PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM
MENGHADAPI DUNIA KERJA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh GelarSarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Lia Christiyanti
119114074
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
Sampai disini Tuhan masih
menolong….
Karna itu Aku mau
bersyukur kepada Tuhan dengan segenap Hatiku
(1 Samuel 7: 12b dan Mazmur 9 ; 2a)
Dengan kuasa Allah yang giat bekerja di dalam diriku..Allah dapat
melakukan jauh lebih banyak dari pada apa yang dapatku minta
atau pikirkan
(Efesus 3 :20)
Jangalah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil
dimulai dengan langkah pertama
Aku percaya janjimu Tuhan disetiap rencanamu itu yang terbaik
bagimu
…Aku percaya Mujizat itu Nyata dan indah pada
waktunya
v
Saya persembahkan skripsi ini kepada :
Allah Bapa Putra dan Rohkudus yang selalu menolongku, menuntunkun, dan memberkatiku disetiap waktu.
Untuk diri sendiri yang tidak pernah mudah menyerah, selalu berjuang, dan bekerja keras untuk bisa menyelesaikan skripsi ini
Untuk keluargaku tercinta yang ada dibali , papa, mama, kak tika, sunu, kay, Rachel, tannya, dan cinta yang selalu mendukung dan mendoakanku.
Untuk keluargaku tercinta yang di jogja, papa bayu, mama endah, ucca, dan rio, yang selalu menemaniku, dan memberikan
semangatnya sampai saat ini.
Untuk kekasihku tercinta, Danang yang selalu mendukung dan membantuku dari awal semester sampai pada saat ini.
vii
PENGARUH PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DALAM
MENGHADAPI DUNIA KERJA
Lia Christiyanti
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif dari pelatihan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.30 mahasiswa semester 7 sampai 11 berpartisipasi dalam penelitian eksperimen ini.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest Design. Pengumpulan data penelitian menggunakan skala kecemasan menghadapi
dunia kerja yang terdiri dari 24 item (α = 0,928). Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test, diperoleh nilai t = 7,512
dengan nilai p = 0,000 (p≤0,05). Berdasarkan hasil analisa tersebut, ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor skala kecemasan menghadapi dunia kerja subjek sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
viii
THE INFLUENCE OF ENTREPRENEURSHIP TRAINING TOWARDS THE
LEVEL OF STUDENTS’ ANXIETY FACING LIFE’S AT WORK
By Lia Christiyanti
ABSTRAK
The aim of the study was to distinguish the influence of entrepreneurship training towards the level of students’s anxiety facing life’s at work. The theory of the study was that there is a positive influence from entrepreneurship training towards
the level of anxiety facing life’s at work. 30 students from semester 7 to 11
participated in this study. Research design used was One Group Pretest Posttest Design. Data collection applied using anxiety scale facing life’s at work contains of 24 items (α = 0,928). Based on the data analysis which was done using paired sample t-test, it was result t = 7,512 with value p = 0,000 (p≤0,05). According to that, was found that there was a significant difference between the scores of anxiety scale before and after the training session.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
penyertaan dan pendampingan selama proses pengerjaan skripsi ini. Penulis
memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan
skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
2. Paulus Eddy Suhartanto M. Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma
3. Dosen pembimbing skripsi saya Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A yang
selalu sabar dan memberi arahan selama proses skripsi ini. Terima kasih sekali
ibu, apa yang ibu ajarkan akan selalu saya ingat.
4. Ibu Dra. Diah Utari, BR., M.Si. selaku Ketua P3KWU Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang sudah mau meluangkan waktu
utuk membantu saya dengan senang hati dari awal sampai selesai penelitian
sebagi trainer dalam pelatihan. Terimakasih banyak ibu diah, atas ilmu dan
pengalaman barunya.
5. Ibu Dra. MG Suwarni, M.Si. selaku Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi
xi
keberhasilan penelitian saya. Terimakasih ibu Suwarni atas waktu dan
pengetahunaya, apa yang ibu ajarkan selalu saya ingat.
6. Dosen-dosen fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama
saya menempuh bangku kuliah. Kalian dosen terbaik yang pernah saya miliki
pertahankan relasi yang akrab dengan para mahasiswa.
7. Seluruh staff Fakultas Psikologi : mas Gndung, mbak Nanik, dan mas Muji.
Terima kasih untuk keramahannya. Maaf kalau sering merepotkan dan
bertanya urusan kuliah. Terima kasih sudah membantu segala pratikum tes
yang cukup merepotkan.
8. Seluruh subjek penelitian eksperimen saya yang sudah mau meluangkan
waktunya dan mendoakan keberhasilan saya. Tetap semangat untuk meraih
cita-cita.
9. Terimakasih kepada Papa dan Mama yang selalu sabar menunggu untuk
menyelesaikan tugas akhirku. Berkat dukungan, kesabaran, dan doamu, aku
bisa menyelesaikan tugas akhirku. Terimakasih juga, atas kepercayaanmu
selama ini, berkat kalian aku bisa menjadi anak yang bertanggung jawab, dan
menjadi anak yang mandiri.
10.Terimakasih kepada semua saudara-saudaraku yang cantik, kak tika, tannya,
xii
mendukungku dalam keadaan apapu. Kalian selalu membuatku bahagia, dan
berkat kalian aku bisa sampai pada titik ini.
11.Terimakasih untuk keluargaku di Jogja, papa bayu, mama endah, ucca dan rio
yang selalu menemaniku di kota ini, dan selalu mendukungku dalam
menyelesaikan sekolahku sampai saat ini.
12.Terimakasih untuk kekasihku tercinta Danang wijoyo seno, yang selalu
menemani dan membantuku sampai saat ini. Makasih ata kesabaranya dan
ketulusanmu yangtidak pernah ada habisnya.
13.Terimakasih untuk para sahabat baiku Honeydew lovers, Mbak Rani yang
sudah menjadi pembimbing skripsiku, Momy (Listya), Mbak Chicha, Nyowo,
dan abi, yang sudah senantiasa membantuku dan memberikanku semangat di
setiap waktu.
14.Terimakasih untuk sahabatku Putu Arinda Sulistyawati (Ayik) yang selalu
menemani dan mendukungku dari awal masuk ke Fakultas psikologi, sampai
penyelesain skripsi ini. Terimkasih ayik, kamu satu-satunya temanku yang bisa
mengerti dan menemaniku dalam kondisi apapupun.
