KELAS VI SD NEGERI 4 DAWUAN KECAMATAN TENGAHTANI KABUPATEN CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat Mendapatkan gelar Sarjana S.1 Pendidikan
Oleh
KARDINA
0905151
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PROGRAM STUDI S-1 PENJAS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KELAS VI SD NEGERI 4 DAWUAN KECAMATAN TENGAHTANI KABUPATEN CIREBON
Oleh
KARDINA
0905151
Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing
Pembimbing I
Dr. TATANG MUHTAR, M.Si
NIP. 19590603 198603 1 005
Pembimbing II
INDRA SAFARI, M.Pd
NIP. 19770902 200801 1 016
Mengetahui
Ketua Program PGSD S-1 Penjas UPI Kampus Sumedang
Dr. H. AYI SUHERMAN, M.Pd
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "MENINGKATKAN
KETERAMPILAN DASAR MEMBERI DAN MENERIMA TONGKAT ESTAFET MELALUI MODIFIKASI JARAK PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 4 DAWUAN KECAMATAN TENGAHTANI KABUPATEN CIREBON" ini sepenuhnya karya saya sendiri tidak ada bagian di dalamnya
yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Sumedang, Juni 2011
Yang Membuat Pernyataan
KARDINA
i
2. Pembelajaran pendidikan jasmani ... 19
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 24
4. Lari Sambung (Relays) ... 25
C. Instrumen Penelitian... 42
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 44
E. Validasi Data ... 48
ii
1. Deskripsi Data Awal ... 54
2. Deskripsi Data Siklus I ... 57
3. Deskripsi Data Siklus II ... 76
4. Deskripsi Data Siklus II ... 92
B. Pembahasan ... 107
1. Perencanaan Pembelajaran ... 107
2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 107
3. Hasil Evaluasi Aktivitas Siswa ... 108
4. Hasil Evaluasi Pembelajaran Teknik Dasar Memberi dan Menerima Tongkat Estafet ... 108
BAB V PENUTUP ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 114
DAFTAR LAMPIRAN ... 116
iii
Tabel 1.1 Daftar Nilai Tes Awal Memberi dan Menerima Tongkat
Estafet Kelas VI (enam) ... 5
Tabel 1.2 Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas VI (Enam) ... 6
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 38
Tabel 3.2 Klasifikasi interpretasi ... 45
Tabel 3.3. Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas VI (Enam) ... 46
Tabel 4.1 Data Awal Lari Estafet Kelas VI (Enam) ... 55
Tabel 4.2 Hasil Observasi Perencanaan Siklus I ... 56
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 65
Tabel 4.4 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 ... 68
Tabel 4.5 Hasil tes Siswa Pada Proses Pelaksanaan Ketrampilan Dasar Memberi dan Menerima Tongkat Estafet Siklus I ... 70
Tabel 4.6 Hasil Observasi Perencanaan Siklus II ... 78
Tabel 4.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 83
Tabel 4.8 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 86
Tabel 4.9 Hasil tes Siswa Pada Proses Pelaksanaan Ketrampilan Dasar Memberi dan Menerima Tongkat Estafet Siklus I ... 88
Tabel 4.10 Hasil Observasi Perencanaan Siklus III ... 94
Tabel 4.11 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 98
Tabel 4.12 Data Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 100
iv
Gambar 2.1 Teknik Pemberian Tongkat Dari Bawah ... 27
Gambar 2.2 Teknik Pemberian Tongkat Dan Atas ... 27
Gambar 2.3 Penerimaan Tongkat Dengan Cara Melihat (Visual) ... 29
Gambar 2.4 Penerimam Tongkat Dengan Cara Tidak Melihat (Non Visual) .. 29
Gambar 2.5 Teknik Pemberian dan Penerimaan tongkat dari bawah ... 32
Gambar 2.6 Pemberian dan Penerimaan Tongkat dari Atas ... 34
Gambar 3.1 Denah Lokasi SDN 4 Dawuan ... 37
Gambar 3.2 Model Spiral dan Kemmis dan Taggart ... 41
Gambar 4.1 Latihan ketrampilan dasar memberi dan menerima tongkat ... 63
v
Diagram 4.1 Persentasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Data Awal ... 56
Diagram 4.2 Nilai Rata-rata Kinerja Guru dalam Perencanaan siklus I ... 61
Diagram 4.3. Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 68
Diagram 4. 4 Aktivitas Siswa Pada Proses Pelaksanaan Kemampuan Gerak Dasar Loncat Tinggi Gaya Guling Perut Siklus I ... 69
Diagram 4. 5 Persentasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 73
Diagram 4.6 Nilai Rata-rata Indikator Kinerja Guru dalam Perencanaan siklus II ... 80
Diagram 4.7. Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 86
Diagram 4. 8 Aktivitas Siswa Pada Proses Pelaksanaan Kemampuan Gerak Dasar Loncat Tinggi Gaya Guling Perut Siklus II ... 88
Diagram 4. 9 Persentasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 92
Diagram 4.10 Nilai Rata-rata Indikator Kinerja Guru dalam Perencanaan siklus III ... 96
Diagram 4.11 Kinerja Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 100
Diagram 4. 12 Aktivitas Siswa Pada Proses Pelaksanaan Pembelajaran Gerak Dasar Loncat Tinggi Gaya Guling Perut Siklus III ... 102
Diagram 4. 13 Persentasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ... 106
Diagram 4.14 Persentasi Perencanaan Pembelajaran Per Siklus ... 109
Diagram 4.15 Persentasi Pelaksanaan Pembelajaran Per Siklus ... 111
Diagram 4. 16 Gambaran aktivitas siswa siklus I, II dan III... 111
Diagram 4.17 Perolehan rata-rata siklus I, II dan III ... 112
Persentasi Perencanaan Pembelajaran Per Siklus ... 106
Diagram 4.2 Persentasi Pelaksanaan Pembelajaran Per Siklus ... 107
Diagram 4.3 Persentasi Aktivitas Siswa Per Siklus ... 108
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini olahraga mendapat perhatian yang cukup baik untuk
meningkatkan kualitas manusia dalam kesegaran jasmani maupun mencapai
prestasi, maka perlu dimulai pendidikan olahraga itu sejak dini. Di tingkat
Sekolah Dasar, pendidikan olahraga diperoleh dalam mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani menurut
Bucher adalah : “Bagian yang integral dari seluruh proses pendidikan yang
bertujuan untuk perkembangan fisik, mental dan sosial melalui aktifitas
jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya.” (Johana. 1990 : 30)
Fungsi pendidikan jasmani yang mengutamakan aktivitas-aktivitas
jasmani berperan dalam pembinaan dan pengembangan individu dalam
menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta
emosional yang serasi, selaras dan seimbang.
