• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji antiinflamasi ekstrak etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) topikal pada edema punggung mencit betina Galur Swiss terinduksi karagenin - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji antiinflamasi ekstrak etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) topikal pada edema punggung mencit betina Galur Swiss terinduksi karagenin - USD Repository"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TOPIKAL PADA EDEMA PUNGGUNG MENCIT BETINA

GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Yohanes Ivan Kristian Santoso

NIM : 108114154

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

UJI ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum

basilicum L.) TOPIKAL PADA EDEMA PUNGGUNG MENCIT BETINA GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Yohanes Ivan Kristian Santoso

NIM : 108114154

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

“I can do all things through HIM who

strengthens me.” (Philippians 4:13)

YESHUA loves me,

HE will stay close beside me all the way

If I love HIM, when I die

HE will take me home on high

Dedicated to :

The one and only, Yeshua Hamasiach,

AiKei, Happy Line Tree, iPine Family, all ma bros,

(6)
(7)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

hal yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)

Topikal pada Edema Punggung Mencit Betina Galur Swiss Terinduksi

Karagenin”.

Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi di Universitas Sanata

Dharma.

Proses penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu drh. Sitarina Widyarini MP, PhD selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan membantu penulisan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan membantu penulisan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Dosen, Kepala Laboratorium, serta Laboran Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma yang telah membimbing dan membantu penulis selama studi.

5. Happy Line Tree (Milka, Cha-cha, Jopie, Upit, Retta), Fani, koh Benny, koh

Adi, jie Yovita, dan kedua orang yang memberi warna dalam hidup (Filbert

(8)
(9)
(10)
(11)

x

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...17

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...17

1. Variabel penelitian...17

2. Definisi operasional...18

C. Bahan Penelitian...19

D. Alat Penelitian...20

1. Alat pembuat ekstrak kental...20

(12)

xi

E. Tata Cara Penelitian...21

1. Determinasi tanaman...21

2. Pengumpulan bahan...21

3. Pembuatan simplisia...21

4. Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi...21

5. Penyiapan hewan uji...22

6. Pembuatan larutan karagenin...22

7. Orientasi pemberian karagenin...23

8. Pengujian ekstrak etanol daun kemangi...23

F. Tata Cara Analisis Hasil...24

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN...25

A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Kemangi...25

B. Orientasi Konsentrasi Pemberian Karagenin...26

C. Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Kemangi...27

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN...34

A. Kesimpulan...34

B. Saran...34

DAFTAR PUSTAKA...36

LAMPIRAN...38

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Kulit Normal...8

Gambar 2. Skema Penghantaran Berbagai Jenis Obat Secara Topikal...9

Gambar 3. Berbagai Macam Mekanisme Aksi Flavonoid Sebagai Antioksidan dan Antiinflamasi...14

Gambar 4. Selisih Tebal Lipat Kulit Dari Berbagai Konsentrasi Karagenin...27

Gambar 5. Grafik Penurunan Edema Punggung Mencit Terinduksi Karagenin dan Diberi Ekstrak Etanol Daun Kemangi Dari Berbagai Konsentrasi...28

Gambar 6. Diagram Rata-rata AUC Total Dari Berbagai Kelompok Perlakuan...32

Gambar 7. Diagram Nilai %PI Dari Berbagai Kelompok Perlakuan...33

Gambar 8. Struktur Kulit...49

Gambar 9. Tanaman Kemangi...50

Gambar 10. Daun Kemangi Kering...50

Gambar 11. Maserasi Daun Kemangi...50

Gambar 12. Ekstrak Kental Daun Kemangi...50

Gambar 13. Biocream®...51

Gambar 14. Calacort®...51

Gambar 15. Spuit Injeksi...51

Gambar 16. Mencit Betina...51

Gambar 17. Punggung Mencit yang Telah Dicukur Bulunya...52

(14)

xiii

Gambar 19. Pengambilan Sampel Kulit...52

Gambar 20. Sampel Kulit...52

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Rata-rata AUC Total dan Hasil Uji Scheffe Masing-

masing Kelompok Perlakuan...30

Tabel II. Nilai %PI dan Hasil Uji Scheffe Masing-masing

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Perhitungan Statistik...39

Lampiran 2. Gambar Struktur Kulit Dengan Pengecatan HE dan Perbesaran200x...49

Lampiran 3. Tanaman Kemangi dan Ekstrak...50

Lampiran 4. Alat dan Bahan...51

Lampiran 5. Cara Kerja...52

Lampiran 6. Ethical Clearance...54

(17)

xvi

INTISARI

Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya gangguan atau kerusakan di dalam jaringan. Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, senyawa flavonoid terkandung dalam daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dapat berperan sebagai antiinflamasi. Peneltian ini bertujuan untuk menguji adanya aktivitas antiinflamasi topikal, dan mengukur seberapa besar efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi terhadap kulit punggung mencit betina galur Swiss.

Penelitian ini termasuk eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subjek uji yang digunakan adalah mencit betina galur Swiss berumur 2-3 bulan, bobot 20-25 gram. Dalam penelitian ini terdapat 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif karagenin 1,5%; kelompok kontrol Biocream®; kelompok kontrol positif Calacort®; kelompok ekstrak etanol daun kemangi 1,67%; 2,5%; dan 3,75%. Senyawa uji dioleskan setelah injeksi karagenin diberikan. Tebal kulit punggung mencit diukur menggunakan jangka sorong setiap satu jam selama enam jam. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk

kemudian dilanjutkan dengan One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan uji Scheffe.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi terhadap edema kulit punggung yang terinduksi karagenin.

(18)

xvii antiinflamation activity from kemangi leaf ethanolic extract against the backside skin of female Swiss strain mice.

This study is a pure experimental with randomized one-way pattern design. The tested subject that used is female Swiss stranded mice that 2-3 months old and it has 20-25 grams of weight. In this study, there are 6 intervention group, 1.5% carageenan negative control group; Biocream® control group; Calacort® positive control group; 1.67; 2.5; and 3.75% ethanolic extract kemangie leaf groups. The tested substance will be smeared after the carrageenan injection was given. The mice backside skinfold measured using a digital caliper every one hour for six hours respectively. These data were analyzed using Shapiro-Wilk test and then continued with One-Way ANOVA with 95% of confidence level and Scheffe test.

The result of this study showed that ethanolic extract of kemangie leaf

doesn’t have any antiinflammation effect againts to carrageenan induced oedema

of mice backside skin.

(19)

1

BAB 1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Inflamasi adalah suatu respon proteksi dari tubuh untuk mengeliminasi

benda asing yang menyebabkan kerusakan sel dan sel-sel atau jaringan yang telah

rusak. Tanda-tanda terjadinya inflamasi ada lima, yaitu panas, merah, bengkak,

nyeri, dan kehilangan fungsi (Weller, 1997). Radikal bebas juga berperan dalam

memicu keluarnya mediator inflamasi dari dalam sel, sehingga proses inflamasi

dapat terjadi. Tanda-tanda inflamasi biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman,

sehingga penderita menggunakan obat antiinflamasi baik secara oral maupun

topikal sesuai dengan kebutuhannya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman

tersebut.

Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan

kortikosteroid dan antiinflamasi non-steroid. Antiinflamasi non-steroid lebih

banyak digunakan dalam pengobatan inflamasi daripada kortikosteroid karena

obat antiinflamasi non-steroid memiliki risiko efek samping yang lebih kecil

dibandingkan dengan kortikosteroid (Tjay dan Rahardja, 2002). Sediaan obat

antiinflamasi yang paling sering digunakan adalah sediaan oral dan topikal.

Sediaan topikal digunakan untuk memberikan efek obat pada daerah tertentu saja

dan tidak memberikan efek sistemik seperti sediaan oral.

Kemangi (Ocimum basilicum L.) digunakan oleh masyarakat dalam

berbagai jenis masakan dan sebagai pelengkap makanan (lalapan). Kandungan

(20)

terpenoid, dan senyawa fenolik, namun tidak ditemukan senyawa steroid pada

daun kemangi (Ramesh dan Satakopan, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Kaurinovic, Popovic, Vlaisavljevic, dan

Trivic pada tahun 2011 menunjukkan senyawa fenolik dan flavonoid pada

Ocimum basilicum L. lebih banyak terkandung pada ekstrak air dibandingkan

dengan pelarut lainnya yang bersifat lebih non-polar. Penelitian Ramesh dan

Satakopan pada tahun 2010 juga menunjukan bahwa flavonoid dan senyawa

fenolik banyak terkandung dalam ekstrak etanol daun kemangi dan terbukti

sebagai antioksidan yang kuat, sehingga pemilihan pelarut yang cenderung polar

menjadi pilihan peneliti.

Pelepasan mediator inflamasi juga dipicu oleh radikal bebas. Adanya

kandungan flavonoid sebagai antioksidan pada ekstrak etanol dan ekstrak air daun

kemangi diduga juga memiliki aktivitas antiinflamasi. Model percobaan edema

kaki tikus dan luka insisi kulit punggung kelinci telah dilakukan sebelumnya

untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol daun

kemangi secara topikal pada punggung mencit yang terinduksi karagenin.

1. Rumusan masalah

Apakah ekstrak etanol daun kemangi memiliki efek antiinflamasi pada edema

(21)

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai kemangi yang pernah dilakukan antara lain :

a. Penelitian Ramdani, Mambo, dan Wuisan (2014) menunjukkan bahwa

daun kemangi mempercepat penyembuhan luka insisi kulit punggung

kelinci.

b. Penelitian Kaurinovic, Popovic, Vlaisavljevic, dan Trivic (2011)

menunjukan bahwa ekstrak air daun kemangi memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat.

c. Penelitian Ramesh dan Satakopan (2010) menunjukkan bahwa adanya

aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol daun kemangi.

d. Penelitian Haryanti dan Katno (2011) menunjukkan bahwa daun kemangi

memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan dan menginduksi

kematian sel WiDr dan berpotensi sebagai agen kemopreventif.

Sepanjang penelusuran penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi ekstrak

etanol daun kemangi secara topikal pada edema kulit punggung mencit

terinduksi karagenin belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang efek

antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi pada edema kulit

(22)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek

antiinflamasi dari ekstrak etanol daun kemangi dan nantinya dapat

diterapkan sebagai pilihan alternatif dalam pengobatan inflamasi secara

topikal.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa ekstrak etanol

daun kemangi memiliki aktivitas antiinflamasi secara topikal.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya efek antiinflamasi dari

(23)

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Inflamasi

1. Definisi

Inflamasi adalah salah satu bentuk respon dari tubuh terhadap suatu infeksi.

Adanya ikatan antara antigen dengan antibodi, menimbulkan pelepasan mediator

inflamasi dan kerusakan jaringan (Rhen dan Cidlowski, 2005).

Gejala yang ditimbulkan oleh inflamasi adalah kemerahan (rubor),

pembengkakan (edema), panas (kolor), nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (fuctio

laesa) (Kee, 1996).

2. Klasifikasi inflamasi

Inflamasi dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Inflamasi akut

merupakan respon cepat terhadap kerusakan sel yang berlangsung cepat dalam

beberapa jam hingga hari. Inflamasi akut dapat dipacu oleh beberapa penyebab

seperti terpapar bahan kimia berbahaya, infeksi dan alergi. Manifestasi lokal dari

inflamasi akut adalah hasil dari perubahan vaskular yang berhubungan dengan

proses inflamasi, termasuk vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.

Manifestasi sistemik dari inflamasi akut berupa demam dan peningkatan sirkulasi

leukosit dan protein plasma (McCane, 2008).

Inflamasi kronis merupakan lanjutan dari inflamasi akut yang terjadi

selama 2 minggu atau lebih. Inflamasi kronis dikarakteristikkan dengan

(24)

3. Mekanisme

Inflamasi diawali dari rusaknya membran sel secara mekanis, fisik,

maupun kimia dan menyebabkan teraktivasinya enzim fosfolipase yang mengubah

fosfolipid pada membran sel menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rhardja, 2002).

Kejadian vaskuler melibatkan beberapa mediator dan sel inflamasi. Hal

tersebut diawali dengan dilatasi pada artiola-artiola kecil yang menyebabkan

meningkatnya aliran darah menuju daerah yang mengalami gangguan.

Vasodilatasi terjadi karena terlepasnya mediator inflamasi seperti prostaglandin

E1 dan I2 serta histamin akibat dari interaksi antara jaringan dengan

mikroorganisme. Kemudian diikuti dengan peningkatan permeabilitas pembuluh

kapiler yang menyebabkan eksudasi cairan. (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2007).

Senyawa yang berperan dalam pelepasan mediator inflamasi adalah asam

arakidonat. Asam arakidonat merupakan substrat utama pada jalur

siklooksigenase maupun jalur lipooksigenase. Jalur siklooksigenase (COX) terdiri

dari dua, yaitu COX-1 dan COX-2, yang mengawali biosintesis prostaglandin dan

tromboksan. Jalur lipooksigenase akan mengawali sintesis leukotrien, lipoksin dan

komponen penyebab inflamasi lainnya (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2007).

B. Karagenin

Karagenin adalah suatu turunan dari polisakarida yang di dalam tubuh

dikenali sebagai suatu benda asing yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi

melalui berbagai macam mekanisme. Pada jaringan ikat, fosfolipid membran sel

(25)

dibantu dengan enzim fosfolipase A2 yang nantinya akan menghasilkan berbagai

macam mediator-mediator inflamasi dengan bantuan dari Reactive Oxygen

Species (ROS) (Walidah, 2014).

Pelepasan mediator inflamasi akibat karagenin akan menyebabkan

terjadinya edema yang dapat bertahan hingga 6 jam dan akan berkurang dalam

waktu 24 jam setelah injeksi (Handayani, 2008).

Uji aktivitas antiinflamasi dengan metode induksi karagenin merupakan

pilihan metode yang sederhana, sering digunakan, mudah untuk dilakukan, dan

tidak merusak jaringan (Fitriyani, Winarti, Muslichah, dan Nuri, 2011).

