• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Dia jukan Oleh :

NADIAR RYAN IRFANANTA

0813010093 / EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

SKRIPSI

dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur Padatanggal 05 Oktober 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

PembimbingUtama Ketua

(3)

LEVERAGE PADA PERUSAHAAN FOOD AND

BEVERAGES YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

NADIAR RYAN IRFANANTA

0813010093 / EA

Telah disetujui untuk diseminar kan oleh :

Pembimbing Utama

Dr . Sr i Tr isnaningsih, SE, MSi Tanggal………

Mengetahui Kapr ogdi Akunta nsi

Dr . Sr i Tr isnaningsih, SE, MSi NIP. 196509291992032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Ka ta Pen ga n t a r

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Karakteristik Perusahaan Ter hadap Leverage Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Go Public Di Bur sa Efek Indonesia”. Dimana skripsi ini merupakan tugas yang diberikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan akuntansi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penyusun banyak menemui berbagai hambatan dan kesulitan sehingga skripsi ini jauh dari kesempurnaan , penyusun tidak akan melupakan jasa – jasa baik mereka yang telah memberikan dorongan, petunjuk, saran dan bimbingan yang sangat membantu dalam penyelesaian laporan ini. Pada kesempatan ini , penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Ec. RA. Suwaidi, MS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta dengan kesabarannya membimbing penulis sampai penulis sampai terselesainya skripsi ini dan selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Seluruh Dosen jurusan akuntansi dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan.

(5)

ii

memberikan semangat, serta bantuannya.

8. Sahabat-sahabat selama perkuliahan Eko Waluyo, Risky Fachrul Rizal, Nizar Fitrandy , Sri Hono, Mega, Sofyan, Hermawan, Bagus Andreansyah dan teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan , untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, September 2012

Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan ... 10

2.2.2 Leverage ... 14

2.2.3. Ukuran Perusahaan ... 20

2.2.4. Profitability ... 21

2.2.5. Pertumbuhan Asset ... 23

2.2.6. Pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage ... 24

2.2.7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage ... 25

2.2.8. Pengaruh Pertumbuhan Asset terhadap Leverage ... 25

2.2.9. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Asset terhadap Leverage ... 26

2.3. Kerangka Pikir ... 28

(7)

ii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 29

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Perusahaan ... 37

4.2 Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 40

4.3 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 44

4.4 Hasil Pengujian Uji F Dan Uji T ... 46

4.5 Pembahasan ... ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 50

4.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Perusahaan Food and Beverages digunakan dalam penelitian ini, karena perusahaan ini merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan Food and Beverages memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam persaingan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan asset terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi Perusahaan Food and Beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 – 2010 sejumlah 15 perusahaan.. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Profitabilitas memberikan kontribusi terhadap leverage. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Ukuran Perusahaan tidak memberikan kontribusi terhadap leverage Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Pertumbuhan Asset secara parsial berpengaruh terhadap Leverage.

(9)

1

1.1. Latar Balakang

Di dalam usaha untuk mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan, manajer memerlukan dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi dana tersebut adalah dengan hutang. Hutang merupakan mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan (internal control). Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal dan juga penggunaan hutang meningkatkan risiko. Menurut Jensen (1986 dalam harjito dan Nurfauziah, 2006) mengusulkan bahwa kebijakan hutang digunakan sebagai alat untuk mendisiplinkan manajer karena manajer harus bekerja lebih keras untuk membayar kembali hutang dan bunganya. Selain hutang, agency cost dapat dikurangi dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (external control), meningkatkan dividen pay out ratio atau rasio dividen tehadap laba bersih

Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

2

mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Baridwan, 2004). Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b) pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005)

(11)

bertumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang memiliki free cash flow rendah. (Zahro, 2008 : 2)

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Utang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Dalam bahasa lebih mendasar, leverage adalah sejauh mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan dengan menggunakan dana milik sendiri atau modal sendiri. Hal ini dapat diukur dengan membandingkan antara jumlah utang dan jumlah modal sendiri. Leverage dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perubahan yang menonjol akibat dari perubahan lain yang kecil. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar memiliki keuntungan lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

4

Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,1997).

Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan oleh perusahaan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal, karena kemudahan tersebut maka perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana menurut Wahidahwati (2000 dalam Nisa, 2003).

(13)

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan Food and Beverages yang go public di BEI (Bursa Efek Indonesia), karena terdapat fenomena pada Perusahaan Food and Beverages yang go public di BEI, yaitu jumlah hutang yang cenderung meningkat seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Lever age Per usahaan Food And Bever ages

No. Perusahaaan 2007 2008 2009 2010

1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3.65 1.60 2.14 2.23

2 Akasha Wira Internasional Tbk 1.66 2.56 1.61 2.25

3 Cahaya Kalbar Tbk 1.80 1.45 0.89 1.34

4 Delta Jakarta Tbk 0.29 0.34 0.27 0.38

5 Fast Food Indonesia Tbk 0.67 0.63 0.63 0.54

6 Multi Bintang Indonesia Tbk 2.14 1.73 8.44 2.45

7 Mayor Indah Tbk 0.73 1.32 1.03 1.18

8 Prasidha Aneka Niaga 2.14 1.63 1.44 1.33

9 Pionerindo Gourmet International Tbk 64.47 15.28 4.07 3.25

10 Sierad Produce Tbk 0.29 0.34 0.39 0.51

11 Smart Tbk 1.29 1.17 1.13 1.14

12 Siantar Top Tbk 0.44 0.72 0.36 0.45

13 Tunas Baru Lampung 1.62 2.15 1.80 1.7

14 Ultra Jaya Milik Tbk 0.64 0.53 0.45 0.5

15 Sekar Laut Tbk 0.90 1.00 0.70 0.73

Sumber : Bursa Efek Indonesia (diolah penulis)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

6

Berdasarkan data pada tabel 1 diatas, kecenderungan naik hutang perusahaan food beverage tersebut menandakan juga masalah leverage perusahaan food and beverage juga tinggi. Kenaikan leverage dalam penelitian ini diindikasikan oleh profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan asset. Profitabilitas mengasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki laba atau profit yang besar akan memiliki kesempatan yang baik untuk bersaing dengan perusahan yang sama. Mayer dalam Karsana (2005) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai kombinasi antara asset yang dimiliki dan peluang investasi. Profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang,

Perusahaan Food and Beverages digunakan dalam penelitian ini, karena perusahaan ini merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan Food and Beverages memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, Melihat kondisi yang demikian, banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam persaingan.

1.2. Rumusan Masalah

(15)

a. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI ?

b. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI ?

c. Apakah pertumbuhan asset berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI ?

1.3. Tujuan Penelitian

Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisa pengaruh profitabilitas terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

b. Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

c. Untuk menganalisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjelaskan secara empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi leverage pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya lagi Perusahaan Food and Beverages.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

8

2. Manfaat Bagi penelitian selanjutnya

(17)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu a) Soleman, (2010)

Judul :

Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Leverage

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variable pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap tingkat leverage pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas baik secara individu maupun bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat leverage pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia

b) Zahro, (2008) Judul

Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Dividen Dan Leverage Perusahaan

(19)

Investasi berbasis proxy, 3. Perbedaan langkah-langkah, 4. Komposit IOS proxy dari proxy individu. Dividen yang berkaitan dengan keputusan tentang bagaimana pendapatan banyak yang akan di-share ke pemegang saham. Dividen besar masa lalu akan meningkatkan kebutuhan kas masa depan. Jadi, itu akan memotivasi untuk melakukan pinjaman yang lebih besar dan meningkatkan leverage keuangan yang lebih besar juga.

c) Singhania, (2010) Judul :

Financial Leverage and Investment Opportunities in India: An Empirical Study

Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengisolasi karakteristik perusahaan yang menentukan struktur modal, dalam konteks perusahaan India. Sampel terdiri dari 963 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Bombay (BSE) untuk periode 2004-2008. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara hutang rasio perusahaan dan pertumbuhan mereka, likuiditas dan coverage ratio bunga. Ada korelasi positif antara ukuran perusahaan dan rasio utang sementara signifikansi variabel dummy menunjukkan perbedaan yang signifikan dari struktur modalantara perusahaan dengan lebih dari 50 tingkat utang persen dibandingkan dengan mereka yang kurang dari itu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

11

2.1.1. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu

Perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah :

No. Nama Variabel Uji

1. Soleman, (2010) pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas tingkat leverage

Uji moderating

2. Zahro, (2008) Leverage perusahaan Uji moderating

3. Singhania, (2010) Financial Leverage and Investment Opportunities

Uji moderating

4. Nadiar (2012) pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas tingkat leverage

Uji regresi linier berganda

Sumber : peneliti

(21)

2.2Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:3) Pada dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut Dividen merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan.

Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

13

usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva. Fungsi manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti pemasaran, produksi, maupun sumberdaya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan menghambat dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.

(23)

2.2.1.1 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:4) Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik, kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan Dividen. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dari tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang memaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang tebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (earning per share). Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan bisa menarik modal baru (mengeluarkan saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas risiko (misalnya deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan cara semacam ini akan meningkatkan nilai saham, tentu saja tidak, karena pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar bunga deposito yang relatif lebih kecil, sementara mereka harus menanggung risiko. Jika hal ini terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi dividen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

15

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujud memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham. sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lermbar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko, dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar.

2.2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:5) Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya dilakukan oleh suatu perusahaan: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan.

Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.

2.2.2 Leverage

(25)

dan laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dan modal sendiri dan hutang. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Baridwan, 2004).

Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dan hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu (a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dan hutang, (b) pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005).

Penggunaan hutang memiliki kelemahan (a) hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berk-urang. Pada kondisi ekstrim, kerugian tersebut dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Karena dengan penggunaan utang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

17

alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain (Masdupi, 2005).

Menurut Kartadinata (1999:57), rasio hutang atau disebut juga dengan debt ratio mengukur persentase kebutuhan modal yang dibelanjai dengan hutang. Meningkatnya rasio hutang berarti bahwa kegiatan operasional perusahaan lebih banyak diperoleh dari hutang.

Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Utang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham ataupun investor (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Dalam bahasa lebih mendasar, leverage adalah sejauh mana kita menggunakan utang sebagai sumber dana dibandingkan dengan menggunakan dana milik sendiri atau modal sendiri. Hal ini dapat diukur dengan membandingkan antara jumlah utang dan jumlah modal sendiri. Menurut Hanafi (2004: 327) leverage dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perubahan yang menonjol akibat dari perubahan lain yang kecil. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya aktiva dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham.

(27)

rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Rasio leverage (leverage ratio) mengukur tingkat sejah mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang (Weston dan Copeland, 1995: 238) dalam Dewi (2007). Dengan mengetahui leverage ratio akan dapat dinilai tentang: (a) Posisi perusahaan terhadap seluruh kewajibannya kepada pihak lain, (b) Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap, dan (c) Keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan modal.

a. Leverage Operasi (Operating Leverage)

Operating Leverage bisa diartikan sebagai sebearapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi atau dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki degree of operating leverage (DOL) yang tinggi pula. DOL merupakan salah satu komponen yang dapat menunjukkan resiko bisnis perusahaan. DOL perusahaan memperbesar dampak dari faktor lain pada variabilitas laba operasi. Meskipun DOL itu sendiri bukan sumber variabilitas. DOL yang tinggi tidak akan berpengaruh bila perusahaan dapat memelihara penjualan dan struktur biaya yang konstan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

19

b. Leverage keuangan (Financial Leverage)

Leverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan atas penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham (Martono&Harjito, 2003). Masalah leverage keuangan baru timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Beban tetap yang dikeluarkan dari penggunaan dana misalnya hutang obligasi harus mengeluarkaan beban tetap berupa bunga, sedangkan penggunaan dana yang berasal dari saham preferen harus mengeluarkan beban teteap berupa dividen.

(29)

secara signifikan. DFL dapat diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).

2.2.3. Ukur an Perusahaan (Firm Size)

Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat (Weston dan Brigham, 1994:174) dalam Asuhanrembulan (2008). Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva (Feri dan Jones dalam Masidonda, Maski, dan Idrus, 1999) dalam Asuhanrembulan (2008).

Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati 2000 dalam Nisa Fidyan, 2003) dalam Asuhanrembulan (2008). Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal didasarkan pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

21

kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar (Asuhanrembulan, 2008).