Tujuan pendidikan jasmani yang termuat dalam GBPP yang tertuang
pada KBK adalah membuat siswa untuk peningkatan kesegaran jasmani
melalui pengenalan dan penanaman sikap positif kemampuan gerak dasar,
dan berbagai aktivitas jasmani.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan jasmani tersebut salah
dan berpotensi untuk dikembangkan prestasinya, baik di tingkat daerah,
nasional dan internasional.
Pendidikan jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat
menyeluruh (kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral) yang
merupakan tujuan pendidikan pada umumnya atau secara spesifik melalui
pembelajaran pendidikan jasmani, siswa melakukan kegiatan berupa
permainan (game) dan berolahraga disesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Meskipun demikian unsur prestasi dan kompetisi juga
terdapat di dalarnnya dan dimanfaatkan sebagai alat pendidikan.
Secara hakekat pelajaran pendidikan jasmani marupakan
pengembangan kesegaran jasmani yang berkaitan dengan unsur keterampilan
motorik dan kesehatan (komponen kebugaran jasmani) Kurikulum yang
berlaku saat ini adalah kurikulum tahun 2004 yang harus dijadikan perhatian
dan dijalankan serta dipertimbangkan secara khusus, karena di dalamnya
mengandung aspek organik, aspek sosial dan aspek emosional.
Pendidikan di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) mempunyai
tujuan, yakni siswa sekolah dasar memiliki bekal dasar dalam pendidikan,
yakni lulusan siswa sekolah dasar memiliki bekal dasar membaca, menulis
dan berhitung. SD juga merupakan tahap pendidikan dasar yang kemudian
melanjutkan ke tahap pendidikan selanjutnya, ini merupakan tujuan
Selain itu, Pendidikan yang diutamakan selain pembelajaran konkret
yang biasa diajarkan dalam kelas adalah pendidikan kesehatan dan jasmani.
Pendidikan jasmani dan kesehatan berguna bagi siswa guna memiliki bekal
yang satu sama lainnya membantu siswa mengembangkan bakatnya dalam
menggerakkan tubuhnya dengan baik. Berdasarkan definisi, Pendidikan
Jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi. Dalam hal ini, pendidikan jasmani penting
bagi siswa guna melatih kemampuannya agar dapat mengembangkan potensi
yang ada pada tubuhnya. Sehingga pendidikan di sekolah khususnya
disekolah sekolah dasar dapat meningkatkan ranah afektif, kognitif dan
psikomotor siswa.
Atletik juga merupakan sarana untuk pendindikan jasmani dalam upaya
meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain
sebagainya, selain untuk sarana pendidikan juga sebagai sarana penelitian
bagi para ilmuwan (Yosaphat., 2000 : 1.3).
Dalam dunia olahraga atletik dikenal berbagai macam cabang atletik,
salah satu diantaranya adalah cabang lari sambung (estafet). Lari sambung
atau lari beranting atau lari estafet merupakan kegiatan jasmani berupa berlari
sambil memindahkan benda atau alat dari satu pelari kepada pelari lainnya.
Olahraga ini sangat diminati anak-anak karena kegiatan tersebut memiliki
Jika melihat kondisi dilapangan (Sekolah Dasar). Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan kesehatan sebagian besar menggunakan strategi atau
teknik pembelajaran yang kurang melibatkan siswa aktif berlatih dalam
pembelajaran, yakni hanya guru yang mempunyai pengaruh besar terhadap
proses pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran yang didapat kurang
bermakna.
Disamping itu kondisi sarana dan prasarana olah raga di sekolah dasar
masih kurang memadai. Tidak adanya lapangan atletik menyebabkan sulitnya
menerapkan berbagai cabang olahraga atletik berdasarkan peraturan yang
sebenarnya. Tanah sawah yang gembur dan becek di musim hujan
menyebabkan gerakan siswa dalam berlari mengalami kesulitan. Lapangan
yang seadanya mau tidak mau memodifikasi peraturan olahraga atletik yang
berlaku khususnya untuk lari estafet. Oleh karena itu pembelajaran lari estafet
belum dapat dilaksanakan secara maksimal.