15.Terimkasih untuk para guru dan shadow-shadow cantik Pedagogia, yang selalu
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………....i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………....ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………..iii
HALAMAN MOTTO………..iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..vi
ABSTRAK………..vii
ABSTRACT……….viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………ix
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... ix
KATA PENGANTAR………..x
DAFTAR TABEL………... xviii
DAFTAR LAMPIRAN………..xix BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang………..1
B. Rumusan Masalah……….7
C. Tujuan Penelitian………..7
xv
1. Manfaat Teoritis……….8
2. Manfaat Praktis………..8
BAB II LANDASAN TEORI………..9
A. Kecemasan Dalam Dunia Kerja………...9
1. Definisi Kecemasan Dalam Dunia Kerja ………..9
2. Ciri-ciri Kecemasan………….……….11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Dunia Kerja …...13
B. Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………...15
1. Definisi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan…………...………..15
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan…………...17
3. Materi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan ………...18
4. Metode Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………..20
5. Dampak Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan………...23
C. Dinamika Pengaruh Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan Terhadap Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja………...24
D. Bagan Kerangka Berfikir………...28
E. Hipotesis………...29
BAB III METODE PENELITIAN………...………...30
A. Jenis Penelitian………...………...30
xvi
1. Variabel Bebas…………...………...30
2. Variabel Tergantung………...………..31
C. Definisi Operasional………...31
1. Pelatihan Kewirausahaan……….31
2. Kecemasan menghadapi dunia kerja…………...………...………..31
D. Subjek Penelitian ………...32
E. Prosedur Penelitian Eksperimen……….33
F. Metode Pengumpulan data………...………..37
G. Validitas dan Reliabilitas………....40
1. Validitas………40
2. Seleksi Item………..41
3. Reliabilitas………43
H. Metode Analisis Data……….44
1. Uji Asumsi………44
2. Uji Hipotesis……….45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...………46
A. Pelaksanaan Penelitian………...46
B. Deskripsi Subjek Penelitian………47
xvii
E. Pembahasan………52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….58
A. Kesimpulan……….58
B. Saran………...58
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design………..33
Tabel 2. Sebaran Item Skala Kecemasan Dalam
Menghadapi Dunia Kerja………..………..………...39
Tabel 3. Skor Item Skala Kecemasan Dalam
Menghadapi Dunia Kerja………....39
Tabel 4. Seleksi Item Skala Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja
Setelah Try-out………...43
Tabel 5. Koefisien Korelasi Item………..…….…..44
Tabel 6. Jumlah Subjek Penelitian………...48
Tabel 7. Data Teoritik dan Data Empiris Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja………...49
Tabel 8. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja (Pretest) ………...…..………..49
Tabel 9.Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja (Postest) ………...………50
Tabel 10.Uji Normalitas Skala Kecemasan
Menghadapi Dunia Kerja ………..…….51
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Try Out ………..…………...63
Lampiran 2. Reliabilitas Skala……….70
Lampiran 3. Skala Penelitian ..………74
Lampiran 4. Deskripsi Subjek……….78
Lampiran 5. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis………..………..80
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi di Indonesia sampai saat ini masih belum
menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Hal ini salah satunya ditunjukkan
dengan masih banyaknya angka pengangguran yang dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Pemerintah melalui berbagai departemen terus berupaya untuk
menurunkan angka pengangguran tersebut dengan cara menciptakan lowongan
pekerjaan sebanyak mungkin. Namun hal tersebut belum mampu menurunkan
angka pengangguran yang ada di Indonesia (Widayat, 2011).
Melambatnya ekonomi di Indonesia juga menjadi salah satu faktor
meningkatnya jumlah pengangguran. Berdasarkan hasil data BPS (Badan Pusat
Statistik) angka pengangguran di Indonesia bertambah 300 ribu orang, sehingga
total mencapai 7,45 juta orang pada bulan Februari 2015 dibanding Februari 2014
sebanyak 7,15 juta orang (jumlah pengangguran bertambah jadi 7,45 juta orang,
2015). Jumlah pengangguran saat ini semakin meningkat, namun ironinya
jumlah pengangguran terdidik juga semakin banyak, menurut catatan BPS angka
pengangguran lulusan sarjana pada tahun 2013 sebanyak 434.185 meningkat
menjadi 495.143 pada tahun 2014 dan meningkat kembali pada tahun 2015
Seorang sarjana yang sudah memiliki bekal ilmu dan memiliki ilmu
pengetahuan yang luas serta memiliki profesionalitas seharusnya terbebas dari
pengangguran (Agustin, 2012).Begitu banyaknya jumlah pengangguran dan
sedikitnya lapangan pekerjaan dengan tingkat lulusan sarjana menjadi suatu
hambatan dan tantangan yang harus dihadapi oleh para sarjana.
Bagi mahasiswa sebagai calon sarjana, saat ini dunia kerja menjadi suatu
persaingan yang cukup berat. Mahasiswa dituntut harus memiliki kesiapan mental
dalam memasuki dunia kerja. Apabila seorang mahasiswa merasa tidak mampu
mempersiapkan diri dengan baik, ia cenderung akan memiliki kecemasan ketika
memasuki dunia kerja. Hal ini didukung oleh Lestari (2006) yang menyatakan
bahwa mahasiswa merasa cukup cemas dengan persaingan yang nantinya akan di
hadapi setelah mereka lulus.
Chaplin (2009) dalam kamus psikologi menjelaskan kecemasan merupakan
perasaan campuran berisikan ketakutan atau kekawatiran dan keprihatinan
mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk kekhawatiran tersebut.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Nevid (2003) yang menjelaskan bahwa
kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan
perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat diketahui melalui dua gejala yaitu
gejala fisik dan gejala psikologis. Gejala fisik meliputi telapak tangan basah,
tekanan darah meninggi, badan gemetar, denyut jantung meningkat, dan keluarnya
tegang, gelisah, perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan dan tidak dapat
berkonsentrasi (Nevid, 2003).
Dinata (2012) menyebutkan bahwa faktor kecemasan pada mahasiswa adalah
terbatasnya atau sedikitnya lapangan pekerjaan, banyaknya angka pengangguran
serta kurangnya pengalaman dan keterampilan kerja yang dimiliki. Namun selain
masalah tentang lapangan pekerjaan, faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja adalah kepercayaan diri.
Mahasiswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, akan mempunyai
kesadaran mengenai seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia
kerja. Sedangkan seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah akan
memenuhi tantangan hidup dengan kecemasan yang jauh lebih besar dari pada
orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Fadilah, 2010).
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada hari Kamis, 19 Januari 2017
dengan mahasiswa tingkat akhir dimana sebagian besar mengatakan bahwa apa
yang dicemaskan ketika menghadapi dunia kerja adalah mahasiswa merasa
khawatir jika tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi,
dikarenakan sedikitnya lowongan pekerjaan sehingga sulit mencari pekerjaan.
Kekhawatiran lain yang di rasakan oleh mahasiswa adalah dimana banyaknya
persaingan dalam mencari kerja, selain itu mahasiswa merasa masih kurang
memiliki pengalaman dan keterampilan kerja, sehingga membuat mahasiswa
Menurut Lestari (2006) kecemasan memiliki dampak pada mahasiswa yaitu
timbulnya rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, serta tidak sanggup untuk
menyelesaikan masalah dan apabila seseorang individu menghadapi suatu
masalah atau situasi konflik ia akan meragukan kemampuan dirinya dalam
mengatasi masalah tersebut karena dia akan merasa kurang mampu bila
dibandingkan dengan orang lain.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yunita (2013), dinyatakan
bahwa dunia kerja dapat memicu kecemasan bagi siapa saja yang hendak
memasukinya tak terkecuali pada mahasiswa semester akhir karena nantinya
setelah lulus mereka akan mencari kerja dan menghadapi banyak persaingan,
sehingga ada kemungkinan-kemungkinan seperti mendapat pekerjaan atau
menjadi pengangguran.
Hermuningsih (2005) menyatakan bahwa penyebab tingginya angka
pengangguran di kalangan sarjana ini dapat dikarenakan keterbatasan jumlah
lapangan pekerjaan sehingga tidak mampu menampung seluruh pencari kerja.
