulit singkong dengan komposisi kulit singkong, garam dan penyedap rasa. Keripik kulit singkong memiliki kandungan asam lemak bebas rendah sehingga aman untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan. Uji asam lemak bebas keripik kulit singkong berdasarkan metode Alkalimetri.

Hasil uji kesukaan keripik kulit singkong berdasarkan Analysis of

Variance (ANOVA), yang dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf signifikan 5 % dengan software SPSS for windows versi 17 yang disukai konsumen yaitu keripik kulit singkong dengan variasi perendaman air garam selama 3 hari. Keripik kulit singkong mengandung asam lemak bebas 0,22%. Hasil analisis ekonomi biaya produksi keripik kulit singkong 1 bulan Rp. 10.612048,8,- dengan kapasitas produksi 5000 kemasan/bulan, harga pokok penjualan Rp. 2.122.40975/kemasan, harga jual Rp. 2.600/kemasan, laba bersih Rp. 78.776,25,-/bulan. BEP unit 2.508 kemasan/bulan, B/C Ratio sebesar 1,225022642, ROI setelah pajak sebesar 0,742328384%, dan IRR sebesar 21,00912%.

Kata Kunci : Analisis Ekonomi, Analisis Kimia, Analisis Sensoris, Keripik, dan Kulit Singkong

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Etha Bhirawa Satya Putra, NIM H3109024. 2. Dosen Jurusan /Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan nama Esti Widowati S.Si., M.P2.

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRODUCTION PROCESS OF CASSAVA RIND CHIPS

Etha Bhirawa Satya Putra1

Esti Widowati, S.Si., MP2; Ir.Bambang Sigit Amanto, M.Si2

ABSTRACT

The cassava rind is a waste of cassava, every kilograms of cassava can produce 15-20% of cassava rind. Cassava rind has not been fully utilized. To enhance the image, the cassava rind is processed into snack of cassava rind chips with composition of cassava rind, salt and flavorings. Cassava rind chips have a low free fatty acid content that is safe for consumption and good for health. Free fatty acid test of cassava rind chips based on the Alkalimetri method.

The results fondness test of cassava rinds chips based on Analysis of Variance (ANOVA), followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT) at significant level of 5% with the software SPSS for windows version 17, consumer likes the cassava rind chips with variation of salt water immersion for 3 days. Cassava rind chips containing 0,22% free fatty acids. The economic analysis results of production cost of cassava chips rind for one month is Rp. 10.612.048,8,- with a production capacity of 5000 packs / month, the cost of god sold of Rp. 2.122.40975/pack, the selling price of Rp. 2.600/pack, net profit of Rp. 78.776.25, -/bulan, BEP units of 2508 pack / month, B/C ratio of 1.225022642, after tax ROI of 0.742328384%, and IRR of 21.00912%.

Keywords: Economic Analysis, Chemical Analysis, Sensory Analysis, Chips, Cassava and Rind

Description:

1. Student of D-III Study Program of Agricultural Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta name Etha Bhirawa Satya Putra, NIM H3109024.

2. Lecturer of D-III Study Program of Agricultural Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta name Esti Widowati, S.Si., M.P2.

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan

yang mampu menghasilkan devisa cukup besar bagi negara, harganya yang

relatif murah dan mudah diolah membuat singkong banyak dibuat menjadi

berbagai macam produk olahan pangan seperti keripik singkong, getuk

singkong, tepung tapioka, tape, singkong goreng/rebus, dan lain-lain.

Diversifikasi pengolahan singkong pun telah banyak dilakukan dalam

berbagai bentuk dan rasa untuk memenuhi selera konsumen yang

berbeda-beda. Selain itu kulitnya pun juga dapat dimanfaatkan sebagai produk olahan

pangan berupa keripik kulit singkong (Wargiono dan Baret, 1987).

Singkong sebagai bahan baku keripik mengandung 1,2 g protein, kalori

146 kal; 0,3 g lemak; 33 mg kalsium, 40 mg fosfor; 0,7 mg zat besi; 0,06 mg

vitamin B1, dan 30 mg vitamin C dalam 100 g singkong. Oleh karena itu

singkong dapat digunakan sebagai bahan baku industri pangan, industri pakan

dan obat-obatan (IPTEKnet, 2005).

Setiap kilogram ketela pohon dapat menghasilkan 15 – 20 % kulit

singkong. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai

kompos, pakan ternak, bioenergi, dan olahan kuliner. Limbah singkong

tersebut dapat dengan mudah diperoleh dari industri rumahan yang memiliki

bisnis singkong goreng ataupun keripik singkong. Kulit singkong dapat

menjadi olahan kuliner yaitu berupa keripik kulit singkong, yang tak kalah

sedap dan enak dengan keripik umbi singkong itu sendiri. Selain itu belum

banyak indutri pangan yang mengolah kulit singkong menjadi makanan olahan

berupa keripik. Dengan proses pengolahan yang baik limbah kulit singkong

tersebut dapat menjadi hasil olahan yang mempunyai nilai jual tinggi dan

menguntungkan (Astuningtias, 2008).

Kulit singkong termasuk dalam kategori sampah organik karena

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

singkong setelah pengupasan harus segera diolah supaya tidak membusuk

karena sifat fisik kulit singkong yang mengandung air sehingga harus segera

diolah karena banyak mikroorganisme yang tumbuh dalam kulit singkong

yang menyebabkan kulit singkong busuk (Akanbi, 2007).

Namun pemanfaatan kulit singkong sampai saat ini masih kurang.

Kulit singkong yang biasanya merupakan limbah dalam produksi produk

berbasis singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi keripik

kulit singkong. Peluang usaha keripik kulit singkong dapat menjadi alternatif

variasi makanan ringan yang digemari masyarakat. Pemanfaatan kulit

singkong tersebut akan dikombinasikan dengan berbagai rasa dari bahan

tambahan makanan (BTM) seperti garam dan bumbu perasa lainnya yang

diizinkan dengan tetap memperhatikan hasil akhir dari produk. Penggunaan

berbagai rasa ditujukan untuk memenuhi selera konsumen yang beragam.