2.2.4. Profitability

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan (Asuhanrembulan, 2008). Arifin (2001) dalam Asuhanrembulan (2008) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan Machtoedz (1994) dalam Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas sebagai suatu indicator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan (Asuhanrembulan, 2008).

Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yangdiinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking

order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan

(31)

Menurut beberapa ahli pengertian profitabilitas, antara lain:

a. menurut Helfert (2003:126) “profitability is the effectiveness with which

management has employed both the total assets and the net assets as

recorded on the balance sheet”,

b. menurut Greuning (2005:29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.

Berdasarkan bebarapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

a. Gross profit margin (GPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari

setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.

b. Operating profit margin (OPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase

dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.

c. Net profit margin (NPM). Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur

persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d. Return on assets (ROA). Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan

manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

23

e. Return on equity (ROE). Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang

diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.

2.2.5. Pertumbuhan Asset

Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri.

(33)

memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran dividen.

2.2.6. Pengaruh Pr ofitabilitas terhadap Leverage

Profitabilitas mengasumsikan bahwa perusahaan yang memiliki laba atau profit yang besar akan memiliki kesempatan yang baik untuk bersaing dengan perusahan yang sama. Mayer (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai kombinasi antara asset yang dimiliki dan peluang investasi. Profitabilitas yang tinggi memberikan signyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan perusahaan. Kemudian Miles dalam Belkouwi (2001) menyimpulkan bahwa beta opsi pertumbuhan tergantung pada profitabilitas investasi di masa yang akan datang. (Gumanti, 2008:142)

Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998), Myers (1984) dan Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

25

2.2.7. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage

Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu hutang. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur . Penelitian yang dilakukan Homaifar dan Zietz et.al (1994), Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan.

Myers dan Mjluf seperti dikutip Moh'd et al, (1998) dalam Masdupi (2005) komposisi atau jaminan nilai asset akan berpengaruh positif terhadap kebijakan utang. Semakin tinggi nilai jaminan nilai semakin mudah untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur. Hasil studi Moh'd et al (1998) menemukan bahwa asset structure mempunyai hubungan yang poitif dan signifikan dengan kebijakan utang.

2.2.8. Pengaruh Pertumbuhan Asset terhadap Leverage

(35)

Pertumbuhan aset menunjukkan nilai jaminan dari aset perusahaan. semakin tinggi aset perusahaan yang dijaminkan, semakin besar kemungkinan menerbitkan lebih banyak hutang untuk memperoleh kesempatan investasi yang lebih baik. (Soleman, 2008 : 415)

Pertumbuhan aset mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan utang. Myers dalam Masdupi (2005), menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order untuk keputusan pendanaan. Pecking order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian diikuti oleh utang dan ekuitas. Jika hal ini benar, implikasinya adalah ada hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio. Hasil Studi Moh'd et al (1998) menemukan adanya hubungan yang negatif antara profitabilitas dengan kebijakan utang

2.2.9. Pengaruh Pr ofitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Asset terhadap Leverage

Lasher (2003) mengemukakan bahwa komposisi tingkat hutang / leverage dengan ekuitas suatu perusahana akan bervarias sesuai dengan karakteristik perusahaan dan kondisi ekonomi. Karakteristik perusahaan adalah spesifikasi suatu perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain, yang terdiri dari pertumbuhan asset, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan. Adanya perbedaan karakteristik perusahaan akan menyebabkan perbedaan pada pemenuhan sumber dana perusahaan dan leverage perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

27

Semakin tinggi asset perusahaan yang dapat dijaminkan, maka semakin besar kemungkinan menerbitkan lebih banyak hutang. Demikian juga dengan ukuran perusahaan, semakin besar nilai penjualan, memperlihatkan semakin besar ukuran perusahaan yang akan mencerminkan pula semakin besar kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan keuntungan dalam membiayai kebutuhan dananya pada masa yang akan datang.

Dalam hal ini perusahaan cenderung meningkatkan leverage karena berkembang semakin besar. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal. Kemudahan untuk mengakses ke pasar modal ini disebabkan karena perusahaan mempunyai fleksibilitas yang lebih besar untuk mendapatkan sumber dana dalam waktu yanv cepat dari pinjaman karena perusahaan ditunjang oleh tingkat penjualan yang tinggi sehingga leverage perusahaan makin tinggi.