Tidak hanya itu, rendahnya keterampilan di luar kompetensi dan minimnya jiwa
kewirausahaan yang dimiliki oleh para lulusan sarjana dan mahasiswa menjadi
salah satu penyebab masih banyaknya jumlah pengangguran terdidik, sehingga
mereka tidak mampu melihat peluang yang potensial untuk dikembangkan
menjadi sebuah usaha yang menguntungkan dimasa yang akan datang (Widayat,
Siswoyo (2009) mengatakan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi
hanya sebagai pencari kerja (joob seeker) bukan sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran saat ini yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi lebih terfokus pada ketepatan lulus dan
kecepatan memperoleh pekerjaan (Siswoyo, 2009).
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan yang akan
menghasilkan lulusan tentunya mempunyai peran yang cukup besar guna
menciptakan lulusan-lulusan yang bukan hanya siap pakai di dunia kerja, namun
juga siap menjadi entrepreneur sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain (Widayat, 2011). Pelatihan pengenalan kewirausahaan di
perguruan tinggi dapat mempersiapkan mahasiswa menuju dunia kerja (Buyung
dalam Davinci, 2011).
Pelatihan pengenalan kewirausahaan pada mahasiswa perguruan tinggi
diyakini akan memberi solusi bagi tingginya pengangguran yang berpendidikan
(Buyung dalam Davinci, 2011). Pelatihan pengenalan kewirausahaan tidak hanya
semata-mata memberikan landasan teoritis mengenai konsep kewirausahaan tetapi
membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang wirausahaan (entrepreneur). Selain itu dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan, seseorang akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya saat lulus
dari perguruan tinggi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Neubert (2014) yang
mengatakan bahwa dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan,
seseorang akan banyak mendapatkan pengetahuan baru mengenai dunia
Dengan demikian para mahasiswa akan memiliki minat untuk memilih
kewirausahaan sebagai salah satu pilihan karir selain pilihan karir menjadi
pegawai swasta, PNS, atau pegawai BUMN. Kewirausahaan merupakan alternatif pilihan yang paling tepat bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan
potensinya. Dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan di perguruan
tinggi, mahasiswa memiliki bekal ilmu yang nantinya akan dilakukan setelah lulus
sarjana (Ifham dan Helmi, 2002).
Kewirausahaan merupakan pilihan yang tepat bagi individu yang akan
menciptakan kerja, bukan pencari kerja (Siwoyo, 2009). Kewirausahaan adalah
wirausahawan atau wirausahawati yang berjiwa berani mengambil resiko untuk
membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko
yang artinya bermental mandiri, dan mulai berani membuka usaha sendiri, tanpa
diliputi rasa takut dan cemas dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2006). Menurut Alma (2008) melalui kewirausahaan akan memunculkan banyak manfaat antara
lain dapat menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
pengangguran, memberikan sumbangsih dalam melancarkan proses produksi,
distribusi, dan konsumsi, ikut mengatasi kesulitan lapangan kerja, serta
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Disinilah terlihat pentingnya program pelatihan pengenalan kewirausahaan
bagi mahasiswa. Siswoyo (2009) mengatakan bahwa program pelatihan
pengenalan kewirausahaan sebagai salah satu langkah efektif yang dapat melatih
mahasiswa dalam meningkatkan jiwa, sikap, pengetahun dan keterampilan
dengan kemampuan yang dimiliki (Adriany, 2013). Hal ini juga didukung dengan
pendapat Dermol (2014) yang mengatakan bahwa dengan adanya kewirausahaan,
seseorang akan dapat meningkatkan kepercayaan dirinya ketika akan menghadapi
dunia kerja. Maka dari itu, dengan adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan
akan membawa dampak positif,yang dimana terjadi peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam berwirausaha, peningkatan minat mahasiswa terhadap
kegiatan kewirausahaan yang berarti mahasiswa akan memiliki motivasi dalam
mengembangkan dirinya dalam berwirausaha sehingga mahasiswa mampu
mengatasi kekhawatiranya dalam menghadapi dunia kerja (Mustofa & dkk, 2011).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan
kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja oleh karena itu untuk mengkaji permasalahan tersebut secara empiris,
peneliti mengambil tema “pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan
terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja”
B.RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh
pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa
dalam menghadapi dunia kerja”
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pelatihan pengenalan kewirausahaan terhadap tingkat
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat baik
secara teoritis maupun praktis.
1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu psikologi dan
pendidikan khususnya di bidang psikologi klinis, industri, dan pendidikan
kewirausahaan.
2.Manfaat Praktis
a. Bagi subjek penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan subjek penelitian mendapatkan
manfaat dari pelatihan pengenalan kewirausahaan sehingga bisa dijadikan
dasar evaluasi untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi dunia
kerja.
b. Bagi Pendidikan
Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pendidik, Universitas dan pihak-pihak yang terkait
sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan pelatihan
pengenalan kewirausahaan guna mempersiapkan mahasiswa menghadapi
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja
1. Pengertian Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja
Hurlock (1996), mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu
kekhawatiran umum mengenai suatu peristiwa yang tidak jelas atau tentang
peristiwa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan Kartono (1994) yang
mengatakan bahwa kecemasan sebagai semacam kekhawatiran, kegelisahan,
ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab
khusus. Greenberger dan padesky (2004) menambahkan bahwa kecemasan
merupakan suatu keadaan khawatir ketika berhadapan dengan pengalaman
yang sulit dan menganggap sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Nevid (2003) mengartikan kecemasan sebagai suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang
yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yangmengeluhkan bahwa
sesuatu yang burukakan segera terjadi. Menurut Nevid (2003) banyakhal yang
dapat menjadi sumber kekhawatiran, misalnya kesehatan, relasi sosial,ujian,
karier, dan kondisi lingkungan.
Waqiati (2012) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu emosi
negatif yang meliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran terhadap berbagai
objek yang tidak jelas. Perasaan ini tampak pada sejumlah respon, perilaku,
ketika seseorang mengalami frustasi dan pertengkaran konflik. Begitu juga
dengan Darajat (1996) yang menyatakan bahwa kecemasan sebagai suatu
emosi negatif atau perasaan yang tidak menyenangkan yang bercampur baur
dan terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan dan
pertentangan yang berorientasi pada kejadian masa depan. Menurut Darajat
(1976), hal yang ditakutkan atau dikhawatirkan individu untuk menghadapi
masa depan adalah sempitnya lapangan pekerjaan dan persaingan yang ketat
dalam bidang pekerjaan.
