TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Fisika
Oleh
BUDY SUMARYANTO 1202050
METODE PRAKTIKUM SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
PADA MATERI FLUIDA STATIS
OLEH
BUDY SUMARYANTO NIM. 1202050
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Dr. Muslim, M.Pd NIP. 196406061990031003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS” ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, November 2015 Yang membuat pernyataan,
Penerapan Model Pembelajaran Experiential KolbMenggunakan Metode Praktikum Secara Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan
Keterampilan Proses Sains siswa SMA pada Materi Fluida Statis
Budy Sumaryanto 1202050
Pembimbing : Dr. Muslim, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Fisika, Sekolah Pascasarjana-UPI Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efek model pembelajaran Experiential
Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri terhadap peningkatan
kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada materi Fluida Statis. Penelitian menggunakan metode eksperimen semu dengan desain Non-Randomized
Control Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas X MIA
sebanyak 2 kelas pada salah satu SMA di Kota Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tes untuk mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains, lembar observasi, aktivitas guru dan siswa, dan skala sikap tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Experiential Kolb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan kognitif kelompok yang diterapkan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri memperoleh rerata skor <g> sebesar 0,54 dengan kriteria sedang, lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diterapkan model pembelajaran
Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional dengan
perolehan rerata skor <g> sebesar 0,38 dengan kriteria sedang. Untuk peningkatan keterampilan proses sains kelompok yang diterapkan model pembelajaran
Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri memperoleh rerata
skor <g> sebesar 0,62 dengan kriteria sedang, lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diterapkan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional dengan perolehan rerata skor <g> sebesar 0,49 dengan kriteria sedang. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Experiential
Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dapat meningkatkan
kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains pada materi fluida statis.
The Application of Kolb Experiential Learning Model Using Inquiry Labs to Improve Cognitive Ability and Science Process skills on high school students on
Static Fluids Content
Budy Sumaryanto 1202050
Supervisor: Dr. Muslim, M.Pd.
Physics Education Study Program, Graduate School-UPI
Abstract
The purpose of this study was to examine the impact of Kolb Experiential learning model using inquiry labs to increase cognitive abilities and science process skills on high school students in static fluids content. This research Using a quasi-experimental design with non-randomized control group pretest-posttest design. Samples were students of class X MIA as much as 2 class at one high school in Bandung. The instrument used in this study consisted of tests to measure cognitive abilities and science process skills, observation sheet, the activities of teachers and students, and students' attitude scale response to the application of Kolb's experiential learning model. The results showed that the improved cognitive ability group applied Kolb Experiential learning models using inquiry labs methods are obtained mean score <g> of 0.54 with the criteria of being, higher than the group that applied Kolb Experiential learning models using conventional lab method with acquisition mean score <g> 0.38 with the criteria of being. For the improvement of science process skills group applied Kolb Experiential learning models using inquiry lab methods are obtained mean score <g> at 0.62 with the criteria of being, higher than the group that applied Kolb Experiential learning models using methods conventionally labs with the acquisition mean score <g> 0,49 with the criteria of being. It can be concluded that Kolb Experiential learning models using inquiry labs methods can improve cognitive abilities and science process skills in a static fluid material.
