ABSTRAK
Masalah pajak merupakan hal yang penting, karena pajak merupakan sumber dana utama untuk membiayai pembangunan negara Indonesia. Pajak diperoleh melalui pungutan terhadap fasilitas yang dinikmati oleh masyarakat. Pungutan pajak ini mengurangi penghasilan atau kekayaan individu di lain pihak sebaliknya merupakan penghasilan atau kekayaan yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Jika rakyat mengerti tentang fungsi dan manfaat pajak dalam masyarakat maka ia akan menjadi sadar akan pajak dan kalau ia sadar akan hak dan kewajibannya sebagai Wajib Pajak maka ia akan suka membayar pajak (Tax Minded) lagi pula ia akan jujur dalam bidang perpajakan. Dari Tax Mindness akan timbul Tax Decipline dimana Wajib Pajak selalu memenuhi kewajiban-kewajiban pajaknya tepat pada waktunya. Apabila keadaan demikian dapat dicapai maka hasil pajak akan berlipat ganda.
Tidak dibayarnya hutang pajak maka akan menjadi tunggakan pajak Untuk menegakkan ketentuan Undang-Undang pajak yang ada, dilakukan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang bersifat memaksa agar Wajib Pajak mau melunasi hutang pajaknya.
Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying yang beralamat di Jalan Purnawarman Nomor 19-21 Bandung 40117.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan studi dokumen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik Non-Parametrik yaitu metode Rank Spearman dengan menggunakan prosedur komputerisasi SPSS. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil Sig sebesar 0,027 dengan menggunakan taraf nyata sebesar 5% (0,05) yang berarti Sig < α , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Itu berarti terdapat hubungan yang signifikan antara penagihan pajak terutang dan pencairan pajak tertunggak.
Penagihan pajak yang berjalan dengan baik akan meningkatkan penerimaan pencairan tunggakan pajak. Apabila penerimaan tunggakan pajak dapat meningkat maka akan meningkatkan penerimaan tagihan pajak yang masuk ke Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying.
Hal ini berarti bahwa pelaksanaan penagihan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying berperan secara signifikan dalam meningkatkan tagihan tunggakan pajak. Oleh sebab itu, penulis mengambil kesimpulan bahwa pelaksanaan penagihan pajak sangat berperan dalam meningkatkan pencairan tunggakan pajak meskipun upaya yang dilakukan belum maksimal.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………..……… i
KATA PENGANTAR ………...………....………... ii
DAFTAR ISI ..……… v
DAFTAR TABEL ………. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 4
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4
1.4Kegunaan Penelitian ... 5
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 6
1.6Metode Penelitian ... 8
1.7Lokasi dan Lamanya Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak ... 12
2.1.1 Ciri-ciri Pajak ... 14
2.1.2 Jenis-jenis Pajak ... 15
2.1.3 Fungsi Pajak ... 16
2.1.4 Teori Pemungutan Pajak ... 17
2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak ... 19
2.1.6 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 20
Universitas Kristen Maranatha
2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak ... 21
2.1.8 Hambatan Pemungutan Pajak ... 22
2.2 Pengertian Subjek Pajak dan Objek Pajak ... 23
2.2.1 Subjek Pajak ... 23
2.2.2 Objek Pajak ………...……….……….…………. 28
2.3 Pengertian Wajib Pajak, Hak dan Kewajiban Wajib Pajak …..….. 31
2.3.1 Pengertian Wajib Pajak ...…….……… 31
2.3.2 Hak Wajib Pajak ……….……...……….. 32
2.3.3 Kewajiban Wajib Pajak ………...……… 33
2.4 Angsuran dan Tunggakan Pajak ………….…...……… 34
2.4.1 Pemberian Angsuran dan Tunggakan Pajak ….………...… 35
2.4.2 Alasan Permohonan ………...……….………. 36
2.4.3 Jaminan ... 37
2.5 Timbul dan Hapusnya Tunggakan Pajak ... 38
2.5.1 Timbulnya Tunggakan Pajak ... 38
2.5.2 Hapusnya Tunggakan Pajak ... 39
2.5.3 Tarif Pajak ... 40
2.6 Pelaksanaan Penagihan ... 41
2.6.1 Surat Tagihan Pajak ... 42
2.6.2 Surat Ketetapan Pajak ... 45
2.6.2.1 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKP) ... 45
2.6.2.2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) ... 47
Universitas Kristen Maranatha
2.6.3 Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus ... 47
2.6.4 Jangka Waktu Pelaksanaan Penagihan ... 48
2.7 Sanksi Dalam Undang-Undang Perpajakan ... 49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying .... 51
