42
DAMPAK ARUS KAS OPERASI, EARNING, DAN RETURN ON
ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
SEKTOR OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
HANDI NATA S. 0612010183 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
44
SKRIPSI
DAMPAK ARUS KAS OPERASI, EARNING, DAN RETURN ON
ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN
SEKTOR OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
HANDI NATA S. 0612010183 / FE / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Tanggal: ……….
Mengetahui Wakil Dekan I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“DAMPAK ARUS KAS OPERASI, EARNING, DAN RETURN ON ASSET
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR
OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan segalanya.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan... 10
2.2.1.1. Definisi Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan... 11
2.2.1.2. Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan ... 12
2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan ... 14
2.2.2. Arus Kas Operasi dan Earnings... 16
2.2.3. Return On Asset... 19
2.2.4. Return yang Diterima Pemegang Saham... 20
2.2.6. Hubungan Earning dengan Return ... 23
2.2.7. Hubungan Return On Asset dengan Return ... 24
2.3. Kerangka Konseptual ... 26
2.4. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 30
3.3 Jenis Data dan Sumber Data... 31
3.4. Uji Normalitas ... 32
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 32
3.6. Teknik Analisis... 34
3.7 Uji Hipotesis... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 38
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia ... 38
4.1.2. Lembaga dan Profesi Pasar Modal ... 41
4.1.2.1. Lembaga Penunjang Pasar Modal... 41
4.1.2.2. Profesi Penunjang Pasar Modal ... 42
4.1.3. Latar Belakang Berdirinya BES ... 42
4.1.4. Maksud dan Tujuan Pembentukan BES ... 43
4.1.6. Sistim Perdagangan di Bursa Efek Indonesia ... 46 4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis... 4.2.1. Hasil Pengujian Hipotesis I... 4.2.1.1. Uji Normalitas ... 4.2.1.1. Uji Asumsi Klasik... 4.2.1.1.1 Autokorelasi ... 4.2.1.1.2 Multikolinearitas ... 4.2.1.1.3 Heteroskedastisitas... 4.2.1.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 4.2.1.3. Hasil Pengujian Uji F... 4.2.1.4. Pengujian secara Parsial (Uji t)... 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 4.3.1. Implikasi Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64 5.1. Kesimpulan ... 64 5.2. Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Data Return perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2007 – 2009 ...7
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel...47
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ...49
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ...50
Tabel 4.4 : Koefisien Regresi...51
Tabel 4.5 : Hasil Uji F...52
DAFTAR GAMBAR
DAMPAK ARUS KAS OPERASI, EARNING, DAN RETURN
ON ASSET TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN SEKTOR OTOMOTIF DI
BURSA EFEK INDONESIA
Handi Nata S.
ABSTRAK
Pada prinsipnya, setiap perusahaan menginginkan tercapai laba setiap tahunnya akan tetapi kenyataannya tidak selamanya perusahaan mendapatkan laba sesuai target, adakalanya perusahaan mengalami fluktuasi, dimana suatu saat juga akan mengalami kerugian. Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi return saham di pasar modal termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan adalah melakukan analisis rasio keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya pengaruh arus kas operasi, earning dan return on asset terhadap retun saham Pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia
Populasi dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh berjumlah 11 Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.
Dari hasil perhitungan Hipotesis, diperoleh hasil untuk variable arus kas operasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return. Variable laba bersih tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return. Variable return on assets tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut sudah dianalisis. Dari informasi ini dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian , jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal.
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sector yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sabagai dasar pegambilan keputusan investasinya.
Situasi ketidakpastian dalam pasar modal mendorong investor yang rasional untuk untuk selalu mempertimbangkan risiko dan expected return
setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding lurus. Semakin besar expected
returnmaka tingkat juga semakin besar. Gambaran resiko dan expected return
2
kualitatif maupun kuantitatif (Kurniawan dan Nur Indriantoro, 2002 dalam Daniati, 2006). Selain itu berbagai pertimbangan dan analisa yang akurat perlu dilakukan investor sebelum membeli, menjual, atau menahan saham untuk mencapai tingkat return optimal yang diharapkan (Indriani, 2005 dalam Daniati, 2006).
Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Pada dasarnya, metode penilaian investasi bisa didasarkan atas dua hal yaitu laba akuntansi dan arus kas. Menurut Damadoran (1999) dalam Pradhono (2004) menyatakan bahwa untuk mengukur return dari sebuah investasi dapat digunakan accounting earning dan arus kas.
Earning adalah laba bersih yang dihasilkan dari sebuah proses akuntansi selama satu tahun buku seperti yang tercantum dalam laporan laba rugi yang juga merupakan bagian dari laporan keuangan. Prinsip yang digunakan investor yakni jika perusahaan tersebut memperoleh laba yang besar maka perusahaan tersebut pati mempunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang (Pradhono,2004).
3
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada pendanaan dari luar (Pradhono,2004).
4
dengan return saham dalam model regresi non linear. Aliran kedua didukung oleh penelitian Triyono dan Jogiyono (2000) yang menyatakan bahwa perubahan total arus kas dan perubahan laba akuntansi tidak mempunyai kandungan informasi hubungannya dengan return saham. Kurniawan (2002) dalam Daniati (2006) menyimpulkan bahwa penelitiannya tidak berhasil menunjukkan adanya hubungan antara arus kas operasi dan komponen earning dengan return saham. Danieati (2006) menyimpulkan bahwa arus kas operasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi return saham di pasar modal termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan adalah melakukan analisis rasio keuangan.