vii
C. Perbedaan Praktikum Secara Inkuiri dengan Praktikum Konvensional ... 12
D. Kemampuan Kognitif ... 13
E. Keterampilan Proses Sains ... 17
F. Hubungan antara Model Pembelajaran Experiential Kolb menggunakan Metode Praktikum Secara Inkuiri dengan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains ... 21
viii
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 78
B. Rekomendasi ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
ix
secara inkuiri ... 12
2.2 Deskripsi dan Kata Kunci Kategori Dimensi Kognitif... 14
2.3 Jenis-jenis Keterampilan Proses dan Indikatornya ... 18
2.4 Hubungan Sintaks Model Experiential Kolb Menggunakan Metode Praktikum Inkuiri dengan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains ... 22
3.1 Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design ... 30
3.2 Indikator Soal Kemampuan Kognitif untuk Instrumen Penelitian ... 37
3.3 Indikator Soal Keterampilan Proses Sains untuk Instrumen Penelitian ... 37
3.11 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 46
3.12 Kriteria Rata-rata gain yang dinormalisasi <g> ... 47
3.13 Kriteria Persentase Tanggapan Siswa ... 48
4.1 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru .... 53
4.2 Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Siswa ... 53
4.3 Rekapitulasi Skor Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Kognitif ... 56
4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58
4.5 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data N-gain Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 59
4.6 Hasil Uji Hipotesis T– Test Kemampuan Kognitif ... 59
4.7 Rekapitulasi Skor Rata-Rata Pretest dan Posttest Keterampilan Proses Sains ... 62
4.8 Hasil Uji Normalitas N-Gain Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64
4.9 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data N-gain Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 65
4.10 Hasil Uji Hipotesis T– Test Keterampilan Proses Sains ... 65
x
Gambar
2.1 Pompa Hidrolik ... 24
2.2 Benda terapung dan diagram gaya-gayanya ... 25
2.3 Benda melayang dan diagram gaya-gayanya ... 26
2.4 Benda tenggelam dan diagram gaya-gayanya ... 26
3.1 Bagan Alur Penelitian ... 35
4.1 Perbandingan Nilai LKS Siswa Pertemuan 1 ... 54
4.2 Perbandingan Nilai LKS Siswa Pertemuan 2 ... 55
4.3 Perbandingan Nilai LKS Siswa Pertemuan 1 ... 55
4.4 Diagram Batang perbandingan Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Kemampuan Kognitif ... 57
4.5 Diagram Batang Perbandingan Rata-Rata Skor Gain yang Dinormalisasi <g> Tiap Aspek Kemampuan Kognitif ... 60
4.6 Diagram Batang perbandingan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Proses Sains ... 63
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penididikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan pada perkembangan peserta didik. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara. Maka semua mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah formal di Indonesia semestinya beryujuan agar mampu mendidik peserta didik yang memiliki kompetensi pengetahuan, sikap sosial dan sikap spiritual yang seimbang (Kemendikbud, 2013a).
Fisika sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SMA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, untuk mengembangkan sikap spiritual yang positif, menumbuhkan sikap sosial, memiliki kemampuan kognitif, membuat siswa dapat bertahan dan mampu menghadapi perkembangan global, serta mengembangkan keterampilan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Manfaat pembelajaran sains, khususnya Fisika dinyatakan dengan tegas pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikbud, 2013b). Kompetensi yang dituntut untuk dimiliki siswa SMA adalah:
2. Mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika.
3. Merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena fisika benda, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan eksperimen, melakukan pengukuran secara teliti, mencatat dan menyajikan hasil dalam bentuk tabel dan grafik, menyimpulkan, serta melaporkan hasilnya secara lisan maupun tulisan.
4. Menganalisis konsep, prinsip, dan hukum mekanika, fluida, termodinamika, gelombang, dan optik serta menerapkan metakognisi dalam menjelaskan fenomena alam dan penyelesaian masalah kehidupan.
5. Memodifikasi atau merancang proyek sederhana berkaitan dengan penerapan konsep mekanika, fluida, termodinamika, gelombang atau optik.
Terlihat dari kompetensi yang dituntut untuk dikuasai siswa, tidak hanya mengutamakan aspek kognitif namun juga sikap dan berbagai keterampilan. Khususnya untuk poin nomor tiga menunjukkan siswa dituntut untuk memiliki kompetensi keterampilan proses sains (KPS). Indrawati (1999) menyatakan bahwa “keterampilan proses harus dilatihkan dan dikembangkan karena keterampilan proses dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pikirannya dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan proses menemukan konsep”. Akan tetapi, pada kenyataannya pembekalan keterampilan proses sains kepada peserta didik di lapangan belum sesuai dengan harapan.
