• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Infusa Daun Sirsak (Anonna muricata L.) terhadap Larva Aedes aegypti Sebagai Larvisida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Infusa Daun Sirsak (Anonna muricata L.) terhadap Larva Aedes aegypti Sebagai Larvisida."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

EFEK INFUSA DAUN SIRSAK (Anonna muricata L.) TERHADAP LARVA Aedes aegypti SEBAGAI LARVISIDA

Josephine Fausta Nazuli, 2015; Pembimbing I : Roro Wahyudianingsi, dr., Sp.PA. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp. KFR.,

M.Kes.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis. DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian vektor DBD dapat melalui pemutusan siklus hidup tahap larva menggunakan larvisida. Penggunaan jangka lama larvisida sintetis seperti temephos, berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan. Dampak negatif tersebut dapat diminimalisir dengan penggunaan larvisida alami yang aman dan setara dengan temephos, yaitu daun sirsak (Annona muricata L.) Tujuan penelitian menilai apakah efek infusa daun sirsak setara dengan temephos sebagai larvisida Aedes aegypti.

Desain penelitian laboratorium eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap. Efek larvisida Infusa Daun Sirsak (IDS) diuji terhadap 6 kelompok (n=30, r=5) larva Aedes aegypti dengan perlakuan kelompok I (IDS 0,2%), II (IDS 0,4%), III (IDS 0,8%), IV (IDS 1,6%), V (temephos sebagai kontrol positif), dan VI (akuades sebagai kontrol negatif). Data yang diukur adalah jumlah larva mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data dengan Kruskal Wallis, dilanjutkan uji Mann Whitney. Kemaknaan berdasarkan nilai p≤0,05.

Hasil penelitian persentase larva mati pada kelompok I (65,33%), II (79,33%), III (81,33%), IV (95,33%) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kelompok VI (1,33%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok IV dan kelompok V (100%).

Simpulan penelitian adalah Infusa Daun Sirsak berefek sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti dan berpotensi setara dengan temephos pada konsentrasi 1,6%.

Kata kunci: daun sirsak, Aedes aegypti, larvisida

(2)

v ABSTRACT

SOURSOP LEAVES INFUSION EFFECT ( Anonna muricata L.) OF Aedes aegypti LARVA AS LARVICIDE

Josephine Fausta Nazuli, 2015 ; 1st Adviser: Roro Wahyudianingsih, dr., Sp.PA 2st Adviser: Yenni Limyati, dr., Sp. KFR.,

M.Kes.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) was a disease that could be found in tropical regions. This disease was caused by Dengue virus with the main vector was Aedes aegypti mosquitos. Vector of DHF could be controlled by breaking its life cycle on larval stage using larvicides. Long term use of synthetic larvicides such as temephos could cause negative impacts to our health and environment. Those negative effects could be minimalized by using a safe and natural larvicides that equivalent to temephos was needed, such as soursop leaves (Anonna muricata L.)

Aim was to know whether the effects of soursop leaves infusion is equivalent to temephos as a larvicide of Aedes aegypti.

Method of this study was a true laboratory experimental with Complete Randomized Design. Larvicidal effect of soursop leaves infusion (SLI) were tested 6 groups ( n = 30 , r = 5 ) Aedes aegypti larva treated respectively to group I ( SLI 0,2% ) , II ( SLI 0,4% ) , III ( SLI 0,8% ) , IV ( SLI 1.6 % ) , V ( temephos as positive control ) , and VI ( aquades as negative control ) . The data measured was the number of dead larva 24 hours after some treatment. Data were analyzed by Kruskal Wallis followed by Mann Whitney test. Significance based on p≤0.05. Result percentage of dead larva in group I ( 65,33% ) , II ( 79,33 % ) , III ( 81,33 % ) , IV ( 95,33 % ) were significantly different ( p < 0.01 ) to group VI ( 1.33 % ) . There were not significant differences ( p > 0.05 ) between group IV and group V ( 100 % ) .

Conclusion SLI effective as a larvicide against Aedes aegypti larva and had equivalent potential to temephos at 1,6% concentration.

