• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunitas Plankton Pada Perairan Dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Tambak Tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunitas Plankton Pada Perairan Dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Tambak Tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)KOMUNITAS PLANKTON PADA PERAIRAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK TRADISIONAL DESA BANJARKEMUNING, KECAMATAN SEDATI, KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR. SKRIPSI. Oleh: RONAULI SINAGA NIM. 145080101111079. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018. 1.

(2) KOMUNITAS PLANKTON PADA PERAIRAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK TRADISIONAL DESA BANJARKEMUNING, KECAMATAN SEDATI, KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR. SKRIPSI. Oleh: RONAULI SINAGA NIM. 145080101111079. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018.

(3) KOMUNITAS PLANKTON PADA PERAIRAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK TRADISIONAL DESA BANJARKEMUNING, KECAMATAN SEDATI, KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR. SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Oleh: RONAULI SINAGA NIM. 145080101111079. PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018. 3.

(4)

(5) LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI. Judul. : Komunitas Plankton Pada Perairan Dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Tambak Tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Nama Mahsiswa. : Ronauli Sinaga. NIM. : 145080101111079. Program Studi. : Manajemen Sumberdaya Perairan. PENGUJI PEMBIMBING: Pembimbing 1. : Prof. Dr.Ir. Endang Yuli H., MS. Pembimbing 2. : Dr. Ir. Muhammad Musa, MS. PENGUJI BUKAN PEMBIMBING: Dosen Penguji 1. : Evellin Dewi Lusiana, S. Si.,M.Si. Dosen Penguji 2. : Dr.Ir.Mohammad Mahmudi.,MS. Tanggal Ujian. :16 Oktober 2018. 5.

(6) PERNYATAAN ORSINALITAS. Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.. Malang, Oktober 2018 Mahasiswa Tanda tangan. Ronauli Sinaga NIM. 145080101111079.

(7) UCAPAN TERIMAKASIH. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam membantu kelancaran hingga penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran serta kemudahan dalam kehidupan penulis 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Yuli H., MS selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. Ir. Muhammad Musa., MS selaku dosen pembimbing II atas kesediaan waktunya untuk membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 3. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan yang terbaik untuk penulis 4. Pengelola tambak desa Banjarkemuning, kecamatan Sedati, Sidoarjo sebagai tempat penelitian 5. Tim Chanos chanos (Mesra, Tere dan Patty) atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian 6. Adek-adek (Lusi, sunarti dan Febry) yang selalu memberikan semangat serta motivasi bagi penulis 7. Teman-teman yang selalu mendengarkan keluh kesah (kos cakto) 8. Semua pihak yang sudah terlibat dalam terselesaikannya skripsi ini. 7.

(8) RINGKASAN. Ronauli Sinaga. Skripsi tentang Komunitas Plankton pada Perairan dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (dibawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Endang Yuli H.,MS dan Dr.Ir. Muhammad Musa., MS) Plankton memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu perairan. Fungsi ekologisnya sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan menyebabkan plankton sering dijadikan skala ukuran kesuburan suatu ekosistem. Ikan bandeng digolongkan ikan herbivora dan makanan alaminya adalah plankton. Plankton merupakan pakan alami bagi ikan bandeng. Komposisi dan kelimpahan plankton akan berubah sesuai perubahanperubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi. Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator suatu perairan karena sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Keberadaan pakan alami sangat dipengaruhi kondisi perairannya oleh karena itu kondisi perairan dari tambak harus diperhatikan sehingga dapat menumbuhkan pakan alami yg baik dan disukai ikan bandeng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan komunitas plankton pada perairan dan lambung ikan serta mendapatkan data tentang kebiasaan makan ikan bandeng di tambak tradisional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2018 di tambak tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel ikan bandeng dan plankton dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 8 minggu. Hasil perhitungan kelimpahan, kelimpahan relatif, indeks dominasi dan indeks keanekaragaman plankton masih dalam kategori baik. Komposisi fitoplankton dan frekuensi kejadian fitoplankton pada lambung ikan bandeng tertinggi dari Divisi Bacillariophyta dan terendah yaitu divisi Euglenophyta, sedangkan hasil komposisi dan nilai frekuensi kejadian zooplankton tertinggi yaitu divisi Rotifera dan terendah Tracheophyta. Hasil perhitungan hubungan panjang berat ikan bandeng, nilai b (3,0069) masuk kedalam pertumbuhan isometrik dimana b=3 hal tersebut didukung dengan ketersidaan pakan dan kondisi perairan yang baik. Hasil pengukuran kualitas air, suhu berkisar 7,820C8,900C. Kecerahan berkisar antara 11,3-14 cm. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 7,79-8,90. DO berkisar antara 7,55-10,81 mg/l. Salinitas berkisar antara 4,47-17,5 ppt. Nitrat berkisar antara 0,061-0,070mg/l. Ortofosfat berkisar antara 0,046 mg/l-0,056 mg/l. Bahan Organik Total (TOM) berkisar antara 32,23 mg/l40,45 mg/l. Alkalinitas berkisar antara 150 mg/l-230 mg/l. Silika berkisar antara 2110 mg/l- 2870 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, untuk usaha budidaya ikan bandeng (Chanos chanos) pada tambak tradisional sebaiknya tersedia plankton dari divisi Bacillariophyta serta diupayakan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas air yang lebih optimal untuk kesuburan perairan yang berdampak pada pertumbuhan plankton sebagai pakan alami yang akan menunjang pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos)..

(9) KATA PENGANTAR. Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Komunitas Plankton Pada Perairan Dan Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Di Tambak Tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan selanjutnya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.. Malang, Oktober 2018. Ronauli Sinaga. 9.

(10) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................. Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. 4 RINGKASAN..................................................................................................... 8 KATA PENGANTAR ......................................................................................... 9 DAFTAR ISI....................................................................................................... 9 DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... 12 DAFTAR TABEL ............................................................................................. 13 DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 14 1. PENDAHULUAN ................................................ Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan ..................................................... Error! Bookmark not defined. 1.5 Tempat dan Waktu ....................................... Error! Bookmark not defined. 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................... Error! Bookmark not defined. 2.1 Plankton ....................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2 Ikan Bandeng (Chanos chanos).................... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Klasifikasi Ikan Bandeng (Chanos chanos)........ Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Morfologi Ikan Bandeng ..................... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Penyebaran Ikan bandeng................... Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Habitat Ikan Bandeng .......................... Error! Bookmark not defined. 2.2.5 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan Ikan Error! Bookmark not defined. 2.2.6 Kebiasaan Makan Ikan Bandeng ......... Error! Bookmark not defined. 2.3 Tambak Tradisional ...................................... Error! Bookmark not defined. 2.4 Parameter Kualitas Air .................................. Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Parameter Fisika......................... ......... Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Parameter Kimia............. ..................... Error! Bookmark not defined. 3. METODE PENELITIAN ...................................... Error! Bookmark not defined. 3.1 Materi Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined. 3.2 Alat dan Bahan ............................................. Error! Bookmark not defined. 3.3 Metode Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.1 Sumber Data........................................ Error! Bookmark not defined. 3.4 Lokasi Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined. 3.5 Teknik Pengambilan Data ............................. Error! Bookmark not defined. 3.6 Prosedur Pengambilan Sampel .................... Error! Bookmark not defined..

(11) 3.6.1 Pengambilan Ikan Bandeng (Chanos chanos).......... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Pengambilan Sampel Plankton........ .... Error! Bookmark not defined. 3.6.3 Pengambilan Sampel Air....... .............. Error! Bookmark not defined. 3.7 Analisis Data Plankton................................... Error! Bookmark not defined. 3.8 Pengamatan Ikan Bandeng (Chanos chanos)...... ....... Error! Bookmark not defined. 3.9 Analisis Pengukuran Kualitas Air .................. Error! Bookmark not defined. 3.9.1 Parameter Fisika......... ........................ Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Parameter Kimia......... ......................... Error! Bookmark not defined. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................. Error! Bookmark not defined. 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian... ............. Error! Bookmark not defined. 4.2 Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel Air .. Error! Bookmark not defined. 4.3 Deskripsi Pengambilan Sampel Ikan Bandeng ........... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Hasil Perhitungan Fitoplankton............ Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Hasil Perhitungan Zooplankton...... ...... Error! Bookmark not defined. 4.5 Plankton pada Lambung Ikan Bandeng ........ Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Komposisi Plankton pada Lambung Ikan Bandeng ... Error! Bookmark not defined. 4.6 Analisa Hubungan Panjang Berat Ikan Bandeng ........ Error! Bookmark not defined. 4.7 Hasil Pengukuran Kualitas Air....................... Error! Bookmark not defined. 4.7.1 Parameter Fisika................. ................ Error! Bookmark not defined. 4.7.2 Parameter Kimia.................................. Error! Bookmark not defined. 5. KESIMPULAN DAN SARAN.............................. Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan................................................... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran............................................................ Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ..................................................................................................... 71. 11.