bertugas membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa contoh proses pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif adalah melalui kegiatan praktikum, demonstrasi, atau diskusi. Selain dapat membuat peserta didik aktif dalam kelas, proses ini juga dapat melatihkan beberapa keterampilan proses sains seperti keterampilan mengamati (observasi), memprediksi, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, mengamati dan lainnya. Temuan hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika tidak ditunjang oleh kegiatan praktikum yang dapat membekali keterampilan peserta didik, hal ini dikarenakan (1) belum lengkapnya sarana/prasarana laboratorium; dan (2) jumlah materi ajar yang banyak sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan praktikum.
Untuk dapat melatihkan keterampilan proses sains kepada peserta didik, maka guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan berbagai model dan pendekatan yang melibatkan peserta didiksecara aktif. Duran & Ozdemir (2010) menyatakan bahwa, agar pengajaran sains menjadi lebih efektif, maka pengalaman belajar harus ditekankan supaya peserta didikaktif berpartisipasi dalam proses dan langkah-langkah penemuan ilmiah. Akinbobola & Afolabi (2010) juga menyatakan bahwa keterampilan proses sains dapat diperoleh dan dikembangkan melalui latihan-latihan yang melibatkan aktifitas praktek sains. Salah satu model pembelajaran yang dapat menunjang untuk melatihkan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran Experiential Kolb. Model ini dianggap sebagai sebagai salah satu cara terbaik untuk melibatkan peserta didikaktif dalam pendekatan pembelajaran aktif (Manolas, 2005). Model pembelajaran ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap pengalaman kongkrit, pengamatan reflektif, konseptualisasi abstrak, dan percobaan aktif. Melalui model pembelajaran ini diharapkan peserta didikdapat membangun konsep yang bermakna dan kepercayaan diri dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan-keputusan yang cermat.
Penelitian terhadap model pembelajaran Experiential Kolb yang telah dilakukan oleh Manolas (2005), menunjukkan bahwa model pembelajaran Experiential Kolb dapat menstimulus peserta didikuntuk memilih pembelajaran dan menantang mereka untuk membangun kemampuan dalam mengefektifkan pemikiran dan pemecahan masalah. Selanjutnya, Chen, et al. (2010) menemukan bahwa penggunaan Lego Robot NXT dalam pembelajaran yang menerapkan model Kolb dapat membuat peserta didikaktif dan menikmati kesenangan dari Lego Robot serta menyadari konten matematisnya juga.
siswa.Karena dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses praktikum sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka permasalahan penelitian ini difokuskan pada kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains peserta didikyang masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu ada langkah solutif agar tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains.
Salah satu konsep yang ada dalam materi ajar Fisika di SMA kelas X adalah Fluida Statis. Konsep Fluida Statis merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dalam Fisika dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga banyak pengalaman konkrit yang diperoleh peserta didiksebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengalaman konkrit yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat memberikan sebuah dasar bagi proses observasi dan refleksi pada pengalaman baru yang ditemuinya. Observasi dan refleksi ini selanjutnya diasimilasikan dan disaring menjadi konsep abstrak yang menghasilkan berbagai implikasi baru terhadap aktivitas, sehingga menciptakan berbagai pengalaman baru. Hal ini sesuai dengan karakteristik model pembelajaran Experiential Kolb.
Model pembelajaran Experiential Kolb yang dipadukan dengan metode praktikum secara inkuiri agar peserta didik dapat menemukan konsep yang medasari dari sebuah fenomena. Untuk itu, peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran yang melibatkan peserta didikuntuk mencari pengetahuannya sendiri dan penguasaan konsep melalui model pembelajaran Experiential Kolb pada materi Fluida Statis. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Experiential Kolb menggunakan
B.Rumusan Masalah
Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dalam pembelajaran fisika pada materi Fluida Statis?