Astuti (2013) menyatakan bahwa kecemasan menghadapi dunia
kerja adalah penilaian diri individu terhadap pencapaian tujuan yang berkaitan
dengan dunia kerja yang belum pasti dan tidak dapat diramalkan, sehingga
menyebabkan konflik dalam diri. Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat
disebabkan karena kurangnya keyakinan terhadap diri sendiri mengenai masa
depannya, yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap kemampuan
dan keahlian dalam menghadapi suatu tugas atau masalah tertentu (Baron &
Byrne, 2005). Astuti (2013) menambahkan bahwa kecemasan menghadapi
dunia kerjajuga dapat mengakibatkan terganggunya pola pemikiran seperti
ketakutan dan kekhawatiran terhadap dunia kerja, terganggunya perilaku
seperti menghindari segala macam hal yang berkaitan dengan dunia kerja,
serta terganggunya respon-respon fisiologis, seperti berkeringat maupun
jantung yang berdebar saat bersinggungan mengenai seputar dunia kerja
Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat diartikan sebagai suatu
bentuk respon negatif yang meliputi perasaan ketakutan dan kekhawatiran
terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan yang dapat menghambat
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang bertujuan untuk mengubah keadaan
hidup yang lebih baik (Waqiati, 2012). Selain itu, Fadilah (2010) menyatakan
bahwa kecemasan menghadapi dunia kerja merupakan suatu kondisi dimana
individu merasa tertekan, tidak nyaman, khawatir bahkan dapat menimbulkan
konflik dan frustasi di dalam diri ketika menghadapi atau memasuki dunia
kerja.
Kecemasan merupakan sebagai suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan dan perasaan aprehensif atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam dunia kerja adalah
keadaan emosional dimana individu merasa tertekan, ketakutan, khawatir,
serta terganggunya respon-respon fisiologis dan perilaku menghindari segala
hal yang berkaitan dengan dunia kerja.
2. Ciri-ciri Kecemasan
Greenberger dan Padesky (2004) kecemasan terdiri dari 4 ciri yaitu :
a. Reaksi fisik
Reaksi fisik yang terjadi pada orang yang cemas meliputi
(berdegup kencang), pipi merona, pusing-pusing dan sulit bernafas
ketika seseorang menghadapi situasi yang membuat dirinya cemas.
b. Pemikiran
Orang yang cemas biasanya memikirkan bahaya secara
berlebihan, menganggap dirinya tidak mampu mengatasi masalah, dan
khawatir serta berfikir tentang hal yang buruk. Seseorang yang cemas
cenderung memiliki pemikiran-pemikiran yang negatif mengenai
mampu tidaknya ia dalam berusaha menghadapi situasi yang membuat
dirinya merasa cemas. Biasanya pemikiran ini akan menetap cukup
lama, jika tanpa adanya usaha dari individu tersebut untuk merubah
pemikiranya menjadi suatu yang lebih positif. Pemikiran negatif yang
timbul dapat berupa apa saja namun efeknya tetap sama yaitu membuat
kondisi seseorang menjadi tidak nyaman dikarenakan seringkali
memikirkan hal tersebut. Pemikiran dapat berupa perasaan tidak
mampu, merasa tidak memiliki keahlian, dan tidak siap.
c. Perilaku
Orang yang cemas akan berprilaku menghindari situasi saat
kecemasan itu terjadi, orang tersebut akan meninggalkan situasi ketika
kecemasan mulai terjadi dan mencoba melakukan banyak hal dan
mencoba mencegah bahaya. Perilaku ini terjadi dikarenakan individu
d. Suasana Hati
Suasana hati orang yang cemas meliputi perasaan gugup,
jengkel, cemas, dan panik.Suasana hati juga dapat berubah secara
tiba-tiba ketika seseorang dihadapkan pada kondisi yang memunculkan
kecemasan tersebut. Perasaan gugup dan panik dapat memunculkan
kesulitan dalam memutuskan sesuatu. Misalnya dalam hal keinginan
dan meninat.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu tertentu
dan tergantung pada pengalaman hidup, peristiwa, situasi dan kondisi yang
dialami oleh seseorang (Ramaiah, 2003). Dibawah ini terdapat beberapa
faktor eksternal dan faktor internal dari kecemasan, antaralain :
a. Faktor Eksternal
1. Sedikitnya lapangan Pekerjaan
Isnaini (2015) mengatakan bahwa lapangan pekerjaan tidak hanya
dipandang sebagai lahan untuk mencari nafkah, namun nilai dan
kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan tidak lagi semata–mata
untuk memenuhi kebutuhan fisik, namun juga kebutuhan psikis
dan social.Mencari lapangan pekerjaan justru menjadi hal yang
tidak mudah.Hal ini disebabkan, lajunya pembangunan kurang
disertai dengan luasnya lapangan pekerjaan, padahal pencari kerja
masalah tersendiri bahkan untuk orang dengan latar belakang
pendidikan tinggi sekalipun.
2. Pengangguran
Menurut (Nuryati dalam Yunita, 2013) banyaknya
pengangguran disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Banyaknya angkatan kerja baru yang setiap tahun mengalir,
namun tidak tertampung oleh kesempatan kerja. Keadaan
demikian yang berlangsung terus-menerus telah menghasilkan
banyak sekali pengangguran terdidik.
b. Kebanyakan sarjana tidak dapat berusaha mandiri akibat tidak
memiliki modal, lahan, keahlian (skill) maupun kesempatan. Persoalan tersebut dimungkinkan terjadi karena tidak
seimbangnya penawaran tenaga kerja dengan kebutuhan, baik
karena sempitnya lapangan kerja ataupun tidak sesuainya
keahlian yang ditawarkan oleh pencari kerja dengan keahlian
yang diperlukan.Hal ini pada akhirnya dapat menimbulkan
kecemasan pada mahasiswa.
b. Faktor Internal 1. Kepercayaan diri
Keberhasilan individu dimasa lalu khususnya dalam suatau
pekerjaan akan dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri serta
mengurangi rasa takut atau cemas, sementara kegagalan-kegagalan
percaya diri dan dapat meningkatkan rasa cemas dalam
menghadapi persaingan dunia kerja (Browman dalam Yunita,
2013)
2. Konsep diri
Gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya secara
menyeluruh yang diperoleh dari perasaan individu mengenai
dirinya sendiri, keyakinan orang lain mengenai diri individu, serta
gagasan-gagasan individu tentang pribadi yang diinginkan
sehingga dapat mempengaruhi cara individu berprilaku (Astuti,
2013).
3. Kurangnya keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan
Bila individu kurang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
bidang pekerjaan, maka individu akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi persaingan dunia kerja dan dapat menimbulkan
kecemasan Browman (Yunita, 2013).
B. Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
1. Pengertian Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
Salah satu bentuk dari pendidikan non formal adalah pelatihan.
Hilmaniar (2012) menjelaskan bahwa pelatihan merupakan prosedur
sistematis dan terorganisasi, yang mempelajari tentang pengetahuan dan
keterampilan teknis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Puspita(2012)
yang mengatakan bahwa pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang
relatif singkat dan dengan metode yang mengutamakan praktek dari pada
teori. Hilmaniar (2012) menambahkan bahwa pelatihan merupakan upaya
yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan yang
dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam suatau waktu yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas.
Suryana (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan
perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Kewirausahaan
merupakan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif
terhadap peluang untuk memperoleh keutungan diri sendiri, menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara
kerja yang lebih efisien melalui keberanian mengambil resiko, kreatifitas,
dan inovasi (Bayu & Suryana, 2010).
