IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI MEDIA CETAK HARIAN
PT. JAWA POS SURABAYA
( Studi Deskriptif Mengenai Iklim Komunikasi Organisasi Bagian Redaksional Di Media Cetak Harian PT. Jawa Pos Surabaya )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh
Yanuariska Dwi Santi. S 0443010441
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Oleh:
YANUARISKA DWI SANTI S NPM. 0443010441
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima olehTim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 19 Februari 2010
Pembimbing Tim Penguji
1. Ketua
Juwito, S.Sos, M.Si Juwito, S.Sos M, Si NPT. 3.6704.95.0036.1 NPT.3.6704.95.0036.1
2. Sekertaris
Drs.Syaifudin Zuhri, M.Si NPT.3.7006.94.0035.1
3. Anggota
Dra.Herlina Suksmawati,M.Si
NIP 030.223.611
Mengetahui
DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA (Studi Deskriptif Mengenai Iklim Komunikasi Organisasi Bagian Redaksional di Media Cetak Harian PT. Jawa Pos Surabaya).
Peneliti menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu dan kurangnya pengalaman Peneliti dalam penyusunan skripsi. Meskipun demikian, dalam penyusunan skripsi ini Peneliti telah mendapatkan bimbingan, saran dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, Msi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta sebagai Dosen Pembimbing peneliti. Terima kasih atas semua bimbingan yang telah bapak berikan.
iv
5. Mbak vita, teman kostku yg selalu membantuku dan support aku. Terima kasih yah mbak buat supportnya
6. Terima kasih banyak juga buatt mas heri, teman sekaligus sodara yang mendukung, do’ain dan mengantar aku kemana-mana
7. Yoyok terima kasih banyak, banyak, banyak buat bantuannya selama ini 8. Freddy, hendra, recky, mas ndungndung, mas udin, mas tikus, mas indra, mas
nonaaa dan mas-mas yang lain serta teman-teman kampus dan di luar kampus yang tidak bisa aku sebutin satu-satu, thanks a lot for u’r help and u’r support kawan
Semoga kita semua termasuk orang yang senatiasa bermanfaat bagi sesama, agama, bangsa dan Negara serta berbahagia di dunia dan akherat.
Amiiiiien.
Surabaya, 16 Desember 2009
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAKSI... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 18
1.3 Tujuan Penelitian ... 18
1.4 Kegunaan Penelitian ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 20
2.1.1 Komunikasi ... 20
2.1.2 Iklim Komunikasi ... 22
2.1.3 Komunikasi Organisasi ... 25
vi
Informal... 37
2.1.4.3 Teori komunikasi yang Mendukung- komunikasi Informal ... 39
2.1.5 Proses Komunikasi... 40
2.1.6 Komunikasi Interaksional ... 41
2.1.7 Konsep Hubungan dalam Suatu Perusahaan... 43
2.1.8 Teori Hubungan Manusia... 46
2.2 Kerangka Berpikir... 49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 53
3.1.1 Iklim Komunikasi Organisasi Positif ... 53
3.1.2 Iklim Komunikasi Organisasi Negatif ... 54
3.1.3 Pengukuran Variabel... 54
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 57
3.2.1 Populasi ... 57
3.2.2 Teknik Penarikan Sampel dan Sampel... 58
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 59
vii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64
4.1.1 Latar Belakang ... 64
4.1.2 Gambaran Redaksional ... 71
4.2 Penyajian Data dan Analisa Data... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 109
5.2 Saran... 110
viii
Tabel 1 Jenis Kelamin ... 73
Tabel 2 Usia ... 74
Tabel 3 Pendidikan... 75
Tabel 4 Penghasilan ... 76
Tabel 5 Kepercayaan dan Kejujuran Atasan Terhadap Bawahan ... 77
Tabel 6 Kepercayaan dan Kejujuran Bawahan Kepada Atasan ... 78
Tabel 7 Kepercayaan... 79
Tabel 8 Karyawan Dapat Berkomunikasi dan Berkonsultasi Mengenai Kebijakan Perusahaan ... 83
Tabel 9 Adanya Komunikasi Dalam Pengambilan Keputusan dan Penetapan Tujuan Bersama ... 83
Tabel 10 Pengambilan Keputusan Partisipatif ... 84
Tabel 11 Adanya Keterusterangan dan Kejujuran Diantara Sesama Karyawan ... 88
Tabel 12 Karyawan Dalam Pengungkapan Isi Pikiran ... 89
Tabel 13 Kejujuran... 90
Tabel 14 Kesulitan Karyawan dalam Menerima Informasi Yang Meningkatkan Kemampuan Berkoordinasi... 92
Tabel 15 Kemudahan Karyawan Memperoleh Informasi Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan Mereka... 93
ix
Tabel 17 Pendapat dan Pemikiran Karyawan Dianggap Penting oleh
Atasan Untuk Dilaksanakan ... 97 Tabel 18 Atasan Mendengar dan Berpikiran Luas Atas Saran dan
Laporan Karyawan ... 97 Tabel 19 Mendengarkan Dalam Komunikasi ke Atas ... 98
Tabel 20 Komitmen Terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi... 101 Tabel 21 Kesejahteraan Karyawan Sepenting Tujuan Perusahaan yang
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner ... 112
2. Data Jumlah Karyawan PT. Jawa Pos Surabaya ... 115
3. Struktur Organisasi PT. Jawa Pos Surabaya ... 116
xii
ORGANISASI DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF MENGENAI IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI BAGIAN REDAKSIONAL DI MEDIA CETAK HARIAN PT. JAWA POS SURABAYA).
Berdasarkan pengamatan peneliti banyak kasus yang terjadi yang mengungkapkan kurangnya keharmonisan antara pimpinan dewan redaksi dan redaksional, salah satunya terjadi pada redaksional PT. Jawa Pos Surabaya. pembagian kelompok antara pimpinan dengan bawahan, sehingga muncul kelompok senioritas dan junioritas. Penilaian karyawan redaksional tidak dilihat dari dedikasi kerja, akan tetapi dari lama bekerja. sehingga penilaian terhadap karyawan kurang objektif dan muncul kesenjangan antara karyawan lama dan baru. Menyebabkan karyawan baru tidak mudah bertahan selama satu tahun masa kerja.
Peneliti memilih karyawan redaksional karena banyak munculnya pembagian kelompok-kelompok lebih banyak di lakukan di bagian redaksional di PT. Jawa Pos Surabaya.
Dalam penelitian mengenai iklim komunikasi kerja suatu perusahaan, peneliti menggunakan indikator-indikator yang mempengaruhi yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan partisipatif, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dikembangkan oleh Pace dan Peterson (1979). Teori yang dipakai adalah teori Y dalam teori hubungan manusia dari Bernard (1983) dan Mayo (1933).
Ini adalah penelitian survey dengan metode deskriptif dan termasuk dalam penelitian kuantitatif. Jumlah sampel 89 orang dari populasi sejumlah 850 orang. Penentuan responden dengan menggunakan teknik penarikan sampel simple random sampling.
Berdasarkan penyajian data dan hasil analisa, diketahui bahwa iklim komunikasi kerja di redaksional PT. Jawa Pos Surabaya tidak baik. Jika dilihat pada analisa indikator penelitian dapat diketahui bahwa : Tidak ada kepercayaan sepenuhnya antara atasan dan bawahan. Karyawan tidak dapat berkomunikasi dan
xiii
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di
keluarga, perkuliahan, pasar maupun dalam masyarakat atau dimana saja manusia
berada. Pada dasarnya komunikasi menyentuh hampir seluruh kehidupan manusia
dimanapun dan apapun yang dilakukan manusia sejak saat bangun tidur sampai
tidur lagi secara kodrati dalam komunikasi.
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bantuan agar tetap bertahan
hidup melalui pertolongan serta bekerja sama dengan orang lain. Bentuk
kerjasama ini dapat melalui interaksi sosial. Interaksi ini menyangkut hubungan
antara satu individu dengan individu yang lain, antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain, maupun antara individu dengan kelompok.
Manusia dalam berinteraksi tidak sekedar untuk memenuhi kepentingan
pribadinya semata, tetapi berusaha untuk menjadi suatu bagian dalam kelompok-
kelompok masyarakat. Keberadaan manusia dalam suatu kelompok manusia
secara tidak langsung diakui jika dapat memberi bantuan kepada manusia lain.