Dalam penelitian ini rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel untuik memprediksi return saham adalah Return On Asset (ROA). ROA atau yang sering disebut ROI mempunyai arti sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh.
5
(www.vibiznews.com). Penurunan laba bersih juga dipengaruhi oleh turunnya nilai penjualan dari tahun sebelumnya sehinggga akan mengurangi omset penjualan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan dengan melemahnya daya beli masyarakat maka akan menurunkan pula laba yang dihasilkan perusahaan.
Permasalahan lain yang dihadapi Perusahaan Otomotive juga dapat dilihat dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Kondisi tersebut menyebabkan laba yang dihasilkan Perusahaan Otomotive akan berkurang akibat dari penggunaan laba untuk membayar hutang.
6
penelitian lainnya ( Sunarto, 2001). Sasongko dan Wulandari (2006) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa ROA tidak ada hubungannya dengan return saham.
Karena adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut maka hal ini penting untuk diteliti karena tujuan utama investasi adalah untuk mendapatkan return. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan actual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan.
7
Tabel 1 : Data Return perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009
Nama Perusahaan 2007 2008 2009
PT. Astra Internasional -0.42 1.59 -0.56
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan keingintahuan peneliti, maka penelitian ini diberi judul : Dampak Arus Kas Operasi, Earning, dan Return On Asset terhadap Return saham (Studi Pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam peneltitian ini adalah :
1. Apakah arus kas operasi mempunyai pengaruh terhadap return saham? 2. Apakah Earning mempunyai pengaruh terhadap return saham?
8
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. untuk menganalisis adanya pengaruh arus kas operasi terhadap retun saham
2. untuk menganalisis adanya pengaruh earning terhadap retun saham 3. untuk menganalisis adanya pengaruh return on asset terhadap retun
saham.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi peneliti
Diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi, earning, dan return on asset terhadap return saham dan dapat menerapkan teori-teori yang telah diterima penulis selama kuliah di perguruan tinggi. 2. Bagi manajer perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi penggunaan tolok ukur untuk menilai perusahaan atau unit bisnis.
4. Bagi akademisi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini dan menjadi acuan bagi peneliti
diantaranya:
1. Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (2004) dengan judul penelitian
“Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan arus
Kas Operasi Terhadap Return saham”.
Dalam penelitian ini masalah yang timbul adalah :
Apakah economic value added, residual income, earnings, dan arus kas
operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham ?
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah :
Berdasarkan hasil uji t disimpulkan bahwa variabel arus kas operasi
berpengaruh paling signifikan terhadap return saham dan berikutnya
variabel yang juga berpengaruh signifikan adalah earnings.
2. Sunarto (2001) dengan judul penelitian “ Pengaruh Rasio Profitas dan
Leverage Terhadap Return Saham Perusahan manufactur di BEJ”
10
1. Bagaimana pengaruh rasio profitabilitas (terutama ROA dan ROE) dan
rasio laverage terhadap return saham ?
2. Faktor fundamental manakah yang dominan berpengaruh terhadap
return saham ?
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah :
Dari hasil hipotesis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA dan
ROE) dan laverage (DTA) signifikan mempengaruhi return saham. Dari
hasil pengujian juga ditemukan bahwa ROA secara konsisten dominan
mempengarihi return saham.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Akuntan telah mengakui bahwa untuk menyajikan semua nformasi
yang esensial mengenai suatu perusahaan dalam neraca, perhitungan rugi laba,
laporan ekuitas pemegang saham dan laporan arus kas merupakan tugas yang
sangat sulit. FASB Consepts Statement No. 1 menyatakan bahwa beberapa
informasi yang bermanfaat lebih baik disajikan dengan menggunakan media
pelaporan keuangan selain laporan keuangan. Laporan keuangan, catatan
atas laporan keuangan, dan informasi pelengkap adalah bidang yang secara
langsung dipengaruhi oleh standar-standar FASB. (Kieso dan Weygandt,
11
2.2.1.1. Definisi Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Menurut SAK (2004 : 2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran
yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan.
Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang
tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi
informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut :
a. Full set laporan keuangan formal.
b. Informasi keuangan lainnya
Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang diharapkan oleh
manajemen pada masa yang akan datang, release berita keuangan baru,
dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta timbulnya
biaya atau beban perusahaan.
c. Informasi non keuangan
Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial
(social environment) dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis
mengingat kondisi ekonomi pada umumnya.
Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul
dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila
12
lebih baik bila dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan
unsure utama pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan
sama dengan tujuan pelaporan keuangan.
Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam PSAK (kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan
ynag berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan
segmen industri dan geografis sserta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
13
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kenutuhan
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi
mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan
materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan.
Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar
daharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja
14
Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam PSAK (kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
Sedangkan menurut Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Ak. (1992 : 17)
laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga
digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan
kepada pihak – pihak di luar perusahaan.
2.2.2.3 Susunan Laporan Keuangan
Menurut Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Ak (2004:23), laporan keuangan
yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
dan laporan arus kas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan
posisi keuangan perusahaan pada suatu (tanggal) tertentu. Neraca disebut
juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan
15
modal perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic
resources) yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan
kemanfaatan di masa mendatang. Utang merupakan
pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic sacrifices) untuk menyerahkan aktiva
atau jasa kepada entitas-entitas lain di masa yang akan datang. Modal
pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan hutang.