(12) DAFTAR GAMBAR. Gambar. Halaman. 1. Bagan Pendekatan Masalah............................................................................. 2 2. Morfologi Ikan Bandeng.................................................................................... 8 3. Sistem Pencernaan Ikan................................................................................. 10 4. Stasiun Pengambilan Sampel Air.................................................................... 34 5. Grafik Kelimpahan Fitoplankton...................................................................... 35 6. Kelimpahan Relatif Fitoplankton...................................................................... 37 7. Grafik Kelimpahan Zooplankton...................................................................... 40 8. Kelimpahan Relatif Zooplankton .................................................................... 41 9. Komposisi Fitoplankton .................................................................................. 45 10. Komposisi Zooplankton................................................................................ 46 11. Frekuensi Kejadian Fitoplankton................................................................... 47 12 Frekuensi Kejadian Zooplankton ................................................................... 48 13. Hubungan Panjang Berat Ikan...................................................................... 49 14. Grafik Suhu................................................................................................... 51 15. Grafik Kecerahan.......................................................................................... 52 16. Grafik pH....................................................................................................... 53 17. Grafik DO...................................................................................................... 54 18. Grafik Salinitas.............................................................................................. 55 19. Grafik Nitrat................................................................................................... 56 20. Grafik Ortofosfat............................................................................................ 57 21. Grafik TOM.................................................................................................... 59.

(13) 22. Grafik Alkalinitas............................................................................................ 60 23. Grafik Silika................................................................................................... 61 DAFTAR TABEL. Tabel. Halaman. 1. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton........................................................... 38 2. Indeks Dominasi Fitoplankton......................................................................... 39 3. Indeks Keanekaragaman Zooplankton............................................................ 42 4. Indeks Dominasi Zooplankton......................................................................... 44. 13.

(14) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran. Halaman. 1. Alat dan bahan................................................................................................ 71 2. Jenis Fitoplankton........................................................................................... 74 3. Jenis Zooplankton........................................................................................... 87 4. Lokasi pengambilan Sampel........................................................................... 89 5. Kelimpahan Fitoplankton Diperairan............................................................... 90 6. Kelimpahan Relatif Fitoplankton.................................................................... 95 7. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton ......................................................... 99 8. Dominansi Fitoplankton di Perairan.............................................................. 104 9. Kelimpahan Zooplankton di Perairan............................................................ 106 10. Kelimpahan Relatif Zooplankton di Perairan............................................... 109 11. Indeks Keanekaragaman Zooplankton........................................................ 110 12. Indeks Dominansi Zooplankton................................................................... 111 13. Komposisi Fitoplankton pada Lambung Ikan.............................................. 112 14. Komposisi Zooplankton pada Lambung Ikan.............................................. 118 15. Frekuensi Kejadian Fitoplankton pada Lambung Ikan................................ 120 16. Frekuensi Kejadian Zooplankton pada Lambung Ikan................................ 126 17. Hubungan Panjang Berat Ikan.................................................................... 129 18. Kualitas Air.................................................................................................. 132.

(15) 1. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sidoarjo memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar,. khususnya perikanan tambak. Produksi hasil perikanan sebagian besar yaitu dari hasil budidaya tambak dengan komoditi ikan bandeng. Bandeng merupakan salah satu komoditas yang digemari oleh masyarakat karena harganya terjangkau, tahan terhadap penyakit, dan dapat dibudidayakan di air tawar, laut dan payau. Oleh karena itu ketersediaan bandeng harus selalu ada sehingga menyebabkan meningkatnya petambak ikan bandeng (Soesono, 1985). Plankton adalah semua kumpulan organisme, baik hewan maupun tumbuhan air berukuran mikroskopis dan hidupnya melayang mengikuti arus. Plankton terdiri atas fitoplankton yang merupakan produsen utama zat-zat organik dan zooplankton yang tidak dapat memproduksi zat-zat organik sehingga harus mendapat tambahan bahan organik dari makanannya (Odum, 1998). Ikan bandeng digolongkan ikan herbivora dan makanan alaminya adalah plankton. Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan lainnya. Keberadaan plankton di tambak berfungsi sebagai pakan ikan bandeng. Komposisi dan kelimpahan plankton akan berubah sesuai perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi. Keberadaan plankton di perairan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator suatu perairan karena sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Keberadaan pakan alami sangat dipengaruhi kondisi perairannya oleh karena itu kondisi perairan dari tambak harus diperhatikan sehingga dapat menumbuhkan pakan alami yg baik dan disukai ikan bandeng. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui komunitas plankton diperairan dan jenis.

(16) plankton yang disukai ikan bandeng. Kebiasaan makan ikan akan menunjukkan makanan yang disukai ikan karena kesukaan ikan terhadap makanan sangat relatif,. sehingga. dengan. melimpahnya. pakan. alami. di. tambak. dapat. dimanfaatkan oleh ikan (Muntalim, 2014). 1.2. Rumusan Masalah Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu kelompok ikan. pemakan plankton. Jenis plankton yang hidup di suatu perairan tentu beranekaragam, begitupula dengan jenis plankton yang disukai oleh ikan bandeng (Chanos chanos), oleh karena itu perlu adanya analisis jenis plankton yang tersedia di dalam tambak.. Perairan Tambak. Plankton. Ikan Bandeng (Chanos chanos). Komposisi jenis plankton pada lambung. Pola Pertumbuhan Ikan Bandeng. Gambar 1. Bagan Pendekatan Masalah. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah : 1.. Apa saja jenis plankton yang terdapat pada perairan dan lambung ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ?. 2.. Bagaimana kebiasaan makan ikan bandeng (Chanos chanos) ?.

(17) 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk :. 1.. Mendapatkan komunitas plankton pada perairan dan lambung ikan serta faktor. kualitas. air. yang. berperan. di. tambak. tradisional. Desa. Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. 2.. Mendapatkan data tentang kebiasaan makan ikan bandeng (Chanos chanos) di tambak tradisional Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.. 1.4. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:. -. Mahasiswa Dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan wawasan mengenai produktivitas primer suatu perairan, serta jenis plankton di perairan dan di lambung ikan Bandeng (Chanos chanos) di tambak tradisional.. -. Lembaga Perguruan Tinggi Sumber informasi keilmuan mengenai produkivitas primer suatu perairan, serta jenis plankton di perairan dan lambung ikan Bandeng (Chanos chanos) di tambak tradisional.. -. Pemerintah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan rujukan dalam menentukan kebijakan terhadap upaya pengelolaan dengan memperhatikan kualitas air dan pelestarian ikan Bandeng (Chanos chanos) di tambak tradisional.. 1.5. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di tambak tradisional Desa Banjarkemuning,. Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dan Laboratorium.

(18) Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang pada bulan April – Juni 2018..

(19) 2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Plankton Plankton memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu perairan.. Fungsi ekologisnya sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaringan makanan menyebabkan plankton sering dijadikan skala ukuran kesuburan suatu ekosistem. Plankton adalah organisme yang terapung atau melayang-layang di dalam air yang pergerakannya relatif pasif (Alamanda et al., 2012). Menurut Sachlan (1982) plankton dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton pada rantai makanan di perairan berperan sebagai produsen primer yang mempunyai kemampuan mengkonversi energi matahari dan senyawa anorganik yang dibutuhkan oleh biota lain, sedangkan zooplankton. ditempatkan sebagai. konsumen primer. dengan. memanfaatkan keberadaan fitoplankton sebagai sumber energinya, kemudian dimakan oleh hewan-hewan lain yang memiliki tropik yang lebih tinggi. a.. Fitoplankton Fitoplankton merupakan anggota yang bersifat tumbuhan. Fitoplankton. terdapat pada massa air dengan intensitas cahaya yang dapat menembus perairan dan bertindak sebagai produsen primer di dalam perairan. Perubahan terhadap kualitas perairan erat kaitannya dengan potensi perairan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi plankton. Keberadaan plankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan, sehingga plankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan kesuburan perairan. Keberadaan plankton dapat dijadikan indikator kualitas dan kesuburan perairan yakni gambaran tentang banyak atau sedikitnya.