Dengan saling hormat menghormati, saling tolong menolong dan saling
menghargai hubungan antara satu manusia dengan menusia lain dapat berjalan
dengan harmonis.
2
Komunikasi sangat penting bagi manusia. Begitu juga halnya dengan suatu
organisasi. Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan suatu
organisasi. Dengan pesatnya pembangunan di berbagai aspek kehidupan
berdampak langsung terhadap perkembangan aktifitas organisasi, yang terfokus
pada suatu iklim komunikasi, kerja dan organisasi. Hal ini yang menjadi perhatian
seorang pimpinan organisasi untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja seorang
pimpinan organisasi untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja sumber daya
manusia agar mampu berkompetisi dalam era globalisasi.
Organisasi dalam pelaksanaannya sebagai sistem terstruktur melibatkan
sekelompok orang dalam pelaksanaannya sebagai sistem terstruktur melibatkan
sekelompok orang yang berperan sebagai anggota organisasi untuk mencapai
tujuannya. Anggota di dalam suatu organisasi meliputi sekelompok karyawan
dengan kemampuan di bidang tertentu dan berperan sebagai komunikan yang
bertindak berdasarkan perintah atau instruksi dari atasan dan sekelompok orang
atau pimpinan yang memiliki otoritas untuk memimpin dan mengatur sistem yang
terdapat di dalam oganisasi. Dalam menjalankan perannya masing- masing
anggota organisasi membutuhkan komunikasi yang harmonis agar proses
pencapaian tujuan dapat berjalan dengan baik.
Proses komunikasi organisasi yang terjadi didalam suatu perusahaan
merupakan penciptaan, penyampaian, dan interpretasi pesan dalam
mendistribusikan pesan- pesan keseluruhan organisasi.
Dalam Face dan Fauler (2006; 17), Organisasi adalah sebuah wadah yang
berusaha mencapai tujuan bersama. Bila organisasi sehat, bagian- bagian yang
interdependen bekerja dengan cara yang sistematik untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Pemetahan mengenai organisasi meliputi pengenalan akan struktur,
perencanaan, control dan tujuan, dan menempatkan faktor-faktor utama ini dalam
skema adaptasi organisasi. ingkungan menentukan prinsip-prinsip
pengorganisasian. Kaum objektifis mencari “bentuk terbaik” rganisasi
berdasarkan kondisi- kondisi lingkungan.
Pendekatan ini menyebabkan pencarian kesesuaian optimal antara struktur
organisasi dan faktor-fakor tertentu dalam lingkungan, seperti teknologi, situasi
dan ketidakpastian. Organisasi dianggap sebagai pemroses informasi terbesar
dengan input, throughtput dan output. Sistem terstruktur atas perilaku ini
mengandung jabatan- jabatan (posisi-posisi). Dan peranan tersebut diisi oleh
aktor- aktor.
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit. Komunikasi merupakan bagian dari
komunikasi dalam hubungan- hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya
dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi organisasi terjadi kapanpun setidak-tidaknya satu orang yang
menduduki suatu jabatan dalam organisasi. (Pace dan Fauler, 2006; 31)
Menurut face dan Faules, 2006 ; 49, iklim komunikasi organisasi dibentuk
melalui interaksi antara anggota-anggota organisasi. Pandangan seorang objektivis
mengatakan bahwa interaksi-interaksi dan proses-proses yang membentuk
4
seharusnya menjadi pusat perhatian, bukannya respons setiap individu atau
respons total di dalam organisasi menurut perspektif subjektif. Interaksi adalah hal
yang paling penting untuk perkembangan iklim-iklim, bukanlah sifat seorang
individu, tetapi sifat yang dibentuk, dimiliki bersama dan dipelihara para anggota
organisasi.
Proses-proses interaksi yang terlihat dalam perkembangan iklim
komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam
restrukturisasi, reorganisasi dan dalam menghidupkan kembali unsur- unsur dasar
organisasi. Iklim organisasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan
praktek- praktek pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung
penggunaan mekanisme untuk meningkatkan iklim, kenyataanya tidak sekedar
mempengaruhi iklim, melainkan menyebabkan perubahan mendasar yang lebih
banyak dalam proses-proses mendasar yang membentuk bahan dan substansi
organisasi. (Face dan Faules, 2006 ; 156)
Dalam suatu organisasi terdapat pimpinan dan bawahan. Pimpinan dalam
kedudukannya sebagai komunikator bagi organisasi dituntut memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara efisien dan efektif. Maksudnya perintah
atau instruksi yang disampaikan dapat dipahami oleh karyawan. Kemampuan
seorang pimpinan yaitu dalam memberikan informasi mengenai tujuan organisasi
dan memberikan penjelasan dalam kaitannya dengan tujuan masing- masing
kelompok sehingga masing- masing kelompok merasa bahwa organisasi adalah
tujuan mereka bersama. Dengan cara tersebut seorang pimpinan dapat memotifasi
di dalam diri angoota organisasi maka lingkungan di tempat mereka bekerja turut
mendukung. Komunikasi organisasi yang harmonis tercipta dari iklim yang
terdapat dalam organisasi tersebut.
Iklim komunikasi di dalam suatu organisasi memiliki peran yang cukup
penting. Upaya suatu organisasi untuk menciptakan iklim kerja yang positif selain
memerlukan dukungan dari anggota organisasi juga memerlukan proses waktu
karena setiap individu yang berada dalam organisasi tersebut memerlukan
adaptasi dan pembenahan secara bertahap untuk mencapai hasil yang maksimal
dan bermanfaat bagi organisasi.
Iklim komunikasi yang negative pada suatu organisasi dapat
mengakibatkan perputaran informasi dari pihak pimpinan kepada karyawan
mengalami gangguan sehingga dapat berdampak pada komunikasi yang tidak
efektif dan efisien. Bentuk nyata dari iklim komunikasi negative adalah
terbentuknya sikap dari kelompok-kelompok yang merasa tidak puas dengan
pimpinan. Kondisi tersebut mengakibatkan tidak terciptanya suatu kondisi iklim
komunikasi yang positif.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat disangsikan, demikian
pula dalam situasi kerja. Komunikasi dalam situasi kerja terbagi dalam dua bentuk
kegiatan komunikasi, yaitu komunikasi formal dan informal. Komunikasi
informal menyangkut hubungan yang rasional dalam situasi kerja. Pelaksanaannya
dapat diwujudkan kepada tata hubungan yang berupa kewajiban yang harus
dijalankan oleh setiap karyawan berdasarkan garis yang ditetapkan oleh pimpinan
6
Sedangkan komunikasi informal berupa komunikasi yang diselenggarakan
antara pimpinan dan karyawan yang menyangkut hubungan yang erat antar
pribadi melalui pernyataan mengenai perasaan, keinginan serta hasrat dari
masing-masing karyawan. Singkatnya, komunikasi informal adalah bentuk
kegiatan yang bertujuan untuk membina hubungan erat pimpinan perusahaan,
karyawan, beserta anggota keluarganya. Apabila komunikasi formal tidak berjalan
seperti dimaksud, maka komunikasi informal merupakan saluran alternative untuk
memperlancar komunikasi.
Hubungan informal terbentuk sebagai respon terhadap berbagai
kesempatan yang dicipatakan lingkungan. Komunikasi informal menyebabkan
informasi pribadi muncul dari interaksi diantara orang- orang dan menaglir
keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Informasi yang mengalir dalam
jaringan komunikasi informasi berubah ubah dan tersembunyi.
Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang
dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh
adalah yang berkenaan dengan apa yang didengarkan atau apa yang dikatakan
oleh orang lain dan bukan apa yang diumumkan oleh pimpinan. Komunikasi
informal sesungguhnya memiliki manfaat bagi organisasi karena komunikasi
informal memberikan balikan kepada pimpinan mengenai keinginan karyawan.