Departemen Perindustrian (2010), menyatakan bahwa pelatihan
pengenalan kewirausahaan adalah pelatihan yang dilakukan untuk melatih
individu agar memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga mampu
bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang
yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.Wartanto (2010) menambahkan bahwa pelatihan bukan
diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini didukung
oleh prorgam mengenai pelatihan kewirausahaan yang tertera pada
implementasi amanat undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 5
tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa ;
“Kursus dan pelatihan merupakan usahan yang diberikan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, dan usaha mandiri”
Manullang dalam (Hilmaniar, 2012) berpendapat bahwa dengan adanya
pelatihan pengenalan kewirausahaan akan memunculkan calon-calon
pelaku wirausaha yang mempunyai keahlian, keterampilan dan dapat
menggunakan pikiranya secara kritis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
pengenalan kewirausahaan adalah pelatihan yang dilakukan untuk melatih
individu agar memiliki kompetensi kewirausahaan, sehingga mampu
bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan peluang
yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri
maupun orang lain.
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
Menurut Adriany (2013), tujuan dari pelatihan pengenalan
kewirausahaan adalah
a. Mendorong minat para mahasiswa terhadap kegiatan
kewirausahaan
c. Melatih mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan
membentuk keterampilan dalam berwirausaha, sehingga dapat
memiliki sikap percaya diri dan jiwa kewirausahaan serta
keterampilan yang berguna dalam mengurangi kekhawatiran para
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja
d. Melatih mahasiswa agar mampu mendirikan usaha dengan
memanfaatkan peluang yang ada.
e. Menghasilkan wirausaha baru yang mampu menciptakan lapangan
kerja.
Wartanto (2010) menambahkan bahwa terdapat beberapa manfaat dari
adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan sebagai berikut :
a. Muncul para wirausahawan yang mampu menciptakan peluang
kerja baru
b. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
pengangguran
c. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan
sosial sesuai dengan kemampuanya
d. Mampu meberdayakan potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
e. Menghasilkan produk barang atau jasa yang kreatif dan inovatif
3. Materi Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
Menurut Wartanto (2010), materi pelatihan dirancang dalam 5 modul
a. Membangun Jiwa Kewirausahaan
Peserta dibekali tentang berbagai trik, cara, strategi
membangun jiwa kewirausahaan. Jiwa ini penting agar sebelum
mereka terjun praktik di dunia bisnis, mereka telah memiliki sikap
positif dan termotivasi untuk memilih karir sebagai wirausaha.
Selain itu, peserta juga diajak mengenal etika bisnis, sehingga
kelak jika ia menjadi wirausaha, mereka memegang teguh terhadap
moralitas dan beretika dalam berbisnis.
b. Mengenal Konsep Dasar Kewirausahaan
Peserta dibekali tentang berbagai seluk beluk wirausaha. Apa,
mengapa dan bagaimana berwirausaha merupakan konsep dasar
yang harus difahamkan kepada peserta.
c. Manajemen Usaha Kecil
Peserta diperkenalkan tentang menejemen usaha
kecil.Didalamnya dijelaskan tentang aspek pemasaran, aspek
produksi, aspek permodalan dan keuangan, dan aspek sumberdaya
manusia.
d. Legalitas Usaha
Peserta diperkenalkan bentuk-bentuk badan usaha formal
maupun informal. Didalamnya juga dijelaskan tentang bagaimana
e. Perencanaan Usaha
Peserta mulai diperkenalkan dan sekaligus dilatih untuk
mengenal peluang usaha, bagaimana menemukannya, bagaimana
memilihnya, dan bagaimana memulainya.Dari berbagai peluang
yang ada, peserta di ajak untuk berlatih menyusun perencanaan
usaha sesuai dengan minatnya masing-masing yang dipandang
memiliki prospek yang sangat baik untuk dijadikan pilihan usaha.
4. Metode Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
Metode pelatihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pelatihan (Riggio, 2003). Berikut
ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam pelatihan, antara lain :
a. Metode Seminar
Metode seminar adalah metode yang diselenggarakan di dalam
kelas dengan pembicara yang memiliki banyak pengalaman
dibidangnya. Metode seminar akan lebih efektif jika digabungkan
dengan adanya diskusi untuk mendorong adanya pemblajaran yang
efektif. Keberhasilan metode seminar didasarkan pada pembicara yang
baik, pembicara yang tidak melakukan persiapan dan berbicara dengan
monoton akan berpengaruh dalam proses pelatihan (Riggio, 2003).
b. Intruksi Audiovisual
Metode audiovisual menggunakan film, langsung atau presentasi
adalah bentuk lain dari seminar. Meskipun awalanya membutuhkan
banyak biaya, namun metode ini efektif dalam hal biaya dibandingkan
dengan teknik seminar jika peserta pelatihan berjumlah banyak.
Keefektifan metode ini bergantung pada alat pelatihan yang digunakan
(Riggio, 2003).
c. Pelatihan Berdasarkan Perilaku Modeling
Subjek diberikan tayangan video atau model langsung yang
menunjukan pekerjaan yang tepat atau tidak tepat yang akan
menghasilkan produk atau hasil yang sukses. Peserta pelatihan
kemudian dipersilahkan untuk mengulangi dan mempraktekan perilaku
kerja yang baik (Riggio, 2003).
d. Intruksi Terprogram
Metode ini termasuk metode yang menggunkan kemampuan
pribadi masing-masing individu. Peserta pelatihan dilengkapi dengan
bahan materi yang harus dipelajari dan ada beberapa pertanyaan untuk
menguji seberapa banyak yang telah dipelajari. Keuntungan
menggunakan metode ini adalah pelatihan lebih efisien karena individu
melakukanya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan langsung
mendapatkan tanggapan. Jika jawaban benar akan meneruskan
kepertanyaan selanjutnya, namun jika pertanyaan salah akan langsung
e. Metode Pelatihan didalam Kelas (Classroom Training)
Metode pelatihan didalam kelas adalah metode pelatihan yang
mengajarkan keterampilan, konsep, dan prinsip-prinsip dalam
kelompok pelatihan (Mustofa, 2011).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pelatihan didalam
kelas (Classroom Training). Jenis pelatihan ini merupakan metode yang cukup efektif dan berguna untuk mengajarkan keterampilan, konsep, dan
prinsip-prinsip dalam kelompok pelatihan. Dalam pelatihan sejenis ini,
setiap peserta dimungkinkan memperoleh banyak pengalaman di dalam
kelas dan mengetahui bagaimana proses pelatihan dijalankan (Mustofa,
2011).
Menurut Mustofa (2011), terdapat sejumlah keuntungan dalam
penggunaan metode jenis classroom training, di antaranya adalah : a. Efektif untuk pengembangan keterampilan.
b. Membangun semangat dan persatuan antar individu atau
kelompok.
c. Setting pelatihan kelas seperti ini memungkinkan untuk melatih
peserta sekaligus sejumlah 50-60 orang.
d. Bersifat interaktif, karena peserta dapat saling belajar dengan
yang lainya, sehingga mampu meningkatkan pelaksanaan
5. Dampak Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan
Pelatihan pengenalan kewirausahaan memberikan dampak positif
terhadap pembentukan sikap kewirausahaan. Kemendiknas (2010)
menyebutkan bahwa dampak pelatihan pengenalan kewirausahaan akan
membentuk mahasiswa memiliki kemampuan untuk berani mengambil
resiko dalam melaksanakan pekerjaan dan memiliki sikap tidak mudah
tergantung dengan orang lain atau mandiri. Selain itu, mahasiswa juga
akan memiliki sikap kepemimpinan yang berarti mempunyai sikap dan
perilaku terbuka terhadap saran dan kritik, mudah beradaptasi, dan mampu
bekerja keras (Kemendiknas, 2010).
