Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Anak Usia 5-6 Tahun
di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul ‘Ilmi Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014-2015)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Magister Pendidikan Anak Usia Dini
oleh
Gilar Gandana NIM 1302590
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEKOLAH PASCASARJANA
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2015
Menigkatkan Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini
melalui Permainan Tradisional “Kaulinan Barudak”
Oleh Gilar Gandana
S,Pd. UPI Kampus Tasikmalaya, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
© Gilar Gandana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2015
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tesis ini tidak bolah diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, di foto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
GILAR GANDANA
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Anak Usia 5-6 Tahun
di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul ‘Ilmi Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014-2015)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing Tesis,
Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. NIP 19520620 198002 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia,
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
(Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Anak Usia 5-6 Tahun
di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014-2015)
Oleh Gilar Gandana (NIM 1302590)
Email: gilargandana.paud77@gmail.com
Abstrak
Kecerdasan emosional merupakan penentu kesuksesan individu. Namun, kecerdasan emosional individu saat ini semakin memudar. AUD merupakan landasan perkembangan potensi dan kecerdasan individu. Sehingga, urgensi tersebut perlu dilakukan tindakan khusus. Fokus penelitian ini meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini melalui permainan tradisional “kaulinan barudak”. Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya melalui desain eksperimen quasi. Hasil penelitian, terdapat perbedaan yang signifikan antara peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dengan peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya dengan taraf kepercayaan 95%.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IMPROVING THE EMOTIONAL INTELLIGENCE OF EARLY CHILDHOOD USING THE TRADITIONAL GAMES
"KAULINAN BARUDAK"
(Quasi Experimental Research on Children Aged 5-6 Years In TK N Pembina Tasikmalaya City and
TK Nurul 'Ilmi Tasikmalaya City on Academic Year 2014-2015)
Gilar Gandana (NIM 1302590)
Email: gilargandana.paud77@gmail.com Abstract
Emotional intelligence is a determinant of individual success. Yet, individual emotional intelligence is now fading. The assumption is believed to be a decline in the value of education. Early childhood as the basis for the development of individual potential. So, the urgency of action needs to be special. This study focused on improving emotional intelligence early childhood through traditional games “kaulinan barudak”. This research conducted in TK Negeri Pembina Tasikmalaya City and TK Nurul „Ilmi Tasikmalaya City through a quasi -experimental design. Results of this study, there is a significant difference between the increase in emotional intelligence children aged 5-6 years in TK Negeri Pembina Tasikmalaya City with increase in emotional intelligence children aged 5-6 years in TK Nurul „Ilmi Tasikmalaya City with a confidence level of 95%
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
B. Indentifikasi Rumusan Masalah Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Konsep Kecerdasan Emosional ... 10
1. Definisi Emosi ... 10
2. Definisi Kecerdasan ... 11
3. Definisi Kecerdasan Emosi ... 12
B. Kecerdasan Emosional Anak... 13
1. Kemampuan menyadari diri sendiri ... 14
2. Kemampuan mengelola emosi diri sendiri ... 14
3. Kemampuan memotivasi diri sendiri ... 15
4. Kemampuan bersikap empati ... 16
5. Kemampuan menjalin hubungan sosial ... 17
C. Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia 5-6 Tahun dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 ... 18
D. Konsep Permainan Tradisional “kaulinan barudak” ... 19
1. Hakikat permaina tradisional “kaulinan barudak”... 19
2. Karakteristik permainan tradisional “kaulina barudak” ... 20
3. Permainan tradisional “kaulinan barudak”sebagai kearifan lokal ... 20
4. Permaina tradisional “kaulinan barudak” sebagai media pembelajaran . 21 5. Permainan tradisional “kaulinan barudak”sebagai permainan edukatif . 21 6. Kelebihan dan kekurangan permainan tradisional “kaulinan barudak” . 22 7. Permainan tradisional “kaulinan barudak” yang efektif untuk meningkakan kecerdasan emosional anak usia dini (5-6 tahun) ... 23
E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 34
F. Kerangka Pemikiran ... 35
G. Hipotesis ... 36
BAB III METODE, DESAIN, DAN LOKASI PENELITIAN ... 38
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Partisipan ... 41
C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 41
1. Lokasi penelitian ... 42
2. Populasi penelitia ... 42
3. Sampel penelitian ... 42
D. Definisi Operasional ... 43
1. Kecerdasan emosional ... 44
2. Permainan tradisional “kaulinan barudak” ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 46
1. Validitas Instrumen ... 47
2. Reliabilitas instrumen ... 50
G. Prosedur Penelitian ... 51
H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 51
1. Teknik pengumpulan data ... 51
2. Teknik analisis data ... 53
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Temuan ... 59
... B. Pembahasan ... 89
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 98
A. Simpulan ... 98
B. Implikasi ... 99
C. Rekomendasi ... 100
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design ... 40
3.2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Anak Usia 5-6 Tahun ... 45
3.3 Interprestasi Koefisien Validasi ... 47
3.4 Hasil Validasi Instrumen ... 48
3.5 Interprestasi Indeks Derajat Reliabilitas ... 50
3.6 Reliabilty Statistics ... 50
3.7 Pola Skor Opsi Alternatif Respons ... 53
3.8 Indikator Skor Kemunculan ... 54
3.9 Klasifikasi Indek Gain ... 56
4.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 61
4.2 Data Statistik Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 61
4.3 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 62
4.4 Data Statistik Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 62
