UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TOPIKAL PADA EDEMA PUNGGUNG MENCIT BETINA
GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Yohanes Ivan Kristian Santoso
NIM : 108114154
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum
basilicum L.) TOPIKAL PADA EDEMA PUNGGUNG MENCIT BETINA GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Yohanes Ivan Kristian Santoso
NIM : 108114154
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“I can do all things through HIM who
strengthens me.” (Philippians 4:13)
YESHUA loves me,
HE will stay close beside me all the way
If I love HIM, when I die
HE will take me home on high
Dedicated to :
The one and only, Yeshua Hamasiach,
AiKei, Happy Line Tree, iPine Family, all ma bros,
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
hal yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Topikal pada Edema Punggung Mencit Betina Galur Swiss Terinduksi
Karagenin”.
Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi di Universitas Sanata
Dharma.
Proses penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu drh. Sitarina Widyarini MP, PhD selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membantu penulisan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membantu penulisan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
4. Dosen, Kepala Laboratorium, serta Laboran Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah membimbing dan membantu penulis selama studi.
5. Happy Line Tree (Milka, Cha-cha, Jopie, Upit, Retta), Fani, koh Benny, koh
Adi, jie Yovita, dan kedua orang yang memberi warna dalam hidup (Filbert
x
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...17
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...17
1. Variabel penelitian...17
2. Definisi operasional...18
C. Bahan Penelitian...19
D. Alat Penelitian...20
1. Alat pembuat ekstrak kental...20
xi
E. Tata Cara Penelitian...21
1. Determinasi tanaman...21
2. Pengumpulan bahan...21
3. Pembuatan simplisia...21
4. Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi...21
5. Penyiapan hewan uji...22
6. Pembuatan larutan karagenin...22
7. Orientasi pemberian karagenin...23
8. Pengujian ekstrak etanol daun kemangi...23
F. Tata Cara Analisis Hasil...24
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN...25
A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Kemangi...25
B. Orientasi Konsentrasi Pemberian Karagenin...26
C. Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Kemangi...27
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN...34
A. Kesimpulan...34
B. Saran...34
DAFTAR PUSTAKA...36
LAMPIRAN...38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Kulit Normal...8
Gambar 2. Skema Penghantaran Berbagai Jenis Obat Secara Topikal...9
Gambar 3. Berbagai Macam Mekanisme Aksi Flavonoid Sebagai Antioksidan dan Antiinflamasi...14
Gambar 4. Selisih Tebal Lipat Kulit Dari Berbagai Konsentrasi Karagenin...27
Gambar 5. Grafik Penurunan Edema Punggung Mencit Terinduksi Karagenin dan Diberi Ekstrak Etanol Daun Kemangi Dari Berbagai Konsentrasi...28
Gambar 6. Diagram Rata-rata AUC Total Dari Berbagai Kelompok Perlakuan...32
Gambar 7. Diagram Nilai %PI Dari Berbagai Kelompok Perlakuan...33
Gambar 8. Struktur Kulit...49
Gambar 9. Tanaman Kemangi...50
Gambar 10. Daun Kemangi Kering...50
Gambar 11. Maserasi Daun Kemangi...50
Gambar 12. Ekstrak Kental Daun Kemangi...50
Gambar 13. Biocream®...51
Gambar 14. Calacort®...51
Gambar 15. Spuit Injeksi...51
Gambar 16. Mencit Betina...51
Gambar 17. Punggung Mencit yang Telah Dicukur Bulunya...52
xiii
Gambar 19. Pengambilan Sampel Kulit...52
Gambar 20. Sampel Kulit...52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Nilai Rata-rata AUC Total dan Hasil Uji Scheffe Masing-
masing Kelompok Perlakuan...30
Tabel II. Nilai %PI dan Hasil Uji Scheffe Masing-masing
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Perhitungan Statistik...39
Lampiran 2. Gambar Struktur Kulit Dengan Pengecatan HE dan Perbesaran200x...49
Lampiran 3. Tanaman Kemangi dan Ekstrak...50
Lampiran 4. Alat dan Bahan...51
Lampiran 5. Cara Kerja...52
Lampiran 6. Ethical Clearance...54
xvi
INTISARI
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya gangguan atau kerusakan di dalam jaringan. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, senyawa flavonoid terkandung dalam daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dapat berperan sebagai antiinflamasi. Peneltian ini bertujuan untuk menguji adanya aktivitas antiinflamasi topikal, dan mengukur seberapa besar efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi terhadap kulit punggung mencit betina galur Swiss.
Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss berumur 2-3 bulan, bobot 20-25 gram. Dalam penelitian ini terdapat 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 1,5%; kelompok kontrol Biocream®; kelompok kontrol positif Calacort®; kelompok ekstrak etanol daun kemangi 1,67%; 2,5%; dan 3,75%. Senyawa uji dioleskan setelah injeksi karagenin diberikan. Tebal kulit punggung mencit diukur menggunakan jangka sorong setiap satu jam selama enam jam. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk
kemudian dilanjutkan dengan One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan uji Scheffe.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi terhadap edema kulit punggung yang terinduksi karagenin.
xvii antiinflamation activity from kemangi leaf ethanolic extract against the backside skin of female Swiss strain mice.
This study is a pure experimental with randomized one-way pattern design. The tested subject that used is female Swiss stranded mice that 2-3 months old and it has 20-25 grams of weight. In this study, there are 6 intervention group, 1.5% carageenan negative control group; Biocream® control group; Calacort® positive control group; 1.67; 2.5; and 3.75% ethanolic extract kemangie leaf groups. The tested substance will be smeared after the carrageenan injection was given. The mice backside skinfold measured using a digital caliper every one hour for six hours respectively. These data were analyzed using Shapiro-Wilk test and then continued with One-Way ANOVA with 95% of confidence level and Scheffe test.
The result of this study showed that ethanolic extract of kemangie leaf
doesn’t have any antiinflammation effect againts to carrageenan induced oedema
of mice backside skin.
1
BAB 1
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi adalah suatu respon proteksi dari tubuh untuk mengeliminasi
benda asing yang menyebabkan kerusakan sel dan sel-sel atau jaringan yang telah
rusak. Tanda-tanda terjadinya inflamasi ada lima, yaitu panas, merah, bengkak,
nyeri, dan kehilangan fungsi (Weller, 1997). Radikal bebas juga berperan dalam
memicu keluarnya mediator inflamasi dari dalam sel, sehingga proses inflamasi
dapat terjadi. Tanda-tanda inflamasi biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman,
sehingga penderita menggunakan obat antiinflamasi baik secara oral maupun
topikal sesuai dengan kebutuhannya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman
tersebut.
Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan
kortikosteroid dan antiinflamasi non-steroid. Antiinflamasi non-steroid lebih
banyak digunakan dalam pengobatan inflamasi daripada kortikosteroid karena
obat antiinflamasi non-steroid memiliki risiko efek samping yang lebih kecil
dibandingkan dengan kortikosteroid (Tjay dan Rahardja, 2002). Sediaan obat
antiinflamasi yang paling sering digunakan adalah sediaan oral dan topikal.
Sediaan topikal digunakan untuk memberikan efek obat pada daerah tertentu saja
dan tidak memberikan efek sistemik seperti sediaan oral.
Kemangi (Ocimum basilicum L.) digunakan oleh masyarakat dalam
berbagai jenis masakan dan sebagai pelengkap makanan (lalapan). Kandungan
terpenoid, dan senyawa fenolik, namun tidak ditemukan senyawa steroid pada
daun kemangi (Ramesh dan Satakopan, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Kaurinovic, Popovic, Vlaisavljevic, dan
Trivic pada tahun 2011 menunjukkan senyawa fenolik dan flavonoid pada
Ocimum basilicum L. lebih banyak terkandung pada ekstrak air dibandingkan
dengan pelarut lainnya yang bersifat lebih non-polar. Penelitian Ramesh dan
Satakopan pada tahun 2010 juga menunjukan bahwa flavonoid dan senyawa
fenolik banyak terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi dan terbukti
sebagai antioksidan yang kuat, sehingga pemilihan pelarut yang cenderung polar
menjadi pilihan peneliti.
Pelepasan mediator inflamasi juga dipicu oleh radikal bebas. Adanya
kandungan flavonoid sebagai antioksidan pada ekstrak etanol dan ekstrak air daun
kemangi diduga juga memiliki aktivitas antiinflamasi. Model percobaan edema
kaki tikus dan luka insisi kulit punggung kelinci telah dilakukan sebelumnya
untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol daun
kemangi secara topikal pada punggung mencit yang terinduksi karagenin.
1. Rumusan masalah
Apakah ekstrak etanol daun kemangi memiliki efek antiinflamasi pada edema
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai kemangi yang pernah dilakukan antara lain :
a. Penelitian Ramdani, Mambo, dan Wuisan (2014) menunjukkan bahwa
daun kemangi mempercepat penyembuhan luka insisi kulit punggung
kelinci.
b. Penelitian Kaurinovic, Popovic, Vlaisavljevic, dan Trivic (2011)
menunjukan bahwa ekstrak air daun kemangi memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat.
c. Penelitian Ramesh dan Satakopan (2010) menunjukkan bahwa adanya
aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun kemangi.
d. Penelitian Haryanti dan Katno (2011) menunjukkan bahwa daun kemangi
memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan dan menginduksi
kematian sel WiDr dan berpotensi sebagai agen kemopreventif.
Sepanjang penelusuran penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi ekstrak
etanol daun kemangi secara topikal pada edema kulit punggung mencit
terinduksi karagenin belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang efek
antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi pada edema kulit
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek
antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi dan nantinya dapat
diterapkan sebagai pilihan alternatif dalam pengobatan inflamasi secara
topikal.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa ekstrak etanol
daun kemangi memiliki aktivitas antiinflamasi secara topikal.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi dari
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi adalah salah satu bentuk respon dari tubuh terhadap suatu infeksi.
Adanya ikatan antara antigen dengan antibodi, menimbulkan pelepasan mediator
inflamasi dan kerusakan jaringan (Rhen dan Cidlowski, 2005).
Gejala yang ditimbulkan oleh inflamasi adalah kemerahan (rubor),
pembengkakan (edema), panas (kolor), nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (fuctio
laesa) (Kee, 1996).
2. Klasifikasi inflamasi
Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut
merupakan respon cepat terhadap kerusakan sel yang berlangsung cepat dalam
beberapa jam hingga hari. Inflamasi akut dapat dipacu oleh beberapa penyebab
seperti terpapar bahan kimia berbahaya, infeksi dan alergi. Manifestasi lokal dari
inflamasi akut adalah hasil dari perubahan vaskular yang berhubungan dengan
proses inflamasi, termasuk vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Manifestasi sistemik dari inflamasi akut berupa demam dan peningkatan sirkulasi
leukosit dan protein plasma (McCane, 2008).
Inflamasi kronis merupakan lanjutan dari inflamasi akut yang terjadi
selama 2 minggu atau lebih. Inflamasi kronis dikarakteristikkan dengan
3. Mekanisme
Inflamasi diawali dari rusaknya membran sel secara mekanis, fisik,
maupun kimia dan menyebabkan teraktivasinya enzim fosfolipase yang mengubah
fosfolipid pada membran sel menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rhardja, 2002).
Kejadian vaskuler melibatkan beberapa mediator dan sel inflamasi. Hal
tersebut diawali dengan dilatasi pada artiola-artiola kecil yang menyebabkan
meningkatnya aliran darah menuju daerah yang mengalami gangguan.
Vasodilatasi terjadi karena terlepasnya mediator inflamasi seperti prostaglandin
E1 dan I2 serta histamin akibat dari interaksi antara jaringan dengan
mikroorganisme. Kemudian diikuti dengan peningkatan permeabilitas pembuluh
kapiler yang menyebabkan eksudasi cairan. (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2007).
Senyawa yang berperan dalam pelepasan mediator inflamasi adalah asam
arakidonat. Asam arakidonat merupakan substrat utama pada jalur
siklooksigenase maupun jalur lipooksigenase. Jalur siklooksigenase (COX) terdiri
dari dua, yaitu COX-1 dan COX-2, yang mengawali biosintesis prostaglandin dan
tromboksan. Jalur lipooksigenase akan mengawali sintesis leukotrien, lipoksin dan
komponen penyebab inflamasi lainnya (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2007).
B. Karagenin
Karagenin adalah suatu turunan dari polisakarida yang di dalam tubuh
dikenali sebagai suatu benda asing yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi
melalui berbagai macam mekanisme. Pada jaringan ikat, fosfolipid membran sel
dibantu dengan enzim fosfolipase A2 yang nantinya akan menghasilkan berbagai
macam mediator-mediator inflamasi dengan bantuan dari Reactive Oxygen
Species (ROS) (Walidah, 2014).
Pelepasan mediator inflamasi akibat karagenin akan menyebabkan
terjadinya edema yang dapat bertahan hingga 6 jam dan akan berkurang dalam
waktu 24 jam setelah injeksi (Handayani, 2008).
Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenin merupakan
pilihan metode yang sederhana, sering digunakan, mudah untuk dilakukan, dan
tidak merusak jaringan (Fitriyani, Winarti, Muslichah, dan Nuri, 2011).
