• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun majapait (Crescentia cujete L.) terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi siklooksigenase 2 pada mencit terinduksi karagenin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun majapait (Crescentia cujete L.) terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi siklooksigenase 2 pada mencit terinduksi karagenin."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Tanaman majapait (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hasil uji in-vitro

ekstrak etanol daun majapait memberikan aktifitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal dan mekanisme aktifitas antiinflamasi topikal dari ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada mencit betina galur Swiss yang diinduksi dengan karagenin 3% secara subkutan.

Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak pola searah. Tiga puluh ekor mencit betina dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol Biocream®, kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Crescentia cujete konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% dengan cara pemberian secara topikal. Pemotongan kulit hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah perlakuan. Kulit hewan uji diawetkan mengunakan larutan fiksatif, yaitu larutan formalin 10%. Sel neutrofil yang bermigrasi di daerah subkutan diamati menggunakan metode pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan dilanjutkan dengan uji persen penekanan ekspresi siklooksigenase (COX) 2 dengan imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2. Data yang diperoleh berupa dianalisis mengunakan uji Shapiro Wilk, dilanjutkan uji nonparametrik Kruskal Wallis dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel neutrofil yang bermigrasi pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% berturut-turut adalah 31,20; 26,36 dan 16,76 lebih kecil dibandingkan dengan kontrol karagenin, yaitu 111,36. Dan pada konsentrasi yang sama memberikan persen (%) penekanan ekspresi COX-2 berturut-turut adalah 8,33; 13, 44; dan 14,13 lebih besar dibandingkan dengan kontrol karagenin, yaitu 1,45. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun majapait menunjukan aktifitas antiinflamasi pada pemberian topikal dan mekanisme aktifitas antiinflamasi diduga melalui penghambatan migrasi sel neutrofil dan penekanan ekspresi COX-2.

(2)

ii

ABSTRACT

Majapait (Crescentia cujete L.)is a plant that has pharmacological effect. From the previous study in-vitro test that the leaves ethanol extract of C. cujete

possessed inflammatory. The research aims is to investigate topical anti-inflammation effect and mechanism of action of Crescentia cujete leaves ethanolic extract in female mice strains Swiss induced by carrageenan 3% subcutaneously.

The study was pure experimental with completely randomized design direction. Thirty mice were devided into six groups of five animal each. Negatif control group, positif control group, Biocream® control group and group of leaves ethanolic extract of Crescentia cujete with a consentration of 1.67; 2.5; and 3.75% were given topically. Cutting animal skin test performed for 24 hours. Skin test animals preserved using a fixative solution, 10% formalin solution. The neutrophils migration was observed using Hematoxylin and Eosin (HE) Staining Method. And than Immunohistochemical Method using antibody anti cyclooxygenase-2’s observed suppress the expression of cyclooxygenase 2 (COX-2). These data were analyzed using Shapiro-Wilk test, continued byKruskal–Wallis test and Post Hoc test by Mann Whitneytest with 95% confidence level.

The result showed that neutrophils migrating of leaves ethanolic extractof

Crescentia cujete at consentration 1.67; 2.5; and 3.75%, respectively, 8.33; 13. 44; and 14.13. They are lower than carrageenan control group at 111.36. And at the same concentration showed that suppression expression of cyclooxygenase-2 (in %), respectively, 8.33; 13.44; and 14.13. They are higher than carrageenan control group at 1.45%. In conclusion, leaves ethanol extract of Crescentia cujete has topical antiinflammatory effect. Inhibiton of neutrophil migration and suppressthe expression of cyclooxygenase-2 are alleged this mechanism of antiinflammatory.

(3)
(4)

UJI EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN MAJAPAIT (Crescentia cujete L.)TERHADAP JUMLAH NEUTROFIL DAN EKSPRESI SIKLOOKSIGENASE 2 PADA MENCIT TERINDUKSI

KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dui Sostales

NIM : 128114085

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

i

UJI EFEK ANTIINFLAMASI TOPIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN MAJAPAIT (Crescentia cujete L.)TERHADAP JUMLAH NEUTROFIL DAN EKSPRESI SIKLOOKSIGENASE 2 PADA MENCIT TERINDUKSI

KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Dui Sostales

NIM : 128114085

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Our greatest weakness lies in giving up. The most certain way to succeed is

always to try just one more time

-Thomas Alva Edison-

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi

orang bodoh menghina hikmat dan didikan

(Amsal 1:7)

Kupersembahkan buat : Kemulian Tuhan Yesus Kristus sebagai juruselamat hidupku Kedua orang tuaku dan saudariku tercinta

(9)
(10)
(11)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus oleh karena berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Efek

Antiinflamasi Topikal Ekstrak Etanol Daun Majapait (Crescentia cujete L.) terhadap Jumlah Neutrofil dan Ekspresi Siklooksigenase 2 pada Mencit

Terinduksi Karagenin” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat dalam memperoleh gelar Serjana farmasi (S.Farm.) Fakultas Faramasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaiaan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Enade Perdana Istyatono, Ph.D.,Apt., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan

selama menjalani proses perkuliahan di Fakultas Farmasi hingga saat ini.

3. Ibu drh. Sitarina Widyarini, M.P.,Ph.D., selaku Pembimbing Utama atas

kesabaran dan ketabahan untuk selalu membimbing, menyemangati,

membantu, dan mengarahkan selama proses penelitian hingga penyusunan

skripsi ini.

4. Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Pembimbing Pendamping atas

dukungan, bimbingan, dan masukan selama proses penelitian hingga

(12)

viii

5. Ibu Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D.,Apt., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membagun hingga skripsi ini tersusun.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membagun hingga skripsi ini tersusun.

7. Bapak, Ibu, Kak Dea yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat,

bantuan, dan kasih sayang.

8. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc.,Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas

laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.

9. Staf laboratorium, Bapak Heru, Bapak Purwanto, Bapak Wagiran, Bapak

Suparjiman, Bapak Kayatno, dan Bapak Lilik yang telah membantu dalam

proses penelitian di laboratorium.

10.Teman-teman seperjuangan dalam penelitian : Monika, Ruri, Kathrin, Farra,

Sinta, atas bantuan, kerja sama, perjuangan serta suka duka yang dialami

selama penelitian.

11.Penghuni kontrakan Dangau Kamuda Diri (DKD) : Bang Egi, Om Alim,

Vensi, Sambu, Iwan, serta Taufik yang selalu ada dikontrakan untuk

mendukung, menyemangati, membantu dan memberi masukan kepada penulis

dalam menyusun skripsi.

12.Teman-teman FSM B dan FST A 2012 atas kebersamaan, suka duka selama

menempuh pendidikan di Falkutas Farmasi.