Berdasarkan pengamatan peneliti banyak kasus yang terjadi yang
mengungkapkan kurangnya keharmonisan antara pimpinan dan karyawan, salah
satunya terjadi pada PT. Jawa Pos Surabaya. Pimpinan mengambil keputusan
senior, masa jabatan di atas 5 tahun, akan di prioritaskan terlebih dahulu,
meskipun kinerjanya buruk. Sedangkan karyawan yang masih di bawah satu
tahun, dianggap belum layak untuk mengambil keputusan dan dianggap belum
mempunyai kemampuan. Di ruang redaksional, antara pimpinan dan bawahan
harus menjaga jarak, hal tersebut bisa dilihat dari penataan ruang, yang mana
bawahan belum dapat meja. Dan lagi, karyawan redaksional tidak mendapatkan
komputer sebagai fasilitas buat pekerjaannya. Karyawan baru harus mengantri
komputer, karyawan senior lebih didahulukan saat mengantri. Aturan ini memang
tidak tertulis, akan tetapi, pimpinan menganjurkan hal semacam itu dikarenakan
karyawan baru dianggap tidak akan lama bekerja di PT. Jawa Pos Surabaya.
Keadaan yang semacam itu, membuat semakin lama karyawan baru merasa tidak
nyaman dan merasa dalam tekanan. Salah satu penyebabnya menurut peneliti
adalah iklim kerja di dalam perusahaan tersebut tercipta secara tidak baik.
Misalnya karyawan dituntut untuk meningkatkan prestasi dengan target 5 %
pertahun, apabila tidak mengalami kenaikan prestasi, karyawan akan dipindah
atau disarankan untuk mengundurkan diri. Apabila bisa meningkatkan prestasi,
perusahaan akan memberikan bonus dan jenjang karir yang sebesar besarnya.
Kenaikan prosentase didasarkan pada kinerja, bagian wartawan penilaiannya
didasarkan pada jumlah hasil liputan yang akan ditampilkan, apabila sedikit,
dianggap kinerjanya buruk. Hal ini menyebabkan persaingan yang tidak sehat
antara karyawan PT.Jawa Pos Surabaya dan menimbulkan kelompok- kelompok
8
Sudah biasa kalau di jawa pos terdapat kelompok- kelompok 5%, yang
artinya, ada dua kategori kelompok, yang satu kelompok dibawah 5% dan
kelompok diatas 5%. Disitu bisa diterjemahkan mana kelompok yang bakal naik
jabatan dan mana kelompok yang akan dikeluarkan.
Jawa Pos adalah sebuah perusahaan yang seratus persen dikelola para
professional murni, tanpa ada campur tangan pemilik saham. PT. Jawa Pos
Surabaya mempunyai beberapa media yang direkrut untuk bergabung, diantaranya
tabloid Komputek, Agrobis, Zigma, Liberty, Burung, Posmo, Nurani, Saji, Jaya
Baya, Nyata, OtoTrend, Otomodify, Gloria dan banyak lainnya lagi. Selain itu PT.
Jawa Pos Group juga mempunyai Radar radar harian yang beredar disetiap Kota
di Indonesia.
Menyikapi dunia media ciber yang semakin pesat di abad ini, PT. Jawa
Pos Surabaya sebagai media cetak mulai diguncang, banyak media groupnya
gulung tikar seperti halnya radar semarang dan alternatif Plus karena berita
redaksional Semarang tidak mencakupi isi dari geografis di semarang.
Koran kelompok Jawa Pos News Network masih beroplah 3-5 ribu,
sedangkan tujuh Radar di Jawa Timur sudah meraih tiras sekitar 10 ribu-30 ribu.
Semakin meningkatnya dan berkembangnya dunia online, membuat
PT. Jawa Pos Surabaya harus megejar ketertinggalan dengan media Online.
Banyak cara yang dilakukan oleh PT. Jawa Pos Surabaya, diantaranya membuat
even even remaja seperti halnya Deteksi dan Evergreen yang dikhususkan bagi
pembaca manula. Berbagai acara seminar dan workshop diadakan untuk
Iklan di harian PT. Jawa Pos Surabaya pun menurun drastis, omzetnya
berkisar 12 miliar perbulan dan setiap bulan turun 1,5 miliar hal ini disebabkan
banyaknya pemasang iklan mulai melirik ke media online.
Akibatnya saham PT.Jawa Pos Surabaya menurun, bila dibandingkan
dengan Gramedia kompas yang mengalami kenaikan meski perlahan naiknya.
Menurunnya saham PT. Jawa Pos Surabaya diakibatkan oleh masalah
intern perusahaan sendiri, setiap bagian divisi mencari penghasilan diluar job
discription. Hasil liputan yang di koreksi oleh redaksional tidak maksimal, dan
tidak akurat. Karena redaksional ikut mencari iklan. Meskipun bukan bagiannya,
secara langsung dampaknya ke oplah PT. Jawa Pos Surabaya yang menurun
dikarenakan isi dan bobot berita tidak maksimal. Sering terjadinya gesekan antara
redaksional dan bagian iklan, diantaranya masalah porsi halaman, redaksional
ingin beritanya lebih banyak muncul di halaman jawa pos daripada iklan yang
lebih banyak. Kesenjangan ini membuat tiras PT. Jawa Pos Surabaya turun.
Karena bagian iklan lebih mementingkan pendapatan dari iklan daripada oplah.
Kalau oplah menurun, redaksional akan dipersalahkan oleh pimpinan karena
dianggap tidak mampu bekerja dengan baik.
Ciri khas harian PT. Jawa Pos Surabaya dalam pemberitaan tetap
dipertahankan, perekrutan bagian redaksional diperketat, dengan cara membuka
lowongan pekerjaan bagi khalayak umum untuk menjadi wartawan, seleksi
10
Persaingan inilah membuat PT. Jawa Pos Surabaya harus berani
mengambil resiko dengan cara meningkatkan sumber daya manusianya agar lebih
disiplin dan bekerja keras dalam deadline yang sangat ketat.
Perusahaan yang dipimpin oleh Dahlan Iskan ini, lebih meniitik beratkan
pengawasan pada bagian redaksional yang terdiri dari Pimred, Redpel, Redaktur
dan wartawan.
Setiap bagian redaksional tidak dianjurkan bekerja dengan duduk terlalu
lama, apabila ada karyawan yang bekerja dengan duduk terlalu lama, direksi akan
memberikan teguran.
Pada tahun 2008 pernah ada seorang direksi CEO PT. Jawa Pos Surabaya
merusak dan membanting semua komputer di ruang redaksi, hal tersebut terjadi
dikarenakan berita yang dimuat di Jawa Pos tidak sesuai visi misi dan tujuan PT.
Jawa Pos Surabaya.
Kedisiplinan di PT. Jawa Pos Surabaya tidak selalu merugikan bagi
karyawan Jawa Pos. Setiap tahunnya PT. Jawa Pos Surabaya selalu
menganugerahkan dan memberikan penghargaan tingkat nasional maupun
internasional kepada bagian redaksional yang berprestasi. Tidak segan segan,
PT. Jawa Pos Surabaya juga memberikan kesempatan jenjang karir sampai level
manager dan kepemilikan saham 20 persen bagi karyawan redaksional yang
berprestasi.
Sudah 5 staf redaksioanal bagian wartawan PT. Jawa Pos Surabaya diberi
kesempatan memegang kendali di media Group Jawa Pos beserta radar-radarnya
Karena Tingkat disiplin yang sangat tinggi, bahkan tidak jarang pula
membuat staff bagian redaksional banyak yang mengundurkan diri meskipun baru
bekerja selama 3 bulan. Perusahaan juga tidak mempermasalahkan hal tersebut
apabila ada karywannya yang mengundurkan diri, hal itu dilakukan demi
regenerasi PT. Jawa Pos Surabaya.
Setiap harinya daftar absensi karyawan di audit oleh Direksi, apabila tidak
masuk lebih dari 2 kali dalam satu bulan, akan dikenakan sangsi yaitu dipecat.
Setiap redaksional dianjurkan untuk bekerja dalam deadline, seperti halnya
wartawan yang diwajibkan mendapatkan minimal 5 berita dalam sehari, apabila
tidak mendapatkan berita sesuai kewajiban, akan mendapatkan peringatan.
Kesepakatan itu memang sudah disetujui dan atas kesepakatan bersama.
Filosofi Dahlan sangat liberal. Pers harus dikelola sebagai institusi bisnis
yang efisien. Di satu sisi ia ingin kebebasan pers penuh, di sisi lain ia tuntut
standar yang tinggi. Ia juga menekankan efisiensi dalam pengelolaan. Sering itu
dipahami sebagai standar gaji sangat rendah. Baru kalau perusahaan sudah sehat,
karyawan diberi penghargaan.