C.Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan arah penelitian ini, maka masalah penelitian dibatasi sebagai berikut:
2. Keterampilan proses sains yang diukur pada penelitian ini dibatasi pada empat aspek menurut Rustaman, dkk, (2005), yaitu meramalkan (prediksi), merencanakan percobaan, melakukan pengamatan, dan menginterpretasi data percobaan. Keterampilan proses sains diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang mencakup keempat aspek keterampilan proses sains di atas.
3. Tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dilihat dari rata-rata frekuensi skala sikap yang dipilih. Skala sikap yang dimaksud adalah tanggapan peserta didik yang terdiri dari empat respon yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap tiap pernyataan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dalam pembelajaran fisika materi Fluida Statis.
E. Manfaat Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Dengan sistem non-randomsecara convinience yaitu pemilihan berdasarkan kemudahan. Desain ini merupakan suatu rancangan pretest dan posttest yang dilaksananakan pada satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol sebagai pembanding. Desain penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Non-Randomized Control Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2012) Keterangan :
X1 = pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan
praktikum secara inkuiri.
X2 = pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan
praktikum secara konvensional. O1 = Tes Kemampuan Kognitif
O2 = Tes Keterampilan Proses Sains
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X SMA di salah di SMA di kota Bandung. Sampel penelitian adalah siswa kelas X MIA 5 sebanyak 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X MIA 6
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2
sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel menggunakan teknik Convinience sampling yaitu "teknik dalam memilih sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapat”. (Fraenkel dan Wallen, 2008).
C. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1) Model pembelajaran Experiential Kolbyang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menyajikan situasi pembelajaran dalam bentuk suatu siklus yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: (1) Mengemukakan pengalaman kongkrit (concrete experience) bagi siswa sebagai awal pembelajaran diteruskan dengan (2) pengamatan reflektif (reflective observation), (3) konsepsi abstrak (abstract conceptualization) (3) percobaan aktif (active experimentation). Keterlaksanaan model pembelajaran dalam pembelajaran konsep Fluida Statis dipantau melalui lembar observasi. 2) Praktikum secara inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
proses melakukan kegiatan penyelidikan yang berbasis pada penyelidikan ilmiah dan berpusat pada siswa sehingga siswa dapat dengan sendirinya mengkontruksi sebuah konsep. Adapun langkah-langkah percobaan secara inkuiri antara lain: (1) Menyajikan pertanyaan/masalah, (2) membuat hipotesis dan merancang percobaan, (3) mengumpulkan data, (4) menganalisis data, (5) membuat kesimpulan.
sudah diintruksikan secara baku, sehingga siswa mengikuti intruksi selama proses penyelidikan.
4)
Kemampuan kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yang dihubungkan dengan tingkat berpikir dimensi proses kognitif berdasarkan Anderson dan Krathwohl yang terdiri dari mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Peningkatan kemampuan kognitif pada penelitian ini merupakan perubahan positif yang ditentukan dengan membandingkan hasil tes kemampuan kognitif sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan persentase rata-rata N-gain.5)
Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses sains ini mencakup: meramalkan (prediksi), merencanakan percobaan, melakukan pengamatan (observasi), berhipotesis, menafsirkan pengamatan (interpretasi), menerapkan konsep atau prinsip (aplikasi), dan mengkomunikasikan. Peningkatan keterampilan proses sains pada penelitian ini merupakan perubahan positif yang ditentukan dengan membandingkan hasil tes kemampuan kognitif sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan persentase rata-rata N-gain.D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Melakukan telaah pustaka mengenai model Experiential Kolb, Praktikum secara inkuiri, Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains.
Melakukan koordinasi dengan Jurusan Pendidikan Fisika dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
Melakukan observasi awal di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian berupa pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di kelas dan wawancara dengan guru dan melakukan tes untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains dan proses belajar mengajar.
Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian
Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan pembelajaran dan LKS untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
Menyusun instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains.
Men-judgement instrumen tes.
Melakukan uji coba instrumen tes.