Keripik kulit singkong (KERLITSING) memiliki kandungan serat kasar yang

tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi. Serat kasar berfungsi untuk

membantu mempercepat ekskresi sisa-sisa makanan melalui saluran

pencernaan dalam keadaan tanpa serat, feses dengan kandungan air rendah

akan lebih lama tinggal dalam saluran usus yang dapat menyebabkan

gangguan pada gerakan peristaltik pada usus besar sehingga ekskresi feses

menjadi lebih lamban.

B. Rumusan Masalah

Pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi produk olahan pangan

dapat menghasilkan varian baru dalam produk makanan. Selain itu merupakan

bentuk partisipasi dalam proyek menjaga lingkungan. Dengan proses dan

formulasi yang tepat dalam pengolahannya keripik kulit singkong akan

menjadi makanan yang digemari masyarakat dengan rasa khasnya yang gurih

dan kualitas yang tidak jauh berbeda dengan produk keripik singkong. Karena

kandungan asam lemak bebasnya yang rendah sehingga aman untuk

dikonsumsi.

Dengan memanfaatkan kulit singkong menjadi suatu produk pangan,

(17)

commit to user

petani dan pemasok kulit singkong yang nantinya akan dapat menjual kulit

singkong yang sebenarnya sudah tidak dipakai menjadi bisnis yang dapat

menambah penghasilan dan sekaligus memperkenalkan produk baru keripik

kulit singkong dan proses pembuatannya kepada masyarakat luas. Modifikasi

keripik kulit singkong ini dilakukan dalam rangka memanfaatkan limbah dari

singkong sebagai alternatif tambahan gizi berupa serat kasar, diharapkan dapat

menarik konsumen dan dengan analisis ekonomi yang benar produk keripik

kulit singkong dapat menghasilkan profit bagi produsennya.

C. Tujuan Praktek Produksi

Tujuan pelaksanaan praktek produksi ini adalah :

1. Mengetahui proses pengolahan keripik kulit singkong.

2. Mengetahui kandungan asam lemak bebas dalam keripik kulit singkong.

3. Mengetahui analisis ekonomi keripik kulit singkong.

D. Manfaat Praktek Produksi

Manfaat praktek produksi ini adalah :

1. Mengembangkan jiwa kreativitas dan kewirausahaan mahasiswa.

2. Untuk memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi

perkembangan industri keripik.

3. Memanfaatkan peluang usaha industri dari bahan baku yang biasanya di

buang percuma.

4. Meningkatkan nilai jual singkong, sehingga menambah keuntungan bagi

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Singkong

Singkong disebut juga ubi kayu atau ketela pohon. Industri makanan

dari singkong cukup beragam mulai dari makanan tradisional seperti getuk,

timus, keripik, gemblong, dan berbagai jenis makanan lain yang memerlukan

proses lebih lanjut. Dalam industri makanan, pengolahan singkong dapat

digolongkan menjadi tiga yaitu hasil fermentasi singkong (tape dan peuyeum),

singkong yang dikeringkan (gaplek) dan tepung singkong atau tepung tapioka

(Rukmana, 1999).

Klasifikasi singkong/ubi kayu (Manihot esculenta) adalah

(Tjitrosoepomo, 2005) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Class : Dycotiledoneae Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbeaceae Genus : Manihot

Species : Manihot esculenta Crantz

Gambar 2.1. Singkong (Deptan, 2007)

Tanaman singkong memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat

tumbuh di tanah yang tidak subur namun cukup gembur, tetapi sebaliknya

tidak tumbuh dengan baik pada tanah yang terlalu banyak airnya. Singkong

(19)

commit to user

kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, tahan terhadap musim

kemarau dan mempunyai kelembaban yang tinggi, tetapi sensitif terhadap

suhu rendah. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah

sampai tinggi, yaitu dari 0 sampai 2500 m di atas permukaan laut, maupun di

daerah kering dengan curah hujan sekitar 500 mm/tahun, tetapi air tidak

sampai tergenang di perakarannya. Hal inilah yang menyebabkan singkong

dapat ditanam di mana-mana dan dapat ditanam setiap waktu sepanjang tahun

dengan resiko kegagalan kecil (Soenarjo, 1979).

Untuk melihat potensi nutrisi tanaman singkong dalam beberapa

bagiannya, berikut komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya seperti

yang ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.Komposisi Kimia Singkong pada Beberapa Bagiannya Berdasarkan Bahan Kering

Kandungan nutrisi Daun (%) Batang (%) Umbi (%) Kulit umbi (%)

Protein kasar 23,2 10,9 1,7 4,8

Serat kasar 21,9 22,6 3,2 21,2

Abu 7,8 8,9 2,2 4,2

Ca 0,972 0,312 0,091 0,36

P 0,576 0,341 0,121 0,112

Mg 0,451 0,452 0,012 0,227

Sumber: Devendra (1977).

Pada tabel 2.1 menunjukan kandungan kulit singkong yang paling

dominan adalah kandungan serat kasar yaitu sebesar 21,2 %. Serat kasar

berpotensi untuk menurunkan berat badan atau cocok untuk diet karena serat

kasar berfungsi untuk melancarkan proses buang air besar dari dalam tubuh

(Piliang, 2006).

Perbedaan serat pangan dan serat kasar. Serat pangan (dietary fiber)

harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan

dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat pangan adalah bahan makanan

residu sel tanaman yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan

manusia dalam suasana keasaman lambung, serta hasil-hasil fermentasinya

tidak dapat digunakan oleh tubuh. Sedangkan serat kasar adalah bagian dari

pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan

untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4) dan natrium

hidroksida (NaOH). Serat sangat baik untuk kesehatan, yaitu membantu

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula

dalam darah, mencegah wasir, membantu menurunkan berat badan dan

lain-lain (Pomeranz dan Meloan 1987).

Tabel 2.2. Kandungan Energi dan Nutrisi dalam Singkong Per 100 g Bahan Basah

Bahan Bahan

kering

Protein Pektin Serat kasar

Lemak Ca TDN

Kulit singkong 17,45 8,11% 0,22% 15,20% 1,29% 0,63 74,73 Daun 23,53 21,45% 0,59% 25,71% 9,72% 0,72 61,00 Onggok 85,50 01,51% 0,01% 0,25% 1,03% 0,47 82,76 (Sudaryanto, 1989).