Keywords : soursop leaves infusion, Aedes aegypti, larvicide

(3)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

2.2.1 Taksonomi Aedes aegypti ... 6

2.2.2 Morfologi Aedes aegypti ... 7

2.2.2.1Telur ... 7

2.2.2.2Larva ... 7

2.2.2.3Pupa ... 10

2.2.2.4Nyamuk Dewasa ... 11

(4)

ix

2.2.3 Bioekologi Aedes aegypti ... 13

2.2.3.1Siklus Hidup ... 13

2.2.3.2Habitat Perkembangbiakan ... 15

2.2.3.3Perilaku Nyamuk Dewasa ... 16

2.2.3.4Penyebaran ... 16

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 20

3.1.1 Alat Penelitian ... 20

3.1.2 Bahan Penelitian... 20

3.1.3 Subjek Penelitian ... 20

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Tempat Penelitian... 21

3.2.2 Waktu ... 21

3.3Metode Penelitian... 21

3.3.1 Desain Penelitian ... 21

3.3.2 Penentuan Besar Pengulangan / Replikasi ... 21

3.3.3 Variabel Penelitian ... 22

3.3.3.1Definisi Konsepsional Variabel Penelitian ... 22

3.3.3.2Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 22

3.4Prosedur Penelitian... 23

3.4.1 Persiapan Bahan Uji ... 23

3.4.1.1Pembuatan Simplisia ... 23

3.4.1.2Pembuatan Infusa ... 23

(5)

x

3.4.2 Prosedur Kerja ... 24

3.5Metode Analisis ... 24

3.5.1.1Hipotesis Statistik ... 25

3.5.1.2Kriteria Uji ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil dan Pembahasan... 26

4.2Uji Hipotesis Penelitian ... 29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 6.1Simpulan ... 31

6.2Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN ... 36

RIWAYAT HIDUP ... 42

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rerata Jumlah Larva Hidup dan Mati Setelah 24 Jam ... 26

Tabel 4.2 Rerata Jumlah dan Presentase Larva Mati Setelah 24 Jam ... 27

Tabel 4.3 Hasil Uji Kruskal Wallis Larva Mati ... 28

Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rerata Mann Whitney Setelah 24 jam ... 28

Tabel L 3.1 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Sirsak 0,2% Setelah 24 Jam ... 37

Tabel L 3.2 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Sirsak 0,4% Setelah 24 Jam ... 37

Tabel L 3.3 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Sirsak 0,8% Setelah 24 Jam ... 37

Tabel L 3.4 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Infusa Daun Sirsak 1,6% Setelah 24 Jam ... 38

Tabel L 3.5 Jumlah Larva Mati pada Temephos Setelah 24 Jam ... 38

Tabel L 3.6 Jumlah Larva Mati pada Akuades Setelah 24 Jam ... 38

Tabel L 4.1 Test of Normality (Shapiro-Wilk) ... 39

Tabel L 4.2 Mann Whitney ... 39

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Telur Aedes aegypti ... 7

Gambar 2.2 Larva instar I Aedes aegypti ... 8

Gambar 2.3 Larva instar II Aedes aegypti ... 8

Gambar 2.4 Larva instar III Aedes aegypti ... 9

Gambar 2.5 Larva instar IV Aedes aegypti ... 10

Gambar 2.6 Pupa Aedes aegypti... 10

Gambar 2.7 Nyamuk Aedes aegypti ... 11

Gambar 2.8A Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa tampak dorsal ... 12

Gambar 2.8B Kaki nyamuk Aedes aegypti tampak anterior ... 12

Gambar 2.9 Perbedaan nyamuk Aedes aegypti betina dan jantan ... 12

Gambar 2.10 Siklus Hidup Nyamuk ... 13

Gambar 2.11 Pupa mengeluarkan kepala terlebih dahulu untuk menjadi nyamuk dewasa ... 15

Gambar 2.12 Sirsak ... 17

Gambar L 4.1 Larva Aedes aegypti ... 40

Gambar L 4.2 Daun Sirsak (Anonna muricata L.) ... 40

Gambar L 4.3 Infusa Daun Sirsak (Anonna muricata L.) dalam Berbagai Konsentrasi ... 41

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Dosis ... 36

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 37

Lampiran 3. Data Hasil Pengolahan SPSS Infusa Daun Sirsak (Anonna muricata

L.) terhadap Larva Aedes aegypti ... 39

Lampiran 4. Gambar Penelitian ... 41

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan sebagai vektor utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Virus Dengue ditularkan ke manusia melalui cucukan nyamuk betina yang terinfeksi. Pada tahap akhir penyakit ini, dapat terjadi kematian akibat kebocoran plasma, pendarahan, gangguan pernapasan, atau kerusakan organ (WHO, 2013).