C. Anti Inflamasi
Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) biasa digunakan untuk
menghambat sistem enzim siklooksigenase maupun lipooksigenase intraseluler
yang berpengauh pada respon inflamasi dan produksi berbagai agen inflamasi
(Babb,1992).
Kortikosteroid adalah obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan
yang terjadi akibat dari reaksi alergi atau iritasi. Krim Hidrokortison asetat adalah
kortikosteroid ringan yang dapat diaplikasikan pada kulit untuk mengobati
berbagai macam reaksi inflamasi pada kulit, seperti reaksi alergi dari tanaman,
gigitan serangga, perhiasan,parfum, sabun, dan deterjen. Hidrokortison asetat juga
D. Kulit
Gambar 1. Anatomi kulit normal (WebMD, 2009).
Kulit merupakan salah satu organ terbesar dari tubuh. Lebih dari sepuluh
persen massa tubuh adalah kulit. Fungsi dari kulit antara lain sebagai
perlindungan tubuh dari lingkungan luar, homeostasis (menjaga keseimbangan di
dalam tubuh), dan sebagai indera perasa (Walters, 2002).
Kulit (Gambar 1) terdiri dari tiga lapisan, yaitu: epidermis, dermis, dan
hipodermis. Epidermis atau lapisan terluar dari kulit memiliki pertahanan yang
tahan air dan terdapat pigmen yang memberikan warna pada kulit. Dermis adalah
sebuah lapisan dibawah epidermis yang memiliki jaringan ikat, folikel rambut,
dan kelenjar lemak. Lapisan hypodermis (subkutan) terdiri dari jaringan ikat,
Skema rute peneterasi secara topikal untuk berbagai jenis obat dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Skema penghantaran berbagai jenis obat secara topikal (Gunani, 2009).
Secara umum, sediaan topikal yang diaplikasikan pada kulit melewati tiga
bagian, yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan dermis. Awalnya, sediaan
topikal yang mengandung zat aktif yang telah dioleskan akan melewati
dari pembawanya menuju lapisan dermis. Karena kemampuan reservoir dari
stratum korneum, maka sediaan topikal tersebut akan tertahan pada kulit
meskipun tergosok atau terkena pakaian (Yanhendri dan Yenny, 2012).
Absorbsi sediaan topikal secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
Lag phase, dimana sediaan berada di permukaan kulit dan belum melewati
stratum korneum; Rising phase, saat dimana sebagian sediaan mulai masuk
melewati stratum korneum menuju lapisan dermis; dan Falling phase, merupakan
fase pelepasan zat aktif dari pembawanya dan terserap di pembuluh kapiler pada
dermis (Yanhendri dan Yenny, 2012).
E. Kemangi
1. Sistematika
Tanaman Kemangi menurut Plantamor (2012) diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kerajaan : Plantae
Anak kerajaan : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
2. Morfologi tanaman
Tanaman kemangi memiliki: Perawakan: herba tegak atau semak, tajuk
membulat, bercabang banyak, sangat harum, tinggi 0,3-1,5 meter. Batang: batang
pokok tidak jelas, bercabang banyak, hijau sering keunguan, berambut atau tidak.
Daun: tunggal, berhadapan, tangkai daun 0,25-3 cm, helaian daun, bulat telur –
elip – memanjang, ujung, meruncing-runcing, atau tumpul, pangkal bangun pasak
sampai membulat, di kedua permukaan berambut halus, berbinti-bintik kelenjar
rapat 0,75-7,5 x 0,5-2,75 cm, tepi daun; bergerigi lemah-bergelombang-rata.
Bunga: susunan majemuk berkarang atau tandan, terminal, 2,5-14 cm, di ketiak
daun ujung, daun pelindung elip atau bulat telur, panjang 0,5-1 cm. Kelopak: 5,
berlekatan berbentuk bibir, 1 membentuk bibir atas, bentuk bulat telur 2-3,5 mm,
1 bibir bawah membentuk 4 gigi, sisi luar berambut kelenjar, ungu atau hijau.
Mahkota: berbibir 3 bibir atas 2 bibir bawah, panjang tabung 1,5-2 mm, cuping
mahkota 3-5 mm, putih. Benang sari: 4, tersisip di dasar mahkota, 2 panjang.
Putik: kepala putik bercabang dua, tidak sama. Buah: kelopak ikut menyusun
buah, buah tegak dan tertekan, ujung bentuk kait melingkar, panjang kelopak buah
6-9 mm. Biji: tipe keras, coklat tua, gundul, waktu dibasahi segera membengkak
(Backer, 1963).
3. Kandungan
Kandungan yang terdapat didalam daun kemangi antara lain senyawa
flavonoid, saponin, glikosida, fenol, tannin, tiol, dan terpenoid (Ramesh dan
4. Kegunaan
Daun kemangi berguna sebagai obat batuk, ekspektoran, anti emetik,
penurun panas, pereda kejang, dan penambah nafsu makan (Direktorat Pengawas
Obat dan Makanan RI, 1985).
Kegunaan kemangi lainnya antara lain sebagai antiinflamasi, antiinfeksi,
kolik, dan sakit pada telinga (Rotblatt, 2002).
F. Maserasi
Maserasi adalah salah satu metode penyarian simplisia kering yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari yang direkomendasikan untuk metode ini adalah etanol atau campuran
antara etanol dengan air. Keuntungan dari metode maserasi adalah peralatannya
yang murah dan sederhana serta pengerjaan yang mudah. Kekurangannya antara
lain waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi cukup lama, penyarian yang
kurang sempurna, dan memerlukan jumlah pelarut yang banyak jika harus
dilakukan remaserasi (Badan POM RI, 2013).
Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara
merendam simplisia yang telah dipotong-potong atau diserbukkan dengan cairan
pengekstraksi dan sesekali dilakukan pengkocokan. Prinsip ekstraksi dengan
metode maserasi adalah adanya gerak kinetik dari pelarut pada suhu ruangan
walaupun tanpa adanya pengocokan. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat
G. Flavonoid
Senyawa flavonoid terkandung dalam tumbuhan. Senyawa tersebut
berada pada bagian vegetatif maupun bagian bunga. Senyawa flavonoid ini
memiliki beragam aktivitas, salah satunya sebagai inhibitor lipooksigenase yang
merupakan jalur pada hormon eikosanoid seperti prostaglandindan tromboksan
(Robinson, 1995). Flavonoid tidak hanya menghambat proses inflamasi dari jalur
lipooksigenase, namun jalur siklooksigenase juga dapat dihambat aktivitas
enzimnya. Cara penghambatan jalur lipooksigenase dan siklooksigenase yaitu
menghambat pelepasan asam arakidonat yang merupakan komponen kemotaktik
(Winarsi, 2007).
