• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

Septriana Alatifu Leksana

NPM. 0743010164

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA

Oleh :

SEPTRIANA ALATIFU LEKSANA

NPM. 07 43010 164

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 13 Juni 2011

PEMBIMBING

Ir. H. Didiek Tranggono, Msi

NIP. 19581225 199001 1 00 1

TIM PENGUJI

1.

Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 19581225 199001 1 00 1

2.

Sekretaris

Dra. Sumardjijati, M.Si

NIP. 19620323 199309 2 00 1

3.

Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si

NIP. 19641225 199309 2 00 1

Mengetahui

DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “IKLIM KOMUNIKASI

ORGANISASI PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA”

dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ir. H. Didiek Tranggono,

M.Si selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril. Spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito, S.sos, Msi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang

senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penulisan skripsi

penelitian ini.

4.

Keluarga penulis Bapak, Ibu serta adik terima kasih atas dan dukungan,

(4)

5.

Seseorang yang penulis sayangi Dwy Prasetyo, yang selalu memberikan

semangat, bantuan dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

6.

Semua teman-temanku angkatan 2007 dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

7.

Buat sahabat-sahabatku terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Semoga Allah Swt melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-jasa

yang telah diberikan kepada penulis baik secara moril maupun materiil.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan

yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya,

Mei

2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSTUJUAN UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah... 1

Rumusan Masalah... 4

Tujuan Penelitian... 4

Manfaat Penelitian... 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Land

asan Teori...

5

(6)

2.1.1.1.

Defin

isi Organisasi...

5

2.1.1.2.

Kary

awan ...

7

2.1.1.3.

Tujua

n Ikut dalam Organisasi...

9

2.1.2.

Kom

unikasi Organisasi...10

2.1.2.1.

Peng

ertian Komunikasi Organisasi...10

2.1.2.2.

Jarin

gan Komunikasi...

12

2.1.2.3.

Arus

Informasi Dalam Organisasi...13

2.1.2.4.

Kebij

akan Komunikasi...14

2.1.2.5.

Kom

unikasi Organisasi yang Efektif...15

2.1.3.

Iklim

Komunikasi Organisasi...16

2.1.3.1.

Iklim

Organisasi...16

2.1.3.2.

Iklim

(7)

2.1.3.3.

Iklim

Komunikasi Organisasi...24

2.1.3.4.

Fakto

r-Faktor Iklim Komunikasi Organisasi...24

2.1.3.5.

Kepu

asan Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan

Kerja...26

2.1.3.6.

Hubu

ngan Komunikasi Organisasi dengan Kepuasan

Kerja...29

2.1.3.7.

Impli

kasi Iklim Komunikasi Organisasi terhadap

Pengembangan Karier...31

2.2.

Kera

ngka Berpikir...34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Defin

isi Operasional Variabel...

37

3.2.

Popul

asi dan Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel...

44

3.3.

Tekni

k Pengumpulan Data...

45

3.4.

Teknik Analisis Data...

47

(8)

4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.Latar Belakang Perusahaan... 51

4.1.2.Struktur Organisasi... 53

4.2.Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden... 54

2. Deskripsi Indikator Iklim Komunikasi Organisasi di PT. Graha

Cendana Abadi Mitra...

a. Deskriptif Tentang Kepercayaan... 57

b. Deskriptif Tentang Pembuatan Keputusan Bersama... 62

c. Deskriptif Tentang Kejujuran... 67

d. Deskriptif Tentang Keterbukaan Dalam Komunikasi

Ke

Bawah...

73

e. Deskriptif Tentang Mendengarkan Dalam Komunikasi

Ke

Atas...

80

f. Deskriptif Tentang Perhatian Pada Tujuan-Tujuan

Berkinerja

Tinggi... 83

3.

Deskripsi Iklim Komunikasi Organisasi di PT. Graha Cendana

Abadi Mitra Secara Umum

a.

Deskriptif Variabel Kepercayaan...

89

b.

Deskriptif Variabel Pembuatan Keputusan Bersama..

91

c.

Deskriptif Variabel Kejujuran...

92

(9)

Ke Bawah...

94

e.

Deskriptif Variabel Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke

Bawah... 95

f.

Deskriptif Variabel Perhatian Pada Tujuan-Tujuan Berkinerja

Tinggi... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...

97

5.2. Saran...

98

DAFTAR PUSTAKA...

100

(10)

DAFTAR TABEL

Tebel 4.1

Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 52

Tabel 4.2

Profil Responden Berdasarkan Usia... 53

Tabel 4.3

Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 54

Tabel 4.4

Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 55

Tabel 4.5

Atasan

Memiliki

Kepercayaan

Yang

Tinggi

Kepada Bawahan... 57

Tabel

4.6

Bawahan Memiliki Kepercayaan Yang Tinggi

Kepada

Atasan...

58

Tabel 4.7

Karyawan Percaya Kepada Rekan Kerja... 59

Tabel 4.8

Terdapat Rasa Saling Percaya Di Antara Orang-Orang Dalam

Kelompok Kerja... 60

Tabel 4.9

Personel Di Semua Tingkat Berkomunikasi Dan Berkonsultasi

Mengenai Kebijakan Organisasi Yang Relevan Dengan

Kedudukan Mereka... 62

Tebel 4.10

Banyak Ruang Komunikasi Yang Tersedia Untuk Berkonsultasi

Dengan Tingkat Manajemen Yang Berada Di Karyawan... 64

Tabel 4.11

Terdapat Dukungan Organisasi Atas Perbedaan Pendapat.. 66

Tabel

4.12

Atasan Memiliki Kejujuran Yang Tinggi Kepada

Bawahan... 67

Tabel

4.13

Bawahan Memiliki Kejujuran Yang Tinggi Kepada

Atasan... 69

Tabel 4.14

Karyawan Jujur Kepada Rekan Kerjanya... 70

Tabel 4.15

Terdapat Kejujuran Di Antara Orang-Orang Dalam Kelompok

Kerja... 71

Tabel 4.16

Semua Personel Dapat Menerima Informasi Yang Meningkatkan

Kemampuan Mereka... 73

(11)

Tabel 4.18

Semua Personel Dapat Mengatakan Isi Pikiran Mereka... 76

Tabel 4.19

Semua Personel Mudah Memperoleh Informasi Yang Berkaitan

Langsung Dengan Pekerjaan Mereka... 78

Tabel 4.20

Atasan Mendengarkan Dan Berpikiran Luas Mengenai Semua

Saran Atau Laporan Yang Diajukan... 80

Tabel 4.21

Informasi Yang Diterima Dari Bawahan Dipandang Cukup

Penting Oleh Atasan... 82

Tabel 4.22

Semua Personel Menunjukkan Komitmen Terhadap Tujuan

Berkinerja Tinggi... 84

Tabel 4.23

Terdapat Perhatian Yang Serius Kepada Kesejahteraan Semua

Personel... 85

Tabel 4.24

Terdapat Pertukaran Informasi Di Antara Kelompok Berbeda

Untuk Peningkatan Kemampuan Penyelesaian Masalah... 87

Tabel 4.25

Variabel Kepercayaan... 89

Tabel 4.26

Variabel Kejujuran... 91

Tabel 4.27

Variabel Pembuatan Keputusan Bersama... 92

Tabel 4.28

Variabel Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah... 93

Tabel 4.29

Variabel Mendengarkan Dalam Komunikasi Ke Atas... 94

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Daftar Pertanyaan (Kuesioner)...102

Lampiran 2.

Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden...110

(13)

ABSTRAKSI

SEPTRIANA ALATIFU LEKSANA, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI

PT. GRAHA CENDANA ABADI MITRA SURABAYA.

Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui

bagaimanakah iklim komunikasi organisasi di PT. Graha Cendana Abadi Mitra

Surabaya. Iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai

pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam

organisasi. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

karyawan dari bagian produksi dapat diketahui ada beberapa pegawai

mengeluhkan pekerjaan secara informal: sikap mandor yang meremehkan

pendapat dari karyawan, seperti mengenai usulan desain tas baru dari karyawan:

dan kekurangtelitian mandor dalam membaca surat order yang diberikan oleh

divisi produksi mengenai perlengkapan koper atau asesoris koper sehingga sering

terjadi gagal produk: dan hubungan yang kurang harmonis antara divisi EVA dan

divisi jahit sehingga kalau terjadi kesalahan tidak ada yang mau disalahkan.

Dalam pelaksanaan operasionalnya seringkali ditemukan beberapa masalah yang

mengganggu hubungan komunikasi di perusahaan. Masalah tersebut di antaranya

kurangnya pendekatan pimpinan terhadap karyawan di kantor.

Dalam penelitian ini iklim komunikasi di PT. Graha Cendana Abadi Mitra

Surabaya dijabarkan menjadi 6 variabel berdasarkan Pave (2000:154) yaitu

kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam

komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian

pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Adapun data diolah berdasarkan data primer hasil penyebaran kuesioner

yang dibagikan kepada 115 orang karyawan PT. Graha Cendana Abadi Mitra

Surabaya. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis deskriptif untuk

mengetahui respon para karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi. Iklim

komunikasi organisasi di PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya dapat

dijabarkan menjadi 6 variabel, yang masing-masing variabel dijabarkan lagi

menjadi beberapa indikator.

(14)

Tinggi pada kategori sedang. Dapat dilihat pada analisis indikator penelitian

bahwa iklim komunikasi di PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya kurang

baik. Dapat dilihat pada analisis indikator penelitian bahwa : masih adanya

kesenjangan antara atasan dan bawahan, bawahan tidak mau mengungkapkan

permasalahan yang dihadapinya kepada atasan mereka, serta karyawan juga

belum sepenuhnya memberikan kualitas kerja sesuai dengan tujuan perusahaan

karena masih adanya batasan-batasan untuk berimprovisasi sehingga

perkembangan perusahaan juga akan terhambat.

Saran yang diberikan untuk pihak manajemen sebagai atasan dari

karyawan hendaknya dapat meningkatkan komunikasi baik dalam hal pekerjaan

maupun diluar pekerjaan, dengan demikian akan dapat terjalin hubungan yang

baik dan harmonis antara pihak manajemen dengan karyawan

Kesimpulannya adalah berdasarkan hasil analisis mengenai iklim

komunikasi organisasi yang dilihat dari pola perilaku komunikasi yang meliputi

dialogis, interaksional dan kolektif diperoleh hasil bahwa masih banyak

kekurangan dalam berkomunikasi antara atasan dan bawahan, karena dengan

adanya keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku

komunikasi itulah, maka bentuk komunikasi antarpribadi seringkali dipergunakan

untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu suatu teknik komunikasi secara

psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau

rayuan.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia yang ada di dunia ini, tidak mungkin dapat terlepas

dari kehidupan berkelompok atau berorganisasi. Hal ini dikarenakan,

manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak

mungkin dapat hidup seorang diri. Dalam menjalani kehidupan

berorganisasi tersebut, manusia yang satu dengan yang lainnya saling

berinteraksi. Interaksi yang dilakukannya melalui komunikasi, baik secara

verbal maupun non-verbal, baik lisan maupun tulisan.

Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi disebut dengan

komunikasi organisasi. Adapun tujuan komunikasi dalam organisasi

adalah untuk membentuk saling pengertian (mutual understanding)

sehingga terjadi kesetaraan kerangka referensi (frame of references) dan

kesamaan pengalaman (fiels of experience) diantara anggota organisasi.

Dari pengalaman-pengalaman komunikasi organisasi yang terjadi,

perlahan-perlahan akan membentuk suatu iklim komunikasi organisasi,

iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi, mengenai pesan

dan peristiwa yang berhubungan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace

(16)

Keberadaan iklim komunikasi organisasi, sangatlah penting.

Karena iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup

anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana

kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai

dan bagaimana cara beradaptasi. Pentingnya iklim komunikasi organisasi

didasari oleh Redding. Bahkan ia menyatakan bahwa “iklim (komunikasi)

organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik

komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang

efektif” (Pace & Faules, 2001:148). Di samping itu iklim komunikasi

dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan

masa kerja (turn over) pegawai dalam organisasi (Pace & Faules, 2001).

Pentingnya keberadaan iklim komunikasi organisasi ini, membuat peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang iklim komunikasi organisasi.

“Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan

mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan merupakan suatu

sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling

tergantung satu sama lain” (Muhammad, 2007:24). Sebuah organisasi

dituntut untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan umum, sehingga

memerlukan adanya suatu penerimaan dan pemaknaan pesan yang efektif

karena organisasi terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu

sama lain demikian pula dalam antar satu individu dengan lainnya.

Sebelum mencapai tujuan bersama atau tujuan umum, tiap organisasi

(17)

baik, nyaman, dan kondusif, karena dapat memberikan dampak yang

positif terhadap motivasi kerja karyawan dalam mencapai tujuan bersama.

“Iklim komunikasi organisasi meliputi persepsi-persepsi mengenai

pesan dari peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam

organisasi” (Pace dan Faules, 2006). Iklim komunikasi organisasi dapat

diputuskan sifatnya berdasarkan persepsi-persepsi pesan yang terjadi di

dalam organisasi tersebut, seperti yang dijelaskan di paragraf-paragraf

sebelumnya, bahwa komunikasi organisasi dapat dinilai keberhasilannya

jika dapat memberikan dan menerima pesan dan makna secara efektif,

seperti teori menurut Pace dan Faules (2006), menyatakan bahwa “alasan

lain yang mendukung pentingnya iklim komunikasi organisasi adalah

karena dengan adanya iklim komunikasi organisasi yang kondusif,

nyaman, dan positif, maka akan dipercaya akan meningkatkan motivasi

kerja dari para anggota organisasi atau karyawan perusahaan.

Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah PT. Graha

Cendana Abadi Mitra Surabaya. Adapun alasan peneliti memilih PT. Antar

Surya Jaya sebagai tempat penelitian, dikarenakan tingginya tingkat turn

over yang terjadi pada tahun 2007. Tingkat turn over yang terjadi pada

tahun 2007 mencapai 17%, tingkat turn over tersebut mengalami

peningkatan 10% dibanding tahun sebelumnya, 2006. Data turn over

(18)

yang tertulis pada alinea sebelumnya, yang mengatakan bahwa iklim

komunikasi organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi turn over

pegawai.

PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya merupakan salah satu

perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri tas yang didirikan

sekitar tahun 1997 terletak di Jalan Manukan Kulon No.51. Hingga saat ini

perusahaan didukung oleh 115 karyawan yang tersebar di beberapa divisi.

Selama ini, terlihat bahwa keadaan perusahaan terutama iklim komunikasi

organisasi yang terdapat pada PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya

terlihat baik-baik saja, akan tetapi secara fenomologis beberapa masalah

yang meliputi perusahaan tersebut. Berdasarkan survey pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti dengan karyawan dari bagian produksi dapat

diketahui ada beberapa pegawai mengeluhkan pekerjaan secara informal:

sikap mandor yang meremehkan pendapat dari karyawan, seperti

mengenai usulan desain tas baru dari karyawan: dan kekurangtelitian

mandor dalam membaca surat order yang diberikan oleh divisi produksi

mengenai perlengkapan koper atau asesoris koper sehingga sering terjadi

gagal produk: dan hubungan yang kurang harmonis antara divisi EVA dan

divisi jahit sehingga kalau terjadi kesalahan tidak ada yang mau

disalahkan. Dalam pelaksanaan operasionalnya seringkali ditemukan

beberapa masalah yang mengganggu hubungan komunikasi di perusahaan.

Masalah tersebut di antaranya kurangnya pendekatan pimpinan terhadap

(19)

wawancara dengan beberapa karyawan dari berbagai divisi. Menurut

permasalahan yang sudah dijabarkan di atas, masalah yang sering dihadapi

karyawan dan banyak keluhan-keluhan adalah dari divisi produksi, akan

tetapi tidak hanya bagian divisi produksi saja yang mengeluhkan adanya

sikap mandor atau pimpinan yang meremehkan pendapat atau saran dari

bawahan, melainkan dari divisi-divisi lainnya. Dalam hal ini permasalahan

yang muncul banyak datang dari karyawan bagian divisi produksi.

Selain itu adanya desas-desus yang menyebar di antara karyawan

mengenai perampingan jumlah karyawan. Informasi yang kurang jelas

tersebut menyebutkan bahwa salah satu upaya yang dilakukan perusahaan

untuk mengurangi jumlah karyawan adalah proses mutasi karyawan ke

perusahaan lain, dengan cara karyawan disuruh untuk membuat lamaran ke

perusahaan tersebut kemudian diseleksi. Komunikasi yang kurang baik

antara perusahaan dengan karyawan saat ini sangat mempengaruhi kinerja

para karyawan, dan menyebabkan para karyawan khawatir akan

kehilangan pekerjaan mereka. Pertemuan maupun pengarahan yang

diharapkan dapat mengkomunikasikan berbagai permasalahan sangat

jarang dilakukan perusahaan, sehingga semakin menambah kurang

baiknya iklim komunikasi di perusahaan.

Masalah yang ditemukan tersebut dimungkinkan adanya iklim

komunikasi yang kurang kondusif di dalam perusahaan sehingga timbul

keluhan dari karyawan mengenai pekerjaannya dan mengenai sikap

(20)

perusahaan diharapkan dapat menciptakan iklim yang menimbulkan

kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja melalui kebijakan, struktur, dan

prosedur kerja bagi orang-orang yang bekerja di dalamnya.

Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, peneliti memerlukan

responden. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah

para karyawan tetap PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya. Dengan

adanya keterkaitan secara lansung tersebut, mereka secara otomatis turut

serta mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yang terjadi, dan kinerja

mereka secara lansung memiliki dampak terhadap perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan dalam

penelitian ini “Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi di PT. Graha

Cendana Abadi Mitra Surabaya?”

(21)

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penulisan

skripsi ini adalah “Untuk mengetahui bagaimanakah iklim komunikasi

organisasi di PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya?”

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini untuk berbagai

pihak adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Memberikan tambahan referensi khususnya ilmu komunikasi

organisasi yang berkaitan dengan iklim komunikasi organisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini juga dapat dijadikan masukan yang nantinya, dapat

dijadikan, sebagai bahan evaluasi atas iklim komunikasi organisasi

di PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya.

b. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau

referensi untuk penetapan kebijakan PT. Graha Cendana Abadi

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Organisasi

2.1.1.1.Definisi Organisasi

Studi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang

obyek-obyek, juga studi mengenai obyek-obyek itu sendiri. (Pace &

Faules, 2001:2). Banyak pemikiran dari para ahli yang membahas

mengenai organisasi, salah satunya adalah definisi yang ditulis oleh Oliver

Sheldon (1923) yang menyatakan bahwa organisasi adalah proses

penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok

harus melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa memberikan saluran terbaik

untuk melakukan pemakaian yang efisien, sistematis, positif, dan

terkoordinasi dari usaha yang tersedia. Hal serupa juga dikemukakan oleh

Chester I. Banard (1938), yaitu organisasi adalah suatu sistem tentang

aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih, sesuatu yang tak

terwujud dan tak bersifat pribadi, sebagian besar mengenai hal

hubungan-hubungan.

Dalam kata-kata yang lebih sederhana, organisasi adalah sekelompok

orang yang bersatu padu bekerja untuk suatu tujuan bersama di bawah

(23)

(2002:40) menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, organisasi adalah

sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Organisasi juga dapat dikatakan sebagai kesatuan sosial yang

dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif

diidentifikasi dan bekerja secara terus-menerus untuk mencapai suatu

tujuan bersama atau sekelompok tujuan, definisi ini dikemukakan oleh

Stephen P. Robbin (Soemirat, Ardianto, Suminar, 1999:1-6).

Dalam buku “Komunikasi Organisasi” milik R. Wayne Pace dan

Don F. Faules dikatakan bahwa suatu organisasi, merupakan sebuah

wadah yang menampung orang-orang dan obyek-obyek, orang-orang

dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Bila organisasi

sehat, bagian-bagian yang interdependen bekerja dengan cara yang

sistematis untuk memperoleh hasil yang diinginkan. (Pace dan Faules,

2001:17).

Secara harafiah, organisasi berarti perpindahan dan bagian-bagian

yang satu sama lain saling tergantung. Charles I. Bernard mendefinisikan

organisasi sebagai sistem dari kegiatan manusia yang bekerja sama.