Dalam beberapa dekade terakhir ini, terjadi peningkatan insidensi DBD di

seluruh dunia. Lebih dari 40% populasi dunia berisiko terkena DBD (WHO,

2013). Indonesia merupakan negara dengan kasus penyakit DBD tertinggi di Asia Tenggara (Listyorini, 2012). Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang. Terjadi

peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar

90.245 kasus (Kemenkes RI, 2014).

Diperlukan adanya pencegahan terhadap angka insidensi DBD yang tinggi. Vaksin atau obat antivirus untuk penyakit DBD hingga kini belum ditemukan, sehingga, tindakan pencegahan yang terbaik adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk dan eliminasi larva serta nyamuk dewasa. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan meliputi pengendalian secara kimiawi, biologis, dan lingkungan (Listyorini, 2012).

Pengendalian kimiawi menggunakan larvisida seperti temephos merupakan cara yang paling sering digunakan saat ini karena efektivitas, hasil yang cepat, dan lingkup daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi Aedes aegypti dalam waktu singkat. Namun pengendalian dengan cara ini memiliki dampak negatif yang cukup berbahaya seperti pencemaran lingkungan, dapat terjadi toleransi,

(10)

2

kematian predator, dan bahkan dapat menyebabkan kematian manusia. Oleh karena itu perlu adanya insektisida yang ramah lingkungan seperti insektisida yang berasal dari tanaman (Panghiyangani, Rahmiati, & F, 2009).

Tanaman yang secara empiris dapat digunakan sebagai larvisida adalah tanaman sirsak (Anonna muricata L.) (Joe, 2006). Bagian tanaman sirsak yang sering digunakan sebagai pestisida adalah daun (folia anonnae), yang biasanya dibuat oleh petani dengan cara direndam selama 24 jam dan air rendamannya disemprotkan pada hama tanaman (Sudarmo, 2005).

1.2Identifikasi Masalah

 Apakah infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) memiliki efek larvisida

terhadap larva Aedes aegypti.

 Apakah potensi infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) setara dengan

temephos.

1.3Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui efek larvisida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.)

terhadap larva Aedes aegypti.

 Untuk menilai apakah potensi infusa daun sirsak (Anonna muricata L.)

setara dengan temephos sebagai larvisida Aedes aegypti.

(11)

3

1.4 Manfaat Penelitian

 Manfaat Akademis

Memberikan informasi dan menambah pengetahuan mahasiswa/i mengenai efek larvisida infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) terhadap larva Aedes aegypti.

 Manfaat Praktis

Mengembangkan bahan alternatif alami untuk membunuh larva Aedes aegypti sehingga terjadi penurunan populasi Aedes aegypti.

1.5. Kerangka Pemikiran

Daun sirsak (Anonna muricata L.) mengandung senyawa alkaloid antara lain annonaine, acetogenin, dan senyawa flavonoid. Senyawa alkaloid annonaine masuk ke dalam tubuh larva melalui permukaan tubuh maupun melalui jalur pencernaan, senyawa ini berperan sebagai racun yang menyerang sistem saraf, sehingga terjadi penimbunan asetilkolin dalam tubuh larva yang dapat menyebabkan kematian pada larva (A.K & Prasetyowati, 2012). Penimbunan asetilkolin mengakibatkan gangguan aktivitas saraf sehingga organ efektor mendapatkan stimulasi berlebih yang mengakibatkan kontraksi otot terus menerus, kejang, dan pada akhirnya larva akan mati (Ridha & Nisa, 2011). Senyawa alkaloid acetogenin bersifat sitotoksik, ditunjukkan dengan perannya

mengurangi nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) dan ubiquinone

oxyreductase yang menyebabkan kegagalan metabolisme mitokondria dan deplesi ATP sehingga terjadi gangguan fungsi sel yang dapat berakhir dengan kematian sel (Feras Q. Alali, 1998).