Mengolah data hasil uji coba yang meliputi taraf kemudahan, daya pembeda, validitas dan reliabilitas, kemudian menganalisisnya dan menentukan soal yang akan digunakan dalam penelitian.
b. Tahap pelaksanaan
Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Mengolah data hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol
Memberikan perlakuan (treatment) dengan penggunaan model Experiential Kolb menggunakan praktikum secara inkuiri pada kelas eksperimen dan model Experiential Kolb menggunakan praktikum secara konvensional pada kelas kontrol. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa
Memberikan post-test untuk mengetahui kemampuan kognitif dan keterampilian proses sains siswa setelah mendapat treatment. c. Tahap akhir
Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Mengolah data hasil post-test, menganalisis angket skala sikapdan hasil observasi dari seluruh pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol hanya mengolah data hasil post-test.
Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian
Memberikan kesimpulan berdasarakan hasil pengolahan data
Perumusan Masalah
Studi Literatur : Model Pembelajaran Experiential Kolb, Metode Praktikum Secara Inkuiri, Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses sains
Penyusunan Instrumen Validasi, Uji coba, Revisi
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga buah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran, tes kemampuan kognitif dan tes keterampilan proses sains. 1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Lembar observasi ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Lembar observasi terdiri dari lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi yang disusun berisikan langkah-langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dengan dilengkapi kolom penilaian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Menyusun urutan fase pembelajaran berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran.
b. Menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran baik untuk siswa maupun guru pada setiap fase pembelajaran.
2. Tes Kemampuan Kognitif
Pembelajaran (RPP). Sedangkan Jumlah butir soal yang akan dipersiapkan sebanyak 22 butir soal dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2. Indikator Soal Kemampuan Kognitif untuk Instrumen Penelitian
No. Indikator Soal No. Soal Jumlah
1 C1 (mengingat) 1,3,9,10,16,17 6 2 C2 (memahami) 2,4,5,6,11,12,18,19 8 3 C3 (menerapkan) 7,8,13,14,15,20,21,22 8
Jumlah Keseluruhan 22
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen adalah sebagai berikut :
a) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk pokok bahasan yang telah ditentukan.
b) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi. c) Melakukan judgement instrumen penenlitian.
d) Melakukan uji coba instrumen penelitian.
3. Tes Keterampilan Proses Sains
Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa berbentuk soal pilihan ganda. Soal ini disusun berdasarkan pada indikator keterampilan proses sains yang meliputi keterampilan mengamati, menginterpretasi data, merencanakan percobaan dan memprediksi. Sedangkan Jumlah butir soal yang akan dipersiapkan sebanyak 19 butir soal dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Indikator Soal Keterampilan Proses Sains untuk Instrumen Penelitian
No. Indikator Soal No. Soal Jumlah
2 Mengamati 3,5,9 3 3 Interpretasi data 3,13,14,15 4 4 Merencanakan Percobaan 4,6,8,10 4
Jumlah Keseluruhan 15
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen adalah sebagai berikut :
a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk pokok bahasan yang telah ditentukan.
b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi. c. Melakukan judgement instrumen penelitian.
d. Melakukan uji coba instrumen penelitian. 4. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Pengumpulan data dengan skala sikap tanggapan siswa dilakukan dengan memberikan pernyataan yang harus dijawab siswa terhadap penerapan Model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri pada pembelajaran fisika. Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Sejutu (STS). Untuk pernyataan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, dan sebaliknya (Sudjana, 1996). Skala sikap tanggapan siswa yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 indikator ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Indikator Skala Sikap Tanggapan Siswa
No. Indikator No Pernyataan Jumlah
2 Ketertarikan siswa terhadap penerapan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri
3 Motivasi siswa akibat
Untuk pernyataan yang lebih rinci mengenai Angket tanggapan siswa terhadap penerapan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dapat dilihat pada Lampiran 3.3.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu tes, lembar observasi dan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data dan teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Teknik Pengumpulan Data No Sumber
Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda
No Sumber
G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen yang telah dibuat diujicobakan pada siswa yang telah mendapatkan pembelajaran pada pokok bahasan fisika. Instrumen tes tersebut, setelah diujicobakan kemudian diolah dan dianalisis.
a. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2009).