(13)

ix

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata,

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Januari 2016

Penulis

(14)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

PRAKATA ………. vii

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

INTISARI ……….. xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ……… 1

A. Latar Belakang ………. 1

1. Rumusan Masalah ……….. 5

2. Keaslian Penelitian ………. 6

3. Manfaat Penelitian ……….. 7

B. Tujuan Penelitian ……….. 8

(15)

xi

I. Imunohistokimia ... 25

J. Karagenin ...……….. 26

K. Hidrokortison ...……… 27

L. Landasan Teori ………. 27

M. Hipotesis ……… 29

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 30

A. Jenis dan Rancangan penelitian ……… 30

B. Variael dan Definisi Operasional ………. 30

C. Bahan Penelitian ……… 32

(16)

xii

C. Uji Pendahuluan …...……… 43

D. Pengujian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Crescentia cujete.... 45

E. Metode pengecatan hematoksilin eosin (HE)... 46

F. Metode Immunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2 ... 55

G. Mekanisme Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Majapait... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 68

A. Kesimpulan ………... 68

B. Saran ………. 68

DAFTAR PUSTAKA ……… 69

LAMPIRAN ……….. 74

(17)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok

perlakuan ... 49

Tabel II. Rerata jumlah sel neutrofil masing-masing kelompok

perlakuan dan kontrol dengan uji Mann Whitney ... 52

Tabel III. Rerata ekspresi enzim COX-2 (dalam %) oleh e ekstrak etanol

daun maja dengan kontrol pada daerah subkutan diinduksi

karagenin 3%... 58

Tabel IV. Rerata penekanan ekspresi enzim COX-2 (dalam %)

masing-masing kelompok perlakuan dan kontrol dengan uji Mann

(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman dan Daun Crescantia cujete L...………… 9 Gambar 2. Struktur anatomi kulit normal. ………...………… 16

Gambar 3. Karateristik biomaterial pada inflamasi akut dan kronis... 17

Gambar 4. Metabolit Asam arakidonat melalui jalur siklooksigen dan

jalur lipoxygenase serta target dari obat antiinflamasi …... 21

Gambar 5. Konfigurasi C6-C3-C6 flavonoid... 23

Gambar 6. Kurva peningkatan tebal lipat kulit selama enam jam. ….... 44

Gambar 7. Mikrofotografi pengecatan HE kulit normal, perlakuan

ekstrak etanol daun maja konsentrasi 2,5% beserta kontrol

negatif (karagenin) dengan perbesaran 100 kali dan 400

kali. Migrasi sel neutrofil terlihat pada daerah subkutan

jaringan kulit (tanda lingkaran merah)... 48

Gambar 8. Diagram batang efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol

daun maja masing-masing perlakuan dan kontrol ……… 50

Gambar 9. Mikrofotografi pengecatan immunositokimia terhadap

COX-2 pada sel neutrofil (tanda lingkaran merah) di

daerah subkutan jaringan kulit mencit di bawah mikroskop

binokuler pada perbesaran 100 kali (a) dan 400 kali (b).

Tanda panah hitam menunjukkan hasil positif COX-2,

(19)

xv

antibodi anti-COX-2 kulit normal, perlakuan ekstrak

etanol daun maja konsentrasi 2,5% beserta kontrol negatif

(karagenin) dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali.

Migrasi sel neutrofil terlihat pada daerah subkutan jaringan

kulit (tanda lingkaran merah). ………... 57

Gambar 11. Diagram batang ekspresi enzim COX-2 masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol... 59

Gambar 12. Target flavonoid dalam memodulasi respon inflamasi melalui jalur asam arakidonat dan protein kinase yang mengatur faktor-faktor transkripsi seperti CREB, AP-1, NF- B, dan C/EBP yang memodulasi ekspresi penanda pro-inflamasi seperti COX-2, iNOS, TNF-α, IL-1β, dan IL6... 65

Gambar 13. Daun Crescantia cujete……… 76

Gambar 14. Serbuk daun Crescantia cujete……….. 76

Gambar 15. Ekstrak kental etanol daun Crescantia cujete ………... 76

Gambar 16. Mencit betina galur Swiss... 77

Gambar 17. Kulit punggung mencit setelah pencukuran.………. 77

Gambar 18. Pengawetan kulit dengan formalin 10%…………... 77

Gambar 19. Kontrol Biocream sebagai basis ekstrak ………... 78

Gambar 20. Kontrol Hidrocortisone sebagai kontrol positif... 78

(20)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat keterangan hasil determinasi tanaman majapait

(Crescentia cujete L)... 74

Lampiran 2. Serbuk daun Crescentia cujete beserta ekstrak etanol Crescentia cujete ... 76

Lampiran 3. Hewan uji yang digunakan beserta pengawetan kulit... 77

Lampiran 4. Kontrol yang digunakan beserta alat spuit injeksi ………... 78

Lampiran 5. Surat Etical Clirens……… 79

Lampiran 6. Hasil perhitungan migrasi sel neutrofil pada uji hematoksilin eosin (HE) ... 80

Lampiran 7. Hasil uji normalitas migrasi sel neutrofil dengan uji Shapiro Wilk ………... 82

Lampiran 8. Hasil pengujian migrasi sel neutrofil dengan Kruskal-Wallis... 83

Lampiran 9. Hasil pengujian migrasi sel neutrofil dengan Mann-Whitney... 86

Lampiran 10. Hasil perhitungan sel ekpresi enzim COX-2 pada uji imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2... 94

Lampiran 11. Persen penekanan ekpresi enzim COX-2 pada uji imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2... 96

(21)

xvii

Lampiran 13. Hasil pengujian persen penekanan enzim COX-2 dengan

Kruskal-Wallis... 101

Lampiran 14. Hasil pengujian persen penekanan enzim COX-2 dengan

(22)

xviii

INTISARI

Tanaman majapait (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman berkhasiat obat. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hasil uji in-vitro ekstrak etanol daun majapait memberikan aktifitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal dan mekanisme aktifitas antiinflamasi topikal dari ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada mencit betina galur Swiss yang diinduksi dengan karagenin 3% secara subkutan.

Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak pola searah. Tiga puluh ekor mencit betina dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol Biocream®, kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Crescentia cujete konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% dengan cara pemberian secara topikal. Pemotongan kulit hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah perlakuan. Kulit hewan uji diawetkan mengunakan larutan fiksatif, yaitu larutan formalin 10%. Sel neutrofil yang bermigrasi di daerah subkutan diamati menggunakan metode pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan dilanjutkan dengan uji persen penekanan ekspresi siklooksigenase (COX) 2 dengan imunohistokimia dengan antibodi anti-COX-2. Data yang diperoleh berupa dianalisis mengunakan uji

Shapiro Wilk, dilanjutkan uji nonparametrik Kruskal Wallis dengan Post Hoc Test menggunakan uji Mann Whitney pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel neutrofil yang bermigrasi pada kelompok perlakuan ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% berturut-turut adalah 31,20; 26,36 dan 16,76 lebih kecil dibandingkan dengan kontrol karagenin, yaitu 111,36. Dan pada konsentrasi yang sama memberikan persen (%) penekanan ekspresi COX-2 berturut-turut adalah 8,33; 13, 44; dan 14,13 lebih besar dibandingkan dengan kontrol karagenin, yaitu 1,45. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun majapait menunjukan aktifitas antiinflamasi pada pemberian topikal dan mekanisme aktifitas antiinflamasi diduga melalui penghambatan migrasi sel neutrofil dan penekanan ekspresi COX-2.

(23)

xix

ABSTRACT

Majapait (Crescentia cujete L.)is a plant that has pharmacological effect. From the previous study in-vitro test that the leaves ethanol extract of C. cujete

possessed inflammatory. The research aims is to investigate topical anti-inflammation effect and mechanism of action of Crescentia cujete leaves ethanolic extract in female mice strains Swiss induced by carrageenan 3% subcutaneously.

The study was pure experimental with completely randomized design direction. Thirty mice were devided into six groups of five animal each. Negatif control group, positif control group, Biocream® control group and group of leaves ethanolic extract of Crescentia cujete with a consentration of 1.67; 2.5; and 3.75% were given topically. Cutting animal skin test performed for 24 hours. Skin test animals preserved using a fixative solution, 10% formalin solution. The neutrophils migration was observed using Hematoxylin and Eosin (HE) Staining Method. And than Immunohistochemical Method using antibody anti cyclooxygenase-2’s observed suppress the expression of cyclooxygenase 2 (COX-2). These data were analyzed using Shapiro-Wilk test, continued byKruskal– Wallis test and Post Hoc test by Mann Whitneytest with 95% confidence level.