Senyawa flavonoid bekerja sebagai racun pernapasan dengan masuk ke dalam tubuh larva melalui sistem pernapasan yang kemudian menimbulkan kelayuan

(12)

4

pada saraf sehingga terjadi gangguan yang mengakibatkan larva tidak dapat bernapas. Selain itu, senyawa flavonoid juga dapat menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva yang mengakibatkan larva tidak dapat mengenali makanan dan akhirnya mati kelaparan (Gerlicgin, 2012).

1.6. Hipotesis

 Infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) memiliki efek larvisida terhadap

larva Aedes aegypti.

 Potensi infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) setara dengan temephos.

(13)

31

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) berefek sebagai larvisida

terhadap larva Aedes aegypti.

 Infusa daun sirsak (Anonna muricata L) konsentrasi 1,6% memiliki

potensi setara dengan temephos.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, perlu dilanjutkan dengan:

 Menggunakan konsentrasi infusa daun sirsak (Anonna muricata L.) antara

0.8%-1,6%

 Menggunakan spesies larva yang berbeda

 Menggunakan stadium perkembangan nyamuk yang berbeda

 Penelitian mengenai onset dan durasi dari efek infusa daun sirsak (Anonna

muricata L.) sebagai larvisida

 Penelitian mengenai toksikologi dan keamanan dari infusa daun sirsak

(Anonna muricata L.)

(14)

32

DAFTAR PUSTAKA

A.K, W. S., & Prasetyowati, H. (2012). Daya Larvasida Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa) dengan Rentang Waktu Penyimpanan yang Berbeda Terhadap Larva Culex. Universitas Jendral Soedirman .

Centers for Disease Control. (2007). Cikungunya fever fact sheet.

http//www.cdc.gov/dvidod/dvbid/cikungunya/. 30 Agustus 2015.

Center of Disease Control and Prevention. (2014). Dengue Epidemiology.

http://www.cdc.gov/Dengue/Epidemiology/index.html. 29 Agustus 2015.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1985). Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi

IV. Jakarta: Direktoran Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Departemen Kesehatan RI.

Dermawan, J. (2012). Khasiat Hebat Sirsak. Jakarta: Puspa Swara.

Dirjen PPPL. 2007. Modul Pelatihan bagi Pengelola Program Pengendalian

Penyakit DBD di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dong, K. Y., H.K. Byoung, H. K. Chang, H. K. Jun, I. L. Seong, & R. H. Hong. s(2004). Biophysical characterization of Japanese Encephalitis Virus

Isolated from Pigs in Korea. J. Vet. Sci, 5(2): 125-30.

Feras Q. Alali, X. X. (1998). Anonnaceous Acetogenins: Recent progress. Journal

of Natural Products, 504-540.

Foster, W., & Walker, E. (2002). Medical and Veterinary Entomology. London:

Academic Press.

Gama, Z., Yanuwiadi, B., Kurniati, T. (2010). Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan : Potensi Bacillus Thuringiensis Isolat Madura sebagai

Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Pembangunan dan Alam

Lestari, 1(1).

Gandahusada, D., Harry, D., Liahude, Wita, P. (2006). Parasitologi Kedokteran

Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia.

(15)

33

Gerlicgin (2012, 4 7). Savor a Variety of Soursop Leaf. Retrieved 1 25, 2013, from

http://healthmad.com/conditions-and-diseases/savor-a-variety-of-soursop

-leaf/

Gillot, C. (2005). Entomology. New York: Plenum Press.

Herms, W. (1943). Medical Entomology with Special Reference to Health nd

Well-being of Man Animals Ed. III. New York: Macmillan.

Hill, C., Macdonald, J. (2008). Mosquito.

http://extesion.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html. 21

September 2011.

Institute for Clinical Pathology and Medical Research. (2002). Aedes aegypti

Larvae. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=124. 26 April 2007. 02 September 2015.

Ipteknet. (2005). Tanaman Obat Indonesia: Sirsak. Retrieved December 09, 2012.

http://www.ipteknet.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=263. 10

Septeber 2015.

