• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penerapan model pembelajaran tipe think pair share berbantu alat peraga volume balok terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub bahasan volume balok di kelas VIII A SMP Santo A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penerapan model pembelajaran tipe think pair share berbantu alat peraga volume balok terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub bahasan volume balok di kelas VIII A SMP Santo A"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE

THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS

TURI TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Ida Kristiana

121414126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE

THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS

TURI TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Ida Kristiana

121414126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem,

yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan serta doa yang

tidak pernah habis untukku.

Kakakku tercinta Stanuslaus Wahyu Handono yang selalu memberi dukungan dan

motivasi setiap saat.

Keluarga besarku, Rm Ignatius Suparno CM yang telah memberi bantuan,

perhatian dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan

pendidikan ini

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Ida Kristiana (121414126). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi siswa pada pokok bahasan volume balok.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner motivasi dan instrumen tes. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model konvensional, data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uji inferensial uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,036 dan kurang dari � (0,05) dan disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan kuesioner motivasi siswa, presentase siswa yang tergolong memenuhi kriteria motivasi sangat tinggi adalah 52,38% sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86% , sehingga jika dijumlahkan hasilnya adalah 95,24%, artinya presentase lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu Alat Peraga. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa metode Think-Pair-Share berbantu alat peraga lebih menarik dan memotivasi dilihat dari aspek minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, keterlibatan, keantusiasan, rasa ingin tahu, dan berusaha mencoba.

(9)

viii ABSTRACT

Ida Kristiana (121414126). The Effectiveness Application of Learning Model Think-Pair-Share Type Assisted by Props Beam Volume toward Motivation and Learning Result In Sub Material of Beam Volume in Class VIII A SMP Turi St. Aloysius Academic Year 2015/2016. Thesis Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.

The purpose of this study is to determine the effectiveness of using cooperative learning model Think-Pair-Share assisted by props beam volume toward learning result and motivation on the subject of beam volume.

This research is a quasi-experimental research (quasi-experiment). The data required in this research is learning motivation data and learning result data. The research instruments used include motivation questionnaire and test instruments. The Data of student learning result is analyzed by comparing the average value of motivation and student learning result with learning model Think-Pair-Share and the conventional model, the data of student learning motivation is analyzed based on the criteria of students' motivation.

Based on the inferential test Mann Whitney U Test was obtained Sig (2-tailed) are 0,036 and less than α (0.05) so Ho rejected. So we can conclude that student learning result using experimental class is higher than the control class, or it can be described that learning model Think-Pair-Share assisted by props is effective to learning result student. Based on the percentage result of student Think-Pair-Share motivation, which reach the highest motivation criteria was 52.38% while the relatively high is 42.86%, so that the total is 95.24%, it means that percentage is more than 75%. It can be concluded that students' learning motivation in experimental class is high. That means students have increased their learning motivation after they are taught by learning model Think-Pair-Share assisted by props. This is reinforced by the result of the interview from some students which revealed that the method -assisted by props more interesting and motivating it can be seen from the aspect of interest, attention, concentration, persistence, engagement, enthusiasm, curiosity, and the students' eagerness.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ” Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016”.

Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam

penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis

sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Ymogyakarta.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Beni Utomo,M.Sc,. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

penuh sabar dan ikhlas membimbing serta memberikan masukan, dorongan,

dan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

(11)

x

membangun bagi penulis sejak awal menjadi mahasiswa di Universitas

Sanata Dharma.

5. Bruder Kosmas Mulyadi, S.Pd., CSA., selaku kepala sekolah SMP Santo

Aloysius Turi yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan

membantu memperlancar pelaksanaan penelitian.

6. Ibu Hendri Widyanti, S.Pd.,selaku guru pengampu mata pelajaran

Matematika Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi yang telah memberikan

masukan, pendampingan dan membantu memperlancar pelaksanaan

penelitian.

7. Para guru dan staf di SMP Santo Aloysius Turi yang turut membantu

memperlancar penelitian skripsi ini.

8. Siswa-siswa kelas VIII A,B, dan C SMP Santo Aloysius Turi yang telah

membantu pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem selaku orang tua yang

selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang serta doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Untuk kakakku Stanuslaus Wahyu handono dan Om Romo Ignatius Suparno

CM yang telah memberikan dorongan, fasilitas,semangat, perhatian dan doa

selama menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

11. Ignatius Mozes Dewantri yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat

dan bantuan pada proses penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah...4

C. Pembatasan Masalah...5

D. Rumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian...6

F. Batasan Istilah...6

G. Manfaat Penelitian...9

(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI...12

A. Efektivitas Pembelajaran...12

B. Pembelajaran Kooperatif...13

C. Model Pembelajaran Kooperatif...15

D. Think-Pair-Share...20

E. Alat Pengajaran/Peraga...23

F. Hasil Belajar...25

G. Motivasi Belajar...29

H. Pembelajaran Matematika...34

I. Volume Balok...35

J. Kerangka Berfikir...39

K. Hipotesis...40

L. Penelitian yang relevan...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...42

A. Jenis Penelitian...42

B. Subyek Penelitian...42

C. Waktu dan Tempat Penelitian...43

D. Variabel Penelitian...43

E. Bentuk Data...44

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data...44

G. Metode Analisis Data...50

(15)

xiv

BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS

DAN PEMBAHASAN...63

A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...63

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian...74

C. Analisis Hasil Penelitian...82

D. Pembahasan...100

E. Keterbatasan Penelitian...101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...102

A. Kesimpulan ...102

B. Saran ...103

DAFTAR PUSTAKA...104

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian...45

Tabel 3.2 Kriteria Validasi...46

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas...47

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda...48

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran...49

Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa...56

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Siswa Secara Keseluruhan...57