Selain kondisi di atas, berdasarkan pengamatan pada terhadap
pembelajaran pendidikan Jasmani dan Kesehatan dikelas VI SDN 4 Dawuan
Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon dengan materi lari estafet,
Tabel 1.1
Daftar Nilai Tes Awal Memberi dan Menerima Tongkat Lari Estafet Kelas VI (enam)
a. Nilai setiap indikator adalah 12
b. Nilai ideal adalah 12 x 2 indikator = 24
masih ada yang belum lulus/tuntas pada mata pelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan khususnya pada materi lari esfatef. Adapun nilai KKM yakni
66 atau 6,6.
Berdasarkan nilai KKM yang tertera pada SDN 4 Dawuan adalah
Tabel 1.2
1. Mempraktikkan berbagai gerak
dasar permainan dan olahraga
dengan peraturan yang
dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
1.2 Memprktikkan
pengembangan koordinasi
beberapa nomor teknik dasar atletik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan
siswa adalah sebesar 66 untuk memperoleh nilai tuntas dalam pembelajaran
dengan sub pokok materi lari estafet.
Yang menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran lari estafet adalah;
pertama, gerakan-gerakan dasar memberi dan menerima dengan alat berupa
tongkat; kedua, gerakan memberi dan menerima dengan tangan kanan
Berdasarkan pendapat dan asumsi tersebut, maka penulis merasa
tertarik untuk meneliti bagaimana Meningkatkan Keterampilan Dasar
Memberi dan Menerima Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada
Siswa Kelas VI SD Negeri 4 Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten
Cirebon.
B. Rumusan Masalah
Agar tercapainya tujuan yang diinginkan, berdasarkan pembatasan masalah
di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan penerapan pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan
Menerima Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI
SDN 4 Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon?
2. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan
Menerima Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI
SDN 4 Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon?
3. Bagaimanakah hasil evaluasi penerapan pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan
Menerima Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI
C. Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang muncul, maka penulis mengajukan
pemecahan masalah sebagai berikut :
Pada tahap awal siswa diberi informasi atau penjelasan tentang cara
start, awalan, memberi dan menerima tongkat yang benar serta melewati garis
finish. Siswa melakukan dengan cara non visual. Siswa diberi penjelasan
tentang posisi tangan, badan dan kaki pada saat memberikan tongkat, begitu
pula sebaliknya siswa diberi penjelasan tentang posisi tangan, badan, dan kaki
pada saat menerima tongkat. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk
mempraktikan lari estafet dengan tongkat standar untuk mengetahui
kemampuan awal secara umum. Pada tahap selanjutnya seluruh siswa dibagi
menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari kurang lebih 4 orang. Setiap
kelompok akan melakukan lari estafet sepanjang 320 atau 4 x 80 m dengan
modifikasi jarak lintasan pada setiap siklusnya. Pada siklus I jarak lintasan
untuk menerima tongkat sepanjang 20 m, kemudian pada siklus II jarak
menerima jarak menerima dikurangi menjadi 15 meter, dan terakhir untuk
siklus III, jarak menerima tongkat estafet di kurangi lagi menjadi hanya 10
meter.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menentukan tujuan
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan Menerima
Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI SDN 4
Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan Menerima
Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI SDN 4
Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon.
3. Untuk mengetahui evaluasi penerapan pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan dalam meningkatkan ketrampilan dasar Memberi dan
Menerima Tongkat Estafet Melalui Modifikasi Jarak pada Siswa Kelas VI
SDN 4 Dawuan Kecamatan Tengahtani Kabupaten Cirebon.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa.
a. Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam belajar pendidikan
jasmani dan kesehatan, khususnya pada materi teknik dasar memberi
dan menerima tongkat dalam lari estafet.
b. Dapat memahami konsep atau teknik dari materi teknik dasar memberi
dan menerima tongkat dalam lari estafet.
c. Dapat menumbuhkan minat dan keterampilan siswa dalam
2. Manfaat bagi guru.
a. Dapat meningkatkan professionalisme guru dalam melakukan proses
pembelajaran di kelas.
b. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman guru tentang
penggunaan media pembelajaran, dan teknik dalam permainan
olahraga.
3. Manfaat bagi sekolah.
a. Untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan khususnya materi teknik dasar memberi dan menerima
tongkat dalam lari estafet.
b. Untuk meningkatkan kualitas dan fungsi Sekolah Dasar dari mutu
pembelajaran.
4. Manfaat bagi UPI
Hasil yang didapatkan dari penelitiian ini diharapkan menjadi referensi
serta sebagai bahan perbandingan dalam penelitian-penelitian selanjutnya
yang mengambil tema Atletik khususnya lari estafet atau lari sambung
atau relay
5. Manfaat bagi penulis.
a. Untuk dapat. memahami penelitian tindakan kelas sebagai upaya
pengembangan profesionalisme atau kemampuan penulis.
b. Untuk meningkatkan pengalaman dan pemahaman penulis, ketika di
F. Batasan Istilah
Keterampilan dasar adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak
yang mendasari gerakan berolahraga. (Sukintaka, 1992 : 16)
Olahraga secara luas dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha
untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina
kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Gafur, (1983:
8-9)
Lari estafet merupakan kegiatan jasmani berupa berlari sambil memindahkan
benda atau alat dari satu pelari kepada pelari lainnya. Lari sambung atau lari
beranting atau lari estafet ini sangat diminati anak-anak karena kegiatan
tersebut memiliki unsur permainan dan perlombaan. (http://id.wikipedia.org/
wiki/Estafet)
Memberi dan menerima tongkat dalam lari estafet menggunakan tongkat
dengan jarak lintasan yang dimodifikasi dan disesuaikan kebutuhan
pembelajaran. Dengan fokus perhatian pada gerakan-gerakan dasar memberi
dan menerima dengan tangan kanan maupun kiri dengan cara non visual.