Singkong sebagai bahan pangan yang berdaya guna. Singkong saat ini

merupakan komoditas agroindustri yang sangat berpotensi untuk diekspor,

seperti tepung tapioka, industri fermentasi, dan berbagai industri makanan.

Singkong sudah lama dikenal oleh masyarakat yang merupakan bahan pangan

yang sering dikonsumsi dan digunakan dalam tatanan pengembangan

agrobisnis dan agroindustri makanan (singkong berperan cukup besar dalam

mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan baku

berbagai industri makanan) (Rukmana, 1999).

B. Kulit Singkong

Kulit singkong merupakan limbah hasil pengupasan pengolahan

produk pangan berbahan dasar umbi singkong. Keberadaannya sangat

dipengaruhi oleh eksistensi tanaman singkong yang ada di Indonesia. Kulit

singkong terkandung dalam setiap umbi singkong dan keberadaannya

mencapai 16% dari berat umbi singkong tersebut. Data tahun 2008

menyatakan bahwa kapasitas produksi industri singkong di Indonesia sebesar

20.794.929 ton jadi saat ini potensi ketersediaan kulit singkong bisa mencapai

3.327.188,6 ton/tahun (Supriyadi, 1995).

Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek,

tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya. Potensi kulit

singkong di Indonesia sangat melimpah, seiring eksistensi negara ini sebagai

salah satu penghasil singkong terbesar di dunia. Kapasitas produksi singkong

nasional pada tahun 2011 mencapai 2.172.437 ton. Dengan luas panen sebesar

(21)

commit to user

Gambar 2.2. Kulit Singkong

Kadar HCN dalam singkong tidak konstan, tetapi berubah-ubah

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jika tanaman singkong mengalami musim

kering yang sangat panjang selama pertumbuhannya, kadar HCN-nya

meningkat. Selain itu zat N yang terdapat di dalam pupuk dapat mempertinggi

kadar HCN singkong. Racun sianida (HCN) masuk ke dalam tubuh ternak

melalui pernafasan, kulit, dan yang terbanyak melalui saluran pencernaan.

Dosis yang mematikan dari sianida adalah antara 0,5 – 3 mg/kg bobot tubuh

(Cheeke dan Shull, 1985).

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik BPS (2008), diketahui produksi

umbi singkong pada tahun 2008 adalah sebanyak 20,8 juta ton, artinya potensi

kulit singkong di Indonesia mencapai angka 3,3 juta ton/tahun dan terus

mengalami peningkatan produksi dalam setiap tahunnya. Sehingga singkong

mudah dicari dan didapatkannya sebagai bahan baku pangan.

Untuk menurunkan kandungan HCN dalam kulit singkong yang akan

diberikan kepada ternak atau dibuat produk pangan dapat dilakukan dengan

perlakuan tertentu. Diantara perlakuan tersebut antara lain dengan cara

pencucian dengan air yang mengalir, pengeringan atau penjemuran,

perendaman atau dengan menambahkan senyawa kimia yang mengandung

sulfur dan perebusan. Menghilangkan kandungan HCN dalam kulit singkong

tidak sulit karena kandungan HCN dalam kulit singkong rendah (Doyle dan

Djayanegara, 1983).

Berdasarkan kandungan sianidanya, singkong dibagi ke dalam tiga

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1 . Singkong manis dengan kandungan HCN 50 mg/kg umbi segar.

2. Singkong (tidak manis dan tidak pahit) dengan kandungan HCN antara 50 -

100 mg/kg umbi segar.

3. Singkong pahit dengan kandungan HCN di atas 100 mg/kg umbi segar.

Singkong manis, umbi, kulit dan daunnya dapat dikonsumsi oleh

manusia maupun ternak karena kandungan sianidanya rendah.

C. Persyaratan Mutu Keripik Singkong

Walaupun jenis-jenis keripik banyak beredar dipasaran, akan tetapi

tidak semuanya telah memiliki SNI. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia

yang dibuat oleh Badan Standardisasi Nasional, 01-4305-1996. Syarat mutu

keripik dapat mengacu pada SNI keripik singkong pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Syarat Mutu Keripik Singkong

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Sesuai SNI 01-0222-1995 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/88

6.2. Pemanis buatan Tidak boleh ada

7.

(23)

commit to user

D. Bahan Baku Pembuatan Keripik Kulit Singkong

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Keripik kulit singkong

adalah kulit singkong, garam, air, penyedap rasa dan minyak goreng.

1. Kulit Singkong

Menurut Danarti dan Najiyati (1998), syarat mutu kulit singkong

terdiri dari dua bagian :

a) Syarat organoleptik

1. Sehat (sound).

2. Tidak berbau apek atau masam.

3. Murni.

4. Tidak kelihatan ampas dan/atau bahan asing.

b) Syarat Teknis

1. Kadar air maksimum (%).

2. Kadar abu maksimum (%).

3. Serat dan benda asing maksimum (%).

4. Derajat putih minimum (BaSO4=100%) (%).

5. Kekentalan (Engler).

6. Derajat asam maksimum (Ml IN Na)

7. Cemaran logam: OH/100 gram

a. Timbal (Pb) (mg/kg)

b. Tembaga (Cu) (mg/kg)

c. Seng (Zn) (mg/kg)

d. Raksa (Hg) (mg/kg)

8. Arsen (AS) (mg/kg)

9. Cemara Mikroba:

a. Angka lempeng total maksimum (koloni/gram)

b. E. coli maksimum (koloni/gram)

c. Kapang maksimum (koloni/gram)

2. Garam

Garam sebagai bahan tambahan makanan berperan untuk menambah

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dengan menyerap air sehingga aktivitas air menurun dengan menurunnya

kadar air. Garam pada konsentrasi rendah (1%-3%) tidak bersifat

membunuh mikroorganisme, tetapi hanya sebagai bumbu yang dapat

memberi citarasa gurih pada bahan pangan (Buckle dkk, 1987). Syarat

mutu garam konsumsi dapat dilihat pada tabel 2.4.