The result showed that neutrophils migrating of leaves ethanolic extract of Crescentia cujete at consentration 1.67; 2.5; and 3.75%, respectively, 8.33; 13. 44; and 14.13. They are lower than carrageenan control group at 111.36. And at the same concentration showed that suppression expression of cyclooxygenase-2 (in %), respectively, 8.33; 13.44; and 14.13. They are higher than carrageenan control group at 1.45%. In conclusion, leaves ethanol extract of Crescentia cujete

has topical antiinflammatory effect. Inhibiton of neutrophil migration and suppressthe expression of cyclooxygenase-2 are alleged this mechanism of antiinflammatory.

(24)

1

BAB I PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG

Keanekaragaman hayati (biodiversity) yang dimiliki Indonesia, baik tumbuhan tropis dan biota lautnya, menduduki peringkat kedua di dunia setelah

Brazil. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya ditengarai memiliki

khasiat sebagai obat. Kekayaan keanekaragaman hayati ini diteliti, dikembangkan

dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan maupun tujuan ekonomi dengan

tetap menjaga kelestariannya ( Sampurno, 2015).

Tumbuhan berkhasiat obat atau herbal medicine merupakan produk obat yang berasal dari bagian akar, batang, daun, kulit batang, biji, buah dan bunga

yang digunakan untuk pencegahan dan atau penyembuhan penyakit (Kamboj,

2000). Dewasa ini penggunaan obat herbal cenderung terus meningkat, baik di

negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Peningkatan

penggunaan obat herbal ini terkait kompatibilitas yang lebih baik dengan tubuh

manusia dan efek samping yang lebih rendah.

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tumbuhan majapait

(Crescentia cujete L.) yang tumbuh subur di daerah tropis Indonesia. Tumbuhan majapait atau disebut juga dengan maja atau berenuk merupakan tanaman perdu

yang termasuk dalam famili Bignoniaceae. Tumbuhan majapait sudah

dimanfaatkan sebagai obat pencuci perut, pencahar dan ekspektoran. Selain itu

(25)

panas. Kayunya digunakan untuk pengobatan demam dan sakit telinga sedangkan

daun digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Tanaman ini sudah digunakan

sebagai pencahar oleh masyarakat di Kosta Rika, sedangkan di Kolombia

digunakan untuk penderitaan gangguan pernapasan (Khan, 2015).

Konstituen fitokimia tanaman majapait dilaporkan oleh Mahbub, Hoq,

Ahmed, dan Sarker (2011) terdiri atas tartaric acid, cianhidric, citric acid, crescentic acid, tannins, beta-sitosterol, estigmasterol, alpa and beta amirina, estearic acid, triacontanol, palmitic acid, flavonoids-quercetin, apigenin, naphthoquinones, iridoids glycosides, 3-hydroxybutanal glycosides. Dalam penelitian yang dilakukan Das, Islam, Jahan, Saiful, Khan, Rafikul, dan Parvin

(2014) melaporkan bahwa kandungan kimia dari ekstrak etanol daun majapait

diidentifikasi berupa steroids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides dan terpenoids. Ejelonu, Lasisi, Olaremu, dan Ejelonu (2011) juga melaporkan kandungan fitokimia buah majapait terdiri dari phenol, tannins, saponins, alkaloids, flavonoid, anthraquinone, cardenolides, phiobatannin.

Proses inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai

respon normal terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi.

Respon tersebut penting untuk memungkinkan tubuh bertahan selama infeksi atau

cedera dan mempertahankan homeostasis jaringan saat kondisi berbahaya.

Adapun respon yang umumnya muncul meliputi rubor (kemerahan), kalor

(panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan) (Corwin, 2008). Respon

inflamasi biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman, sehingga mendorong

(26)

Setiap agen atau obat yang bekerja melawan atau menekan proses

peradangan disebut antiinflamasi (Dorlan, 2002). Obat antiinflamasi dapat

digunakan secara oral maupun topikal. Pada penggunaan topikal, antiinflamasi

dioleskan pada daerah yang mengalami inflamasi. Penggunaan anttiinflamasi

topikal semakin banyak dicari terkait keuntungan penggunaan sediaan topikal

yang dapat mempercepat aksi obat ditempat kerja karena tidak melalui sistem

percernaan dan menghindari rusaknya zat aktif disebabkan oleh aktifitas enzim

dan interaksi dengan makanan pada terapi antiinflamasi secara oral (Ansel, 1989).

Aktivitas protein siklooksigenase (COX) bertanggung jawab untuk

pengeluaran produksi prostaglandin (PG) yang tinggi selama proses inflamasi dan

respon imum melalui metabolisme asam arakidonat (Widiastuti, 2011). Protein

COX yang merupakan target aksi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

terdapat dalam dua isoform, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 bersifat konstitutif,

diekspresikan pada hampir semua jaringan untuk fisiologi normal dan

homeostasis, sedangkan ekspresi COX-2 terinduksi oleh berbagai stimulus

inflamasi dan bertanggung jawab pada biosintesis PG yang terlibat pada reaksi

inflamasi dan rasa nyeri (Ikawati, 2006). Sementara ini dapat disimpulkan bahwa

aktivitas COX-2, bukan COX-1, memainkan peranan penting dalam proses

inflamasi.

Fase seluler awal proses inflamasi ditandai dengan migrasi sel neutrofil

polimorfonuklear (PMN), sel leukosit pertama, yang secara kimia tertarik ke

daerah inflamasi. PMN neutrofil muncul dalam jumlah yang besar pada hari-hari

(27)

adanya peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi pada proses

peradangan. Penghambatan migrasi sel neutrofil menjadi salah satu kunci

menghambat terjadinya inflamasi. Penurunan jumlah sel neutrofil yang secara

langsung menghambat pelepasan asam arakidonat yang menyebabkan kurang

tersedianya substart arakidonat bagi jalur siklooksigenase, yang pada akhirnya

akan menekan jumlah prostaglandin (Rahayu, 2009). Mengingat besarnya peran

sel neutrofil dan protein COX-2 dalam proses inflamasi, maka keduanya dapat

dijadikan sebagai target molekuler dalam skrining senyawa dari bahan alam yang

berperan sebagai agen yang mempengaruhi migrasi sel neutrofil dan regulasi

protein COX-2, melalui penekanan ekspresi protein COX-2.

Hasil uji in-vitro menggunakan metode HRBC (Human Red Blood Cell)

dengan membrane stabilization menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun majapait pada konsentrasi 1 mg/ml memiliki aktifitas anti-inflamasi. Aktifitas antiinflamasi

pada ekstrak daun majapait diyakini berasal senyawa flavanoid serta tanin.

Flavonoid seperti quercetin yang diketahui efektif dalam mengurangi peradangan akut. Adapun efek antiinflamasi dari senyawa flavonoid tertentu bekerja melalui

penghambatan kuat terhadap berbagai enzim seperti proteinkinase C, protein

kinase tirosin, fosfolipase A2, fosfodiesterase (Parvin et al.,2015).

Kusuma, Sulistyo, Susanti, dan Sabikis (2014) melaporkan bahwa

pengujian ekstrak etanol daun majapait secara in-vivo pada konsentrasi 40; 60; dan 80% memberikan aktifitas penghentian pendarahan luar yang lebih baik

dibandingkan kontrol. Flavonoid serta tanin yang terkandung pada ekstrak etanol

(28)

dari prostaglandin I2 vasodilatasi (prostasiklin) sehingga menyebabkan proses

kontraksi luka (vasokontriksi) menjadi lebih cepat.