(2008), validitas butir soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains pada penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Validitas isi ditentukan melalui judgement pakar untuk melihat kesesuaian indikator dengan instrumen tes. Validitas konstruksi ditentukan melalui judgement pakar untuk melihat kesesuaian standar isi materi dengan indikator yang ada dalam instrumen tes. Jumlah ahli yang melakukan judgement butir soal dalam penelitian ini sebanyak tiga orang.
b. Reliabilitas tes
Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Reliabilitas yang digunakan yaitu rumus K-R. 20 (Arikunto, 2009).
∑ (3.1)
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1- p ) Ʃpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Tabel 3.6. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,81-1,00 Sangat tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat Rendah
c. Taraf Kemudahan Butir Soal
Taraf kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Butir soal dengan indeks kemudahan 0,00 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kemudahan 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Untuk menghitung tarafkemudahan tiap butir soal digunakan persamaan:
(3.2)
Keterangan:
P = indeks kemudahan
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Klasifikasi untuk indeks kemudahan dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan
P Klasifikasi
0,00 – 0,29 0,30 – 0, 69 0,70 – 1,00
Soal sukar Soal sedang Soal mudah
(Arikunto, 2009)
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
(3.3)
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel.3.8. Tabel.3.8. Kriteria Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,21 ≤ D ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤ D ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2009) e. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala sikap tanggapan siswa ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dalam pembelajaran fisika pada materi fluida statis. Angket skala sikap yang digunakan dalamsetelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan skala Likert empat skala yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
H.Hasil Validitas Isi dan Kontruksi
dapat digunakan untuk keperluan penelitian, sekalipun terdapat beberapa perbaikan pada gambar dan redaksi.
I. Hasil Uji Coba Instrumen
Pengembangan instrumen kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains dilakukan dengan tahap-tahap: (a) menyusun kisi-kisi soal, (b) meminta pertimbangan dosen ahli, (c) melakukan uji coba instrumen, dan (d) melakukan analisis butir soal.
Analisis butir soal dilakukan dengan cara uji coba instrumen untuk menguji taraf kemudahan, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal. Semua bentuk pengujian dilakukan dengan pengolahan menggunakan software Microsoft Excel 2013 kemudian diinterpretasikan dengan kriteria interpretasi yang dikembangkan oleh Arikunto (2009).
Uji coba instrumen tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains dilakukan pada siswa kelas X yang telah mempelajari materi Fluida Statis di salah satu SMA di kota Bandung. Soal tes kemampuan kognitif yang diujicobakan berjumlah 22 butir soal dan soal tes keterampilan proses sains yang diujicobakan berjumlah 19 butir soal masing-masing berbentuk pilihan ganda. Hasil uji coba secara terperinci terdapat pada lampiran 3. Hasil uji coba kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif No
Soal
Taraf Kemudahan Daya Pembeda
Ket Nilai Kategori Nilai Kategori
7 0.55 Sedang 0.23 Cukup Dipakai
Berdasarkan Tabel 3.9 di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa taraf kemudahan dari 22 soal yang diujicobakan dengan kategori sukar sebanyak 4 butir soal, kategori sedang sebanyak 15 butir soal dan kategori mudah sebanyak 3 butir soal. Untuk perhitungan daya pembeda dari 22 butir soal yang diujicobakan dengan kategori baik sebanyak 6 butir soal, kategori cukup sebanyak 15 butir soal, sedangkan 1 butir soal yang tergolong kategori jelek. Setelah dilakukan analisis butir soal kemampuan kognitif, maka terdapat 18 butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian, 4 butir soal lainnya tidak dipakai karena memiliki kategori jelek untuk daya pembeda dan tidak valid secara kontruksi dan isi. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai reliabilitas instrumen tes kemampuan kognitif sebesar 0,75 dengan kategori tinggi.
Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes keterampian proses sains yang telah dilakukan ditunjukkan pada Tabel 3.10.
Soal Nilai Kategori Nilai Kategori dikarenakan memiliki daya pembeda berkategori jelek artinya soal tersebut tidak mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa taraf kemudahan dari 15 butir soal yang diujicobakan dengan kategori sukar sebanyak 5 butir soal, kategori
reliabilitas tes yang terdiri dari 12 butir soal dinyatakan reliabel dengan kategori tinggi yaitu 0,78.
J. Teknik Pengolahan Data
a) Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Keterlaksanaan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dapat diketahui dengan cara mencari persentase keterlaksanaan pembelajaran. Untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajarandapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
Persentase Keterlaksanaan pembelajaran =
(3.4) Kriteria presentase keterlaksanaan model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase (P) Kriteria
P = 0 Tak satu kegiatan pun
0 ≤ P 25 Sebagian kecil kegiatan
25 ≤ P 50 Hampir setengah kegiatan
P = 50 Setengah kegiatan
50 P 75 Sebagian besar kegiatan 75 ≤ P 100 Hampir seluruh kegiatan
P = 100 Seluruh kegiatan
(Riduwan, 2012) b) Analisis Kemampuan kognitif dan Keterampilan Proses Sains
1. Melakukan Penskoran
Skor untuk tes pilihan ganda. Jika jawaban benar maka diberi nilai 1 (satu) dan jika jawabannilai 0 (nol). Jadi skor ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung berdasarkan rumus :
S = ∑R (3.5)
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
2. Menghitung skor gain yang dinormalisasi
Untuk melihat peningkatan dilakukan analisis terhadap skor gain yang dinormalisasi. Skor gain yang dinormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Dengan demikian skor gain yang dinormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus(Hake, 1998) sebagai berikut:
(3.6) 3. Menentukan nilai rata-rata dari skor gain yang dinormalisasi.
Rata-rata skor gain yang dinormalisasi dapat dinyatakan oleh rumus (Hake, 1998) sebagai berikut :
(3.7) Adapun menentukan kriteria peningkatan kemampuan kognitif dan kemampuan proses sains sesuai dengan kriteria rata-rata skor gain yang dinomalisasi menurut Hake R.R (1998) dibagi ke dalam tiga kategori peningkatan rata-rata N-gain seperti yang terlihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12.Kriteria Rata-rata gain yang dinormalisasi <g>
<g> Kategori
<g> ≤ 0,30 Rendah 0,30 <<g>≤ 0,70 Sedang <g>> 0,70 Tinggi
(Hake, 1998)
Jawaban skala sikap yang diperoleh dari siswa di analisis dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
T = (3.8)
Keterangan :
T = Persentase tanggapan siswa terhadap setiap pernyataan J = Jumlah jawaban setiap kelompok pernyataan
N = Jumlah siswa
Kriteria persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13. Kriteria Persentase Tanggapan Siswa
Presentase (P) Kriteria
P = 0 Tak satu kegiatan pun 0 ≤ P 25 Sebagian kecil kegiatan 25 ≤ P 50 Hampir setengah kegiatan
P = 50 Setengah kegiatan
50 P 75 Sebagian besar kegiatan 75 ≤ P 100 Hampir seluruh kegiatan
P = 100 Seluruh kegiatan
(Riduwan, 2012) d) Uji Statistik
Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Uji normalitas distribusi data <g>
data peningkatan kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
data peningkatan kemampuan kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.
data peningkatan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
data peningkatan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.
dengan kriteria uji: terima jika nilai signifikansinya lebih dariα = 0,05 dan sebaliknya, tolak jika nilai signifikansinya kurang dariα = 0,05.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk menguji variansi skor rata-rata gain ternormalisasi (<g>) kedua penelitian. Uji homogenitas juga merupakan syarat penentu cara pengujian hipotesis.