Itu terbukti,. Para redaksional di PT. Jawa Pos Surabaya semuanya sarjana,
tapi diberi gaji kecil. Tapi setelah berjalan setahun dan mereka mendapat laba,
karyawan diberi bagian dari keuntungan, bisa dapat tantiem sebesar Rp 5-6 juta,
itu jumlah yang tidak kecil dan sangat menyenangkan karyawan, Tantiem adalah
bonus akhir tahun yang diambil dari keuntungan perusahaan.
Graha Pena, kantor pusat PT. Jawa Pos Surabaya benar-benar menjadi
12
Beberapa lantai diberi void (kosong) sehingga pemandangan sangat luas, antara
lain di lobi. Ruang redaksi Jawa Pos di lantai IV, pun diberikan void pada lantai V
sehingga para redaksional bisa menerawang tinggi sambil melirik siaran televisi
dari sekitar 17 pesawat monitor televisi yang dipajang di tiga penjuru ruang
redaksi.
Dahlan dan para redaksi PT. Jawa Pos Surabaya tampaknya memang
sudah banyak yang mendapatkan fasilitas yang cukup. Direksi PT. Jawa Pos
Surabaya rata-rata menggunakan mobil mewah. Dahlan sendiri menggunakan
sedan Mercedes Benz dengan pelat nomor L-1-JP. L adalah nomor Surabaya
sedangkan JP singkat Jawa Pos. Para Redaksi digaji bukan sekadar 12 bulan
setiap tahun, tapi juga dapat tunjangan hari raya dan bonus beberapa bulan gaji.
Maklum, dalam lima tahun terakhir, keuntungan PT Jawa Pos sekitar Rp 50 miliar
dan para karyawan yang memegang saham 20 persen, tentu kebagian dividen
setiap tahun. Disisi lain, masih ada karyawan redaksional bagian wartawan yang
belum mandapatkan fasilitas yang cukup, sehingga mencari pencarian di luar
kerja, bahkan menjual berita tanpa diketahui oleh pimpinan.
Dengan permasalahan seperti diatas, penekanan kedisiplinan kerja
terhadap redaksional tetap diperketat, agar bisa mempertahankan apa yang sudah
dicapai.
Disisi lain, redaksional harus bekerja dengan tekanan, karena tidak ada
cara lain untuk membuat perusahaan besar.
Tidak adanya asuransi jiwa dari perusahaan, membuat karyawan kurang
sendiri dengan perusahaan lain, dan asuransi setiap karyawan mempunyai
perbedaan masing- masing, ada yang asuransi buat pendidikan, kesehatan,
maupun kerja. Mengikuti asuransi berdasarkan pendapatan perbulan. Semakin
tinggi pendapatan perbulannya, akan semakin tinggi pula asuransi yang
didapatkan. Perbedaan ini membuat munculnya kesenjangan sosial antara
karyawan. Sehingga dampaknya membuat karyawan redaksional mencari
pendapatan diluar pekerjaan. Sehingga pekerjaan utama tidak bisa maksimal.
Dikarenakan perasaan ketakutan apabila ada kecelakaan kerja. Untuk itu
karyawan diharuskan membuat asuransi sendiri.
Kejadian-kejadian ini memberikan dampak yang besar terhadap seluruh
karyawan redaksional. Dampak ini berupa rasa khawatir atas pemecatan yang
menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan, yang berarti kehilangan mata
pencaharian, sekalipun mereka hanya melakukan kesalahan kecil yang mereka
diharapkan bisa diberi tindakan berupa surat peringatan. Karyawan mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pendapat atas kebijakan perusahaan.
Kurangnya media informasi di PT. Jawa Pos Surabaya antara direksi
dengan redaksional, seperti halnya rapat yang diadakan oleh direksi tidak
menyertakan notulen (pencatat hasil rapat) sehingga karyawan redaksional tidak
diperkenankan mengetahui isi hasil rapat. Sehingga bisa dikatakan rapat tertutup.
Hal ini membuat iklim kerja tidak berjalan dengan baik. Media hanya berlaku dari
atas kebawah, tidak ada media penyampai pesan dari bawah keatas.
Akibatnya perusahaan belum sepenuhnya mengerti, mengapa tingkat
14
Media yang digunakan hanya media selebaran berupa peringatan dan
pengumuman dan rapat yang diadakan kalaupun Jawa Pos group ada acara, itu
dirasa kurang. Karena pada setiap sesi acara tidak ada timbal balik komunikasi
antara pihak Direksi Jawa Pos dengan karyawan redaksional.
Dengan berubahnya pers menjadi pers industri, dengan sendirinya sistem
manajemen modern pun harus diterapkan. Dalam beberapa kasus, penerapan
sistem manajemen profesional ini mengakibatkan pula perombakan dalam struktur
organisasi keredaksian. Karena tuntutan manajemen modern, redaksi harus pula
memiliki seorang “manager” yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
fungsi-fungsi manajerial konvensional di tubuh redaksi ( misalnya budgeting ).
Fungsi ini biasanya dijalankan oleh seorang redaktur pelaksana atau
redaktur senior yang diberi jabatan sebagai Manager Redaksi. Dalam kasus PT.
Jawa Pos Surabaya, penerapan sistem manajemen profesional itu menghasilkan
perombakan yang cukup mendasar dalam tubuh organisasi redaksi. Perubahan ini
disebut mendasar, karena selama ini belum pernah diterapkan oleh organisasi
redaksi media lain.
Pada struktur yang lama, seorang pemimpin redaksi sekaligus mempunyai
kewenangan (atau tugas) yang luas, baik dalam menjalankan kebijaksanaan
redaksional harian (dan juga kebijaksanaan redaksional yang sifatnya strategis)
sekaligus juga menjalankan fungsi manajerial (dalam kasus PT. Jawa Pos
Surabaya, Pemred adalah “Direktur Utama” dan hal ini juga terjadi pada
Dalam struktur yang baru, Pemred melepaskan fungsinya yang pertama
(kecuali fungsi strategis) dan melimpahkan kewenangannya itu kepada “Kepala
Redaksi” yang menjadi penanggung jawab sehari-hari baik manajerial maupun
redaksional.
Dengan struktur baru ini, pemimpin redaksi bisa mengembangkan
fungsinya yang maksimal sebagai “Direktur Utama” sebuah perusahaan, termasuk
melakukan ekspansi. Ia hanya melakukan campur tangan minimal dalam
keputusan redaksional sehari-hari, kecuali jika ada keputusan yang sifatnya
strategis.
Penerapan sistem baru ini menghadapi kendala, terutama karena
munculnya anggapan telah terjadi “Marjinalisasi” peran redaksi dalam sebuah
perusahaan Pers. Dalam struktur baru ini terlihat bahwa dalam posisi departemen
redaksi disejajarkan dengan departemen yang lain, misalnya pemasaran,
keuangan, dan iklan. Dan bahkan, ada yang beranggapan dalam pengalaman PT.
Jawa Pos Surabaya bahwa dalam sebuah Perusahaan pers peran departemen iklan
lebih penting ketimbang redaksi. Karena munculnya anggapan ini, mau tidak mau
isu marjinalisasi redaksi semakin santer. Manajemen menyadari hal ini, dan
berusaha melakukan perbaikan misalnya dengan dikeluarkannya “pengakuan”
terhadap profesionalisme redaksi dalam bentuk TP (Tunjangan Profesi) bagi
redaksi. Dan, dalam perkembangannya terbukti bahwa bagian redaksi tetap
mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan perusahaan, dan
karena itu kemudian belakangan ini dirasakan ada upaya untuk “me-rehabilitasi”
16
Tetapi, sebenarnya anggapan di atas tidak seluruhnya benar.
Restrukturisasi tersebut menghasilkan sebuah tatanan baru yang benar-benar
tersistem. Anggapan bahwa bagian redaksi adalah bagian yang tidak disiplin
belakangan terkikis. Hadirnya seorang kepala redaksi yang sehari-hari
bertanggung jawab terhadap operasionalisme redaksi (redaksional maupun
manajerial) sangat membantu dalam upaya pendisiplinan bagian redaksi, terutama
dalam anggaran disiplin yang selama ini dianggap paling rendah. Hasilnya redaksi
memberikan kontribusi besar dalam proses penataan sistem manajemen PT. Jawa
Pos Surabaya.