2. Laporan Laba Rugi
laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu.laporan ini
menyajikan pendapatan selama satu periode dan biaya-biaya untuk
memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama. Di laporan laba
rugi dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (lose).
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 1, laporan
laba rugi mengandung unsure – unsure sebagai berikut :
a. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau menambah aktiva
atau penurunan kewajiban yang berasal dari kontribusi penanaman
modal.
b. Beban (expense), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau
16
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanaman modal.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan
akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode
akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari
laporan laba rugi.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis informasi
tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu.
Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi
menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.
2.2.2 Arus Kas Operasi
Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa digunakan
untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Pada dasarnya metode penelitian
investasi bisa diartikan atas dua hal yaitu laba akuntansi atau arus kas.
Menurut Damadoran (199) dalam Pradhono (1994), untuk mengukur return
dari sebuah investasi,dapat digunakan accounting earnings dan arus kas.
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
17
struktur keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah waktu dan
arus kas dalam rangka adoptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 manyatakan
bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan
indicator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktiviitas
penghasilan utama pendapatan perusahaan. Kegiatan operasi melibatkan
pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lain yang dilibatkann dalam
penentuan laba bersih maupun rugi bersih, seperti penerimaan kas dari
penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan
karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban. Arus kas
dibagi menjadi tiga bagian :
1. Arus kas operasi adalah aliran kas dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Arus kas investasi adalah aliran kas dari pelepasan atau pemerolehan
aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
3. Arus kas pendanaan adalah aliran kas dari aktivitas yang mengakibatkan
18
Keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan akan
bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan di masa yang akan datang.
Penerimaan-penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang
diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan
digunakan untuk menutup investasi bisa dalam dua pengertian yakni (1) laba
akuntansi yaitu merupakan laba yang terdapat dalam laporan keuangan yang
disusun oleh bagian akuntansi yakni cukup dilihat dari laba pada Laporan
Rugi-Laba, (2) laba tunai yaitu laba yang berupa aliran kas atau cashflow.
Dalam investasi lebih banyak menggunakan konsep laba tunai atau cashflow,
mengapa tidak menggunakan konsep laba yang dipergunakan dalam akuntansi
saja? Jawabannya adalah karena laba yang dilaprkan dalam laporan akuntansi
belum pasti dalam bentuk kas, sehingga dengan demikian perusahaan dapat
mempunyai jumlah kas yang lebih besar daripada keuntungan yang dilaporkan
dalam laporan akuntansi.
Dalam laporan rugi-laba, biaya yang diperhitungkan semua biaya baik
yang dikeluarkan secara tunai seperti bahan baku, upah, gaji, biaya promosi,
komisi, biaya administrasi & umum, maupun biaya yang dikeluarkan tidak
tunai seperti biaya administrasi & umum, maupun biaya yang dikeluarkan
tidak tunai seperti penyusutan. Penusutan dalam akuntansi akan dimasukkan
sebagai biaya padahal perusahaan tidak pernah mengeluarkan biaya
penyusutan pada periode tersebut. Biaya penyusutan dikeluarkan pada saat
19
Penyusutan diperlakukan sebagai biaya juga bertujuan untuk mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar (sebagai tax deductale). Oleh karena itu
untuk menghitung aliran kas atau cashflow adalah dengan menambahkan
keuntungan setelah pajak dengan pengeluaran tidak tunai.
Operating Cash Flows = Earning After Tax + Depreciation
Cashflow yang berhubungan dengan suatu keputusan investasi
bisa dikelompokkan dalam 3 macam aliran kas yaitu (1) Initial Cashflow, (2)
Operational cashflow, dan (3) terminal Cashflow.
(1) Initial Cashflow
Initial cashflow adalah aliran kas yang berhubungan dengan
pengeluaran-pengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran
kas untuk pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin,
pembelian peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain
dalam rangka mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam initial cashflow ini
adalah kebutuhan dana yang akan digunakan untuk modal kerja. Initial
cashflow biasanya dikeluarkan pada saat awal pendirian suatu proyek
investasi.
(2) Operation Cashflow
Operation cashflow merupakan aliran kas yang akan dipergunakan untuk
menutup investasi. Operational cashflow biasanya diterima setiap tahun
20
inilah yang sering disebut sebagai cashflow saja. Dengan demikian
operational cashflow dapat dihitung dengan menambahkan laba akuntansi
(EAT) dengan penyusutan.
Permasalahan operational cashflow ini muncul bila dalam keputusan investasi
sumber dana yang dipergunakan berasal dari hutang, yang mengakibatkan
laba setelah pajak (EAT) berbeda, tentunya akan menghasilkan cashflow-nya
menjadi berbeda antara bila dibelanjai dengan modal sendiri dan dibelanjai
dengan hutang.
(3) Terminal Cashflow
Merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat
habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal Cashflow akan
diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal
cashflow ini dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja
yang digunakan untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan nilai
aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva
yang bersangkutan. besarnya nilai residu ini sangat penting dalam perhitungan
biaya depresiasi dan aliran kas masuk perusahaan.
2.2.3 Earnings
Menurut Pradhono (2004) Earnings adalah laba bersih yang
21
tercantum dalam laporan laba rugi yang juga merupakan bagian dari laporan
keuangan. Earnings digunakan investor untuk menilai perusahaan. Prinsip
yang dipegang investor yakni jika perusahaan tersebut memperoleh laba yang
besar maka perusahaan tersebut pasti mempunyai prospek yang bagus di masa
mendatang.