Dampak pelatihan kewirausahaan selanjutnya adalah terjadi
peningkatan minat mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan.
Mahasiswa akan memiliki motivasi dalam mengembangkan dirinya dalam
berwirausaha sehingga mahasiswa mampu mengatasi kekhawatirannya
dalam menghadapi dunia kerja dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaan ( Mustofa & dkk,
2011).
Pelatihan pengenalan kewirausahaan juga berperan dalam
pembentukan kemampuan soft-skill yang berarti mahasiswa mempunyai kemampuan interpersonal dengan orang lain atau kemampuan bekerja
Mahasiswa juga akan mempunyai kemampuan hard-skill yang berarti mahasiswa akan miliki ketrampilan dalam menguasai ilmu pengetahuan
maupun teknologi dalam bidangnya sehingga mahasiswa mempunyai
bekal yang cukup dalam menghadapi dunia kerja ( Mustofa & dkk, 2011).
Menurut paparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dampak positif dari pelatihan pengenalan kewirausahaan adalah terjadinya
proses pembentukan kemampuan untuk berani mengambil resiko dalam
melaksanakan pekerjaan, memiliki sikap yang tidak mudah tergantung
dengan orang lain atau mandiri, memiliki motivasi dalam mengembangkan
dirinya dalam berwirausaha, dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan mahasiswa dalam kegiatan kewirausahaan baik ketrampilan
softskill maupun hardskill, sehingga terbentuk sikap dan perilaku percaya diri pada mahasiswa, yang bertujuan untuk membentuk kesadaran atau
pengenalan diri mengenai seberapa besar kemampuannya dalam
menghadapi dunia kerja (Dermol, 2014).
C. Dinamika Pengaruh Pelatihan Pengenalan Kewirausahaan Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Dalam Menghadapi Dunia Kerja
Pelatihan pengenalan kewirausahaan merupakan bagian dari pendidikan
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan sehingga individu
mampu bertindak mendirikan usaha yang layak dengan memanfaatkan
peluang yang ada dan mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya
pengenalan kewirausahaan tersebut dapat memunculkan calon-calon pelaku
wirausaha yang mempunyai keahlian, keterampilan dan dapat menggunakan
pikiranya secara kritis, kreatif dan inovatif (Hilmaniar, 2012). Pelatihan
pengenalan kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dari
perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh
peluang kerja dengan berbagai resiko yang akan dihadapinya (Suryana, 2006).
Adanya pelatihan pengenalan kewirausahaan diharapkan mampu
memberikan dampak positif bagi perkembangan keterampilan dan mental
mahasiswa (Mustofa&dkk, 2011). Mahasiswa yang mendapatkan pelatihan
pengenalan kewirausahaan dapat meningkatkan minat dan motivasi serta
menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa untuk dapat
berwirausaha (Mustofa&dkk, 2011). Mahasiswa juga akan memiliki sikap
tidak mudah tergantung dengan orang lain atau mempunyai sikap mandiri
sehingga mahasiswa berani mengambil resiko dalam melaksanakan pekerjaan
(Kemendiknas, 2010). Selain itu, pelatihan pengenalan kewirausahaan dapat
juga meningkatkan kemampuan dan kreatifitas individu dalam berwirausaha,
sehingga mahasiswa memiliki sikap percaya diri dan optimis dalam
menghadapi dunia kerja tanpa harus merasa cemas (Dermol, 2014). Maka dari
itu, mahasiswa yang mendapat pelatihan pengenalan kewirausahaan akan
sanggup menyelesaikan masalah atau konflik mengenai sempitnya lapangan
pekerjaan sehingga tetap memiliki kesempatan untuk berkarier.
Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja dapat diartikan sebagai suatu
ketidakpastian mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
sehingga menimbulkan kekhawatiran pada individu (Nugrahaningtyas, 2012).
Kecemasan menghadapi dunia kerja dapat disebabkan karena kurangnya
keyakinan terhadap diri sendiri mengenai masa depannya, yang berkaitan
dengan persepsi seseorang terhadap kemampuan dan keahlian dalam
menghadapi sutau tugas atau masalah tertentu (Baron & Byrne, 2005). Tidak
hanya itu saja, kecemasan juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya terbatasnya atau sedikitnya lapangan pekerjaan, banyaknya angka
pengangguran serta kurangnya pengalaman dan keterampilan kerja yang
dimiliki (Dinata, 2012). Namun selain masalah tentang lapangan pekerjaan,
faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi, akan mempunyai kesadaran mengenai seberapa
besar kemampuanya dalam menghadapi dunia kerja. Sedangkan seseorang
yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah akan memenuhi tantangan
hidup dengan kecemasan yang jauh lebih besar dari pada orang yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi (Fadilah, 2010).
Dengan kata lain, ketika seseorang sudah mendapatkan pelatihan
pengenalan kewirausahaan maka tingkat kecemasan menghadapi dunia kerja
akan menurun yang berarti seorang mahasiswa akan merasa percaya diri,
sanggup untuk menyelesaikan masalah atau konflik dan memiliki motivasi.
Mahasiswa juga tidak akan merasa cemas lagi mengenai banyaknya
sudah mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahan tersebut maka mereka
akan mendapatkan ilmu pengetahuan dan memiliki bekal keterampilan
D. Skema
PELATIHAN PENGENALAN KEWIRAUSAHAAN
1. Peningkatan minat dan motivasi mahasiswa dalam berwirausaha saat
1. Muncul para wirausahawan yang mampu menciptakan peluang-peluang kerja baru
2. Menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran
3. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial dengan kemapuanya
4. Mampu memberdayakan potensi lokal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
5. Menghasilkan produk barang atau jasa yang kreatif dan inovatif
1. Mendorong minat para mahasiswa terhadap kegiatan kewirausahaan 2. Menyiapkan mahasiswa agar
memiliki potensi sebagai wirausaha 3. Melatih mahasiswa dalam
meningkatkan jiwa, sikap,
pengetahuan, dan keterampilan agar memiliki jiwa kewirausahaan 4. Melatih mahasiswa agar mampu
mendirikan usaha dengan memanfaatkan peluang yang ada 5. Menghasilkan wirausaha baru yang
mampu menciptakan lapangan kerja
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dari pelatihan pengenalan
kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia
kerja antara sebelum dan sesudah pelatihan. Tingkat kecemasan menurun setelah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan desain
penelitian One Group Pretest Posttest Design karena hanya menggunakan satu kelompok saja, dan pengaruh perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara
pretest dengan posttest, tanpa ada pembanding dengan kelompok control (Noor,
2011). Dengan kata lain, sebelum subjek diberikan perlakuan, terlebih dahulu
subjek diberi pretest, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian tritmen
(pelatihan), dan diakhir pelatihan, subjek penelitian diberi posttest.
Pada desain ini, tanda (X) sebagai variabel bebas yang dimanipulasi, O1
sebagai tanda pretest yaitu variabel tergantung sebelum diberi perlakuan, dan O2 sebagai tanda posttest yaitu variabel tergantung setelah diberi perlakuan (Noor, 2011).
