• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI MONO ACETATE FILTERS DENGAN METODE CAPACITY REQUIREMENT PLANNING (CRP) DI PT. FILTRONA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI MONO ACETATE FILTERS DENGAN METODE CAPACITY REQUIREMENT PLANNING (CRP) DI PT. FILTRONA INDONESIA."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

REQUIREMENT PLANNING (CRP ) DI P T. FILTRONA

INDONESIA

SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan oleh :

DIAN PURNAMA SOCHMAWARDHANY

NPM : 0732010015

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Assalamualaikum WR. WB.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih

sayangNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI MONO

ACETATE FILTER DENGAN METODE CAPACITY REQUIREMENT

PLANNING (CRP) DI PT. FILTRONA INDONESIA SIDOARJ O”. Tak ada

kata yang pantas untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan

olehNYA.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MMT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ibu Ir. Endang P.W, MMT selaku Dosen

Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan Teknik

Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak Adit selaku pembimbing pabrik serta seluruh karyawan PT. Filtrona

Indonesia yang telah membantu memberikan banyak informasi tentang skripsi

(3)

prasarana demi menunjang penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih banyak

hanya itu yang bisa saya ucapkan.

8. Mama Wiwien, Papa Eka, Mbak Mela, Mas Erwin, Mas Adi yang telah

mendukung baik moral maupun materi serta memberikan doa tulus kepada

saya dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas segala dukungannya.

9. Bapak & Ibu Abd. Latip yang senantiasa selalu mendoakan saya.

10.Kepada Seluruh Sahabat - Sahabat, jurusan Teknik Industri yang telah

memberikan motivasi dan tenaga dalam proses penyusunan sehingga

terselesaikan skripsi ini. Khususnya Ika (Cinta), Putu (Piggy), Fita Charm,

Dida (Darlo), Eka (Ciko), Nuansa (Unyil), Teguh (Menje), Senda (Gopok),

Reza (Bean), Yoni, Wahyudi (Ceblonk), Andik (Tebo), Septian, dll.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah

diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil

pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca

pada umumnya dan PT. Filtrona Indonesia pada khususnya.

Wassalamualaikum WR. WB.

Surabaya, 01 Februari 2012

(4)

LEMBAR J UDUL

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR TABEL ... iiv

ABSTRAK ... iiiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ... 1

1.2.

Perumusan Masalah ... 3

1.3.

Batasan Masalah ... 3

1.4.

Asumsi – asumsi ... 3

1.5.

Tujuan Penelitian ... 4

1.6.

Manfaat Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Filter ... 7

2.2.

Definisi Kapasitas ... 8

2.3.

Konsep Kapasitas ... 10

2.4.

Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning) ... 11

2.4.1. Capacity Planning Using Overall Factor ... 12

2.4.2. Bill Of Capacity (BOC) ... 14

(5)

Kapasitas ... 21

2.6. Hubungan Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Dengan Beban ... 24

2.7. Analisa Perencanaan Kebutuhan Kapasitas ... 27

2.8. Manufacturing Resources Planning ... 30

2.8.1. Tujuan Manufacturing Resources Planning ... 32

2.8.2. Perencanaan Dalam Proses Masnufacturing Resources Planning

... 33

2.8.3. Hasil Implementasi Manufacturing Resources Planning ... 35

2.9. Teknik Peramalan ... 38

2.9.1. Jenis Pola Data ... 39

2.9.2. Metode –Metode Dalam Peramalan ... 40

2.9.3. Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan ... 42

2.9.4. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan ... 45

2.9.5. Moving Range Chart ... 46

2.9.6. Uji Kondisi Diluar Kendali ... 47

2.10. Penelitian Terdahulu... 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Tempat Dan Waktu Penelitian ... 53

3.2.

Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel... 53

3.3. Metode Pengumpulan Data... 55

(6)

4.1. Pengumpulan Data ... 71

4.1.1. Data Permintaan Produk ... 71

4.1.2. Data Produksi Mono Acetate Filter ... 72

4.1.3. Struktur Produk ... 73

4.1.4. Routing Data Mesin ... 73

4.1.5. Data Kapasitas dan Waktu Produksi ... 74

4.1.6. Utilitas dan Efisiensi ... 74

4.2. Perhitungan Kebutuhan Kapasitas Waktu dengan Metode Perusahaan ...

... 75

4.3. Perhitungan Kebutuhan Kapasitas Waktu dengan Metode CRP ... 80

4.4. Perbandingan Kekurangan Kapasitas Waktu Metode Perusahaan

dengan Metode CRP ... 84

4.5. Perhitungan Kapasitas Waktu Produksi Bulan Januari 2010 –

November 2011 ... 85

4.5.1. Diagram Pencar data permintaan Januari 2010 – November 2011

... 85

4.5.2. Menghitung Mean Square Error (MSE) ... 86

4.5.3. Uji Verifikasi Dengan Moving Range Chart (MRC) ... 87

(7)