Kemudian Everett M. Rogers dan Rekah Agarwala-Roges dalam bukunya

Communication in Organizations menyatakan organisasi adalah sistem

yang mapan dari orang-orang yang beekerjasama untuk mencapai tujuan

(24)

Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat beberapa hakikat

organisasi yaitu :

1. Organisasi merupakan sebuah sistem yang stabil atau baik dari segi

hukum maupun sosial. Pada dasarnya sistem sebuah organisasi di

dalamnya terdapat jaringan-jaringan hubungan yang diperpanjang

sebagai sebuah sistem soaial.

2. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang

melakukan kerjasama, artinya setiap orang dalam organisasi harus

berpartisipasi. Partisipasi sangat erat kaitannya dengan kerjasama,

adapaun pengertiannya adalah keterlibatan spontan yang disertai

kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk

mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa organisasi adalah suatu bentuk perkumpulan dari

individu-individu yang di dalamnya terdapat jaringan-jaringan hubungan

yang dipandang sebagai suatu sistem yang saling melengkapi kebutuhan

satu sama lain sehingga tercapainya tujuan bersama.

2.1.1.2. Karyawan

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah

(25)

barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.

Hasibuan (2005:12) menjelaskan bahwa karyawan adalah penjual

jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompensasi yang besarnya

telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, karyawan wajib terikat

untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh

kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu

perusahaan dibedakan atas karyawan operasional dan karyawan manajerial

(pimpinan).

1. Karyawan Operasional

Karyawan operasional adalah sebagai orang yang secara langsung

harus mengerjakan sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah

atasan.

2. Karyawan Manajerial

Karyawan manajerial adalah setiap orang yang berhak memerintah

bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan

dikerjakan sesuai dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya

kegiatan-kegiatan orang lain. Karyawan manajerial ini dibedakan atas

manajerial ini dibedakan atas manajer lini dan manajer staf.

(26)

Manajer lini adalah seorang pemimpin yang mempunyai wewenang

lini (Lini Up), berhak dan bertanggung jawab langsung merealisasi

tujuan perusahaan.

b. Manajer Staf

Manajer staf adalah pemimpin yang mempunyai wewenang staf

(stel authority) yang hanya berhak memberikan saran dan

pelayanan untuk memperlancar penyelesaian tugas-tugas manajer

lini.

Jadi, pengertian tenaga kerja lebih luas daripada pengertian

karyawan, karena tenaga kerja adalah orang yang bekerja di dalam

maupun di luar hubungan kerja. Ciri khas hubungan kerja adalah tenaga

kerja itu bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima balas jasa

(Hasibuan, 2005:12).

2.1.1.3. Tujuan Ikut dalam Organisasi

Selama masa hidupnya manusia lebih banyak berada dalam saling

mempengaruhi dengan orang lain daripada menyendiri. Pada dasarnya

(27)

tujuannya hanya dapat terpenuhi apabila yang bersangkutan dengan orang

lain.

Manusia masuk ke dalam kelompok tentunya dengan tujuan

tertentu diharapkan dapat menimbulkan kepuasan. Berbagai tujuan yang

dapat diperoleh apabila seseorang masuk ke dalam kelompok dapat

bermacam-macam.

Seseorang bergabung atau tinggal sebagai anggota kelompok

karena dia berharap bahwa kelompok akan membantu beberapa fungsi

atau tujuannya. Menurut Herbert G. Hicks dalam Sutarto (2003:3-4),

tujuan masuk ke dalam kelompok adalah :

1. Kelompok atau organisasi sering dipakai untuk memecahkan

masalah-masalah ekonomi, militer, dan masalah-masalah-masalah-masalah lain.

2. Manusia mungkin masuk kelompok juga dikarenakan kebutuhannya

diterima dan mencegah kesepian dan kerenggangan, keagamaan,

famili, dan kelompok-kelompok lain sering membentuk kebutuhan ini.

3. Kelompok juga dapat memberi bantuan pada manusia yang kesusahan.

4. Kelompok dapat memberikan tujuan dan nilai hidup yang lebih

bernilai, norma perilaku, dan kesetiaan kelompok.

5. Kelompok sosial, kerja, dan bermacam-macam kelompok lainnya

(28)

6. Kelompok, dengan kehidupan mereka, memberikan manusia

kesempatan untuk memuaskan kebutuhannya gunga mengungkapkan

perasaannya dan melakukan hubungan dengan berbagai cara.

7. Perasaan keamanan seseorang sering dimanfaatkan dari kelompok

jika mereka mengurangi kecemasan orang dengan memberi dukungan,

pertahanan dan perasaan diikutsertakan.

8. Terkadang kelompok membantu memberikan theory tatkala

memecahkan permasalahan pribadi.

Apabila berbagai tujuan tersebut direnungkan, maka akan nampak

bahwa kehidupan saling pengaruh dengan orang lain jauh lebih bermanfaat

dibandingkan hidup seorang diri.

2.1.2. Komunikasi Organisasi

2.1.2.1.Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam or

ganisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian

informasi, ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal balik

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi

organisasi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern di dalam

organisasi (Wursanto, 2003:157).

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi

(29)

kompleks (Muhammad, 2004:65). Komunikasi organisasi juga dapat

didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit

komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Pace &

Faules, 2001:31).

Komunikasi organisasi (organizations communication) terjadi di

dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung

dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok

(Mulyana, 2001:75). Pengertian komunikasi organisasi dari buku Deddy

Mulyana ini akan menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian.

Untuk memahami komunikasi ada baiknya kita memahami terlebih

dahulu konseptualisasinya. Dalam komunikasi setidaknya terdapat 3

kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu : komunikasi sebagai

tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, komunikasi sebagai

transaksi. Dalam penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan kerangka

komunikasi sebagai interaksi.

Komunikasi sebagai interaksi menyertakan dengan suatu proses

sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang

menyampaikan pesan, baik verbal atu non-verbal, seseoarng penerima

bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukan kepala,

kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau

(30)

Dari konseptualisasi tersebut Shannon dan Weaver menyatakan

bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

pengaruh-mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja (Pareno,

2002:4).

Untuk memahami komunikasi organisasi, Ami Muhammad

memberikan definisi sendiri yang digunakan untuk memahami komunikasi

organisasi sebagai berikut : komunikasi adalah pertukaran pesan verbal

maupun non-verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk

mengubah tingkah laku (2004:4-5).

Dalam bukunya Robbins mengungkapkan bahwa dalam

berkomunikasi pria lebih langsung, tidak tergantung dan cenderung

memegang kendalai yang sering dipertegas dengan jalan mengemukakan

pemecahan. Sedangkan wanita dalam berkomunikasi tidak langsung,

mencari dukungan dan hubungan, bukan untuk memperoleh nasihat pria

(2003:21).