(20) jenis plankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis plankton yang mendominasi. Adapun jenis plankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya (Prasetyaningtyas, 2012). Ekosistem perairan fitoplankton berperan sebagai produsen primer yaitu menyediakan makanan untuk zooplankton, namun juga dapat dimakan langsung oleh ikan dan mollusca serta bivalvia lainnya. Fitoplankton juga merupakan makanan pada fase benih dari berbagai organisme perairan seperti burayak dan benih ikan, undang, kepiting serta kerang-kerangan (Piranti, 2013). b.. Zooplankton Zooplankton merupakan plankton hewani yang hidupnya mengapung,. mengambang atau melayang di air. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan oleh arus. Zooplankton bersifat heterotrofik yakni tidak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari anorganik. Oleh karena itu, kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada bahan organik dan fitoplankton sebagai makanannya. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2-2 mm (Nontji, 2006). Zooplankton terdiri dari kelompok hewani yang didominasi oleh kelompok Crustacea, Rotifera, dan Protozoa. Zooplankton memiliki fungsi sebagai pakan alami organisme akuatik melalui proses rantai makanan dapat mengendalikan pertumbuhan fitoplankton. Kepadatan atau kelimpahan zooplankton dalam perairan. biasanya. mengikut. kepadatan. atau. kelimpahan. fitoplankton.. Keberadaannya sangat tergantung kepada kualitas air dan adanya predator. Zooplankton biasanya banyak terdapat pada perairan yang kaya bahan organik, biasanya pada perairan yang dipupuk dengan pupuk organik. Sedangkan penyebaran atau distribusinya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, pH, oksigen, cahaya dan salinitas (Subarijanti, 1990). 155.

(21) 2.2. Ikan Bandeng (Chanos chanos). 2.2.1. Klasifikasi Ikan Bandeng (Chanos chanos) Menurut Purnomowati et al. (2007), ikan bandeng (Chanos chanos). memiliki klasifikasi sebagai berikut:. 2.2.2. Filum. : Chordata. Subfilum. : Vertebrata. Kelas. : Pisces. Subkelas. : Telestoi. Ordo. : Malacopterygii. Famili. : Chanidae. Genus. : Chanos. Spesies. : Chanos chanos. Morfologi Ikan Bandeng Ikan Bandeng memiliki badan memanjang seperti torpedo dengan sirip. ekor bercabang sebagai tanda bandeng tergolong ikan perenang cepat. Kepala bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak diujung rahang tanpa gigi dan lubang hidung terletak di depan mata. Mata diliputi oleh selaput bening (subcutaneus). Warna badanya putih keperak-perakan dengan punggung biru kehitaman. Bandeng memiliki sirip punggung yang jah dibelakang tutup insang dengan 14-16 jari-jari pada sirip punggung 16-17 jari-jari pada sirip dada, 11-12 jari-jari pada sirip perut, 17 jari-jari pada sirip dada, 11-12 jari pada sirip perut, dan 10-11 jari-jari pada anus atau dubur (sirip dubur atau anal fin terletak jauh di belakang sirip punggung). Sirip ekor berlekuk simetri dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 75-80 sisik (Kordi, 2010). Dapat dilihat pada Gambar 2..

(22) Gambar 2. Ikan Bandeng (Chanos chanos). Ikan bandeng memiliki sifat euryhalien yaitu dapat mudah dan cepat beradaptasi ke daerah air payau bahkan dan mampu melawan arus hingga mendapatkan air tawar. Ikan ini akan cepat berpindah secara bergerombol apabila banyak ikan pemangsa (predator) ataupun ada perubahan temperatur air yang mendadak (Purnomowati et al., 2007). Makanan alami bagi ikan dapat berupa fitoplankton, zooplankton, ikan, tumbuhan air, hewan dasar (organisme benthik) ataupun detritus, tergantung dari kategori jenis ikan, yaitu herbivora, karnivora, omnivora. Ikan bandeng adalah ikan herbivora. Makanan dimakan dengan cara menyaringnya dari air kemudian masuk ke dalam mulut dengan menggunakan tapis insang (Aqil, 2010). Secara ekologis, makanan alami ikan bandeng (Chanos chanos) dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu lumut, klekap dan plankton. Plankton sebenarnya terdiri dari bermacam-macam jasad renik yang hidup melayanglayang di dalam air. Baik hewani maupun nabati. Pertumbuhan plankton mudah dirangsang baik dengan pupuk organik maupun pupuk organik anorganik, tetapi harus ditaburkan di dalam airnya bukan di tanah dasarnya (Mudjiman, 1991).. 157.

(23) 2.2.3. Penyebaran Ikan bandeng Penyebaran bandeng sangat luas dari daerah samudera Hindia sampai. ke pantai barat Amerika. Di Indonesia penyebarannya meliputi daerah-daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara , Pulau Bali dan Pulau Buru Di Jawa (nener) anak bandeng sering ditangkap di Pantai utara yaitu meliputi Banten, Karawang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Gersik, Surabaya, dan Madura (Mudjiman, 1991). 2.2.4. Habitat Ikan Bandeng Ikan bandeng bersifat euryhalien, yakni sejenis ikan yang mempunyai. toleransi kadar garam (salinitas) yang luas serta tahan terhadap goncangan salinitas tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, bandeng juga tahan terhadap temperatur yang tinggi terutama pada tambak pemeliharaan. Temperatur tertinggi yang dapat ditoleransikan oleh bandeng adalah 400 C, namun ternyata sangat sensitif terhadap temperatur rendah, bahkan dapat mematikannya. Bandeng akan mengalami stres pada temperatur 120 C, bahkan bila terlalu lama pada temperatur tersebut bandeng akan mati (Mudjiman, 1991). Sifat euryhalien bandeng memungkinkan ia dapat hidup di air tawar. Oleh karena. itu. nener. sering. ditemukan. di. rawa-rawa. air. tawar. disekitar. pantai,sunagai-sungai dan danau-danau. Banyaknya nener disepanjang pantai ada hubungannya dengan makanan, temperatur, kekeruhan, pemangsa dan keadaan arus laut. Mulai menginjak dewasa bandeng berada dilautan lepas dan jarang ditemukan di perairan dangkal. Hal ini didorong pula dengan ketangkasannya berenang (ikan perenang cepat) sewaktu menginjak dewasa. 2.2.5. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan Ikan Menurut Djarijah (1995), saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut. (1), kerongkongan (2), esopagus (3), lambung (4), usus (5), dan anus (6) dapat dilihat pada Gambar 3. Kelenjar pencernaan pada ikan terdiri dari hati dan.

(24) kantong empedu. Lambung dan usus juga bisa berfungsi sebagai kelenjar pencernan. Kelenjar pencernaan berfungsi sebagai penghasil enzim pencerna untuk membantu proses penghancuran makanan. Ikan karnivora, kelenjar pencernaannya menghasilkan enzim pemecah protein, ikan herbivora menghasilkan enzim pemecah karbohidrat. Ikan herbivora memiliki panjang total usus yang melebihi panjang total badannya. Panjang total usus dapat mencapai 5 kali panjang total badannya. Panjang total usus ikan karnivora lebih pendek dari panjang total badannya. Panjang total usus ikan omnivora berbeda tipis dengan panjang total badannya.. Gambar 3. Sistem Pencernaan Ikan (Djarijah, 1995) Pencernaan tergantung pada sifat fisik dan kimia makanan serta macam dan kualitas enzim di dalam usus kecil/lambung. Ikan ada yang tidak memiliki lambung sehingga kehilangan keasamannya. Ada ikan yang memiliki gigi pharinx atau lambung otot untuk menghancurkan makanannya. Pada ikan yang tidak memiliki lambung, proses pencernaan terjadi di dalam usus kecil yang bersifat alkali. Pada ikan yang memiliki lambung, proses pemecahan makanan terjadi di lambung dengan bantuan enzim pencernaan.. Proses pencernaan pada ikan. dipengaruhi oleh sifat kimia air, temperatur air, jenis makanan, besar dan usia ikan, keadaan nutrisi sebelumnya, dan frekuensi makanan (Murtidjo, 2001).. 159.

(25) 2.2.6. Kebiasaan Makan Ikan Bandeng Ikan dibedakan menjadi lima golongan berdasarkan cara makan yaitu. pemangsa, penyaring, penggerot, penghisap, dan parasit. Bentuk mulut ikan akan mempengaruhi cara makannya. Kebiasaan makan ikan dapat dilihat berdasarkan perbandingan panjang saluran pencernaan dengan panjang total tubuhnya. Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh keadaan fisiologis saluran pencernaannya, panjang usus, bentuk gigi, bentuk tubuh dan tingkah lakunya (Djarijah, 1995). Ikan bandeng memiliki kebiasaan makan pada siang hari. Ikan bandeng biasanya mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut berupa tumbuhan mikroskopis yaitu plankton, udang renik, jasad renik, foraminifera, copepoda, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanannya disesuaikan dengan bukaan mulutnya dan ikan bandeng tidak bisa menelan makanan yang keras dan berukuran besar (Purnomowati et al., 2007). 2.3. Tambak Tradisional Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang digunakan sebagai. tempat untuk kegiatan budidaya yang berlokasi di daerah pesisir. Umumnya manajemen tambak yang berada di Indonesia dilakukan mulai dari pembesaran dan masa panen, sedangkan untuk bibit diperoleh dari penjual atau tangkapan langsung dari alam. Teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan tambak terditri atas tiga tipe tambak yakni tambak tradisional, tambak semi intensif dan tambak intensif (Wahyudi, 2010). Tanah yang baik untuk tambak berasal dari endapan lumpur pantai. Warna air yang baik untuk tambak yaitu hijau kecokelatan dan merupakan warna air yang baik untuk pertumbuhan ikan karena banyak mengandung fitoplankton yang disukai zooplankton. Warna air yang umumnya ditemui pada tambak yaitu.