Das et al. (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun majapait pada

konsentrasi 100 g/ml menunjukan aktifitas antioksidan melalui pengujian dengan

DPPH, FRP dan TAC tests. Senyawa antioksidan seperti phenol dan flavonoids

mengikat radikal bebas sehingga menghambat mekanisme oksidatif yang

menyebabkan penyakit degeneratif dan lainnya. Aktifitas antioksidan telah

memiliki peran sangat penting dalam pengobatan penyakit akibat terpapar radikal

bebas, seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, inflamasi, penyakit degeneratif,

anemia, penuaan, dan iskemia. Adanya aktifitas antiinflamasi senyawa

antioksidan dari uji in-vitro ekstrak etanol daun majapait memberikan peluang bagi penggunaan ekstrak etanol daun majapait secara topikal. Penelusuran

mengenai mekanisme aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun majapait perlu

dilakukan lebih lanjut melalui perhitungan jumlah neutrofil menggunakan metode

hematoksilin dan eosin (HE) dan penekanan ekspresi protein COX-2

menggunakan metode imunohistokimia. Penelitian efek antiinflamasi topikal

ektrak etanol daun majapait (Crescentia cujete L.) dilakukan dengan pengujian terhadap kulit punggung mencit galur Swiss yang diinduksi karagenan 3%.

1. Rumusan masalah

a. Apakah ekstrak etanol daun tumbuhan Crescentia cujete L. memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi

(29)

b. Bagaimana mekanisme aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol daun

Crescentia cujete L. pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 3% ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai majapait yang pernah dilakukan antara lain:

a. Penelitian yang dilakaukan Mahbub et al. (2011) melaporkan kandungan kimia tanaman majapait, yaitu tartaric acid, cianhidric, citric acid, crescentic acid, tannins, beta-sitosterol, estigmasterol, alpa and beta amirina, estearic acid, triacontanol, palmitic acid, flavonoids-quercetin, apigenin, naphthoquinones, iridoids glycosides, 3-hydroxybutanal glycosides.

b. Penelitian yang dilakukan Das et al. (2014) melaporkan bahwa kandungan kimia dari ekstrak etanol daun majapait diidentifikasi berupa

steroids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides dan terpenoids. c. Penelitian yang dilakukan Das et al. (2014) juga melaporkan bahwa

ekstrak etanol daun majapait pada konsentrasi 100 g/ml menunjukan

aktifitas antioksidan melalui pengujian dengan DPPH, FRP dan TAC

tests. Penelitian yang dilakukan Kusuma dkk. (2014) juga melaporkan bahwa pengujian ekstrak etanol daun majapait secara in-vivo pada konsentrasi 40; 60; dan 80% memberikan aktifitas penghentian

(30)

d. Penelitian yang dilakukan Parvin et al.(2015) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun majapait pada konsentrasi 1 mg/ml memiliki aktifitas

anti-inflamasi pada uji in-vitro menggunakan metode HRBC (Human Red Blood Cell) dengan membrane stabilization.

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi topikal

ekstrak etanol daun Crescentia cujete L. terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi COX-2 pada mencit yang diinduksi karagenin 3% melalui pengamatan

histopatologis jaringan kulit dengan pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan

imunohistokimia dengan antibodi anti-siklooksigenase-2 (COX-2) belum pernah

dilaporkan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan bukti ilmiah

tentang penggunaan ekstrak etanol daun majapait sebagai antiinflamasi

topikal melalui pengamatan histopatologis jaringan kulit dengan

pengecatan hematoksilin dan eosin (HE) dan imunohistokimia dengan

antibodi anti-siklooksigenase-2 (COX-2) .

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa tumbuhan

majapait merupakan bahan obat dengan aktifitas antiinflamasi, sehingga

dapat mendukung penggunaan dan pengembangan tanaman majapait

(31)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antiinflamasi topikal ekstrak

etanol daun Crescentia cujete L.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui efek antiinflamasi topikal ektrak etanol daun Crescentia cujete L. terhadap jumlah neutrofil dan ekspresi siklooksigenase 2 pada mencit galur Swiss.

b. Mengetahui mekanisme aktifitas antiinflamasi ekstrak etanol daun

(32)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Crescentia cujete L.

Gambar 1. Tanaman dan Daun Crescentia cujete L.

1. Taksonomi tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Viridiplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Divisi : Tracheophyta

Sub Divisi : Spermatophytina

Classs : Magnoliopsida

Superorder : Asteranae

Ordo : Lamiales

(33)

Genus : Crescentia

Spesies : Crescentia cujete L. ( Anonim, 2015).

2. Sinonim

Calabash Ayale, Calabacero, Miracle fruit, Vilayati Bel, Beggars bowl

(Khan, 2015).

3. Nama daerah

Sumatera : Tabu kayu (Melayu)

Jawa : Berenuk (Jawa)

Sulawesi : Bila balanda (Makasar),

Maluku : Buah no (Ternate)

Indonesia : Majapait

(Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi, 2012).

4. Penyebaran

Crescentia cujete L. (Gambar 1.) merupakan tanaman yang banyak dijumpai di daerah tropis. Distribusikan secara luas di kawasan Karibia, Meksiko,

Utara dan Selatan Amerika, Asia, Malesia dan kemudian diperkenalkan ke Afrika,

dari Senegal ke Kamerun kemudian ke bagian lain dari Afrika. Pohon ini banyak

ditanam di bagian utara negara Nigeria (Ejelonu et al., 2011).

Tanaman ini merupakan jenis tanaman dikotil berbunga yang berasal

(34)

tempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1 – 1.400 m di atas

permukaan laut. Ditanam di tempat yang agak ternaung atau sedikit terlindungi

pun masih dapat juga berbunga dan berbuah. Untuk mendapatkan tanaman yang

sehat, media tanam atau lahan yang akan ditanami harus subur, gembur dan

drainase diatur dengan baik (Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan

Sulawesi, 2012).

5. Morfologi

Pohon majapait tumbuh hingga 6-10 m, daun hijau terang, panjang 5

sampai 15 cm dan lebar dan lebar 2,5-5,5 cm , bunganya mekar di malam hari,

berwarna kuning atau hijau dengan merah atau ungu urat, berbentuk cangkir, dan

muncul langsung dari cabang. Buah berbentuk bola (bulat) dengan diameter 12

cm sampai 30 cm, cangkang keras yang halus, mengkilat atau licin yang

menggantung tepat di bawah cabang-cabang. Kulit kayu hijau keras (BTFP,

2005).

Bunganya adalah bunga tunggal atau dalam berkas yang terdiri dari 2-3

bunga, yang muncul pada batang dan cabang, bertangkai, menggantung, panjang

lebih kurang 5 cm, berwarna kuning kehijau-hijauan dengan urat berwarna merah.

Kelopak bunga mula-mula menutup, kemudian terbelah berbentuk upih atau

berbentuk 2-3 taju yang sampai pangkal tidak beraturan, panjang lebih kurang 1

cm. Tabung mahkota bunga membengkok, berbentuk lonceng, berperut dengan

(35)

sisa-sisa benang sari yang ke-5. Buahnya berbentuk bola, tertekan sedikit, licin,

berwarna hijau mengkilat, kulit buah berkayu, keras, diameter 25 cm. Setiap buah

berbiji banyak, bentuk biji pipih, terdapat dalam daging buah yang lumat

(Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi, 2012).

6. Kegunaan

Semua bagian dari tanaman majapait dapat dimanfaatkan. Kayunya dapat

digunakan untuk kayu bakar, gagang perkakas, tulang rusuk di perahu, bangunan

dan belenggu ternak, dan labu untuk cangkir, tas dan alat musik. Buah dan

daunnya dilaporkan memiliki khasiat obat (Mahbub, 2011). Daun Crescentia cujete berkhasiat sebagai obat luka baru dan daging buahnya untuk urus-urus. Untuk obat luka baru dipakai sebanyak +10 gram daun Cresentia cujete, dicuci dan diturnbuk sampai halus, ditempelkan pada bagian yang luka dan dibalut

dengan kain bersih (Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi, 2012).