Pendidikan jasmani untuk awal masa anak-anak dan SD dapat
diidentifikasikan sebagai belajar untuk bergerak, bergerak untuk belajar dan
37
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada SDN 4 Dawuan yang
beralamat di Jalan Pahlawan Blok Truwag Desa Dawuan Kecamatan
Tengahtani Kabupaten Cirebon.. Adapun alasan pemilihan lokasi
penelitian ditetapkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. SDN 4 Dawuan merupakan tempat peneliti bertugas, sehingga hal ini
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan
b. Karakteristik SDN 4 Dawuan merupakan SDN yang masuk kategori
SDN terpencil, sehingga karakteristik Sekolah Dasar dan kebiasaan
siswa masih perlu peningkatan dalam pembelajaran.
Gambar 3.1 Denah SD Negeri 4 Dawuan
Tanah Kosong
Ke Jakarta Ke Kota Cirebon
Lahan persawahan Lahan
c. Masih adanya sejumlah masalah yang dihadapi dalam proses KBM
khususnya dalam pembelajaran atletik dengan materi lari estafet. Hal
ini menimbulkan minat peneliti untuk mencari solusi terbaik demi
meningkatkan kemampuan siswa dalam lari estafet.
2. Subjek Penelitian
Subjek utama dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI
SDN 4 Dawuan tahun ajaran 2010-2011 yang berjumlah 19 siswa,
dengan 8 siswi dan 11 siswa.. pemilihan kelas VI sebagai subjek
penelitian didasarkan atas Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006 yang menerangkan materi tentang lari estafet dan juga atas
pertimbangan bahwa pada kelas VI dalam pembelajaran teknik dasar
memberi dan menerima masih banyak diitemui kesulitan.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diperkirakan dalam
waktu 4 bulan, kegiatan ini dimulai dari bulan Februari dan diakhiri
sampai bulan Mei Tahun Pelajaran 2010/2011
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No Deskripsi
4 Penyusunan dan revisi laporan
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Peneltian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (action research) dengan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adaah
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang telah
direncankaan oleh peneliti. Dengan penelitian kualitatif ini peneliti
mendeskripsikan hasil temuannya dalam penelitian tindakan kelas pada
pembelajaran konsep pecahan yang merupakan salah satu usaha guru
untuk memperbaiki kualitas dan meningkatkan pendidikan yang secara
langsung melibatkan masalah yang ada dalam kelas. Menurut Kemis
(1983) (Dalam Wiraatmadja, 2005:12).
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif
yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu
(termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari
a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka
mengenai praktek-praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang
memungkinkan terlaksananya kegiatan ini.
Melalui PTK para guru dan pendidik langsung mempraktekkan
teori-teori yang dibangunnya sendiri untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, sedangkan menurut Wardhani dkk (2007: 1,4) : Penelitian
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja guru sehingga hasil belajar siswa meningkat”.
Menurut kedua pendapat ahli diatas peneliti bermaksud
meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep pecahan dengan
merancang suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam PTK ini
diharapkan dapat memperbaiki kinerja guru dan aktivitas siswa serta
meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga pengetahuan yang diperoleh
siswa merupakan pengetahuan yang utuh. Manfaat dilakukannya PTK
diharapkan dapat dirasakan oleh guru, peneliti, lembaga dan siswa dimana
penelitian itu dilakukan, karena tujuan dari PTK adalah melakukan
perbaikan dalam berbagai aspek yang ada dikelas.
2. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang
memfokuskan penelitian pada kegiatan dalam kelas. Guru melakukan
penelitian sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan melalui
tindakan kelas yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi untuk
memperoleh umpan balik. Adapun karakteristik PTK menurut Wardani
dkk (2007.-1,5) adalah :
a. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh kesadaran guru terhadap
adanya masalah di kelas yang harus diselesaikan.
c. Fokus penelitian adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru
dan siswa dalam melakukan interaksi.
d. Bertujuan memperbaiki pembelajaran.
Dari karakteristik tersebut terlihat bahwa PTK merupakan
penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran ini guru dapat melakukannya secara
berulang-ulang sampai berhasil atau dalam PTK dikenal dengan istilah siklus.
Adapun model siklus yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
model Kemmis dan MC. Taggart. Model Kemmis dan Taggart (1988)
dalam Wiraatmadja, 2045: 66)
Gambar 3.2 Model Spiral dan Kemmis da Taggart (Wiraatmadja, 2006 : 66)
REFLECT
ACTION OBSERVE
PLAN
REFLECT
ACTION OBSERVE
“Tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan terdiri dari tahap
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi”. a) Perencanaan yang
dibuat oleh guru berdasar masalah yang ada dalam kelas, b) Tindakan
yaitu apa yang akan, dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual, c) Observasi yaitu mengamati proses,
belajar siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. d) Refleksi yaitu
tahap pengkajian hasil dari observasi, mempertimbangkan dan dampak
dari penggunaan pendekatan kontekstual.