Tabel 3.8 Kriteria Kerlaksanaan Model Pembelajaran...59

Tabel 4.1 Data uji Coba Pre-test dan Post-test...65

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pre-test dan Post-Pre-test...66

Tabel 4.3 Data Pre-test kelas Kontrol...75

Tabel 4.4 Data Pre-test kelas Eksperimen...75

Tabel 4.5 Data Post-test kelas Kontrol...76

Tabel 4.6 Data Post-test kelas Kontrol...77

Tabel 4.7 Data Kuesioner Motivasi Belajar...78

Tabel 4.8 Pertemuan Pertama, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...80

Tabel 4.9 Pertemuan Kedua, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...81

(17)

xvi

Tabel 4.11 Uji Mann-Withney Tes...86

Tabel 4.12 Presentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Setelah

Pembelajaran ...87

Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara...96

DAFTAR DIAGRAM

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol...106

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...113

A.3 Kuesioner Motivasi Belajar...122

A.4 Soal Pre-test...124

A.5 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Pre-test ...126

A.6 Soal Post-test...129

A.7 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Post-test...131

A.8 Pedoman Wawancara...134

LAMPIRAN B B.1. Hasil Belajar Siswa...135

B.1.a Pre-test kelas Kontrol...135

B.1.b Post-test Kelas Kontrol...139

B.1.c Pre-test Kelas Eksperimen...143

B.1.d Post-test Kelas Eksperimen...147

B. 2. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa...152

LAMPIRAN C C.1 Lembar Analisis Uji Validitas Pre-test dan Post-test...158

C.2 Lembar Analisis Reliabilitas Pre-test dan Post-test...161

C.3 Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test...162

(19)

xviii

C.5 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test...163

C.6 Lembar Analisis Perbedaan Rata-rata Nilai Post-test...164

C.7 Lembar Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen...165

LAMPIRAN D

D.1 Surat Keterangan Pelaksanaan pembelajaran...166

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu yang dipelajari mulai dari tingkat

pendidikan dasar, menengah hingga di tingkat pendidikan tinggi. Namun, di

sekolah pelajaran matematika sering dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.

Kesulitan yang dialami siswa sering terkait dengan proses pembelajaran. Oleh

karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran, memegang peranan penting

bagi kesuksesan siswa di sekolah khususnya pada pelajaran matematika.

Menurut Jerome Bruner (H. Erman Suherman dkk, 2001:44) dalam

teori psikologi kognitif menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih

berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan

struktur-struktur yang termuat dalam bahasan yang diajarkan, disamping hubungan

yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.

Keberhasilan siswa dalam menguasai konsep-konsep dasar

matematika akan sangat menentukan kehidupannya di masyarakat. Pada

hakikatnya, pembelajaran (belajar mengajar) merupakan proses komunikasi

antara guru dan siswa. Guru sebagai komponen pendidikan memiliki tugas

sebagai mediator dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan dan penguasaan

media penunjang pembelajaran. Seorang guru harus mampu memilih strategi

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan interaksi yang baik bagi

(21)

Melalui teorinya itu, Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses

belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda

(alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat

langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda

yang sedang diperhatikannya itu (H. Erman Suherman dkk, 2001:45)

SMP Santo Aloysius Turi merupakan salah satu SMP swasta yang

berada di Yogyakarta. Kurikulum yang digunakan masih berpedoman pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selama ini, pembelajaran

matematika di SMP Santo Aloysius Turi khususnya kelas VIII A masih

cenderung mencapai target materi pada buku wajib dengan berorientasi pada

soal-soal ujian nasional, siswa langsung menerima transfer ilmu dari guru,

bukan dengan berfikir secara individu dalam pemecahan masalah. Selain itu,

siswa cenderung memiliki sikap kurang percaya diri ketika diminta untuk

mengemukakan ide atau pendapat di depan teman sekelasnya.

Berdasarkan penuturan guru yang mengampu mata pelajaran

matematika kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi, bahwa siswa

mengalami kesusahan dalam membayangkan benda dalam bentuk abstrak,

dalam hal ini yaitu membayangkan bentuk bangun ruang sisi datar khususnya

balok. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu siswa

dalam memahami sebuah bentuk abstrak menjadi bentuk yang nyata. Media

pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan penguasaan

konsep dalam belajar. Pendayagunaan media pembelajaran dapat

(22)

pelajaran matematika. Bangun ruang sisi datar merupakan materi yang

abstrak dan perlu dukungan media guna memperjelas materi dan

menumbuhkan daya tarik siswa untuk mempelajarinya. Sehubungan dengan

hal ini, penggunaan alat peraga berupa sebuah wadah yang berbentuk

menyerupai balok, dan beberapa wadah yang berbentuk menyerupai kubus

dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa saat mempelajari

matematika materi pokok bangun ruang sisi datar khususunya volume balok.