4.5 Profil Kecerdasan Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Sebelum diterapkan Permainanan Tradisional “Kaulinan Barudak” ... 63
4.6 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 80
4.7 Data Statistik Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 80
4.8 Data Hasil Posstest Kelas Kontrol ... 81
4.9 Data Statistik Hasil Posstest Kelas Kontrol... 81
4.10 Profil Kecerdasan Emosional Anak Usia 5-6 Tahun Setelah diterapkan Permainanan Tradisional “Kaulinan Barudak” ... 82
4.11 Rekapituklasi Data pretest dan posttest kelas eksperimen TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya ... 83
4.12 Rekapituklasi Data pretest dan posttestkelas kontrol TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya ... 84
4.13 Uji N-Gain Pretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 85
4.14 Uji N-Gain Pretest-Posttest Kelas Kontrol ... 86
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.16 Uji Homogenitas Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 88 4.17 Uji t 2 Sampel Independen Data N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Prosedur Penelitian ... 51 4.1 Perbandingan Data Pretest-Posttest Kelas Eksperimen TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya ... 95 4.2 Perbandingan Data Pretest-Posttest Kelas Kontrol TK Nurul „Ilmi Kota
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan atau bab pembuka yang didalamnya memaparkan terkait dasar-dasar dilaksanakannya penelitian ini. dasar-dasar tersebut antara lain, latar belakang yang menjadi landasan pengungkap munculnya permasalahan penelitian; Rumusan masalah penelitian merupakan fokus penelitian yang disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian secara lebih spesifik; Tujuan penelitian merupakan rancangan umum terkait cara untuk menyampaikan informasi jawaban dan implementasi dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah; Manfaat penelitian merupakan pemaparan terkait peran dan fungsi dari penelitian ini bagi pihak-pihak terkait; dan sistematika penulisan yang menjadi panduan bagi para pembaca supaya lebih mudah memahami keterkaitan fungsi dari setiap bagian tulisan dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Penelitian
Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan masadepan setiap individu (Goleman, 2001). Namun, pada dasarnya fakta dilapangan saat ini banyak sekali individu yang menuangkan perilaku emosi secara negatif pada permukaan kehidupannya. Fakta tersebut mencerminkan bahwa setiap individu saat ini secara dominan terjadi kebobrokan pengelolaan dalam penuangan perilaku emosinya sendiri. Cerminan perilaku emosi seperti itu dapat pula diartikan bahwa secara dominan individu saat ini dapat dinyatakan memiliki kecerdasan emosional rendah. Karena, Mahsar (2011) mengemukakan bahwa setiap individu yang memiliki kecerdasanan emosional tinggi, ia pasti mampu menuangkan perilaku emosi dalam kehidupannya secara positif dan perilaku tersebut tidak akan pernah merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Asumsi terhadap cerminan perilaku emosi setiap individu di lapangan saat ini diyakini tidak terlepas dari semakin menurunnya kualitas nilai-nilai pendidikan yang dimiliki setiap individu dari generasi ke generasi. Jenjang
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan yang menjadi sentral dan dipandang sebagai wadah penanaman landasan jati diri pribadi setiap individu adalah pendidikan anak usia dini. Posisi pendidikan anak usia dini adalah berkewajiban mengembangkan segala bentuk potensi yang berkaitan dengan kecerdasan anak secara mendasar untuk mempersiapkan kemampuan pertahanan hidup anak dalam lingkungannya saat ini maupun di masa yang akan datang. Hal tersebut dikuatkan oleh Langeveld (1980) bahwa dalam mendidik anak usia dini perlu dilakukan pengembangan kecerdasan emosional secara intensif, karena perkembangan kecerdasan emosional anak merupakan salah satu aspek besar penentu kebahagiaan pola hidup anak di kemudian hari. Bersentuhan dengan Goleman (2001), memberikan arti bahwa hal ini merupakan tugas guru sebagai fasilitator dalam pendidikan anak usia dini perlu secara intensif melakukan penanaman kecerdasan emosional pada diri setiap anak.
Cakupan anak usia dini yang dimaksud adalah anak yang berada pada kisaran usia antara 0-6 tahun. Pada dasarnya untuk melihat capaian dari tujuan pendidikan anak usia dini dapat dilihat dari hasil perkembangan anak di usia 5-6 tahun, karena anak usia 5-6 tahun merupakan masa peralihan pendidikan anak untuk mengakhiri pendidikan anak usia dini dan harus siap menjalani pendidikan lebih lanjut di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu anak-anak yang berada pada posisi peralihan tersebut perlu ditekankan terhadap pematangan kecerdasan emosional secara intensif.
Urgensi pematangan kecerdasan emosi di masa peralihan tersebut perlu adanya tindakan secara khusus. (Iswinarti 2010; dan Wardani, 2010), memberikan sebuah ide terkait tindakan yang dapat dijadikan jalan untuk menempuh kematangan kecerdasan emosi anak usia dini adalah salah satunya
melalui penerapan permainan tradisional “kaulinan barudak”, karena dalam
permainan tradisional “kaulinan barudak” terdapat unsur-unsur proses yang
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permainan tradisional “kaulinan barudak” merupakan warisan berupa
fasilitas untuk anak-anak bermain secara manual dan dekat dengan alam. Selain itu, didalam warisan tersebut tersirat sebuah makna yang memberikan stimulus berupa proses untuk mengembangkan setiap potensi dan kecerdasan anak yang melakukannya (Iswinarti, 2010; dan Wardani, 2010). Namun menjadi rahasia umum bahwa anak-anak usia dini saat ini cenderung kehilangan identidas dirinya sebagai pemilik permainan-permainan tradisional daerahnya sendiri. Selian itu, berkaitan dengan globalisasi saat ini hampir di seluruh penjuru kota mulai didominasi oleh teknologi-teknologi yang berbau serba elektronik dan automatic. Hal tersebut secara tidak sadar sedikit demi sedikit memberikan efek terhadap pandangan anak-anak dalam memenuhi kebutuhan dirinya sendiri secara individu melalui permainan-permainan yang berbau teknologi.
Berdasarkan studi lapangan di Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa masyarakat Kota Tasikmalaya secara dominan mulai melupakan
permainan-permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai media bermain anak.