Jalaludin Rackhmat pernah mengungkapkan bila orang-orang

memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosio

ekonomis, agama ideologis cenderung saling menyukai dalam

berkomunikasi (1994:111). Selain itu dikatakan pula bahwa, orang

cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih

tinggi dari pada dirinya atau lebih berhasil dalam kehidupannya (Rakhmat,

(31)

Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi

rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum

melalui pembagian pekerjaan dan gungsi melalui hierarki otoritas dan

tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai

karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling

berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada

komunikasi kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan

aktivitas dalam organisasi tersebut (Muhammad, 2004:23).

2.1.2.2. Arus Informasi Dalam Organisasi

Desain organisasi haruslah memungkinkan terjadinya komunikasi

ke empat yaitu, ke atas, ke bawah (vertikal), horisontal, dan diagonal.

(Suwarto, 1999:166)

1. Komunikasi ke bawah : adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat

atas ke tingkat bawah dalam sebuah organisasi dan mencakup:

kebijakan pimpinan, instruksi, dan memo resmi.

2. Komunikasi ke atas: adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat

bawah ke atas sebuah organisasi dan mencakup: kotak saran,

pertemanan kelompok, dan prosedur keluhan.

3. Komunikasi horisontal: adalah komunikasi yang mengalir melintasi

berbagai fungsi dalam organisasi. Bentuk komunikasi ini diperlukan

untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai fungsi

(32)

4. Komunikasi diagonal: adalah komunikasi silang fungsi dan tingkat

dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi di mana anggota tidak

dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, ataupun

horisontal.

2.1.2.3. Kebijakan Komunikasi

Kebijakan komunikasi menggambarakan suatu penempatan tujuan

yang diinginkan organisasi dan untuk mencapainya dengan memandang

komunikasi. Dalam suatu organisasi di mana terdapat kebijakan-kebijakan

komunikasi formal, setiap individu manajer, supervisor, kepala seksi, dan

karyawan, maka akan dapat menimbulkan konflik antar anggota ketika

interaksi (soemirat, Ardianto, Sumina; 1999.3.)

Sigband (1996) dan Pace (1983), mengamati bahwa” sewaktu

perusahaan tidak memiliki filosofi komunikasi, kita hampir tanpa

kekecualian akan memberikan suatu hasil : (Soemirat, Ardianto, Sumirat,

1999:64).

1. Sedikit atau tidak ada pembahasan terhadap sebagai isu yang

kontroversial (masalah karyawan, gaji promosi, pemutusan hubungan

kerja dan lainnya).

(33)

3. Diskusi selanjutnya tetap dangkal dan hanya membahas permukaan

dari suatu topik untuk menghasilkan item-item yang nyata kepada

kepentingan bagi individual, di dalam dan diluar perusahaan.

Burhan (1971) dalam Pace (1983) telah mengamati, meskipun

setiap organisasi berbeda dalam menuangkan kebijkannya secara formal,

tetapi kesulitan komunikasi suatu organisasi sering muncul karena

perbedaan persepsi karyawan suatu perusahaan atau suatu kelompok kerja

dengan supervisor tentang kenijakan.( Soemirat, Ardianto, Suminar,

1999:64).

Sigmund (1969) dan Pace (1983) dalam Soemirat, Ardianto,

Suminar (1999; 64-65), mengemukakan filosofi komunikasi, sebagai

berikut:

1. Karyawan harus diberi informasi tentang aktifitas organisasi

2. Karyawan harus diberi informasi tentang tujuan, sasaran, perencanaan

dan arah perusahaan.

3. Karyawan harus diberi informasi tentang isu negatif, sensitif, dan

kontroversial.

4. Karyawan harus didorong untuk berperan serta dalam berlangsungnya

(34)

5. Karyawan harus mengadakan pertemanan secara periodik dengan

supervisor mereka untuk membahas kinerja kerja dan harapan

karyawan.

6. Pertemanan harus dilakukan untuk menemukan suatu yang penting

dan mendorong ekspresi mereka.

7. Karyawan harus memiliki situasi dan kondisi tertentu yang

memungkinkan berkomunikasi secara tepat.

Secara filosofis komunikasi yang efektif dalam organisasi adalah

adanya kata sepakat untuk perencanaan informasi jangka panjang dengan

aspek lainnya. Serta membuka saluran komunikasi dan mengembangkan

kebebasan menuangkan ide.

2.1.2.4 Komunikasi Organisasi yang Efektif

Komunikasi organisasi yang efektif dapat terjadi apabila iklim

organisasi yang ada dalam organisasi tersebut cukup mendukung. Iklim

organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi

makro mengenai peristiwa organisasi, perilaku manusia, respon pegawai

terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar

personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan organisasi tersebut. Iklim

organisasi berbeda dengan iklim pesan dan peristiwa yang berhubungan

(35)

Iklim organisasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota

organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan

anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota

tidak berani berkomukasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan

(Muhammad, 2004:85).

Redding dalam Pace dan Faules (2000:154) menyebutkan bahwa

iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat

dalam organisasi yang menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa

organisasi tersebut mempercayai anggotanya dan memberikan kebebasan

dalam mengambil resiko, mendorong dan memberi tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas-tugas, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup

tentang organisasi, dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi,

secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga

dapat melihat bahwa keterlibatan anggota penting terhadap

keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang

bermutu tinggi dan memberi tantangan.

2.1.3. Iklim Komunikasi Organisasi

2.1.3.1. Iklim Organisasi

Konsep mengenai iklim organisasi telah mendapat perhatian

kira-kira 30 tahun yang lalu tetapi sampai sekarang belum ada kesepakatan para

(36)

memisahkan, menerangkan, dan menentukan tempat konsepsi ini dalam

teori organisasi. Bermacam definisi dikemukakan dalam literatur mengenai

iklim organisasi di antaranya seperti apa yang dikemukakan oleh Tagiuri

(1968) dalam Muhammad (2002:82) yang mengatakan iklim komunikasi

organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal

organisasi yang dialami anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku

mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik

tertentu dari lingkungan.

Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai

suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum,

norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem

sosial. Selanjutnya Litwin dan Stringers (1968) dalam Muhammad

(2002:82) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut :

1. Rasa tanggung jawab.

2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan.

3. Ganjaran atau reward.

4. Rasa persaudaraan.

5. Semangat tim.

Mereka mengatakan bahwa iklim organisasi dapat dipelajari

dengan mengobservasi jumlah otonomi secara individual, kebebasan yang

(37)

dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari organisasi dan

banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada pekerja.

Kemudian Hillrieger dan Slocum (Jablin, 1987) dalam Muhammad

(2002:82) mengemukakan definisi iklim organisasi dengan

mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan

iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang

dapat dirasakan oleh anggota organisasi, terhadap anggota dan

lingkungannya.