Manajemen bisa didefinisikan sebagai “proses mendesain dan menjaga
(maintain) sebuah lingkungan (environment) dimana seorang (individual) bekerja
bersama dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu secara
efisien. Definisi ini bisa dielaborasi sebagai berikut:
Seorang manager bertugas melaksanakan fungsi-fungsi manajerial seperti,
perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengaturan Staff
(Staffing), Kepemimpinan (Leading) dan Pengawasan (Controlling). Asas-asas
manajemen ini berlaku terhadap segala macam jenis organisasi. Asas-asas
manajemen ini berlaku pada manager pada setiap level. Tujuan semua manager
sama ; menciptakan surplus. Manajemen konsep terhadap produktivitas yang
sangat erat hubungannya dengan efektivitas dan efisiensi.
Karena itu, manager bertanggung jawab terhadap tindakan yang
mendorong individual untuk memberikan kontribusi terbaiknya terhadap tujuan
terhadap semua organisasi, baik yang kecil maupun yang besar, organisasi profit
maupun nonprofit, Perusahaan manufacturing maupun industri.
Ini mencakup organisasi bisnis, badan pemerintahan, rumah sakit,
universitas, dan organisasi-organisasi lainnya. Karena itu, organisasi yang efektif
menjadi dambaan semua orang mulai dari Dirut perusahaan, Direktur rumah
Sakit, Rektor Universitas, Redaktur Surat Kabar, sampai Ketua Takmir Masjid.
Dalam hal ini, seorang redaktur mempunyai “dwi Fungsi manajemen” ia
tidak hanya melakukan fungsi manajerial konvensional (misalnya melakukan
budgeting), tetapi juga menjalankan tugas-tugas manajerial redaksional. Planning
(Perencanaan) bagi seorang manager, berarti melakukan perencanaan anggaran
untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi bagi seorang redaktur, hal itu bisa juga
berarti ia harus membuat perencanaan pemberitaan, menjelaskan strategi untuk
mendapatkan informasi, termasuk menyediakan anggaran untuk mengejar
informasi. Fungsi ini bisa ia lakukan secara harian, tetapi juga bisa ia lakukan
dalam periode tertentu (tahunan) seperti yang berlaku di PT. Jawa Pos Surabaya.
Hal yang sama juga terjadi dalam tiga fungsi lainnya yaitu organizing, staffing
dan controlling.
Dalam sistem organisasi PT. Jawa Pos Surabaya yang baru, seorang
redaktur secara formal disetarakan dengan seorang manager atau supervisor. Ini
berarti seorang redaktur (sesuai kesepakatan) harus menjalankan fungsi
manajerialnya sesuai dengan kesepakatannya. Karena itu, dalam sebuah organisasi
18
fungsinya sebagai manager. Ini juga berarti seorang redaktur harus konsen
terhadap produktifitas, efisiensi dan efektivitas.
Peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah
terhadap hal- hal yang menjadi penghambat dan ketidakjelasan redaksional dalam
melaksanakan tugas pekerjaan mereka.
Peneliti memilih PT. Jawa Pos Surabaya dikarenakan sebagai salah satu
media cetak terbesar di Indonesia dan di Surabaya pada khususnya, Maka peneliti
akan meneliti bagaimana Iklim komunikasi Organisasi di media cetak harian PT.
Jawa Pos Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena diatas yang menjadi perumusan masalah dari pada
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
”Bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di media cetak harian PT. Jawa
Pos Surabaya?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah mengetahui
bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di media cetak harian PT. Jawa Pos
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis :
Bagi peneliti sebagai tambahan wawasan di bidang komunikasi organisasi
terutama bidang iklim komunikasi organisasi.
Kegunaan Praktis :
1. Sebagai masukan bagi karyawan, khususnya bagi pimpinan perusahaan dalam
menciptakan iklim kerja yang Kondusif dalam perusahaan.
2. Baik pihak lain yang akan melaksanakan penelitian, diharapkan hasil
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
bahasa latin Communication dan bersumber dari kata komunis yang berarti sama.
Sama disini yang dimaksud adalah kesamaan makna. (Onong, 1984 : 11). Jadi
orang- orang yang terlibat dalam suatu proses komunikasi harus sama- sama
mengerti makna dan arti. Mereka harus sama- sama mengerti mengenai hal- hal
yang dikemukakan. Kalau seorang komunikan tidak faham akan pesan yang
disampaikan maka komunikasi tidak akan dapat berlangsung.
Suatu komunikasi dalam kegiatannya berlangsung melalui suatu proses
yaitu jalan dan urutan kegiatan sehingga terjadi suatu timbal balik pengertian
tentang hal diantara unsur- unsur yang saling berkomunikasi.
Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi adalah penafsiran pertunjukan-pesan (Redding,1972). Menurut
Random House Dictionary, menafsirkan (to interpret) berarti menguraikan atau
memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan
dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan
proses mental memahami orang, objek, dan peristiwa, yang kita sebut
pertunjukan-pesan. Satu-satunya pesan yang penting dalam berkomunikasi adalah
pesan yang berasal dari proses penafsiran.
(Redding dan Sanborn, 1964 ). Anda mungkin secara sadar atau sengaja
menciptakan suatu pertunjukan kata, bunyi, artifak dan tindakan untuk melukiskan
suatu makna yang dimiliki, namun satu- satunya makna yang mempunyai
pengaruh terhadap orang-orang adalah makna yang diberikan orang-orang itu
pada pertunjukan tersebut. Apa yang ada dalam pikiran anda tidaklah menjadi
soal, bagaimana orang lain menafsirkan apa yang dilakukan atau katakan adalah
apa yang mempengaruhi perasaan dan tindakannya.
Didalam penelitian dalam kaitannya dengan komponen komunikasi maka
manager dikatakan sebagai komunikator dan karyawan sebagai komunikan atau
penerima pesan. Bilamana di dalam sebuah perusahaan para karyawan tidak
menunjukkan adanya perubahan dalam melakukan suatu kegiatan komunikasi
maka boleh di katakana bahwa komunikasi tersebut tidak berhasil. Untuk dapat
mencapai hasil yang diinginkan haruslah ditentukan kebijakan, metodik, dan
teknik komunikasi lain serta pendekatan lain atau strategi. (Mulyana; 2006, 28)
Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang
terjadi : pertama, penciptaan pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukan
(display) dan, yang kedua penafsiran pesan atau penafsiran pertunjukan.
Pertunjukan pesan berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperhatikan
seseorang atau orang lain. Random House Dictionary of the English Language
(1987) menyatakan bahwa “to display” secara harfiah berarti “menyebarkan
sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan
22
terpandang secara jelas dan berada dalam suatu posisi menyenangkan bagi
pengamatan tertentu.
Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi adalah menafsirkan pertunjukan pesan (Redding, 1972) menurut
Random House Dictionary, menafsirkan (to interpret) berarti menguraikan atau
memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan
dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan
proses mental memahami orang, objek, dan peristiwa, yang kita sebut pertunjukan
pesan. Satu satunya pesan yang penting dalam berkomunikasi adalah pesan yang
berasal dari proses penafsiran. (Pace & Faules, 2005 : 27 – 28)
2.1.2 Iklim Komunikasi
Istilah iklim disini merupakan kiasan (metafora). Kiasan adalah bentuk
ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frase yang jelas artinya diterapkan pada
situasi yang berbeda dengan tujuan menyatakan suatu kemiripan. Meskipun
perbandingannya figurative, perbandingan tersebut memeberi informasi mengenai
isi, struktur dan arti situasi baru tersebut. Seperti yang dinyatakan Sackmann
(1989),” suatu kiasan dapat memberi gambaran yang gambling pada tingkat
kognitif, emosional, perilaku, dan menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan
tanpa menetapkan sebenarnya.
Frase “iklim komunikasi organisasi” menggambarkan suatu kiasan bagi
iklim fisik. Sama seperti cuaca membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara
Iklim komunikasi, dipihak lain, merupakan gabungan dari persepsi
persepsi suatu evolusi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia,
respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan harapan, konflik konflik antar
pesona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim
komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi
persepsi persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan
yang terjadi dalam organisasi.
Iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengna
konsep konsep, perasaan perasaan perasaan dan harapan harapan anggota
organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. Dengan
mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi kita dapat memahami lebih
baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara cara
tertentu.
Telah ditunjukkan bahwa iklim memiliki sifat sifat yang membuatnya
tampak tumpang tindih dengan konsep budaya. Poole (1985) menjel;askan bahwa
“secara keseluruhan, tampaknya iklim lebih merupakan sifat budaya dari pada
merupakan suatu pengganti budaya. Sebagai suatu sistem kepercayaan yang
digeneralisasikan, iklim berperan dalam keutuhan suatu budaya dan membimbing
perkembangan budaya tersebut”. Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) cenderung
setuju dengan pandangan mengenai hubungan antara iklim dan budaya tersebut
ketika mereka menyatakan bahwa ”budaya oragnisasi menyediakan konteks
24
komunikasi suatu organisasi dapat berbicara banyak kepada kita mengenai budaya
organisasi tersebut.
Beberapa ahli dalam komunikasi organisasi juga berpendapat bahwa
konsep “iklim” merupakan salah satu “gagasan paling kaya dalam teori organisasi,
secara umum, dan dalam komunikasi organisasi secara khusus” (Falcione,
Sussman, dan Herden, 1987,hlm.195). disebut “kaya” karena iklim telah
mendapat perhatian besar dalam literature teoritis dan empiris, iklim juga seakan
akan sederhana dan rumit pada saat yang sama, dan memiliki daya penjelas yang
cakupannya luas.
Poole (1985) menyatakan bahwa iklim muncul dari dan didukung oleh
praktik praktik organisasi. Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) membuat hipotesis
dan menyatakan bahwa iklim organisasi, yang meliputi iklim komunikasi, penting
karena menjembatani praktik praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan
produktifitas. Mereka menerangkan bahwa “bila sebuah organisasi melaksanakan
suatu rencana intensif keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan
keputusan, mungkin muncul suatu perubahan dalam iklim organisasi. Perubahan
iklim ini mengkin, pada gilirannya, mempengaruhi kinerja dan produktifitas”
pegawai. Akan terlihat bahwa meskipun tidak semua konsekuensi praktik praktik
perbaikan produktifitas mencerminkan perubahan dalam iklim, banyak yang
demikian. Iklim secara umum dan iklim komunikasi khususnya, berlaku sebagai
faktor faktor penengah antara unsure unsure sistem kerja dengna ukuran ukuran
yang berbeda keefektifan organisasi seperti produktifitas, kualitas, kepuasan, dan
2.1.3 Komunikasi Organisasi.
Realitas komunikasi menyarankan bahwa orang menafsirkan pertunjukkan
dan makna. Makna tidak terkandung dalam pertunjukkan atau peristiwa atau kata
(Lee & Lee, 1957). Namun, sebagimana yang dinyatakan sutu prinsip komunikasi
: “Makna ada pada orang- orang, bukan pada kata- kata” (Pace & Faules, 2006;
29).
Menurut Pace & Faules (2006; 32) Komunikasi dapat didefinisikan
sebagai pertunjukan pesan di antara unit- unit komunikasi yang merupakan bagian
dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit dari
komunikasi dalam hubungan- hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya
dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun
setidak- tidaknya satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam organisasi
menafsirkan pertunjukan. Komunikasi yang akan ditelaah adalah anggota-
anggota organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan atas
banyak transaksi yang terjadi secara simultan.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang
menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Makna pesan dinegosiasikan
antara para peserta. Makna muncul dan berkembang dalam interaksi yang
berlangsung. Hubungna antara para pesrta, juga konteksnya, akan menentukan apa
makna kata- kata yang bersangkutan. Fokus perhatiannya adalah pada transaksi
dan non verbal yang sedang terjadi. (Pace & Faules:33)
Definisi dan konsep kunci dari komunikasi organisasi menurut Goldhaber
26
communication is the process of creating and exchanging messages within a
network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”.
Atau dengan kata- kata lain komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan
saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu
sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah
(Muhammad, 2001:67).
Seperti yang disebutkan, komunikasi organisasi Wayne (2001)
didefinisikan sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hirarkis antara yang
satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. (Husein,
2001:65-66)
Menurut Mulyana (2001;75), komunikasi organisasi (organizational
communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal,
dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan komunikasi didik,
komunikasi antar pribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik.
Dalam Muhammad 2001; 67-74, dijelaskan ada tujuh konsep kunci yaitu
proses, pesan, jaringan, saling bergantung, hubungan, lingkungan dan
ketidakpastian. Masing- masing konsep kunci ini akan dijelaskan satu per satu
1. Proses
Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka, dinamis yang menciptakan dan
saling menukar pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan
menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti- hentinya
maka dikatakan sebagai suatu proses.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang,
objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan seseorang. Dalam
komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam
seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa
klasifikasinya:
a. Pengklasifikasian pesan menurut bahasa yaitu pesan verbal dan non
verbal. Pesan verbal dalam organisasi misalnya seperti surat, memo,
pidato, percakapan. Sedangkan pesan non verbal dalam organisasi
terutama sekali yang tidak diucapkan atau ditulis seperti bahasa gerakan
badan, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah dan sebagainya.
b. Klasifikasi pesan menurut penerima yang diharapkan dapat dibedakan atas
pesan internal atau pesan eksternal. Pesan internal khusus dipakai
karyawan dalam organisasi misalnya, memo, bulletin dan rapat- rapat.
Sedangkan pesan eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan organisasi
sebagai system terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat
umum. Pesan eksternal ini misalnya iklan, usaha hubungan dengan
28
c. Pesan dapat pula diklasifikasikan menurut bagaimana pesan
disebarluaskan atau metode difusi. Kalau menggunakan metode perangkat
keras untuk dapat berfungsi dan bergantung pada alat- alat elektronik dan
tenaga listrik. Sedangkan pesan tergantung pada perangkat lunak
kemampuan dan ketrampilan dari individu terutama dalam berpikir,
menulis, berbicara dan mendengar agar dapat berkomunikasi satu sama
lain. Termasuk komunikasi lisan secara berhadapan, percakapan dalam
rapat-rapat, interview, diskusi dan kegiatan tulis menulis seperti surat,
nota, laporan dan usulan pedoman.
d. Klasifikasi pesan yang terakhir adalah berdasarkan tujuan daripada
pengirim dan penerima pesan. Pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas
yaitu berhubungan dengan produksi organisasi, pelayanan dan kegiatan
khusus yang berkenaan dengan organisasi seperti penyempurnaan kualitas
produksi, penjualan dan pemasaran. Pesan yang berkenaan dengan
pemeliharaan organisasi seperti kebijaksanaan-kebijaksanaan, aturan-
aturan yang membantu organisasi tetap hidup.
3. Jaringan
Organisasi terdiri dari satu seri orang-orang yang tiap-tiap nya menduduki
posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan
dari orang-orang ini sesamanya terjadi. Melewati suatu set jalan kecil yang
4. Keadaan saling tergantung
Keadaan yang saling tergantung satu bagian dengan bagian dengan bagian
lainnya. Suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan
berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem.
5. Hubungan
Hubungan dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku
komunikasi dari orang yang terlibat dalam suatu hubungan. Hubungan
manusia dalam organisasi berkisar mulai yang sederhana yaitu hubungan di
antara dua orang atau dyadic sampai kepada hubungan yang kompleks, yaitu
hubungan dalam kelompok- kelompok kecil, maupun besar, dalam organisasi.
6. Lingkungan.
Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang
diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu
sistem. Lingkungan terdiri dari lingkungan internal diantaranya personalia,
karyawan, staf, golongan fungsional dari organisasi.
7. Ketidakpastian.
Ketidakpastian merupakan perbedaan informasi yang tersedia dengan
informasi yang diharapkan. Ketidakpastian dalam organisasi juga disebabkan
oleh terlalu banyaknya informasi yang diterima daripada sesungguhnya
diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka.
Komunikasi organisasi suatu perusahaan dapat dilihat dari bagaimana
peran komunikasi dalam menafsirkan setiap kebijakan, aturan, sistem dan budaya
30
berbagai kepentingan disatukan dalam satu tujuan untuk mencapai produktifitas
dan kualitas yang terbaik demi kepentingan bersama.