Senyawa flavonol (quercetin, rutin, dan morin) dan flavonon (hesperetin
dan hesperidin) telah diteliti pada model inflamasi akut dan kronis pada hewan uji.
Rutin hanya efektif pada inflamasi kronis seperti adjuvant arthritis, flavonon
efektif pada inflamasi sub-kronik dan inflamasi neurogenik terinduksi xylene,
sedangkan quercetin adalah senyawa penting yang efektif terhadap inflamasi
edema kaki terinduksi karagenin (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan
Martinez, 2009).
Selain sebagai antioksidan, senyawa flavonoid juga memiliki
bermacam-macam mekanisme aksi dalam menghambat inflamasi yang dapat dilihat pada
Gambar 3. Berbagai macam mekanisme aksi flavonoid sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan Martinez, 2009).
Jaringan dan sel di dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas dan ROS yang dihasilkan dari proses metabolisme
oksigen atau terinduksi faktor eksogen. Meningkatnya produksi ROS dapat
memicu kerusakan pada jaringan. Secara in vitro, senyawa flavonoid dapat
dan menghambat pembentukannya (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan
Martinez, 2009).
Rangsangan sel makrofag oleh endotoksin bakteri atau sitokin
meningkatkan ekspresi gen inducible nitric oxide synthase (iNOS) dan
meningkatkan produksi nitrit oksida (NO) dalam jumlah yang besar, sehingga
terjadi kerusakan oksidatif pada jaringan. Flavonoid dan polifenol alami lainnya
dapat menghambat aktivitas iNOS pada makrofag dengan cara menangkap radikal
NO, dan menurunkan pengekspresian enzim iNOS (Lafuente, Guillamon, Villares,
Rostagno, dan Martinez, 2009).
H. Landasan Teori
Inflamasi adalah bentuk respon proteksi tubuh akibat adanya benda asing
yang masuk kedalam tubuh, infeksi bateri atau virus, maupun kerusakan pada sel
atau jaringan di dalam tubuh. Rusaknya membran sel secara kimia, mekanis,
maupun fisik akan mengaktivasi enzim fosfolipase dan dibantu oleh radikal bebas
yang mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat. Adanya ikatan antigen
dengan antibodi menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang menginduksi
terjadinya inflamasi.
Asam arakidonat adalah subsrat utama dari mediator-mediator inflamasi
yang dihasilkan dari jalur lipooksigenase dan siklooksigenase. Prostaglandin dan
tromboksan dihasilkan dari jalur siklooksigenase, sedangkan jalur lipooksigenase
Flavonoid telah diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan.
Salah satu aktivitas flavonoid sebagai antiinflamasi adalah dengan menghambat
pembentukan asam arakidonat sehingga produksi mediator inflamasi dari jalur
lipooksigenase dan siklooksigenase juga terhambat. Flavonoid sebagai
antioksidan juga turut berperan dalam mengurangi respon inflamasi dengan cara
menangkap radikal bebas, sehingga pembentukan asam arakidonat yang dipicu
oleh radikal bebas juga dapat dihambat.
Kemangi mengandung senyawa flavonoid dan fenolik yang terdapat pada
bagian daunnya. Penelitian pada daun kemangi sebelumnya menunjukkan bahwa
ekstrak air dan etanol daun kemangi memiliki kandungan flavonoid lebih banyak
dibandingkan dengan ektrak daun kemangi dengan pelarut yang cenderung lebih
non-polar.
I. Hipotesis
Ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas antiinflamasi topikal
terhadap edema punggung mencit betina galur Swiss yang terinduksi oleh
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah.
B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel utama
1) Variabel bebas : konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (1,67; 2,5;
dan 3,75%)
2) Variabel tergantung : tebal lipatan edema kulit punggung mencit (mm)
b. Variabel pengacau :
1) Variabel pengacau terkendali
a) Subjek uji : mencit betina galur Swiss
b) Umur : 6 – 8 minggu (2 – 3 bulan)
c) Berat badan : 20 – 25 gram
d) Keadaan subjek : sehat
2) Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patofisiologis mencit yang
2. Definisi operasional
a. Inflamasi merupakan respon tubuh karena adanya paparan benda asing dengan tubuh. Respon inflamasi dapat berupa merah, nyeri, bengkak,
perubahan fungsi, dan panas. Dalam hal ini, yang diamati berupa edema
(bengkak).
b. Ekstrak etanol daun kemangi adalah ekstrak yang dihasilkan dengan cara memaserasi 10 gram serbuk kering daun kemangi yang dilarutkan dalam
100 ml etanol 70% selama enam hari. Kemudian dengan jumlah pelarut
yang sama dilakukan remaserasi selama tiga hari, disaring dengan kertas
saring dan diuapkan menggukanan oven hingga didapatkan bobot tetap.
c. Konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi merupakan berat ekstrak kental etanol kemangi (gram) dalam setiap bobot basis (gram) satuan yang
digunakan b/b. Konsentrasi ekstrak kental kemangi yang digunakan adalah
1,67; 2,5; dan 3,75%.
d. Pemberian topikal dilakukan dengan cara mengoleskan secara merata pada kulit punggung mencit yang telah dicukur rambutnya terlebih dahulu pada
area seluas 2,25 cm2.
e. Inflammation-associated oedema merupakan tebal kulit punggung mencit yang meningkat dibandingkan dengan kulit normal. Diukur dengan
menggunakan jangka sorong digital setiap satu jam selama enam jam
setelah diinjeksikan karagenin (Tanko, Kamba, Saleh, Musa, dan
C. Bahan Penelitian
1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss, dengan umur
2-3 bulan, berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboratorium
Hayati Imono USD Yogyakarta. Prosedur penelitian ini telah mendapatkan
kelayakan etik dari Ministry of National Education Faculty of Medicine
UGM dan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)
dengan nomor KE/FK/908/EC.
b. Bahan uji yang digunakan adalah daun kemangi yang dipanen pada bulan
Juli dan diperoleh dari pasar Mataram, Magelang.
c. Inflamatogen yang digunakan adalah karagenin tipe I (Sigma Chemical
Co.) yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.
d. Etanol 70% diperoleh dari PT. Brataco Yogyakarta
e. NaCl 0,9% yang digunakan sebagai pelarut karagenin diperoleh dari
Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.
f. Akuades diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.
g. Biocream® diproduksi oleh Merck, diperoleh dari apotek K-24 Seturan,
Sleman.
h. Calacort® diproduksi oleh Galenium, diperoleh dari apotek K-24 Seturan,
i. Veet® diproduksi oleh Reckitt Benckiser, diperoleh dari Alfamart Seturan,
Sleman.