Pengujian homogenitas juga menggunakan bantuan software SPSS 17 dengan melihat nilai signifikansi uji Levene. Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:
variansi skor rata-rata gain ternormalisasi kemampuan kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
variansi skor rata-rata gain ternormalisasi kognitif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen
variansi skor rata-rata gain ternormalisasi keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen variansi skor rata-rata gain ternormalisasi keterampilan proses
signifikansi p 0,05, maka variansi data pretest kedua kelompok tidak berbeda (homogen).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 17. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
:Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis yang diambil adalah menggunakan uji t dengan persamaan berikut :
= ̅ ̅ √
untuk √
dengan
̅ rata-rata nilai kelompok eksperimen ̅ rata-rata nilai kelompok kontrol
simpangan baku
standar deviasi kelompok eksperimen standar deviasi kelompok kontrol jumlah sampel kelompok eksperimen jumlah sampel kelompok kontrol
Sedangkan jika data normal tetapi tidak homogen, maka uji yang digunakan adalah uji t’ dengan persamaan berikut :
= ̅ ̅ √
dengan
̅ rata-rata nilai kelompok eksperimen ̅ rata-rata nilai kelompok kontrol
standar deviasi kelompok eksperimen standar deviasi kelompok kontrol jumlah sampel kelompok eksperimen jumlah sampel kelompok kontrol
(3.9)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analsis data mengenai penerapan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan kognitif kelas yang diterapkan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang diterapkan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri lebih meningkatkan kemampuan kognitif secara signifikan dibandingkan dengan kelas yang diterapkan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara konvensional.
3. Tanggapan siswa terhadap model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri pada konsep fluida statis adalah positif. Hampir seluruhnya setuju model ini memiliki daya ketertarikan tinggi, menumbuhkan motivasi dan persepsi yang positif.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran antara lain:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menerapkan model Experiential Kolb menggunakan metode praktikum secara inkuiri untuk pokok bahasan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, A. O, Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 4, Number 1.
Anderson, L. W., & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2009). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineka Cipta.
Chen, C .L, et al. (2010). Applying Kolb’s Experiential Learning Cycle to Explore the Learning Performance of Grade Six on Elementary Mathematics Education by Lego NXT Intelligent Brick. World Academy of Science, Engineering and Technology 69.
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas. (2006). Standar Isi. Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Duran, M and Ozdemir, O. (2010). The Effect of Scientific Process
Skills-based Science Teaching on Students Attitude Towards Science. US-China Education Riview, ISSN 1548-6613, USA Volume 7, No. 3 (serial No. 64).
Fraenkel, J. R dan Wallen, N. E. (2008). How To Design And Evaluate Research In Education. Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill Companies, Inc.
IndianaUniversity, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia:http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.
Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud. (2013a). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.
___________. (2013a). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 64 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.
Rahayu, N (2013). Model Pembelajaran Experiential Kolb untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis siswa SMA kelas X pada konsep alat optik . (Thesis). Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Karso, dkk. (2006). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Ciamis: IAID.
Kolb, David A. et al. (1991). Experiential Learning Theory: Previous Research and New Directions. Departement of Organizational Behavior Weatherhead School of Management: Case Western Reserve University
Manolas, E.I. (2005). “Kolb’s Experiential Learning Model: Enlievening Physics Courses in Primary Education”. The Internet TESL Journal. 3, (9).
Nur dan Wikandari (2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA Press. Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan,
Peneliti. Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ridwan, I. M. (2013). Penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa. (Tesis). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Rustaman, N., Dirjosoemarto, S., Ahmad Y., Yudianto, S.A.,
Rochintaniawati, D., Nuryani, K.M., dan Subekti, R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Bandung: Alfabeta
Wenning, C.J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal of Physics Teacher Education Online, Vol. 5, No. 4, Summer 2010