Generally accepted accounting principle (GAAP) menyatakan bahwa
pengakuan pendapatan terjadi pada saat transfer of title, tanpa memperdulikan
apakah perusahaan sudah atau belum menerima pembayaran tunai (accrual
basis). Biaya yang berkaitan langsung dengan pendapatan dan akan diakui
pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan. Biaya lain yang tidak
berkaitan langsung dengan pendapatan akan diakui pada periode terjadinya.
(Pradhono, 2004).
Dari pengertian di atas, bisa terjadi earnings akan sangat berbeda
dengan arus kas operasi.. Damadoran (1999) dalam Pradhono (2004)
menyatakan ada tiga faktor signifikan yang mempengaruhi accounting
earnings, tetapi tidak mempengaruhi arus kas, yaitu :
1. Operating versus capital expenditur, menurut akuntansi, pengeluaran yang
diperkirakan mempunyai masa manfaat dalam beberapa metode akuntansi,
tidak akan dikurangkan langsung ke pendapatan pada periode terjadinya,
tetapi akan ditangguhkan dan akan dikurangkan atau dibebankan ke
22
menerima manfaat dari pengeluaran tersebut. Sebaliknya, arus kas hanya
memperhatikan saat terjadinya transaksi tunai (cash basis).
2. Biaya – biaya non kas, beberapa jenis biaya yang bersifat non kas, seperti
penyusutan dan amortisasi akan dikurangkan dari pendapatan untuk
memperoleh earnings.
3. Accrual versus cash revenue and expenses, adanya perbedaan waktu
antara pengakuan transaksi secara accrual dengan penerimaan atau
pembayaran tunai akan menyebabkan perbedaan antara pendapatan dan
biaya.
Dengan rumus : (Brigham, 2004 : 110)
Laba (Earning) = Harga per lembar Saham Laba per Lembar Saham
2.2.3 Return On Asset
Return On Asset (ROA) yang sering disebut juga sebagai Return On
Investment (ROI) digunakan uintuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
(Sunarto, 2001). Menurut Hanafi (2003 : 84), rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
Menurut Munawir (2002 : 89) karena ROA disebut juga ROI, maka
besarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1. Turnover dari operating asset (tingkat perputaran aktiva yang digunakan
23
2. Profit margin, yaitu mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Adapun kegunaan ROI, yaitu:
a. Dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi
produksi, dan efisiensi bagian penjualan.
b. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan lain.
c. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua
biaya dan modal ke dalam yang bersangkutan.
d. Dapat mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan
oleh perusahaan.
e. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol dan untuk keperluan
perencanaan.
Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
(Hanafi, 2003 : 84)
2.2.4. Return yang Diterima Pemegang Saham
Tujuan corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan.
Tujuan ini bisa menyimpan konflik potensial antara pemilik perusahaan
dengan kriditur. Jika perusahaan menikmati laba yang besar, nilai pasar saham
(dana pemilik) akan meningkat pesat, sementara nilai hutang perusahaan
24
kerugian atau bahkan kebangkrutan, maka hak kreditur akan didahulukan
sementara nilai saham akan menurun drastis. Jadi dengan demikian nilai
saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur efetivtas perusahaan,
sehingga seringkali dikatakan memaksimumkan nilai perusahaan juga berarti
memaksimumkan kekayaan pemegang saham (Pradhono, 2004).
Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return) yang
diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return
bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya
perubahan harga saham pada suatu periode (Pradhono, 2004).
Sumber – sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama
yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan return yang
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari
suatu investasi. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return yang
merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham
maupun utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian). Dalam kata lain capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai
perubahan harga sekuritas. Sharpe, dkk (1997:48).
Return saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Pt - Pt -1 + Dt Return Saham =
Pt -1
25
Keterangan :
Pt = Harga saham perusahaan pada tahun ke-t
Pt -1 = Harga saham perusahaan pada tahun t-1
Dt = Deviden pada tahun ke-t
2.2.5. Hubungan Arus Kas Operasi dengan Return
Arus kas begitu vital karena perusahaan dalam menjalankan
aktivitasnya membutuhkan kas. Gambaran menyeluruh mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas hanya bisa diperoleh dari laporan arus kas, tetapi bukan berarti
laporan arus kas menggantikan neraca ataupun laporan laba rugi, melainkan
saling melengkapi. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai
perusahaan. Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang
(present value) dari aliran-aliran kas (cash flows) masa datang. Jika ini benar,
maka investor seharusnya menggunakan nilai arus kas untuk menentukan harga
dari sekuritas perusahaan bersangkutan. Nilai pasar yang tinggi ini akan
mendorong investor untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan itu. Tentu
saja ini akan meningkatkan harga saham perusahaan dan pada akhirnya berimbas
pada meningkatnya return perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
peningkatan arus kas akan mendorong peningkatan pada return saham. Demikian
pula sebaliknya, penurunan dalam arus kas dapat mendorong penurunan pada
26
Livnat dan zarowin (1990) dalam Daniati (2006) yang menguji
komponen arus kas menemukan bukti bahwa komponen arus kas mempunyai
hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibanding hubungan total arus
kas denga return. Ini terlihat dari model penelitian yang menunjukkan
unexpected cash flow atau outflows dari operasi dalam periode tertentu akan
mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehingga
diharapkan komponen arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan return saham.
Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Pada dasarnya, metode
penilaian investasi bisa didasarkan atas dua hal yaitu laba akuntansi atau arus
kas. Menurut Damodaran, untuk mengukur return dari sebuah investasi, dapat
digunakan accounting earnings dan arus kas (Damodaran 1999).
Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arus kas
operasi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.2.6. Hubungan Earning dengan Return
EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak atau net
income after tax pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan
(outstanding share) (Robert Ang, 1997:6.22). Semakin meningkatnya EPS
akan meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan dana ke dalam
27
saham akan berpengaruh terhadap meningkatnya total return yang diperoleh
investor. Dengan demikian EPS berhubungan positif dengan total return.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan Pradhono (2004)
diketahui bahwa earning mempunyai pengaruh nyata terhadap return saham.
Kondisi earning yang membaik berdampak nyata terhadap kinerja saham.
Earning disusun berdasarkan standar akuntansi dan nampak langsung pada
laporan laba rugi. Publikasi earnings seringkali langsung memberikan dampak
positif terhadap perkembangan harga saham. Earning positif juga
memungkinkan perusahaan membagi deviden kepada pemegang sahamnya.
Laba akrual didasarkan pada dua prinsip akuntansi, yakni, pengakuan
pendapatan dan prinsip penandingan. Prinsip pengakuan pendapatan meminta
perusahaan untuk mengakui pendapatan ketika telah melaksanakan semua,
atau satu bagian substansial dari, jasa-jasa yang harus diberikan, dan
penerimaan kas dari transaksi tersebut adalah pasti. Prinsip penandingan
meminta perusahaan untuk mengakui semua biaya yang terkait dengan
pendapatan dalam periode yang sama di mana pendapatan diakui. Karena
proses akrual dianggap mengurangi masalah waktu dan masalah penandingan
yang melekat di arus kas, maka diyakini bahwa laba lebih tepat
menggambarkan kinerja perusahaan Saat ini, penelitian dalam kegunaan laba
untuk keputusan investasi didasarkan pada hipotesis bahwa laba
28
Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Earnings
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.2.7. Hubungan Return On Asset dengan Return
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after
tax (NIAT) terhadap average total asset. NIAT merupakan pendapatan bersih
sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas harus ikut
diperhitungkan. Average total assets merupakan rata-rata total asset awal
tahun dan akhir tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja
yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Robert Ang,
1997:18.33).
Return On Asset (ROA) yang sering disebut juga sebagai Return On
Investment (ROI) digunakan uintuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
(Sunarto, 2001). Menurut Hanafi (2003 : 84), rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
Semakin besar ROI/ROA menujukkan keadaan perusahaan yang semakin
baik, karena return semakin besar (Sunarto dan Kartika : 2003).
Hasil penelitian mengenai pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap
return saham yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya menunjukkan adanya
29
Syahib Natarsyah (2000) dalam Sunarto (2001) menunjukkan bahwa ROA
secara signifikan berpengaruh terhadap return saham.
Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Return on
asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar I : Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah dan landasan teori
yang diuraikan di atas maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut :
Arus Kas Operasi ( X1 )
Earnings ( X2 )
Return On Asset ( X3 )
30
1. Arus kas operasi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return
saham.
2. Earnings mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham.
3. Return on asset mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini akan menggunakan dua variabel, yaitu tiga
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel – variabel tersebut adalah :
1. Variabel Bebas
a. Arus Kas Operasi ( X1 )
Adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas
dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasilan
utama pendapatan perusahaan selama satu tahun buku, sebagaimana
tercantum dalam laporan arus kas yang diserahkan oleh perusahaan
kepada pihak BEI. Arus kas operasi dapat dirumuskan sebagai berikut
(Pradhono, 2004):
Operating Cash Flows = Earning After Tax + Depreciation
32
b. Earnings ( X2 )
Adalah laba bersih sebelum akun – akun luar biasa (extraordinary
accounts) yang dihasilkan dari sebuah proses akuntansi selama satu
tahun buku sebagaimana tercantum dalam laporan laba rugi yang juga
merupakan bagian dari laporan keuangan. Earnings dapat dirumuskan
sebagai berikut (Pradhono, 2004):
Laba (Earning) = Harga per lembar Saham Laba per Lembar Saham
Earnings diukur dengan satuan rupiah per lembar saham.
c. Return On Assset ( X3 )
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen
dalam memaksimumkan tingkat pengembalian investasi pemegan
saham. Teknik pengukurannya dengan membagi laba bersih dengan total
asset, satuan pengukuran yang digunakan adalah presentase dan rasio ini
dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafi, 2003 : 84) :
% 100
asset total
bersih laba
33
2. Variabel Terikat
Return yang diterima Pemegang Saham ( Y )
Adalah Pengembalian total yang diterima oleh para pemegang saham atas
investasi yang telah dilakukan, bisa berupa deviden maupun selisih
perubahan harga saham ( capital gain / loss) Saham suatu perusahaan bisa
dinilai dari return yang diterima oleh pemegan saham dari perusahaan yang
bersangkutan. Deviden yang digunakan adalahdeviden yang dibagikan
setelah tanggal tanggal laporan keuangan tahunan dipublikasikan sampai
dengan tanggal publikasi laporan keuangan tahun berikutnya. Demikian
juga dengan harga saham, mengikuti tanggal publikasi laporan keuangan
tahun berikutnya. Return dapat dirumskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2000 :
109) :
Pt - Pt -1 + Dt
R
=Pt -1
Keterangan :
R : Return saham pada tahun ke-t
Pt : Harga saham perusahaan pada tahun ke-t
Pt -1 : Harga saham perusahaan pada tahun t-1
34
Return diukur dengan satuan persen, bertujuan untuk menyetarakan
(ekuivalen) dari semua saham yang diobservasi karena saham – saham
tersebut memiliki harga yang berbeda – beda.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau
karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek
atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil
penelitian (Soemarsono, 2004 : 44)
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahan Otomotif di Bursa
Efek Indonesia sampai saat ini berjumlah 19 perusahaan.