(26) warna air hijau muda yang dipengaruhi keberadaan fitoplankton Chlorophyta, warna hijau tua disebabkan oleh Cyanophyta, warna kuning kecoklatan disebabkan Chrysophyta, warna hijau kecoklatan disebabkan Bacillariophyta, warna cokelat kemerahan disebabkan Phytoflagellata. (berbahaya untuk. kehidupan ikan), warna keruh yang disebabkan partikel tanah (Kordi, 2009). 2.4. Parameter Kualitas Air. 2.4.1. Parameter Fisika. a.. Suhu Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude). ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yan disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya, algae dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 300 - 350C dan 200 - 300C. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 200 - 300C (Effendi, 2003). Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 280 - 320C. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh-jam. Dibawah suhu 250C, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh-jam. Pada suhu 180C - 250C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 120 - 180C mulai berbahaya bagi ikan sedangkan pada suhu di bawah 120C ikan tropis mati kedinginan (Kordi dan Tancung, 2012).. 161.

(27) b.. Kecerahan Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan. proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan menggambarkan sejumlah atau sebagian cahaya yang diteruskan pada kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan persen. Cahaya ini adalah cahaya dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum cahaya yang terlihat dan jatuh tegak lurus pada lapisan permukaan air pada kedalaman tertentu. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang auh kedalam perairan. Begitu juga sebaliknya, kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam (%) dari dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh (Soeriaatmaja, 1997). 2.4.2. Parameter Kimia. a.. Derajat keasaman (pH) Derajat keasaman adalah banyaknya ion hidrogen yang terkandung di. dalam air. Tinggi rendahnya pH sangat ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam perairan setiap organisme mempunyai pH optimum untuk kehidupannya (Aqil, 2010). Derajat keasaman (pH) air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif akan membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang., sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernapasan naik dan selera makan akan berkurang.hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini , maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 - 9,0, dan kisaran optimal adalah pH 7,5 - 8,7 (Kordi dan Tancung, 2003)..

(28) Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah 6,7 - 8,0. Pada perairan yang berkondisi asam dengan pH kurang dari 6, organisme yang menjadi pakan ikan (fitoplankton) tidak akan hidup dengan baik (Asriyana dan Yuliana, 2012). Derajat keasaman (pH) suatu perairan biasanya meningkat karena berlangsung proses fotosintesis pada siang hari. Ketika itu tanaman air atau fitoplankton mengonsumsi CO2 , sebaliknya pada malam hari kandungan pH suatu perairan akan menurun karena tanaman air dan fitoplankton mengonsumsi oksigen dan menghasilkan karbondioksida (Khairuman dan Amri, 2003). b.. Salinitas Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Salinitas. dinyatakan dalam satuan ppt. Nilai salinitas di perairan air tawar biasanya kurang dari 0,5 ppt, perairan payau antara 0,5 - 3 ppt, dan perairan laut 30 - 40 ppt. Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotiknya (Kordi, 2010). Ikan bandeng merupakan salah satu organisme euryhaline dimana ikan bandeng mampu menyesuaikan terhadap salinitas air, sehingga bisa hidup di air tawar maupun air asin. Menurut Effendi (2003), salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan ionida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik dioksidasi. c.. Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut) Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar. oksigen yang terlarut diperairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas dan turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen semakin kecil (Effendie, 2003). Beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi 3 ppm, namun konsentrasi minimum yang masih dapat diterima 163.

(29) sebagian besar spesies biota air budidaya untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm. Beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan akan mulai menurun. Konsentrasi oksigen terlarut yang baik di suatu perairan adalah antara 5 - 7 ppm (Kordi dan Tancung, 2001). Oksigen dalam suatu perairan bersal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup pada perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti arus gelombang dan pasang surut (Aqil, 2010). d.. Nitrat (NO3) Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat. tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat mematikan organisme air. Fitoplankton pada umumnya mensintesa protein dari nitrat dan amonium. Beberapa kelas fitoplankton seperti dinophyceae dapat memenuhi kebutuhannya akan nitogen dengan memanfaatkan senyawa organik yang larut dalam organik yang larut dalam air (Sitorus, 2009). Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotropik memiliki nitrat antara 0-1 mg/liter, perairan mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1-5 mg/liter dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat yang berkisar antara 5-50 mg/liter (Effendi, 2003). e.. Ortofosfat Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-. tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur lain. Fosfor merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat prodiuktivitas perairan (Sustianti, 2014)..

(30) Menurut Asriyana dan Yulia (2012), kandungan orthofosfat yang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 0,27 - 5,57 mg/L, jika kandungannya kurang dari 0,02 mg/L maka akan menjadi faktor pembatas. Berdasarkan kadar orthofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, perairan oligotrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,003 - 0,01 mg/L, mesotrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,011 - 0,03 mg/L dan perairan eutrofik yang memiliki kadar orthofosfat 0,031 - 0,1 mg/L (Effendi, 2003). d.. Total Organic Matter (TOM) Total bahan organik di suatu perairan menggambarkan kandungan bahan. organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Bahan organik di perairan terdapat sebagai plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami peromabakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari daratan dan terbawa oleh aliran sungai. Kandungan bahan organik dalam laut biasanya rendah dan tidak melebihi 30 mg/l. Tinggi rendahnya bahan organik total merupakan salah satu indikator subur tidaknya suatu perairan, dan perairan dengan kandungan bahan organik total di atas 26 mg/l tergolong subur. Bahan organik memiliki peranan sebagai sumber nutrien bagi organisme akuatik (Athirah et al., 2013). Menurut Perdana et al. (2016), bahan organik total merupakan jumlah kandungan bahan organik suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut dan bahan organik tersuspensi. Keberadaan bahan organik di suatu perairan berasal dari sisa feses. Bahan- bahan organik juga bersala dari tumbuhan yang telah mati dan bangkai ikan. e.. Silika Diatom merupakan kosmopolitan spesies yang terdistribusi secara luas di. seluruh lingkungan akuatik bahkan pada lingkungan darat yang terendam secara berkala seperti permukaan batuan,beberapa jenis tumbuhan dan binatang. Ciri 165.

(31) khas diatom ditunjukan dengan adanya pahatan tertentu pada dinding selnya yang terdiri dari silika, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tekanan lingkungan. Hal ini karena adanya nutrien fosfat dan nitrat yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi membran sel dan silika untuk pembentukan dinding sel pada diatom. Oleh karena itu, diatom dapat bertahan lama walaupun telah lama terjadi kematian dinding selnya dan kandungan bahan organiknya terurai (Siregar et al., 2008). Silika merupakan unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan plankton yang tergolong diatom. Menurut Rintaka et al. (2014), kandungan silika dalam perairan seringkali dikaitkan dengan kelimpahan fitoplankton karena silika berperan dalam penyusunan dinding selnya. Kadar silika digunakan sebagai penentu tinggi rendahnya populasi fitotoplankton yang berkorelasi kuat dengan klorofil-a, sehingga bisa dikatakan silika berkorelasi positif dengan konsentrasi klorofil-a dimana semakin tinggi kadar silika maka kandungan klorofil semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena silika merupakan nutrien utama yang dibutuhkan oleh fitoplankton terutama dari golongan diatom untuk pembentukaan cangkangnya. f.. Alkalinitas Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air tuntuk nenetlalkan asam atau. kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (Yulfiperius et al., 2004)..

(32) 3. METODE PENELITIAN. 3.1. Materi Penelitian Materi penelitian yaitu komunitas plankton. Parameter ikan yang diukur. adalah panjang dan berat tubuh ikan bandeng (Chanos chanos), jenis plankton di dalam lambung dan di dalam perairan. Kemudian pengamatan kondisi perairan meliputi pengamatan kualitas air dengan parameter fisika yaitu suhu dan salinitas. Parameter kimia yaitu salinitas, DO, pH, nitrat, dan orthofosfat, TOM, alkalinitas dan silika. Parameter biologi yaitu kelimpahan, indeks dominasi, indeks keanekaragaman dan kelimpahan relatif. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat dari. bahan yang dibutuhkan untuk pengukuran di lokasi tambak dan dilaboratorium dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei,. metode yang digunakan yaitu mengumpulkan, menyusun dan menganalisis data dari tempat tertentu dengan melakukan wawancara terstruktur. Menurut Morissan (2012), metode survei merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan pendekatan deskriptif guna memudahkan peneliti memperoleh data untuk diolah dengan tujuan memecahkan masalah yang menjadi tujuan akhir suatu penelitian..