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas kelihatan

bahwa para ahli belum sepakat tentang konsep iklim organisasi ini, tetapi

walaupun demikian sudah ada kesepakatan umum mengenai atributnya

tetapi juga ada hal-hal penting yang tidak disepakati mereka. Hal-hal yang

disepakati dan tidak disepakati menurut Tompkins (1985) dalam

Muhammad (2002:82) adalah sebagai berikut :

1. Ada konsensus bahwa iklim organisasi adalah suatu konsep yang

masih menjadi pembicaraan para ahli mengenai sifat yang dipunyai

secara keseluruhan atau organisasi secara keseluruhan atau sub unit

organisasi. Jame dan Jones membedakan iklim psikologis yang

dipersepsi individu mengenai organisasi dengan iklim organisasi yang

menunjuk kepada ciri global dari lingkungan organisasi yang

mencolok mata anggota. Bukti empiris memunjukkan bahwa

(38)

iklim organisasi adalah konsep yang bebas dari persepsi anggota secara

individual mengenai organisasi. Perbedaan ini juga membawa

implikasi penting terhadap bagaimana mendefinisikan iklim secara

operasional dan lainnya. Untuk mengukur iklim psikologis peneliti

hanya memerlukan mengukur persepsi anggota secara individu

mengenai organisasi. Tetapi sebaliknya karena iklim organisasi adalah

suatu atribut dari satu sistem, mengukur persepsi subjek saja tidaklah

cukup. Juga ada persetujuan bahwa iklim lebih bersifat deskriptif

daripada afektif atau evaluatif.

2. Juga ada persetujuan bahwa iklim bersifat deskriptif daripada

afektif atau evaluatif.

3. Juga diterima secara umum bahwa iklim timbul dari dan diperkuat

oleh praktik organisasi yang mungkin terbatas pada aktivitas yang

sistematis dan yang telah menjadi kebiasaan yang mendalam serta

penting oleh organisasi atau anggotanya.

4. Ada ketidaksepakatan mengenai bagaimana iklim secara umum.

Beberapa peneliti menduga bahwa suatu set dimensi atau pernyataan

yang deskriptif dapat digunakan untuk mencirikan iklim dari sistem.

Dimensi iklim ini dikembangkan oleh Litwin dan Stingers (1968).

Sebaliknya Schneider (Thompkin, 1985) mengemukakan bahwa

organisasi mungkin mempunyai banyak iklim yang berbeda seperti,

(39)

mendasarkan pendapatnya ini pada hubungan iklim dengan praktek

organiasi. Jika praktek mengahsilkan iklim, tentu ada iklim tertentu

bagi tiap-tiap praktik yang berbeda dalam organisasi.

5. Juga diperdebatkan apakah iklim itu konsep yang objektif atau

subjektif.

6. Diperkirakan bahwa: iklim organisasi mempengaruhi tingkah laku

anggota organisasi.

7. Iklim juga mempunyai pertalian dengan kultur organisasi.

Beberapa pengarang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah suatu

pengganti yang lebih bersifat empiris bagi istilah kultur. Sementara

yang lain mengatakan bahwa kultur adalah samar dan harus

ditempatkan pada konsep yang lebih luas dari iklim. Secara umum

iklim kelihatannya adalah satu bentuk bukan suatu pengganti kultur.

Hasil-hasil penelitian mengenai iklim organisasi cenderung

mendukung kesimpulan bahwa lebih positif iklim lebih produktif

organisasi ( Campbell 1970) dalam Muhammad (2002:82) iklim yang

positif ini tidak hanya menguntungkan organisasi tetapi juga penting bagi

(40)

2.1.3.2 Iklim Komunikasi

Ada hubungan yang sirkuler antara iklim organisasi dengan iklim

komunikasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan

iklim, di antaranya iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh

bermacam-macam cara anggota bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim

komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi

berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota yang

lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani

berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim

organisasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan

dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan.

Redding (Goldhaber, 1986) dalam Muhammad (2002:82) mengemukakan

liam dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut.

1. “Supportivenes”, atau bawahan mengamati bahwa hubungan

komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka mebangun dan

menjaga perasaan diri berharga dan penting.

2. Partisipasi membuat keputusan

3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia.

(41)

5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja

dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Gibb dalam Muhammad (2002:82) menegaskan bahwa tingkah

laku komunikasi anggota organisasi mengarahkan kepada iklim

supportiveness. Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:

1. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada

kejadian yang dapat diamati daripada evaluasi secara subjektif atau

emosional.

2. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi

mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara sama.

3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan

dalam berespons terhadap situasi yang terjadi.

4. “Empathi”, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan

pengertian terhadap anggota lainnya.

5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain

sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan

kekuasaan.

6. “Provisionalism”, anggota organisasi bersifat fleksibel dan

(42)

Selanjutnya Denis (1975) dalam Muhammad (2002:82)

mengemukakan iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang

bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup

persepsi anggota orfanisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan

kejadian dalam organisasi. Denis melakukan pengujian terhadap dimensi

iklim komunikasi yang dikemukakan oleh Redding. Denis hanya

menemukan empat dari lima dimensi tersebut yaitu : supportiveness

partisipasi pembuatan keputusan, keterbukaan dan keterusterangan, dan

tujuan kinerja yang tinggi. Dia tidak menemukan bukti bahwa dapat

dipercaya menjadi dimensi pertama dalam iklim komunikasi. Yang

menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-hal

berikut :

1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam

organisasi.

a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman

bekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi.

b. Betapa pentingnya sumber-sumber itu.

c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya.

d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi.

(43)

a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan

topik-topik yang penting dari sumber informasi.

b. Apakah informasi itu berguna.

c. Apakah balikan informasi didkirimkan kepada sumber yang tepat.

3. Persepsi, mengenai organisasi itu sendiri.

a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan

keputusan yang mempengaruhi mereka.

b. Apakah tujuan dan objektif dipahami.

c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai.

d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya.

Robert dan O’ Reiby (Jablin, 1987) mengembangkan suatu

pengukuran iklim komunikasi organisasi yang mencakup 35 item yang

dirancang untuk mengukur 16 area komunikasi seperti kebenaran,

pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengarahan dari atasan, dari

bawah, pengarahan yang lateral, ketelitian, peringkasan, penyimpanan,

kelebihan beban, rasa puas, berkenaan dengan tulisan, tatap muka dan

percakapan melalui telepon dan lain-lain. Selanjutnya Munchisky (1977)

menemukan bahwa banyak dimensi penelitian Robert dan Reilly ini

berhubungan secara signifikan dengan iklim organisasi oleh Litwin dan

(44)

Pengukuran lain dikembangkan untuk mengukur rasa puas

komunikasi yang dibatasi dengan rasa puas individual yang berhubungan

dengan komunikasi informal dalam organisasi. Secara khusus instrumen

ini mengukur rasa puas karyawan dengan: 1. Iklim Komunikasi; 2.

Komunikasi dari supervisi; 3. Intregasi organisasi; 4. Kualitas media; 5.

Komunikasi horisontal dan informal; 6. Perspektif organisasi; 7.

Komunikasi subordinat atau bawahan; 8. Balikan pribadi.