B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang variansinya mempengaruhi variabel
yang lain (Azwar, 1998).Varibel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian
2. Variabel Tergantung
Variable tergantung adalah variabel yang diukur untuk mengetahui
besarnya efek atau pengaruh variabel lain (Azwar, 1998) .Variabel tergantung
dalam penelitian ini adalah kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.
C. Defini Operasional
Definisi operasional adalah batasan dari variabel-variabel penelitian yang
secara nyata berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan merupakan
manifestasi dari hal-hal yang akan diamati. Adapun definisi operasional dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pelatihan pengenalan kewirausahaan
Pelatihan pengenalan kewirausahaan merupakan pelatihan yang dilakukan untuk melatih mahasiswa agar memiliki kompetensi
kewirausahaan, sehingga mampu bertindak mendirikan usaha yang layak
dengan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu menciptakan
kesempatan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pelatihan pengenalan kewirausahaan dilakukan menggunakan metode
pelatihan didalam kelas (Classroom Training) dengan memberikan beberapa materi seperti, membangun jiwa kewirausahaan, mengenal konsep
dasar kewirausahaan, menejemen usaha kecil, legalitas usaha, dan
perencanaan usaha.
2. Kecemasan menghadapi dunia kerja
Kecemasan dalam dunia kerja adalah keadaan emosional
respon-respon fisiologis dan perilaku menghindari segala hal yang berkaitan
dengan dunia kerja. Kecemasan dalam menghadapi dunia kerja diukur
menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti sendiri melalui 4
ciri-ciri kecemasan yang terdiri dari reaksi fisik, pemikiran, perilaku, dan
suasana hati. Subjek yang mendapatkan skor tinggi, maka dapat dikatakan
bahwa subjek memiliki kecemasan yang tinggi, namun subjek yang
mendapatkan skor rendah, maka dapat dikatakan tingkat kecemasan subjek
menurun atau rendah dalam menghadapi dunia kerja.
D. Subyek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang sudah memasuki semester ke VII pada saat
pengambilan data penelitian ini
2. Mahasiswa yang belum pernah mendapatkan pendidikan atau
pelatihan pengenalan kewirausahaan.
Pemilihan subjek dilakukan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu Purposive sampling.Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang
dibuat oleh peneliti (Purwanto&Sulistyastuti, 2011). Dalam hal ini kriteria
sampel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti yaitu peneliti memilih
mahasiswa semester 7 sampai semester 11 dari berbagai jurusan, dan yang
belum mendapatkan pelatihan pengenalan kewirausahaan.Tujuannya adalah
terhadap tingkat kecemasan mahasiswa akhir ketika diberikan pretest dan
posttest yang mengukur tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi dunia
kerja.
E. Prosedur Penelitian Eksperimen
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest Design. Dalam desain ini, pengaruh perlakuan diputuskan berdasarkan perbedaan antara pretest dengan posttest, tanpa ada
pembanding dengan kelompok kontrol (Noor, 2011). Dengan kata lain,
sebelum subjek diberikan perlakuan, terlebih dahulu subjek diberi pretest, yang
kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (pelatihan), dan diakhir
pelatihan subjek penelitian diberi posttest. Desain ini digunakan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin mengetahui pengaruh pelatihan
kewirausahaan terhadap tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi
dunia kerja.
Berikut tabel tentang desain penelitian One Group pretest posttest design : Tabel 1.
Desain Penelitian One Group Pretest-Postest Design
Pretest Treatment Postest O1 X O2
Keterangan :
O1 : tes awal (pretes) sebelum perlakuan diberikan
O2 : tes akhir (postes) setelah perlakuan diberikan
Pada penelitian ini, sebelum subjek diberikan pelatihan, subjek diberikan
tes awal (pretest) terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan. Tes awal ini diberikan seminggu sebelum pelatihan dimulai. Setelah itu, subjek dalam
penelitian ini diberikan perlakuan berupa pelatihan pengenalan kewirausahaan
yang digabung menjadi satu kelompok. Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2
sesi yang dilakukan dalam waktu 2 hari. Hari 1diberikan waktu selama 120 menit,
dan dihari 2 diberi waktu selama 90. Sesi pertama diawali dengan pembukaan
yang bertujuan untuk menjalin rapport dan menciptakan suasana yang akrab dan
nyaman melalui perkenalan fasilitator, pembicara, serta peserta pelatihan
kewirausahaan. Selanjutnya dilanjutkan dengan memberikan penjelasan materi
mengenai bagaimana cara membangun jiwa kewirausahaan, mengenal konsep
dasar kewirausahaan, cara manajemen usaha kecil dan diselingi dengan pemutaran
tayangan atau slide mengenai materi yang didiskusikan guna menambah daya
tarik dan meningkatkan motivasi bagi para peserta pelatihan. Setelah sesi pertama
berakhir, peserta diberikan snack dan dipersilahkan untuk pulang.
Pada hari kedua, peserta kembali diminta untuk masuk ke dalam ruangan
dan eksperimenter melakukan pembukaan yang bertujuan untuk kembali rapport
dan menciptakan suasana yang akrab dan nyaman. Setelah itu eksperimenter
memberikan waktu dan tempat kepada narasumber untuk melanjutkan
menjelaskan materi mengenai legalitas usaha dan perencanaan usaha. Kemudian
Pelaksanaan eksperimen ini memerlukan konsentrasi dan kenyamanan
yang cukup, maka eksperimen diadakan dalam ruangan tertutup. Ruangan yang
digunakan adalah Ruang 2K.24 Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Ruangan di buat menjadi terang, dan sejuk, hal tersebut dilakukan untuk membuat
subjek menjadi fokus dan nyaman saat mengikuti pelatihan.
Dalam pelaksanaan eksperimen ini peneliti dibantu oleh satu
eksperimenter dan dua narasumber (trainer) yang akan memberikan pelatihan kewirausahaan. Sebelum pelaksanaan eksperimen, peneliti, eksperimenter dan
narasumber (trainer) melakukan briefing untuk memberikan info pembagian tugas.
Proses sebelum pelaksanaan eksperimen :
1. Membuat kesepakatan mengenai jadwal pelaksanaan pelatihan
kewirausahaan dengan subjek penelitian
2. Subjek penelitian diminta untuk mengisi informed concent atau surat kesedian menjadi partisipan dalam penelitian ini
3. Peneliti memberikan pre-test kepada subjek sebelum pelaksaan
eksperimen dimulai
Proses Pelaksanaan Eksperimen :
Hari 1
1. Peneliti mengecek kembali kondisi ruangan dan alat-alat yang
diperlukan. Sedangkan subjek yang sudah hadir diminta untuk
menunggu subjek lain yang belum hadir di ruang tunggu yang
2. Setelah seluruh subjek hadir, subjek diminta masuk ke dalam
ruangan, dan langsung meminta subjek untuk duduk ditempat yang
sudah disediakan oleh peneliti.