(37)

2.3Kerangka Pikir

Uji Regresi

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap leverage berpengaruh pada Perusahaan

Food and Beverages yang Go Public di BEI

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

H3 : Pertumbuhan Asset berpengaruh terhadap leverage pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public di BEI

Profitabilitas (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Leverage (Y)

Pertumbuhan Asset (X3)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Profitabilitas(X1)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri (Inneke 2008 : 281). Variabel ini diukur dengan menggunakan Return On

Assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio. Untuk mengukur variabel ini digunakan rumus sebagai berikut :

Laba bersih ROA =

Total aktiva

2. Ukuran Perusahaan(X2)

(39)

3. Pertumbuhan Asset(X2)

Ukuran Pertumbuhan asset merupakan pertumbuhan sumber daya yang diukur dari perbedaan nilai total asset antara akhir dengan awal tahun dibagi dengan total asset awal tahun.

Total asset (t) - Total asset (t-1) Pertumbuhan Asset =

Total asset (t-1) Keterangan :

Total asset (t) = nilai total asset awal tahun

Total asset (t-1) = nilai total asset akhir tahun

4. Leverage(Y)

Adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Inneke 2008 : 283)

Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba rugi Perusahaan Food and Beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 – 2010 sejumlah 15 perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

30

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi, (Sumarsono, 2002 : 44)

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden – responden berdasarkan criteria atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel sebagai bagian dari populasi. Kriteria yang dimaksud adalah:

1. Perusahaan Food and Beverages di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2010 yang aktif memberikan laporan keuangan pada periode tersebut.

2. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di Bursa Efek Bursa Efek Indonesia

3. Perusahaan Food and Beverages di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2010 yang mengalami kenaikan leverage

(41)

3.3. J enis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan data yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan Food and Beverages di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari : a. Metode Dokumentasi

Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan.

b. Studi Pustaka

Yaitu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini dari perusahaan.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

32

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas. 2. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

(43)

(sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n ) sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 61).

Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1 : Autokorelasi

3.5.2 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Moderating. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut : 1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat

berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

34

dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.

2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat

Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

1. Uji Kecocokan Model (Uji F)

Uji F dipergunakan untuk mengetahui kecocokan model variabel bebas terhadap variabel terikat.

(45)

R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Nilai Kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan (α) 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah :

1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak

2. Uji t

Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

thitung =

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

36

se : standar error

a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hi : bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Tingkat signifikan 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian :

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Perusahaan

4.1.1. Gambaran Umum Bur sa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO seperti dewasa ini.

Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan (tahun 1992).

Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

38

didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi/ surat utang.

(49)

tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia a. Visi

Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel, kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:

“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive

Bourse”.

b. Misi

Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. to produce variety of sellable high standard capital market

product.

2. to provide high technology infrastructures.

3. to meet customer satisfaction priority.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

40

4. to strengthen investor’s protection.

5. to create market integrity and transparency.

6. to create high competencies and favorable choice for human

resource.

4.2. Deskr ipsi Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data tersebut telah terdistribusi normal. (Santoso, 2001 : 97)

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka

(51)

Sumber : Lampiran

Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada variable Ukuran Perusahaan dan leverage yang memiliki distribusi normal dimana nilai Asymp. Sig (signifikansi) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal..

4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Autokorelasi

Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan metode Uji Durbin-Watson d. Adapun pengujiannya adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(52)

42

Tabel 4.2. Data Autokorelasi

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2.033, hal ini menunjukkan adanya gejala autokorelasi negatif. Deteksi Autokorelasi:

Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif) Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi

4.2.3.2 Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi.

(53)

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian colliniearity

statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang

artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala multikolinier.