D.Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Alat pembuat ekstrak kental:
a. Oven
b. Mesin penyerbuk
c. Ayakan no.40 mesh
d. Alat-alat gelas seperti gelas Beaker, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin,
pipet tetes, batang pengaduk
2. Alat pengukuran tebal kulit:
a. Jangka sorong digital merk Mitutoyo
b. Neraca analitik merk Wipro
c. Gunting
d. Gelas arloji
e. Stopwatch
f. Spuit injeksi 1ml
g. Pinset
h. Toples plastik (tempat menyimpan kulit)
E.Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman menggunakan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman
yang dilakukan secara benar menurut Sudarsono (2002) dan WHO (2004).
2. Pengumpulan bahan
Daun kemangi didapatkan dari pasar Mataram Magelang yang dipanen
pada bulan Juli. Daun yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau segar,
tidak berlubang, dan tidak terdapat kotoran binatang kecil.
3. Pembuatan simplisia
Tanaman kemangi dicuci, lalu dipetik daunnya. Daun yang telah bersih
kemudian dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Selanjutnya
daun dikeringkan kembali menggunakan oven dengan suhu 40-50˚C hingga
kering. Daun yang telah kering terlihat berwarna hijau kecoklatan dan mudah
dihancurkan. Selanjutnya daun yang telah kering diserbuk menggunakan mesin
penyerbuk di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma. Kemudian serbuk simplisia diayak menggunakan
ayakan ukuran empat puluh mesh.
4. Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi
Seberat sepuluh gram serbuk simplisia daun kemangi direndam dalam 100
hari pada temperatur kamar. Selama proses maserasi, dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap tiga hari sekali. Sebelum dilakukan penguapan
ekstrak, cawan porselin ditimbang terebih dahulu agar diketahui berat filtrat
sebenarnya. Filtrat dipisahkan dari endapannya kemudian dikentalkan dengan cara
diuapkan pada cawan porselin diatas waterbath dengan suhu 50-60°C sambil
diaduk hingga didapatkan ekstrak kental.
5. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 33 ekor mencit betina galur Swiss,
berumur 2-3 bulan, dan berbobot 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara acak
menjadi dua kelompok. Kelompok untuk pra-perlakuan sebanyak tiga ekor dan
kelompok perlakuan sebanyak 30 ekor mencit. Kelompok perlakuan terdiri dari
enam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit.
Hewan uji terlebih dahulu dicukur bulu punggungnya dengan gunting,
kemudian dioleskan Veet® untuk merontokkan bulu yang belum tercukur
sempurna. Kulit punggung yang telah tercukur bulunya dibiarkan selama 2 hari
untuk menghindari adanya inflamasi yang disebabkan oleh pencukuran dan
pemberian Veet®.
6. Pembuatan larutan karagenin
Karagenin 1,5 % dibuat dengan melarutkan 1,5 g karagenin dalam larutan
7. Orientasi pemberian karagenin
Hewan uji yang digunakan sebanyak enam ekor lalu dibagi menjadi tiga
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua ekor. Tiap kelompok diberi
injeksi subkutan karagenin dengan konsentrasi 0,5%; 1%; dan 1,5%.
Tebal kulit punggung mencit diukur terlebih dahulu sebelum pemberian
karagenin dan setelah pemberian karagenin setiap 1 jam selama 6 jam. Edema
pada kulit punggung dari pemberian karagenin yang mengalami peningkatan tebal
kulit sebesar 2-3 kali dari tebal awal dipilih sebagai konsentrasi penginduksi
inflamasi.
8. Pengujian ekstrak etanol daun kemangi
Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi enam
kelompok perlakuan:
a. Kelompok 1 terdiri dari lima ekor mencit sebagai kontrol negatif (karagenin).
Mencit diinjeksi secara subkutan karagenin dengan konsentrasi 1,5% dan
diukur edema yang muncul dengan jangka sorong setiap satu jam selama enam
jam.
b. Kelompok 2, 3, 4, 5, dan 6 masing-masing terdiri dari lima ekor mencit sebagai
perlakuan Biocream®, Calacort®, ekstrak etanol daun kemangi 1,67%, 2,5%,
dan 3,75% b/b. Ekstrak seberat 1,67; 2,5; dan 3,75 gram masing-masing
dicampur dengan basis krim (Biocream®) seberat 10 gram, sehingga
didapatkan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% b/b. Biocream®, Calacort®, dan
gram untuk dioleskan seluas 2,25 cm2 disekitar suntikan dan diukur tebal kulit
punggung dengan jangka sorong setiap satu jam selama enam jam.
F. Tata Cara Analisis Hasil
1. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur ketebalan edema kulit
punggung mencit menggunakan jangka sorong.
2. Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total
masing-masing perlakuan dengan menggunakan rumus berikut:
∑ [ ]
(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007)
Keterangan :
= area di bawah kurva dari jam ke-0 hingga jam ke-6 (mm.jam) = tebal lipatan kulit pada jam ke-(n-1) (mm)
= tebal lipatan kulit pada jam ke-n (mm)
= jam ke-(n-1) (jam)
3. Nilai persen penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus berikut:
(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007)
Keterangan :
= rata-rata AUC total kontrol negatif (mm.jam)
= nilai AUC total pada kelompok perlakuan replikasi ke- (mm.jam)
4. Nilai AUC total masing-masing perlakuan di analisis dengan uji Shapiro-Wilk.
Kemudian dilanjutkan dengan analisis One-Way ANOVA dengan taraf
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ekstrak etanol daun kemangi memiliki efek antiinflamasi dan seberapa besar efek
antiinflamasinya pada punggung mencit betina yang terinduksi oleh karagenin.
A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Kemangi
Tanaman kemangi yang didapatkan peneliti kemudian dideterminasi di
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universtas Sanata
Dharma. Hasil determinasi yang dicantumkan pada lampiran 7, menunjukkan
kebenaran dari tanaman yaitu Ocimum basilicum L. Tujuan dilakukannya
determinasi sebelum melakukan penelitian ini untuk memastikan kebenaran
tanaman yang digunakan oleh peneliti.