(33) 3.3.1. Sumber Data. a.. Data Primer Menurut Rokhmana (2012), Data primer yaitu data yang dibuat oleh. peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. b.. Data Sekunder Data. sekunder. merupakan. informasi. yang. dikumpulkan. untuk. kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini tetapi untuk beberapa tujuan lain. Peneliti memperoleh data sekunder melalui studi kepustakaan dari bukubuku referensi, surat kabar, website, jurnal-jurnal ilmiah, dan literatur yang terkaitdengan topik penelitian (Renold, 2010). 3.4. Lokasi Penelitian Penelitian. ini. dilakukan. di. Instalasi. Tambak. Praktek. Desa. Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Wilayah Desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Sidoarjo dengan jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten sekitar 15 km. Desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati memiliki ketinggian tanah 5 M dari permukan air laut, yang memiliki luas wilayah 384.689 Ha. Tambak. tradisional. ikan. bandeng. (Chanos. chanos). di. desa. banjarkemuning yang digunakan untuk pengambilan sampel air adalah di tambak 2. Penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 stasiun meliputi inlet/outlet dan bagian tengah kolam. Lokasi pengambilan sampel dilihat pada Lampiran 4. 3.5. Teknik Pengambilan Data Teknik pengambilan data pada penelitian dilakukan melalui observasi,. survei, partisipasi aktif, dan dokumentasi..

(34) a.. Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis. terhadap pola perilaku orang, objek, dan kejadian-kejadian tanpa bertanya atau berkomunikasi dengan orang, objek atau kejadian tersebut. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kejadian masa lalu melalui pengumpulan bukti yang ada berdasarkan proses pengamatan (Wibisono, 2003). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini dengan melakukan kegiatan penyiapan alat, pengambilan sampel, pengamatan panjang berat ikan dan pengamatan plankton. b.. Survei Survei merupakan prosedur penelitian yang bertujuan mengumpulkan. data mentah melalui wawancara. Pengumpulan data tersebut dikelompokkan menjadi empat metode yaitu dilakukan secara personal, dilakukan melalui telepon, dilakukan sendiri oleh responden dan dilakukan secara online (Umar, 2002). Pada pelaksanaanya, survei ini dilakukan secara personal kepada responden seperti teknis lapang, pekerja lainnya yang ada di lokasi tambak atau masyarakat sekitar. c.. Partisipasi Aktif Menurut Sarwono (2010), observasi partisipatif peneliti mengamati apa. yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka. Jadi observasi partisipasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar berada dalam keseharian pelaku yang diteliti atau informan, keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif. Partisipasi aktif yang dilakukan pada penelitian yaitu pengamatan plankton pada lambung dan air tambak serta pengukuran kualitas airnya. Selain itu juga dapat.

(35) dilakukan melalui pertanyaan akan keingintahuan mengenai proses atau setiap kegiatan yang dilakukan selama pengambilan sampel. d.. Dokumentasi Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui peninggalan. tertulis seperti arsip termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dan hukum (Widiastuti, 2014). Pada penelitian ini, metode tersebut dilakukan dengan mengambil foto setiap pengerjaan yang dilakukan. Data juga diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh serta mencari referensi dari sumber lain. 3.6. Prosedur Pengambilan Sampel. 3.6.1. Pengambilan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pengambilan sampel ikan bandeng dilakukan setiap minggu sekali. sebanyak 4 kali, karena dalam selang waktu dua minggu pertumbuhan ikan akan mengalami perubahan. Sampel. ikan bandeng diambil secara acak sekali. seminggu sebanyak 60 ekor untuk diukur panjang beratnya dan jumlah itu dianggap sudah mewakili populasi ikan bandeng pada tambak. 3.6.2. Pengambilan Sampel Plankton Pengambilan sampel plankton dilakukan setiap 2 minggu sekali sebanyak. 4 kali . Sampel plankton diambil menggunakan plankton net. Plankton net dilengkapi dengan botol film pada ujungnya sebagai wadah menampung air. Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara plankton net dipegang dan diambil air sebanyak 25 liter kemudian dituang ke dalam plankton net sembari plankton net digoyang-goyang. Setelah itu, botol film ditutup dan kemudian diberikan lugol sebanyak 2 tetes untuk mengawetkan plankton dan dimasukkan ke dalam coolbox..

(36) 3.6.3. Pengambilan Sampel Air Pengambilan sampel air dilakukan setiap 2 minggu sekali sebanyak 4. kali. Sampel air diambil untuk diukur parameter kualitas airnya yaitu, DO, TOM, nitrat, orthofosfat, alkalinitas dan silika. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui ketersediaannya di perairan sebagai penunjang kehidupan plankton. 3.7. Analisis Data Plankton. a.. Identifikasi Plankton Menurut Hern et al. (1978), cara identifikasi plankton adalah sebagai. berikut: 1.. Menetesi objek glass dengan 1 tetes air sampel. 2.. Menutup dengan cover glass dan diamati melalui mikroskop. 3.. Mencatat dan menggambar jenis plankton. 4.. Mengidentifikasi menggunakan buku Presscot. 5.. Perhitungan jumlah plankton.. b.. Komposisi Jenis Plankton Komposisi jenis plankton dapat dihitung dengan menggunakan rumus. (Boyd, 1979) :. Komposisi jenis (%) =. X 100 %. Keterangan : -. ni. : Jumlah individu setiap jenis yang diamati. -. N. : Jumlah Total individu.

(37) c.. Kelimpahan Plankton Menurut Herawati (1989), penentuan kelimpahan plankton dapat. dilakukan menggunakan metode “Lackey Drop” dengan satuan sel/liter. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:. N (ind/ml) =. xn. Keterangan : N. = Jumlah plankton (ind/ml).. T. = Luas cover glass (20 x 20 mm2).. V. = Volume kosentrat plankton dalam botol penampung.. L. = Luas lapang pandang dalam mikroskop (mm2).. v. = Volume kosentrat plankton dibawah cover glass (ml).. P. = Jumlah lapang pandang (5).. W. = Volume air yang tersaring dengan plankton net (Liter).. n. = Jumlah plankton yang ada dalam lapang pandang. d.. Indeks Keanekaragaman Menurut Nurfaliddah et al. (2012), Indeks yang digunakan dalam. mengetahui tingkat keragaman jenis yang ada dalam suatu komunitas yaitu menggunakan indeks keanekaragaman dengan rumus sebagai berikut :. Keterangan : H’ : Indeks keanekaragaman jenis Pi : proporso spesies terhadap jumlah keseluruhan (ni/N) ni : Jumlah individu jenis ke-i N : jumlah total individu..

(38) Nilai indeks keanekaragaman berkisar 0-1 dimana nilai terbesar diperoleh jika semua individu berasal dari genus atau spesies yang berbeda dan nilai terkecil diperoleh jika semua individu berasal dari satu genus atau spesies. e.. Indeks Dominasi Menurut Yuliana et al. (2012), indeks dominansi (D) dihitung dengan. menggunakan rumus sebagai berikut : D=. Keterangan : D : Indeks dominansi ni : Jumlah individu genus ke-i N : Jumlah total individu seluruh genera f.. Kelimpahan Relatif (KR) Menurut Dahuri (2003), penentuan kelimpahan relatif dihitung dengan. menggunakan rumus sebagai berikut: KR =. x 100%. Keterangan: a. = Jumlah individu jenis tertentu yang ditemukan. a, b, c = Jumlah keseluruhan jenis-jenis yang ditemukan 3.8. Pengamatan Ikan Bandeng (Chanos chanos). a.. Identifikasi Ikan Identifikasi ikan bandeng dilakukan berdasarkan morfologi dan morfometri. ikan tersebut. Pengamatan morfologi dapat dilakukan berdasarkan ciri-ciri secara fisik seperti bentuk tubuh, warna sisik dan lain-lain. Pengamatan morfometri.

(39) dapat dilakukan berdasarkan struktur tubuh ikan seperti kelengkapan anggota tubuh dan ukuran tubuh ikan. b.. Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Pengukuran berat ikan meliputi berat tubuh ikan (W) dalam ukuran gram.. Menurut. Effendie. (1979),. pengukuran. berat. ikan. dilakukan. di tempat. pengambilan sampel dan alat yang digunakan adalah timbangan dengan ketelitian 1 gram. Pengukuran panjang tubuh ikan dimulai dari ujung depan bagian mulut sampai ujung bagian ekor dengan satuan cm. Caranya dengan terlebih dahulu membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh ikan, mengukur panjang total dengan mistar atau penggaris dan mencatat hasil pengukuran. c.. Hubungan Panjang dan Berat Menurut Effendie (1979), hubungan panjang dan berat ikan bandeng. dapat dianalisis dengan menggunkan rumus sebagai berikut: W=a. Log W = log a + b log L. Untuk dapat menentukan a dan b digunakan rumus sebagai berikut :. Log a =. b=.