Hal terpenting dalam pembelajaran matematika adalah menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyukai pelajaran

matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan

media dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media dimaksudkan

agar siswa dapat memahami sebuah konsep yang bersifat abstrak akan

menjadi lebih konkret. Jadi, penggunaan media untuk menyampaikan materi

pelajaran dapat membuat anak lebih mudah untuk menangkap dan memahami

materi pelajaran yang bersifat abstrak.

Faktor utama yang turut mempengaruhi proses belajar dan hasil

belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar dapat menumbuhkan minat,

kemauan, dan semangat dalam belajar. Siswa akan lebih tekun dalam belajar

jika memiliki motivasi yang baik sehingga kemampuan akademik siswa juga

akan menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, salah satu strategi pembelajaran yang yang

dapat diterapkan pada siswa kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi,

(23)

aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan memiliki kepercayaan diri untuk

mengemukakan pendapat/ide adalah dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Dipilih model pembelajaran

Think-Pair-Share (TPS) karena model pembelajaran ini memberi kesempatan pada

siswa untuk memecahkan masalah, berpikir secara individu mengenai suatu

permasalahan dalam pembelajaran, mau menemukakan pendapat ketika

berdiskusi mengenai ide yang didapatkan ketika berada dalam kelompok,

menumbuhkan sikap saling membantu ketika teman satu kelompok tidak

paham mengenai hasil diskusi, dan menumbuhkan sikap percaya diri ketika

maju dan menjelaskan hasil diskusinya dengan teman satu kelas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

dikemukakan masalah spesifik sebagai berikut:

1. Dari wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Santo

Aloysius Turi pada bulan april 2016, didapati siswa mengalami

kesulitan dalam membayangkan bentuk abstrak dan mengaplikasikan

dalam bentuk nyata.

2. Pembelajaran matematika di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi

(24)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan mempertimbangkan

kemampuan, pengetahuan dan waktu maka penelitian akan dibatasi pada

masalah-masalah berikut:

1. Penelitian dilakukan di SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran

2015/2016

2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga

terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub materi volume

balok di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi.

3. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa saat

mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga

dan dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari kuesioner.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. Hasil yang dimaksud, dapat dilihat

dari perbandingan hasil pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen ,

serta perbandingan hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen.

5. Kelas kontrol merupakan kelas yang menggunakan model

konvensional dalam pembelajaran, sedangkan kelas eksperimen

merupakan kelas yang menggunakan model pembelajaran

(25)

6. Pre-test dan post-test yang diberikan berdasarkan kompetensi dasar

dari sub bahasan volume balok yakni menyelesaikan soal yang

berkaitan dengan volume balok.

7. Hasil penelitian sebatas untuk kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi.

D. Rumusan Masalah

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan

berbantu media alat peraga volume balok efektif jika ditinjau dari hasil

belajar siswa dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen pada pokok

bahasan volume balok?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau

dari hasil belajar pada pokok bahasan volume balok.

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau

dari motivasi belajar siswa pada pokok bahasan volume balok.

F. Batasan Istilah

1. Efektifitas Pembelajaran

Efektivitas belajar merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk

mencapai tujuan belajar yang dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar

(26)

2. Pembelajaran Kooperatif tipe “ Think-Pair-Share

Pebelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dikembangkan

oleh Frank Iyman, dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:

a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan

pembelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu

dan memikirkan jawabannya.

b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.

c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi

sesuatu yang sudah dibicarakan secara berpasangan masing-masing

dengan seluruh kelas.

3. Media Alat Peraga

Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran

dapat memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak

menjadi mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat

peraga, siswa dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan

hanya melalui mengingat-ngingat suatu fakta.

4. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau minat yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi sangat

berpengaruh. Pada umumnya, jika motivasi yang rendah maka kegiatan

(27)

sedang tinggi maka proses pembelajaran akan berlangsung baik dan

akan mencapai tujuan pembelajaran. Namun, juga dapat terjadi

sebaliknya, hal itu dapat terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh

selain dari motivasi belajar itu sendiri.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui

kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan

perilaku. Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,

biasanya guru menerapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam

belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau

tujuan instruksional.

6. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan seorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar

matematika.

7. Volume Balok

Volume balok merupakan salah satu sub materi dalam bangun

(28)

G. Manfaat Penelitian:

1. Bagi mahasiswa(calon guru)

Calon guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Share dan media alat peraga volume balok sebagai

pengalaman yang sangat berharga untuk berlatih dan memahami media

pembelajaran yang cocok untuk siswa ketika nanti menjadi seorang guru.

2. Bagi guru

Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk memperbaiki cara

pemilihan metode dan media untuk sebuah materi ajar. Dari hasil

penelitian ini, guru dapat menerapkan model pembelajaran

Think-Pair-Share ketika mengajar, sehingga pembelajaran tidak monoton. Selain itu

guru dapat memanfaatkan media alat peraga, terlebih alat peraga sangat

jarang digunakan untuk menyampaikan materi, sehingga materi ajar lebih

mudah dipahami oleh peserta didik.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dan

menarik siswa untuk dapat berbagi pengalaman belajar dengan teman

(29)

H. Sistematika Penulisan

Skripsi yang disusun oleh peneliti terdiri dari 5 bab, yaitu:

1. Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan

2. Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan pada penelitian

berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe

Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil

Belajar Siswa Pada Sub Bahasan Materi Volume Balok di Kelas VIII A

di SMP Santo Aloysius Turi Tahun ajaran 2015/2016 yaitu efektivitas,

model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, media alat peraga,

motivasi, hasil belajar, volume balok, pembelajaran matematika,

kerangka berfikir.

3. Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat penelitian, waktu

pelaksanaan penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, variabel

penelitian, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.

4. Bab IV : Pelaksanaan, hasil, dan Pembahasan

Bab ini mendiskripsikan hasil penelitian dan pembahasan dari

(30)

5. Bab V : Kesimpulan

Bab ini memberikan kesimpulan, saran, dan kelemahan penelitian

(31)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Sudjana (1992:59) keefektivan pembelajaran berkenaan

dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan

secara tepat dan cepat. Menurut Elis dalam Kartika Budi (2001:48)

mengatakan bahwa efektivitas selain mengacu pada proses, juga mengacu

pada hasil yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes

(ujian) baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas belajar

merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk mencapai tujuan belajar yang

dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa.

Efektivitas model pembelajaran akan serasi jika model pembelajaran

dapat bersinergi dengan komponen-komponen pembelajaran. Model

pembelajaran dapat efektif tidak lepas dari situasi dan kondisi dalam kelas,

jika siswa sedang tidak kondusif atau konsentrasinya rendah maka model

pembelajaran bisa saja tidak efektif.

Penelitian ini, menguji bagaimana model pembelajaran

Think-Pair-Share berbantu alat peraga dapat efektif digunakan pada pokok bahasan

volume balok. Motivasi dan hasil belajar akan menjadi pusat penelitian ini

sehingga harapan keefektifan model pembelajaran Think-Pair-Share dapat

(32)

B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian

Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning

merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok, didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja

bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu bersama-sama lain

dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau

pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan

bertanggung jawab atas aktivitas belajar kelompok mereka seperti

terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif tugas

guru/pendidik adalah memfasilitasi siswa agar proses pembentukan

pengetahuannya terjadi secara optimal. Menurut Roger dan David

Johnson (Lie Anita, 2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua kelompok

bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang

maksimal, maka harus diterapkan lima unsur metode pembelajaran

kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif,

b. Tanggung jawab perseorangan,

(33)

d. Komunikasi antar anggota,

e. Evaluasi proses kelompok.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:

a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, tinggi.

c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang

harus ada dalam metode pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan

norma.

2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyesuaikan tugas dan

membina hubungan kerjasama diantara anggota kelompok.

3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan

(34)

tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi

yang diberikan.

4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik

kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan

pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Student Teams Achievement Dimvision (STAD)

Menurut Suyatno (2009:52), tipe STAD adalah tipe pembelajaran

kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan

pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran

individu anggota. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan

oleh Robert Savin, dkk dari Universitas John Hopkins (Daryanto,

2012:246).

Menurut Slavin (1995:227), langkah untuk melaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD:

a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok

memiliki anggota 4-6 orang dengan kemampuan akademik yang

berbeda-beda.

b. Guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang

akan dicapai dan memberikan kuis untuk dikerjakan dalam

kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan

(35)

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

rangkuman materi setelah guru memberikan penegasan terhadap

bahan diskusi.

d. Guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individu melalui

tes/kuis kepada siswa untuk menguasai penguasaan terhadap materi

yang telah diberikan.

e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar sebelum dan

sesudah dilakukan diskusi dan penegasan oleh guru. Siswa kelompok

dengan peningkatan hasil belajar terbesar berhak atas penghargaan

tersebut.

2. Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI)

Menurut Daryanto (2012:246), pembelajaran tipe TAI ini

dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe ini mengembangkan

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Menurut

Daryanto, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe TAI adalah:

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari

materi secara individual. Materi tersebut harus sudah dipersiapkan

terlebih dahulu. Setelah siswa mempelajari materi, guru akan

memberikan kuis atau evaluasi dengan tujuan mendapatkan nilai

(36)

b. Guru membagi kelas ke dalam kelompok dengan masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang

berbeda-beda.

c. Masing-masing kelompok diberikan tugas oleh guru untuk

mendiskusikan hasil dari evaluasi yang sebelumnya telah dilakukan.

Setiap anggota kelompok nantinya akan saling memeriksa jawaban

dari teman sekelompoknya.

d. Guru memfasilitasi diskusi kelompok dan memberikan penegasan

bagi kelompok-kelompok yang belum begitu memahami materi.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat

rangkuman dari apa yang telah mereka dapatkan selama diskusi

kelompok.

e. Guru memberikan evaluasi secara individu kepada siswa dengan

cara memberikan latihan soal atau kuis untuk dikerjakan secara

individu.

f. Kelompok dengan peningkatan hasil belajar tertinggi akan

mendapatkan penghargaan dari guru.

3. Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Daryanto (2012:255), pembelajaran kooperatif tipe NHT

dikembangkan oleh Spencer Kangen. Pada umumnya NHT digunakan

untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau

(37)

Menurut Daryanto (2012:259), langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran tipe NHT adalah:

a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok

memiliki 4-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nama atau

nomor. Misalnya nomor 1, 2, 3, 4, atau 5. Kelompok tersebut

dibentuk dengan anggotanya memiliki kemampuan akademik yang

berbeda-beda.

b. Guru menyampaikan materi atau permasalahan sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai. Permasalahan tersebut yang natinya akan

didiskusikan bersama di dalam kelompok.

c. Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama. Setiap anggotanya harus benar-benar

memahami materi yang didiskusikan dan bagaimana cara

penyelesaian soalnnya.

d. Setelah diskusi selesai, pembahasan dilakukan dengan cara guru

menyebutkan satu nomor. Siswa di masing-masing kelompok

dengan nomor yang dipilih guru harus menyiapkan jawaban dari

pertanyaan guru yang sebelumnya telah didiskusikan untuk

memaparkannya di dalam kelas.

e. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari

(38)

4. Group Investigation (GI)

Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen (Arends,2008:13)

dan disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv

University. GI merupakan pendekatan kooperatif yang paling kompleks

dan paling sulit diimplementasikan. Pada pendekatan ini, guru membagi

kelas dalam beberapa kelompok non homogen. Kemudian siswa memilih

topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap

sub-sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan

laporan kepada seluruh kelas.

5. Think-Pair-Share (TPS)

Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Iyman

(Arends,2008:15). Dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:

a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan

pelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu dan

memikirkan sendiri jawabannya.

b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.

c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi

sesuatu yang sudah dibicarakan berpasangan masing-masing dengan

seluruh kelas.

6. Jigsaw

Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari

(39)

(Sugiyanto,2010:45). Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran

kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar

dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari

metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246).

Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model

Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dengan setiap

anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,

kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara

bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Sudrajad,2001:18).

D. Think-Pair-Share

Think Pair Share (TPS) merupakan teknik pembelajaran dalam

pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman

pada tahun 1981. Think-Pair-Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. metode

pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu metode pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi

kepada orang lain. Metode Think-Pair-Share memberi siswa waktu untuk

(40)

satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share

sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan

kerja kelompok. Pada metode ini, guru meminta siswa untuk memikirkan

suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian

berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran

Think-Pair-Share adalah sebagai berikut:

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan

pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau

isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2. Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam

tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawabannya

atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang

dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya

guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3. Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi

dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan

(41)

kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar

seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam metode

Think-Pair-Share adalah:

a. Guru menyampaikan pertanyaan.

Aktifitas: guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan

pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan

dengan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa berpikir secara individual.

Aktifitas: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru.

Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk

menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.

c. Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan

pasangan.

Aktifitas: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan

dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan

jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan.

Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.

Pelaksanaan metode ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga

kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara

(42)

d. Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas.

Aktifitas: Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan

masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.

e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.

Aktifitas: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka

diskusikan.

Penggunaan metode Think-Pair-Share memberikan keuntungan

yaitu siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya

masing-masing karena adanya waktu berfikir (think time). Sehingga kualitas

jawaban juga dapat meningkat. Jumlah anggota kelompok yang kecil

mendorong setiap anggota untuk terlibat aktif dalam pembelajaran,

sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan

kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban dengan pasangannya.

Manfaat metode Think-Pair-Share adalah : (1) para siswa memiliki

kesempatan untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu sama

lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share. Para siswa

mungkin lebih mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu

dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga

mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir.

E. Alat Pengajaran atau Alat Peraga

Menurut Suherman ,dkk (2001:203) Pada dasarnya anak belajar melalui

(43)

benda-benda konkret (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep

abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang

dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak,

pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi.

Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat

memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak menjadi

mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat peraga, siswa

dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui

mengingat-ngingat suatu fakta.

Dengan menggunakan alat peraga: (1) Proses belajar mengajar menjadi

termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan

timbul. Mereka akan senang, terangsang,tertarik,dan karena itu akan bersifat

positif terhadap pengajaran matematika, (2) Konsep abstrak matematika

tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan

dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lenih rendah, (3)

Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam

sekitar akan lebih dapat dipahami, (4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan

dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dipakai

sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan

relasi baru menjadi bertambah banyak.

Alat peraga dapat berbentuk benda riil, gambar, atau diagram.

Keuntungan alat peraga berbentuk riil adalah benda-benda itu dapat

(44)

peraga yang berbentuk riil yaitu sebuah wadah yang menyerupai balok dan

beberapa kubus-kubus kecil. Alat peraga ini dibuat sendiri oleh peneliti

dengan tujuan lebh ekonomis dan dapat dijadikan pembelajaran untuk

peneliti.

Pembuatan alat peraga perlu diperhatikan, agar alat peraga itu : (1)

Tahan lama, yaitu terbuat dari bahan-bahan yang cukup kuat, (2) Bentuk dan

warnanya menarik, (3) Sederhana dan tidak rumit, (4) Ukurannya sesuai atau

seimbang dengan ukuran fisik anak, (5) Dapat menyajikan (dalam bentuk riil,

gambar atau diagram) konsep matematika, (6) Sesuai dengan konsep, (7)

dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas, (8) Peragaan yang

dilakukan dapat menjadikan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak, (9) Dapat

dimanipilasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan dapat

dibongkar-pasang sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Alat peraga

ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu aspek-aspek diatas.

F. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Abdurrahman (Jihad dan Haris,2013:14) hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap.

Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru

(45)

yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan

instruksional.

Hasil belajar merupakan hasil berfikir dan tindakan atas usaha

belajarnya. Hasil belajar dapat berupa ilmu maupun dalam bentuk angka

ataupun huruf. Berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa mayoritas

faktornya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, sehingga perlu usaha untuk

mencapai hasil belajar yang berhasil.

2. Klasifikasi Hasil Belajar

Sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar

Benjamin S. Bloom (Jihad dan Harris,2013:14) yang secara garis besar

dibagi menjadi 3 (tiga) ranah, yaitu :

a. Ranah Kognitif

Merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil

kerja otak. Ranah kognitif memiliki 6 (enam) jenjang tujuan belajar,

yaitu:

1) Mengingat,

2) Mengerti,

3) Memakai,

4) Menganalisis,

5) Menilai,

6) Mencipta.

(46)

Merupakan perilaku yang memunculkan seseorang sebagai

pertanda kecenderungan untuk membuat piloihan untuk beraksi

dalam lingkungan tertentu. Ranah afektif dibagi menjadi 5 (lima)

jenjang, yaitu:

1) Penerimaan,

2) Pemberian respon,

3) Pemberian nilai,

4) Pengorganisasian,

5) Karakterisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Merupakan perilaku yang memunculkan oleh hasil kerja fungsi

tubuh manusia. Ranah psikomotorik dibagi menjadi 5 (lima) jenjang,

yaitu:

1) Meniru,

2) Menerapkan,

3) Memantapkan,

4) Merangkai,

5) Naturalisasi.

Dari ketiga ranah yang telah dikemukakan oleh Benjamin S. Blom,

penelitian yang dilakukan hanya akan menilai hasil belajar siswa ditinjau

dari ranah kognitif saja, yaitu pre-test dan post-test pada pokok bahasan

volume balok.

(47)

Menurut Sudjana (Jihad dan Haris,2013:20) menyatakan bahwa

indikator hasil belajar harus memenuhi dua kriteria, yaitu:

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran

sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga

siswa sebagai subyek mampu mengembangkan potensinya melalui

belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan prosesnya dapat dikaji

melelui beberapa persoalan dibawah ini :

1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih

dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,

kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang

dikehendaki dari pengajaran itu ?

3) Apakah guru menggunakan multimedia?

4) Apakah siswa mempunyai keempatan untuk mengontrol dan

menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya ?

5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam

kelas ?

6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup

(48)

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,

sehingga menjadi laboratorium belajar ?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran

dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan

yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan

pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses

pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara

menyeluruh?

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran

dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik ?

3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat

dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup memengaruhi

perilaku dirinya ?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa

merupakan akibat dari proses pengajaran ?

G. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2001:71), motivasi berasal dari kata “motif”

yang diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Pendapat

lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang

(49)

(Soeharto dkk, 2003:110). Menurut Made Wena (2009:33), motivasi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan

faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar

mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari

kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena

merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya

karena pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan

keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar.

Tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang

terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat

di dalam aktivitas belajar.

Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa motivasi adalah

keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar seorang siswa

sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, karena

motivasi dapat menumbuhkan semangat dan arahan dalam mencapai

tujuan yang dikehendaki siswa.

(50)

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil

belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu, menurut

Sadiman (2008:85) ada empat fungsi motivasi yaitu:

a. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain dengan

adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka

seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik.

Sedangkan menurut Nanang dan Cucu (2009: 26), fungsi motivasi

adalah alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik,

mempengaruhi prestasi belajar belajar peserta didik, memberikan direksi

terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat untuk membangun

sistem pembelajaran lebih bermakna.

3. Aspek-aspek Motivasi Belajar

Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas dari

(51)

Aspek-aspek yang menunjukkan karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi

antara lain:

a. Minat

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu, kecenderungan ini

berasal dari rasa tertarik dan perasaan senang yang menetap, sehingga

mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap suatu obyek

(Muhibbin Syah,2008:151).

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada

suatu obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya

kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45).

c. Konsentrasi

Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan

perbuatan pada suatu obyek yang dipelajari dengan menghalau atau

menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan obyek

yang dipelajari. Pemusatan dalam hal inilah merupakan aktivitas

berfikir dan tindakan untuk memberi tanggapan yang lebih intensif

terhadap fokus atau obyek tertentu (Hendra,2011:111).

d. Ketekunan

Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam

(52)

dalam menghadapi tugas, dalam hal ini bekerja terus menerus dalam

waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai (Sardiman,2008:83).

e. Keantusiasan

Keantusiasan siswa dalam belajar dapat dilihat dari semangat

siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan pada

setiap pertanyaan maupun penjelasan dari guru dan teman dengan

semangat yang tinggi (KBBI, 1988:44).

f. Keterlibatan

Keterlibatan siswa dalam belajar merupakan aktivitas dan

keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi

diskusi, memberikan pendapat, gagasan atau ide (Dewi, 2012:37).

g. Rasa ingin tahu

Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk

belajar yaitu rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas (Arden, 2008:46).

h. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan

Pada karakteristik motivasi ini berusaha mencoba terlihat dari

rasa senang siswa dalam mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sedangkan aktif mengatasi tantangan ditunjukkan dengan keuletan

siswa dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa

(53)

H. Pembelajaran Matematika

Hakikat pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja

dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan seorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika

Menurut Robert M.Gagne pembelajaran harus dikondisikan untuk

memunculkan respons yang diharapkan. Menurut Gagne, belajar matematika

terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.

1. Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas :

a. Fakta-fakta matematika

b. Ketrampilan-ketrampilan matematika

c. Konsep-konsep matematika

d. Prinsip-prinsip matematika

2. Objek-objek tak langsung pembelajaran matematika adalah :

a. Kemampuan berfikir logis

b. Kemampuan memecahkan masalah

c. Sikap positif terhadap matematika

d. Ketekunan

e. Ketelitian

Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:3) mengemukakan

sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara

mengintegrasikan ide yang mereka miliki;

(54)

3. Strategi siswa lebih bernilai

4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar

pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dari pendapat diatas, pembelajaran matematika merupakan suatu

pembelajaran yang dikondisikan untuk memunculkan respon siswa terhadap

matematika agar siswa dapat mengintegrasikan ide yang mereka miliki

sehingga matematika menjadi lebih bermakna dengan pemahaman yang siswa

miliki sehingga siswa dapat mendiskusikan pemahaman tersebut dengan

temannya

I. Volume Balok

Misalkan dan adalah dua bidang yang sejajar, t adalah suatu garis

transversal dan R adalah daerah poligon di bidang yang tidak memotong t.

Untuk setiap X di R misalkan adalah segmen yang sejajar t, di mana Y

ada di bidang . Gabungan dari seluruh segmen tersebut disebut prisma.

Daerah poligon tersebut dinamakan alas prisma. Himpunan dari seluruh titik

Y yang merupakan bagian prisma dan terletak di disebut tutup prisma.

Jarak h antara dan disebut tinggi dari prisma. Jika t tegak lurus dengan

dan prisma tersebut disebut prisma tegak. Parallelepiped adalah prisma

yang alasnya merupakan daerah jajargenjang, sedangkan balok secara khussu

adalah suatu parallelepiped yang alasnya merupakan persegi panjang dan

merupakan prisma tegak.

Volume adalah semua bilangan yang menyatakan ukuran daerah

(55)

daerah balok yaitu bilangan hasil kali tinggi balok dan luas alas yang

berbentuk persegi panjang.

Volume Balok

Volum balok = Luas Alas × tinggi

= p × l × t

Cara penggunaan Alat peraga dalam menemukan rumus volume balok

Gb.1

Langkah-langkah penggunaan alat peraga volume balok:

1) Guru mengacungkan sebuah wadah berbentuk seperti balok (belum diisi

kubus satuan) pada siswa, kemudian bertanya kepada peserta didik .

“ Disebut bangun apakah ini? ”

“ Apa sajakah unsur-unsurnya? ”

“ Manakah alasnya? ”

“ Manakah tingginya? ”

“ Berbentuk apakah alasnya? ” F

A B

E

D C

H G

p

l t

(56)

“ Bagaimanakah rumus luas persegi panjang? ”

“ Sekarang, mari kita isi balok ini dengan kubus satuan ”

“Berapakah kubus satuan yang dapat mengisi wadah berbentuk seperti balok?

2) Guru mengajak siswa untuk membuat tabel seperti berikut:

Gambar

Volum balok (banyak kubus

satuan)

Luas alas (p × l)

Tinggi

(t) p × l × t Panjang

(p)

Lebar (l)

3) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk

balok dengan posisi seperti pada gambar:

Guru bertanya pada siswa:

“ berapakah panjangnya? “

“ berapakah lebarnya? “

“ berapakah tingginya “

“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang

mengisi balok)? “

Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel pertama.

4) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk

(57)

Guru bertanya pada siswa:

“ berapakah panjangnya? “

“ berapakah lebarnya? “

“ berapakah tingginya “

“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang

mengisi balok)? “

Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel kedua.

5) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk

balok dengan posisi seperti pada gambar:

Guru bertanya pada peserta didik:

“ berapakah panjangnya? “

“ berapakah lebarnya? “

“ berapakah tingginya “

“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang

(58)

Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel ketiga.

6) Guru mengajak siswa untuk memperhatikan tabel.

“ berapakah volume balok (pada baris 5 kolom 2 )? “

“ berbentuk apakah alas balok? “

“ Bagaimanakah rumus alas balok? “

“ Jadi, berapakah volume balok tersebut? “

J. Kerangka Berfikir

Berangkat dari latar belakang dan landasan teori yang menyatakan

bahwa hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu

diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain

faktor yang terdapat dalam diri siswa atau faktor internal, dan faktor yang

terdiri dari luar siswa atau faktor eksternal (Dimyati Mahmud, 1989:198).