2.1.3.3 Iklim Komunikasi Organisasi

Denis mengemukakan iklim komunikasi organisasi sebagai kaulitas

pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal

organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan

hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi (

Muhammad, 2004: 86)

Dalam bukunya Pace dan Faules mengatakan bahwa iklim

komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam

organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi tersebut

mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil

resiko (2001: 154).

Iklim komunikasi organisasi berbeda dengan iklim organisasi,

dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan

(45)

organisasi (Pace & Faules, 2001: 147). Pernyataan dari buku karangan

Pace dan Faules ini akan menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian.

2.1.3.4 Faktor-Faktor Iklim Komunikasi Organisasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan Pace dan Peterson

menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang

mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam faktor tersebut

adalah: (Pace & Faules; 2001: 148).

1. Kepercayaan

Personel di semua tingkatan harus berusaha keras untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya ada

kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh

pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Para pegawai di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam

semua wilayah kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan

mereka. Para pegawai di semua tingkatan harus diberi kesempatan

(46)

agar berperan serta dalam proses pembauatn keputusan dan penentuan

tujuan.

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai

mampu mengatakan ‘apa yang ada dalam pikiran mereka’

tanpamengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,

bawahan atau atasan

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah

memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas

mereka saat itu, yang mempengaruhi kemapuan mereka untuk

mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau

bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan,

organisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan

saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel

di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan

(47)

cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang

berlawanan.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan

komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi,

biaya rendah demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota

organisasi lainnya.

2.1.3.5Kepuasan Komunikasi Organisasi

Yang dimaksud dengan istilah kepuasan komunikasi organisasi

menurut Redding (Pace, 1989) adalah semua tingkat kepuasan seorang

karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.

Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup

kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia.

Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana

baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan

anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara

disebarluaskan, bagaimana diterima, diproses, dan apa respons orang yang

menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi bagaimana

baiknya aktivitas komunikasi dari suatu organisasi, memuaskan tuntutan

(48)

denga apa yang dia harapkan. Kepuasan komunikasi tidaklah terikat

kepada konsepsi efektifitas pesan. Jika pengalaman komunikasi memenuhi

satu persyaratan, adalah mungkin dihargai sebagai sesuatu yang

memuaskan, meskipun komunikasi tersebut tidak efektif menurut standar

tertentu. Kita dapat saja mengharapkan memperoleh informasi diberikan

dengan cara tertentu. Jika informasi dikomunikasikan dengan cara yang

konsisten dengan apa yang diharapkan, kita mengalami kepuasan dengan

komunikasi.

Hal yang banyak memberikan sumbangan kepada kepuasan dalam

organisasi belumlah diidentifikasi semuanya tetapi pekerjaan Wiio (1978),

Down dan Hazen dan Beckstrom (1980) menyarankan beberapa dimensi.

Mereka menyusun suatu angket untuk mengukur 10 dari faktor kepuasan

komunikasi organisasi karyawan dalam organisasi yang telah dipegang

oleh peneliti terdahulu. Kepuasan dengan komunikasi muncul dari

kombinasi faktor-faktor berikut:

1. Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan

dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekrjaan itu sendiri.

Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan

memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi.

2. Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang

tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru,

(49)

perorangan. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang

diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi.

3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan

penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat di mana

komunikasi seharusnya disempurnakan, pemberitahuan mengenai

perubahan untuk menentukan tujuan penyempurnaan dan strategi

khusus yang digunakan dalam membuat perubahan. Kepuasan dengan

bermacam-macam perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu

dibuat dan diinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan

kepuasan komunikasi organisasi.

4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi.

Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam

organisasi, mencakup peralatan buletin, memeo, materi tulisan.

Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan

orang mengenai berapa efisiennya media untuk menyebarkan

informasi dalam organisasi.

5. Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini

berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima,

keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang

datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan

dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada orang dengan

(50)

6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup

komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari

diskusi masalah dan mendapatkan informasi dari teman sekerja.

Kepuasan dengan komunikasi berhubungan yang memuaskan dengan

teman sekerja.

7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai

suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan

dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan

informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam

komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti

dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi.

2.1.3.6. Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan respons seseorang (sebagai pengaruh)

terhadap bermacam-macam lingkungan kerja yang dihadapinya (Coleman,

1982). Termasuk ke dalam hal ini respons terhadap komunikasi organisasi,

supervisor, kompensasi, promosi, teman sekerja, kebijaksanaan organisasi

dan hubungan interpersonal dalam organisasi. Dia selanjutnya mengatakan

bahwa semua variabel komunikasi berhubungan secara berarti dengan

bermacam-macam aspek kepuasan kerja.

Pentingnya iklim yang mendukung dalam komunikasi organisasi

(51)

lebih krusial daripada ketrampilan atau teknik berkomunikasi dalam

menciptakan suatu organisasi yang efektif. Hal ini sesuai dengan Skinner

yang mengatakan bahwa penguatan (reinforcement) yang positif

membantu mengembangkan respons yang diinginkan. Nord juga

mengemukakan bahwa penguatan yang positif lebih memungkinkan

mempengaruhi hubungan yang bersifat organisasi yang lebih

menyenangkan daripada tidak menyenangkan.

Hasil penelitian Navy O’Reilly dan Robert mendukung dengan

kuat bahwa ada hubungan kualitas dan kuantitas komunikasi dengan

kinerja organisasi. Dennis dan Richetto, dan Wieman juga mendukung

hubungan yang positif di antara kepuasan dengan ilim dan efektivitas

organisasi yang diamatinya. De Wine dan Barone (1984) menemukan

bahwa apabila kepuasan komunikasi bertambah, iklim organisasi akan

bertambah positif secara umum. Hasil studi Schuler dan Blank

mengatakan, bahwa ada hubungan yang positif antara ketepatan

komunikasi yang berkenaan dengan tugas, komunikasi kemanusiaan, dan

komunikasi pembaruan dengan kepuasan kerja dan hasil yang dicapai oleh

pekerja.

Osmo Wiio mengemukakan bahwa pertambahan, arus pesan atau

keterbukaan dari komunikasi mungkin mempunyai pengaruh negatif

kepada beberapa organisasi karena kelebihan beban atau bertambahnya

harapan. Pada studi permulaan dan akhir dia menemukan bahwa

(52)

sebagai suatu fungsi dari lebih terbukanya iklim komunikasi. Dia

mengemukakan alasan bahwa pertambahan keterbukaan komunikasi

menambah harapan karyawan berpartisipasi dalam proses pembuatan

keputusan. Bila harapan ini tidak menjadi kenyataan maka makin lebih

besar rasa ketidakpuasan.

Pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam organisasi

dapat memberikan kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi

yang baik dalam organisasinya. Dengan melakukan hal0hal yang

merupakan tanggung jawab pimpinan seperti di bawah ini berarti pimpinan

secara tidak langsung ikut membantu karyawan dalam mencapai kepuasan

kerjanya.