Selanjutnya bahwa iklim komunikasi organisasi dalam prakteknya terbagi
menjadi dua yaitu ;
1. Iklim Komunikasi Organisasi Positif.
Iklim komunikasi organisasi yang positif adalah cenderung
meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. Sehingga
proses-proses yang terlibat memperkirakan bahwa perubahan dalam cara pelaksanaan
kerja dalam suatu organisasi dan cara anggota organisasi dibimbing untuk
dapat memperlancar iklim yang lebih positif. Dimensi yang dapat dijadikan
sebagai penilaian bahwa iklim komunikasi organisasi positif dengan melihat
bahwa adanya kepercayaan di masing-masing personel dalam organisasi
tersebut. Dalam setiap pembuatan keputusan bersama semua personel diajak
berkomunikasi dan berkonsultasi. Terciptanya suasana yang penuh dengan
keterusterangan. Antara atasan dan bawahan adanya saling keterbukaan dalam
memperoleh informasi dan personel di setiap tingkatan mau mendengarkan
dengan pikiran yang terbuka.
Bila kondisi untuk hubungan antar pesona yang baik hadir, kita juga
cenderung menemukan respons-respons positif terhadap penyelia, sikap
tanggap atas kebutuhan-kebutuhan pribadi dan organisasi, ke pekan terhadap
perasaan pegawai, dan kesediaan untuk berbagi informasi, semua ini adalah
prasyarat untuk komunikasi ke atas dan ke bawah yang efektif. (Pace &
2. Iklim Komunikasi Organisasi Negatif.
Iklim komunikasi organisasi negatif yang dimaksud adalah iklim yang
dapat benar-benar merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi
mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi.
Iklim komunikasi organisasi ini sangat rentan, terlihat dalam hal kepercayaan
masing-masing anggota sudah tidak ada. Keputusan yang dibuat mewakili
salah satu pihak.
Dalam organisasi, manajemen konflik lebih dari sekedar mencari
kesepakatan, jika yang ingin dihasilkan ialah kemajuan dan minimalisasi
konflik. Maka agenda lebih luas menjadi suatu keharusan kesepakatan atau
perjanjian yang adil dan wajar adalah yang terbaik. Perjanjian yang membuat
satu pihak merasa dieksploitasi atau dikalahkan cenderung akan menghasilkan
kemarahan dan konflik berikutnya. ( Robert, 2005:156-157)
Manajemen Redaksi
Pada bagian terdahulu telah dibahas bahwa manajemen media massa
secara umum terbagi atas dua bagian besar, yakni bagian redaksi dan perusahaan.
Bagian redaksi membawahi semua kegiatan yang berhubungan dengan produk,
yakni berita, mulai dari perencanaan peliputan, pencarian berita, pengolahan data,
pecancangan halaman dan layout. Sementara perusahaan membawahi segala
kegiatan terkait pemasaran produk, produksi, promosi, sirkulasi, iklan,
32
Dalam kata lain, pemimpin umum bertanggung jawab menjalankan
organisasi perusahaan secara keseluruhan, memegang otoritas tertinggi dari
seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan, membawahi semua unit, baik
yang ada di dalam lingkup keredaksian maupun perusahaan, namun pada kondisi
tertentu tetap menjalankan fungsi kewartawanan dalam porsi yang disesuaikan.
Karena tugas dan wewenang yang begitu besar dari seorang pemimpin umum,
mereka yang berada pada posisi ini selalu dibantu oleh seorang pemimpin redaksi
dan seorang pemimpin perusahaan semua mempunyai tanggung jawab penuh.
Ia juga bertugas melakukan pengawasan dan pembinaan pada unit kerja
yang berada di bawahnya, yakni redaktur pelaksana, koordinator peliputan,
manajer produksi, para redaktur, wartawan, layouter, design grafis, hingga tenaga
pracetak. Pemimpin redaksi, bertanggung jawab pada pemimpin umum.
Secara garis komando, koordinator peliputan berada setingkat dengan
manajer produksi. Keduanya bertanggungjawab pada redaktur pelaksana.
Koordinator peliputan membawahi redaktur dan wartawan. Sementara redaktur,
membawahi wartawan, baik itu wartawan tulis maupun wartawan foto.
Manajer produksi adalah penguasa tertinggi pada saat produksi. Pada saat itu, ia
membawahi pengelola halaman, para editor, layouter, dan tenaga pracetak. Ia juga
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa produk yang dibuat akan laku.
Selain semua unit kerja tadi, Salah satu unit kerja yang tak kalah penting
adalah sekretaris redaksi. Ia bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan,
pengembangan dan keuangan redaksi. Ia juga bertanggung jawab atas pengadaan
kegiatan monitoring prestasi wartawan serta membuat evaluasi hasil kerja
wartawan/koresponden.
Redaktur Pelaksana Bertanggung jawab atas kegiatan operasional redaksi
sehari-hari Membawahi dan mengoordinasikan kegiatan beberapa unit menajerial
di bawahnya, seperti koordinator peliputan, manajer produksi dan sekretaris
redaksi. Menyelenggarakan rapat evaluasi di antara beberapa unit manajerial yang
dibawahinya.
Koordinator Peliputan Bertanggung jawab terhadap peliputan seluruh
desk/bidang/halaman Menyusun perencanaan peliputan bersama redaktur
Menjabarkan dan mengawasi pelaksanaankonsep media yang telah ditentukan
sejak perencanaan peliputan, penulisan hingga penyajiannya dalam tiap halaman.
Memberi arah liputan, serta memperkaya visi redaktur dan reporter. Dewan
redaksi bertugas memberikan masukan dan arahan terutama yang terkait kebijakan
redaksional untuk kemudian dilaksanakan oleh jajaran redaksi. Redaktur artistik
bertanggungjawab pada tampilan perwajahan setiap halaman suratkabar. Redaktur
bahasa bertanggungjawab pada bahasa yang digunakan pada surat kabar. Ia
memastikan bahwa bahasa yang digunakan sudah memenuhi kriteria gaya surat
kabar tempatnya bekerja, sekaligus memenuhi kaidah-kaidah tatabahasa yang
baik, benar, dan dapat diterima.
Struktur organisasi mendefinisikan cara kerja bertujuan dikelompokkan
dan dikoordinasikan secara formal. Terdapat enam unsur kunci yang perlu
34
unsur tersebut adalah spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando,
sentralisasi dan desentralisasi serta formalisasi.
Ford memperlihatkan bahwa pekerjaan dapat dilakukan secara lebih
efisien jika karyawan diperbolehkan berspesialisasi. Kita menggunakan istilah
spesialisasi kerja atau pembagian kerja untuk mendiskripsikan sampai ke tingkat
mana tugas dalam organisasi dipecah- pecah menjadi pekerjaan yang terpisah.
Tingkat spesialisasi kerja, bukannya keseluruhan pekerjaan dilakukan oleh
satu individu, seluruh pekerjaan itu dipecah- pecah menjadi sejumlah langkah
dengan tiap langkah diselesaikan oleh individu yang berlainan. Pada hakekatnya
individu- individu berspesialisasi dalam mengerjakan bagian kegiatan tertentu,
bukannya mengerjakan seluruh kegiatan. ( Robbins. 2007 : 586)
Salah satu cara paling popular untuk mengelompokkan kegiatan adalah
menurut fungsi yang dijalankan, tentu saja departementalisasi menurut fungsi-
fungsinya berubah agar dapat mencerminkan sasaran dan kecepatan organisasi itu.
Keunggulan utama dari tipe pengelompokan ini adalah tercapainya
efisiensi-efisiensi dengan mengumpulkan spesialis yang sama. Departementalisasi
fungsional mengusahakan tercapainya skala ekonomi dengan menempatkan orang
dengan ketrampilan dan orientasi yang sama didalam unit- unit bersama.