Joe. W. (2006). Dahsyatnya Khasiat Sirsak untuk Banyak Penyakit yang

Mematian. Jakarta: Andipublisher.

Kemenkes RI. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kestina. (1995). Daya Larvasida Getah Opatah Tulang (Euphorbia tirucalli)

terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes fatigants. Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Airlangga.

Leopaldo M. R. (2004). All About Mosquitos. Vancouver: The Research.

Listyorini, P. I. (2012). Uji Keeamanan Kayu Jati (Tectona grandis l. f) Sebagai

Bio-Larvasida Aedes Aegypti terhadap Mencit. Unnes Public Health

Journal.

McLaughlin, J.L. (2008). Aw Paw and Cancer: Annonaceous Acetogenins from

Discovery to Commercial Products. Journal of Natural Products.

Nelson, M. (1986). Aedes aegypti: Biology and Ecology. Washington, D.C.: Pan

American Health Organizaton.

(16)

34

Owen, Robert Lantham. 2009. The Historical Medical Library of The College of

Physicians of Philadephia: Yellow Fever A Compilation of Various Publications. Washington: Govt Printing Office.

Palgunadi, B. U., & Rahayu, A. (2012, Febuari 2). Retrieved Agustus 2, 2014, (Gynura pseudochina Ldc) Sebagai Larvasida Nyamuk Aedes Aegypti Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kedokteran Indonesia , 1/No.2.

PT. Trubus Swadaya. (2010). Herbal Indonesia Berkhasiat. Bukti Ilmiah & Cara

Meracik. PT. Trubus Swadaya.

Rehm, S. (1994). Multilingual dictionary of agronomic plants.

Ridha, M. R., & Nisa, K. (2011). Larva Aedes Aegypti sudah Toleran terhadap

Temepos di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Jurnal Vektora Vol. III

No. 2.

Rueda, Leopoldo M., 2004. Pictorial Keys for The Identification of Mosquitoes

(Diptera: Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmition. Auckland: Magnolia Press.

Sayono. 2008. Pengaruh Modifikaasi Ovitrap terhadap Jumlah Nyamuk Aedes

yang Terperangkap. Semarang: Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Siswanto, T. W. (2004). Penanganan Hasil Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.

Smith, C. (1956). The History of Dengue in Tropical Asia and its probable relationship to the Mosquito Aedes aegypti. J Trop Med Hyg : 243-251.

Sudarmo. S. (2006). Pestisida Nabati. Yogyakarta: Kanisius.

Suhendro, Nainggolan, L., Chen, K., & Pohan, H. T. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (V ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Supartha, I. (2008). Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah

Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes alboticus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Taxonomicon, T. (2006). Taxonomy Anonna mucirata. Retrieved from

(17)

35

http://taxonomicon.taxonomy.nl/TaxonTree.espxx?id=338847

Redaksi Trubus. (2010). Apa itu Sirsak?. Jakarta: PT Trubus Swadaya.

Villo, P. (2008). Synthesis of Acetogenin Analouges. Universities of Tartu.

WHO. (2013, September). Dengue and Severe Dengue. Retrieved Januari 20,

2014, from World Health Organization (WHO):

http://who.int/mediacenter/factsheets/fs117/en/

Zulkoni, A. (2011). Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Mulia Medika.

Referensi

Dokumen terkait

(4) Perguruan tinggi penyelenggara dalam melaksanakan sertifikasi harus sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Lampiran Nama Lampiran Halaman. 1 Kuesioner

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SMP N 2 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sedang

Penggunaan VoIP ini dilatar belakangi oleh pengurangan biaya percakapan jarak jauh, karena apabila kita menggunakan VoIP sebagai sarana berkomunikasi, percakapan jarak jauh

BERHASRA T untuk semakin memperkuat hubungan persahabatan terse but dengan memfasilitasi masuknya para pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas Republik Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input (tebu, jam tenaga kerja, dan jam mesin) terhadap jumlah gula pasir yang dihasilkan, besarnya tingkat elastisitas input

Please state your university, field of study, and year of degree obtained or non-degree training course(s)

Pemilihan lokasi dekat pantai rupanya berdampak pada pola pemukiman masyarakat, karena pada saat masyarakat mulai membangun rumah tidak lagi saling membelakangi sebagaimana