Tanaman kemangi yang telah di cuci kemudian dipetik daunnya dan
dipisahkan dari batang dan bagian lainnya. Daun kemangi yang dipilih adalah
daun yang masih segar dan berwarna hijau, tidak berlubang, dan tidak ada
binatang kecil atau kotorannya. Daun kemangi yang telah terkumpul, dijemur di
bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Lalu dikeringkan kembali di
dalam oven dengan suhu 40-50 ˚C hingga kering. Keringnya daun ditandai dengan
perubahan warna daun menjadi hijau kecoklatan dan mudah dihancurkan. Daun
kemangi kering kemudian diserbukan dengan mesin penyerbuk dan kemudian
Serbuk daun kemangi yang telah diayak kemudian di ekstraksi
menggunakan metode maserasi agar kandungan di dalam daun kemangi yang
mudah menguap tidak hilang atau rusak pada saat diekstraksi. Serbuk daun
kemangi ditimbang seberat 10 gram dan dicampur dengan etanol 70% sebanyak
100 ml dalam Erlenmeyer bersumbat, didiamkan selama enam hari. Kemudian
hasil rendaman disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan ekstrak etanol
cair. Ekstrak etanol cair tersebut diuapkan di atas waterbath menggunakan cawan
porselin pada suhu 50-60°C hingga bobotnya tetap sehingga didapatkan ekstrak
kental. Pada penelitian ini, didapatkan ekstrak kental daun kemangi seberat 1,79
gram.
B. Orientasi Konsentrasi Pemberian Karagenin
Sebelum uji terhadap ekstrak dilakukan, peneliti melakukan orientasi
konsentrasi karagenin terlebih dahulu. Tujuan dari orientasi ini untuk mengetahui
konsentrasi karagenin optimal yang dapat digunakan dalam model penelitian ini.
Hasil yang diharapkan dari orientasi adalah terjadi selisih penebalan lipat kulit
punggung sebesar dua hingga tiga kali lipat dari tebal kulit normal dan mampu
mempertahankan ketebalan kulit hingga enam jam.
Dari orientasi ini, konsentrasi karagenin 1,5% menunjukkan hasil yang
diharapkan oleh peneliti, dengan puncak tebal kulit hingga tiga kali kulit normal
pada jam ke-1 dan mampu mempertahankan ketebalannya hingga jam ke-6.
Sehingga karagenin dengan konsentrasi 1,5% digunakan oleh peneliti dalam
Hasil dari orientasi konsentrasi pemberian karagenin pada hewan uji dapat
dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Selisih tebal lipat kulit dari berbagai konsentrasi karagenin.
C. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi
Setelah melakukan orientasi terhadap konsentrasi karagenin, maka
dilakukan uji efek antiiflamasi ekstrak etanol daun kemangi terhadap edema kulit
punggung mencit. Hasil dari penelitian ini berupa data selisih tebal lipat kulit
punggung yang didapatkan dari tebal lipat kulit pada jam ke-n setelah perlakuan
dikurangi dengan tebal lipat kulit normal. Selanjutnya dapat dilihat seberapa besar
penurunan tebal lipat kulit pada masing-masing kelompok perlakuan dari jam ke-1
hingga jam ke-6. Apabila terdapat efek antiinfamasi dari senyawa uji, maka akan
terjadi penurunan tebal lipat kulit yang signifikan hingga jam ke-6 dimana
ketebalannya sedapat mungkin mendekati tebal lipat kulit normal.
Hasil data yang ditampilkan berupa grafik penurunan tebal lipat kulit pada
setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik penurunan edema punggung mencit terinduksi karagenin dan diberi ekstrak etanol daun kemangi dari berbagai konsentrasi.
Grafik yang ditampilkan pada gambar 5 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi
penebalan lipat kulit pada jam ke-1 setelah pemberian injeksi subkutan karagenin
pada semua kelompok perlakuan. Tebal lipat kulit paling tinggi ditunjukan oleh
kelompok kontrol negatif (karagenin) dan kelompok kontrol biocream. Pada
kelompok kontrol positif (Calacort®) dan ketiga kelompok konsentrasi ekstrak
etanol daun kemangi pada jam ke-1 menunjukkan tebal lipat kulit yang lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol biocream.
Pada jam-jam berikutnya hingga jam ke-6 dapat dilihat bahwa kelompok
kontrol positif menunjukkan penurunan selisih tebal lipat kulit yang mendekati
kulit normal dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sedangkan kelompok
perlakuan ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 1,67% dan 3,75% memiliki
selisih tebal lipat kulit yang tidak berbeda jauh dari kelompok kontrol negatif dan
biocream. Selisih tebal lipat kulit pada kelompok konsentrasi 2,5% cenderung
lebih kecil dari konsentrasi 1,67% dan 3,75% namun lebih besar dibandingkan
dengan kontrol positif.
Setelah melihat grafik penurunan selisih tebal lipat kulit pada tiap jam,
selanjutnya dilakukan analisis data lanjutan dengan cara menghitung rata-rata
AUC total dari masing-masing kelompok perlakuan. Nilai rata-rata AUC total
adalah luas daerah di bawah kurva yang menunjukan rata-rata selisih tebal lipat
kulit dari jam ke-0 hingga jam ke-6. Semakin besar nilai rata-rata AUC totalnya,
maka semakin kecil penurunan selisih tebal lipat kulitnya, sehingga diharapkan
senyawa yang memiliki efek antiinflamasi memiliki nilai rata-rata AUC total yang
kecil dan berbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif maupun kontrol
biocream. Data diuji juga menggunakan uji Scheffe untuk melihat adanya
Hasil analisis data berupa tabel rata-rata AUC total dan uji Scheffe dapat
dilihat pada tabel I di bawah ini.
Tabel I. Nilai rata-rata AUC total dan hasil uji Scheffe masing-masing
Perlakuan I = kelompok kontrol negatif (karagenin) Perlakuan II = kelompok kontrol Biocream®
Perlakuan III = kelompok kontrol positif (Calacort®) Perlakuan IV = kelompok ekstrak daun kemangi 1,67% Perlakuan V = kelompok ekstrak daun kemangi 2,5% Perlakuan VI = kelompok ekstrak daun kemangi 3,75% SE = standar error
X = rata-rata AUC total B = Berbeda bermakna TB = Tidak berbeda bermakna
Dari hasil uji Scheffe terhadap rata-rata AUC total yang ditampilkan pada
tabel I, dapat dilihat bahwa kelompok negatif dan kelompok biocream memiliki
perbedaan yang tidak bermakna, sehingga disimpulkan bahwa kelompok kontrol
biocream secara statistik tidak memiliki efek antiinflamasi. Perbedaan yang
bermakna ditunjukan pada perbandingan antara kelompok kontrol positif dengan
kelompok kontrol negatif, maka hal tersebut membuktikan bahwa secara statistik
kontrol positif (Calacort®) memiliki efek antiinflamasi. Masing-masing kelompok
Kelompok konsentrasi 1,67% berbeda tidak bermakna terhadap kelompok
konsentrasi 2,5 dan 3,75%. Begitu juga dengan kelompok konsentrasi 2,5% yang
juga berbeda tidak bermakna dengan kelompok konsentrasi 3,75%. Ketiga
kelompok perlakuan ekstrak juga berbeda tidak bermakna terhadap kelompok
kontrol negatif, biocream, maupun kontrol positif. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ketiga kelompok konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi
tidak memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema kulit punggung mencit
terinduksi karagenin.