Dalam merencanakan observasi, dan refleksi guru dapat meminta
bantuan orang lain yang berkompetensi dalam PTK dan kontekstual karena
"Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani, dkk, 2007 : 14)
C. Instrumen Penelitian 1. Tes
Margono (Nurul Zuriah, 2005:184) tes adalah seperangkat rangsangan atau
stimulus yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor
angka. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami dan mempraktekkan cara teknik memberi dan menerima
2. Pedoman Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2005: 72) wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Yang diwawancara oleh peneliti adalah siswa. Pedoman wawancara ini
berisi pertanyaan-pertanyaan yang mesti dijawab oleh siswa mengenai
pembelajaran yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan indikator
pencapaian target perbaikan. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk
memperoleh data verbal atau konfirmasi dari siswa mengenai penyebab
kesulitan siswa siswa dalam mempraktekkan teknik dasar Memberi dan
menerima tongkat dalam lari estafet siswa kelas VI SDN 4 Dawuan.
Format wawancara penelitian terdapat dalam lampiran.
3. Lembar observasi
Margono (Nurul Zuriah, 2007: 173) observasi diartikan sebagai
pengamatan dan Pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap
obyek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Instrumen ini
merupakan hasil dari pemberian tanda pada kolom pedoman observasi
yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati seluruh kegiatan yang
berlangsung baik dari aktifitas siswa dan guru mulai dari awal
pembelajaran sampai pada akhir pembelajaran pendidkan jasmani dan
estafet. Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk memperoleh data
perilaku siswa dan guru sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku
siswa dalam memperbaiki pembelajaran. Format observasi siswa dan guru
terdapat dalam lampiran.
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam
penelitian yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan
pengamatan atau observasi yang didapat dari berbagai aspek dalam
pembelajaran dikelas. Hal ini dibuat untuk mengetahui keadaan dilapangan
sewaktu pelaksanaan pembelajaran. Format catatan lapangan terdapat
dalam lampiran.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen
yang meliputi observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar
yang dirangkum serta dikumpulkan. Peneliti kemudian mengelompokkan
data tersebut ke dalam dua (2) bagian, yaitu berupa data kualitatif
(observasi dan wawancara) dan data kuantitatif (tes hasil belajar).
a. Data proses (kualitatif)
Data proses (kualitatif) diperoleh dari hasil observasi terhadap
kinerja guru dan aktivitas siswa diolah dengan teknik persentase (%)
dideskripsikan. Untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi,
digunakan kategori persentase yang dikutip dari penelitian Samsul
Rizal (2009:47), adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Klasifikasi interpretasi
0 % : Pelaksanaan indikator tidak dilakukan sama sekali.
1-25% : Pelaksanaan indikator hanya sebagian kecil.
26-49% : Pelaksanaan indikator hampir setengahnya.
50% : Pelaksanaan indikator sudah setengahnya.
51-75% : Pelaksanaan indikator sudah sebagian besar.
76-99% : Pelaksanaan indikator hampir seluruhnya.
100% : Pelaksanaan indikator sepenuhnya dilaksanakan.
b. Data Kuantitatif (hasil)
Data kuantitatif diperoleh dari instrument tes hasil belajar.
Setelah data tersebut diberi nilai, kemudian dianalisis dan ditafsir
berdasarkan KKM (kriteria ketuntasan minimal) pendidikan jasmani
dan kesehatan yakni 66 dan menjabarkan siswa "tuntas atau tidak
Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Minimal
1.Mempraktikkan berbagai gerak dasar
permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan
nilai-nilai yang terkandung
serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.
Mempraktikkan teknik dasar
memberi dan menerima
Adalah tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator yang ingin dicapai oleh siswa termasuk juga tingkat kesulitan bagai guru dalam penyampaiannya.
Tingkat komplekasitas tinggi bila dalam pelaksanaannya menurut ;
a. SDM
1) Memerlukan kemampuan guru dalam memenuhi indikator.
2) Memerlukan kreatifitas dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran.
3) Kemampuan siswa dalam mengembangkan kompetensi dari indikator
yang disampaikan.
b. Waktu
1) Memerlukan waktu yang cukup lama karena perlu pengulangan
2) Seringkali waktu terbuang percuma karena banyaknya kesibukan atau
kegiatan lain
c. Perencanaan dan kecermatan
1) Menierlukan penalaran yang tinggi baik dari guru maupun siswa.
2) Memerlukan penelitian, kesabaran, dan kecermatan yanmg tinggi.
Adalah kemampuan sumber daya pendukung dapat dilihat dari keberadaan tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, biaya, pengelolaan / manajemen sekolah, peran komite sekolah, stakeholder, serta lingkungan sekolah dalam mendukung perencanaan pembelajaran.
3. Intake Siswa
Adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan pada tahun sebelumnya, diperoleh dari :
a. Hasil seleksi penerimaan siswa baru
b. Raport kelas terakhir dari tahun sebelumnya
c. Ters seleksi masuk / psikotes
d. Nilai UN / UASBN
e. Untuk kelas I unbtuk siswa dapat dipertimbangkan
1) Hasil tes awal
2) Hasil / UTS atau UAS / ulum semester I
Dengan rentang nilai pada setiap kriteria sebagai berikut :
a. Kompleksitas b. Daya Dukung
Menurut Faisal dan Moleong (Iskandar, 2005: 76-77) menyatakan
bahwa analisis dapat dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, reduksi
data merupakan analisis yang menajamkan untuk mengorganisasikan
data-data yang dapat diverifikasikan untuk dijadikan temuan
penelitian terhadap masalah yang di teliti.
Penyajian data yang telah diperoleh ke dalam sejumlah matriks atau
daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya
digunakan berbentuk teks neratif dan penyajian data dapat di analisis
oleh peneliti untuk disusun secara sistematis, sehingga data yang
diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
c. Mengambil kesimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data,
dan display data sehingga data yang didapat disimpulkan.