Penggunaan secara tradisional, daging buah majapait dapat digunakan

untuk masalah pernapasan seperti asma dan juga digunakan sebagai pencahar.

Kulit kayu digunakan untuk diare berlendir. Rebusan kulit kayu digunakan untuk

membersihkan luka dan ditumbuk daun digunakan sebagai tapal untuk sakit

kepala. Internal, daun digunakan sebagai diuretik dan juga digunakan untuk

mengobati hematoma dan tumor. Buah rebusan digunakan untuk mengobati diare,

sakit perut, dingin, bronkitis, batuk, asma, dan uretritis. Daun juga digunakan

(36)

7. Kandungan Kimia

Mahbub et al. (2011) melaporkan bahwa konstituen utama tanaman majapait terdiri atas tartaric acid, cianhidric, citric acid, crescentic acid, tannins, beta-sitosterol, estigmasterol, alpa and beta amirina, estearic acid, triacontanol, palmitic acid, flavonoids-quercetin, apigenin, naphthoquinones, iridoids glycosides, 3-hydroxybutanal glycosides. Senyawa naphtoquinones, iridoid glycosides, aucubin, plumieride,and asperuloside telah dilaporkan sebagai konstituen dari daun tanaman ini (Das et al., 2014).

Dalam penelitian yang dilakukan Das et al.(2014) juga melaporkan bahwa kandungan kimia dari ekstrak etanol daun majapait diidentifikasi berupa

steroids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides dan terpenoids. Mereka melaporkan bahwa semua fraksi dan ekstrak mentah etanol kulit dan daun

memiliki aktifitas antioksidan melalui tes DPPH, FRP dan TAC. Ejelonu et al.

(2011) melaporkan kandungan fitokimia buah majapait terdiri dari phenol, tannins, saponins, alkaloids, flavonoids, anthraquinone, cardenolides, phiobatannin. Senyawa flavonoid yang ditemukan dapat bertindak sebagai antioksidan dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan radikal bebas.

B. Metode Penyarian

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut

(37)

kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip

perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai

terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

(DepKes RI, 1986)

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan.

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan

larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel

dan di luar sel maka larutan terdekat didesak keluar (DitJen POM, 2000).

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75

bagian, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk

sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan

cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu

dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak

bercahaya, setelah dua hari lalu endapan dipisahkan (DepKes RI, 1986).

C. Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

(38)

16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –

1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm

tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak

mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Kulit tebal

terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong

(Perdanakusuma, 2007).

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan ransangan

luar (Tranggono, 2007). Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan fisik

atau mekanik (tarikan, gesekan,dan tekanan), gangguan kimia (zat-zat kimia yang

iritan), gangguan yang bersifat panas (radiasi,sinar ultraviolet) serta gangguan

infeksi luar dari bakteri atau jamur. Kulit juga menjalankan fungsi absorbsi,

termolegulasi, ekskresi, persepsi, pembentukan pigmen, keratinisasi, dan

pembentukan vitamin D (Djuanda, 2007).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis (Gambar 2.). Tidak ada

garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan

adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak Epidermis adalah

lapisan luar kulit, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Lapisan dermis adalah lapisan

dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini

mengandung pembuluh darah, akar rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak

(39)

nyeri, suhu, gatal, dan tekanan. Subkutis adalah lapisan di bawah dermis. Tidak

ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, Subkutis ditandai dengan

adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Perdanakusuma,

2007).

Gambar 2. Struktur anatomi kulit normal (Perdanakusuma, 2007) D. Inflamasi

1. Definisi Inflamasi

Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika

proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan,

elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada

tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme

perlindungan di mana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi

agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaaan

selama proses perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996).

Respon inflamasi sering dikategorikan sesuai dengan durasi, yaitu

(40)

terhadap trauma (cedera atau pembedahan) dengan durasi relatif singkat dari

hitungan menit sampai hari. Sedangkan inflamasi kronis mencerminkan respon

inflamasi yang berkelanjutan untuk kondisi jangka panjang dari hitungan hari

sampai tahun (Anonim, 2015).

Inflamasi akut memiliki durasi relatif singkat, yang berlangsung dari

menit sampai dengan hari, dan tergantung dari keparahan cedera yang terjadi.

Karakteristik utama dari peradangan akut adalah eksudasi cairan dan plasma

protein (edema) dan imigrasi leukosit (terutama neutrofil). Setelah respon

inflamasi akut mereda, monosit dan limfosit mendominasi di daerah cedera dan

menjadi ciri dari peradangan kronis. Monosit akan bermigrasi dari darah,

berdiferensiasi menjadi makrofag dalam jaringan di sisi implan. Makrofag ini

akan berfusi atau menyatu menjadi sel raksasa bersama benda asing. Makrofag

dan sel raksasa bersama benda asing yang menonjol pada antarmuka

jaringan/implan (Black and Hastings, 1998). Adapun karateristik biomaterial pada inflamasi akut dan kronis terhadap waktu dapat dilihat pada gambar 3.

(41)

2. Gejala

Inflamasi menghasilkan gejala-gejala berikut: (1) rasa sakit karena kerja

bahan sitotoksik yang dilepaskan dari elemen-elemen humoral, selular, dan

microbial pada ujung saraf; (2) pembengkakam disebabkan karena filtrasi

makromolekul dan cairan ke dalam jaringan yang terpegaruh; (3 dan 4)

kemerah-merahan dan panas, disebabkan karena vasodilatasi pembuluh-pembuluh dan

aliran darah ke jaringan yang terpengaruh; dan (5) gangguan fungsi, disebabkan

oleh perubahan pada Jaringan yang terpengaruh (Wilmana, 1995).

3. Mekanisme inflamasi

Ketika jaringan terluka, kehadiran infeksi atau kerusakan akan dirasakan

oleh sel tubuh, terutama makrofag termasuk juga sel-sel dendritik, sel mast, dan

sel lainnya. Sel-sel ini mensekresikan molekul (sitokin dan mediator) yang

menginduksi dan mengatur respon inflamasi selanjutnya. Jalur metabolisme

arakidonat bertanggung jawab dalam kegiatan enzimatik untuk menghasilkan

metabolit yang bertindak sebagai mediator dari banyak sisi penting dari proses

inflamasi. Mediator-mediator ini yang menyebabkan vasodilatasi, emigrasi

neutrofil, kemotaksis, dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah (Mansjoer,

1999).

Asam arakidonat dilepaskan dari fosfolipid di membran sel untuk

menanggapi rangsangan, baik mekanik ataupun kimia. Pelepasan asam arakidonat

oleh fosfolipase memulai serangkaian reaksi kompleks yang menyebabkan

produksi dari keluarga eicosanoid sebagai mediator inflamasi (prostaglandin,

(42)

dua jalur yaitu: jalur siklooksigenase, yang berpuncak pada sintesis tromboksan

A2, prostacylin (PGI2) dan prostaglandin (PGF). Dan jalur lipoksigenase, yang

memuncak pada sintesis leukortrienes (LTs) dan lipoxins (LX) (Williams and

Wilkins, 2011).