4.6. Usulan Perbaikan ... 93

4.7. Hasil dan Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

(8)

dengan tepat waktu kapanpun dan jumlah berapapun. Dalam hal ini perencanaan

kebutuhan kapasitas waktu produksi tidak optimal, maka akan mengganggu

kelancaran jadwal produksi sehingga akan menimbulkan kerugian dari segi waktu

dan produksi. Untuk itu diperlukan metode perencanaan kebutuhan kapasitas waktu

produksi yang sesuai untuk memaksimumkan output produksi guna memenuhi

permintaan pasar.

PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

produksi filter yang salah satunya memproduksi Mono Acetate Filter. Permasalahan

yang dihadapi oleh perusahaan adalah sering terjadinya keterlambatan proses

produksi pada produk Mono Acetate Filter, sehingga mengganggu kelancaran jadwal

produksi dan menimbulkan kerugian dari segi waktu dan produksi. Hal ini tentunya

akan sangat mempengaruhi upaya PT. Filtrona Indonesia untuk meningkatkan hasil

produksinya, sehingga pemenuhan permintaan konsumen menjadi terhambat.

Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan

metode Capacity Requirement Planning (CRP), dengan harapan PT. Filtrona

Indonesia dapat melakukan perencanaan dan pelaksanan untuk menyesuaikan tingkat

kedatangan pesanan sesuai dengan kapasitas waktu yang tersedia dengan

mengidentifikasi area pusat kerja yang melebihi kapasitas dan yang berada dibawah

kapasitas yang tersedia sehingga waktu proses pembuatan produk lebih cepat.

Pada perhitungan kekurangan kapasitas waktu pada bulan April

2010-September 2011 dapat diketahui bahwa dengan metode perusahaan mengalami total

kekurangan kapasitas waktu sebesar 2017,07 jam, sedangkan menggunakan metode

CRP mengalami kekurangan kapasitas waktu sebesar 1265,01 jam, sehingga metode

CRP lebih baik, karena kekurangan kapasitas waktu yang dihasilkan lebih kecil

dibandingkan dengan metode yang selama ini digunakan oleh perusahaan. Dalam

memenuhi permintaan pada bulan Oktober 2011 – September 2012 dengan

menggunakan jam kerja 8 jam/shift, ternyata perusahaan masih mengalami

kekurangan kapasitas waktu sebesar 881,53 jam, untuk mengatasi hal tersebut maka

diberikan usulan penambahan jam kerja menjadi 10 jam/shift, sehingga kekurangan

kapasias waktu dapat diatasi.

(9)

In the production process a company is demanded to supply the product on

time, anywhere, and amount order. If the Planning-needs of process time capacity is

not optimum, then it will disturb the production-scheduled and caused loss profit for

the time and process session. So, it will be needed a planning method to the time

capacity for a good production that suitable for the maximum output to fulfill

market-demand.

PT. Filtrona Indonesia is one of the companies that go to the

filter-manufactory which produces Mono Acetate Filter. A problem that faced to the

company is the lateness of the production process to the Mono Acetate Filter product,

until it disturbs the scheduled of making the product and it caused loss-profit, by

affecting the time and process side. This thing really affects the way of PT. Filtrona

Indonesia to improve its production, and the filling of the consumer needs is

disturbed.

The way this problem exists makes this research uses Capacity Requirement

Planning (CRP), with a hope that PT. Filtrona Indonesia can handle the planning and

the process to suit the level of the request is suitable with the time capacity that

available by identifying the center of the working area which is over and below

capacity that available, so it makes the processing of the product can be faster.

For the counting of the lacking to the time capacity on April 2010-September

2011, it can be known that by using company method valuing to the sum of lacking to

the time capacity up to 2017,07 hours, and by using CRP method valuing to the sum

of lacking to the time capacity up to 1265,01 hour, so the CRP method is better than

company’s method, Because of lacking to the time capacity that produces a little than

company’s method. In filling the request in Oktober 2011 – September 2012 by using

work-hours 8 hour/shift, proved the company still in the loss-profit stages in the time

capacity up to 881,53 hour, to fix this up, so it will be given the idea to an addition of

work-hour becomes 10 hour/shift, it makes the lacking of time capacity solved.