4.2.3.3 Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(54)

44

Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3, TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya,(nilai Sig lebih besar dari 0,05) maka hasil analisis ini dapat disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

(55)

Sumber : Lampiran

Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = α + b 1 X1 + b 2 X2 + b 3 X1.X3 + b 4 X2.X3 + e

Y = 3.492 + 0.111 X1 + 0.046 X2 + 0.157 X3 + e

Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan maka nilai Leverage (Y) adalah sebesar 3.492

Koefisien regresi untuk variabel Profitabilitas (X1) diperoleh nilai 0.111, hal ini mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Profitabilitas (X1) akan menaikkan nilai Leverage (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

Koefisien regresi untuk variabel Ukuran Perusahaan (X2) diperoleh nilai 0.046 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Ukuran Perusahaan (X2) akan menaikkan nilai Leverage (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(56)

46

Koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Asset (X3) diperoleh nilai 0.157 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Pertumbuhan Asset (X3) akan meningkatkan nilai Leverage (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.

4.4.1.3. Hasil Pengujian Uji F dan uji t

Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil dari uji F dan uji t adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 : Hasil Uji F

Sumber : Lampiran

(57)

Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :

1. Profitabilitas (X1) berpengaruh terhadap Leverage (Y), dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,006 < 0,05 : signifikan [positif].

2. Ukuran Perusahaan (X2) tidak berpengaruh terhadap Leverage (Y), tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,276 > 0,05 : non signifikan [positif]. 3. Pertumbuhan Asset berpengaruh terhadap Leverage (Y), dapat diterima

dengan tingkat [Sig. 0,026 < 0,05 : signifikan [positif].

4.5. Pembahasan

4.5.1 Pengaruh Pr ofitabilitas terhadap Leverage

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel profitabilitas berpengaruh terhadap Leverage, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya laba yang tinggi tersebut, maka berdasarkan teori Pecking Order ini perusahaan akan terlebih dahulu menggunakan dana internal dibandingkan mengunakan dana eksternal dalam membiayai kegiatan usaha perusahaan, sehingga dalam hal ini Ukuran Perusahaan akan berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan. Hal ini mendukung pendapat Mayer (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan sebagai kombinasi antara asset yang dimiliki dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(58)

48

peluang investasi. profitabilitas yang tinggi memberikan signyal mengenai pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas tersebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan perusahaan. Kemudian Miles dalam Belkouwi (2001) menyimpulkan bahwa beta opsi pertumbuhan tergantung pada investasi di masa yang akan datang. Myers dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998), Myers (1984) dan Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio.

4.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Leverage

(59)

signifikan dengan kebijakan utang. Dalam hal ini, perusahaan cenderung untuk meningkatkan leverage karena berkembang semakin besar. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal. Kemudahan untuk mengakses ke pasar modal ini disebabkan perusahaan mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan sumber dana dalam waktu yang cepat. Homaifar dan Zietz et.al (1994), Lopez dan Francisco (2008) menunjukkan hasil yang seragam dimana ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan.

4.5.3 Pengaruh Pertumbuhan Asset terhadap Leverage

Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel pertumbuhan asset berpengaruh terhadap Leverage, hal ini sesuai dengan teori Myers dalam Masdupi (2005), menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order untuk keputusan pendanaan. Pecking order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian diikuti oleh utang dan ekuitas. Jika hal ini benar, implikasinya adalah ada hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio. Hasil Studi Moh'd et al (1998) menemukan adanya hubungan yang negatif antara profitabilitas dengan kebijakan utang. Pertumbuhan aset menunjukkan nilai jaminan dari aset perusahaan. semakin tinggi aset perusahaan yang dijaminkan, semakin besar kemungkinan menerbitkan lebih banyak hutang untuk memperoleh kesempatan investasi yang lebih baik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(60)
(61)

5.1. Kesimpula n

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Profitabilitas memberikan kontribusi terhadap leverage.

2. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Ukuran Perusahaan tidak memberikan kontribusi terhadap leverage

3. Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Pertumbuhan Asset secara parsial berpengaruh terhadap Leverage,

5.2. Sar an

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

1. Perusahaan agar mampu menjaga struktur modal supaya optimal, maka perusahaan jika membagikan Profitabilitas dalam jumlah tinggi, maka akan mendorong tingkat hutang perusahaan juga semakin tingi karena perusahaan memerlukan asupan dana dari luar guna menjaga stuktur modal agar tetap optimal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(62)

2. Perusahaan perlu memperhatikan agar jangan sampai terdapat jumlah hutang yang melebihi kemampuan perusahaan karena peningkatan jumlah hutang berarti akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan.