(40) Keterangan: W. = berat ikan (gram). L. = panjang ikan (cm). N. = jumlah individu ikan yang sedang dihitung. A dan b. = konstanta. Menurut Harteman (2015), hubungan panjang-berat, dihitung dengan rumus regresi linier berikut:. Y = a + bX Keterangan : Y. : berat ikan (gram). X. : panjang ikan (cm). a,b. : bilangan yang diperoleh dari persamaan regresi linier Nilai a sebagai intersep dan nilai b sebagai koefisien regresi yang. menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Berdasarkan persamaan tersebut nilai b dapat digolongkan menjadi 3 pola pertumbuhan yakni apabila b = 3 maka pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan berat dinamakan isometrik, b < 3 berarti ikan pipih dalam kondisi kurus dinamakan alometrik negatif, dan b > 3 berarti pertambahan berat lebih cepat dibandingkan panjang ikan dinamakan alometrik positif. d.. Pengamatan Lambung Ikan Bandeng Menurut Titrawani et al. (2013), langkah pengamatan jenis plankton pada. lambung ikan bandeng (Chanos chanos) adalah sebagai berikut: 1.. Membedah bagian abdominal mulai dari anus ke arah vertebrae hingga ke tulang operkulum dengan menggunakan section set. 2.. Mengambil lambung dan memasukkan dalam botol film berisi formalin 4% sampai lambung tersebut tenggelam dalam larutan formalin.

(41) 3.. Mengamati sampel dibawah mikroskop dan mencatat jenis plankton yang didapatkan menggunakan buku Davis.. e.. Perhitungan Komposisi Jenis Plankton dalam Lambung Ikan Menghitung komposisi jenis plankton dalam lambung dapat diketahui. dengan menentukan jenis plankton yang ditemukan dalam lambung. Menurut Effendie (1979), untuk menentukan berat jenis masing-masing organisme dapat menggunakan Metode Gravimetrik. Untuk mengetahui komposisi plankton dalam lambung dapat menggunakan rumus sebagai berikut: -. Fitoplankton (a) : % Xa =. x 100%. -. Zooplankton (b) : % Xb =. x 100%. Keterangan : Xa. = komposisi fitoplankton (%). Xb. = komposisi zooplankton (%). f.. Analisis Kebiasaan Makan Ikan Bandeng (Chanos chanos) Menurut Syahputra et al. (2016), pengamatan parameter kebiasaan. makan ikan dilakukan dengan menggunakan metode volumetric dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: V=. X 100%. Keterangan: V. = pesentase suatu macam makanan (%). vi. = volume suatu macam makanan (ml). vt. = volume total semua macam makanan (ml) Pengamatan parameter kebiasaan makan ikan juga dilakukan dengan. menggunakan metode frekuensi kejadian dilakukan dengan menghitung jumlah.

(42) saluran pencernaan yang berisi organisme sejenis dibagi jumlah saluran pencernaan seluruhnya yang terisi dan dinyatakan dalam persen dan selain itu juga dianalisis panjang alat pencernaan berbanding degan panjang tubuh dihitung dengan rumus sebagai berikut: FKM (%) =. x 100. 3.9. Analisis Pengukuran Kualitas Air. 3.9.1. Parameter Fisika. a.. Suhu Pengukuran suhu dengan menggunakan alat yaitu AAQ1183. Prosedur. penggukuran suhu dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1.. Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy. 2.. Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades. 3.. Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan. 4.. Menunggu sekitar 2 – 3 menit sampai angka yang muncul stabil. 5.. Menyimpan data pada smart handy.. b.. Kecerahan Menurut. Wiharyanto. (2009),. pengukuran. kecerahan. dengan. menggunakan alat secchi disk. Prosedur pengukuran kecerahan dilakukan dengan cara : 1.. Memasukkan atau menurunkan secchi disk pelan – pelan kedalam perairan hingga batas kelihatan atau batas tidak tampak pertama kali dan dicatat kedalamnya sebagai D1. 2.. Menarik pelan – pelan secchi disk hingga nampak pertma kali dan dicatat kedalamnya sebagai D2. 3.. Memasukkan data yang diperoleh kedalam rumus :.

(43) Kecerahan =. Keterangan : D1 = panjang tali secchi disk tidak tampak pertama kali D2 = panjang tali secchi disk tamak pertama kali 3.9.2. Parameter Kimia. a.. Derajat Keasaman (pH) Pengukuran derajat keasaman (pH) perairan menggunakan alat yaitu. AAQ1183. Prosedur pengukuran pH meter dilakukan dengan cara : 1.. Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy. 2.. Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades. 3.. Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan. 4.. Menunggu sekitar 2 – 3 menit sampai angka yang muncul stabil. 5.. Menyimpan data pada smart handy.. b.. Salinitas Pengukuran salinitas perairan menggunakan alat yaitu AAQ1183.. Prosedur pengukuran salinitas dilakukan dengan cara : 1.. Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy. 2.. Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades. 3.. Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan. 4.. Menunggu sekitar 2 – 3 menit sampai angka yang muncul stabil. 5.. Menyimpan data pada smart handy.. c.. Oksigen terlarut (DO) Pengukuran oksigen terlarut perairan menggunakan alat yaitu AAQ1183.. Prosedur pengukuran oksigen terlarut (DO) dilakukan dengan cara : 1.. Menghubungkan kabel sensor AAQ1183 ke smart handy.

(44) 2.. Mengkalibrasi sensor AAQ1183 menggunakan aquades. 3.. Memasukkan sensor AAQ1183 kedalam perairan. 4.. Menunggu sekitar 2 – 3 menit sampai angka yang muncul stabil. 5.. Menyimpan data pada smart handy.. d.. Nitrat Menurut et al. (1992), pengukuran kandungan nitrat adalah sebagai. berikut: -. Menyaring sampel 12,5 ml dan tuangkan ke dalam cawan porselen. -. Menguapkan diatas pemanas hingga air kering (terbentuk kerak). -. Menambahkan 2 ml asam fenol disulfonik dan diaduk denagn spatula. -. Mengencerkan dengan 10 ml aquades. -. Menambahkan NH4OH sampai 100 ml kemudian dimasukkan dalamm tabung reaksi. -. Menghitung kandungan nitrat dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm.. e.. Orthofosfat Menurut Hariyadi et al. (1998), pengukuran kandungan orthofosfat adalah. sebagai berikut: -. Menyaring air sampel sebanyak 25 ml ke dalam erlenmeyer. -. Mengambil 12,5 ml air sampel. -. Menambahkan 1 ml ammonium molybdate dan dihomogenkan.. -. Menambahkan 5 tetes SnCl2, lalu diaduk kemudian didiamkan selama 10 menit.. -. Menghitung kadar orthofosfat menggunkan spektrofotometer dengan panjang gelombang 690 nm.. f.. Total Organic Matter (TOM).

(45) Menurut Kristiawan et al. (2014), metode yang digunakan dalam pengukuran bahan organik total berdasarkan SNI 06-6989.22-2004 yaitu: -. 10 ml natrium oksalat 0,01 N dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml,. -. Setelah itu, 5 ml H2SO4 dimasukkan dan dipanaskan dengan suhu 70ºC. Setelah itu diangkat dan dititrasi KMNO4 0,01 N hingga berubah menjadi warna merah muda, dan dicatat berapa ml titrannya (a ml).. -. Tahap selanjutnya 50 ml air sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer, bila diduga bahan organik yang terdapat dalam sampel tinggi maka perlu melakukan pengenceran dengan cara mengambil 10 ml sampel air dan ditambahkan 40 ml aquades. Setelah itu 5 ml H2SO4 4N ditambahkan.. -. Lalu “a” ml 0,01 N KMNO4 ditambahkan dari buret dan selama 10 menit didihkan dengan suhu 70ºC kemudian diangkat. Bila suhunya sudah turun menjadi 60ºC, langsung ditambahkan Natrium oksalat 0,01 N secara perlahan-lahan sampai tak berwarna.. -. Setelah itu dititrasi dengan KMNO4 0,01 N sampai berubah warna menjadi merah jambu atau pink dan dicatat berapa ml titrannya (X ml). Selanjutnya mengambil 50 ml akuades, dan prosedur yang sama dilakukan seperti perlakuan pada sampel air, dan dicatat berapa ml titrannya (Y ml).. -. Lalu bahan organik total dihitung dengan rumus menurut SNI 06-6989.222004:. g.. Silika Pengukuran silika (BSN, Metode SNI 1991;06-2477, 1991) dilakukan. dengan cara sebagai berikut : 1.. Sampel air sebanyak 50 ml ditambahkan 1 ml HCl 1:1, ditambahkan 2 ml amonium molybdate dan didiamkan selama 5 menit. 2.. Lalu ditambahkan 2 ml asam oksalat. Kandungan silika air sampel diukur.