(10)

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan memerlukan sumber daya dalam melaksanakan proses

produksinya. Seringkali sumber daya ini menjadi kurang efektif dan efisien karena

berbagai sebab. Sehingga dalam perencanaan produksi akan menimbulkan

permasalahan dan keuntungan yang didapat oleh perusahaan akan menjadi kurang

optimal. Oleh sebab itu, perusahaan hendaknya mampu mengelola sumber daya

yang akan digunakan agar optimal dalam pencapaian tujuan serta dapat memenuhi

kebutuhan konsumen dengan tepat dan cepat.

PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

industri manufaktur dan memproduksi filter rokok dengan jenis utamanya yaitu

mono acetate filter, non-wrapped acetate filter, dual filter, dan menthol. Bahan

baku utamanya adalah Cellulose acetate tow (Tow). Dalam penelitian ini produk

yang diamati adalah produk filter rokok dengan jenis mono acetate, karena sering

terjadi permasalahan pada saat memproduksi.

Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan adalah masih terjadinya

keterlambatan waktu proses produksi pada produk mono acetate filter, sehingga

mengganggu kelancaran jadwal produksi dan menimbulkan kerugian dari segi

waktu.

Perencanaan yang sudah dilakukan oleh pihak perusahaan seringkali tidak

sesuai dengan kenyataan yang dilakukan di lapangan misalnya ada proses

(11)

ditentukan sehingga menyebabkan proses kerja selanjutnya terganggu sehingga

pemenuhan permintaan konsumen menjadi terhambat. Hal ini dapat diatasi bila

perusahaan mengetahui kemampuan untuk menyediakan pesanan produk tersebut

yaitu dengan menghitung kapasitas yang sesungguhnya. Kapasitas diartikan

sebagai kemampuan dari mesin dan pekerja untuk memproduksi produk selama

periode waktu tertentu. Dengan mengetahui kapasitas produksi maka dapat dibuat

perencanaan oleh perusahaan untuk pengaturan jadwal produksi

PT. Filtrona Indonesia diharapkan membuat sistem perencanaan dan

pelaksanan untuk menyesuaikan tingkat kedatangan pesanan dengan kapasitas

yang tersedia dengan mengidentifikasi area pusat kerja yang melebihi kapasitas

(overload) dan yang berada dibawah kapasitas yang tersedia (underload).

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian

dengan metode Capacity Requirement Planning (CRP), Capacity Requirement

Planning (CRP) adalah suatu metode yang bisa digunakan untuk merencanakan

kebutuhan kapasitas waktu produksi, sehingga proses produksi pada suatu

perusahaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana produksi yang

telah direncanakan oleh suatu perusahaan.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada PT.

Filtrona Indonesia mengenai perencanaan kebutuhan kapasitas waktu produksi,

sehingga perusahaan dapat melakukan perencanaan dan pelaksanan untuk

menyesuaikan tingkat kedatangan pesanan sesuai dengan kapasitas waktu yang

tersedia dengan mengidentifikasi area pusat kerja yang melebihi kapasitas dan

yang berada dibawah kapasitas yang tersedia sehingga waktu proses pembuatan

(12)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

“ Bagaimana mengukur suatu kebutuhan kapasitas waktu produksi yang optimal

pada proses pembuatan produk mono acetate filter dengan menggunakan metode

Capacity Requirement Planning (CRP)? ”

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang akan di pecahkan tidak terlalu meluas maka

diperlukan batasan sebagai berikut:

1. Jadwal induk produksi (JIP) mengikuti JIP dari perusahaan

2. Analisis produk dan perencanaan kebutuhan kapasitas produksi hanya terbatas

pada produksi Cigarette Filters.

3. Periode penelitian yang digunakan untuk analisa adalah April 2010 –

September 2010.

1.4. Asumsi-Asumsi

Dalam menyelesaikan penelitian dan untuk mencapai hasil yang

diinginkan, maka digunakan asumsi – asumsi sebagai berikut :

1. Kualitas bahan baku sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kondisi mesin yang digunakan dalam keadaan baik.

(13)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah

sebagai berikut :

1. Menghitung kapasitas waktu produksi yang optimal.

2. Memberikan respon teknis yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas waktu

produksi pada mono acetate filter.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian skripsi didalam perusahaan, maka

manfaat yang didapat adalah antara lain :

1. Memperbaiki perencanaan kebutuhan kapasitas produksi, sehingga mampu

memaksimalkan output produksi dalam perencanaan kapasitas produksi

dengan menggunakan metode CRP.