C. Anti Inflamasi

Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) biasa digunakan untuk

menghambat sistem enzim siklooksigenase maupun lipooksigenase intraseluler

yang berpengauh pada respon inflamasi dan produksi berbagai agen inflamasi

(Babb,1992).

Kortikosteroid adalah obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan

yang terjadi akibat dari reaksi alergi atau iritasi. Krim Hidrokortison asetat adalah

kortikosteroid ringan yang dapat diaplikasikan pada kulit untuk mengobati

berbagai macam reaksi inflamasi pada kulit, seperti reaksi alergi dari tanaman,

gigitan serangga, perhiasan,parfum, sabun, dan deterjen. Hidrokortison asetat juga

(26)

D. Kulit

Gambar 1. Anatomi kulit normal (WebMD, 2009).

Kulit merupakan salah satu organ terbesar dari tubuh. Lebih dari sepuluh

persen massa tubuh adalah kulit. Fungsi dari kulit antara lain sebagai

perlindungan tubuh dari lingkungan luar, homeostasis (menjaga keseimbangan di

dalam tubuh), dan sebagai indera perasa (Walters, 2002).

Kulit (Gambar 1) terdiri dari tiga lapisan, yaitu: epidermis, dermis, dan

hipodermis. Epidermis atau lapisan terluar dari kulit memiliki pertahanan yang

tahan air dan terdapat pigmen yang memberikan warna pada kulit. Dermis adalah

sebuah lapisan dibawah epidermis yang memiliki jaringan ikat, folikel rambut,

dan kelenjar lemak. Lapisan hypodermis (subkutan) terdiri dari jaringan ikat,

(27)

Skema rute peneterasi secara topikal untuk berbagai jenis obat dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Skema penghantaran berbagai jenis obat secara topikal (Gunani, 2009).

Secara umum, sediaan topikal yang diaplikasikan pada kulit melewati tiga

bagian, yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan dermis. Awalnya, sediaan

topikal yang mengandung zat aktif yang telah dioleskan akan melewati

(28)

dari pembawanya menuju lapisan dermis. Karena kemampuan reservoir dari

stratum korneum, maka sediaan topikal tersebut akan tertahan pada kulit

meskipun tergosok atau terkena pakaian (Yanhendri dan Yenny, 2012).

Absorbsi sediaan topikal secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:

Lag phase, dimana sediaan berada di permukaan kulit dan belum melewati

stratum korneum; Rising phase, saat dimana sebagian sediaan mulai masuk

melewati stratum korneum menuju lapisan dermis; dan Falling phase, merupakan

fase pelepasan zat aktif dari pembawanya dan terserap di pembuluh kapiler pada

dermis (Yanhendri dan Yenny, 2012).

E. Kemangi

1. Sistematika

Tanaman Kemangi menurut Plantamor (2012) diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kerajaan : Plantae

Anak kerajaan : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

(29)

2. Morfologi tanaman

Tanaman kemangi memiliki: Perawakan: herba tegak atau semak, tajuk

membulat, bercabang banyak, sangat harum, tinggi 0,3-1,5 meter. Batang: batang

pokok tidak jelas, bercabang banyak, hijau sering keunguan, berambut atau tidak.

Daun: tunggal, berhadapan, tangkai daun 0,25-3 cm, helaian daun, bulat telur –

elip – memanjang, ujung, meruncing-runcing, atau tumpul, pangkal bangun pasak

sampai membulat, di kedua permukaan berambut halus, berbinti-bintik kelenjar

rapat 0,75-7,5 x 0,5-2,75 cm, tepi daun; bergerigi lemah-bergelombang-rata.

Bunga: susunan majemuk berkarang atau tandan, terminal, 2,5-14 cm, di ketiak

daun ujung, daun pelindung elip atau bulat telur, panjang 0,5-1 cm. Kelopak: 5,

berlekatan berbentuk bibir, 1 membentuk bibir atas, bentuk bulat telur 2-3,5 mm,

1 bibir bawah membentuk 4 gigi, sisi luar berambut kelenjar, ungu atau hijau.

Mahkota: berbibir 3 bibir atas 2 bibir bawah, panjang tabung 1,5-2 mm, cuping

mahkota 3-5 mm, putih. Benang sari: 4, tersisip di dasar mahkota, 2 panjang.

Putik: kepala putik bercabang dua, tidak sama. Buah: kelopak ikut menyusun

buah, buah tegak dan tertekan, ujung bentuk kait melingkar, panjang kelopak buah

6-9 mm. Biji: tipe keras, coklat tua, gundul, waktu dibasahi segera membengkak

(Backer, 1963).

3. Kandungan

Kandungan yang terdapat didalam daun kemangi antara lain senyawa

flavonoid, saponin, glikosida, fenol, tannin, tiol, dan terpenoid (Ramesh dan

(30)

4. Kegunaan

Daun kemangi berguna sebagai obat batuk, ekspektoran, anti emetik,

penurun panas, pereda kejang, dan penambah nafsu makan (Direktorat Pengawas

Obat dan Makanan RI, 1985).

Kegunaan kemangi lainnya antara lain sebagai antiinflamasi, antiinfeksi,

kolik, dan sakit pada telinga (Rotblatt, 2002).

F. Maserasi

Maserasi adalah salah satu metode penyarian simplisia kering yang

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari yang direkomendasikan untuk metode ini adalah etanol atau campuran

antara etanol dengan air. Keuntungan dari metode maserasi adalah peralatannya

yang murah dan sederhana serta pengerjaan yang mudah. Kekurangannya antara

lain waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi cukup lama, penyarian yang

kurang sempurna, dan memerlukan jumlah pelarut yang banyak jika harus

dilakukan remaserasi (Badan POM RI, 2013).

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara

merendam simplisia yang telah dipotong-potong atau diserbukkan dengan cairan

pengekstraksi dan sesekali dilakukan pengkocokan. Prinsip ekstraksi dengan

metode maserasi adalah adanya gerak kinetik dari pelarut pada suhu ruangan

walaupun tanpa adanya pengocokan. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat

(31)

G. Flavonoid

Senyawa flavonoid terkandung dalam tumbuhan. Senyawa tersebut

berada pada bagian vegetatif maupun bagian bunga. Senyawa flavonoid ini

memiliki beragam aktivitas, salah satunya sebagai inhibitor lipooksigenase yang

merupakan jalur pada hormon eikosanoid seperti prostaglandindan tromboksan

(Robinson, 1995). Flavonoid tidak hanya menghambat proses inflamasi dari jalur

lipooksigenase, namun jalur siklooksigenase juga dapat dihambat aktivitas

enzimnya. Cara penghambatan jalur lipooksigenase dan siklooksigenase yaitu

menghambat pelepasan asam arakidonat yang merupakan komponen kemotaktik

(Winarsi, 2007).

Senyawa flavonol (quercetin, rutin, dan morin) dan flavonon (hesperetin

dan hesperidin) telah diteliti pada model inflamasi akut dan kronis pada hewan uji.

Rutin hanya efektif pada inflamasi kronis seperti adjuvant arthritis, flavonon

efektif pada inflamasi sub-kronik dan inflamasi neurogenik terinduksi xylene,

sedangkan quercetin adalah senyawa penting yang efektif terhadap inflamasi

edema kaki terinduksi karagenin (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan

Martinez, 2009).