2. Sampel
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi
responden – responden berdasarkan criteria atau sifat khusus yang dimiliki
oleh sampel sebagai bagian dari populasi. Kriteria yang dimaksud adalah:
1. Telah menyampaikan laporan keuangan tahun 2006 – 2009 yang telah
diaudit.
2. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2006-2009 yang aktif memberikan laporan keuangan pada periode
35
3. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di Bursa
Efek Bursa Efek Indonesia
4. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2006-2009 yang mempunyai nilai return saham fluktuatif
3.3 Taknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder karena
data diambil dari Bursa Efek Indonesia. Data yang diambil berupa laporan
keuangan dan non keuangan lainnya di perusahaan yang termasuk dalam
Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan berasal dari Bursa
Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Laporan keuangan auditan perusahaan publik yang menjadi sampel selama
periode penelitian.
2. Data harga saham perusahaan publik awal dan akhir tahun selama periode
penelitian
3. Data pembagian deviden kas perusahaan publik selama periode penelitian
36
3.3.3. Pengumpulan Data
pengumpilan data menggunakan teknik dokumentasi yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan cara mengkopi, mempelajari, dan menggunakan
laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam penelitian ini
yang diambil dari perpustakaan Bursa Efek Indonesia.
3.4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah suatu data tersebut
mengikuti sebaran normal, salah satunya dapat dilakukan dengan metode
kolmogrov sminorv. (Sumarsono, 2004 : 40)
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka
distribusi data adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka
distribusi data adalah normal. (Sumarsono, 2004 : 43)
3.5. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linear antar variabel bebas
37
linear antar variabel bebas, maka persamaan regresi sederhana tidak perlu
dilakukan analisis multikolinearitas. (Sumodiningrat, 2002 : 281)
Tujuan dari multikolinearitas adalah untuk menguji apakah hubungan model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel (Ghozali, 2002 : 57).
b. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan heterokedastisitas adalah variabel independen
adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel
independen. Pada regresi linear, nilai residu tidak boleh ada hubungan
dengan variabel independen (Algifari, 2000 : 85). Untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas digunakan korelasi Renk Sperman antara
residual dengan seluruh variabel bebas.
Pedoman dalam mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah :
a. Apabila nilai signifikan hitang ( sig ) > tingkat signifikan α = 0,05
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Apabila nilai signifikan hitang ( sig ) ≤ tingkat signifikan α = 0,05
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. ( Santoso, 2001 : 231)
c. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu
( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun
38
(Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin
Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n ) sehingga
diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau
tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL
Ada autokorelasi negatif
Sumber : Ghozali, 2001 : 61
3.6. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah regresi linear
berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas
39
Rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ………( Anonim, 2003 : L –21 )
Keterangan :
Y : Return yang diterima pemegang saham
X1 : Arus kas operasi
X2 : Earnings
X3 : Return on asset
a : Konstanta
b1,b2,b3 : Koefisien regresi variabel X1, X2, dan X3
e : Kesalahan baku
3.7 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
thitung =
) (bi se
bi
(Sudjana, 1992 :111).
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan
bi : koefisien regresi
40
a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Hi : bi 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia
Catatan sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di kota Jakarta pernah di bentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pembentukan ketiga bursa tersebut diatas dilatar belakangi oleh adanya gejala semakin banyaknya jenis efek yang diperdagangkan di masyarakat, besarnya volume dan nilai perdagangan, serta tingginya biaya transaksi karena efek yang diperdagangan pada waktu itu tercatat di Bursa Amsterdam.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena praktis karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tahun 1951 pemerintah memberlakukan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang yaitu No. 15 tahun 1952 tentang bursa efek. Berdasarkan undang-undang tersebut Bursa Efek Indonesia dibuka kembali di Jakarta. Karena situasi politik dan
42
ekonomi saat itu kurang menguntungkan, kegiatan pasar modal praktis terhenti sampai dengan pertengahan tahun 1977.
Pada tanggal 10 Agustus 1990, berdasarkan keputusan presiden Republik Indonesia No. 15 tahun 1976, pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali dengan tujuan :
a. Mempercepat proses perluasan pengikut sertaan masyarakat dalam pemilihan saham perusahaan-perusahaan swasta menuju pemerataan pendapatan masyarakat.
b. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk pembiayaan pembangunan nasional.
c. Mendorong perusahaan-perusahaan swasta yang sehat dan baik untuk menjual sahamnya melalui pasar dengan memberikan keringanan-keringanan di bidang perpajakan.
Perkembangan pasar modal di Indonesia dari tahun 1977 – 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal, seperti fasilitas perpajakan (tax
holiday), revaluasi aktiva dan sebagainya.
43
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 1988) dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes1988).
Pakdes 1987 secara umum merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya beberapa biaya yang sebelumnya dipungut oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan untuk membeli efek bagi pemodal asing maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 1987 juga menghapuskan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkna bursa pararel (over the counter) sebagai pilihan bagi calon emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Pakto 1988, meskipun pada hakekatnya ditujukan pada sektor perbankan akan tetap mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Secara garis besar Pakto 1988 berisikan tentang ketentuan Legal
Lending Limit (L3) dan ketentuan tentang bunga deposito dikenakan pajak
yang bersifat final.