2. Memberikan usulan strategi yang menyeluruh mengenai perencanaan

kapasitas produksi dengan mengaplikasikan metode CRP.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan dan penyusunan laporan tugas akhir ini, maka penyusun

akan menguraikan sistematika pembahasannya, sehingga dengan demikian

pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

asumsi masalah dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, yaitu teori mengenai metode perencanaan

kebutuhan kapasitas (CRP).

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini Berisi tentang langkah – langkah rencana analisa

perencanaan kapasitas produksi PT. Filtrona Indonesia dan langkah

– langkah rencana analisa perencanaan kapasitas produksi PT.

Filtrona Indonesia dengan metode CRP.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data – data yang diperlukan dalam analisa

perencanaan kapasitas produksi dan pengolahannya dengan

menggunakan metode CRP untuk menghasilkan solusi yang

optimal. Selain itu, disertai pula pembahasanya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini penulis mencoba untuk menarik kesimpulan dari uraian

yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Sebagai pelengkap

penulis mencoba pula mengajukan saran–saran yang mungkin

(15)

DAFTAR PUSTAKA

(16)

ditentukan sehingga menyebabkan proses kerja selanjutnya terganggu sehingga

pemenuhan permintaan konsumen menjadi terhambat. Hal ini dapat diatasi bila

perusahaan mengetahui kemampuan untuk menyediakan pesanan produk tersebut

yaitu dengan menghitung kapasitas yang sesungguhnya. Kapasitas diartikan

sebagai kemampuan dari mesin dan pekerja untuk memproduksi produk selama

periode waktu tertentu. Dengan mengetahui kapasitas produksi maka dapat dibuat

perencanaan oleh perusahaan untuk pengaturan jadwal produksi

PT. Filtrona Indonesia diharapkan membuat sistem perencanaan dan

pelaksanan untuk menyesuaikan tingkat kedatangan pesanan dengan kapasitas

yang tersedia dengan mengidentifikasi area pusat kerja yang melebihi kapasitas

(overload) dan yang berada dibawah kapasitas yang tersedia (underload).

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian

dengan metode Capacity Requirement Planning (CRP), Capacity Requirement

Planning (CRP) adalah suatu metode yang bisa digunakan untuk merencanakan

kebutuhan kapasitas waktu produksi, sehingga proses produksi pada suatu

perusahaan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana produksi yang

telah direncanakan oleh suatu perusahaan.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada PT.

Filtrona Indonesia mengenai perencanaan kebutuhan kapasitas waktu produksi,

sehingga perusahaan dapat melakukan perencanaan dan pelaksanan untuk

menyesuaikan tingkat kedatangan pesanan sesuai dengan kapasitas waktu yang

tersedia dengan mengidentifikasi area pusat kerja yang melebihi kapasitas dan

yang berada dibawah kapasitas yang tersedia sehingga waktu proses pembuatan

(17)

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

“ Bagaimana mengukur suatu kebutuhan kapasitas waktu produksi yang optimal

pada proses pembuatan produk mono acetate filter dengan menggunakan metode

Capacity Requirement Planning (CRP)? ”

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang akan di pecahkan tidak terlalu meluas maka

diperlukan batasan sebagai berikut:

1. Jadwal induk produksi (JIP) mengikuti JIP dari perusahaan

2. Analisis produk dan perencanaan kebutuhan kapasitas produksi hanya terbatas

pada produksi Cigarette Filters.

3. Periode penelitian yang digunakan untuk analisa adalah April 2010 –

September 2010.

1.4. Asumsi-Asumsi

Dalam menyelesaikan penelitian dan untuk mencapai hasil yang

diinginkan, maka digunakan asumsi – asumsi sebagai berikut :

1. Kualitas bahan baku sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kondisi mesin yang digunakan dalam keadaan baik.

(18)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah

sebagai berikut :

1. Menghitung kapasitas waktu produksi yang optimal.

2. Memberikan respon teknis yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas waktu

produksi pada mono acetate filter.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian skripsi didalam perusahaan, maka

manfaat yang didapat adalah antara lain :

1. Memperbaiki perencanaan kebutuhan kapasitas produksi, sehingga mampu

memaksimalkan output produksi dalam perencanaan kapasitas produksi

dengan menggunakan metode CRP.

2. Memberikan usulan strategi yang menyeluruh mengenai perencanaan

kapasitas produksi dengan mengaplikasikan metode CRP.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan dan penyusunan laporan tugas akhir ini, maka penyusun

akan menguraikan sistematika pembahasannya, sehingga dengan demikian

pembahasan tersebut diharapkan akan dapat dipahami secara menyeluruh dan

(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,

asumsi masalah dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, yaitu teori mengenai metode perencanaan

kebutuhan kapasitas (CRP).