Selain itu, kondisi lingkungan di Kota Tasikmalaya pada saat ini hampir di setiap penjuru tanah telah banyak dibangun rumah kaca. Fenomena tersebut membuahkan asumsi bahwa jika hal ini tidak segera ditanggani, maka akan
terjadi putusnya mata rantai penerus warisan permainan tradisional “kaulinan
barudak”. Oleh karena itu, perlu dilakukan kembali penerapan permainan
tradisional “kaulinan barudak” kepada anak-anak di Kota Tasikmalaya saat
ini supaya dapat tertanam kembali rasa memiliki mereka terhadap warisan tersebut. Melalui hal tersebut, anak-anak akan lebih dekat kembali dengan alam dan lingkungan hidupnya secara nyata.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut menggugah pola pikir peneliti bahwa betapa pentingnya penanaman dan pengembangan potensi dan kecerdasan emosional pada diri anak sejak usia dini melalui lingkungan alam secara nyata. Kemudian dikaitkan dengan peran permainan tradisional
“kaulinan barudak” yang cenderung terdapat unsur-unsur stimulus terhadap
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
usia dini yang condong pada pengembangan potensi dan kecerdasan emosional anak. Selain itu berdasarkan studi lapangan di beberapa TK di Kota Tasikmalaya peneliti menemukan beberapa persoalan yang berkaitan dengan fasilitas bermain dan perkembangan anak. dari beberapa persoalan tersebut terdapat dua persoalan yang dipandang perlu dilakukan penanggulangan secara cepat dan terintegrasi. Persoalan pertama berkaitan dengan terlihat belum optimalnya perkembangan kecerdasan emosional pada anak usia 5-6 tahun. Padahal tujuan utama dalam pendidikan anak usia dini adalah penanaman kecerdasan emosional pada setiap diri anak sejak usia dini. Kemudian persoalan kedua terdapat beberapa TK yang belum menerapkan
permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai fasilitas belajar seraya
bermain anak. Padahal dalam permainan tradisional “kaulinan barudak” terdapat unsur-unsur nilai pendidikan yang dapat mengembangkan berbagai aspek kecerdasan anak yang memainkannya, terutama pada ranah kecerdasan emosional.
Fenomena tersebut menarik pemikiran peneliti untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kecerdasan emosional anak usia dini dan
permainan tradisional “kaulinan barudak”. Sehingga dalam penelitian ini
peneliti mengambil fokus kajian pada ranah peningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan tradisional “kaulinan
barudak” di TK - TK Kota Tasikmalaya.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kecerdasan emosional anak sebagai modal untuk mencapai kesiapan menghadapi pendidikan di jenjang selanjutnya (Langeveld, 1980; dan Sujiono, 2009). Kemudian, tepatnya di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya belum diterapkan
permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai sumber pengembangan
potensi dan kecerdasan anak. Padahal dalam permainan tradisional “kaulinan
barudak” terdapat unsur-unsur yang dapat membangun potensi kepribadian
dan kecerdasan emosional anak (Iswinarti, 2010; dan Wardani, 2010). Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah untuk fokus mengkaji terkait peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun
melalui permainan tradisional “kaulinan barudak” di TK Negeri Pembina
Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „IlmiKota Tasikmalaya.
Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan fokus penelitian tersebut menjadi bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014-2015 sebelum diterapkan permainan
tradisional “kaulinan barudak”?
2. Bagaimana program kegiatan pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya melalui permainan tradisional
“Kaulinan Barudak” dan Program Kegiatan Pembelajaran di TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya melalui permainan konvensional pada tahun
ajaran 2014-2015?
3. Bagaimana profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya setelah diterapkan permainan tradisional “kaulinan barudak” dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya setelah diterapkan permainan konvensional pada Tahun Ajaran 2014-2015?
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melalui permainan tradisional “kaulinan barudak” dengan TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya melalui permainan konvensional pada Tahun
Ajaran 2014-2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk menjadi beberapa pertanyaan, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengukur, menganalisis, dan mendeskripsikan profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „IlmiKota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014-2015 sebelum
diterapkan permainan tradisional “kaulinan barudak”.
2. Menganalisis dan mendeskripsikan program kegiatan pembelajaran pada anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya melalui
permainan tradisional “Kaulinan Barudak” dan Program Kegiatan
Pembelajaran di TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya melalui permainan
konvensional pada tahun ajaran 2014-2015.
3. Mengukur, menganalisis, dan mendeskripsikan profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya setelah diterapkan permainan tradisional “kaulinan barudak” dan TK
Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya setelah diterapkan permainan
konvensional pada Tahun Ajaran 2014-2015.
4. Mengukur, menganalisis, dan mendeskripsikan perbedaan signifikansi peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri
Pembina Kota Tasikmalaya melalui permainan tradisional “kaulinan
barudak” dengan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya melalui permainan
konvensional pada Tahun Ajaran 2014-2015.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun manfaat penelitian ini yang didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan antara lain:
1. Secara teoretis
Penelitian ini dapat memberikan bukti bahwa melalui penerapan
permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai fasilitas bermain anak di
sekolah dapat memberikan kontribusi secara positif untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak.
2. Secara praktis
a. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini
Penelitian ini dapat dijadikan bahan inovasi oleh para pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini untuk mendidik dan mengembangkan kecerdasan emosional setiap anak usia dini melalui permainan tradisional
“kaulinan barudak”.
b. Bagi anak didik
Anak dapat mengenal, menyadari, dan memaknai permainan tradisional
“kaulinan barudak” sebagai permainan yang menyenangkan dan dapat
memberikan stimulus untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Selain itu anak akan menjadi penyambung mata rantai sebagai generasi penerus
yang akan menurunkan permainan tradisional “kaulinan barudak” kepada
generasi berikutnya.
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat mengubah paradigma masyarakat bahwa
sesungguhnya permainan tradisional “kaulinan barudak” dapat memberikan
efek secara positif terhadap perkembangan potensi dan kecerdasan emosional anak. Selain itu, melalui penelitian ini masyarakat akan paham bahwa betapa pentingnya penanaman kecerdasan emosional anak sejak usia dini.
d. Bagi peneliti dan pemerhati pendidikan anak usia dini
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam terkait bidang permainan tradisional, kecerdasan emosional anak usia dini, pengembangan media permainan tradisional, dan alat ukur peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan tradisional
“kaulinan barudak” di masa yang akan datang.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini dapat terangkum menjadi gambaran secara umum tentang keterkaitan antara setiap bagian pembahasan yang dipaparkan. Bab I pendahuluan yang didalamnya membahas terkait latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab ini merupakan bagian pembuka dari penulisan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai panduan bagi para pembaca untuk memahami secara umum terkait isi dari keseluruhan tulisan peneliti.