Tugas juga dapat didepartementalisasikan berdasarkan jenis produk yang
dihasilkan organisasi itu. Keuntungan utama dari tipe pengelompokkan ini adalah
meningkatkan tanggung jawab atas kinerja, karena setiap bidang menjadi
2.1.4 Komunikasi Informal
Komunikasi dalam organisasi juga dapat digolongkan menjadi komunikasi
formal dan komunikasi informal. Dasar penggolongan ini adalah gaya, tata karma
dan pola aliran iformasi didalam perusahaan. Bila pesan pesan atau informasi
dikirim, ditransfer dan diterima melalui pola hirarki kewenangan organisasi yang
biasanya disebut sebagai rantai komando maka terjadilah komunikasi formal
namun banyak juga pertukaran informasi dalam organisasi terjadi dengan cara
yang kurang sistematik dan lebih informasi yang disebut sebagai komunikasi
informal. Proses komunikasi informal ini juga disebut “grapevine” (selentingan,
gossip, dan desas desus). Karena pertumbuhan dan penyebarannya yang nampak
serampangan dan tanpa terencana terlebih dahulu. Komunikasi formal dan
komunikasi informal kedua- duanya sama pentingnya bagi operasi yang efektif
dari suatu perusahaan.
Pada mulanya banyak manager berusaha menghindari dan bahkan
menghilangkan sistem komunikasi “grapevine” ini, sebab mereka berpendapat
hanya gossip dan desas- dessus yang dihasilkannya. Namun dewasa ini disadari
bahwa manager yang baik harus berani mencoba komunikasi informalsebagai
pendukung rantai komando formal. Banyak penelitian telah mengungkapkan
bahwa informasi kadang- kadang bernada memerintah, meskipun sedikit
menyimpang (distored). Kecepatan cara kerja komunikasi informal yang sangat
tinggi mendorong manager yang menekankan efisiensi untuk menggunakannya,
36
Komunikasi informal terjadi diantara karyawan dalam suatu organisasi
yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan
fungsi jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal dilakukan melalui tatap
muka langsung dan melalui pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal
terjadi sbagai perwujudan dari keinginan manusia untuk bergaul (sosialisasi) dan
keinginan untuk menyampaikan informasi yang dipunyai dan tidak dipunyai oleh
rekan sekerjanya. Meskipun hubungan yang terjadi dalam komunikasi informal ini
mengikuti pola yang bebas dari pengaruh organisasi formal, akan tetapi
komunikasi informal merupakan saluiran yang penting karena menyebar
keseluruh bagian dalam organisasi tanpa memperhatikan struktur dan saluran
komunikasi formal.
Komunikasi informal dalam suatu organisasi memberikan petunjuk apakah
saluran komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Dengan mempelajari
komunikasi informal, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam organisasi
formal guna mendukungkomunikasi dan pencapaian tujuan organisasi.
Pendekatan atau cara mempelajari komunikasi informal dapat dilakukan secara
informal maupun secara formal. Pendekatan informal dalam mempelajari
komunikasi informal adalah dengan mengamati perilaku karyawan sehari- hari
didalam organisasi. Setelah proses komunikasi dapat diidentifikasikan. Maka cara
yang paling efektifbagi manajemen untuk mengendalikan pemimpin-pemimpin
informal (informal leaders) adalah mengakui eksistensinya, mempertimbangkan
pengaruh mereka, dan kemudian mengintegrasikan kepentingan dari pemimpin-
Dengan menyadari adanya preferensi-preferensi dalam hubungan antyar
pribadi diatas, seorang atasan dapat meningkatkan pemahaman atassifat aliran
komunikasi diantara karyawan secara individual sehingga dapat memahami sikap
mereka terhadap pekerjaannya, kelompok karyawan dan organisasi dimana
mereka bekerja.
2.1.4.1Fungsi Komunikasi Informal
Fungsi utama dari komunikasi informal adalah memelihara hubungan
sosial dan penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gossip dan desas- desus.
Disamping itu, komunikasi informal dapat bersifat hubungan penugasan atau
kedinasan (task related).
Jaringan komunikasi formal jarang dapat menyebarkan informasi
mengenai penugasan dengan cukup memadai, maka biasanya terjadi saluran
komunikasi informal untuk mengambil alih fungsi komunikasi formal tersebut.
Komunikasi informal dapat digunakan oleh manajemen puncak untuk
menyebarkan pesan- pesan dan informasinya secara cepat dan tepat.
2.1.4.2Sifat dan Karakteristik Komunikasi Informal
Meskipun komunikasi informal belum banyak diteliti, tetapi beberapa
studi yang dilakukan dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana cara
bekerjanya komunikasi informal. Salah satu sifat yang menonjol dari komunikasi
informal adalah kecepatan penyebarannya. Pada umumnya pesan-pesan yang
38
komunikasi formal. Disamping itu komunikasi informal juga selektif, bila terjadi
keragu- raguan, maka biasanya informasi disampaikan dengan cara membedakan
siapa yang layak dan tidak layak menerimanya.
Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang
dan kejadian- kejadian yang tidak mengalir secara resmi, informasi yang diperoleh
adalah yang berkenaan dengan apa yang didengarkan atau apa yang dikatakan
oleh orang lain dan bukan apa yang diumumkan oleh pimpinan. Komunikasi
informal sesungguhnya memiliki manfaat bagi organisasi karena komunikasi
informal memberikan balikan kepada pimpinan mengenai keinginan karyawan.
Dengan adanya jaringan komunikasi informal sehingga dapat membantu
menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah
dipahami oleh karyawan (Muhammad, 2001 : 124-127).
Efek dari komunikasi informal yang negative dapat dikontrol oleh
pimpinan, dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka,
jujur, teliti dan sensitive terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan mendatar.
Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial
untuk mengontrol informasi. direksi hendaklah membiarkan karyawan
mengetahui bahwa mereka menerima dan memahami informasi komunikasi
informal, khususnya yang berkenaan dengan pernyataan karyawan, walaupun
informasi itu tidak lengkap dan tidak benar.
Ciri khas dari komunikasi informal adalah kebebasan, keterbukaan serta
keakraban dalam berhubungan sehingga mampu menyampaikan pesan sekalipun
2.1.4.3Teori Komunikasi yang Mendukung Komunikasi Informal
Komunikasi informal dalam prakteknya mengarah pada bentuk
komunikasi antar personal yang merupakan komunikasi langsung (tatap muka)
dan dengan sifat dialogisnya serta umpan balik yang terjadi secara seketika
sehingga mendukung teknik persuasif. Proses komunikasi semacam ini sesuai
dengan model komunikasi yang dikenal dengan The Osgood and Schram Circular
Models (model Sirkular Osgood dan Schramm). Model ini dinilai sebagai sirkular
dalam derajat yang tinggi, sebagaimana terdapat pada gambar di bawah ini :
Penyandian
Interpreter Penerimaan sandi
Pesan
Penyandian Interpreter Penerimaan sandi
Pesan
Gambar 1 . Model komunikasi Schramm berbentuk sirkular
(Muhammad, 2001 : 11)
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa Osgood dan Schramm menitik
beratkan komunikasi dalam pembahasannya perilaku dan perilaku utama dalam
40
2.1.5 Proses Komunikasi
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah
inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses
komunikasi. Jika persepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan
efektif. Persepsilah yang menentukan untuk memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. (Mulyana, 2001; 167-168).
Informasi merujuk kepada kata-kata (dalam pesan tertulis) dan bunyi
(dalam pesan terucap) dalam pertunjukan. Informasi akan dirujuk, seperti dalam
konteks “arus komunikasi” dan “pemrosesan informasi”. Informasi adalah suatu
istilah untuk merujuk kepada apa yang kita sebut pertunjukan pesan dan sering
digunakan untuk merujuk kepada nilai keuntungan dan kerugian, evaluasi kerja,
dan pendapat pribadi yang dinyatakan dalam surat dan memo, laporan teknis dan
data. (Pace & Faules, 2006;29).
Proses komunikasi yang terjadi dalam suatu perusahaan harus memiliki
komunikasi yang efektif antara anggota organisasi, yaitu manajer, penyelia dan
stafnya. Persepsi mengenai informasi yang diterima maupun yang disampaikan
antara manajer, penyelia, dan staff dalam suatu perusahaan harus benar- benar
akurat. Pola komunikasi yang didalamnya terjadi proses saling tukar menukar
informasi menjadikan efektifitas pesan dapat diterima dengan baik antara kedua
belah pihak.
Sebelum komunikasi berlangsung, tujuan, yang dinyatakan sebagai pesan
yang akan disampaikan, komunikasi terjadi antara sebuah sumber (pengirim