(46) menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm 3. Kemudian hasil yang diperoleh dicatat.. h.. Alkalinitas Menurut. Prasetyawan. (2017),. alkalinitas. total. diukur. dengan. menggunakan metode “titrasi”. Prosedurnya sebagai berikut: Ke dalam 50 ml sampel air laut ditambahkan 5 ml HCl 0,025 M dan dididihkan selama ± 5 menit, kemudian didinginkan dalam water bath. Setelah dingin ke dalam sampel ditambahkan 3 – 5 tetes bromothymol blue sebagai indikator, kemudian sampel dititrasi dengan NaOH 0,02 M, selama titrasi kedalam sampel dialirkan gas bebas CO2 (nitrogen atau helium). Proses titrasi dihentikan setelah sampel bewarna biru, dan volume NaOH yang terpakai dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus berikut: Alkalinitas Total =. Keterangan: V. = Volume HCl dan NaOH. t. = Molaritas HCl dan NaOH. Vb. = Volume sampel. -.

(47) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di tambak tradisional ikan bandeng (Chanos. chanos) Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Secara geografis Desa Banjarkemuning terletak pada koordinat 7º22’51,47’’LS. dan. 112º48’25,47’’BT.. Wilayah. Desa. Banjar. Kemuning. Kecamatan Sedati merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Sidoarjo dengan jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten sekitar 15 km. Desa Banjar Kemuning Kecamatan Sedati memiliki ketinggian tanah 5 M dari permukan air laut, yang memiliki luas wilayah 384.689 Ha. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.2. Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel Air Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua titik stasiun pengambilan. sampel air yaitu dekat inlet dan tambak. Stasiun 1 yang dijadikan lokasi pengambilan sampel kualitas air berada disebelah selatan mess. Pada stasiun 1 ini merupakan inlet (pintu air masuk) yang terpasang jaring. Sedangkan stasiun 2 berjarak beberapa meter dari stasiun 1 dan terletak dibagian tengah tambak, disebelah kiri stasiun terdapat sedangkan. disebelah. kanan. pepohonan serta. stasiun. terdapat. pengambilan air sampel dapat dilihat di Gambar 4.. ditumbuhi rerumputan. mess.. Gambar. stasiun.

(48) Stasiun 2. Stasiun 1 (inlet). Gambar 4 . Stasiun Pengambilan Sampel Air 4.3. Deskripsi Pengambilan Sampel Ikan Bandeng Pengambilan sampel ikan bandeng dilakukan di tambak tradisional ikan. bandeng (Chanos chanos) Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Luas tambak ini 4700 m2, pada pematang tambak ditumbuhi rerumputan dan pohon magrove yang akarnya cukup kuat untuk menahan erosi. Selain itu disekitar tambak terdapat mess. Komoditas pada tambak ini adalah ikan bandeng dengan padat tebar 5.000 ekor. Ikan bandeng ini ditebar pada bulan Maret awal. Tambak tradisional ikan bandeng (Chanos chanos) ini, tidak diberikan pakan buatan. Budidaya ikan bandeng di tambak ini menggunakan pakan alami. Pengambilan sampel ikan bandeng menggunakan jala dengan lebar mata jala 2 inchi. Sampel ikan bandeng diambil 60 ekor untuk dibedah dan diteliti isi lambungnya dan 40 ekor dari 60 ekor ikan tersebut diukur panjang dan beratnya. Pengambilan sampel ikan bandeng dilakukan selama 2 minggu sekali sebanyak 4 kali sampling..

(49) 4.4. Plankton di Perairan Tambak. 4.4.1. Hasil Perhitungan Fitoplankton. a.. Kelimpahan Fitoplankton Kelimpahan plankton adalah jumlah plankton dalam setiap liter air di. suatu perairan. Adapun hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton secara umum dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan hasil kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :. Gambar 5. Grafik Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan grafik diatas, kelimpahan fitoplankton tertinggi yaitu dari divisi Bachillariophyta diperoleh sebesar 35341 sel/ml dan kelimpahan fitoplankton terendah yaitu divisi euglenophyta sebesar 72 sel/ml. Hal tersebut menunjukkkan bahwa tergolong perairan eutrofik. Hal tersebut sesuai dengan Handayani (2009), kesuburan perairan berdasarkan kelimpahan plankton dibagi menjadi tiga macam yaitu: -. Eutrofik berarti kelimpahan plankton >15000 sel/ml dengan ciri-ciri perairan berwarna hijau karena kepadatan plankton tinggi dan semakin dalam perairan maka semakin berkurang kandungan oksigen..

(50) -. Mesotrofik merupakan perairan tingkat kesuburan sedang dengan kelimpahan plankton 2000-15000 sel/ml.. -. Oligotrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburannya rendah dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 0-2000 sel/ml. Diatom jenis Bachillariophyta mempunyai distribusi yang luas dengan. populasi yang bervariasi, mempunyai peranan penting di dalam rantai makanan, siklus hidup pendek, cepat bereproduksi, dijumpai di hampir semua substrat serta banyak dari spesiesnya yang sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga cepat mersespon dan mampu merefleksikan perubahan- perubahan kualitas air dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Soeprobowati, 2011). b.. Kelimpahan Relatif Fitoplankton Kelimpahan relatif memperlihatkan nilai yang berbeda setiap minggunya.. Hasil perhitungan kelimpahan relatif secara umum fitoplankton dapat dilihat pada Lampiran 6. Sedangkan hasil kelimpahan relatif dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini:. Gambar 6. Kelimpahan Relatif Fitoplanton Berdasarkan grafik kelimpahan relatif diatas, menunjukkan bahwa kelimpahan relatif pada minggu 1 tertinggi terdapat pada jenis Bacillariophyta sebesar 92,22% dan terendah adalah jenis Euglenophyta sebesar 0,19%. Secara keseluruhan persentase yang paling sering ditemukan adalah pada.

(51) tambak ini adalah jenis Bacillariophyta. Hal ini diduga karena divisi ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi pada semua tipe perairan salah satunya perairan payau. Menurut. Barus. (2008),. komposisi. jenis. fitoplankton. dari. kelas. Bacillariophyta selalu lebih banyak diperoleh dibanding dengan kelas lainnya yang sering ditemukan di perairan laut atau tambak. Divisi ini juga merupakan produsen primer yang sangat penting keberadaannya bagi perikanan tambak air payau. c.. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Lampiran 7.. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton H'. Stasiun 1 2. Minggu 1 2,88841 2,83308. Minggu 2 2,97951 3,00307. Minggu 3 2,88468 2,91459. Minggu 4 2,75763 2,82682. Berdasarkan data diatas indeks keanekaragaman pada stasiun 1 berkisar 2,75763 - 2,97951 sedangkan pada stasiun 2 berkisar 2,82682 - 3,00307. Dari hasil tersebut indeks keanekaragaman fitoplankton ditambak tersebut termasuk kondisi dimana stabilitas komunitas biota adalah moderat (sedang) hingga stabil. Menurut Yuliana (2012), apabila nilai H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondisi prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Menurut Sari et al. (2013), keanekaragaman rendah mengindikasikan bahwa dalam ekosistem tersebut ada kecenderungan dominasi jenis yang.

(52) disebabkan adanya ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan populasi. Apabila indeks keanekaragaman tinggi di suatu perairan, menunjukkkan perairan tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan plankton (Alamanda et al., 2012). d.. Indeks Dominansi Plankton Menurut Odum (1993), hilangnya jenis yang dominan akan menimbulkan. perubahan-perubahan yang penting tidak hanya dalam komunitas biotiknya sendiri tetapi juga dalam lingkungan fisiknya. Adanya dominansi jenis plankton dapat diindikasikan perairan tersebut sudah tercemar atau kurang subur sehingga hanya jenis tertentu saja yang mampu beradaptasi yang dapat hidup. Dominansi jenis suatu organisme merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kualitas suatu lingkungan. Perhitungan indeks dominansi fitoplankton dapat dilihat pada Lampiran 8. Data indeks dominansi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Indeks Dominansi Fitoplankton Stasiun 1 2. D Minggu 1 0,085490 0,103491. Minggu 2 0,081589 0,084002. Minggu 3 0,104612 0,098453. Minggu 4 0,103661 0,090996. Berdasarkan data diatas, indeks dominansi fitoplankton pada stasiun 1 berkisar antara 0,081589 - 0,104612. Pada stasiun 2 berkisar antara 0,084002 0,103491. Hal ini sesuai dengan pernyataan. Dhahiyat et al. (2003), bahwa. indeks dominansi termasuk kategori 1 dengan nilai 0,00 < D < 0,30 yang berarti tidak ada jenis fitoplankton tertentu yang mendominasi di perairan tersebut. Setiap jenis plankton mampu berasosiasi dengan baik dalam suatu ekosistem sehingga tidak ditemukan faktor yang menyebabkan tekanan ekologis dari jenis plankton tertentu. Hal ini juga mengindikasikan tidak ada lokasi-lokasi tertentu yang memiliki perbedaan signifikan dari jumlah/jenis plankton, dengan demikian.