Siklooksigenase merupakan asam lemak (COX-1 dan COX-2), yang

mengaktifkan arakidonat untuk membentuk prostaglandin endoperoxide (PGG2),

PGG2 secara enzimatis diubah menjadi PGH2 dan dengan bantuan oksigen radikal,

PGH2 selanjutnya membentukan 3 metabolit sebagai berikut:

a) Prostaglandin (PGD2, PGE2 dan PGF2-α). PGD2 dan PGE2 menyebabkan

peningkatan permeabilitas vanular, vasodilatasi dan bronkodilatasi dan

menghambat fungsi sel inflamasi. PGF2-α menginduksi vasodilatasi dan

bronkodilatasi

b) Tromboksan A2 (TXA2), dibentuk aktif dalam agregasi plateletyang

menginduksi vasokonstriksi. Trombosit hanya mengepresikan COX-1, sehingga

Laufer (2003) menegaskan bahwa TXA2 hanya dapat dibentuk oleh COX-1

c) Prostasiklin (PGI2), PGI2 menginduksi vasodilatasi dan bronkodilatasi dan

menghambat agregasi platelet

(Mohan, 2011).

Enzim lipooksigenase merupakan enzim yang dominan di neutrofil, yang

(43)

hydroperoxy (5-HPETE) yang diperoksidasi lebih lanjut membentuk 2 metabolit, yaitu:

a) Leukotrien (LT), leukotrien A4 (LT4) merupakan hasil enzimatik dari

5-HPETE untuk membentuk LTB4 (Kemotaktik untuk sel fagosit dan merangsang

sel fagositik adhereence) dan LTC4, LTD4 dan LTE4 yang menyebabkan

vasokonstriksi, bronkokonstriksi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah

b) Lipoxins (LX), merupakan mediator antiinflamsi hasil derivat dari leukotrien

(LT4) yang menghambat kemotaksis neutrofil dan adhesi ke endotelium dan

dengan demikian berfungsi sebagai antagonis endogenenous leukotrien.

Trombosit tidak dapat mensintesis LXA4 dan LXB4 tetapi mereka dapat

membentuk mediator ini dari intermediet LTA4 yang berasal dari neutrofil yang

berdekatan, oleh jalur biosintesis transelular

(Mohan, 2011).

E. Antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi non-steroid, atau NSAID (Nonsteroidal

antiinflammatory drugs) merupakan obat-obat yang menghambat sintesa

prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi

terutama dipakai sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri

(Kee dan Hayes, 1994). Mekanisme utama untuk efek mereka adalah

penghambatan ekspresi protein yang disebut siklooksigenase. Protein COX

mengkatalisis pembentukan prostanoids (termasuk PG, Prostacyclins, dan

(44)

sintesis prostanoids akan berhenti sehinggaakan mengurangi peradangan. NSAID

selektivitas akan menghambat salah satu dari dua isoform COX, COX -1 dan

COX-2 sedangkan NSAID non-selektif akan menghambat COX-1 dan COX-2

(Porth, 2011). Adapun metabolisme asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase

dan lipoksigenase dan tempat aksi kerja obat kortikosteroid dan obat-obat

antiinflamasi non-steroid dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4.` Metabolit Asam arakidonat melalui jalur siklooksigen dan jalur lipoxygenase serta target dari obat antiinflamasi (Porth, 2011).

Kortikosteroid menghambat aktifitas fosfolipase A2, yang mengurangi

pelepasan asam arakidonat. Dengan demikian, kortikosteroid akan menghambat

pembentukan prostaglandin, tromboksan dan leukotrien. Steroid anti-inflamasi

menghambat fosfolipase A2 secara tidak langsung dengan pelepasan protein

penghambatan, yaitu lipocortin-1. Protein ini merupakan anggota dari superfamili

(45)

lipocortin-1 ini akan mencegah pelepasan eikosanoid dari paru-paru dan

merupakan agen anti-inflamasi yang kuat (Vane, 1996).

F. Sistem Imun

Sistem imun merupakan suatu sistem pertahanan tubuh manusia melalui

interaksi yang kompleks pada tingkat molekul, sel, dan jaringan baik lokal dan

sistemik. Sistem imun hanya dapat diaktifkan oleh antigen, baik molekul dan

ataupun organisme, sehingga menimbulkan respon imun. Sistem imun terdiri atas

sistem imun alamiah atau non-spesifik (natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired) (Bhagavan, 2011).

Sistem imun non-spesifik (sudah ada sejak lahir) merupakan suatu respon

cepat yang efektif terhadap serangan patogen dan zat asing. Respon imun yang

diperlihatkan selalu respon yang sama. Mekanisme sistem imun non-spesifik bisa

melalaui fagositosis yang menyerang partikel asing oleh sel-sel sistem kekebalan

tubuh (makrofag dan granulosit) dan inflamasi yang berkerja untuk memulihkan

jaringan yang rusak yang ditandai dengan peningkatan aliran darah, peningkatan

permeabilitas kapiler, dan melarikan diri dari cairan dan sel-sel dari kapiler

membesar ke dalam ruang jaringan (Kent, 2000).

Sistem imun spesifik meliputi sel dan protein dalam darah dan getah

bening yang menyerang, menghancurkan, dan mengeluarkan dari tubuh. Respon

yang ditimbulkan terbilang lambat dan hanya efektif melawan patogen yang

spesifik. Respon yang cepat bila terjadi infeksi berulang dengan patogen yang

(46)

Neutrofil adalah sel fagosit yang menjaga kulit dan selaput lendir.

Fungsinya melindungi terhadap antigen yang dirasakan, bermigrasi pada tempat

infeksi serta menghancurkan antigennya. Neutrofil beredar dalam darah selama

sekitar 6-10 jam tapi bisa tetap dalam jaringan dalam keadaan tidak aktif selama

2-6 hari. Migrasi neutrofil dalam inflamasi akut disertai dengan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah (Bhagavan, 2011).

G. Flavonoid

Senyawa flavonoid merupakan senyawa polifenol yang mempunyai 15

atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6. Kerangka flavonoid

terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah

berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini

dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Redha,

2010). Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar

molekul flavonoid dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Konfigurasi C6-C3-C6 flavonoid (Redha, 2010)

Senyawa flavonoid adalah senyawa fenol terbesar yang terdapat pada

semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga,

buah, dan biji. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,ungu, dan biru

(47)

dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan dan mempunyai bioktifitas

sebagai obat. Manfaat flavonoids antara lain adalaha untuk melindungi stuktur sel,

meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan

sebagai antibiotik (Rathee, 2009).

Jaringan dan sel didalam tubuh akan mengalami kerusakan yang

disebabkan oleh radikal bebas dari aktifitas RSO (reactive oxygen species) yang dihasilkan dari proses metabolisme oksigen sel radang. Meningkatnya produksi

ROS dapat memicu kerusakan pada jaringan sehingga akan memperparah proses

inflamasi. Senyawa flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan dengan cara

mengikat berbagai macam radikal bebas sehingga mencegah kerusakan jaringan

yang semakin parah (Gomes, 2008).

Mekanisme lain flavonoid dalam menghambat terjadinya radang yaitu

melalui dua cara, yang pertama menghambat pelepasan asam arakidonat dan

sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endotelial, dan yang kedua

menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses radang. Terhambatnya

pelepasan asam arakidonat dari sel radang akan menyebabkan kurang tersedianya

substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase, yang pada

akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida,

tromboksan di satu sisi dan asam hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat,

leukotrien di sisi lainnya (Rahayu, 2009).

H. Hematoksilin dan Eosin

Pewarnaan hematoksilin dan eosin merupakan metode pewarnaan yang

(48)

diagnosa medis dan penelitian. Jaringan yang diwarnai dengan hematoksilin dan

eosin akan menunjukkan sitoplasma berwarna merah jambu-jingga dan nukleus

berwarna gelap, biru atau ungu. Hematoksilin merupakan ekstrak dari pohon

logwood (Haematoxylum campechianum) yang digunakan sebagai bahan pewarna pada pewarnaan histoteknik (Junquera, 2007).

Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai

unsur basofilik jaringan. Produk oksidasi hematoksilin berupa hematin bertindak

sebagai bahan aktif dalam larutan pewarnaan. Hematin akan membentuk

kompleks berwarna sangat kuat dengan ion logam tertentu, yang paling menonjol

adalah garam Fe (III) dan Al (III). Kompleks logam-haematein digunakan untuk

mewarnai inti sel sebelum diperiksa di bawah mikroskop. Hematoksilin menandai

inti dan struktur asam lainnya dari sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA

dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Eosin yang bersifat asam akan mewarnai

komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris dan kolagen.

Tidak seperti hematoksilin, eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi

warna merah muda (IHC World, 2015).

I. Imunohistokimia

Imunohistokimia merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi

adanya protein atau antigen tertentu dalam sel menggunakan antibodi spesifik

(IHC, 2015). Imunohistokimia menggabungkan teknik anatomi, imunologi dan

biokimia yang memungkinkan untuk memvisualisasikan distribusi dan lokalisasi

komponen seluler tertentu dalam sel dan dalam jaringan yang tepat sehingga dapat

(49)

Tahapan metode imunohistokimia terdiri atas empat tahap yaitu (1)

penanaman sel, (2) fiksasi dan perwarnaan dengan antibodi, (3) visualisasi sel

dengan mikroskop, dan (4) analisis ekspresi protein yang telah divisualisasikan.

Tahapan fiksasi menggunakan pelarut organik seperti alkohol dan aseton untuk

melepaskan lipid, mendehifrasi sel,dan mengendapkan protein (The Human Protein Atlas, 2015). Sel yang mengekspresikan protein tertentu akan memberikan warna coklat/gelap, sedangkan sel yang tidak mengekspreiskan

protein memberikan warna ungu/biru. Sel yang mengekspresikan protein tertentu

dari keseluruhan sel dinyatakan dalam satuan persen (%) (Ikawati, 2006).

J. Karagenin

Iritan yang digunakan untuk pengujian efek antiinflamasi beraga

jenisnya, satu diantaranya adalah karagenin. Karagenin merupakan polisakarida

hasil ekstraksi rumput laut dari famili Eucheuma, Chondrus, dan Gigartina.

Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang

berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak 24 berbau, serta memberi rasa

berlendir di lidah. Karagenin juga memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80ºC

(Rowe et all., 2009).

Karagenan terdiri dari tiga tipe, yaitu kappa ( ), lambda (α), dan iota ( ),

yang diekstrak dari rumput laut merah. Mereka terutama diambil dari spesies

Gigartina dan Chondrus crispus, yang menghasilkan tipe kappa dan labda dan spesies Eucheuma cottonii dan spinosum, yang menghasilkan kappa dan iota jenis. Setiap jenis karagenan memiliki karakteristik tersendiri, meliputi kekuatan gel,

(50)

Karagenin berperan dalam pembentukan edema dalam model inflamasi

akut. Karagenin dipilih karena dapat menstimulasi pelepasan prostaglandin

setelah disuntikkan ke hewan uji. Oleh karena itu, karagenin dapat digunakan

sebagai iritan dalam metode uji yang bertujuan untuk mencari obat-obat

antiinflamasi, tepatnya yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin

(Winter et all., 1962).

K. Hidrokortison

Hidrokortison merupankan anti inflamasi steroid yang secara dramatis

menurunkan manifetasi dari inflamasi. Hidrokortison menghambat manifestasi

awan dan akhir inflamasi,yaitu tidak hanya tanda-tanda radang (kemerahan,

panas, sakit, edema, dan gangguan fungsi), tetapi juga stadium lebih lanjut

penyembuhan luka dan perbaikan dan reaksi proliferasi yang terlihat pada

inflamasi kronis. Hidrokortison mempengaruhi semua tipe reaksi inflamasi yang

disebabkan baik oleh invasi patogen, rangsangan kimia atau fisik, ataupun oleh

respon immun yang tidak tepat seperti terlihat pada hipersensitivitas atau

penyakit autoimmun (Tjay, 2007).

L. Landasan Teori

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh

cedera atau kerusakan jaringan. Respon yang muncul meliputi rubor (kemerahan),

kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakan). Penyebab inflamasi

antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia, dan pengaruh fisika.

(51)

darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat

cedera jaringan atau infeksi. Metabolisme asam arakidonat bertangung jawab

sebagai substrat utama dalam produksi mediator-mediator inflamasi.

Prostaglandin dan tromboksan dihasilkan melalui jalur siklooksgenase.

Leukotriene, lipoksin, dan komponen penginduksi inflamasi lainnya dihasilkan

melalui jalur lipooksigenase.

Aktivitas protein siklooksigenase (COX) bertanggung jawab untuk

pengeluaran produksi prostaglandin (PG) yang tinggi selama proses inflamasi dan

respon imum melalui metabolisme asam arakidonat. Respon imun berupa migrasi

sel neotrofil ke daerah inflamasi merupakan fase seluler awal proses inflamasi.

Penurunan jumlah sel neutrofil yang secara langsung menghambat pelepasan

asam arakidonat yang menyebabkan kurang tersedianya substart arakidonat bagi

jalur siklooksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin.

Tanaman majapait merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek

terapetik dengan kandungan kimia didalamnya teriidentifikasi berupa steroids, flavonoids, saponins, tannins, glycosides dan terpenoids. Pendekatan penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan Das et al. (2014) yang melaporkan

bahwa ekstrak etanol daun majapait pada konsentrasi 100 g/ml menunjukan

(52)

pemberian ekstrak daun majapait secara in-vitro, diduga juga akan memperlihatkan adanya efek antiinflamasi apabila diberikan secara topikal.

Kandungan flavonoid pada daun majapait diduga bertanggung jawab

dalam memberi efek antiinflamasi. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan

dengan cara mengikat berbagai macam radikal bebas sehingga mencegah

kerusakan jaringan yang semakin parah akibat aktifitas radikal bebas dari RSO

yang dihasilkan dari proses metabolisme oksigen sel radang. Flavonoid juga

menghambat pelepasan asam arakidonat dari sel radang sehingga menyebabkan

berkurangnya ketersedian substrat arakidonat, baik jalur siklooksigenase dan jalur

lipooksigenase, untuk membentuk mediator inflamasi.

Sel neutrofil dan protein COX-2 dalam proses inflamasi, keduanya

merupakan target molekuler dalam skrining senyawa dari bahan alam yang

berperan sebagai agen antiinflamasi. Pengujian terhadap efek antiinflamasi

ekstrak etanol daun majapait dilakukan melalui pengamatan histopatologis

jaringan kulit punggung mencit yang diinduksi karagenin 3%. Migrasi sel

neutrofil dapat dideteksi dengan menggunakan metode pengecatan hematoksilin

dan eosin (HE) untuk melihat penghambatan migrasi sel neutrofil. Pengukuran

ekspresi protein COX-2 dapat dilakukan dengan imunohistokimia dengan antibodi

anti-COX-2 untuk melihat penekanan ekspresi COX-2.

M. Hipotesis

Ekstrak etanol daun Crescentia cujete L. memberikan efek antiinflamasi topikal dengan berkurangnya migrasi sel neutrofil dan penekanan ekspresi COX-2

(53)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada mencit betina galur Swiss diinduksi karagenan merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap

pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definifi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak etanol daun majapait.

2) Variabel tergantung :

a) Jumlah sel-sel neutrofil yang bermigrasi

b) Penekanan ekspresi siklooksigenase-2 didaerah subkutan.