Bab II kajian pustaka merupakan bagian yang membahas tentang hasil kajian terhadap teori-teori yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini antara lain terkait kecerdasan emosional, kecerdasan emosional anak, perkembangan sosial dan emosional anak usia 5-6 tahun, dan permainan tradisional “kaulinan barudak”. Selain itu, peneliti pun menyertakan kerangka pemikiran yang merupakan sebuah pemaparan terkait pola pemikiran peneliti secara rasional yang menjadi dasar munculnya sebuah ide untuk melakukan penelitian ini. Berlandas pada kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dapat membuahkan hipotesis yang merupakan bentuk praduga sementara peneliti atas jawaban dari rumusan masalah penelitian ini.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab IV Temuan dan Pembahasan merupakan bagian yang memaparkan terkait proses ditemukannya jawaban dari pertanyaan penelitian dan memberikan pembahasan terhadap hasil analisis data secara detail dan komprehensif. Temuan merupakan pemaparan terkait proses dan hasil pengolahan data penelitian berdasarkan teknik-teknik yang dibahas pada bab metodologi penelitian. Pembahasan merupakan pemaparan bahasan berupa deskripsi dari temuan penelitian.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Berlandas pada tujuan penelitian ini yang berdasar pada masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini akan memberikan perlakuan terhadap anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya untuk melihat peningkatan kecerdasan emosionalnya melalui permainan tradisional
“kaulinan barudak”. Oleh karena itu, penelitian ini menganut pada Sugiyono (2012, hlm 72) yang memberikan penjelasan terkait penelitian dengan adanya perlakuan disebut penelitian eksperimen. Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode eksperimen untuk melihat peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan tradisional
“kaulinan barudak”.
Selain itu Sugiyono (2012) juga memberikan penjelasan bahwa metode penelitian eksperimen berkaitan dengan adanya unsur pengolahan nilai dan ukuran sebagai bahan dilakuakannya evaluasi ketuntasan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Istilah mengukur dan menilai berarti hubungannya dengan pengolahan angka-angka matematis yang bersifat statis. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai media pengolahan data yang di dapat.
Penelitian ini akan melihat peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya melalui
permainan tradisional “kaulinan barudak”. Sehingga dengan pendekatan
kuantitatif peneliti dapat melihat apakah kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun dapat meningkat secara signifikan atau tidak setelah diterapkan permainan
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Desain penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Quasi Eksperimen dangan bentuk Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Dimana Creswell (2010, hlm 132) mengemukakan terkait desain penelitian Quasi Eksperimen dengan teknik Nonequivalent Pretes-Posttest Control Group Design adalah:
In this design, a popular approach to quasi experiment, the experimental group A and the group B are selected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and only the experimental group received the treatment.
Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok (Kolompok eksperimen dan Kelompok kontrol) yang homogen berdasarkan hasil uji homogenitas sebelum dilakukan eksperimen dan kegiatan eksperimen/ujicoba dan perlakuan hanya dilakukan pada kelas eksperimen saja, sedangkan di kelas kontrol diterapkan proses pembelajaran melalui permainan secara konvensional.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan Pretest terhadap dua kelas anak yang berusia 5-6 tahun. Dua kelas tersebut akan diambil satu kelas eksperimen dari TK Negeri Pembina Kota Taskmalaya dan satu kelas kontrol dari TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya. Kedua kelas tersebut tidak dipilih secara random melainkan diambil berdasarkan kriteria homogenitas tertentu.
Syaodih dan Agustin (2013: hal 29) mengemukakan bahwa “Hasil pretest
yang baik bila rata-rata nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan
dengan kelompok kontrol.” Jika nilai pretest dari kedua kelas tersebut tidak
berbeda secara signifikan, maka kedua kelas tersebut dinyatakan homogen. Setelah kedua kelas tersebut dinyatakan homogen, maka peneliti dapat memulai untuk melakukan penelitian dengan memberikan treatmen untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun dengan permainan tradisionanl
“kaulinan barudak” kepada kelas eksperimen dan permainan konvensional kepada
kelas kontrol. Proses treatmen tersebut dilakukan selama 6 minggu dengan intensitas 2 kali dalam satu minggu. Dalam proses tersebut, peneliti akan melakukan observasi untuk mencatat setiap kejadian dalam bentuk narasi. Setelah
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
itu peneliti akan melakukan posttest pada kedua kelas tersebut untuk membandingkan antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan penerapan
permainan tradisional “kaulinan barudak” dengan kelas kontrol yang tidak diberi
perlakuan penerapan permainan tradisional “kaulinan barudak” (konvensional).
Pembendingan tersebut dilakukan dengan cara mengukur masing-masing anak berdasarkan kelas kemudian dilihat hasilnya apakah peningkatan kecerdasan emosional anak lebih unggul di kelas eksperimen atau kelas kontrol.
Untuk lebih jelas dapat dilihat gambaran dari Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design yang berdasar pada Creswell (2010):
Tabel 3.1
Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design
Keterangan:
O1 : Pretest Kelompok Eksperimen O3 : Pretest Kelompok Kontrol
X : Ada Perlakuan (Permainan Tradisional “Kaulinan Barudak”) - : Tidak ada Perlakuan (Permaian Konvensional)
O2 : Posttest Kelompok Eksperimen Setelah Perlakuan. O4 : Posttest Kelompok Kontrol tanpa Perlakuan
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada Syaodih dan Agustin (2013), yakni sebagai berikut:
1. Memilih dua kelas anak usia 5-6 tahun yakni satu kelas di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan satu kelas di TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya yang akan dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini.
2. Memberikan pelatihan kepada guru-guru di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya yang akan dijadikan kelas eksperimen terkait kegiatan bermain
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak-anak di sekolah dengan menggunakan permainan tradisional “kaulinan
barudak” untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak.
3. Melakukan kesepakatan dengan guru-guru TK Negeri Pembina dan TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya bahwa dalam penelitian ini gurulah yang melakukan pembimbingan dan memandu anak-anak bermain sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan di sekolah tersebut.