44
sendirinya. Sedangkan bagi-bagi bank-bank yang terlanjur memberi pinjaman melebihi ketentuan L3, harus berusaha meningkatkan modalnya. Berarti L3 di atas juga mendorong bank-bank yang terlanjur melebihi batas pinjaman yang diberikan kepada nasabahnya untuk go public.
Pengenaan pajak atas bunga deposito yang bersifat final juga mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan adanya ketentuan tersebut pemerintah memberikan perlakuan yang sama antara sektor perbankan dengan sektor pasar modal.
Pakde 1988, pada intinya memberikan dorongan yang lebih jauh agar pasar modal sama murah dan modalnya dibandingkan dengan sektor pembiayaan lain. Pakde 1988 juga membuka peluang bagi pihak swasta untuk menyelenggarakan Bursa Efek Swasta di kota-kota di luar Jakarta.
4.1.2. Lembaga dan Profesi Pasar Modal
4.1.2.1. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga Penunjang Pasar Modal adalah pihak yang berperan dalam suatu proses penjamin emisi pasar perdana dan atau perdagangan di pasar sekunder. Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 859 dan 860/Kep.01/1987 lembaga penunjang yang keberadaannya terkait dengan adanya pasar modal, yaitu :
45
d. Perantara perdagangan efek
e. Biro Administrasi Efek (Anonim,1987:62)
4.1.2.2. Profesi Penunjang Pasar Modal
Profesi Penunjang Pasar Modal adalah lembaga penunjang yang keberadaannya tidak semata-mata terkait dengan adanya pasar modal, yaitu :
1) Akuntan publik 2) Penasehat hukum 3) Notaris
4) Perusahaan penilai
5) Penyimpan efek (custodian)
6) Profesi lain yangf ditetapkan oleh BAPEPAM (Anonim, 1987:71)
4.1.3. Latar Belakang Berdirinya BES
Pembentukan Bursa Efek Indonesia (BES) yang mulai beroperasi tanggal 16 Juni 1989, yaitu hampir dua belas tahun sejak pemrintah mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia (10 Agustus 1977) seakan merupakan proses pengulangan sejarah dengan latar belakang yang tentu saja jauh berbeda.
46
Tahun ke Lima (Pelita V) dilatar belakangi oleh adanya tekad pemerintah untuk mengerahkan segala dan daya semaksimal mungkin guna mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata minimal 5% pertahun.
BES merupakan suatu badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan pada tanggal 30 Maret 1989. Berdasarkan akte No. 73 dari Kartini Mulyadi, SH, Notaris di Jakarta dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-5101.HT.01.01.TH.89 tanggal 12 Juni 1989. Anggaran Dasar perseroan telah mengalami perubahan sebagaimana termuat dalam Akte Notaris Kartini Mulyadi, SH, No 4 tanggal 2 Juni 1989 dan telah disetujui pula oleh Menetri Kehakiman Republik Indonesia. Izin Usaha Penyelenggarakan BES ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 654/MKK.01/1989 tanggal 14 Juni 1989.
Pembentukan BES merupakan suatu langkah positif dan juga merupakan suatu indikasi adanya peran serta pihak swasta di bidang pasar modal. Hal ini sangat sesuai dengan isi yang terkandung Pakde 1988, yaitu deregulasi di bidang pasar modal.
4.1.4. Maksud dan Tujuan Pembentukan BES
47
Timur dan Jawa Timur pada khususnya akan lebih mudah menarik dana jangka panjang yang relatif murah dari pasar modal.
Di sisi lain, kehadiran BES berarti memberikan jaminan likuiditas efek yang diperdagangkan karena pilihan pasar sekunder menjadi lebih beragam. Dalam hal ini perusahaan yang menawarkan efek melalui pasar modal dapat mengadakan pilihan untuk pencatatan dan perdagangan efeknya, yaitu di Bursa Efek Indonesia, BES dan di Bursa Paralel. Pembentukan BES pada akhirnya dapat sempurna sehingga diharapkan pasar modal mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi usaha pengerahan dana pembangunan nasional.
4.1.5. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan kegiatan usaha, BES tunduk peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap BES dilakukan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), sesuai dengan Keputusan Presiden No. 60 tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang pasar modal.
48
Perantara Jakarta, 1 Pusat Koperasi KUD Jawa Timur dan 1 Lembaga Pengelola Dana yaitu PT (Persero) Danareksa. Kekuasaan tertinggi di PT. BES sesuai dengan anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Seperti lazimnya pada perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas , dalam struktur PT. BES juga terdapat Dewan Komisaris, terdiri dari satu orang Komisaris Utama dan tiga orang anggota Direksi. Hingga saat ini PT. BES mempunyai satu orang Direktur Utama dan satu orang Direktur.
Fungsi Administrasi dan Operasional dilaksanakan oleh tiga Divisi yaitu Divisi Administrasi dan penerangan, Divisi Keuangan dan Akuntansi dan Divisi Penyelenggaraan Bursa. Setiap divisi membawahi dua bagian.
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia.
