• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redesain Sidang Kristus Church.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Redesain Sidang Kristus Church."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

REDESAIN GEREJA SIDANG KRISTUS SUKABUMI

(2)

ABSTRACT

THE REDESIGN OF SIDANG KRISTUS CHURCH, SUKABUMI

Humans need a balance in life between their relationship with others and with God the Creator. Each religion has a place to worship, and for the Protestants it is a church. Each era has its own design for churches. In this context, the design is for a heritage building which is part of a cultural material manifestation (artistic and symbolic), passed down from one generation to another. Our modern time demands changes and it poses a threat to the

(3)
(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR BAB II

Gambar 2.1 Peta lokasi kota Sukabumi... Gambar 2.2 Peta lokasi Gereja Sidang Kristus... Gambar 2.3 Tipe sirkulasi gereja... Gambar 2.4 Tipe sirkulasi gereja... Gambar 2.5 Tipe Sirkulasi gereja... Gambar 2.6 Tipe sirkulasi gereja... Gambar 2.7 Tiga elemen akustik... Gambar 2.8 Tiga elemen akustik... Gambar 2.9 Gambaran bila pendengar menerima banyak bunyi langsung... Gambar 2.10 Langit-langit pemantul ... Gambar 2.11 Skema gereja pada ruang ibadah utama... Gambar 2.12 Posisi podium dan altar... Gambar 2.13 Meja altar ... Gambar 2.14 Podium ... Gambar 2.15 Altar ... Gambar 2.16 Rehal... Gambar 2.17 Tempat duduk gereja... Gambar 2.18 Lajur bangku gereja... Gambar 2.19 Ergonomi sirkulasi dan tempat duduk pada lobby dan lounge... Gambar 2.20 Ergonomi display buku... Gambar 2.21 Ergonomi rak merchandise... Gambar 2.22 Ergonomi kantor... Gambar 2.23 Ergonomi sofa... Gambar 2.24 Ergonomi meja rapat ... Gambar 2.25 Ergonomi meja, kabinet dan zink... Gambar 2.26 Ergonomi sirkulasi kamar... Gambar 2.27 Ergonomi zink... Gambar 2.28 Ergonomi kaca... Gambar 2.29 Ergonomi flush valve... Gambar 2.30 Ergonomi urinoir... Gambar 2.31 Ergonomi toilet... Gambar 2.32 Ergonomi sekat toilet... Gambar 2.33 Ergonomi dapur... Gambar 2.34 Ergonomi dapur... Gambar 2.35 Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.36 Pintu utama ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.37 Ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.38 Mimbar di ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.39 Ruang multimedia pada ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung.. ... Gambar 2.40 Ruang kedap suara di ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.41 Ceiling ruang ibadah utama Gereja Sidang Kristus Bandung... Gambar 2.42 Ruang penyambutan... Gambar 2.43 Ruang kantor... Gambar 2.44 Ruang ibadah sekolah minggu ... Gambar 2.45 Ruang kelas sekolah minggu...

(6)

Gambar 2.46 Dapur... Gambar 2.47 Ruang makan... Gambar 2.48 Ruang komsel... Gambar 2.49 Ruang pendeta... Gambar 2.50 Gudang... Gambar 2.51 Mimbar GII Hok Im Tong... Gambar 2.52 Bangku jemaat GII Hok Im Tong... Gambar 2.53 Ceiling GII Hok Im Tong... Gambar 2.54 Backdrop GII Hok Im Tong... Gambar 2.55 Akustik... Gambar 2.56 Sirkulasi ... Gambar 2.57 Pencahayaan... Gambar 3.2 Letak lokasi Gereja Sidang Kristus Sukabumi... Gambar 3.3 Fasade Gereja Sidang ... Gambar 3.4 Gerasi Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.5 Lobby Gereja Sidang Kristus ... Gambar 3.6 Perpustakaan Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.7 Perpustakaan Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.8 Baptisan pada Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.9 Kantor Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.10 Kantor Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.11 Ruang rapat Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.12 Ruang pastori Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.13 Kamar mandi Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.14 Dapur Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.15 Ruang jubah dan ruang ganti Gereja Sidang Kristus... Gambar 3.16 Kelas Sekolah Minggu Gereja Sidang Kristus... BAB IV

Gambar 4.1 Denah General Lantai 1... Gambar 4.2 Denah General Lantai 2... Gambar 4.3 Warna hangat... Gambar 4.4 Bentuk organik... Gambar 4.5 Tekstur halus... Gambar 4.6 Tekstur clean... Gambar 4.7 Pola berulang... Gambar 4.8 Kain dan karpet... Gambar 4.9 Kayu... Gambar 4.10 HPL... Gambar 4.11 Kaca patri... Gambar 4.12 Furniture kursi Belanda yang safety... Gambar 4.13 Warna Lampu... Gambar 4.14 Lampu gantung... Gambar 4.15 Lampu downlight... Gambar 4.16 Lampu dinding... Gambar 4.17 Lampu TL... Gambar 4.18 Lampu spotlight...

(7)

Gambar 4.19 Parket... Gambar 4.20 Keramik... Gambar 4.21 Tegel... Gambar 4.22 Suasana homey... Gambar 4.23 Kebersamaan ... Gambar 4.24 Ruang ibadah utama... Gambar 4.25 Mimbar Gereja Sidang Kristus... Gambar 4.26 Kursi jemaat gereja sidang kristus... Gambar 4.27 Denah Lounge... Gambar 4.28 Lounge... Gambar 4.29 Rak display ... Gambar 4.30 Jendela... Gambar 4.31 Ruang Ibadah sekolah minggu... Gambar 4.32 Kelas Sekolah Minggu... Gambar 4.33 Potongan Kelas Sekolah Minggu... Gambar 4.34 Ceiling Sekolah Minggu... Gambar 4.35 Kursi Sekolah Minggu... Gambar 4.36 Ruang sekretaris... Gambar 4.37 Ruang pendeta... Gambar 4.38 Meja Pendeta 1 biro... Gambar 4.39 Ruang konsultasi... Gambar 4.40 Ruang rapat... Gambar 4.41 Meja rapat...

(8)

DAFTAR TABEL BAB III

Tabel 3.1 Tabel analisa bulding... Tabel 3.2 Tabel analisa site... Tabel 3.3 Tabel Liturgi... Tabel 3.4 Tabel Jadwal ibadah... Tabel 3.5 Tabel kebutuhan ruang... BAB IV

Tabel 4.1 Tabel mind mapping

50 53 67 68 70

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Untuk menciptakan kehidupan yang seimbang, maka manusia harus dapat membangun hubungan antara manusia dengan Tuhan sang pencipta. Setiap masing-masing agama memiliki tempat berkumpulnya jemaat, dan bagi jemaat beragama Kristen Protestan disebut gereja.

(10)

2 Oleh sebab itu pemerintahan membuat perarturan bagaimana caranya agar gedung pada zaman dahulu (gedung heritage) dapat tetap dipertahankan sehingga nilai sejarah yang terkandung dalam gedung tersebut tidak hilang, hal ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya. Namun bangunan heritage yang dikelilingi oleh bangunan baru, dapat tertutup sehingga menjadi tantangan bagi para desainer agar bangunan baru dapat menyesuaikan desain dengan bangunan heritage sehingga kekentalan desain gedung heritage tidak hilang.

Gereja Sidang Kristus adalah salah satu contoh gereja yang menggunakan gedung heritage. Gereja Sidang Kristus adalah gereja protestan yang didirikan pada masa kolonial

Belanda dan merupakan gereja tertua. Terdapat beberapa cabang Gereja Sidang Kristus yang tersebar di Indonesia, yaitu: Sukabumi, Bandung, Kelapa Gading Jakarta, Gunung Sindur, Curug, Bogor, Lampung, Bekasi, Sanggau, Gempol asri dan Batam. Di Sukabumi Gereja Sidang Kristus berlokasi di jalan Gereja no.1 Sukabumi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diuraikan permasalahan gereja, sebagi berikut:

Umum

Gereja Sidang Kristus (GSK) yang berdiri pada masa kolonial Belanda memiliki bentuk arsitektur yang menarik dan bangunan ini dilindungi oleh pemerintah. Pada bagian ruang ibadah utama yang sudah berdiri sejak jaman Belanda merupakan bangunan konservasi grade B sedangkan pada sisi lainnya merupakan bangunan tambahan.

Pada banguan great B ketentuan yang berlaku adalah pada dinding bangunan bagian luar tidak boleh diubah namun pada bagian dalam dinding dapat ditreatment. Bagian yang dapat dibongkar pasang adalah jendela dan furniture.

Khusus

1.2.1 Kebutuhan

(11)

3 sekretaris), ruang konseling, ruang rapat, ruang jubah, ruang konsistori, perpustakaan, ruang sekolah minggu, ruang pastori, ruang multimedia, dapur dan toilet. Penataan layout ruangan tidak sesuai dengan kedekatan ruangan. Sedangkan bila dilihat berdasarkan aktivitas jemaat, ruangan yang tersedia belum memenuhi kebutuhan jemaat.

2. Gereja Sidang Kristus yang sangat kuat tali kekeluargaannya membuat jemaat satu sama lain saling mengenal. Setelah ibadah usai, jemaat satu dengan yang lain relationship sehingga diperlukan tempat untuk berkumpul, namun pada keadaan gereja saat ini hanya disediakan kursi yang dijajarkan seadanya sehingga kurang nyaman untuk tempat berkumpul.

3. Pada bangunan ruang ibadah utama ditemukan permasalahan, yaitu tidak adanya ruangan khusus untuk ibu yang masih memiliki balita sehingga suara sang balita dapat mengganggu jalannya ibadah. Pembagian kursi bagi para jemaat dengan relawan gereja tidak terpisah antara satu dengan yang lain, melainkan mereka saling membaur antara jemaat dengan para relawan yang ada. Tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk matras duduk sehingga matras duduk terlihat mencolok dan berantakan. Selain itu pencahayaan di dalam ruangan terganggu dengan keadaan dimana bangunan yang tinggi menyebabkan desain jendela ikut tinggi, pada saat siang hari jika menggunakan pencahayaan alami, intensitas cahaya terlalu terang sedangkan pada sore hari, intensitas cahayanya kurang terang. Dan ketika terdapat acara besar di gereja, para relawan khususnya para kaum hawa dapat merias wajahnya. Karena tempat yang tidak disediakan maka para relawan yang bertugas untuk make up mencari tempat seadanya sehingga kurang memfasilitasi, seperti tidak tersedianya cermin sehingga bagi yang dimake up tidak dapat melihat hasil make up, soket yang kurang sehingga sulit untuk manata rambut dan meja untuk menaruh perlatan make up.

1.2.2. Fisik

Pada ibadah dipagi hari alat musik yang digunakan menggunakan band sedangkan pada sore hari alat musik yang digunakan adalah piano atau keyboard sehingga perlu diperhatikan akustik yang sesuai dengan cara ibadah.

1.2.3. Psikologi

(12)

4 dan bersih namun bila terlalu dominan dapat membuat silau oleh sebab itu diperlukan juga warna merah yaitu warna api, panas yang juga melambangkan Roh Kudus, warna ini juga merupakan warna darah yang melambangkan iman yang berapi-api untuk menciptakan suasana yang semangat.

1.3 Ide / Gagasan Perancangan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka desain gereja yang ingin di ciptakan adalah gereja yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mewadahi kegiatan jemaat. Kebutuhan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:

1. Umum

GSK memerlukan ruang lobby. Sifat jemaat dalam Gereja Sidang Kristus sangat kekeluargaan sehingga hubungan satu sama lain sangat dekat oleh sebab itu diperlukan ruang lobby dan perpustakaan kecil didekatnya sehingga setelah selesai beribadah, jemaat dapat duduk berkumpul bersama untuk mengobrol, bertukar pikiran, membangun hubungan yang lebih dekat satu sama lain, atau sambil menunggu jemaat dapat membaca buku yang telah disediakan.

2. Ibu dan anak

Ruang bayi (untuk ibu menyusui, meja khusus untuk membersihkan dan mengurus bayi nya)

3. Jemaat

Pada gereja Injili lay out ruang ibadah utama, terdapat pembagian kursi antara jemaat dengan volunteer gereja. Volunteer gereja adalah jemaat yang melayani di gereja, seperti pemimpin pujian, singer, pemain musik, choir dan penyambut tamu.

4. Tambahan

(13)

5 Pada sisi belakang gereja dibuat kantor, yaitu ruang sekretaris, ruang kerja pendeta digabung dengan ruang konsultan agar jemaat dapat berkonsultasi dengan pendeta mengenai pergumulan hidupnya dan ruang rapat. Sehingga pembagian antara area publik dan private jelas.

1.4 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menerapkan fungsi dan program ruang pada Gereja Sidang Kristus sehingga menjawab permasalahan jemaat gereja?

2. Bagaimana menerapkan konsep embrace dan Indische pada Gereja Sidang Kristus?

3. Bagaimana menciptakan gereja yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap untuk berlangsungnya ibadah?

1.5 TUJUAN PERANCANGAN

1. Perancangan interior pada Gereja Sidang Kristus menerapkan fungsi dan program gereja, yaitu pada saat acara besar, kapasitas gereja dapat dimasuki oleh 300 jemaat dengan pembagian kursi dan ruangan yang teratur sehingga ibadah dapat berjalan dengan hikmat.

Merancang ruangan-ruangan yang dapat mempermudah volunteer dalam melakukan kegiatan di dalam gereja. Selain itu memfasilitasi jemaat untuk membangun relasi.

2. Menciptakan suasana interior dengan tema embrace didalam Gereja Sidang Kristus

3. Merancang interior yang mendukung fasilitas yang berhubungan dengan akustik pada Gereja Sidang Kristus.

1.6 MANFAAT PERANCANGAN

Perancangan interior gedung gereja dimaksud memberikan manfaat bagi jemaat gereja sehingga saat memasuki gereja jemaat dapat beribadah dengan lebih hikmat, dengan penataan gereja yang memenuhi kebutuhan jemaat.

1.7 RUANG LINGKUP

(14)

6 Pada ruang ibadah utama yang merupakan gedung heritage dimana perancangan terbatas dengan peraturan pemerintah tentang batasan tindakan pada gedung heritage grade B sedangkan pada sisi gedung lainnya merupakan gedung tambahan yang tidak

terkait dengan peraturan pemerintah mengenai gedung heritage sehingga pelaksanaan proyek lebih leluarsa untuk diolah dibandingkan dengan ruang ibadah utama.

Objek perancangan yang akan di redesain adalah sebagai berikut: 1. Lobby

2. Ruang ibadah Utama

Ruangan ibadah yang digunakan umatnya untuk beribadah secara bersamaan untuk semua kalangan.

3. Kantor

3.1.Ruang Pendeta 3.2.Ruang sekretaris 3.3.Ruang rapat 4. Perpustakaan 5. Ruang ibu dan anak 1.8 SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul serta maksud, tujuan dan manfaat dari perancangan interior gedung gereja. Selain itu dibahas juga analisa masalah Gereja Sidang Kristus pada saat ini serta dibuat ide gagasan yaitu menjawab masalah, ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN DATA

(15)

7 BAB III KONSEP PERANCANGAN

Bab ini membahas tentang konsep desain yang akan diaplikasikan pada gedung Gereja Sidang Kristus. Penjelasan konsep berdarkan prinsip-prinsip desain, metrix, kebutuhan ruang, buble diagram, layout (zoning-blocking), flow activity, study image, sketsa ide, dan gambar 3D.

BAB IV DESKRIPSI PERANCANGAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil perancangan yang terlah dikerjakan, pengaplikasian konsep secara keseluruhan dalam sebuah desain.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(16)

101

BAB V

SIMPULAN

5.1. SIMPULAN

Gereja Sidang Kristus Sukabumi yang menggunakan bangunan heritage merupakan gedung yang dilindungi, menjadi tantangan bagi desainer untuk mendesain interior namun tidak merusak atau mengurangi sejarah yang ada. Oleh sebab itu pada proyek redesain gereja sidang kristus Sukabumi maka diterapkan, gedung yang bergaya indische tetap dipertahankan. Setiap bentukan ornamen yang ada tetap digunakan bahkan bentukan ciri khas dari indishe yang sebelumnya tidak ada, dimunculkan untuk memperkuat konsep indische dipadukan dengan embrace sehingga bangunan baru yang ada disekelilingnya menjadi meyatu dan memiliki benang merah dengan bangunan heritage. Menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang ada pada gereja sidang kristus sukabumi, akan diuraikan secara singkat pada pembahasan dibawah ini:

(17)

102

terpenuhi adalah kapasitas orang pada ruang ibadah utama yang sebelumnya jemaat yang dapat masuk 250 setelah didesain jemaat dapat masuk hingga 300 orang, menciptakan ruang terpisah saat ibadah untuk ibu yang masi memiliki anak usia dini sehingga suara anak tidak mengganggu jalannya ibadah, menciptakan kursi duduk khusus untuk para pelayan Tuhan (pemain musik, singer, pemimpin pujian) sehingga memudahkan sirkulasi jalan petugas ke panggung, menciptakan lounge untuk 36 orang sehingga setelah ibadah selesai

jemaat dapat berkumpul untuk share dan menciptakan ruang persiapan pentas. 2. Cara menerapkan konsep embrace dan Indische pada Gereja Sidang Kristus

adalah tetap mempertahankan ciri khas bangunan kolonial Belanda dan embrace diterapkan sesuai aktifitas seperti contohnya pada lounge yang menggunakan bentuk tempat duduk U sehingga anggota komsel dapat berkumpul dan mengobrol sehingga satu sama lain semakin saling mengenal.

(18)

103

DAFTAR PUSTAKA

Th. van den End. 1999. Ragi Carita, Sejarah Gereja di Indonesia 1500-1860. BPK. Jakarta. hlm. 20

Aritonang, Pdt. Dr. Jan S. 2008. Berbagai aliran di dalam dan di sekitar gereja. BPK Gunung Mulia. Jakarta. Hal 15-16

http://prezi.com/qgrpwtlgifjc/perkembangan-gereja-di-indonesia/

http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sukabumi_Adipura_Roundabout_00.jpg http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1059)

http://artikata.com/arti-338747-lobi.html

Chiara, Joseph de. 2006. Time-Saver Standards for Building Types. Mcraw-Hill: Singapur. Doelle, Leslie L. 1986. Akustik Lingkungan. Edisi 3. Gramedia: Jakarta.

Panero, Julius. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Erlangga: Jakarta. Ruth, Linda Cain. 1999. Children’s Environments. MCGrow-Hill: Amerika.

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek. Jilid 2. Erlangga: Jakarta. http://turnerscross.com/architecture/building-description/ http://kfk.kompas.com/kfk/view/116361-dinamis

http://izzatihasbullah.blogspot.com/2013/05/tema-pastel-majlis-pertunangan.html

http://edlon.en.alibaba.com/product/954881679-212856252/high_glossy_HPL_Compact.html http://wirautamacons.blogspot.com/2011/06/jenis-material-bahan-dan-finishing.htmlKonsep

Material

http://sewakarpetbimasakti.blogspot.com/

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. Pengabdian

7 Osnovne trditve: • konfliktne situacije so v podjetjih neizogibne • konfliktne situacije so nujne za delovanje podjetja • na nastanek konfliktov vpliva organizacija sama,

Berdasarkan hasil penelitian menunmukkan bahwa pemahaman pelatih Sekolah Sepak Bola di Kabupaten Sleman dalam pemanfaatan media pelatihan berdasarkan faktor media berbasis audio

Guru dapat menerapkan MPK dengan cara (1) menginformasikan materi serta tujuan pembelajaran kepada siswa, (2) menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok kecil yang heterogen, (3)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa algoritma fuzzy sugeno dapat diterapkan untuk menentukan clue yang ada pada game Ali and The Labirin..

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis keanekaragaman jenis burung di Pulau Rambut Kepulauan Seribu, menjelaskan

Selesaikan model yang dilinearisasi menggunakan transformasi Laplace Bab 4: Pemodelan dan Analisis - WORKSHOP 1.. Model dinamik non-isothermal CSTR diturunkan pada Appendix C.

Berdasar kepentingannya, penolak hermeneutika mengusung beragam kepentingan: (1) puritan-fundamentalis, yaitu kepentingan perlawanan atas Barat dan penegasan identitas