4. Sebelum melaksanakan pembimbingan dan memandu anak bermain, masing-masing guru melakukan pretest terebih dahulu menggunakan instrumen observasi terstruktur yang telah dirancang oleh peneliti untuk melihat kemampuan awal anak di masing-masing kelas tersebut sekaligus untuk melihat homogenitas kemampuan anak.
5. Treatmen dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik konvensional. (proses treatmen dilakukan 14 kali dalam jangka waktu 5 minggu dengan frekuensi 3 kali treatmen dalam satu minggu)
6. Setelah dilakukan treatmen selama 5 minggu, kemudian masing-masing guru melakukan posttest kepada kedua kelas tersebut dengan menggunakan instrumen observasi terstruktur yang sama seperti yang digunakan pada pretest untuk dilihat perbandingan hasilnya.
7. Langkah terakhir peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah di dapat untuk melihat dan membandingkan peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan tradisional “kaulinan barudak” dengan peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan konvensional.
B. Partisipan
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
usia-5-6 tahun di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya yang dijadikan sampel sebagai subjek penelitian.
C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakulan di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya. Lokasi kedua TK tersebut tepatnya di sekitar Kota Tasikmalaya. TK Negeri Pembina berlokasi di sekitar jalan lingkar Dadaha dan TK Nurul „Ilmi berlokasi di sekitar jalan Benda. Lokasi penelitian ini sangat berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian.
2. Populasi Penelitian
Sugiyono (2012: hlm 80) mengemukakan bahwa “Populasi merupakan wilayah generalisasi.” Wilayah generalisasi disini maksudya adalah lingkup
wilayah penelitian atas dasar keberlakuan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu dapat juga dikatakan sebagai suatu objek atau subjek yang memiliki karakteristik yang dipandang unik baik berdasarkan kualitas maupun kuantitas untuk di teliti lebih dalam kebenarannya secara ilmiah oleh peneliti.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian terhadap anak usia dini di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya. Alasan peneliti melakukan penelitian di TK tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
a. TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya merupakan
TK-TK yang dinyatakan belum menerapkan permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai media belajar seraya bermain anak-anak di sekolah;
b. TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi keduanya berlokasi strategis dan masih tersedia lokasi yang berbau alam sebagai tempat untuk diterapkannya permainan tradisional;
c. Guru-guru di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya belum pernah mendapatkan pelatihan penerapan permainan tradisional
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Guru-guru di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya belum pernah melakukan pengukuran dan penilaian dengan secara khusus terhadap kecerdasan emosional anak di sekolah;
e. Guru-guru di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya belum pernah melakukan tindakan secara khusus untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak di sekolah;
f. TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya sama-sama memiliki misi untuk menjadi pelopor atas penanaman dan pengembangan kecerdasan emosional bagi anak khususnya di Kota Tasikmalaya.
3. Sampel Penelitian
Sugiyono (2012: hlm 81) mengemukakan bahwa sampel merupakan perwakilan atau bagian dari populasi penelitian. Pengambilan sampel dalam sebuah penelitian harus didasarkan terhadap syarat-syarat tertentu, antara lain pengambilan sampel dilakukan jika jumlah populasi terlalu besar dan memungkinkan dengan populasi besar tersebut tidak dapat mengfisienkan waktu penelitian, kemudian dilakukan pengambilan sampel dalam sebuah penelitian jika terdapat sampel yang benar-benar representatif atau mewakili semua objek maupun subjek dalam populasi. Proses pemilihan sampel penelitian ini pun dilakukan sekaligus melalui pretest dan uji homogenitas untuk melihat kelas yang benar-benar layak digunakan sebagai sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengambil sampel dua kelas anak-anak yang berusia sekitar 5-6 tahun (satu kelas di TK Negeri Pembina dan satu kelas di TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya). Alasan peneliti mengambil sampel tersebut karena beberapa hal berikut:
a. Anak usia 5-6 tahun merupakan masa transisi dan puncak untuk mematangkan kecerdasan emosional di jenjang pendidikan anak usia dini sebelum memasuki pendidikan di sekolah dasar.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Fisik anak usia 5-6 tahun cenderung sudah mendekati kematangan dan mampu melakukan kegiatan yang lebih ekstra dalam bermain. Karena dalam
permainan tradisional “kaulinan barudak” banyak kegiatan yang langsung
bersentuhan dengan fungsi fisik (motorik kasar dan motorik halus).
d. Anak usia 5-6 tahun cenderung sudah mampu berbicara dengan artikulasi jelas. Karena dalam permainan tradisional “kaulinan barudak” banyak sekali kegiatan yang bersifat sosial dan memerlukan interaksi secara verbal.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa istilah yang sering digunakan, oleh karena itu untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap istilah-istilah tersebut maka peneliti akan memberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah berdasarkan variabel yang digunakan.
1. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosianal dalam penelitian ini maksudnya adalah kecakapan anak dalam menyikapi perasaannya sendiri yang dapat dilihat melalui perilaku kemampuan anak itu sendiri seperti kemampuan menyadari diri sendiri, kemampuan mengelola emosi diri sendiri, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan bersikap empati, dan kemampuan menjalin hubungan sosial
2. Permainan tradisional “kaulinan barudak”
Permainan tradisional “kaulinan barudak” dalam penelitian ini maksudnya
adalah jenis permainan anak-anak tempo dulu dan media setiap permainan tersebut secara dominan menggunakan media yang alami. Selain itu berdasarkan
beberapa teori yang telah dikaji terkait permainan tradisional “kaulinan barudak”
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini dirancang berdasarkan variabel yang diturunkan pada indikator berdasarkan dimensi-dimensinya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan secara langsung terhadap aktivitas anak untuk diambil data sebagai bahan analisis yang akan dilakukan oleh peneliti secara objektif untuk melihat peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 melalui permainan tradisional “kaulinan barudak” di TK Negeri Pembina dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya.
Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah pedoman observasi terstruktur. Pandagan peneliti yang berlandas pada Sugiyono (2012) bahwa dengan menggunakan instrumen tersebut dapat memberikan kontribusi dan membantu peneliti untuk melihat peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina dan TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya.
Sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, peneliti meminta jugment dari beberapa ahli sebagai validator instrumen yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Setelah itu, peneliti melakukan uji coba instrumen tersebut terlebih dahulu di kelas lain yang dipandang sama dengan kelas yang akan dijadikan objek penelitian. Uji coba instrumen ini dilakukan untuk melihat dan memastikan bahwa instrumen ini valid dan reliabel. Sehingga instrumen tersebut dapat dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Instrumen observasi terstruktur dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan menggunakan pilihan alternatif penilaian (3) Sering Muncul, (2) Kurang Muncul, dan (1) Belum Muncul.
Instrumen observasi yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini direncanakan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.2
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Definisi
Operasional Dimensi Indikator
1. Kemampuan diri sendiri dan orang lain Kemampuan mengatur
emosi sesuai dengan situasi dan kondisi diri
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mampu bersikap peka rasa cinta dan kasih sayang kepada temannya
Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi terstruktur yang akan dijadikan sebagai alat untuk melihat peningkatan kecerdasan emosional anak. Peneliti mengembangkan setiap indikator menjadi item-item observasi berupa perilaku-perilaku emosi anak. setelah itu, peneliti melakukan uji coba instrumen untuk dilakukan analisis terkait validitas, dan reliabilitas setiap butir pernyataan / butir observasi tersebut. Jumlah item pernyataan yang terdapat dalam pedoman observasi terstruktur penelitian ini adalah 63 item. Jika dalam hasil uji coba masih terdapat item-item yang tidak valid atau tidak reliabel maka peneliti akan membuang item tersebut atau menggantinya dengan item yang baru.
1. Validitas Instrumen
Proses validasi terhadap instrumen penelitian ini dilakukan 2 tahapan. Tahapan tersebut antara lain:
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tradisional “kaulinan barudak”, dan (3) Ahli bidang pendidikan anak usia dini.
b. Proses validasi dilakukan pengukuran dengan menguji coba instrumen di lapangan. Untuk mengukur validitas butir-butir pernyataan observasi merujuk kepada Akdon (2008, hlm 57) dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑y = Jumlah Skor Total (Seluruh Item) n = Jumlah Responden
Adapun untuk melihat apakah koefisien validasi setiap item observasi dinyatakan valid atau tidak terhadap tujuan yang akan diukur merujuk kepada Arikunto (2008, hlm 75) dapat dilakukan dengan membandingkan antara Rxy dengan R tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Berikut hasil uji validitas instrumen yang telah di olah menggunakan aplikasi Ms. Excel 2007 for Windows.
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 0,51 Valid Sedang
3 0,53 Valid Sedang
4 0,44 Valid Sedang
5 0,52 Valid Sedang
6 0,45 Valid Sedang
7 0,41 Valid Sedang
8 0,39 Valid Rendah
9 0,42 Valid Sedang
10 0,39 Valid Rendah
11 0,49 Valid Sedang
12 0,47 Valid Sedang
13 0,45 Valid Sedang
14 0,54 Valid Sedang
15 0,48 Valid Sedang
16 0,47 Valid Sedang
17 0,49 Valid Sedang
18 0,28 Valid Rendah
19 0,43 Valid Sedang
20 0,27 Valid Rendah
21 0,43 Valid Sedang
22 0,401 Valid Sedang
23 0,51 Valid Sedang
24 0,51 Valid Sedang
25 0,497 Valid Sedang
26 0,53 Valid Sedang
27 0,57 Valid Sedang
28 0,48 Valid Sedang
29 0,49 Valid Sedang
30 0,53 Valid Sedang
31 0,53 Valid Sedang
32 0,45 Valid Sedang
33 0,51 Valid Sedang
34 0,39 Valid Rendah
35 0,29 Valid Rendah
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37 0,53 Valid Sedang
38 0,53 Valid Sedang
39 0,64 Valid Tinggi
40 0,54 Valid Sedang
41 0,559 Valid Sedang
42 0,51 Valid Sedang
43 0,64 Valid Tinggi
44 0,303 Valid Rendah
45 0,26 Valid Rendah
46 0,61 Valid Tinggi
47 0,25 Valid Rendah
48 0,55 Valid Sedang
49 0,49 Valid Sedang
50 0,42 Valid Sedang
51 0,37 Valid Rendah
52 0,37 Valid Rendah
53 0,47 Valid Sedang
54 0,59 Valid Sedang
55 0,48 Valid Sedang
56 0,59 Valid Sedang
57 0,53 Valid Sedang
58 0,63 Valid Tinggi
59 0,403 Valid Sedang
60 0,68 Valid Tinggi
61 0,83 Valid Sangat Tinggi
62 0,44 Valid Sedang
63 0,65 Valid Tinggi
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dinyatakan valid, maka dalam penelitian ini peneliti memakai semua item observasi untuk digunakan sebagai alat pengambilan data.
2. Reliabilitas instrumen
Untuk mengukur reliabilitas butir-butir pernyataan observasi merujuk kepada Suherman (1993, hlm 156) dapat digunakan rumus alpha cornbach, sebagai
Tolok ukur untuk mempersatukan derajat reliabilitas butir pernyataan observasi merujuk kepada Suherman (1993, hlm 156) adalah sebagai
Berikut hasil uji reliabilitas instrumen menggunakan aplikasi IBM SPSS 20. Tabel 3.6
Berdasarkan hasil uji statistik reliabilitas instrumen menyatakan bahwa rata-rata reliabilitas dari 63 item pernyataan observasi adalah α = 0,935 artiya
Keterangan:
α = Koefisien Keandalan alat Ukur r = Koefisien rata-rata Korelasi antar
Item
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel dengan indeks derajat reliabilitas sangat tinggi.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
H. Teknik Pengmpulan dan Analisis Data 1. Teknik pengumpulan data
Berhubung penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen quasi, sehingga teknik pengumpulan data dalam penelitian ini pun dilakukan ketika sebelum, proses, dan sesudah dilakukan kegiatan eksperimen. Karena data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa kemampuan awal anak, keterampilan proses anak, dan kemampuan anak setelah belajar seraya bermain melalui permainan tradisional yang dilaksanakan selama 5 minggu berturut-turut dengan frekuansi kegiatan eksperimen 3 kali dalam satu
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
minggu. Sehingga, dalam penelitian ini peneliti mengambil data kurang lebih 14 kali termasuk pretest dan posttest.Adapun alat yang digunakan untuk pengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain:
a. Pedoman observasi terstruktur
Pedoman observasi terstruktur merupakan sebuah alat pengumpulan data yang di rancang oleh peneliti dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data-data yang diambil melalui pedoman observasi terstruktur dalam penelitian ini berupa perilaku emosional anak sebelum diterapkan permainan tradisional “kaulinan
barudak”, dan setelah diterapkan permainan tradisional “kaulinan barudak” di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya sebagai kelas eksperimen dan di TK Nurul
„Ilmi Kota Tasikmalaya sebagai kelas kontrol. b. Catatan lapangan
Untuk memperlengkap dan memperjelas data penelitian, peneliti mengambil data berupa keterampilan proses anak ketika malakukan kegiatan dengan catatan lapang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui catatan lapangan didasarkan pada Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini terkait standar penilaian perkembangan hasil belajar anak usia dini yang dianjurkan untuk menggunakan standar penilaian proses terhadap potensi-potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti ini, peneliti akan mendapatkan data secara autentik. Selain itu, catatan lapangan yang di lakukan oleh peneliti juga sebagai bahan deskriptif dan penyempurna untuk memperkuat argumen data penelitian. Dalam catatan lapangan ini peneliti mengambil data berdasarkan realita berupa fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses belajar seraya bermain anak di lokasi penelitian.