Selain sebagai antioksidan, senyawa flavonoid juga memiliki

bermacam-macam mekanisme aksi dalam menghambat inflamasi yang dapat dilihat pada

(32)

Gambar 3. Berbagai macam mekanisme aksi flavonoid sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan Martinez, 2009).

Jaringan dan sel di dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang

disebabkan oleh radikal bebas dan ROS yang dihasilkan dari proses metabolisme

oksigen atau terinduksi faktor eksogen. Meningkatnya produksi ROS dapat

memicu kerusakan pada jaringan. Secara in vitro, senyawa flavonoid dapat

(33)

dan menghambat pembentukannya (Lafuente, Guillamon, Villares, Rostagno, dan

Martinez, 2009).

Rangsangan sel makrofag oleh endotoksin bakteri atau sitokin

meningkatkan ekspresi gen inducible nitric oxide synthase (iNOS) dan

meningkatkan produksi nitrit oksida (NO) dalam jumlah yang besar, sehingga

terjadi kerusakan oksidatif pada jaringan. Flavonoid dan polifenol alami lainnya

dapat menghambat aktivitas iNOS pada makrofag dengan cara menangkap radikal

NO, dan menurunkan pengekspresian enzim iNOS (Lafuente, Guillamon, Villares,

Rostagno, dan Martinez, 2009).

H. Landasan Teori

Inflamasi adalah bentuk respon proteksi tubuh akibat adanya benda asing

yang masuk kedalam tubuh, infeksi bateri atau virus, maupun kerusakan pada sel

atau jaringan di dalam tubuh. Rusaknya membran sel secara kimia, mekanis,

maupun fisik akan mengaktivasi enzim fosfolipase dan dibantu oleh radikal bebas

yang mengubah fosfolipid menjadi asam arakidonat. Adanya ikatan antigen

dengan antibodi menyebabkan pelepasan mediator inflamasi yang menginduksi

terjadinya inflamasi.

Asam arakidonat adalah subsrat utama dari mediator-mediator inflamasi

yang dihasilkan dari jalur lipooksigenase dan siklooksigenase. Prostaglandin dan

tromboksan dihasilkan dari jalur siklooksigenase, sedangkan jalur lipooksigenase

(34)

Flavonoid telah diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi dan antioksidan.

Salah satu aktivitas flavonoid sebagai antiinflamasi adalah dengan menghambat

pembentukan asam arakidonat sehingga produksi mediator inflamasi dari jalur

lipooksigenase dan siklooksigenase juga terhambat. Flavonoid sebagai

antioksidan juga turut berperan dalam mengurangi respon inflamasi dengan cara

menangkap radikal bebas, sehingga pembentukan asam arakidonat yang dipicu

oleh radikal bebas juga dapat dihambat.

Kemangi mengandung senyawa flavonoid dan fenolik yang terdapat pada

bagian daunnya. Penelitian pada daun kemangi sebelumnya menunjukkan bahwa

ekstrak air dan etanol daun kemangi memiliki kandungan flavonoid lebih banyak

dibandingkan dengan ektrak daun kemangi dengan pelarut yang cenderung lebih

non-polar.

I. Hipotesis

Ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas antiinflamasi topikal

terhadap edema punggung mencit betina galur Swiss yang terinduksi oleh

(35)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah.

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (1,67; 2,5;

dan 3,75%)

2) Variabel tergantung : tebal lipatan edema kulit punggung mencit (mm)

b. Variabel pengacau :

1) Variabel pengacau terkendali

a) Subjek uji : mencit betina galur Swiss

b) Umur : 6 – 8 minggu (2 – 3 bulan)

c) Berat badan : 20 – 25 gram

d) Keadaan subjek : sehat

2) Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patofisiologis mencit yang

(36)

2. Definisi operasional

a. Inflamasi merupakan respon tubuh karena adanya paparan benda asing dengan tubuh. Respon inflamasi dapat berupa merah, nyeri, bengkak,

perubahan fungsi, dan panas. Dalam hal ini, yang diamati berupa edema

(bengkak).

b. Ekstrak etanol daun kemangi adalah ekstrak yang dihasilkan dengan cara memaserasi 10 gram serbuk kering daun kemangi yang dilarutkan dalam

100 ml etanol 70% selama enam hari. Kemudian dengan jumlah pelarut

yang sama dilakukan remaserasi selama tiga hari, disaring dengan kertas

saring dan diuapkan menggukanan oven hingga didapatkan bobot tetap.

c. Konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi merupakan berat ekstrak kental etanol kemangi (gram) dalam setiap bobot basis (gram) satuan yang

digunakan b/b. Konsentrasi ekstrak kental kemangi yang digunakan adalah

1,67; 2,5; dan 3,75%.

d. Pemberian topikal dilakukan dengan cara mengoleskan secara merata pada kulit punggung mencit yang telah dicukur rambutnya terlebih dahulu pada

area seluas 2,25 cm2.

e. Inflammation-associated oedema merupakan tebal kulit punggung mencit yang meningkat dibandingkan dengan kulit normal. Diukur dengan

menggunakan jangka sorong digital setiap satu jam selama enam jam

setelah diinjeksikan karagenin (Tanko, Kamba, Saleh, Musa, dan

(37)

C. Bahan Penelitian

1. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss, dengan umur

2-3 bulan, berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboratorium

Hayati Imono USD Yogyakarta. Prosedur penelitian ini telah mendapatkan

kelayakan etik dari Ministry of National Education Faculty of Medicine

UGM dan Medical and Health Research Ethics Committee (MHREC)

dengan nomor KE/FK/908/EC.

b. Bahan uji yang digunakan adalah daun kemangi yang dipanen pada bulan

Juli dan diperoleh dari pasar Mataram, Magelang.

c. Inflamatogen yang digunakan adalah karagenin tipe I (Sigma Chemical

Co.) yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi

Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.

d. Etanol 70% diperoleh dari PT. Brataco Yogyakarta

e. NaCl 0,9% yang digunakan sebagai pelarut karagenin diperoleh dari

Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.

f. Akuades diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi

Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.

g. Biocream® diproduksi oleh Merck, diperoleh dari apotek K-24 Seturan,

Sleman.

h. Calacort® diproduksi oleh Galenium, diperoleh dari apotek K-24 Seturan,

(38)

i. Veet® diproduksi oleh Reckitt Benckiser, diperoleh dari Alfamart Seturan,

Sleman.

D.Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Alat pembuat ekstrak kental:

a. Oven

b. Mesin penyerbuk

c. Ayakan no.40 mesh

d. Alat-alat gelas seperti gelas Beaker, Erlenmeyer, gelas ukur, cawan porselin,

pipet tetes, batang pengaduk

2. Alat pengukuran tebal kulit:

a. Jangka sorong digital merk Mitutoyo

b. Neraca analitik merk Wipro

c. Gunting

d. Gelas arloji

e. Stopwatch

f. Spuit injeksi 1ml

g. Pinset

h. Toples plastik (tempat menyimpan kulit)

(39)

E.Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman menggunakan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman

yang dilakukan secara benar menurut Sudarsono (2002) dan WHO (2004).