Menurut Hudaya dan Daradjat (1980) dalam industri makanan,

fungsi utama dari garam adalah sebagai pemberi rasa. Dalam pembuatan

keripik kulit singkong garam berperan sebagai pemberi citarasa dan sebagai

pengawet dikarenakan adanya peristiwa plasmolisis keluarnya cairan sel

bakteri yang menyebabkan bakteri mengkerut dan mati. Kualifikasi mutu

garam adalah :

a) Bersih (bebas dari bahan-bahan yang tidak dapat larut)

b) Bebas dari zat kimia

c) Halus dan tidak bergumpal-gumpal

d) Cepat larut

Tabel 2.4. Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999). No. Jenis Uji Syarat

Mutu I : Garam konsumsi yang beryodium Mutu II : Garam konsumsi yang tidak beryodium 3. Air (H2O)

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air

(25)

commit to user

akhir serta cita rasa makanan. Air dalam pembuatan keripik berfungsi untuk

proses pencucian dan digunakan untuk melarutkan bumbu yang digunakan

untuk membuat keripik (Winarno, 1992).

Air yang digunakan dalam industri pangan harus mempunyai

syarat-syarat tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mengandung besi dan

mangan, serta dapat diterima secara bakteriologis, yaitu tidak menganggu

kesehatan dan tidak menyebabkan kebusukan bahan pangan yang diolah

(Djumali dkk, 1982).

Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada

kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15

K (0ºC). Air merupakan pelarut yang kuat, melarutkan banyak zat kimia.

Zat-zat yang larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut

sebagai zat-zat hidrofilik dan zat-zat yang tidak mudah tecampur dengan air

(misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat hidrofobik

(Wulanriky, 2011).

Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting

dalam makanan. Sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimia

organisme hidup. Salah satu pertimbangan penting dalam penentuan lokasi

pabrik pengolahan bahan makanan adalah adanya sumber air yang secara

kualitatif memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan pangan, air

diperlukan untuk berbagai keperluan misalnya pencucian, pengupasan umbi

atau buah, penentuan kualitas bahan (tenggelam atau mengambang), bahan

baku proses, medium pemanasan atau pendinginan, pembentukan uap,

sterilisasi, melarutkan dan mencuci bahan sisa (Sudarmadji dkk, 2003).

Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa

komponen di samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air

dapat ditemukan sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan

mudah hilang apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air

terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut. Sebenarnya air dapat terikat

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat dalam sistem dispersi

(Purnomo, 1995).

Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang

dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,

industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Dalam kualitas air

ditetapkan melalui pengujian karakteristik fisika dan karakteristik kimia

(Asdak, 2004).

Air bersih/minum secara fisik harus jernih tidak berwarna

tidak berbau dan tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah

(Amsyari, 1996).

a. Bau

Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung

dalam air seperti gas H2S, senyawa fenolklorofenol dan lain-lain.

b. Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan Total Suspended

Solid baik yang bersifat organik maupun anorganik . Kekeruhan dalam

air minum/air ber sih tidak boleh lebih dari 5 Nephelometric Turbidity

Unit (NTU). Satuan NTU dipergunakan untuk menggambarkan tingkat

kekeruhan. Nephelometer digunakan untuk mengukur seberapa banyak

cahaya yang dipancarkan oleh partikel tersuspensi yang terdapat di

dalam air. Semakin banyak cahaya yang terpancarkan, maka semakin

tinggi nilai kekeruhannya. Sehingga, nilai NTU yang rendah

mengindikasikan tingginya tingkat kejernihan air, sebaliknya nilai NTU

yang tinggi mengindikasikan bahwa nilai kejernihannya rendah.

c. Rasa

Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa.

Air yang berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat

membahayakan kesehatan.

d. Suhu

Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25°C), dengan batas

(27)

commit to user

e. Warna

Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk

alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia

maupun organisme yang berwarna.

Air murni adalah senyawa dari molekul hidrogen dan oksigen,

rumus umumnya adalah H2O. Sumber utama dari air adalah lautan dan

tergantung pada keadaan sekitarnya serta daerah yang pernah dilaluinya

yang mungkin mengandung zat-zat yang terlarut maka di alam air tidak

pernah murni. Sifat-sifat fisika, kimia dan biologis sangat menentukan

penggunaan air untuk air minum, irigasi, industri dan lain-lainnya.

Sifat-sifat fisika air ditentukan oleh parameter fisika meliputi suhu, warna,

padatan terlarut, suspensi, bau, dan lain-lain. Sifat kimia ini ditentukan oleh

parameter kimia meliputi pH, BOD, COD, N-NO2, N-NH3, kandungan

logam-logam, CN, kesadahan dan lain-lain. Syarat-syarat air bersih yang

digunakan untuk industri meliputi (Karmono dan Joko, 1989) :

a. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung

mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.

Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat grup, yakni parasit,

bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut

umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti

Eschericia coli.

b. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada

umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek

fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung

yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga

penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Persyaratan Kimia

Persyaratan Kimia berat khususnya air raksa, timah hitam, dan

kadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi

racun.

d. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian

persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya

sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti

di sekitar reaktor nuklir.

4. Penyedap Rasa

Bumbu penyedap rasa telah banyak digunakan pada proses

pemasakan, telah menjadi bagian dari gaya hidup saat ini yang menuntut

kepraktisan dalam memasak. Bumbu penyedap rasa adalah produk bubuk

atau blok atau kubus yang mengandung ekstrak tertentu, daging sapi (SNI

01-4273-1996) atau ayam, dengan penambahan bahan makanan lain dan

atau tanpa bahan tambahan makanan lain yang diizinkan. Bumbu penyedap

rasa ini dapat memperkaya rasa suatu makanan sehingga nilai penerimaan

makanan dapat menjadi lebih baik. Syarat mutu bumbu penyedap rasa

menurut SNI 01-4273-1996 dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5.Syarat Mutu Bumbu Penyedap Rasa Ayam (SNI 01-4273-1996). No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Bumbu

Penyedap Rasa

1. Air % Max 4

2. Protein % Min 7

3. NaCl % Max 65

4. Angka lempeng Total Kol / g Max 104 5. Coliform APM / g Max < 3 6. Kapang dan khamir Kol / g Max 103 Sumber: SNI 01-4273-1996.

Karakteristik bahan baku bumbu penyedap rasa. Bahan baku yang

terdapat pada bumbu penyedap rasa ayam dan sapi secara umum adalah

garam, gula, lemak nabati, MSG, flavour, lada, bawang, seledri, kunyit,

(29)

commit to user

Menurut Cahyadi (2006), tujuan penggunaan penyedap rasa dalam

pengolahan pangan adalah sebagai berikut:

a) Mengubah aroma hasil olahan dengan penambahan aroma tertentu

selama pengolahan.

b) Modifikasi, pelengkap atau penguat aroma.

c) Menutupi atau menyembunyikan aroma bahan pangan yang tidak

disukai.

d) Membentuk aroma baru atau menetralisir bila bergabung dengan

komponen dalam bahan pangan.

Penyedap rasa digunakan untuk menambah rasa nikmat pada

masakan yang diolah. Bahan ini juga bisa menetralisir rasa yang tidak

diinginkan dari suatu bahan makanan. Penyedap rasa dan aroma serta

penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, dan

menambah rasa dan aroma pada masakan (Winarno, 1994).

MSG pertama kali ditemukan oleh Ikada pada tahun 1909 dari

mengisolasi garam metalik asam glutamat dari tumbuhan laut (genus

Laminaria) atau disebut konbu di Jepang. MSG memiliki cita rasa yang

khas yang disebut umami suatu elemen rasa yang dijumpai pada makanan

alamiah seperti kaldu. Karakteristik umami berbeda dengan empat rasa

yang lain pahit, manis, asin, dan asam, tetapi berupa sedap, lezat atau enak.

Rasa umami ini bertahan lama dan didalamnya terdapat komponen

L-glutamate (suatu asam amino nonesensial) dan 5’-ribonucleotide. MSG

banyak digunakan pada masakan Cina, dan Asia Tenggara yang dikenal

dengan nama ajinomoto, sasa, veksin, miwon atau weichaun (Loliger,

2000).

5. Minyak Goreng

Minyak goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini

harganya masih cukup mahal, akibatnya minyak goreng digunakan

berkali-kali untuk menggoreng, terutama dilakukan oleh penjual makanan

gorengan. Secara ilmiah minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali,

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

asam lemaknya lepas dari trigliserida sehingga jika asam lemak bebas

mengandung ikatan rangkap mudah sekali teroksidasi menjadi aldehid

maupun keton yang menyebabkan bau tengik. Minyak goreng selain

berfungsi sebagai medium penghantar panas juga dapat menambah rasa

gurih, menambah nilai gizi dan kalori bahan pangan. Kecukupan suhu dan

waktu penggorengan berbeda untuk setiap bahan, kondisi dan perlakuan

(Ketaren, 1986). Di Indonesia Standar mutu minyak goreng diatur dalam

SNI 01-3741-1995 dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng No. Kriteria Uji Persyaratan

1. Bau Normal

2. Rasa Normal

3. Warna Muda jernih

4. Kadar Air Max.0,3%

5. Berat Jenis 0,9 gram/L

6. Asam Lemak bebas Max.0,3%

7. Angka Peroksida Max. 2 meg/Kg

8. Angka Iodium 45 -46

9. Angka Penyabunan 196- 206

10. Titik Asap min 200oC

Minyak goreng sangat mudah mengalami oksidasi dan ketengikan.

Proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen

dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik

pada minyak dan lemak. Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya

bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan

oleh proses autoksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak.

Autoksidasi dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat

(31)

commit to user

hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam

porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim

lipoksidase. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan

dan antioksidan. Prooksidan akan mempercepat terjadinya oksidasi,

sedangkan antioksidan akan menghambatnya. Molekul-molekul lemak

yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan

menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh

pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut

teori, sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang

letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat

disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas.

Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat

membentuk hidroperoksida yang bersifat tidak stabil dan mudah pecah

menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi

energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa

dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak,

aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada

lemak (Winarno, 1992).

Minyak goreng yang digunakan berulang kali atau yang disebut

minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga

titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak

menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang

salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan

trigliserida menjadi gliserol dan Free Fatty Acid (FFA) atau asam lemak

jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat disukai oleh jamur

aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat

menyebabkan penyakit pada hati. Penyimpanan lemak/minyak yang baik

adalah dalam tempat tertutup, tidak lembab, jauhkan dari sinar matahari

atau panas, dan jauhkan dari logam berat yang dapat memicu peristiwa

oksidasi. Wadah lebih baik terbuat dari aluminium atau stainless steel.

Adanya antioksidan berupa vitamin E dan polifenol dalam lemak akan

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

E. Pengemas

Pengemas disebut juga pembungkus, pewadahan atau pengepakan.

Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau

mengurangi, melindungi bahan pangan atau produk yang ada didalamnya, dan

melindungi bahaya pencemaran serta bahaya fisik (gesekan benturan, dan

getaran). Pengemasan juga berfungsi untuk menempatkan suatu hasil

pengolahan atau produk industri supaya mempunyai bentuk yang

memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Kemasan

juga sebagai alat promosi dan media informasi (Syarif dkk, 1993).

Pengemasan kulit singkong menggunakan plastik Poly Propylene (PP)

dengan ketebalan 0,10 mm dikarenakan plastik Poly Propylene (PP) memiliki

permeabilitas lebih rendah dibandingkan plastik Poly Etilen (PE).

Permeabilitas plastik Poly Propylene (PP) terhadap uap air 1,5 %,

permeabilitas terhadap oksigen hingga 0,52 %, dan daya absorbsi air per 24

jam sebesar 0,01-0,03 %, lebih baik dari plastik Poly Etilen (PE) sehingga

baik untuk mengemas produk keripik kulit singkong karena dapat mencegah

uap air masuk lewat kemasan, titik leleh lebih tinggi dan cocok untuk

mengemas produk-produk yang berminyak (Suyitno, 1990).

Fungsi-fungsi suatu kemasan. Pengemasan bahan pangan harus

memperlihatkan lima fungsi-fungsi utama (Buckledkk, 1987) antara lain :

a. Harus dapat mempertahankan produk supaya bersih dan memberikan

perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya.

b. Harus memberi perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik,

air, oksigen dan sinar.

c. Harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis dalam proses

pengepakan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan.

d. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut

rancangan, dan memberi kemudahan pada konsumen dalam membuka dan

(33)

commit to user

e. Harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik penjualan.

Unit-unit pengepakan yang dijual harus dapat menjual apa yang dilindunginya

dan melindungi yang dijual.

F. Analisis Sensoris

Pengujian sensori terhadap keripik kulit singkong menggunakan uji

scoring terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Skala penilaian

bertahap dari nilai 4 (suka) sampai nilai 1 (tidak suka) untuk tiap parameter

yang diuji. Uji organoleptik ini melibatkan 30 orang panelis, pengujian

dilakukan dengan panelis tidak terlatih. Uji organoleptik adalah pengujian

yang dilakukan dengan menggunakan pancaindera. Panelis adalah orang yang

memberikan penilaian terhadap suatu produk, dibedakan menjadi lima yaitu

panelis perorangan, panelis terbatas, panelis terlatih (7-15 orang), panelis

setengah terlatih (15-25 orang) ,dan panelis tidak terlatih (30 orang). Beberapa

faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan uji organoleptik adalah

fisiologi (keadaan fisik panelis), psikologi (perasaan panelis), dan kondisi

lingkungan saat pengujian. Dalam pelaksanaanya digunakan uji hedonik

dimana panelis tidak terlatih memberikan penilaian dalam skala yang

menunjukkan tingkat dari sangat tidak suka sekali sampai sangat suka sekali

untuk respon rasa (Kume, 2002).

Perbedaan uji skoring dengan uji ranking. Uji skoring atau uji skor

berfungsi untuk menilai suatu sifat organoleptik yang spesifik, dan dapat

digunakan untuk menilai sifat hedonik. Pada uji skoring diberikan penilaian

terhadap mutu sensorik dalam suatu jenjang mutu. Tujuan ini adalah

pemberian suatu nilai atau skor tertentu terhadap suatu karakteristik mutu.

Pemberian skor dapat dikaitkan dengan skala hedonik yang jumlah skalanya

tergantung pada tingkat kelas yang dikehendaki. Sedangkan uji penjenjangan

(uji pengurutan atau ranking) jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji ini

komoditi diurutkan atau diberi nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

besaran, sehingga tidak dapat dianalisa statistik lebih lanjut, tetapi masih mungkin

dibuat reratanya (Rahayu, 2001).

Tujuan analisis sensori adalah untuk mengetahui respon atau kesan

yang diperoleh pancaindera manusia terhadap suatu rangsangan yang

ditimbulkan oleh suatu produk. Analisis sensori umumnya digunakan untuk

menjawab pertanyaan mengenai kualitas suatu produk dan pertanyaan yang

berhubungan dengan pembedaan, deskripsi, dan kesukaan atau penerimaan

(afeksi). Hal umum yang ingin diketahui dari analisis sensori adalah kesukaan

keseluruhan, kesukaan terhadap atribut sensori tertentu, keinginan membeli,

kecocokan konsep dan merek, serta pengakuan terhadap keuntungan atau nilai

lebih dari produk yang tidak berhubungan langsung dengan fungsi dan mutu

(Soewarno, 1985).

Dalam uji skoring parameter yang mencirikan produk tersebut denga

atribut atau karakter. Pemilihan atribut sensori dan batasanya dihubungkan

dengan sifat kimia rasa, bau, dan flavour. Sementara untuk tekstur dan

kenampakannya dihubungkan dengan sifat fisik. Pemahaman pada sifat

reologi dan kimia produk memudahkan untuk penyusunan data dan berguna

dalam penentuan keputusan (Utami, 1999).

Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya

mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan

yang diuji. Pada pengujian ini digunakan panelis yang belum terlatih. Panelis

diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan, tanpa

membandingkan dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji

sebelumnya. Dalam tipe uji skoring panelis diminta untuk menilai penampilan

sampel berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai. Panelis harus

paham mengurutkan intensitas sifat yang dinilai. Oleh karena itu dalam

pengujian ini digunakan panelis yang terpilih dan terlatih. Tipe pengujian ini

sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu,

misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna (Kartika dkk, 1988).

Metode uji kesukaan atau uji penerimaan juga disebut acceptance test

(35)

commit to user

suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi.

Jika pada uji pembedaan panelis mengemukakan kesan akan adanya

perbedaan tanpa disertai kesan senang atau tidak maka pada uji pemilihan

panelis mengemukakan tanggapan pribadi adalah kesan yang berhubungan

dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensori

atau kualitas yang dinilai. Misalnya, kesan gurih dan renyah pada kerupuk,

kesan halus pada permukaan kertas adalah berhubungan dengan sifat-sifat

yang disenangi. Sebaliknya rasa hambar, terlalu asin dan liat pada daging

berkaitan dengan sifat-sifat yang tidak disukai (Soekarto, 1985).

G. Analisis Kelayakan Ekonomi

Analisis kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kalayakan suatu

usaha, baik dari segi teknik, ekonomi, maupun finansial. Analisis ekonomi

bertujuan mengetahui apakah usaha yang dijalankan dapat memberikan

keuntungan atau tidak. Analisis finansial menitikberatkan kepada aspek

keuangan berupa lalu lintas uang (cash flow) yang terjadi selama usaha

dijalankan. Analisis ekonomi yang dilakukan meliputi perhitungan biaya

produksi, harga pokok penjualan, serta kriteria kelayakan usaha (Astawan,

1999).

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha

dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a. Biaya Tetap (Fixed Cost).

Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun

perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas

biaya usaha, biaya penyusutan alat, amortisasi, pajak dan asuransi dan

dana sosial.

b. Biaya Tidak Tetap/Variabel (Variabel Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika

melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya, biaya

bahan baku dan bahan pembantu, biaya kemasan, biaya bahan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang tidak

mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga pokok penjualan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Harga Pokok Penjualan (HPP) =

ulan produksi/b jumlah

ulan produksi/b biaya

Total

3. Analisis Rugi/ Laba

Analisis laba rugi adalah suatu analisis keuangan yang meringkas

penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akutansi.

Jadi merupakan suatu analisis yang menunjukkan hasil-hasil operasi

perusahaan selain periode tersebut. Pendapatan, netto atau laba adalah apa

yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengurangan-pengurangan yang

timbul didalam memproduksi barang dan jasa atau dari penerimaan yang

diperoleh dengan penerimaan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan

kata lain, laba = penerimaan – pengeluaran.

4. Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Break Event

Point (BEP), Return On Investment (ROI), Net Benefit Cost (Net B/C), Pay

Back Period (PBP) dan Internal Rate of Return (IRR).

a. Break Event Point (BEP)

BEP digunakan untuk menentukan besarnya volume penjualan

yaitu perusahaan tersebut sudah dapat menutup semua biaya-biaya tanpa

mengalami kerugian maupun keuntungan. BEP adalah suatu titik

kesinambungan pada titik tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan

jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak

mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kurang daripada

jumlah yang ditunjukkan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian

bersih (Astawan, 1999).

Untuk menentukan nilai BEP atas dasar unit produksi adalah

(37)

commit to user

b. Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara

besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan persen

(%) per tahun.

ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara

hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi

pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi

pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat

dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap

ditambah modal kerja (Sutanto, 1994).

c. Net Benefit Cost Net B/C

Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria

yang disebut Benefit Cost Ratio (BCR). Penggunaannya dikenal dalam

mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor

publik. Meskipun penekanannya ditujukan kepada manfaat bagi

kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan, namun

bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini (Gittinger,

1986).

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara

pendapatan dan biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka perusahaan

memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak. Jika nilai B/C lebih

kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1

maka perusahaan berada dalam keadaan impas (Astawan, 2006).

B/C Ratio

Produksi Biaya

Keuntungan

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

d. Pay Back Period (PBP)

Pay Back Periode merupakan jangka waktu yang dibutuhkan

untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut

dapat berupa persentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan). Pay

Back Periode tersebut harus lebih (<) dari nilai ekonomis proyek. Untuk

industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau

sedapat mungkin kurang dari lima tahun. Rumus PBP adalah sebagai

berikut (Sutanto, 1994).

Ab I Periode Back

Pay

Keterangan I : Jumlah modal

Ab : Penerimaan bersih per tahun

e. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga yang

menggambarkan bahwa antara benefit (penerimaan) yang telah dipresent

valuekan dan cost (pengeluaran) yang telah dipresent valuekan sama

dengan nol. Dengan demikian IRR ini menunjukkan kemampuan suatu

proyek untuk menghasilkan suatu returns, atau tingkat keuntungan yang

akan dicapai oleh proyek tersebut. IRR akan selalu mendekati besarnya

(i) sehingga sering dijadikan pedoman tingkat bunga yang berlaku (i).

Berdasarkan kriteria investasi IRR, suatu proyek akan dipilih

apabila IRR ≥ social discount rate, sedangkan IRR kurang dari social

discount rate maka proyek tersebut akan ditolak.

IRR = ( 2 1)

2 1

1

1 x DF DF

NPV NPV

NPV

DF  

(39)

commit to user

25 BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Proses produksi keripik kulit singkong dilakukan pada bulan Mei 2012

sampai Juli 2012 di Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan, Alat, dan Cara Kerja Pembuatan Keripik Kulit Singkong

Bahan, alat dan cara kerja pembuatan keripik kulit singkong antara

lain:

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan keripik kulit singkong,

yaitu kulit singkong bagian dalam dari jenis singkong malang II yang

mempunyai ciri kulit luar berwarna cokelat, serta kulit bagian dalam

berwarna putih, dan warna daging singkong berwarna putih. Kulit singkong

didapat dari UKM keripik singkong di desa Krapyak Wetan, Kartasura.

Bahan singkong diperoleh dari agen singkong di pasar Kartasura. Garam

yang digunakan dalam perendaman kulit singkong adalah garam beriodium

dengan merk dangdut, penyedap rasa yang digunakan adalah merk royco,

dan minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng keripik kulit

singkong dengan merk bimoli.

Tabel 3.1. Formulasi Keripik Kulit Singkong Bahan Formulasi 1

1 kg (A)

Formulasi 2 1 kg (B)

Formulasi 3 1 kg (C)

Kulit singkong perendaman 1 hari perendaman 2 hari perendaman 3 hari

Garam 37 g 37 g 37 g

Penyedap rasa 8 g 8 g 8 g

Keterangan :

1. Formulasi 1 (A) : Perendaman selama 1 hari dengan kode 121 2. Formulasi 2 (B) : Perendaman selama 2 hari dengan kode 232 3. Formulasi 3 (C) : Perendaman selama 3 hari dengan kode 343

Dalam perendaman kulit singkong tidak ada perbedaan yang

signifikan, hanya pada lama waktu perendaman dengan perlakuan setiap

hari air rendaman harus diganti karena bakteri berpotensi tahan terhadap

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

senyawa HCN yang bersifat racun sehingga air harus diganti supaya kulit

singkong tetap bersih karena HCN larut dalam air.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan keripik kulit singkong

adalah kompor gas, baskom, wajan penggorengan, pisau, dandang, talenan,

dan timbangan. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk melakukan uji

asam lemak bebas adalah erlenmeyer, buret, gelas ukur dan timbangan

analitik (Sartorius BP 160 P).

3. Cara Kerja

Kulit singkong yang digunakan adalah kulit singkong jenis

singkong malang II yang dipanen dalam waktu 9-10 bulan dan memiliki

diameter 4-6 cm. Kulit singkong disortasi dengan cara memilih kulit

singkong yang lebar pada proses pengupasannya supaya kulit singkong

mudah untuk dicetak. Setelah dikupas kulit singkong kemudian

dibersihkan dan dicuci dengan air hingga bersih. Setelah dicuci bersih,

kulit singkong direbus sampai mendidih hingga berwarna kecoklatan

selama ± 45 menit supaya kulit singkong matang dan lebih lunak,

sehingga memudahkan dalam proses pencetakan, selain itu untuk

menghilangkan kandungan HCN yang terdapat pada kulit singkong.

Setelah dingin kulit singkong dicetak bulat-bulat dengan menggunakan

cetakan dari bahan plastik dengan diameter 3,5 cm. Kulit singkong

kemudian dicuci kembali, dan direndam dengan campuran air, garam dan

penyedap rasa dengan lama perendaman 3 hari dengan air rendaman

diganti setiap harinya karena bakteri berpotensi tahan terhadap garam atau

halofilik, selain itu kulit singkong mengandung senyawa HCN yang

bersifat racun sehingga air harus diganti supaya kulit singkong tetap

bersih. Semakin lama perendaman kulit singkong semakin baik produk

keripik kulit singkong yang akan dihasilkan karena selama proses

perendaman dengan menggunakan air garam terjadi plasmolisis peristiwa

keluarnya cairan sel bakteri yang menyebabkan bakteri mengkerut dan

mati sehingga berpengaruh pada keawetan pangan. Selain itu semakin

lama perendaman juga mempengaruhi tekstur kulit singkong semakin

(41)

commit to user

pengikatan air pada bahan oleh larutan garam yang mengakibatkan

kandungan air pada bahan menurun sehingga kulit singkong semakin

keras dan perendaman menggunakan air garam juga berfungsi untuk

memberikan citarasa pada kulit singkong. Setelah bumbu meresap, kulit

singkong digoreng dengan cara 2 kali penggorengan. Penggorengan

pertama dilakukan dengan waktu ± 30 detik yang berfungsi untuk

mematangkan kulit singkong, setelah itu didiamkan selama ± 12 jam,

bertujuan untuk mengurangi kandungan minyak pada bahan, selama

proses pendinginan produk ditempatkan pada wadah plastik yang ditutup

rapat dan disimpan pada tempat yang teduh jauh dari sinar matahari dan

logam berat supaya tidak terjadi oksidasi. Setelah itu kulit singkong

digoreng kembali selama ± 30 detik untuk mendapatkan tekstur keripik

kulit singkong yang renyah. Proses pembuatan keripik kulit singkong 1

resep pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Keripik Kulit Singkong Kulit singkong 1 kg

Perebusan selama ± 45 menit Pencucian

Pencetakan dengan diameter 3,5 cm

Perendaman 3

Keripik kulit singkong 200 g Pendinginan selama ± 30

Penggorengan pertama selama ± 30 detik

Penggorengan kedua, selama ± 30 detik

Air, garam 37 g dan penyedap

rasa 8 g

Limbah ± 10%

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

C. Analisis Data

1. Analisis Karakteristik Sensori Keripik Kulit Singkong

Dalam praktek produksi ini dilakukan uji organoleptik yang

berfungsi untuk menentukan tingkat kesukaan pada 3 jenis keripik kulit

singkong yang dibedakan berdasarkan variasi lama perendaman. Keripik

Kulit Singkong dilakukan analisis sensoris dengan menggunakan uji

kesukaan dengan parameter warna, rasa, tekstur, aroma dan overall. Uji

organoleptik dengan membuat 3 variasi lama perendaman yang berbeda

ini bertujuan untuk mengetahui variasi lama perendaman yang disukai

panelis berdasarkan penerimaan panelis dengan menggunakan metode

skoring. Skala penilaiannya dari nilai 4 = suka, 3 = agak suka, 2 = kurang

suka, 1 = tidak suka untuk tiap parameter yang diuji. Uji organoleptik ini

melibatkan 30 orang panelis. Pengujian dilakukan dengan panelis tidak

terlatih. Tujuan praktek ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan

keripik kulit singkong, kandungan asam lemak bebas dalam keripik kulit

singkong untuk mengetahui berapa lama produk akan bertahan dan tidak

mengalami ketengikan, dan analisis ekonomi keripik kulit singkong.

2. Analisis Karakteristik Kimia Keripik Kulit Singkong

Keripik kulit singkong dilakukan analisis kimia untuk mengetahui

kandungan asam lemak bebas dalam bahan makanan dapat dilakukan

dengan berbagai cara tergantung dari sifat bahannya. Keripik kulit

singkong lama perendaman 3 hari dilakukan analisis asam lemak bebas

untuk mengetahui berapa lama produk keripik kulit singkong akan

bertahan dan tidak mengalami ketengikan.

D. Analisis Ekonomi

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah biaya produksi,

biaya perawatandan perbaikan, penyusutan (depresiasi), pajak usaha, harga

pokok penjualan, perhitungan penjualan, perhitungan rugi laba, Break Event

Point (BEP), Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT), Net benefit

Gambar

Gambar 4.1. Desain Label KERLITSING    ...................................................
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Singkong pada Beberapa Bagiannya Berdasarkan
Tabel 2.3. Syarat Mutu Keripik Singkong
Tabel 2.4. Syarat Mutu Garam Konsumsi (SNI 01-4076-1999).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi Acetobacter aceti yang berbeda pada kualitas cuka kulit singkong terhadap kadar asam

Produk keripik singkong merupakan makanan siap saji dengan komposisi produk bahan baku singkong dengan bahan tambahan garam, bawang putih, MSG, dan air, yang telah

Gambar D.6 Hasil Uji Kadar Air, Protein, Lemak, Rva Pati Kulit Singkong Dan RVA Larutan Bioplastik Dari Pati Kulit Singkong Dengan Pengisi Mikrokristalin Selulosa Dan

Dari tabel dapat dilihat bahwa perusahaan tidak menggunakan bahan baku pembuatan keripik singkong secara konstan untuk tiap bulannya, Untuk tenaga kerja terjadinya

D.6 HASIL UJI KADAR AIR, PROTEIN, LEMAK, RVA PATI KULIT SINGKONG DAN RVA LARUTAN BIOPLASTIK DARI PATI KULIT SINGKONG DENGAN PENGISI MIKROKRISTALIN SELULOSA

Kandungan asam sianida pada kulit singkong setelah perlakuan Jenis Singkong Sebelum Perlakuan (mg/kg) Sesudah Perlakuan (mg/kg) Setelah jadi dendeng (mg/kg) Total Penurunan

Kelayakan ekonomis penerapan pemanfaatan bahan substitusi terigu, yaitu tepung lokal (singkong) dan tepung jagung pada pembuatan keripik daun singkong pada skala usaha

Kulit singkong merupakan limbah dari singkong yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber bagi ternak.Persentase jumlah limbah kulit bagian luar