c. Dokumentasi
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
permainan dalam kegiatan pembelajaran, foto-foto kegiatan anak bermain, dan data lain yang dipandang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data melalui dokumentasi ini dilakukan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bukti nyata dilakukannya penelitian dan sebagai bahan untuk mengabsahkan data-data lain dalam penelitian ini.
2. Teknik analisis data
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka analisis data pun dilakukan terhadap data-data yang didapat berdasarkan instrumen observasi terstruktur, catatan lapangan, dan dokumentasi. Maka dari itu analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara bertahap supaya penelitian ini dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan.
Berhubung data yang diambil dalam penelitian ini berupa perilaku kecerdasan emosional anak berdasarkan pedoman observasi terstruktur, catatan lapangan, dan dokumentasi, maka peneliti akan melakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan yang berdasar pada Syaodih dan Agustin (2013: hlm 43-48) berikut ini:
a. Tahap penyeleksian data
Tahapan penyeleksian data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai bahan pemetaan data-data yang akan diolah dan dianalisis. Peneliti melihat kelangkapan data penelitian sebelum dilakukan pengolahan. Karena jika tahapan ini tidak dilakukan oleh peneliti, maka dikhawatirkan terdapat kekurangan data dan menyebabkan terjadi kekeliruan dalam pengolahan data. Sehingga dalam tahapan penyeleksian data ini peneliti harus benar-benar teliti terhadap kelengkapan data penelitian.
b. Memberikan skor sesuai dengan sistem penskoran yang digunakan
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merujuk pada Sugiyono (2012) menggunakan skala Likert dengan pola 3 skor opsi alternatif pilihan jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.7
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Pernyataan/ Butir Item
Skor Opsi Alternative Respon (Likert) Sering Muncul
(SM)
Kurang Muncul (KM)
Tidak Muncul (BM)
1-63 3 2 1
Adapun kriteria dari skala tersebut dinyatakan sering muncul (3) jika anak memunculkan perilaku-perilaku kecerdasan emosional minimalnya 3 kali ketika malakukan kegiatan dalam jangka waktu satu hari di sekolah; dinyatakan kurang muncul (2) jika anak memunculkan perilaku-perilaku kecerdasan emosional 1-2 kali ketika melakukan kegiatan dalam jangka waktu satu hari di sekolah, dan; dinyatakan belum muncul (1) jika anak tidak sama sekali memunculkan perilaku-perilaku kecerdasan emosional dalam jangka waktu satu hari kegiatan di sekolah. Tabel tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jumlah anak dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini. Oleh karena itu peneliti menyiapkan tabel observasi terstruktur yang harus diisi oleh guru sesuai dengan jumlah anak yang ada pada masing-masing kelas dalam penelitian ini.
c. Penentuan konversi skor
Pada tahapan ini peneliti melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data yang telah didapat berdasarkan instrumen observasi yang digunakan. Untuk mengukur kemampuan perilaku emosional anak dalam tahapan ini didasarkan pada kategori pengukuran yang telah ditetapkan dalam sistem penskoran yaitu, Sering Muncul (SM)=3, Kurang Muncul (KM)=2, dan Belum Muncul (BM)=1.
Indikator skor kemunculan tersebut dilihat dari frekuensi kemunculan perilaku anak sesuai dengan setiap item observasi terstruktur yang telah disediakan. Indikator skor kemunculan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indikator Skor Kemunculan
Frekuensi Kemunculan Skor
≥ 3 kali 3
1-2 kali 2
0 1
Oleh karena itu untuk melakukan analisis terhadap data-data tersebut peneliti memerlukan software berupa aplikasi komputer. Aplikasi tersebut adalah Microsoft Excel 2003/2007 for Windows dan IBM SPSS 20.
d. Menentukan perkembangan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun berdasarkan data yang telah dikonversikan.