E. Validasi Data
Validasi data dalam penelitian ini menggunakan validasi Hopkins.
Hopkins (Iskandar, 2008: 93) mengemukakan bentuk validasi, sebagai
berikut :
1. Member check.
Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari
narasumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, siswa, teman
sejawat, pegawai administrasi dan lain sebagainya) apakah keterangan
atau informasi itu tetap sifatnya atau berubah sehingga dapat
dipatongkatan kebenaran data tersebut. Dalam penelitian ini, memberi
check dilakukan sebagai wahana untuk memeriksa data-data yang
digunakan untuk mengetahui gambaran kebenaran dari pengambilan
kesimpulan dari analisis data-data tersebut.
2. Triangulasi
Triangulasi yakni memeriksa kebenaran hipotesis, konstruks, atau
analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti.
Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan untuk memeriksa jawaban
(hipotesis) dari peneliti yang merupakan suatu kebenaran atau
tidaknya jawaban setelah dibandingkan dengan data-data yang telah
diisi oleh mitra peneliti, seperti observasi kinerja guru, aktifitas siswa
dan catatan lapangan.
3. Expert opinion
Expert opinion yakni melakukan dengan meminta nasehat kepada
pakar, seperti pembimbing penelitian, pakar atau penguji yang akan
memeriksa semua tahapan penelitian yang dilakukan dengan
memberikan arahan atau judgements terhadap masalah-masalah
penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, expert opinion
dilakukan sebagai wahana penilaian terhadap isi dari penilaian dari isi
penelitian yang dilakukan dengan tujuan, dalam pelaksanaan ada
arahan/masukan dari para pakar (pembimbing atau teman sejawat)
agar penelitian ini bersifat sempurna.
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan, seperti pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya termasuk menyiapkan
alat, media dan sumber belajar. Serta merencanakan pula langkah-langkah
dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Dalam tahap ini, penulis menetapkan seluruh rencana tindakan
yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran dengan
materi teknik dasar memberi dan menerima tongkat dalam lari estafet.
Adapun langkah-langkah perencanaannya, sebagai berikut :
a. Menetapkan teman sejawat sebagai partnership dalam penelitian
tindakan kelas.
b. Permintaan ijin ke kepala sekolah serta staf guru SDN 4 Dawuan .
c. Peneliti melakukan observasi kepada siswa ataupun dikelas VI untuk
mengetahui gambaran situasi disekolah dan mencari data.
d. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
e. Pemilihan prosedur penelitian, penetapan sample penelitian,
administrasi pembelajaran penelitian dan tindakannya, pemilihan
bahan dan sumber belajar dan alokasi waktu.
f. Perumusan langkah-langkah pembelajaran dan tindakan yang akan
dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan yang
penelitian yang ada, serta melakukan pengamatan terhadap proses tindakan
yang sedang berlangsung, mulai dari awal sampai seluruh tindakan
dilaksanakan, mencakup :
1) Tahap awal pembelajaran :
Sebelum hari pembelajaran dilaksanakan, siswa adan guru membuat.
kesepakatan mengenai apa yang akan dipelajari, yakni pembelajaran
teknik dasar memberi dan menerima tongkat dalam lari estafet.
2) Tahap pembelajaran :
a. Guru melakukan apersepsi setelah siswa sudah siap untuk belajar
dengan menanyakan kepada siswa mengenai lari estafet
khususnya teknik dasar memberi dan menerima.
Misalnya : Bagaimana cara memberi dan menerima tongkat
yang baik?
b. Siswa dan guru melakukan Tanya jawab mengenai apersepsi
yang telah dilakukan agar dapat saling berhubungan dengan
tujuan pembelajaran.
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
d. Guru menjelaskan cara memberi dan menerima tongkat yang
baik dengan menggunakan tongkat yang dimodifikasi.
e. Siswa melakukan memberi dan menerima tongkat secara
bergiliran.
f. Setelah pembelajaran dan latihan memberi dan menerima dengan
kemampuannnya dalam memberi dan menerima tongkat dalam
kecapatan secara bergiliran.
3) Tahap akhir :
Memberikan tes perbuatan lari estafet dengan jarak yang
dimodifikasi.
c. Observasi
Tahap ini terdiri dari proses pengumpulan data dan mencatat setiap
aktifitas dalam proses pembelajaran. Pada saat pelakksanaan tindakan
berlangsung, observasi ini mengamati apa saja yang dilakukan oleh siswa
yang mengacu pada lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk
penelitian, yaitu dengan mengamati seluruh aktifitas siswa yang sedang
berlangsung dalam pembelajaran teknik dasar Memberi dan menerima
tongkat Dalam lari estafet siswa kelas VI dengan menggunakan media
tongkat modifikasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah aktifitas
siswa serta suasana pembelajaran penjas sudah sesuai dengan lembar
observasi atau tindakan, sehingga data yang dari hasil observasi ini akan
dijadikan rujukan perbaikan berikutnya.
d. Refleksi
Tahap ini merupakan pengkajian hasil data yang diperoleh saat
terhadap proses dan hasil (perubahan yang telah dilakukan). Hasil dari
refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat
perencanaan tindakan dalam siklus berikutnya yang berkelanjutan sampai
pembelajaran dinyatakan berhasil. Peneliti akan melakukan refleksi
diakhir pembelajaran untuk mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan,
apakah sudah mencapai target perbaikan atau belum, sehingga dapat
menentukan langkah berikutnya pada siklus yang kedua.