Berikutnya adalah hasil analisis data berupa tabel persen penurunan
inflamasi (%PI) yang dapat dilhat pada tabel II di bawah ini.
Tabel II. Nilai %PI dan hasil uji Scheffe masing-masing kelompok perlakuan
Perlakuan %PI (X ± SE) I II III IV V VI
Perlakuan I = kelompok kontrol negatif (karagenin) Perlakuan II = kelompok kontrol Biocream®
Perlakuan III = kelompok kontrol positif (Calacort®) Perlakuan IV = kelompok ekstrak daun kemangi 1,67% Perlakuan V = kelompok ekstrak daun kemangi 2,5% Perlakuan VI = kelompok ekstrak daun kemangi 3,75% SE = standar error
B = Berbeda bermakna TB = Tidak berbeda bermakna
Hasil uji Scheffe terhadap %PI juga menunjukan hal yang serupa dengan
tunjukan dari perbandingan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok
kontrol negatif. Kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol biocream
juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna satu sama lain. Ketiga kelompok
konsentrasi ekstrak juga menunjukan adanya perbedaan tidak bermakna terhadap
kelompok kontrol negatif, kontrol biocream, kontrol positif, maupun antar
kelompok konsentrasi satu sama lain.
Dari grafik penurunan selisih tebal lipat kulit, disebutkan bahwa ekstrak
dengan konsentrasi 1,67 dan 3,75% tidak memiliki efek antiiflamasi dan ekstrak
pada konsentrasi 2,5% memiliki efek antiinflamasi. Tetapi adanya perbedaan
tidak bermakna antar ketiga kelompok konsentrasi maupun terhadap ketiga
kelompok kontrol pada uji Scheffe rata-rata AUC total dan persen penurunan
inflamasi (%PI) menunjukan bahwa secara statistik ketiga konsentrasi ekstrak
daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema punggung
mencit terinduksi karagenin.
Hasil rata-rata AUC total dan nilai persen penurunan inflamasi (%PI)
dalam bentuk diagram batang dapat dilihat pada gambar 6 dan 7 berikut ini.
Gambar 7. Diagram nilai %PI dari berbagai kelompok perlakuan.
Rentang standar error yang cukup luas yang ditampilkan pada diagram diatas
dapat disebabkan karena adanya variasi data yang cukup besar.
Tidak adanya efek antiinflamasi dari percobaan ini dimungkinkan karena
senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antiinflamasi tidak masuk ke dalam
penyari etanol 70% atau senyawa yang terkandung dalam daun kemangi hanya
berperan sebagai antioksidan saja dan tidak memiliki efek antiinflamasi, sehingga
dapat disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan penyari yang bersifat
lebih polar seperti akuades dan dilakukan pengujian jumlah kandungan flavonoid
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Ekstrak etanol daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi terhadap edema
kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin.
B.Saran
1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan menggunakan penyari akuades apakah
memiliki efek antiinflamasi topikal.
DAFTAR PUSTAKA
Babb, R. R., 1992, Gastrointestinal Complications of Nonsteroidal Anti-inflamatory Drugs, TheWestern Journal of Medicine, 157 (2), 444-447.
Backer, C. A., 1963, Flora of Java, vol. II, NVP, Groningen, Netherland, pp. 639.
Badan POM RI, 2013, Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak, Volume 2, Badan POM RI, Jakarta, pp. 4, 10.
Direktorat Jendral Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 1985, Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp.72.
Fitriyani A., Winarti, L., Muslichah, S. Siti, 2011, Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Pada Tikus Putih,
Majalah Obat Tradisional, 16 (1), 34-42.
Gunani, S. B., 2009, Uji Daya Antiinflamasi Krim Tipe A/M Ekstrak Etanolik Jahe 10% (Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topikal Terhadap Udem Kaki Tikus yang Diinduksi Karagenin, Skripsi, 7, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Hamdani, S., 2013, Maserasi, http://catatankimia.com/catatan/maserasi.html, diakses pada tanggal 6 Mei 2013.
Haryanti S., Katno, 2011, Aktivitas Sitotoksik Ocimum sanctum L. Pada Sel Kanker Kolon WiDr, Simposium, Simposium Nasional XV PERHIPBA, Solo.
Hidayati, N. A., Listyawati, S., dan Setyawan A. D., 2005, Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1), 10-17.
Lafuente A. G., Guillamón, E., Villares, A., Rostagno, M. A., Martínez, J. A., 2009, Flavonoids as Anti-Inflamatory Agents: Implication in Cancer and Cardiovascular Disease, Inflamation Research, 58, 537-552.
McCane, H., 2008, Understanding Pathophysiology, 4th Edition, Mosby Inc., China, pp. 121-142.
Netdoctor, 2014, Hc45 hydrocortisone cream, http://www.netdoctor.co.uk/skin-and-hair/medicines/hc45-hydrocortisone-cream.html, diakses pada tanggal 29 April 2014.
Plantamor, 2012, Selasih (Ocimum basilicum), http://www.plantamor.com/ index.php?plant=913, diakses pada tanggal 5 Mei 2013.
Ramdani, N. F., Mambo, C., Wuisan J., 2014, Uji Efek Daun Kemangi (Ocimum basilicum L. Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Jurnal E-Biomedik, 2 (1).
Ramesh, B., Satakopan V. N., 2010, In Vitro AntioxidantActivities of Ocimum Species: Ocimum Basilicum and Ocimum Sanctum, Journal of Cell and Tissue Research, 10 (1), 2145-2150.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J. M. And Moore, P.K., 2007, Pharmacology 5th
ed., Churcill Livingstone, London. pp. 231-237, 244-250, 562-567.
Rhen T., Cidlowski J. A., 2005, Antiinflamatory Action of Glucocortocoids, New Mechanism for Old Drugs, The New England Journal of Medicine, 353 (16), 1711-1723 nociceptive and anti-inflammatory Activities of Ethanolic Flower Extract of Newbouldia Laevis in Mice and Rats, International Journal of Applied Research in Natural Products, 1 (3), 13-19.
Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Edisi V, Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 202-302, 311.
Walidah, C., 2014, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati
Walter, K. A., 2002, Dermatological and Transdermal Formulations, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 1, 4.
WebMD, 2009, The Skin (Human Anatomy): Picture, Definition, Function, and Skin Conditions,
http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-the-skin, diakses pada tanggal 12 Agustus 2014.
Weller, B. F., 1997, Kamus Saku Perawat, Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 354.
WHO, 2004, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, World Health Organization, Geneva, pp. 206-207.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta, pp. 186.