2. Pengumpulan bahan

Daun kemangi didapatkan dari pasar Mataram Magelang yang dipanen

pada bulan Juli. Daun yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau segar,

tidak berlubang, dan tidak terdapat kotoran binatang kecil.

3. Pembuatan simplisia

Tanaman kemangi dicuci, lalu dipetik daunnya. Daun yang telah bersih

kemudian dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Selanjutnya

daun dikeringkan kembali menggunakan oven dengan suhu 40-50˚C hingga

kering. Daun yang telah kering terlihat berwarna hijau kecoklatan dan mudah

dihancurkan. Selanjutnya daun yang telah kering diserbuk menggunakan mesin

penyerbuk di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. Kemudian serbuk simplisia diayak menggunakan

ayakan ukuran empat puluh mesh.

4. Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi

Seberat sepuluh gram serbuk simplisia daun kemangi direndam dalam 100

(40)

hari pada temperatur kamar. Selama proses maserasi, dilakukan pengadukan dan

penggantian cairan penyari setiap tiga hari sekali. Sebelum dilakukan penguapan

ekstrak, cawan porselin ditimbang terebih dahulu agar diketahui berat filtrat

sebenarnya. Filtrat dipisahkan dari endapannya kemudian dikentalkan dengan cara

diuapkan pada cawan porselin diatas waterbath dengan suhu 50-60°C sambil

diaduk hingga didapatkan ekstrak kental.

5. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 33 ekor mencit betina galur Swiss,

berumur 2-3 bulan, dan berbobot 20-30 gram. Hewan uji dibagi secara acak

menjadi dua kelompok. Kelompok untuk pra-perlakuan sebanyak tiga ekor dan

kelompok perlakuan sebanyak 30 ekor mencit. Kelompok perlakuan terdiri dari

enam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit.

Hewan uji terlebih dahulu dicukur bulu punggungnya dengan gunting,

kemudian dioleskan Veet® untuk merontokkan bulu yang belum tercukur

sempurna. Kulit punggung yang telah tercukur bulunya dibiarkan selama 2 hari

untuk menghindari adanya inflamasi yang disebabkan oleh pencukuran dan

pemberian Veet®.

6. Pembuatan larutan karagenin

Karagenin 1,5 % dibuat dengan melarutkan 1,5 g karagenin dalam larutan

(41)

7. Orientasi pemberian karagenin

Hewan uji yang digunakan sebanyak enam ekor lalu dibagi menjadi tiga

kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua ekor. Tiap kelompok diberi

injeksi subkutan karagenin dengan konsentrasi 0,5%; 1%; dan 1,5%.

Tebal kulit punggung mencit diukur terlebih dahulu sebelum pemberian

karagenin dan setelah pemberian karagenin setiap 1 jam selama 6 jam. Edema

pada kulit punggung dari pemberian karagenin yang mengalami peningkatan tebal

kulit sebesar 2-3 kali dari tebal awal dipilih sebagai konsentrasi penginduksi

inflamasi.

8. Pengujian ekstrak etanol daun kemangi

Sebanyak 30 ekor mencit betina dibagi secara acak menjadi enam

kelompok perlakuan:

a. Kelompok 1 terdiri dari lima ekor mencit sebagai kontrol negatif (karagenin).

Mencit diinjeksi secara subkutan karagenin dengan konsentrasi 1,5% dan

diukur edema yang muncul dengan jangka sorong setiap satu jam selama enam

jam.

b. Kelompok 2, 3, 4, 5, dan 6 masing-masing terdiri dari lima ekor mencit sebagai

perlakuan Biocream®, Calacort®, ekstrak etanol daun kemangi 1,67%, 2,5%,

dan 3,75% b/b. Ekstrak seberat 1,67; 2,5; dan 3,75 gram masing-masing

dicampur dengan basis krim (Biocream®) seberat 10 gram, sehingga

didapatkan konsentrasi 1,67; 2,5; dan 3,75% b/b. Biocream®, Calacort®, dan

(42)

gram untuk dioleskan seluas 2,25 cm2 disekitar suntikan dan diukur tebal kulit

punggung dengan jangka sorong setiap satu jam selama enam jam.

F. Tata Cara Analisis Hasil

1. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur ketebalan edema kulit

punggung mencit menggunakan jangka sorong.

2. Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total

masing-masing perlakuan dengan menggunakan rumus berikut:

∑ [ ]

(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007)

Keterangan :

= area di bawah kurva dari jam ke-0 hingga jam ke-6 (mm.jam) = tebal lipatan kulit pada jam ke-(n-1) (mm)

= tebal lipatan kulit pada jam ke-n (mm)

= jam ke-(n-1) (jam)

3. Nilai persen penghambatan inflamasi dihitung dengan rumus berikut:

(Ikawati, Supardjan, dan Asmara, 2007)

Keterangan :

= rata-rata AUC total kontrol negatif (mm.jam)

= nilai AUC total pada kelompok perlakuan replikasi ke- (mm.jam)

4. Nilai AUC total masing-masing perlakuan di analisis dengan uji Shapiro-Wilk.

Kemudian dilanjutkan dengan analisis One-Way ANOVA dengan taraf

(43)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

ekstrak etanol daun kemangi memiliki efek antiinflamasi dan seberapa besar efek

antiinflamasinya pada punggung mencit betina yang terinduksi oleh karagenin.

A. Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Daun Kemangi

Tanaman kemangi yang didapatkan peneliti kemudian dideterminasi di

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universtas Sanata

Dharma. Hasil determinasi yang dicantumkan pada lampiran 7, menunjukkan

kebenaran dari tanaman yaitu Ocimum basilicum L. Tujuan dilakukannya

determinasi sebelum melakukan penelitian ini untuk memastikan kebenaran

tanaman yang digunakan oleh peneliti.

Tanaman kemangi yang telah di cuci kemudian dipetik daunnya dan

dipisahkan dari batang dan bagian lainnya. Daun kemangi yang dipilih adalah

daun yang masih segar dan berwarna hijau, tidak berlubang, dan tidak ada

binatang kecil atau kotorannya. Daun kemangi yang telah terkumpul, dijemur di

bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Lalu dikeringkan kembali di

dalam oven dengan suhu 40-50 ˚C hingga kering. Keringnya daun ditandai dengan

perubahan warna daun menjadi hijau kecoklatan dan mudah dihancurkan. Daun

kemangi kering kemudian diserbukan dengan mesin penyerbuk dan kemudian

(44)

Serbuk daun kemangi yang telah diayak kemudian di ekstraksi

menggunakan metode maserasi agar kandungan di dalam daun kemangi yang

mudah menguap tidak hilang atau rusak pada saat diekstraksi. Serbuk daun

kemangi ditimbang seberat 10 gram dan dicampur dengan etanol 70% sebanyak

100 ml dalam Erlenmeyer bersumbat, didiamkan selama enam hari. Kemudian

hasil rendaman disaring dengan kertas saring sehingga didapatkan ekstrak etanol

cair. Ekstrak etanol cair tersebut diuapkan di atas waterbath menggunakan cawan

porselin pada suhu 50-60°C hingga bobotnya tetap sehingga didapatkan ekstrak

kental. Pada penelitian ini, didapatkan ekstrak kental daun kemangi seberat 1,79

gram.