Adapun refleksi dalam penelitian ini meliputi :
1) Mengecek kelengkapan data yang terjaring selama proses
pembelajaran yang terdiri dari hasil lembar pengamatan observasi
aktifitas siswa, observasi kinerja guru, wawancara dengan teman
sejawat dan siswa serta hasil peningkatan kemampuan siswa.
2) Menganalisis hasil pengumpulan data yang berupa hasil nilai siswa
(melalui evaluasi/tindak lanjut) serta hasil pengamatan yang dilakukan.
3) Penyusunan kembali rencana tindakan yang dirumuskan dalam
skenario pembelajaran.
Dalam penelitian ini, dari beberapa siswa untuk memantapkan :
Hasil tindakan setiap siklus dilaksanakan dalam beberapa pertemuan. Pada
setiap siswa memuat beberapa indikator pembelajaran yang harus dicapai
oleh siswa yang sesuai dengan indikator target pencapaian pada instrumen
114
KESIMPULAN DAN SARAN
Berikut ini penulis akan menyajikan kesimpulan dan saran yang diperoleh
dari temuan di lapangan selama pelaksanaan pembelajaran Loncat tinggi melalui
permainan lompat tali sebagai berikut ini.
A. Kesimpulan
1. Perencanaan Pembelajaran
Dalam perencanaan pembelajaran peneliti mempersiapkan rencana
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan yaitu
menyusun RPP juga mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pada
siklus I Perencanaan tindakan berawal dari hasil refleksi pertama, untuk
mengatasi kemampuan dasar siswa pada loncat tinggi tersebut peneliti
menetapkan dengan menggunakan permainan lompat tali dengan tahapan
pembelajaran yang sistematis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil
belajar loncat tinggi, dengan itu siswa dapat melakukan loncat tinggi. Pada
siklus II berdasarkan analisis dan refleksi siklus I, maka dilaksanakan
tindakan siklus II karena dirasa masih perlu perbaikan serta peningkatan,
maka perlu ditindaklanjuti kekurangan-kekurangan tersebut dengan
melaksanakan tindakan-tindakan di awal siklus II, karena di siklus II tujuan
pembelajaran ditekakan pada penugasan loncat tinggi melalui permainan
lompat tali. Tindakan dengan perencanaan pembelajaran siklus III disusun
maka untuk meningkatkan dan memperbaiki perencanaan tindakan tersebut
peneliti menyatakan dan memperbaiki perencanaan tindakan tersebut
peneliti menyusun rancangan rencana pembelajaran tentang meningkatkan
kemampuan gerak dasar loncat tinggi melalui permainan lompat tali pada
siklus III. Dilakukan 1 kali pertemuan, alokasi waktu dua kali tiga puluh
lima menit, sistematika proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sehingga diperoleh hasil pada tiap siklus
mengenai perencanaan pembelajaran yaitu data awal diperoleh hasil
berdasarkan IPKG I dengan rata-rata 1,57 atau 39,70%, kemudian diadakan
tindakan pada siklus I memperoleh hasil dengan rata-rata 2,63 atau 60,29%.
Kemudian pada siklus II diperoleh hasil dengan rata-rata 3,11 atau 77,94%
dan hasil akhir pada siklus III diperoleh jumlah dengan rata-rata 3,81 atau
95,60% dengan target yang direncanakan dalam perencanaan pembelajaran
mencapai 90%, sehingga bedasarkan hasil sudah mencapai target bahkan
lebih dari target mengenai perencanaan pembelajaran.
2. Kinerja Guru
Dalam pelaksanaan pembelajaran setiap siklus hampir sama, hanya
saja ada hal yang membedakan dari faktor penyampaian materi yang
diberikan dan dan awal kegiatan inti, yaitu pada siklus I melakukan gerak
dasar loncat tinggi melalui permainan lompat tali dengan model lompat tali
yang diletakan di atas. Pada siklus II melakukan gerak dasar loncat tinggi
melalui permainan lompat tali dengan model lompat tali yang ditinggikan
permainan lompat tali dengan model lompat tali yang ditinggikan temannya
dengan formasi bintang.
Setelah pengetesan selesai siswa dikumpulkan untuk mendengarkan
penjelasan guru, koreksi secara menyeluruh sambil tanya jawab, tindak
lanjut diberikan supaya siswa mau berlatih memanfaatkan waktu senggang.
Adapun hasil menurut hasil pengamatan observasi dengan menggunakan
format IPKG II didapat hasil pada data awal mendapat hasil dengan rata-rata
1,68 atau 51,47% setelah dilakukan tindakan pada siklus II mendapat hasil
rata-rata 2,32 atau 58,33%, pada siklus II mendapat rata-rata 2,99 atau
75,00% dan pada tindakan terakhir atau siklus III mendapat hasil dengan
rata-rata 3,91atau 96,50%. Dengan target tujuan adalah 90%, sehingga
rencana target tujuan bisa tercapai dengan hasi1 96,50%. Dalam kegiatan
aktivitas siswa ada beberapa faktor yang menjadi faktor utama dalam
kegiatan pembelajaran gerak dasar loncat tinggi melalui permainan lompat
tali dengan awal dari penyebab kurang berhailnya pembelajaran loncat
tinggi yaitu siswa kurang termotivasi, kurang adanya kedisiplinan dalam
menyimak materi serta sportivitas dalam pelaksanaan pembelajaaran juga
masih kurang. Berdasarkan analisis aktivitas siswa pada Siklus I, aktivitas
siswa pada aspek kedispilinan dan kerjasama baru mencapai 64%,
sementara untuk aspek tanggung jawab siswa baru mencapai 56%. Siklus II,
aktivitas siswa mengalami peningkatan dibandingkan Siklus I, sebagian
besar siswa aktivitas dan sikapnya sudah cukup baik. Pencapaian siswa pada
untuk aspek tanggung jawab siswa sudah mencapai 65%. Pada siklus II ini
tampak sebagian siswa sudah patuh pada aturan hal ini terlihat dengan
pencapaian siswa yang mencapai 92%. Siklus III, aktivitas siswa
mengalami kemajuan yang pesat dari aspek disiplin, jujur, kerjasama
tanggung jawab, sportivitas maupun patuh aturan semuanya rata-rata di atas
80%. Berarti ada peningkatan yang sangat pesat dibandingkan Siklus I
maupun II, sebagian besar siswa aktivitas dan sikapnya sudah cukup baik.