Langkah-langkah pada proses ini adalah sebagai berikut:
1) Data yang telah dikonversikan kemudian diolah ke dalam data statistik menjadi bentuk mean, median, modus, nilai minimum, nilai maksimum, dan sum dengan rumus-rumus sebagai berikut:
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) Nilai minimum merupakan nilai terkecil dari semua datum e) Nilai maksimum merupakan nilai terbesar dari semua datum f) Jumlah merupakan total atau ∑ dari semua datum
2) Uji Normalitas, tahapan ini dilakukan untuk melihat distribusi data yang didapat dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas ini akan menunjukan apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini akan dilakukan melalui uji kolmogrov smirnov, yaitu membandingkan sig. dengan α (0,05). Jika sig > α (0,05), maka data dinyatakan berdistribusi normal. Namun jika sig < α (0,05), maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
3) Uji Homogenitas, dilakukan untuk melihat persamaan data beripa skor kecerdasan emosional antara anak usia 5-6 tahun di kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji homogenitas ini dilakuka dengan cara test of homogenity of variance. Data antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dinyatakan homogen jika nilai sig. > α (0,05), namun jika nilai sig. < α (0,05) maka data antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dinyatakan tidak homogen. 4) Pengujian N-Gain dilakukan untuk melihat peningkatan kecerdasan
emosional anak usia 5-6 tahun antara sebelum dan sesudah diterapkan
permainan tradisional “kaulinan barudak”. Pengujian ini dilakukan
menggunakan aplikasi Ms. Windows Excel 2007 dengan rumus g faktor (N-Gain) sebagai berikut:
etest SkorIdeal
etest Posttest
g
Pr Pr
Adapun klasifikasi indeks gain yang menjadi ukuran hasil uji tersebut antara lain:
Tabel 3.9
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai Klasifikasi
g > 0,7 Tinggi
0,7 > g > 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
5) Pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun melalui permainan tradisional “kaulinan
barudak”.
a) Jika data berdistribusi normal maka peneliti melakukan pengolahan data dengan statistik parametrik. Statistik parametrik yang dilakukan yakni menggunakan uji t 2 sampel Independen. Untuk melakukan uji t 2 sampel Independent, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:
2
x rata-rata skor anak kelompok eksperimen
2
x rata-rata skor kelompok kontrol
1
n banyaknya jumlah anak pada kelompok eksperimen
2
n banyaknya jumlah anak pada kelompok kontrol
2 1
S nilai variansi data dari masing-masing kelompok
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
n jumlah data pada kelompok eksperimen
2
n jumlah data pada kelompok kontrol
1
R jumlah ranking data pada kelompok eksperimen e. Menyusun laporan penelitian
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Bab ini memaparkan simpulan, implikasi, dan rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Simpulan merupakan garis besar hasil dari penelitian ini yang berlandas pada pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah; Implikasi merupakan keterlibatan objek untuk menjadikan hasil penelitian ini lebih terasa bermanfaat; dan, Rekomendasi merupakan masukan khusus dari peneliti yang diajukan kepada setiap komponen yang memiliki tujuan mengembangkan kualitas pendidikan anak usia dini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di TK Negeri Pembina
Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya terkait peningkatan
kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun, maka peneliti dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota
Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya pada tahun ajaran 2014-2015 sebelum diberi perlakuan permainan tradisional “kaulinan barudak”, hasil penelitian menyatakan terdapat sedikit selisih dari nilai rata-rata. Selisih tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata awal anak di kelas kontrol lebih unggul dari pada nilai rata-rata kelas eksperimen. Hasil penelitian tersebut memiliki arti bahwa kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya belum optimal dan membutuhkan tindakan secara khusus.
2. Program kegiatan pembelajaran di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dengan melakukan penerapan permainan tradisional “kaulinan barudak” untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun pada tahun ajaran 2014-2015 sudah terlihat rapih dan sistematis, mulai dari persiapan, melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal anak,
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengkondisian yang dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran, pelaksanaan kegiatan inti, pengkondisian anak ketika istirahat, proses kegiatan menutup pembelajaran, hingga refleksi dan penilaian.
3. Profil kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya dan TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya pada tahun ajaran 2014-2015 setelah diberi perlakuan permainan tradisional “kaulinan barudak”, hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat selisih dari nilai rata-rata. Selisih tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata anak di kelas eksperimen lebih unggul dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut memberikan arti bahwa kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya terjadi peningkatan lebih tinggi.
4. Peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di kelas eksperimen TK Negeri Pembina Kota Tasikmalaya yang menggunakan permainan
tradisional “kaulinan barudak” dengan peningkatan kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun di kelas kontrol TK Nurul „Ilmi Kota Tasikmalaya yang menggunakan permainan konvensional dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian tersebut memberikan arti bahwa permainan
tradisional “kaulinan barusak” dapat meningkatkan kecerdasan emosional
anak usia dini dengan taraf kepercayaan 95%.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini secara umum dapat memberikan informasi positif terkait teknis maupun jalan keluar dari persoalan penanaman kecerdasan emosional anak yang cenderung dialami oleh para pemerhati pendidikan anak usia dini.
Selain itu, secara khusus penelitian ini pun dapat memberikan implikasi bagi: 1. Masyarakat dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan refleksi
kesadaran bahwa betapa pentingnya penanaman kecerdasan emosional anak sejak usia dini sekaligus menyambungkan mata rantai permainan tradisional
Gilar Gandana, 2015
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL “KAULINAN BARUDAK”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pemerintah sebagai pengelola pendidikan anak usia dini dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai media informasi maupun referensi untuk mengembangkan fasilitas pengembangan kecerdasan emosional dalam pendidikan anak usia dini untuk menuju hakikat pendidikan sesungguhnya. 3. Sekolah khususnya pada ranah PAUD dan pendidikan dasar dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pengelolaan pendidikan di lapangan untuk mencapai visi dan misi anak sehat, cerdas dan ceria secara lahir maupun batin.
4. Guru pendidikan anak usia dini khususnya guru kelas anak usia 5-6 tahun, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar ataupun referensi untuk dijadikan panduan secara langsung dalam proses penanaman dan meningkatkan kecerdasan emosional anak di sekolah melalui permainan tradisional
“kaulinan barudak”.
5. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi secara khusus dalam konteks kecerdasan emosional anak usia 5-6 tahun
maupun dalam konteks permainan tradisional “kaulinan barudak”.
C. Rekomendasi
Adapun rekomendasi peneliti dari hasil penelitian ini ditujukan bagi:
1. Masyarakat agar memulai untuk membuka mata, sadar akan pentingnya penanaman kecerdasan emosional anak sejak usia dini sekaligus
menyambung mata rantai permainan tradisional “kaulinan barudak” sebagai
media bermain yang menyenangkan.
2. Pemerintah pemerhati pendidikan anak usia dini agar mulai memperkuat orientasi sistem pendidikan yang berbasis kecerdasan emosional sekalugus mengangkat kembali permainan tradisional “kaulinan barudak” ke permukaan pendidikan saat ini khususnya PAUD.