3. Eksperimenter kemudian membuka sesi pertama dengan
pembukaan yang bertujuan untuk menjalin rapport dan
menciptakan suasana yang akrab dan nyaman melalui perkenalan
trainer, serta peserta pelatihan pengenalan kewirausahaan. Setelah itu, eksperimenter mempersilahkan trainer untuk mulai memberikan pelatihan kewirausahaan, dengan waktu kurang lebih
90 - 120 menit. Trainer yang memberikan materi di sesi pertama adalah Ibu Diah. Materi yang diberikan disesi pertama adalah
bagaimana membangun jiwa kewirausahaan dan mengenal konsep
dasar kewirausahaan. Kemudian di sesi kedua, dilanjutkan oleh ibu
Suwarni yang memberikan materi tentang manajemen usaha kecil.
4. Setelah selesai di sesi pertama, eksperimenter kembali mengambil
alih di depan dengan mempersilahkan para peserta atau subjek
pelatihan untuk mengambil snack yang sudah disediakan oleh
peneliti.
Hari 2
1. Hari kedua, eksperimenter kembali melakukan raport kepada
peserta untuk menanyakan kesiapan para subjek dalam mengikuti
pelatihan di hari kedua. Setelah itu, eksperimenter kembali
pelatihan. Dalam sesi ketiga materi yang diberikan pada subjek
adalah tentang perencanaan usaha, kemudian di lanjutkan oleh ibu
Suwarni, dimana beliau menjelaskan mengenai legalitas usaha.
Waktu yang diberikan disesi kedua kurang lebih 60-90 menit.
2. Setelah selesai pemberian materi disesi ketiga, ibu diah juga
memberikan cuplikan slide atau video untuk mengakhiri pelatihan
pengenalan kewirausahaan. Kemudian ibu Diah (trainer) kembali memberikan waktu dan tempat kepada eksperimenter.
Eksperimenter mengucapkan terimakasih kepada para trainer yang sudah bersedia memberikan pelatihan dan juga pada subjek
penelitian yang sudah bersedia untuk hadir mengikuti pelatihan
pengenalan kewirausahaan.
3. Sebelum subjek pulang, eksperimenter meminta subjek untuk
melakukan post-test dengan mengisi skala kecemasan setelah
mengikuti pelatihan kewirausahaan. Setelah itu eksperimenter
memberikan reward berupa sertifikat dan cindra mata yang sudah disiapkan oleh peneliti.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan memberikan skala kepada subjek. Penyeberan skala
dilakukan sebelum diberikan pelatihan dan sesudah pemberian pelatihan
pengenalan kewirausahaan. Skala dalam penelitian ini berisi skala tentang
merupakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan landasan
teori yang ada, yaitu skala kecemasan dalam menghadapi dunia kerja.
Metode penskalaan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang berisi tentang
pernyataan-pernyataan dimana subjek diminta untuk mengindikasikan
tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap dari masing-masing
pernyataan (Noor, 2011). Dalam skala ini peneliti memberikan empat
pilihan jawaban yang terdiri dari empat respon tanpa menggunakan
jawaban ragu-ragu atau netral. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti dengan
alasan bahwa dengan adanya jawaban ragu-ragu atau netral dimungkinkan
memiliki arti ganda, yakni subjek belum bisa menjawab pernyataan dalam
item atau memberikan jawaban netral. Alasan lainya, yakni karena adanya
jawaban ragu-ragu dapat menimbulkan kecenderungan subjek untuk
menjawab di tengah (central tendency effect) terutama bagi subjek yang tidak yakin dengan jawaban pasti (Supratiknya, 2014).
Skala kecemasan dalam dunia kerja terdiri dari empat ciri-ciri
kecemasan yaitu reaksi fisik, pemikiran, perilaku, dan suasana hati. Skala
ini berjumlah 40 item yang dibagi dalam 20 item favorable dan 20 item
Unfavorable. Item favorable bila pernyataan mendukung adanya
kecemasan dalam menghadapi dunia kerja, sebaliknya item unfavorable
bila pernyataannya tidak mendukung adanya kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja.. Berikut adalah gambaran skala yang digunakan
Skala kecemasan dalam dunia kerja :
Tabel 2.Sebaram Item Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja
No. Ciri-ciri Favorable Unvaforable Jumlah 1. Reaksi Fisik 2, 13, 31, 19, 25 15, 23, 35, 1, 20 10
Skala kecemasan dalam menghadapi dunia kerja mempunyai empat
alternatif jawaban, yakni Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat
Tidak Setuju. Penilaian pada skala kecemasan dalam menghadapi dunia
kerja ini bergerak dari empat sampai dengan satu untuk item favorable
dan dari satu ke empat untuk item unfavorable. Untuk lebih jelasnya akan
dipaparkan pada tabel penilaian sebagai berikut :
Tabel 3.Skor Item Skala Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Jawaban Favorabel Unfavorabel
SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Setuju) 3 2
TS (Tidak Setuju) 2 3
G. Uji Validitas, Seleksi Aitem, dan Reabilitas 1. Validitas alat ukur
Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2011). Suatu alat
ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut
mampu menjalankan fungsi ukurnya, yakni memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan tujuan dalam penelitian yang di lakukan.
Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan validitas isi.Validitas isi adalah validitas yang di estimasi
lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat
professional judgement (Azwar, 2011). Ananlisa rasional dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pendapat profesional ahli (professional judgement), professional ahli dalam hal penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi yang melihat sejauh mana alat ukur sesuai dengan
indikator-indikator variabel skala pengukuran. Selain itu peneliti
melibatkan Ibu/Dosen Dra.Diah Utari, BR., M.Si.selaku Ketua P3KWU
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. P3KWU
adalah suatu pusat pelayanan pelatihan kewirausahaan, sehingga saya
meminta dan memilih ibu Diah karena beliau berkompeten untuk
memberikan pelatihan pengenalan kewirausahaan atau sebagai trainer. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan kepada Ibu Dra. MG Suwarni,
M.Si. selaku Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Diah dalam menyampaikan materi pelatihan pengenalan kewirausahaan.
Beliau dilibatkan karena beliau berkompeten dan memahami tentang
manajemen usaha kecil, legalitas usaha, dan kewirausahaan, sehingga
beliau dilibatkan dalam penelitian ini.
Modul yang digunakan dalam pelatihan ini, disusun oleh kedua
profesional trainer berdasarkan materi yang diberikan oleh peneliti. Isi modul yang sudah disusun oleh kedua trainer adalah yang pertama tentang mengenal konsep dasar kewirausahaan dimana dijelaskan tentang definisi
kewirausahaan, tujuan kewirausahaan, keuntungan menjadi wirausaha,
pengertian, dan pandangan tentang wirausaha, dan 11 tips praktis memulai
usaha. Modul yang kedua mejelaskan tentang, membangun jiwa
kewirausahaan dimana dijelaskan tentang karakteristik usaha mikro dan
kecil, seorang wirausaha, entrepreneurial mindset, pilihan-pilihan
entrepreunership, dan tips praktis. Modul yang ketiga menjelaskan tentang manajemen usaha kecil dan menengah, kemudian modul yang keempat
tentang rencana bisnis, dan legalisasi UMKM.
3. Seleksi Aitem.
Seleksi item dilakukan bertujuan untuk memilih item-item yang
yang selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes yang dikehendaki (Azwar,
2013). Seleksi item dilakukan berdasarkan daya diskriminasi item yang
menghasilkan korelasi item total (rix) (Supratiknya, 2014).
Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total memiliki batasan