R.U.P.S
Dewan Kopmisaris
Direktur Utama
Direktur Utama Direktur Pergangan Ditektur Keuangan
Divisi Divisi Divisi Adm & penerangan Penyalur bursa Keuangan & Akt
Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Adm. Umum Penerangan & Humas Pengolahan data Adm. & perdagangan Akuntansi Keuangan
49
4.1.6. Sistim Perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa (pialang). Dalam melaksanakan tugasnya seorang pialang bertindak atas nama perusahaan (securities company). Transaksi berdasarkan mekanisme pasar dengan prosedur pialang memasukkan order ke menu slip order, yang memuat lot dan harga tawaran, sedangkan waktu pemasukan order telah terkontrol langsung oleh sistim komputer.
Fasilitas perdagangan saham digolongkan dalam dua kategori, yaitu Papan Transaksi Asing (Foreign Board) dan Papan Transaksi Lokal (Local
Board). Transaksi perdagangan lokal terbagi atas :
1) Perdagangan Reguler, yaitu perdagangan yang dilakukan atas dasar mekanisme pasar (action market) dan bersifat terus-menerus dengan lot minimal 500 saham.
2) Perdagangan Non Reguler, yaitu merupakan perdagangan saham jumlah besar (block sale) di atas 10.000 saham dan perdagangan add lot, yaitu dibawah 500 saham.
50
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis
4.2.1. Hasil Pengujian Hipotesis I
4.2.1.1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data tersebut telah terdistribusi normal. (Santoso, 2001 : 97)
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel
Tests of Normality
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance. *.
Lilliefors Significance Correction a.
51
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi dari data adalah mengikuti pola distribusi normal.
4.2.1.1. Uji Asumsi Klasik
4.2.1.1.1 Autokorelasi
Deteksi Autokorelasi:
a. Besarnya Angka Durbin Watson
Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif) Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)
Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.
Tidak ada autokorelasi
52
c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)
d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.
Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,986, hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi (karena antara -2 sampai 2).
4.2.1.1.2 Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi.
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
25.929 19.923 1.301 .204
.000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024
.000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032
1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012
(Constant)
53
untuk OCF (X1) = 1,024: Earnings (X2) = 1,032, dan ROA (X3) = 1,012; (lebih kecil dari 10) yang artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.
4.2.1.1.3 Heteroskedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Correlations
ed Residual OCF Earnings ROA
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.
54
4.2.1.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Koefisien Regresi
Coefficientsa
25.929 19.923 1.301 .204
.000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024
.000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032
1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012
(Constant)
Sumber : data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Y = XXe
Y = 25.929 + 0.000 X1 + 0.000 X2 + 1,243 X3 + e
Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan
maka nilai Prediksi Laba (Y) adalah sebesar 25.929
Koefisien regresi untuk variabel Arus Kas Operasi (X1) diperoleh
nilai 0.000 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Arus Kas Operasi (X1) akan menaikkan nilai Return Saham (Y)
dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
Koefisien regresi untuk variabel laba bersih (X2) diperoleh nilai
55
variabel terikat. Jadi semakin besar nilai laba bersih (X2) akan menaikkan
nilai Return Saham (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
Koefisien regresi untuk variabel return on assets (X3) diperoleh
nilai 1,243, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai laba bersih (X2) akan menaikkan
nilai Return Saham (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
4.2.1.3. Hasil Pengujian Uji F
Tabel 4.5 Hasil Uji F
ANOVAb
5231.454 3 1743.818 .624 .605a
78208.076 28 2793.146
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), ROA, OCF, Earnings a.
Dependent Variable: Return b.
Terlihat dari angka Fhitung(33-4-1) = 0,624 dengan Sig.0,770 > 0,05 :
56
untuk teknik analisis ini tidak cocok, oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis ini dengan menambahkan data penelitian atau pengamatannya.
4.2.1.4. Pengujian secara Parsial (Uji t)
Tabel 4.6 Hasil Uji t
Coefficientsa
25.929 19.923 1.301 .204
.000 .000 .055 .295 .770 .056 .977 1.024
.000 .000 .040 .216 .830 .041 .969 1.032
1.243 .922 .248 1.349 .188 .247 .988 1.012
(Constant)
Hasil uji t pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa :
1. Arus Kas Operasi (X1) berpengaruh terhadap Return (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,770 > 0,05 : tidak signifikan [positif]. 2. Laba Bersih (X2) berpengaruh terhadap Return (Y) , tidak dapat diterima
[Sig. ,0,830 > 0,05 : tidak sinifikan [positif].
3. Return On Assets (X3) berpengaruh terhadap Return (Y) tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,188 > 0,05 : tidak signifikan [positif].
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Retun Saham
57
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pasar modal. Informasi yang terkandung dalam laporan arus kas belum mempunyai makna atau nilai bagi investor jika keberadaan tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi dipasar modal, dimana transaksi ini tercermin melalui perubahan harga saham yang diperdagangkan. Salah satu tujuan penyajian informasi arus kas adalah digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan kas. Selain itu perusahaan Otomotive cenderung membutuhkan waktu lebih lama (adanya lag waktu) agar pengaruh total arus kas dapat dirasakan mempengaruhi return saham, karena data arus kas tidak mempunyai kandungan informasi jika dilihat pengaruhnya terhadap harga saham. Hal ini membuktikan bahwa arus kas operasi secara parsial tidak dapat memoderasi hubungan antara laba akuntansi dengan return saham. Hal ini tidak mendukung teori Laksmi (2006) yang menguji komponen arus kas menemukan bukti bahwa komponen arus kas mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan return saham dibanding hubungan total arus kas dengan return. Ini terlihat dari model penelitian yang menunjukkan unexpected cash flow atau outflows