B. Orientasi Konsentrasi Pemberian Karagenin

Sebelum uji terhadap ekstrak dilakukan, peneliti melakukan orientasi

konsentrasi karagenin terlebih dahulu. Tujuan dari orientasi ini untuk mengetahui

konsentrasi karagenin optimal yang dapat digunakan dalam model penelitian ini.

Hasil yang diharapkan dari orientasi adalah terjadi selisih penebalan lipat kulit

punggung sebesar dua hingga tiga kali lipat dari tebal kulit normal dan mampu

mempertahankan ketebalan kulit hingga enam jam.

Dari orientasi ini, konsentrasi karagenin 1,5% menunjukkan hasil yang

diharapkan oleh peneliti, dengan puncak tebal kulit hingga tiga kali kulit normal

pada jam ke-1 dan mampu mempertahankan ketebalannya hingga jam ke-6.

Sehingga karagenin dengan konsentrasi 1,5% digunakan oleh peneliti dalam

(45)

Hasil dari orientasi konsentrasi pemberian karagenin pada hewan uji dapat

dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Selisih tebal lipat kulit dari berbagai konsentrasi karagenin.

C. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi

Setelah melakukan orientasi terhadap konsentrasi karagenin, maka

dilakukan uji efek antiiflamasi ekstrak etanol daun kemangi terhadap edema kulit

punggung mencit. Hasil dari penelitian ini berupa data selisih tebal lipat kulit

punggung yang didapatkan dari tebal lipat kulit pada jam ke-n setelah perlakuan

dikurangi dengan tebal lipat kulit normal. Selanjutnya dapat dilihat seberapa besar

penurunan tebal lipat kulit pada masing-masing kelompok perlakuan dari jam ke-1

hingga jam ke-6. Apabila terdapat efek antiinfamasi dari senyawa uji, maka akan

terjadi penurunan tebal lipat kulit yang signifikan hingga jam ke-6 dimana

ketebalannya sedapat mungkin mendekati tebal lipat kulit normal.

(46)

Hasil data yang ditampilkan berupa grafik penurunan tebal lipat kulit pada

setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik penurunan edema punggung mencit terinduksi karagenin dan diberi ekstrak etanol daun kemangi dari berbagai konsentrasi.

Grafik yang ditampilkan pada gambar 5 diatas, dapat dilihat bahwa terjadi

penebalan lipat kulit pada jam ke-1 setelah pemberian injeksi subkutan karagenin

pada semua kelompok perlakuan. Tebal lipat kulit paling tinggi ditunjukan oleh

kelompok kontrol negatif (karagenin) dan kelompok kontrol biocream. Pada

kelompok kontrol positif (Calacort®) dan ketiga kelompok konsentrasi ekstrak

etanol daun kemangi pada jam ke-1 menunjukkan tebal lipat kulit yang lebih kecil

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kontrol biocream.

Pada jam-jam berikutnya hingga jam ke-6 dapat dilihat bahwa kelompok

kontrol positif menunjukkan penurunan selisih tebal lipat kulit yang mendekati

kulit normal dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sedangkan kelompok

(47)

perlakuan ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 1,67% dan 3,75% memiliki

selisih tebal lipat kulit yang tidak berbeda jauh dari kelompok kontrol negatif dan

biocream. Selisih tebal lipat kulit pada kelompok konsentrasi 2,5% cenderung

lebih kecil dari konsentrasi 1,67% dan 3,75% namun lebih besar dibandingkan

dengan kontrol positif.

Setelah melihat grafik penurunan selisih tebal lipat kulit pada tiap jam,

selanjutnya dilakukan analisis data lanjutan dengan cara menghitung rata-rata

AUC total dari masing-masing kelompok perlakuan. Nilai rata-rata AUC total

adalah luas daerah di bawah kurva yang menunjukan rata-rata selisih tebal lipat

kulit dari jam ke-0 hingga jam ke-6. Semakin besar nilai rata-rata AUC totalnya,

maka semakin kecil penurunan selisih tebal lipat kulitnya, sehingga diharapkan

senyawa yang memiliki efek antiinflamasi memiliki nilai rata-rata AUC total yang

kecil dan berbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif maupun kontrol

biocream. Data diuji juga menggunakan uji Scheffe untuk melihat adanya

(48)

Hasil analisis data berupa tabel rata-rata AUC total dan uji Scheffe dapat

dilihat pada tabel I di bawah ini.

Tabel I. Nilai rata-rata AUC total dan hasil uji Scheffe masing-masing

Perlakuan I = kelompok kontrol negatif (karagenin) Perlakuan II = kelompok kontrol Biocream®

Perlakuan III = kelompok kontrol positif (Calacort®) Perlakuan IV = kelompok ekstrak daun kemangi 1,67% Perlakuan V = kelompok ekstrak daun kemangi 2,5% Perlakuan VI = kelompok ekstrak daun kemangi 3,75% SE = standar error

X = rata-rata AUC total B = Berbeda bermakna TB = Tidak berbeda bermakna

Dari hasil uji Scheffe terhadap rata-rata AUC total yang ditampilkan pada

tabel I, dapat dilihat bahwa kelompok negatif dan kelompok biocream memiliki

perbedaan yang tidak bermakna, sehingga disimpulkan bahwa kelompok kontrol

biocream secara statistik tidak memiliki efek antiinflamasi. Perbedaan yang

bermakna ditunjukan pada perbandingan antara kelompok kontrol positif dengan

kelompok kontrol negatif, maka hal tersebut membuktikan bahwa secara statistik

kontrol positif (Calacort®) memiliki efek antiinflamasi. Masing-masing kelompok

(49)

Kelompok konsentrasi 1,67% berbeda tidak bermakna terhadap kelompok

konsentrasi 2,5 dan 3,75%. Begitu juga dengan kelompok konsentrasi 2,5% yang

juga berbeda tidak bermakna dengan kelompok konsentrasi 3,75%. Ketiga

kelompok perlakuan ekstrak juga berbeda tidak bermakna terhadap kelompok

kontrol negatif, biocream, maupun kontrol positif. Dari hasil tersebut, dapat

disimpulkan bahwa ketiga kelompok konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi

tidak memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema kulit punggung mencit

terinduksi karagenin.

Berikutnya adalah hasil analisis data berupa tabel persen penurunan

inflamasi (%PI) yang dapat dilhat pada tabel II di bawah ini.

Tabel II. Nilai %PI dan hasil uji Scheffe masing-masing kelompok perlakuan

Perlakuan %PI (X ± SE) I II III IV V VI

Perlakuan I = kelompok kontrol negatif (karagenin) Perlakuan II = kelompok kontrol Biocream®

Perlakuan III = kelompok kontrol positif (Calacort®) Perlakuan IV = kelompok ekstrak daun kemangi 1,67% Perlakuan V = kelompok ekstrak daun kemangi 2,5% Perlakuan VI = kelompok ekstrak daun kemangi 3,75% SE = standar error

B = Berbeda bermakna TB = Tidak berbeda bermakna

Hasil uji Scheffe terhadap %PI juga menunjukan hal yang serupa dengan

(50)

tunjukan dari perbandingan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok

kontrol negatif. Kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol biocream

juga memiliki perbedaan yang tidak bermakna satu sama lain. Ketiga kelompok

konsentrasi ekstrak juga menunjukan adanya perbedaan tidak bermakna terhadap

kelompok kontrol negatif, kontrol biocream, kontrol positif, maupun antar

kelompok konsentrasi satu sama lain.