Yanhendi, Yenny S. W., Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi,
Lampiran 1: Data perhitungan statistik
a. Data perhitungan AUC tebal lipat kulit punggung mencit
7. Data hasil uji statistik
Perlakuan Statistik SE Kontrol Negatif
Mean
9,27 0,82 Kontrol Biocream 8,18 1,18 Kontrol Positif 2,54 1,27
Test of Homogeneity of Variances
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
Negatif
Kontrol Biocream 1.08400 1.72288 .995 -5.1526 7.3206
Kontrol Positif 6.72800* 1.72288 .029 .4914 12.9646
Kontrol Negatif -1.08400 1.72288 .995 -7.3206 5.1526
Kontrol Positif 5.64400 1.72288 .094 -.5926 11.8806
Kemangi 1,67% 2.25400 1.72288 .882 -3.9826 8.4906
Kontrol Biocream -5.64400 1.72288 .094 -11.8806 .5926
Kemangi 1,67% -3.39000 1.72288 .578 -9.6266 2.8466
Kemangi 2,5% -2.00800 1.72288 .924 -8.2446 4.2286
Kemangi
1,67%
Kontrol Negatif -3.33800 1.72288 .594 -9.5746 2.8986
Kontrol Biocream -2.25400 1.72288 .882 -8.4906 3.9826
Kontrol Positif 3.39000 1.72288 .578 -2.8466 9.6266
Kemangi 2,5% 1.38200 1.72288 .984 -4.8546 7.6186
Kemangi 3,75% .86800 1.72288 .998 -5.3686 7.1046
Kemangi
2,5%
Kontrol Negatif -4.72000 1.72288 .227 -10.9566 1.5166
Kontrol Biocream -3.63600 1.72288 .503 -9.8726 2.6006
Kontrol Positif 2.00800 1.72288 .924 -4.2286 8.2446
Kemangi 1,67% -1.38200 1.72288 .984 -7.6186 4.8546
Kemangi 3,75% -.51400 1.72288 1.000 -6.7506 5.7226
Kemangi
3,75%
Kontrol Negatif -4.20600 1.72288 .343 -10.4426 2.0306
Kontrol Biocream -3.12200 1.72288 .659 -9.3586 3.1146
Kontrol Positif 2.52200 1.72288 .824 -3.7146 8.7586
Kemangi 1,67% -.86800 1.72288 .998 -7.1046 5.3686
Kemangi 2,5% .51400 1.72288 1.000 -5.7226 6.7506
5. Kemangi 2,5%
7. Data hasil uji statistik
Deskriptif
Persen PI
Perlakuan Statistik SE Kontrol Negatif
Mean
0,00 8,88 Kontrol Biocream 11,72 12,68 Kontrol Positif 72,58 13,74 Kemangi 1,67% 36,05 13,84
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
Within Groups 20721.561 24 863.398
Multiple Comparisons
PersenPI
Scheffe
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol
Negatif
Kontrol Biocream -11.71800 18.58385 .995 -78.9886 55.5526
Kontrol Positif -72.57600* 18.58385 .029 -139.8466 -5.3054
Kemangi 1,67% -36.04600 18.58385 .593 -103.3166 31.2246
Kemangi 2,5% -50.93400 18.58385 .226 -118.2046 16.3366
Kemangi 3,75% -45.39800 18.58385 .342 -112.6686 21.8726
Kontrol
Biocream
Kontrol Negatif 11.71800 18.58385 .995 -55.5526 78.9886
Kontrol Positif -60.85800 18.58385 .094 -128.1286 6.4126
Kemangi 1,67% -24.32800 18.58385 .882 -91.5986 42.9426
Kemangi 2,5% -39.21600 18.58385 .503 -106.4866 28.0546
Kemangi 3,75% -33.68000 18.58385 .659 -100.9506 33.5906
Kontrol
Positif
Kontrol Negatif 72.57600* 18.58385 .029 5.3054 139.8466
Kontrol Biocream 60.85800 18.58385 .094 -6.4126 128.1286
Kemangi 1,67% 36.53000 18.58385 .579 -30.7406 103.8006
Kemangi 2,5% 21.64200 18.58385 .924 -45.6286 88.9126
Kemangi 3,75% 27.17800 18.58385 .825 -40.0926 94.4486
Kemangi
1,67%
Kontrol Negatif 36.04600 18.58385 .593 -31.2246 103.3166
Kontrol Biocream 24.32800 18.58385 .882 -42.9426 91.5986
Kontrol Positif -36.53000 18.58385 .579 -103.8006 30.7406
Kemangi 2,5% -14.88800 18.58385 .984 -82.1586 52.3826
Kemangi 3,75% -9.35200 18.58385 .998 -76.6226 57.9186
Kemangi
2,5%
Kontrol Negatif 50.93400 18.58385 .226 -16.3366 118.2046
Kontrol Biocream 39.21600 18.58385 .503 -28.0546 106.4866
Kontrol Positif -21.64200 18.58385 .924 -88.9126 45.6286
Kemangi 1,67% 14.88800 18.58385 .984 -52.3826 82.1586
Kemangi 3,75% 5.53600 18.58385 1.000 -61.7346 72.8066
3,75% Kontrol Biocream 33.68000 18.58385 .659 -33.5906 100.9506
Kontrol Positif -27.17800 18.58385 .825 -94.4486 40.0926
Kemangi 1,67% 9.35200 18.58385 .998 -57.9186 76.6226
Kemangi 2,5% -5.53600 18.58385 1.000 -72.8066 61.7346
Lampiran 2: Gambar struktur kulit dengan pengecatan HE dan perbesaran 200x
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g)
Lampiran 3: Tanaman Kemangi dan ekstrak
Gambar 9. Tanaman kemangi.
Gambar 10. Daun kemangi kering.
Gambar 11. Maserasi daun kemangi.
.
Lampiran 4: Alat dan bahan
Gambar 13. Biocream®.
Gambar 14. Calacort®.
Gambar 15. Spuit injeksi.
Lampiran 5: Cara kerja
Gambar 17. Punggung mencit yang telah dicukur bulunya.
Gambar 18. Pengukuran tebal kulit.
Gambar 19. Pengambilan sampel kulit.
BIOGRAFI PENULIS
Yohanes Ivan Kristian Santoso merupakan anak
bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bambang
Purnomo Santoso dan Listiani Dewi. Lahir di Magelang, 08
Juli 1992. Memiliki dua kakak perempuan bernama Inge
Ekasari Sartika dan Devina Kristiani.
Penulis menempuh pendidikan di TK Tunas Kasih
Magelang (1996-1998), SD Kristien Indonesia Magelang (1998-2004), SMP
Negeri 1 Magelang (2004-2007), SMA Negeri 1 Magelang (2007-2010),
kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata