• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif mengenai Status Intimacy pada Istri Polisi di Asrama Sukamiskin Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif mengenai Status Intimacy pada Istri Polisi di Asrama Sukamiskin Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian dengan judul Studi Deskriptif mengenai Status Intimacy pada Istri Dewasa Awal di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung ini bertujuan untuk memberikan paparan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status intimacy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sasaran populasi dalam penelitian ini adalah istri dewasa awal di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang memenuhi karakteristik penelitian.

Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini berupa kuesioner status intimacy dengan menggunakan Skala Likert. Alat ukur ini disusun berdasarkan teori Jacob Orlofsky dan kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 33 item, dengan pengelompokan item berdasarkan 9 buah aspek status intimacy. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden diperoleh gambaran status intimacy istri dewasa awal di asrama polisi Sukamiskin Bandung, yaitu sebagai berikut: persentase tertinggi status intimacy berada pada status intimate (50%), kemudian persentase status merger uncommitted (36,7%) dan persentase terendah berada pada status intimacy merger committed (13,3%).

(2)

Abstract

The study titled Descriptive Study on the Status of Intimacy in Early Mature Wives at Bandung Sukamiskin Police Dormitory aims to provide exposure to the factors relating to the status of intimacy. The method used in this research is descriptive method. Target population in this study are early mature wives in Bandung Sukamiskin Police Dormitory. The overall sample in this study amounted to 30 people who meet the characteristics of the study.

Measuring instrument used in this study a questionnaire intimacy status by using Likert Scale. This measure is based on the theory of Jacob Orlofsky and then modified by the researcher. This questionnaire consists of 33 items, by grouping items by 9 pieces aspect of intimacy status. The data were analyzed using frequency distributions and cross-tabulations.

The research of 30 respondents showed a picture of status of early mature wives intimacy at Bandung Sukamiskin Police Dormitory, which is as follows: the highest rates are in the intimacy status intimate status (50%), then percentage in the status of the merger were uncommitted (36.7%), and the lowest is merger intimacy status merger committed (13.3%).

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pikir ... 9

(4)

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keintiman (Intimacy) ... 24

2.1.1 Pengertian Intimacy dan Status Intimacy ... 24

2.1.2 Pengukuran Status Intimacy ... 26

2.1.3 Perbedaan Derajat Keintiman Antara Wanita dan Pria ... 28

2.1.4 Status Intimacy Pada Wanita ... 29

2.1.5 Aspek-aspek Status Intimacy ... 38

2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Intimacy ... 40

2.2 Masa Dewasa Awal ... 41

2.3 Tahap Perkembangan Psikososial Erikson ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 48

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 48

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

3.3.1 Variabel Penelitian ... 48

3.3.2 Definisi Konseptual ... 49

3.3.3 Definisi Operasional ... 49

3.4 Alat Ukur ... 50

3.4.1 Kuesioner Status Intimacy ... 50

3.4.2 Sistem Penilaian Alat Ukur ... 51

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 54

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 54

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 54

(5)

xi

3.4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.4.5.1 Hasil Uji Validitas Alat Ukur ... 56

3.4.5.2 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.5 Populasi ... 56

3.5.1 Populasi Sasaran ... 56

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 56

3.6 Teknik Analisis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 58

4.2 Hasil Penelitian ... 63

4.2.1 Status Intimacy ... 63

4.3 Pembahasan ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

5.2.1 Saran Teoritis ... 77

5.2.2 Saran Praktis ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengelompokan Status Intimacy ke dalam Lima Kategori ... 27

Tabel 2.2 Pengembangan Status Intimacy Menjadi Tujuh Kategori ... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Status Intimacy ... 51

Tabel 3.2 Tabel Skor Item Positif dan Item Negatif ... 52

Tabel 3.3 Penentuan Status Intimacy ... 53

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menikah ... 59

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Harapan Dalam Mendapatkan Penghasilan Tambahan ... 59

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tidak Mengetahui Apakah Menjalankan Peran Istri Dengan Baik ... 60

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Intensitas Dalam Mengikuti Seminar/ Diskusi Perkawinan ... 60

Tabel 4.7 Gambaran Responden Berdasarkan Keadaan Emosi ... 60

Tabel 4.8 Gambaran Responden Berdasarkan Membaca Referensi ... 61

Tabel 4.9 Gambaran Responden Berdasarkan Menonton Televisi Yang Berhubungan Dengan Perkawinan ... 61

Tabel 4.10 Gambaran Responden Tidak Menyukai Diskusi ... 61

Tabel 4.11 Gambaran Responden Yang Memiliki Persepsi Negatif ... 62

Tabel 4.12 Gambaran Responden Yang Percaya Diri ... 62

Tabel 4.13 Gambaran Responden Mengenai Kemampuan Berelasi ... 62

(7)

xiii Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Lama Menikah) ... 64 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Pekerjaan) ... 64 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Harapan Penghasilan Tambahan) ... 65 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Peran Istri) ... 66 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Diskusi Seminar Perkawinan) ... 66 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Keadaan Emosi) ... 67 Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Membaca Referensi) ... 68 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Nonton TV) ... 68 Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Tidak Menyukai Diskusi) ... 69 Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Pendapat bahwa dalam perkawinan

akan banyak masalah) ... 70 Tabel 4.25 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

Yang Mempengaruhi (Percaya Diri) ... 71 Tabel 4.26 Tabulasi Silang Antara Jenis Status Intimacy Dengan Faktor

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya disebut juga dengan mahluk sosial, karena membutuhkan keberadaan individu lain untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan, tapi juga guna memenuhi kebutuhan psikisnya yaitu kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, rasa dihargai, dihormati.

Pada masa perkembangan, manusia memiliki salah satu tugas perkembangan yaitu pernikahan. Menjaga komitmen dan kedalaman relasi dalam pernikahan dapat menyelesaikan sebagian besar masalah-masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istrri. Salah satu dasar perselisihan dari pernikahan yang tidak bahagia, berhubungan dengan kurangnya komitmen serta kedalaman relasi yang menyebabkan suami dan juga istri merasa hidup “sendiri” dalam masalah-masalahnya, sehingga merasa tidak

aman, merasa ditolak dan mengembangkan perasaan-perasaan negatif lainnya (Orlofsky, 1993).

(12)

2

memutuskan untuk tetap bekerja walaupun sudah berkeluarga sehingga menciptakan pasangan dual-career pada rumah tangga tersebut.

Meningkatnya jumlah pasangan yang sama-sama bekerja dan keinginan masing-masing untuk mempertahankan pekerjaannya dapat menjadi salah satu alasan mengapa pasangan suami istri harus berpisah untuk sementara waktu. Selain itu, terdapat pula pekerjaan yang menuntut orang untuk berpindah-pindah lokasi geografis sehingga individu harus berpisah dengan pasangannya untuk sementara waktu. Kondisi seperti ini dialami oleh istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin.

Ada beberapa alasan mengapa pernikahan bahkan di awal fasenya suami dan istri tidak tinggal dalam satu atap bersama. Keadaan tersebut dapat dilihat pada fenomena yang terjadi pada keluarga polisi yang merupakan sepasang suami-istri dimana pasangan bertempat tinggal di rumah keluarga (disebut rumah utama), seringnya dengan tanggung jawab pekerjaan dan pengasuhan anak, sementara pasangan lainnya bekerja dan tinggal di tempat lain di luar rumah utamanya dalam periode yang lama. Keterpisahan antara pasangan suami istri ini bersifat sementara dan biasanya dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan yang paling umum adalah karena pekerjaan atau karir.

(13)

3

Ada beberapa faktor yang mendorong keputusan melakukan keterpisahan dengan pasangan, diantaranya kebutuhan atau krisis finansial, tuntutan profesi, dan melihat adanya kesempatan, misalnya untuk meningkatkan kualitas dan standar hidup (Rotter, Barnett, & Fawcett, 1998 dalam Glotzer & Federlein, 2007). Berdasarkan fenomena yang didapat, dalam kehidupan keluarga polisi, istri mengaku menjadi bagian dari polisi telah mengangkat derajat dan kualitas kehidupan mereka khususnya dalam hal finansial. Kehidupan mereka menjadi lebih baik dan terjamin dan mencoba untuk memaklumi konsekuensi yang dialami.

Istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin pada umumnya juga melakukan penyesuaian pada awal pernikahan mereka. Kehidupan polisi yang menghabiskan waktu lebih banyak di jalan membuat mereka jarang berkumpul dengan pasangan. Kewajiban dari pekerjaan membuat mereka harus berangkat ketika subuh dan pulang ketika tengah malam bahkan mereka meninggalkan pasangan dalam waktu yang cukup lama ketika melakukan dinas keluar kota. Intensitas pertemuan yang sangat singkat mungkin akan mempengaruhi keintiman karena jarang terjadi tatap muka, komunikasi dan hubungan hanya sebatas melalui media komunikasi. Hal ini dapat menimbulkan masalah apabila pasangan tidak mampu mengatasinya dengan baik.

Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan tentu dapat menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap istri menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi bagi istri yang berada jauh dari pasangan atau dengan kata lain adalah usaha untuk menyesuaikan pernikahan.

(14)

4

adalah adanya komunikasi yang lancar. Sehingga dengan adanya komunikasi, istri dapat mengatur rumah tangganya dan anak-anak berdasarkan diskusi dengan suaminya. Dengan kata lain ketika komunikasi berjalan dengan lancar maka semua permasalahan dapat diatasi. Selain itu, timbul rasa kurang percaya terhadap pasangan, bisa terjadi karena pernikahan jarak jauh yang dapat berakhir dengan rasa curiga dan khawatir.

Hal-hal diatas dapat mempengaruhi intimacy individu. Intimacy adalah kemampuan untuk mengalami relasi yang terbuka, suportif, penuh kasih sayang dengan orang lain tanpa ada perasaan takut akan kehilangan identitas diri pada proses didalamnya (Stone, 1973) sedangkan status intimacy menurut Olforsky (dalam Marcia, Waterman, Matteson, Archer & Olforsky., 1993) adalah kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggung jawab, hubungan timbal balik, komitmen dan seksualitas.

Intimacy terdiri dari tingkatan atau status yang berbeda dan setiap individu

memiliki status intimacy yang berbeda-beda pula. Istri akan menunjukkan tingkat intimacy yang tidak sama dengan istri lain, hal ini dapat membawa pengaruh jika

semakin dalam intimacy yang didapat maka akan timbul rasa percaya, namun jika tidak maka biasanya akan timbul rasa tidak percaya kepada pasangan. Diharapkan istri sudah mampu memiliki komitmen dan keterbukaan yang tinggi, sebab jika mereka tidak dapat mencapai hal tersebut maka hubungan mereka akan dipenuhi dengan konflik dan kecurigaan.

(15)

5

pseudointimate, merger (comitted), merger (uncomitted), preintimate, dan intimate.

Ada dua hal yang dapat digunakan untuk mengukur status intimacy, yaitu komitmen dan kedalaman relasi. Komitmen meliputi adanya perhatian dan kasih sayang, perspective taking, kekuasaan dan pengambilan keputusan, mempertahankan

minat-minat pribadi, dan penerimaan terhadap keterpisahan dengan pasangan. Sedangkan kedalaman relasi meliputi komunikasi dan pengetahuan akan sifat - sifat pasangannya (Orlofsky & Roades, 1993 dalam Marcia, 1993).

Istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dengan status intimacy isolate memiliki komitmen dan kedalaman relasi yang rendah. Istri dengan

stereotype relationship juga memiliki komitmen dan kedalaman relasi yang rendah.

Istri pseudointimate menggambarkan hubungan dengan pasangan yang permanen namun tidak disertai komitmen dan kedalaman. Istri merger (comitted) saling bergantung satu sama lain namun memiliki kedalaman relasi yang rendah. Istri merger (uncomitted) menunjukkan komitmen dan kedalaman relasi yang cenderung

dangkal. Istri preintimate tidak mampu menjalin relasi yang permanen dengan lawan jenis karena berkaitan dengan komitmen. Istri intimate mampu menjalin relasi dengan baik dan permanen karena komitmen dan kedalaman relasi yang tinggi.

(16)

6

anak, jarang mengikuti kegiatan yang disediakan oleh rekan-rekan di asrama. Istri mengaku, tidak terlalu menyukai apabila berada diluar rumah. Menurut istri, sampai saat ini dia belum mengetahui kesukaan atau hobi pasangan karena pasangan adalah individu yang tertutup dan menerima individu apa adanya.

Terdapat 10% orang istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung yang sering merasa kesepian ketika ditinggal oleh pasangan karena sangat penting adanya sosok pasangan di rumah. Menurut istri, media komunikasi tidak terlalu membantu kehidupan mereka karena suami/istri lebih mengutamakan kehadiran sosok pasangan. Istri sering tidak betah ketika pasangan dinas dan harus ditinggal sendiri dengan anak. Istri merasa tidak mampu apabila harus mengurus rumah tangga sendiri. Dalam dua tahun pernikahan, istri masih memiliki rasa cemburu apabila pasangan jauh dari dirinya, bahkan sempat meminta untuk ditugaskan ke tempat yang dekat dengan daerah asrama agar suami/istri dapat memantau kegiatan pasangan.

(17)

7

Terdapat 30% orang istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung melakukan komunikasi secara rutin, istri sering mengekspresikan dan saling terbuka. Istri membiarkan pasangan dengan hobinya, begitu juga sebaliknya tanpa mengesampingkan kebutuhan pasangan. Biasanya istri melakukan liburan rutin dalam jangka waktu yang telah ditentukan untuk mengganti waktu yang digunakan untuk bekerja. Hal ini dilakukan supaya hubungan mereka tetap romantis sampai kapanpun.

Dari hasil survey awal diatas menunjukkan bahwa istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dalam pengambilan keputusan, istri selalu mendiskusikan dengan pasangan. Istri masih tetap melakukan kegiatan yang disukai tanpa ada larangan dari pasangan. Ketika harus ditinggal untuk dinas, istri dapat mengatasi hal tersebut dengan baik karena mereka mengandalkan komunikasi dan kepercayaan yang diberikan tanpa pernah mengurangi perhatian serta kasih sayang.

Kedalaman relasi yang dimiliki istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin dalam hal komunikasi terjalin dengan baik, istri selalu menjaga kepercayaan pasangan dengan cara memberi kabar kepada pasangan. Rata-rata istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin telah mengetahui sifat dari pasangan, apa yang disukai dan tidak disukai. Hal ini untuk menghindari konflik yang biasa terjadi dalam rumah tangga.

(18)

8

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti ingin mengetahui seperti apa status intimacy pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai status intimacy pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Memberikan paparan yang lebih rinci berkaitan dengan aspek-aspek mengenai status intimacy pada istri polisi di Asrama Polisi Sukmiskin Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi Ilmu

(19)

9

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan masukan bagi istri polisi mengenai status intimacy dalam

pernikahan, untuk membina hubungan yang berkualitas dan mendalam dengan pasangannya.

 Dapat menjadi informasi yang berguna bagi ketua organisasi Bhayangkari dalam

melakukan konseling mengenai status intimacy istri polisi di asrama polisi Sukamiskin Bandung.

1.5 Kerangka Pikir

Pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung, penyesuaian diri dalam pernikahan merupakan cara agar mereka dapat menjalani sisa hidup bersama dengan baik tanpa menimbulkan konflik. Penyesuaian diri dibutuhkan karena istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung umumnya mengalami sejumlah masalah yang berhubungan dengan penyesuaian terhadap peran baru, menurunnya kondisi fisik, pensiun, berubahnya keluarga, adanya stereotip dalam masyarakat dan sebagainya. Untuk bisa menjalani periode ini dibutuhkan komitmen dan kedalaman dalam menjalani hubungan yang sama besarnya seperti pertama kali mengucapkan janji dalam pernikahan.

Intimacy didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengalami relasi yang

(20)

10

jawab, hubungan timbal balik, komitmen dan seksualitas (Orlofsky). Status intimacy memiliki dua aspek yaitu, komitmen dan kedalaman relasi. Komitmen terdiri dari perhatian dan kasih sayang, persfective taking, kekuasaan dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat-minat pribadi, penerimaan terhadap keterpisahan dengan pasangan. Kedalaman relasi terdiri dari komunikasi dan pengetahuan akan sifat-sifat pasangan. Terdapat tujuh jenis status intimacy, yaitu: isolate, stereotype relationship, pseudointimate, merger (committed), merger (uncommitted),

preintimate, dan intimate.

Terdapat beberapa istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung yang memiliki komitmen dan kedalaman relasi yang berbeda. Komitmen dan kedalaman merupakan dua kriteria untuk menentukan keintiman (Orlofsky & Roades dalam Marcia, 1993). Komitmen pada istri meliputi kekuasaan dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat-minat pribadi, penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan, perhatian dan kasih sayang dari pasangan sedangkan kedalaman relasi meliputi komunikasi dan pengetahuan akan sifat-sifat pasangan (Orlofsky & Roades dalam Marcia, 1993).

Komitmen pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung berarti kemampuan istri untuk melibatkan diri dengan pasangan, merencanakan masa depan dengan pasti, meningkatkan dan mempertahankan kualitas relasi dengan pasangannya. Mereka menerima kebutuhan pasangan seperti kebutuhannya sendiri.

(21)

11

dapat diwujudkan dalam tingkah laku memperhatikan, membantu, dan menghargai pasangan.

Perspective taking istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung

kemampuan istri untuk melihat dan memahami sudut pandang pasangan dan menghargai pendapat pasangan. Istri berusaha memahami apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan pasangan saat berkomunikasi, serta tidak memaksakan sudut pandang dan pemikiran sendiri.

Kekuasaan dan pengambilan keputusan istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah kemampuan istri untuk menghargai hubungan dua pihak secara timbal balik. Satu pihak lebih tinggi namun tetap mempertimbangkan juga pendapat pihak lain (pasangannya). sikap menghormati keputusan bersama serta menghargai sikap pasangan tentang suatu keputusan, sehingga keputusan yang diambil dengan memikirkan resiko bersama.

Penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah kemampuan istri untuk mendukung dan menghargai pasangan sebagai individu yang otonom. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan istri untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pasangan. Hubungan yang memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi menunjukkan sebuah hubungan yang kurang dalam.

(22)

12

tanpa ada keterlibatan atau kehadiran pasangannya. Mempertahankan minat pribadi yang dimaksud adalah menghormati kebebasan pribadi dan pasangan untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang terpisah.

Komunikasi pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah bagaimana istri berkomunikasi dengan pasangannya termasuk didalamnya keterbukaan, kejujuran, kenyamanan komunikasi dengan pasangan. Terkadang komunikasi ini yang menjadi pembeda tingkat intimacy pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung arena peran komunikasi pada hubungan dapat menstimulasi perasaan hangat secara intensif, ketergantungan, rasa marah, cemburu, dan sebagainya.

Pengetahuan akan sifat-sifat pasangan pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah kemampuan untuk mendeskripsikan keunikan dan keistimewaan pasangannya. Istri dengan pasangannya merupakan dua insan yang berbeda baik itu secara sikap maupun sifat. Pemahaman terhadap sifat pasangan merupakan hal yang sama penting dengan yang lainnya, karena jika tidak adanya pemahaman atau sifat saling pengertian akan menimbulkan konflik terhadap hubungan. Untuk dapat memahami sifat pasangan dapat diwujudkan dengan sikap berusaha untuk mencari tahu, memahami dan menerima sifat-sifat pasangan baik itu sifat yang positif ataupun sifat yang negatif.

(23)

13

Menjaga komitmen dan kedalaman relasi dalam pernikahan istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung merupakan upaya untuk menyelesaikan sebagian besar masalah-masalah yang dihadapi oleh istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung. Salah satu dasar perselisihan dari pernikahan yang tidak bahagia, berhubungan dengan kurangnya komitmen serta kedalaman relasi yang menyebabkan suami dan juga istri merasa hidup “sendiri” dalam masalah

-masalahnya, sehingga merasa tidak aman, merasa ditolak dan mengembangkan perasaan-perasaan negatif lainnya.

Kelangsungan kehidupan pernikahan istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung tidaklah mudah. Suatu pernikahan yang didambakan setiap pasangan menuntut usaha pasangan tersebut untuk selalu mencari jalan keluar dari setiap masalah dan tantangan yang ada. Semakin lama istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung “hidup bersama” dalam kehidupan pernikahan, diharapkan semakin

memahami serta mendalami kualitas hubungan yang ada. Penyesuaian diri istri di Asrama Sukamiskin Bandung dapat dilihat dari kemampuan masing-masing untuk menjaga komitmen pernikahan dan kedalaman relasi yang terjalin di antara mereka.

Komitmen dan kedalaman relasi istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung satu dengan istri lainnya tentu berbeda, tergantung dari hubungan yang dibentuk oleh setiap pasangan. Menurut Orlofsky & Reades (1993) terdapat beberapa status intimacy yang membentuk gaya coping istri yang berbeda–beda dalam sebuah relasi

(24)

14

pernikahan karena status intimacy menjelaskan berbagai alasan mengapa istri mempertahankan sebuah hubungan dan pentingnya mereka menjaga hubungan pernikahan meskipun terdapat masalah didalamnya. Dalam status intimacy, istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung akan melakukan coping secara tidak langsung terhadap permasalahan yang muncul, dan status intimacy menjelaskan cara setiap istri dalam mempertahankan hubungan.

Menurut Erikson, terdapat tujuh status intimacy, yaitu: Isolate, Stereotyped – relationship, Pseudointimate, Merger (Committed), Merger (Uncommitted),

Preintimate dan Intimate. Pada status isolate istri di Asrama Polisi Sukamiskin

Bandung, komitmen berasal dari pribadi masing-masing suami/istri. Hubungan ini dibentuk atas dasar tidak adanya perasaan saling mengerti dan hanya memikirkan diri sendiri, kedalaman relasi pasangan pada tahap ini juga rendah karena tidak adanya keinginan untuk mengerti satu sama lain. Istri tidak memiliki hubungan yang dekat satu sama lain, suami/istri menghindari keterikatan dan ketergantungan satu sama lainnya. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung cenderung memandang rendah atau memandang puas diri sendiri, sehingga menimbulkan ketidaktertarikan dengan orang lain termasuk pasangannya. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung isolate memiliki hubungan pernikahan yang tetap dipertahankan dan tidak bercerai karena masing-masing memiliki keinginan untuk lebih baik bersama-sama sampai meninggal dibandingkan hidup sendirian. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung isolate cenderung menarik diri dan kurang dalam hal keahlian-keahlian sosial.

(25)

15

Pada status stereotyped relationship, komitmen istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dibentuk atas dasar siapa mendapat apa dan seberapa besar. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung memiliki komitmen yang cukup tinggi karena adanya ketergantungan dari masing-masing namun memiliki kedalaman relasi yang rendah karena keegoisan masing-masing. Hubungan yang dijalin kurang hangat, kurang terbuka atau kurang memiliki keterlibatan yang dalam (superficial), komunikasi yang dangkal dan bersifat konvensional. Penekanan dalam hubungan berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari orang lain dari pada menguntungkan satu sama lain. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung pada status ini dikarakteristikkan memiliki hubungan yang dangkal dan kurang memiliki kesadaran diri. Istri memiliki keinginan untuk mempertahankan pernikahan dikarenakan adanya hubungan saling menguntungkan antar satu sama lain.

(26)

16

permasalahan yang dimiliki orang lain apabila waktunya tepat untuk mereka. Pendekatan istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung terhadap suatu hubungan adalah suatu objek yang menyediakan status, kehormatan, materi atau lainnya. Ketika ditanya alasan mereka menikah, mereka tidak mengetahuinya tetapi menggunakan alasan waktu yang akan menjawabnya. Pernikahan pada istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dengan status pseudointimate yang ditampilkan hanya bersifat semu, hubungan antara suami/istri bersifat dangkal, istri mempertahankan hubungan mereka hanya karena memerlukan status dan kenyamanan yang didapat dari status itu, mereka cenderung untuk memandang pasangannya hanya sebagai objek semata untuk memberikan status yang terjamin, pengakuan sosial dan hal-hal eksternal lainnya.

Pada status merger (committed), istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung memiliki komitmen yang tinggi dimana ditunjukkan oleh rasa saling tergantung satu sama lain, namun memiliki kedalaman relasi yang rendah karena kurang menjunjung serta menghormati kemampuan autonomi dan integritas dari dirinya. Hubungan istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dikarakteristikan dengan sejauh mana istri dapat terlibat satu dengan yang lain. Mereka bahkan cenderung untuk mencari dan harus mendiskusikan dengan pasangannya terlebih dahulu, walaupun hanya untuk mengambil keputusan yang kurang penting dan tidak mendesak, mereka tidak mungkin melakukan kegiatan yang berbeda dan dapat memisahkan mereka pada waktu tertentu.

Berbeda dengan istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dengan status merger (uncommitted), komitmen dan kedalaman relasi yang dibentuk pada istri

(27)

17

pengalaman traumatis karena pernah ditinggalkan oleh pasangan atau menikah lagi. Sikap yang ditampilkan biasanya berbeda dengan yang dirasakan, kadangkala cenderung meledak-ledak dan terlalu sensitif. Suami biasanya mudah untuk menggunakan kekerasan sedangkan istri sangat sensitif dan terlalu mudah mengekspresikan emosi tanpa terkontrol seperti menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.

(28)

18

Pada status intimate, istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung memiliki komitmen dan kedalaman relasi yang tinggi. Istri membentuk dan memelihara satu atau lebih hubungan cinta yang mendalam dan lama serta telah memiliki komitmen. Hubungan ini dikarakteristikkan dengan komunikasi yang terbuka, saling memberikan kasih sayang dan perhatian, saling bertanggung jawab, menghormati diri sendiri dan pasangan. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung mengembangkan hubungan personal yang saling menguntungkan, saling berbagi masalah dengan pasangan dan mampu mengekspresikan rasa marah dan kasih sayang kepada pasangannya, adanya keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan masalah yang ada, memiliki komitmen yang kuat dengan pasangan dan berusaha untuk mengatasi permasalahan dan menyelesaikan perbedaan dengan cara yang tepat. Istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dengan status intimate yang merupakan status intimacy yang paling mendalam, mampu berkomunikasi secara jujur dan terbuka,

memperhatikan dan menghargai pasangan, mengenal dan tetap menerima pasangan apa adanya. Relasi yang dijalin adalah relasi mutually yaitu saling menguntungkan kedua pihak, tidak memanfaatkan salah satu pihak dan memiliki komitmen jangka panjang. Pada tahap ini, status intimacy dari pasangan adalah untuk menjalani hubungan jangka panjang hingga salah satu diantara mereka meninggal.

(29)

19

Bandung untuk melibatkan dirinya sendiri pada pasangannya secara khusus dan untuk berpegang pada komitmennya meskipun banyak mengorbankan hal pribadi ketika membagi dirinya sendiri dengan pasangannya.

Intimacy pada istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti status identitas, dan tipe kepribadian (Orlofsky dalam Marcia, 1993). Menurut Orlofsky (1993), status identitas yang berbeda dapat mempengaruhi pencapaian status intimacy yang berbeda pula. Status identitas istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung digambarkan sebagai perasaan mengenai diri, menerima keadaan diri dan mengetahui tujuan berada di dunia (Erikson, 2006). Tercapainya identitas diri (identity achievement) merupakan prasyarat bagi tercapainya intimacy (Orlofsky, 1993 dalam Marcia, 1993). Jika identitas diri terbentuk dengan jelas, maka akan memberi peluang terbentuknya status intimacy. Individu dengan status isolate biasanya masih bingung dengan status identitasnya, sehingga hal ini

menghalangi individu dalam membangun hubungan yang intim dengan orang lain. Individu dengan status identitas yang kabur biasanya kurang memiliki tahap eksplorasi. Dengan kurangnya eksplorasi, saat individu ini memiliki masalah ia akan mengalami kesulitan dalam memahami dan mengatasi masalah yang dihadapi.

(30)

20

(31)

21

Gambar 1.5 Skema Kerangka Pikir

- Status Identitas - Jenis Kelamin - Tipe Kepribadian

Suami/istri di Asrama Polisi Sukamiskin Kota

Bandung

- Komitmen

- Kedalaman Relasi STATUS INTIMACY

Isolate

Intimate Preintimate

Merger (Uncommitted) Merger (Committed) Pseudointimate

(32)

22

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Suami di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung memiliki kekhasan yaitu sering meninggalkan keluarga untuk dinas.

2. Kondisi sering terpisah dari pasangan dapat mempengaruhi aspek status intimacy istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung

3. Aspek dari status intimacy istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah komitmen dan kedalaman relasi.

4. Aspek komitmen dari status intimacy istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung, terdiri dari: perhatian dan kasih sayang, persfective taking, kekuasaan dan pengambilan keputusan, penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan, mempertahankan minat-minat pribadi

5. Aspek kedalaman relasi dari status intimacy istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung, terdiri dari: komunikasi, dan pengetahuan akan sifat-sifat.

6. Aspek-aspek dalam status intimacy istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung akan saling berkorelasi dan menghasilkan tujuh status intimacy yaitu isolate, stereotyped relationship, pseudo-intimate, merger (committed), merger

(uncommitted), pre intimate, dan intimate.

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai status intimacy pada istri polisi di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Status intimacy sebagian istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung adalah status intimate.

2. Komitmen dan kedalaman relasi istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung berada pada derajat yang tinggi.

3. Pada sub aspek istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung yang berada pada derajat tinggi, yaitu perhatian dan kasih sayang, perspective taking, kekuasaan dan pengambilan keputusan.

4. Sub aspek pada istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung yang berada pada derajat sedang adalah penerimaan terhadap keterpisahan, mempertahankan minat-minat pribadi, komunikasi, dan pengetahuan akan sifat-sifat pasangan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

(34)

78

2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan status intimacy intimate atau sesuai dengan teori. Maka diharapkan dapat menjadi hasil tambahan untuk bisa diteliti lebih lanjut.

5.2.2 Saran Praktis

1. Asrama Polisi Sukamiskin Bandung dapat memakai penelitian ini sebagai informasi untuk melakukan pembinaan kepada istri-istri yang sering ditinggal terutama istri dengan status intimacy merger (committed) dan merger (uncommitted)

(35)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI STATUS INTIMACY PADA

ISTRI POLISI DI ASRAMA POLISI

SUKAMISKIN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

TIFANNY NRP : 0830169

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(36)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tifanny

NRP : 0830169 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juni 2016

(37)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tifanny

NRP : 0830169 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI STATUS INTIMACY PADA ISTRI DEWASA AWAL DI ASRAMA POLISI SUKAMISKIN BANDUNG”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3) Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016

(38)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan bimbingan-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

“Studi Deskriptif Mengenai Status Intimacy Pada Istri Dewasa Awal Di Asrama

Polisi Sukamiskin Bandung”. Laporan ini diajukan untuk menempuh ujian sarjana di

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Banyak halangan dan kesulitan yang peneliti hadapi dalam menyelesaikan laporan ini dan peneliti menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, peneliti memohon maaf apabila ada kekurangan-kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Dalam menyelesaikan laporan ini, peneliti mendapatkan banyak dukungan, masukan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Maka dari itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog selaku Ketua Program S1 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan suatu penelitian.

(39)

viii 4. Heliany Kiswantomo, M.Si., Psikolog selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah sabar bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Ellen Theresia, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Wali saya yang telah membimbing dan mendukung saya hingga saat ini.

6. Para istri di Asrama Polisi Sukamiskin Bandung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penelitian saya.

7. Papa, Mama, dan Ade yang telah mendoakan dan terus mendukung saya baik secara moril maupun materiil. Terima kasih untuk setiap doa, dukungan, dan perhatiannya.

8. Toufiq Rachman, Citra Senja, Ulfah Indriyani, dan Bernand Joseph yang senantiasa mendengarkan keluhan peneliti dan tetap mendukung serta memberi semangat kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini 9. Teman-teman seperjuangan, Ade Riska, Diana, Marcella, Samantha, Tisza, Ratu

Ditha, Monica Hanny, dan teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan serta selalu hadir selama peneliti berjuang dalam menyelesaikan makalah penelitian ini dengan baik.

10. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu serta mendukung peneliti sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

Akhir kata, peneliti berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkannya.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Kriyantono, Rachmat. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Marcia, J.E, A.S Waterman, D.R. Mattesa, S.L, Archer, J.L. Orlofsky. (1993). Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research. New York: Springer_Verlag Inc.

Olforsky, J.L., Marcia, J.E., Lesser, I.M. (1973). Ego Identity Status and Intimacy Versus Isolation Crisis Of Young Adulthood. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 27 no.2, 211-219.

______. (2009). Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Bandung:

Pudjiwati, Sayogyo. (1997). Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali.

Santrock, John W. (2003). Educational Psychology 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.

(41)

DAFTAR RUJUKAN

Critiques & Controversies of Erikson. Diunduh dari http://web.cortland.edu/andersmd/erik/crit.html

_____. 2009. Intimacy. Diunduh dari http: //www.wikipedia.com

Glotzer, R., dan Federlein, A.C., Miles That Bind: Commuter Marriage and Family Strengths

http://quod.lib.umich.edu/m/mfr/4919087.0012.102?rgn=main;view=fulltext (November 2015)

http://freesociologybooks.com/Sociology_Of_The_Family/05_Love_and_Intimacy.p hp

https://www.psychologytoday.com/articles/196912/intimacy-the-art-relationships (November 2015)

International Encyclopedia of Marriage and Family. Diunduh dari http://www.encylopedia.com/International+Encyclopedia+of+Marriage+and+F amily

The Capacity For Romantic Intimacy: Exploring The Contribution Of Best Friend And Marital And Parental Relationships. Diunduh dari http://www.edu.haifa.ac.il/personal/mscharf/pdf/capacity_romantic_intimacy.p df

www.theoryofpsychosocial.com

Gambar

Gambar 3.1
Gambar 1.5  Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

yang tinggal dengan orangtua sehingga, diharapkan pihak Panti Asuhan dan orangtua dapat menggunakan informasi ini dalam memberikan pengasuhan untuk membantu remaja untuk

This study was conducted to describe the types of discourse markers given by Swan (2005) and Carter et al(2011) which are used by teachers to initiate students so

analysis in novel The Chronicle Of Narnia “The Silver Chair” and its translation The Chronicle Narnia “Kursi Perak” by Donna W idjajanto classified into passive sentences in

TINJAUAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Penelitian ini mengenai Dampak Penyuluhan Terhadap Penerapan Paket Teknologi Peternakan (kemampuan peternak dalam memilih bibit, pakan, tatalaksana pemeliharaan, pencegahan

Selain itu prinsip-prinsip duplikasi yang terdapat di seni grafis juga dia terapkan pada setiap karyanya serta pemasangan karya di beberapa lokasi ruang publik jelas sekali

Achmad Fuad Abdul Rozak, D 0204016, IKLAN POLITIK CALEG DALAM PERSEPSI PEMILIH PEMULA (Study Deskriptif Kualitatif Tentang Iklan Politik Caleg DPRD II Surakarta

Bayi yang berpendengaran normal belajar berbahasa melalui percakapan dengan orang tuanya. Pada waktu mengasuh bayi, ayah atau ibu tidak hanya diam seribu bahasa dan sunyi senyap,