Dari grafik penurunan selisih tebal lipat kulit, disebutkan bahwa ekstrak

dengan konsentrasi 1,67 dan 3,75% tidak memiliki efek antiiflamasi dan ekstrak

pada konsentrasi 2,5% memiliki efek antiinflamasi. Tetapi adanya perbedaan

tidak bermakna antar ketiga kelompok konsentrasi maupun terhadap ketiga

kelompok kontrol pada uji Scheffe rata-rata AUC total dan persen penurunan

inflamasi (%PI) menunjukan bahwa secara statistik ketiga konsentrasi ekstrak

daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi topikal terhadap edema punggung

mencit terinduksi karagenin.

Hasil rata-rata AUC total dan nilai persen penurunan inflamasi (%PI)

dalam bentuk diagram batang dapat dilihat pada gambar 6 dan 7 berikut ini.

(51)

Gambar 7. Diagram nilai %PI dari berbagai kelompok perlakuan.

Rentang standar error yang cukup luas yang ditampilkan pada diagram diatas

dapat disebabkan karena adanya variasi data yang cukup besar.

Tidak adanya efek antiinflamasi dari percobaan ini dimungkinkan karena

senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antiinflamasi tidak masuk ke dalam

penyari etanol 70% atau senyawa yang terkandung dalam daun kemangi hanya

berperan sebagai antioksidan saja dan tidak memiliki efek antiinflamasi, sehingga

dapat disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan penyari yang bersifat

lebih polar seperti akuades dan dilakukan pengujian jumlah kandungan flavonoid

(52)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Ekstrak etanol daun kemangi tidak memiliki efek antiinflamasi terhadap edema

kulit punggung mencit yang terinduksi karagenin.

B.Saran

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan menggunakan penyari akuades apakah

memiliki efek antiinflamasi topikal.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Babb, R. R., 1992, Gastrointestinal Complications of Nonsteroidal Anti-inflamatory Drugs, TheWestern Journal of Medicine, 157 (2), 444-447.

Backer, C. A., 1963, Flora of Java, vol. II, NVP, Groningen, Netherland, pp. 639.

Badan POM RI, 2013, Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak, Volume 2, Badan POM RI, Jakarta, pp. 4, 10.

Direktorat Jendral Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 1985, Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp.72.

Fitriyani A., Winarti, L., Muslichah, S. Siti, 2011, Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Pada Tikus Putih,

Majalah Obat Tradisional, 16 (1), 34-42.

Gunani, S. B., 2009, Uji Daya Antiinflamasi Krim Tipe A/M Ekstrak Etanolik Jahe 10% (Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topikal Terhadap Udem Kaki Tikus yang Diinduksi Karagenin, Skripsi, 7, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Hamdani, S., 2013, Maserasi, http://catatankimia.com/catatan/maserasi.html, diakses pada tanggal 6 Mei 2013.

Haryanti S., Katno, 2011, Aktivitas Sitotoksik Ocimum sanctum L. Pada Sel Kanker Kolon WiDr, Simposium, Simposium Nasional XV PERHIPBA, Solo.

Hidayati, N. A., Listyawati, S., dan Setyawan A. D., 2005, Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1), 10-17.

(54)

Lafuente A. G., Guillamón, E., Villares, A., Rostagno, M. A., Martínez, J. A., 2009, Flavonoids as Anti-Inflamatory Agents: Implication in Cancer and Cardiovascular Disease, Inflamation Research, 58, 537-552.

McCane, H., 2008, Understanding Pathophysiology, 4th Edition, Mosby Inc., China, pp. 121-142.

Netdoctor, 2014, Hc45 hydrocortisone cream, http://www.netdoctor.co.uk/skin-and-hair/medicines/hc45-hydrocortisone-cream.html, diakses pada tanggal 29 April 2014.

Plantamor, 2012, Selasih (Ocimum basilicum), http://www.plantamor.com/ index.php?plant=913, diakses pada tanggal 5 Mei 2013.

Ramdani, N. F., Mambo, C., Wuisan J., 2014, Uji Efek Daun Kemangi (Ocimum basilicum L. Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus), Jurnal E-Biomedik, 2 (1).

Ramesh, B., Satakopan V. N., 2010, In Vitro AntioxidantActivities of Ocimum Species: Ocimum Basilicum and Ocimum Sanctum, Journal of Cell and Tissue Research, 10 (1), 2145-2150.

Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J. M. And Moore, P.K., 2007, Pharmacology 5th

ed., Churcill Livingstone, London. pp. 231-237, 244-250, 562-567.

Rhen T., Cidlowski J. A., 2005, Antiinflamatory Action of Glucocortocoids, New Mechanism for Old Drugs, The New England Journal of Medicine, 353 (16), 1711-1723 nociceptive and anti-inflammatory Activities of Ethanolic Flower Extract of Newbouldia Laevis in Mice and Rats, International Journal of Applied Research in Natural Products, 1 (3), 13-19.

Tjay, T.H., Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, Edisi V, Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 202-302, 311.

Walidah, C., 2014, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati

(55)

Walter, K. A., 2002, Dermatological and Transdermal Formulations, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 1, 4.

WebMD, 2009, The Skin (Human Anatomy): Picture, Definition, Function, and Skin Conditions,

http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-the-skin, diakses pada tanggal 12 Agustus 2014.

Weller, B. F., 1997, Kamus Saku Perawat, Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 354.

WHO, 2004, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, World Health Organization, Geneva, pp. 206-207.

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami Dan Radikal Bebas, Kanisius, Yogyakarta, pp. 186.

Yanhendi, Yenny S. W., Berbagai Bentuk Sediaan Topikal Dalam Dermatologi,

(56)
(57)

Lampiran 1: Data perhitungan statistik

a. Data perhitungan AUC tebal lipat kulit punggung mencit

(58)
(59)

7. Data hasil uji statistik

Perlakuan Statistik SE Kontrol Negatif

Mean

9,27 0,82 Kontrol Biocream 8,18 1,18 Kontrol Positif 2,54 1,27

(60)

Test of Homogeneity of Variances

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol

Negatif

Kontrol Biocream 1.08400 1.72288 .995 -5.1526 7.3206

Kontrol Positif 6.72800* 1.72288 .029 .4914 12.9646

Kontrol Negatif -1.08400 1.72288 .995 -7.3206 5.1526

Kontrol Positif 5.64400 1.72288 .094 -.5926 11.8806

Kemangi 1,67% 2.25400 1.72288 .882 -3.9826 8.4906

Kontrol Biocream -5.64400 1.72288 .094 -11.8806 .5926

Kemangi 1,67% -3.39000 1.72288 .578 -9.6266 2.8466

Kemangi 2,5% -2.00800 1.72288 .924 -8.2446 4.2286

(61)