Kegiatan pembelajaran matematika juga melibatkan kedua faktor tersebut

yang tentunya akan berpengaruh satu dengan yang lain. Pembelajaran

matematika yang menarik dan tidak membosankan akan menjadi salah satu

cara agar siswa berminat untuk fokus pada pelajaran tersebut. Ada berbagai Model Pembelajaran Think-Pair-Share Motivasi Belajar Siswa

(59)

model pembelajaran yang ditawarkan bagi guru pengampu mata pelajaran

salah satunya adalah model pembelajaran Think-Pair-Share, yang merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang ditekankan pada keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

K. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, dan kerangka berpikir

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis untuk

penelitian ini sebagai berikut: “Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII A

SMP Santo Aloysius Turi pada pokok bahasan volume balok dengan model

pembelajaran Think-Pair-Share lebih baik daripada motivasi dan hasil belajar

siswa kelas VIII B Santo Aloysius Turi dengan model pembelajaran

konvensional”.

L. Penelitian yang relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari pada tahun

2016 mengenai efektivitas model pembelajaran Think-pair-share(TPS)

dengan pendekatan metakognitif berbasis e-komik terhadap motivasi dan

hasil belajar matematika materi pokok limit fungsi pada siswa kelas XI

jurusan IPA MAN Kendal dapat disimpulkan bahwa: 1) Untuk mengetahui

motivasi siswa dalam pembelajaran matematika materi limit fungsi diberikan

angket motivasi pada kelas eksperimen sebanyak dua kali. Pada pertemuan

kedua ada 8 siswa yang motivsi belajarnya tinggi, kemudian pada pertemuan

ketiga naik menjadi 16 siswa. Pada pertemuan kedua 14 siswa memiliki

(60)

motivasi sangat rendah. Kemudian pada pertemuan keempat siswa yang

memiliki motivasi sedang menurun menjadi 8 siswa, 2) untuk mengetahui

nilai hasil belajar siswa digunakan tes setelah pembelajaran selesai. Soal yang

digunakan sebelumnya telah diujicobakan di kelas XII IPA 2. Berdasarkan uji

prasyarat kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata

hasil belajar kelas eksperimen meningkat dari 50,04 menjadi 79,10.

Sedangkan kelas kontrol rata-rata belajarnya juga meningkat dari 53,81

menjadi 71,96, 3)Model pembelajaran Think-PairShare (TPS) dengan

pendekatan metakognitif berbasis e-komik efektif meningkatkan motivasi dan

hasil belajar matematika materi limit fungsi siswa kelas XI jurusan IPA MAN

Kendal tahun pelajaran 2015/2016, hal ini dibuktikan dengan menggunakan

uji t dengan kriteria penolakan H0 adalah t hitung > t tabel. Dari perhitungan

diperoleh t hitung = 1,775 dan t tabel = 1,676 dengan taraf signifikan 5% dan

dk = n1 + n2 – 2 = 50. Jadi H0 ditolak dan H1 diterima. Setelah itu dilakukan

uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan hasil belajar.

Berdasarkan analisis diperoleh persamaan regresi Y = 60,2 + 0,4X.

Sedangkan r hitung = 0,184 dengan = 26 diperoleh r tabel = 0,323, maka r

hitung < r tabel itu berarti H0 diterima bahwa tidak ada korelasi antara

motivasi dengan hasil belajar. Namun jika dilihat nilai rhitung = 0,184

menunjukkan bahwa ada korelasi langsung atau positif antara motivasi

(61)

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen semu (kuasi eksperimen). Kuasi eksperimen merupakan

eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen

namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan

dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan. Penelitian

eksperimental semu digunakan untuk mengungkap hubungan antara dua

variabel atau lebih untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel

lainnya, di mana peneliti dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan

perlakuan (manipulasi) terhadap suatu variabel, kemudian mengamati

konsekuensi perlakuan pada variabel lain (Nana Sudjana, 1989:19).

Pada penelitian ini, peneliti akan menginterprestasikan data yang

diperoleh dari penerapan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share di kelas

VIII A dibandingkan dengan penerapan pembelajaran dengan model

konvensional di Kelas VIII B SMP Santo Aloysius Turi.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Santo

Aloysius Turi, pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian di kelas VIII

A SMP Santo Aloysius Turi yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan

Gambar

Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara..........................................................96
gambar atau diagram) konsep matematika, (6) Sesuai dengan konsep, (7)
Gambar (banyak kubus
Tabel. 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

KJKS sebagai lembaga keuangan mikro syariah memiliki peran strategis dalam perluasan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Bentuk konkritnya KJKS berperan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pusat

Pada pengujian sensor suhu LM35, didapatkan data pembacaan sensor suhu dalam satuan volt, yang kemudian dilakukan dengan pengujian kedua yaitu pengkondisian sinyal

Scanned by CamScanner... Scanned

Menikmati keindahan suasana alam di taman / dengan pemandangan pepohonan yang asri /. serta suasana keindahan kolam danau

[r]

2015.. Dengan ini saya menyatakana bahwa skripsi berjudul Fluktuasi Harga Komoditas Pangan dan Dampaknya terhadap Inflasi di Provinsi Banten adalah benar karya

Hal ini ditunjukkan oleh koefisien kontingensi hubungan lokasi tempat tinggal dengan karakteristik perjalanan lebih besar daripada koefisien kontingensi hubungan