3. Profitabilitas perlu diperhatikan, alat monitoring agen / manager untuk mengelola sesuai kepentingan pemegang saham.

4. Dalam penentuan leverage perusahaan sebaiknya memiliki target dalam struktur modal dan perusahaan melakukan penyesuaian menuju target tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus melakukan penelitian mengenai komposisi rasio hutang yang optimal.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robbert , 1997, Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia. Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta Belkaoui, Ahmed Riahi. 2001. Teori Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Brigham, Eugene dan Houston, Joel F., 2001. Manajemen Keuangan. Alih

Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Ghozali,Imam. 2001. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang

Gumanti, 2008, Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) Dengan Realisasi Pertumbuhan serta perbedaan perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh Terhadap kebijakan pendanaan dan dividen Di bursa efek Jakarta, SMART : Vol. 1 No. 2 Januari 2005

Harahap, Syafri Sofyan,1998. Menuju Perumusan Teori Akuntansi.

Jakarta:Quantum.

Hanafi, M., Mamduh. 2004. “Manajemen Keuangan”, BPFE, Yogyakarta

Inneke, Theoral, 2008, dengan judul Analisis Investment Oppurtunity Set dan Profitabilitas dalam Memoderasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Tingkat Leverage Perusahaan, Jurnal Akuntansi Tahun XII September

2008.

Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Nasir. Mohammad, 2006, Metodologi Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia.

Norpratiwi, M.V. Agustina. 2004. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set terhadap Return Saham”, Thesis Pascasarjana UGM.

Martono dan Harjito Agus. 2003. “Manajemen Keuangan”, EKONISIA, Yogyakarta

Masdupi, Erni, 2005. Analisis Dampak Struktur kepemilikan pada kebijakan

Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan, Jurnal Ekonomi & Bisnis

Indonesia. Vol.20, No. 1 hal 57-69

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(64)

29

Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Standar Akuntansi Keuangan, 2007. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian

Laporan Keuangan.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Santoso Singgih, 2001, SPSS Statistik Parametik, Komputindo, Jakarta.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Singhania, 2010, dengan judul : Financial Leverage and Investment Opportunities in India: An Empirical Study, Journal of Financial Economics. Vol. 3 Sudarmadji, M.A. dan Sularto, L. 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding

Pesat, Vol. 2, ISSN: 1858-2559, Agustus,Hal.A53-A61

Sudrajat, 2001, Modul Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga, Bandung,Alfabeta. Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN

”Veteran” Jawa Timur.

Sumodiningrat, 2002, Metode Statistika, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Ulupui, 2009, ”Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Harga saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori Industri barang konsumsi di BEJ), Jurnal

Manajemen Keuangan Vol. 4 No.1

Zahro, Inayati, 2009, Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Dan Leverage Perusahaan, Jurnal Muria Kudus Vol. 4

No.1

Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.

(65)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Tabel 1. Data Leverage Perusahaan Food And Beverages
Tabel 1 : Autokorelasi
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel
Tabel 4.2. Data Autokorelasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Cascading Style Sheet ( CSS) sebagai representasi content , Macromedia Dreamweaver MX, database MySQL sebagai penyimpanan data. Penelitian ini akan menghasilkan suatu

Kumparan pengirim yang menghasilkan medan magnet kemudian menginduksi (induksi bersama) kumparan penerima dengan syarat kumparan penerima harus berada di area garis

Akad Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana ( shahibul maal ) kepada pengelola dana ( mudharib ) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai

Pengaruh karakteristik individu, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan (sensus pada PT. indomarco prismatama wilayah kota Cirebon). matahari

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja otak salah satunya adalah cokelat yang dapat meningkatkan memori jangka pendek karena mengandung

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada mayarakat dalam memberikan pelayanan di bidang

Tulisan ini mengkaji mengenai peran sekolah dalam mitigasi bencana, kurikulum kebencanaan di sekolah-seolah beberapa daerah di Indonesia dan juga di dunia, serta kurikulum

Results of the preliminary interpretation of both images showed that features like fallow, built up and wasteland classes in Hyperion image are clearer than LISS-III and Hyperion