Kemangi

1,67%

Kontrol Negatif -3.33800 1.72288 .594 -9.5746 2.8986

Kontrol Biocream -2.25400 1.72288 .882 -8.4906 3.9826

Kontrol Positif 3.39000 1.72288 .578 -2.8466 9.6266

Kemangi 2,5% 1.38200 1.72288 .984 -4.8546 7.6186

Kemangi 3,75% .86800 1.72288 .998 -5.3686 7.1046

Kemangi

2,5%

Kontrol Negatif -4.72000 1.72288 .227 -10.9566 1.5166

Kontrol Biocream -3.63600 1.72288 .503 -9.8726 2.6006

Kontrol Positif 2.00800 1.72288 .924 -4.2286 8.2446

Kemangi 1,67% -1.38200 1.72288 .984 -7.6186 4.8546

Kemangi 3,75% -.51400 1.72288 1.000 -6.7506 5.7226

Kemangi

3,75%

Kontrol Negatif -4.20600 1.72288 .343 -10.4426 2.0306

Kontrol Biocream -3.12200 1.72288 .659 -9.3586 3.1146

Kontrol Positif 2.52200 1.72288 .824 -3.7146 8.7586

Kemangi 1,67% -.86800 1.72288 .998 -7.1046 5.3686

Kemangi 2,5% .51400 1.72288 1.000 -5.7226 6.7506

(62)
(63)

5. Kemangi 2,5%

7. Data hasil uji statistik

(64)

Deskriptif

Persen PI

Perlakuan Statistik SE Kontrol Negatif

Mean

0,00 8,88 Kontrol Biocream 11,72 12,68 Kontrol Positif 72,58 13,74 Kemangi 1,67% 36,05 13,84

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Within Groups 20721.561 24 863.398

(65)

Multiple Comparisons

PersenPI

Scheffe

(I) Perlakuan (J) Perlakuan

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol

Negatif

Kontrol Biocream -11.71800 18.58385 .995 -78.9886 55.5526

Kontrol Positif -72.57600* 18.58385 .029 -139.8466 -5.3054

Kemangi 1,67% -36.04600 18.58385 .593 -103.3166 31.2246

Kemangi 2,5% -50.93400 18.58385 .226 -118.2046 16.3366

Kemangi 3,75% -45.39800 18.58385 .342 -112.6686 21.8726

Kontrol

Biocream

Kontrol Negatif 11.71800 18.58385 .995 -55.5526 78.9886

Kontrol Positif -60.85800 18.58385 .094 -128.1286 6.4126

Kemangi 1,67% -24.32800 18.58385 .882 -91.5986 42.9426

Kemangi 2,5% -39.21600 18.58385 .503 -106.4866 28.0546

Kemangi 3,75% -33.68000 18.58385 .659 -100.9506 33.5906

Kontrol

Positif

Kontrol Negatif 72.57600* 18.58385 .029 5.3054 139.8466

Kontrol Biocream 60.85800 18.58385 .094 -6.4126 128.1286

Kemangi 1,67% 36.53000 18.58385 .579 -30.7406 103.8006

Kemangi 2,5% 21.64200 18.58385 .924 -45.6286 88.9126

Kemangi 3,75% 27.17800 18.58385 .825 -40.0926 94.4486

Kemangi

1,67%

Kontrol Negatif 36.04600 18.58385 .593 -31.2246 103.3166

Kontrol Biocream 24.32800 18.58385 .882 -42.9426 91.5986

Kontrol Positif -36.53000 18.58385 .579 -103.8006 30.7406

Kemangi 2,5% -14.88800 18.58385 .984 -82.1586 52.3826

Kemangi 3,75% -9.35200 18.58385 .998 -76.6226 57.9186

Kemangi

2,5%

Kontrol Negatif 50.93400 18.58385 .226 -16.3366 118.2046

Kontrol Biocream 39.21600 18.58385 .503 -28.0546 106.4866

Kontrol Positif -21.64200 18.58385 .924 -88.9126 45.6286

Kemangi 1,67% 14.88800 18.58385 .984 -52.3826 82.1586

Kemangi 3,75% 5.53600 18.58385 1.000 -61.7346 72.8066

(66)

3,75% Kontrol Biocream 33.68000 18.58385 .659 -33.5906 100.9506

Kontrol Positif -27.17800 18.58385 .825 -94.4486 40.0926

Kemangi 1,67% 9.35200 18.58385 .998 -57.9186 76.6226

Kemangi 2,5% -5.53600 18.58385 1.000 -72.8066 61.7346

(67)

Lampiran 2: Gambar struktur kulit dengan pengecatan HE dan perbesaran 200x

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g)

(68)

Lampiran 3: Tanaman Kemangi dan ekstrak

Gambar 9. Tanaman kemangi.

Gambar 10. Daun kemangi kering.

Gambar 11. Maserasi daun kemangi.

.

(69)

Lampiran 4: Alat dan bahan

Gambar 13. Biocream®.

Gambar 14. Calacort®.

Gambar 15. Spuit injeksi.

(70)

Lampiran 5: Cara kerja

Gambar 17. Punggung mencit yang telah dicukur bulunya.

Gambar 18. Pengukuran tebal kulit.

Gambar 19. Pengambilan sampel kulit.

(71)
(72)
(73)
(74)

BIOGRAFI PENULIS

Yohanes Ivan Kristian Santoso merupakan anak

bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Bambang

Purnomo Santoso dan Listiani Dewi. Lahir di Magelang, 08

Juli 1992. Memiliki dua kakak perempuan bernama Inge

Ekasari Sartika dan Devina Kristiani.

Penulis menempuh pendidikan di TK Tunas Kasih

Magelang (1996-1998), SD Kristien Indonesia Magelang (1998-2004), SMP

Negeri 1 Magelang (2004-2007), SMA Negeri 1 Magelang (2007-2010),

kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Gambar

Gambar 21. Sampel Kulit yang Disimpan Dalam Formalin 10%......................53
Tabel II. Nilai %PI dan Hasil Uji Scheffe Masing-masing
Gambar Struktur Kulit Dengan Pengecatan HE dan
Gambar 1. Anatomi kulit normal (WebMD, 2009).
+7

Referensi

Dokumen terkait

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI

Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis terkait penelitian tentang efek antiinflamasi topikal ekstrak Milk Thistle yang terinduksi karagenin 3% secara subkutan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi topikal dan mekanisme aktifitas antiinflamasi topikal dari ekstrak etanol daun Crescentia cujete pada

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi ( Ocimum basilicum L.) dapat mencegah cedera hepatosit secara bermakna pada hepat mencit ( Mus musculus ) jantan galur Swiss yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol kulit batang jambu biji (Psidium guajava L.) terhadap edema pada telapak kaki tikus

karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Benzoil Eugenol secara Topikal terhadap Edema Kaki

Rata-rata Nilai AUC Total dan Rata-rata Persen Penghambatan Inflamasi (%PI) Mencit yang di Induksi Karagenin pada Penelitian Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Sambiloto

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap berkat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Kulit Alpukat (Persea