3.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying ... 55
3.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying ... 57
3.2.2 Kegiatan Operasional Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying ... 63
3.3 Metode Penelitian ... 64
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 64
3.3.2 Variabel Penelitian ... 65
3.3.3 Analisa Data dan Hipotesis ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hambatan Dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Cara Mengatasinya ... 69
4.2 Proses Pelaksanaan Penagihan ... 70
4.3 Peranan Penagihan Pajak Terhadap Peningkatan Pencairan Tunggakan Pajak ... 71
4.4 Pengujian Hipotesis ... 76
Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL I Penerimaan Tunggakan dan Realisasi Pembayaran Pajak Bulan
Januari 2005 s/d bulan Oktober 2006 ... 73
TABEL II Perbandingan Persentase dan Rasio Penerimaan Tunggakan Dan
Realisasi Pembayaran Pajak ... 74
TABEL III Perkembangan Tunggakan Pajak Per Triwulan
Triwulan I Tahun 2005 s/d Triwulan III Tahun 2006 ... 75
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Abstrak ……… i
Kata Pengantar ………....……… ii
Daftar isi ………. v
Abstrak ……… i
Kata Pengantar ………....……… ii
Daftar isi ………. v
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi KPP Bandung Cibeunying
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21
3. Surat Setoran Pajak
4. Daftar Tunggakan Pajak
5. Buku Pengawasan Penagihan
6. Tegoran
7. Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus
8. Surat Paksa
9. Surat Perintah Melakukan Penyitaan
10.Surat Penyitaan
11.Surat Pencabutan Sita
12.Surat Permintaan Jadwal waktu dan tempat pelelangan
Universitas Kristen Maranatha
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia terus berkembang dan pembangunan yang dilaksanakan
dewasa ini sangat meningkat. Dalam melakukan pembangunan diperlukan dana
yang cukup untuk membiayai semua kegiatan dalam pembangunan, dana tersebut
berasal dari sumber dari dalam negeri dan luar negeri. Untuk menjamin agar
pembangunan nasional dapat sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, maka perlu diusahakan keselarasan antara pembangunan sektoral dan
pembangunan regional, untuk itu pola dasar pembangunan nasional harus dapat
tersebar kedaerah-daerah sesuai dengan potensi-potensi pembangunan yang ada
di tiap-tiap daerah dengan meningkatkan dan menggali sumber-sumber keuangan
baru karena sumber-sumber yang ada atau subsidi dari pusat belum mencukupi.
Pada umumnya pajak merupakan bagian terpenting dan terbesar dari penerimaan
pemerintah.
Cita-cita bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur yang
merata, material dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, akan tercapai dengan pelaksanaan pembangunan nasional. Pembangunan
ekonomi merupakan salah satu bidang yang menjadi prioritas utama dalam
pembangunan nasional, karena dengan suatu perekonomian yang kuat akan
sangat membantu melancarkan roda-roda pembangunan nasional.
2
Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, pemerintah daerah berusaha
meningkatkan dan menggali sumber keuangan baru karena
sumber-sumber yang ada atau subsidi dari pusat belum mencukupi. Pada umumnya pajak
merupakan bagian terpenting dan terbesar dari penerimaan pemerintah.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang paling
penting disamping migas dan non-migas. Pajak juga digunakan untuk membiayai
pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Untuk itu peran
masyarakat dalam pemenuhan kewajiban di bidang perpajakan perlu terus
ditingkatkan dalam mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa
pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional serta
merupakan salah satu kewajiban kenegaraan sehingga setiap anggota masyarakat
wajib berperan aktif dalam melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya.
Jika rakyat mengerti tentang fungsi dan manfaat pajak dalam masyarakat,
maka rakyat akan menjadi sadar akan pajak dan kalau rakyat sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak, maka rakyat akan menjadi Tax Minded (suka
membayar pajak). Dari Tax Minded akan timbul Tax Discipline (disiplin pajak)
dimana Wajib Pajak selalu memenuhi kewajiban pajaknya tepat waktu. Apabila
keadaan demikian dapat dicapai, maka hasil pajak akan meningkat.
Oleh sebab itu pemerintah membuat satu kebijakan yang diharapkan dapat
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yaitu Tax
Reform (Pembaharuan Sistem Perpajakan) yang intinya adalah sebagai berikut :
1. Sistem perpajakan yang mudah dimengerti oleh semua orang.
2. Sistem perpajakan berdasarkan system keadaan dan kewajaran.
3
3. Sistem pajak yang memberikan kepastian hukum terhadap Wajib Pajak.
Tujuan dari Tax Reform adalah menegakkan kemandirian masyarakat
dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan
segenap potensi dan kemampuan dalam negeri, khususnya dengan cara
meningkatkan pendapatan melalui perpajakan dan sumber-sumber di luar minyak
dan gas bumi.
Di dalam pelaksanaannya, masih banyak Wajib Pajak yang belum
memenuhi peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku, dan hal ini
menimbulkan hutang pajak. Semua ini dapat dilihat dari masih banyaknya
ketetapan pajak yang dikeluarkan oleh petugas perpajakan terutama berupa Surat
Tagihan Pajak (STP) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat Tagihan Pajak
merupakan surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi
berupa bunga dan atau denda. Dan Surat Ketetapan Pajak lebih berfungsi sebagai
instrumen pengawasan terhadap Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan.
Dengan diterbitkannya surat tersebut, diharapkan Wajib Pajak yang
kurang atau tidak memenuhi kewajibannya dapat melunasi hutang pajaknya
sebelum jatuh tempo. Akan tetapi, pada kenyataannya tunggakan pajak atau
hutang pajak yang tidak tertagih terus meningkat dari tahun ke tahun, untuk itu
dperlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.
Dengan demikian, peran aktif Kantor Penagihan Pajak (KPP) dalam
melaksanakan penagihan sangatlah diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk
4
mengurangi tunggakan pajak yang terjadi. Berdasarkan uraian tersebut di atas,
penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
”Peranan Penagihan Pajak dalam Upaya Meningkatkan Pencairan Tunggakan Pajak”.
1.2 Identifikasi Masalah
Surat Tagihan Pajak (STP) sangat berperan dalam upaya meningkatkan
tagihan tunggakan pajak. Oleh karena itu, diterbitkannya surat ini dimaksudkan
agar penerimaan negara dari sektor pajak dapat berjalan secara maksimal.
Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan penagihan pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Bandung Cibeunying?
2. Bagaimana pengaruh penagihan pajak dalam upaya meningkatkan pencairan
tunggakan pajak?
3. Hambatan apa saja yang dialami oleh Kantpr Pelayanan Pajak Cibeunying
dalam penagihan pajak tertunggak?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi dan gambaran bagaimana pelaksanaan Surat
Tagihan Pajak (STP) yang harus dilakukan.
5
Tujuan penulis mengadakan penelitian dalam masalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penagihan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan penagihan pajak dalam upaya
meningkatkan pencairan tunggakan pajak.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat dalam proses penagihan
pajak yang dialami oleh Kantor Pelayanan Pajak Cibeunying.
1.4
Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan maksud dan tujuan penelitian di atas, maka hasil
penelitian ini diharapkan akan berguna bagi :
1. Penulis
Penulis dapat memahami berbagai masalah dan kendala-kendala yang
dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak serta menambah wawasan dan
pemahaman yang cukup baik mengenai perpajakan dan sebagai bahan
perbandingan antara teori dan praktek serta menjadi bekal untuk terjun ke
dunia kerja.
2. Kantor Pelayanan Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada praktisi untuk menyelesaikan masalah tunggakan pajak, terutama bagi
petugas pajak dalam mengevaluasi nkembali apa saja yang menjadi hambatan
dalam pelaksanaannya termasuk memberikan rekomendasi perbaikan atas
6
kesalahan-kesalahan yang terjadi sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
3. Pihak-pihak lain
Memberi kegunaan dan manfaat bagi pihak-pihak lain yang memerlukan baik
sebagai referensi, bahan pembanding maupun sebagai bahan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut. Selain itu memberikan gambaran
mengenai prosedur yang ada di Kantor Pelayanan Pajak serta memperjelas
lagi tentang aktivitas Kantor Pelayanan Pajak khususnya aktivitas
pelaksanaan Surat Tagihan Pajak, dengan demikian dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Pajak merupakan salah satu sumber dana dalam meningkatkan
penerimaan negara berdasarkan Undang-Undang yang telah disetujui bersama
antara pemerintah dan rakyat melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan
Rakyat. Penyempurnaan dan perbaikan perundang-undangan perpajakan yang
telah dilakukan beberapa kali dengan tujuan agar peraturan perpajakan ini
menjadi lebih baik dari peraturan sebelumnya. Penyempurnaan ini juga
dimaksudkan untuk mencegah penyelewengan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang sering menghindari kewajibannya membayar pajak.
Dalam kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai
akibat tidak dilunasinya hutang pajak sebagaimana mestinya. Perkembangan
jumlah pajak yang tertunggak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang
7
semakin besar dimana peningkatan tunggakan pajak tersebut belum dapat
diimbangi dengan kegiatan pembayarannya. Terhadap tunggakan pajak yang
dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai
kekuatan hukum yang memaksa.
Surat Tagihan Pajak dan juga Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan oleh
fiskus merupakan dasar penagihan pajak (Undang-Undang no. 16 tahun 2000,
Pasal 18). Jika jumlah pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak dan Surat
Ketetapan Pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 1(satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan maka dilakukan penagihan pajak secara paksa.
Ciri-ciri dan corak Sistem Pemungutan Pajak, yaitu :
1. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.
2. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai
pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota
masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai Aparatur
Perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan,
pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
3. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kerjasama nasional melalui system menghitung,
8
memperhitungkan, membayar, dan melapori sendiri pajak yang terhutang
(Self Assessment), sehingga melalui system ini administrasi perpajakan
diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan
mudah untuk dipahami oleh masyarakat Wajib Pajak.
Surat Tagihan Pajak tidak dapat berdiri sendiri namun Surat Tagihan Pajak
tersebut timbul apabila Wajib Pajak yang terhutang, tidak membayar tepat
waktu. Pelaksanaan Surat Tagihan Pajak yang mempunyai kekuatan hukum
yang memaksa dapat meningkatkan pembayaran pajak yang tertunggak.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menarik suatu hipotesis :
”Apabila tercipta suatu pelaksanaan penagihan pajak yang baik dan benar maka dapat meningkatkan pencairan tunggakan pajak.”
1.6 Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis dengan pendekatan studi kasus yang berarti bahwa data yang diperoleh
penlaian ini dikumpulkan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan
teori-teori yang ada. Adapun teknik yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi langsung Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data primer mengenai masalah yang hendak diteliti.
9
Data primer ini diperoleh melalui :
a. Wawancara dengan staff yang berwenang
b. Observasi terhadap pelaksanaan topik yang diteliti
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder yang dilalui dengan
cara membaca dan mempelajari literature dan catatan semasa kuliah yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai dasar pengetahuan dan
pembanding dalam melakukan pembahasan.
Menurut sifatnya data yang diperoleh dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Data kumulatif
Adalah data yang disajikan dalam bentuk angka yang dapat menjawab
hipotesis yang diajukan.
2. Data kualitatif
Adalah data yang disajikan dalam bentuk bukan angka. Data ini dijabarkan
untuk mendukung penelitian sehingga dapat menyatakan kebenaran.
Data yang diperoleh kemudian, diproses, dan dianalisa.
Analisa data yang dilakukan adalah secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu :
a. Analisa secara kualitatif
Merupakan analisa dengan cara mendeskripsikan jawaban responden yang
disajikan dalam bentuk table. Tabel-tabel yang disajikan akan menunjukkan
harapan wajib pajak tentang adanya pelaksanaan Surat Tagihan Pajak yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam mengurangi tunggakan pajak.
10
b. Analisa secara kuantitatif
Merupakan analisa dengan menggunakan alat bantu statistik sehingga
memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh. Alat bantu statistika
yang digunakan adalah dengan menggunakan analisa korelasi, yaitu dengan
mengukur derajat keeratan hubungan antara variable independen (X),
sehingga variable dependen (Y) korelasi yang digunakan koefisien korelasi
Rank Spearman. Untuk mengetahui arah dan keeratan hubungan antara
variable independen (penagihan pajak) dan variabel dependen (pencairan
pajak tertunggak), digunakan pengujian statistik non parametric (Sidney
Siegel ;1997; 255-257), rumus uji korelasi Rank Spearman sebagai berikut :
6
∑
diBesarnya koefisien korelasi adalah -1≤ r ≤1. Interpretasi dari hasil
perhitungan koefisien korelasi adalah :
1) Apabila rs = 0 atau mendekati 0 maka hubungan antara kedua variable sangat
lemah atau tidak ada hubungan sama sekali, yang artinya bahwa peranan
11
Surat Tagihan Pajak dalam mengurangi tunggakan pajak sangat lemah atau
tidak ada peranannya sama sekali.
2) Apabila rs = 1 atau mendekati 1, maka terdapat hubungan yang kuat antara
variable X dan Y. Terdapat korelasi yang sempurna antara kedua variable.
3) Apabila rs = -1 atau mendekati -1, maka terdapat hubungan yang kuat namun
berlawanan arah antara variable X dan Y terdapat nilai yang bertentangan
antara kedua variabel.
Untuk mempermudah penelitian, mengingat jumlah data yang banyak,
maka penulis akan menggunakan prosedur komputerisasi statistik SPSS dalam
pengolahan data.
1.7 Lokasi Penelitian dan Lamanya Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying
yang berlokasi di jalan Purnawarman No. 19-21 Bandung.
Penelitian dimulai pada bulan September 2006 sampai dengan Desember
2006.
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Cibeunying dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai
peranan penagihan pajak dalam meningkatkan pencairan tunggakan pajak, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
Bandung Cibeuying telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku, tetapi masih terdapat berbagai hambatan
teknis, yaitu :
a. Banyaknya Wajib Pajak yang pindah alamat.
b. Kesulitan dalam mencari data aset Wajib Pajak.
c. Banyaknya Surat Teguran yang kembali.
d. Banyaknya Wajib Pajak yang sedang mengajukan keberatan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini telah dilakukan langkah-langkah
yang dapat membantu aparatur pajak dalam menjalankan tugasnya.
Langkah-langkah yang telah diambil antara lain :
(1) Mencari keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang kompeten
tentang asset yang dimiliki oleh Wajib Pajak.
(2) Melaksanakan peranan penagihan pajak sesuai dengan prosedur dan
dilakukan dengan konsisten.
79
(3) Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan
Wajib Pajak yang memiliki hutang pajak
2. Usaha pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh penagih pajak dari
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying belum dilaksanakan secara
maksimal sehingga belum dapat meningkatkan pencairan tunggakan pajak.
3. Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh untuk melakukan kewajiban
perpajakan melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayarkan dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang (Self Asessment).
4. Hasil pencairan pajak yang tertunggak pada tahun 2005 sampai dengan tahun
2006 mencapai 24,4% dari total jumlah pajak yang tertunggak. Dari sini
diketahui bahwa usaha pelaksanaan penagihan pajak belum dapat
meningkatkan tagihan tunggakan pajak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai peranan penagihan pajak terhadap
pencairan tunggakan pajak maka penulis memberikan saran-saran untuk
mengatasi hambatan-hambatan yang timbul, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying harus menetapkan
langkah-langkah strategis yaitu melakukan konsolidasi internal, meningkatkan
pelayanan dan pembinaan kepada Wajib Pajak. Hal tersebut dilakukan
dengan cara pembentukan basis data dan meningkatkan penggunaan
teknologi informasi dalam pelaksanaan penagihan pajak.
80
2. Melakukan penagihan pajak aktif dengan cara ”Morning Call”, yaitu setiap
pagi paling sedikit lima Wajib Pajak berdasarkan prioritas diingatkan tentang
tunggakan pajaknya. Karena setiap hari diingatkan maka Wajib Pajak akan
tergugah untuk membayar hutang pajaknya. Morning Call efektif sekali
karena selain melakukan penagihan juga membangun komunikasi antara
aparat pajak dengan Wajib Pajak.
3. Melakukan lelang setidaknya setiap triwulan untuk memancing para Wajib
Pajak agar melunasi hutang pajaknya. Wajib Pajak akan berusaha namanya
tidak disebutkan dalam pengumuman lelang karena akan merusak citranya
sehingga akan berupaya untuk melunasi hutang pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2001. Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Pudyatmoko. 2002. Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yogyakarta.
Suandy, Erly. 2000. Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Waluyo dan Wirawan B Ilyas. 2005. Perpajakan Indonesia, Edisi Revisi. Buku 1,
Jakarta, Salemba Empat.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 14 Tahun 1999 tentang Surat Tagihan Pajak.
Keputusan Menteri Keuangan No 94/ KMK. 01/ 1994 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak.
Universitas Kristen Maranatha