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

a) Subyek uji : Mencit betina galur Swiss

b) Umur : 6 – 8 minggu (2-3 bulan)

c) Berat badan : 20-30 gram

d) Keadaan subyek : Sehat

2) Variabel pengacau tidak terkendali : kondisi patofisiologis mencit

(54)

2. Definisis oprasional

a. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai respon

normal terhadap trauma fisik, zat kimia berbahaya atau agen

mikrobiologi. Adapun respon yang umumnya muncul meliputi rubor

(kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan).

b. Migrasi Neutrofil merupakan sel leukosit yang bermigrasi dari pembuluh

darah ke daerah subkutan (punggung mencit) dalam 3 bentuk berbeda

yaitu, berinti satu, berinti dua dan beriti ladam kuda pada pengukuran 24

jam setelah diinjeksikan karagenin 3%.

c. Ekspresi COX-2 merupakan ekspresi COX-2 oleh sel neutrofil yang

berwarna coklat/gelap pada daerah subkutan jaringan kulit mencit selama

pengukuran 24 jam setelah diinjeksikan karagenin 3%.

d. Daun Crescentia cujete yang digunakan merupakan daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang

kecil yang didapat dari tanaman milik warga di Jl. Garuda, No. 168,

Pringwulung, Yogyakarta.

e. Ekstrak etanol daun Crescentia cujete merupakan hasil ekstraksi simplisia daun Crescentia cujete seberat 15 gram yang dimaserasi pada 100 mL etanol 70% selama dua hari. Kemudian diremaserasi dalam

jumlah pelarut yang sama selama satu hari, disaring dengan kertas saring,

dan dipekatkan pada waterbath hingga menjadi ekstrak kental.

(55)

dengan satuan b/b. Konsentrasi ekstrak kental daun Crescentia cujete

yang digunakan adalah 1,67; 2,5; dan 3,75 %.

g. Efek antiinflamasi ekstrak etanol daun Crescentia cujete adalah kemampuan ekstrak etanol daun Crescentia cujete untuk mengurangi migrasi sel-sel neutrofil dan penekanan ekspresi COX-2 pada daerah

subkutan secara mikroskopik pada pengukuran 24 jam setelah injeksi

karagenin 3 %.

h. Injeksi subkutan merupakan injeksi yang dilakukan pada jaringan di

bawah kulit pada punggung mencit yang sudah dicukur rambutnya

terlebih dahulu.

i. Pemberian topikal ekstrak daun Crescentia cujete dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan sebanyak 0,1 gram yang menutupi area seluas 2,25

cm2 (1,5 cm x 1,5 cm) pada kulit punggung kulit mencit yang telah

diinduksi karagenin 3% secara subkutan.

C. Bahan penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Hewan uji pada penelitian ini mengunakan mencit betina galur Swiss yang

berumur sekitar 6 – 8 minggu (2-3 bulan) dengan bobot sekitar 20- 30 gram

dalam kondisi yang sehat yang diperoleh dari Laboratorium Imuno

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Prosedur penelitian ini telah

(56)

Medicine dan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)

dengan nomor KE/61/05/2015.

2. Bahan uji daun majapait diperoleh dari tanaman milik warga di Jl. Garuda,

No. 168, Pringwulung, Yogyakarta.

3. Karagenin tipe I (Sigma Chemical co.) sebagai inflamatogen diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Falkutas Farmasi Universitas

Islam Indonesia, Yogyakarta.

4. Etanol 70% diperoleh dari PT. Brataco di Jl. Letjend Suprapto No. 70,

Ngampilan, Yogyakarta

5. NaCl 0,9% teknis sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek K-24

Yogyakarta.

6. Akuades diperoleh dari PT. Brataco di Jl. Letjend Suprapto No. 70,

Ngampilan, Yogyakarta.

7. Biocream® diperoleh dari Apotek K-24 Yogyakarta, Depok, Sleman,

Yogyakarta.

8. Hidrokortison cream sebagai control positif mengandung Hidrokortison

Asetat 2.5% diproduksi oleh Galenium, diperoleh dari dari Apotek K-24

Yogyakarta, Depok, Sleman, Yogyakarta.

9. Veet® sebagai perontok bulu diproduksi oleh Reckitt Benckiser, diperoleh

dari Alfamart Paingan Sleman.

D. Alat atau Instrument Penelitian

(57)

1. Alat Ekstraksi

a) Oven

b) Mesin Penyerbuk

c) Ayakan no. 40

d) Alat-alat Gelas ( Labu ukur, gelas beker, erlemeyer, gelas ukur, cawan

porselen, pipet tetes, batang pengaduk dan gelas arloji)

2. Alat induksi dan pengukuran edema kulit punggung mencit dan lain-lain

a) Neraca analitik

b) Gunting

c) Gelas arloji

d) Stopwatch

e) Spuit injeksi 1 mL

f) Stopwatch

g) Mikroskop cahaya Olympus CX21 h) Jangka sorong digital

i) Mortir dan Stamper

3. Alat dan bahan yang digunakan pemotongan organ kulit

a) Formalin 10%

b) Karton

c) Gunting bedah

d) Container

e) Pinset

(58)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman Crescentia cujete dengan cara mencocokkan ciri-ciri makroskopik yang terdapat pada tanaman yang dilakukan secara benar

menurut Steenis (1992) di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Pengumpulan Bahan

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Daun Crescentia cujete didapat dari warga di Jl. Garuda, No. 168, Pringwulung, Yogyakarta dan dipanen serta

dikumpulkan. Daun yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau, segar,

tidak berlubang dan tidak terdapat kotoran binatang.

3. Pembuatan Simplisia

Pembuatan simplisia daun Crescentia cujete diawali dengan mencuci bersih daun majapait yang telah dipanen menggunakan air mengalir dan

ditiriskan untuk meniadakan airnya. Kemudian dikeringkan kembali

menggunakan oven pada suhu 30-45 derajat celcius hingga benar-benar

kering ditandai dengan warna daun hijau kecoklatan dan mudah dihancurkan.

Selanjutnya daun diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk yang diperoleh

diayak menggunakan ayakan nomor 40.

4. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Crescentia cujete

Gambar

Tabel I. Hasil rerata jumlah sel neutrofil pada setiap kelompok
Gambar 1. Tanaman dan Daun Crescentia cujete L.
Gambar 2. Struktur anatomi kulit normal (Perdanakusuma, 2007)
Gambar 3. Karateristik biomaterial pada inflamasi akut dan kronis (Black and Hastings, 1998)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tri wardhana Kesuma : Uji Efek Antiinflamasi Sediaan Topikal Ekstrak Etanol Dan Etil Asetat Rimpang Tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Mencit, 2009. Dasar salep

Pada penelitian yang dilakukan penulis, ekstrak buah lada hitam menunjukkan adanya efek antiinflamasi yang dibuktikan dengan penurunan tebal lipat kulit punggung mencit

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Tween-60 sebagai enhancer dalam sediaan patch topikal antiinflamasi ekstrak etanol kencur terhadap jumlah makrofag

“ Efektivitas Enhancer Menthol Dalam Patch Topikal Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kencur ( Kaemferia Galanga L.) Terhadap Jumlah Makrofag Pada Mencit ” dapat

Telah dilakukan penelitian uji efek antidiare ekstrak etanol daun salam terhadap mencit dengan induksi oleum ricini, yang bertujuan untuk mengetahui efek dan konsentrasi

Efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L.) ditentukan dengan mengukur penurunan volume edema kaki mencit (Mus musculus) jantan yang telah

Skripsi yang berjudul “ Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen ( Muntingia calabura L.) Terhadap Mencit ( Mus musculus ) Sebagai Antiinflamasi ” yang disusun oleh Wahyuni

Oleh karena itu perlu dilakukan agar dapat mengetahui efek ekstrak etanol daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) sebagai antiinflamasi pada tikus putih yang