1. Semua pimpinan haruslah menetapkan tujuan bagi

karyawan-karyawannya.

2. Semua pimpinan haruslah melatih karyawannya dan membantu

mereka menjadi lebih efektif dalam pekrjaannya.

3. Semua pimpinan haruslah meninjau kemajuan dalam bentuk hasil

dan tujuan yang telah dicapainya dan tidak menghargai aktivitas atau

kegagalan mereka tetapi hasil nyata dari tujuan mereka.

4. Semua pimpinan hendaklah memberikan bimbingan. Jika tidak

kelompok terombang-ambing, suasana kerja sama akan berkurang dan

(53)

5. Semua pimpinan hendaklah menggunakan metode baru dalam

kelompok dan bidang mereka untuk membuat anggota kelompok

terus-menerus menjadi lebih efektif.

6. Semua pimpinan hendaklah membuat perencanaan untuk masa

mendatang. Pimpinan harus memproyeksikan kesempatan-kesempatan

dan kesulitan-kesulitan dan merencanakan tindakan pengembangan

untuk menyelesaikan pokok persoalan yang penting. Pimpinan berhasil

hanya bila orang-orang dalam kelompoknya berhasil.

7. Semua pimpinan harus mengembangkan kemampuan

orang-orangnya.

8. Bila mengahrgai prestasi karyawan pimpinan hendaklah

menggunakan standar sosial dan finansial yang mereka tetapkan untuk

karyawan.

2.1.3.7. Implikasi Iklim Komunikasi Organisasi Bagi Pengembangan Karier

Penemuan mengenai komunikasi dan kepuasan kerja menunjukkan

secara tidak langsung bahwa karyawan haruslah mempunyai informasi

yang diperluakan untuk mengerjakan pekerjaan mereka jika mereka ingin

menampilkan peranan mereka secara tepat. Untuk memajukan organisasi

mereka perlu mengetahui lebih banyak mengenai sistem secara

(54)

lebih luas. Jika karyawan kekurangan informasi mereka tidak mempunyai

alat untuk merencanakan kemajuan organisasi. Mereka tidak dapat melihat

dengan jelas tangga untuk meningkatkan karier mereka dan merasa

kemungkinan untuk mendapatkan kemajuan dalam organisasi terbatas.

Beberapa karyawan ada yang merasa puas dengan pekerjaan yang

menawarkan kesempatan terbatas untuk maju.

Gagasan mengenai pengembangan karier, atau pengidentifikasian

karyawan pada bagian mana untuk dimajukan dan bagaimana untuk

mencapainya adalah penting diperhatikan. Supervisor, personalia, dan

pembimbing hendaklah mau membagi informasi kepada karyawan tentang

bagaimana jalannya organisasi, apa objektif yang akan dicapai dan

membantu bagaimana menemukan objektif yang berkaitan dengan

kemajuan. Pendekatan untuk memberikan jalan pengembangan karier yang

terbaik, adalah menawarkan alternatif yang menuju pada kemajuan dan

membiarkan karyawan memilih jalan dan tujuannya. Penemuan tentang

iklim dan kepuasan kerja menunjukkan bahwa satu cara yang baik untuk

mengenai karyawan yang siap untuk menuju pengembangan karier ini

yaitu dengan jalan memperhatikan siapa di antara mereka yang tidak

merasa puas dan meminta informasi tentang organisasi.

Kondisi lain yang sangat perlu dalam rangka memajukan karier

adalah, organisasi hendaklah mengetahui tujuannya, orang-orangnya dan

bermacam-macam ketrampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional menjelaskan bagaimana variabel penelitian

dapat diukur atau dioperasionalkan. Pengukuran atau pengoperasionalan

Iklim Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut:

Iklim komunikasi organisasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan

dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam

organisasi. Jadi dalam penelitian ini iklim komunikasi organisasi adalah

persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan

pesan yang terjadi dalam PT. Graha Cendana Abadi Mitra Surabaya.

Indikator yang mendukung iklim komunikasi organisasi adalah:

a. Kepercayaan

Adalah keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan

tindakan yang dikembangkan oleh para personel organisasi. Variabel

ini dijabarkan dalam 4 indikator, yaitu :

1. Atasan terlibat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada bawahan

(56)

2. Bawahan terlihat memiliki keprcayaan yang tinggi kepada atasan

mereka dalam membimbing pelaksanaan tugas-tugas bawahan.

3. Kepercayaan karyawan kepada rekan kerja dalam pelaksanaan

tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama.

4. Rasa saling percaya di antara orang-orang dalam kelompok kerja

dalam pelaksanaan tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama.

b. Pembuatan keputusan bersama

Adalah upaya para pegawai di semua tingkatan dalam organisasi

untuk berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan

penentuan tujuan dengan cara berkomunikasi dan berkonsultasi

mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi

yang relevan dengan kedudukan mereka. Variabel ini dijabarkan

dalam 3 indikator, yaitu:

1. Personel di semua tingkat dalam organisasi berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan dengan

kedudukan mereka.

2. Banyak ruang komunikasi yang tersedia bagi seluruh personel

untuk berkonsultasi dengan tingkat manajemen yang berada di

atas mereka dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan

(57)

3. Dukungan organisasi atas perbedaan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan dan penetapan tujuan organisasi.

c. Kejujuran

Adalah suasana umum yang diliputi keterusterangan sehingga para

pegawai mampu mengatakan ‘apa yang ada dalam pikiran mereka’

tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,

bawahan atau atasan. Variabel ini dijabarkan dalam 4 indikator, yaitu:

1. Atasan terlihat memiliki kejujuran yang tinggi kepada bawahan

mereka dalam membimbing pelaksanaan tugas-tugas para

bawahan.

2. Bawahan terlihat memiliki kejujuran yang tinggi kepada atasan

dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka.

3. Kejujuran karyawan kepada rekan kerja dalam pelaksanaan

tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama.

4. Kejujuran di antara orang-orang

Gambar

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor kepercayaan, faktor pembuatan keputusan bersama, faktor kejujuran, faktor keterbukaan komunikasi kebawah, faktor mendengarkan

Pada faktor kejujuran, keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi terdapat keterkaitan

Dalam penelitian mengenai iklim komunikasi kerja suatu perusahaan, peneliti menggunakan indikator-indikator yang mempengaruhi yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan

Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung dilihat dari aspek kepercayaan, aspek kejujuran, aspek Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, aspek Mendengarkan dalam

Sebaliknya untuk kinerja rendah, faktor pembuatan keputusan bersama yang paling penting, faktor kepercayaan yang penting dan faktor yang tidak penting adalah kejujuran,

kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. 2) Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh iklim komunikasi organisasi yang terdiri dari kepercayaan, partisipasi dalam pembuatan keputusan, kejujuran,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan bersama-sama iklim organisasi yang meliputi kepercayaan X1, pembuatan keputusan bersama atau dukungan X2, kejujuran X3,