Pencapaian siswa pada aspek kedispilinan 81% dan kerjasama sudah
mencapai 77%, sementara untuk aspek tanggung jawab siswa sudah
mencapai 76%. Pada siklus III ini tampak sebagian besar siswa patuh pada
aturan hal ini terlihat dengan pencapaian siswa yang mencapai 93%.
3. Hasil Belajar
Pembelajaran gerak dasar yang digunakan dalam pembelajaran
loncat tinggi yang dilakukan pada tiap siklus ada tiga aspek yaitu awalan,
tolakan satu kaki, sikap badan saat melewati mistar dan mendarat.
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran, setiap siklusnya terjadi peningkatan yang baik, setiap aspek
yang diamati mengalami peningkatan setiap siklusnya mulai dari rata-rata
nilai siswa, maupun pada persentase ketuntasan. Pada Siklus I, dilihat dari
jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan Minimal (KKM) hanya 15
orang atau 55,56%. Dengan demikian masih ada 13 siswa atau 44,44%
siswa yang belum mencapai KKM dan dinyatakan belum tuntas. Siklus II,
sebesar 18.48% dari 15 orang pada siklus I menjadi 20 orang atau 74.07%.
Dengan demikian tinggal 8 siswa atau 23,93% siswa yang belum mencapai
KKM dan dinyatakan belum tuntas. Siklus III, dilihat dari jumlah siswa
yang memenuhi KKM mengalami peningkatan sebesar 25.93% dari 20
orang pada siklus II menjadi 28 orang atau 100%. Dengan demikian seluruh
siswa yang sudah mencapai KKM dan dinyatakan tuntas.
B.Saran-Saran
Setelah disimpulkan dari hasil penelitian tindakan kelas ini, maka perlu
kiranya dibuat saran-saran untuk menjadi perhatian dan bahan pertimbangan
dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan mutu pembelajaran
khususnya mata pelajaran Penjas. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepada guru pendidikan jasmani, bahwa pembelajaran loncat tinggi
melalui kegiatan permainan lompat tali, dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam memilih dan menetapkan strategi atau model
pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan
Jasmani. Hal ini akan memberikan keuntungan diantaranya siswa dapat
melakukan frekuensi loncatan lebih banyak dan merata, keleluasan
bergerak dan berkompetitif, sekaligus peserta didik dapat menggali dan
mengerahkan potensi yang ada dalam dirinya.
2. Kepada murid, siswa harus lebih rajin mengikuti pelajaran penjas dan
3. Kepada Lembaga sekolah Dasar, bahwa pembelajaran lompat tali yang
dilakukan secara bervariasi dan menyenengkan peserta didik, dapat
dijadikan salah satu model pembelajaran pendidikan Jasmani dalam
KTSP. Dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa
diharapkan dukungan dari pihak sekolah baik sarana maupun prasarana
yang diperlukan dalam pembelajaran Penjas.
4. Kepada lembaga UPI, bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) ini agar
lebih dikembangkan, hal ini akan membawa dampak positif terhadap
116
Adisasmita, 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta : Depdikbud
Arikunto Suharsimi, 1999. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Aqil, Zaenal. 2006. Peneltian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya
Bahagia, Y, dkk, 2000. Atletik. Jakarta : Depdikbud
Carr, Gerry, A. 2003. Atletik untuk Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Gunawan, Benny, diktat Metodologi Peneltian. Jakarta : Program Pasca Sarjana
Harjasuganda, D, 2007. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk
Sekolah Dasar. Sumedang : Program Studi PGSD UPI
Kiram, Y, 1992. Belajar Motorik. Jakarta : dirjen Dikti Proyek Pembinaan tenaga Kependidikan.
Kasbolah, 1999. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.
Kartadinata, S, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI
Lutan, Rusli, 1999. Azas-azas Pendidikan Jasmani. Jakarta : direktorat jenderal Olahraga Depdikbud
Mahendra, Agus, 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Moleong, L, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Rukmana, Anin, 2008. Pembelajaran pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.
Suherman, A, 1999. Dasar-dasar penjaskes. Jakarta : Depdiknas
Sukintaka, 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjas. Jakarta : Depdikbud.
Sumitro, 1992. Permainan Kecil. Jakarta : Depdikbud
Soeprapto, 2000. Media pembelajaran. Jakarta depdiknas
Syarifudin, A, 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depsdikbud.
Tim Penyusun, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Cirebon. SDN 2 Gesik
Wiraatnaja, R, 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Wibawa, Basuki, 1993. Media pengajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.