(53) semua lokasi pengamatan dapat menunjang kehidupan biota perairan dengan baik khususnya plankton (Anggara, 2017). 4.4.3. Hasil Perhitungan Zooplankton. a.. Kelimpahan Zooplankton Perhitungan kelimpahan. zooplankton dilakukan untuk mengetahui. kelimpahan plankton yang ditemukan selama pengamatan. Hasil perhitungan kelimpahan zooplankton secara umum dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil kelimpahan dapat dilihat pada Gambar 7. berikut ini :. Gambar 7. Grafik Kelimpahan Zooplankton Berdasarkan data kelimpahan dan grafik diatas, kelimpahan tertinggi zooplankton pada tambak ini yaitu pada divisi rotifera sebesar 718 ind/ml dan terendah 215 ind/ml pada divisi arthropoda. Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi antara kelimpahan jenis zooplankton dan beberapa parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, kekeruhan, oksigen terlarut, pH, dan kelimpahan fitoplankton. Kelimpahan fitoplankton berkorelasi linear dengan kelimpahan zooplankton. Kelimpahan zooplankton cenderung meningkat dengan meningkatnya kelimpahan fitoplankton di perairan. Kelimpahan jenis zooplankton.

(54) menurun dengan meningkatnya suhu dan kadar oksigen terlarut dalam air dan meningkatnya salinitas di perairan (Rimper et al., 2008). b.. Kelimpahan Relatif Zooplankton Kelimpahan relatif memperlihatkan nilai yang berbeda setiap minggunya.. Hasil perhitungan Kelimpahan relatif secara umum dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil kelimpahan relatif dapat dilihat pada Gambar 8.. Gambar 8. Kelimpahan Relatif Zooplankton (%) Berdasarkan data pada tabel dan hasil dari grafik diatas, kelimpahan relatif zooplankton tertinggi adalah pada minggu keempat sebesar 41% dari divisi rotifera dan terendah arthropoda 15%. Rotifera adalah golongan zooplankton, mikroskopis dan bergerak aktif. Rotifera dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dalam pengoperasian balai benih fauna laut karena rotifera merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang penting untuk larva ikan. Tingginya kelimpahan zooplankton yang didapatkan pada tambak tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan zooplankton pada stasiun ini lebih baik dan berada pada kisaran yang layak. Faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan zooplankton di perairan adalah makanan. Makanan utama bagi zooplankton adalah fitoplankton,.

(55) kelimpahan fitoplankton yang besar mampu mendukung kehidupan yang layak bagi zooplankton. Selain itu, parameter fisika-kimia perairan seperti suhu, pH, dan. oksigen. terlarut. juga. sangat. mempengaruhi. pertumbuhan. dan. perkembangan zooplankton (Yuliana, 2014). c.. Indeks Keanekaragaman Zooplankton Hasil perhitungan indeks keanekaragaman zooplankton pada tambak. tradisional dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Zooplankton H'. Stasiun 1 2. Minggu 1 1,34029 1,25886. Minggu 2 1,33150 1,31990. Minggu 3 1,35144 1,33886. Minggu 4 1,30646 1,34086. Berdasarkan data tabel diatas, indeks keanekaragaman zooplankton pada stasiun 1 berkisar 1,30646 - 1,35144 sedangkan pada stasiun 2 berkisar 1,25886 - 1,34086. Berdasarkan hasil tersebut nilai indeks keanekaragaman zooplankton termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang (H’ berkisar 1-3). Menurut Iswanto et al. (2015), apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondisi prima (stabil). Semakin besar. nilai H’ menunjukkan. semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Keanekaragaman rendah berarti kondisi perairan labil karena perairan tersebut hanya cocok bagi jenis tertentu. Keanekaragaman sedang atau moderat menandakan organisme tersebut menyebar merata. Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan jenis organisme variasinya tinggi dan didukung oleh.

(56) faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis yang hidup dalam habitat bersangkutan (Odum 1993). d.. Indeks Dominansi Zooplankton Menurut Odum (1993), hilangnya jenis yang dominan akan menimbulkan. perubahan-perubahan yang penting tidak hanya dalam komunitas biotiknya sendiri tetapi juga dalam lingkungan fisiknya. Adanya dominansi jenis plankton dapat diindikasikan perairan tersebut sudah tercemar atau kurang subur sehingga hanya jenis tertentu saja yang mampu beradaptasi yang dapat hidup. Dominansi jenis suatu organisme merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kualitas suatu lingkungan. Perhitungan indeks dominansi zooplankton dapat dilihat pada Lampiran 13. Nilai indeks dominansi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Indeks Dominansi Zooplankton Stasiun 1 2. D Minggu 1 0,27339 0,27543. Minggu 2 0,27737 0,26984. Minggu 3 0,26625 0,29608. Minggu 4 0,29206 0,29566. Berdasarkan data diatas, indeks dominansi zooplankton pada stasiun 1 berkisar 0,26625 - 0,29206. Pada stasiun 2 berkisar 0,26984 - 0,29608. Hal tersebut. menunjukkan. bahwa. tidak. terdapat. jenis. zooplankton. yang. mendominasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Munthe, et al. (2012), kriteria indeks dominansi (D) adalah: - 0 < D < 0,5 : tidak ada jenis yang mendominasi - 0,5 < D < 1 : terdapat jenis yang mendominasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi dominansi antara lain adalah makanan yang tersedia di perairan, dimana dapat mendukung untuk kehidupan biota-biota di perairan tersebut. Dengan ketersediaan makanan yang mencukupi di perairan.

(57) tersebut, maka zooplankton pemangsa menjadi lebih bervariasi. Hal ini akan menguntungkan bagi zooplankton, karena zooplankton memiliki pilihan untuk makan sesuai dengan kebiasaan makannya dan jenis pakannya. Hal ini dikarenakan semakin banyak jenis semakin banyak jumlah jenis, sehingga keseragaman relatif rendah. Hal tersebut menyebabkan tidak terjadi dominansi. Karena setiap individu memiliki kesempatan untuk memilih makanan yang tersedia dan setiap individu mendapatkan makanan yang berlebih (Noventalia, 2012). 4.5. Plankton pada Lambung Ikan Bandeng. 4.5.1. Komposisi Plankton pada Lambung Ikan Bandeng. a.. Komposisi Fitoplankton Komposisi jenis plankton dalam lambung dapat diketahui dengan. menentukan jenis plankton yang ditemukan dalam lambung. Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel lambung Ikan Bandeng (Chanos chanos) dari pengamatan minggu pertama sampai minggu keenam didapatkan hasil komposisi jenis fitoplankton dalam lambung pada Lampiran 13. Di bawah ini presentase komposisi fitoplankton dalam lambung ikan bandeng dapat dilihat pada Gambar 9..

Gambar

Gambar 1. Bagan Pendekatan Masalah
Gambar 2. Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Gambar 3. Sistem Pencernaan Ikan (Djarijah, 1995)
Gambar 4 . Stasiun Pengambilan Sampel Air
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga empat kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 2,10 persen, kelompok

Berdasarkan hasil dari perencanaan, perancangan, pembuatan, implementasi program dan penjelasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif ini

Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia

Sehingga untuk dapat mencapai kehidupan sosial yang berbudaya diperlukan adanya peraturan hukum yang sesuai dengan sikap dan nilai-nilai yang hidup dalam individu-individu

Kompetensi paedagogik dapat dilihat dari kemampuan guru membuat administrasi pembelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta

Hasil belajar siswa sebelum tindakan (skor dasar) dengan nilai rata-rata 58,54 kemudian mengalami peningkatan pada siklus I setelah penerapan model inkuiri dengan

Perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha yang didalamnya terdapat klausul non- kompetisi, yang isinya memberikan larangan bagi pekerja untuk bekerja di tempat lain dengan bidang

dan proses kedatangan pengguna line telepon dapat dimodelkan dengan proses stokastik. Pada tulisan ini pembahasan hanya dibatasi pada proses stokastik dengan waktu