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini Berisi tentang langkah – langkah rencana analisa

perencanaan kapasitas produksi PT. Filtrona Indonesia dan langkah

– langkah rencana analisa perencanaan kapasitas produksi PT.

Filtrona Indonesia dengan metode CRP.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data – data yang diperlukan dalam analisa

perencanaan kapasitas produksi dan pengolahannya dengan

menggunakan metode CRP untuk menghasilkan solusi yang

optimal. Selain itu, disertai pula pembahasanya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini penulis mencoba untuk menarik kesimpulan dari uraian

yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Sebagai pelengkap

penulis mencoba pula mengajukan saran–saran yang mungkin

(20)

DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Filter

Filter terbuat dari material utama yang hampir digunakan di seluruh dunia

yaitu Cellulose acetate tow (Tow). Filter bisa digunakan hanya dengan material

tow atau juga bisa dengan kombinasi tow dengan material yang lain seperti kertas

atau juga dengan tambahan material karbon. Pada dasarnya pembuatan filter

melalui proses yang sama biarpun dengan tipe yang berbeda.

2.1.1 Mono Acetate Filter s

Filter Mono-Acetate merupakan standar industri filter dengan segmen

tunggal. Merupakan filter serba guna yang dapat digunakan dengan bermacam

racikan tembakau. Filter Mono-Acetate sederhana, filter mekanis yang mampu

mengurangi partikel tar dan nikotin, serta menawarkan rasa dan bentuk yang

sudah tidak asing lagi.

2.1.2 Pr oses pembuatan Mono Acetate Filter s

Proses produksi:

1. Order produksi : perusahaan ini menunggu pesanan filter rokok dari

perusahaan yang memesan filter.

2. Setting pressure drop, panjang, besar, diameter filter : mengatur

setting dari mesin untuk mengatur hasil produksi yang diinginkan oleh

(22)

3. Setting alat QTM : mengatur alat testing untuk mengetes mutu hasil

produksi.

4. Tow : bahan untuk pembuat filter.

5. Boom : digunakan untuk membuka tow dari bungkusnya tanpa ada

masalah.

6. Tow banding : alat – alat tekanan rendah, tow dibentangkan dan

dilindungi di beberapa lokasi saat proses berlangsung.

7. Roller : digunakan sebagai tempat jalannya tow pada mesin produksi.

8. Spraying : digunakan untuk menyemprot zat triasetin pada tow.

9. Alat press filter : digunakan untuk membentuk tow menjadi filter.

10. Pemotong : digunakan untuk memotong filter sesuai ukuran.

11. Packing : alat untuk mempacking filter yang sudah jadi dalam box /

kardus.

2.2 Definisi Kapasitas

Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu tingkat kuantitas keluaran

dalam periode tertentu, dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin

dicapai selama periode waktu tersebut (Handoko, 1984).

Menurut Lockyer, Kapasitas ialah kemampuannya untuk menghasilkan apa

yang diminta (diperlukan) konsumen. Dan tentunya, harus ada kesesuaian antara

kebutuhan yang diberi ciri oleh ramalan pasar dan kemampuan kapasitas.

(23)

Kapasitas Potensial, (Potential Capacity) ialah kapasitas yang dapat diadakan

dalam horizon keputusan eksekutif senior.

Kapasitas Segera, (Immediete Capacity) ialah kapasitas yang dapat disediakan

dalam periode anggaran sekarang.

Kapasitas Efektif, (Effective Capacity) ialah kapasitas yang digunakan

didalam periode anggaran sekarang. (Lockyer, et.all, 1994).

Kapasitas dapat juga didefinisikan sebagai jumlah output per unit dalam suatu

satuan waktu yang mampu dihasilkan oleh suatu sistem produkitivitas yang terdiri

atas : Pekerja, Mesin, Pusat Kerja, departement dan fasilitas lainnya..(McLeavy

dan Narasimhan, 1995)

Beberapa definisi kapasitas secara umum dapat diperinci antara lain :

a. Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu, untuk mana pabrik

dirancang

b. Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan

bahwa fasilitas secara teoritis mempunyai kemampuan memproduksinya.

c. Standart Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan

sebagai sasaran bagi manajemen, supervisi, dan para operator mesin; dapat

digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran. Kapasitas standart adalah

sama dengan rated capacity dikurangi cadangan keperluan pribadi standart,

tingkat sisa(scrap) standart, berhenti untuk pemeliharaan standart, cadangan

untuk pengawasan kualitas standart dan sebagainya.

d. Actual / Operating Capacity, yaitu tingkat keluaran rata – arat per satuan

(24)

standart ± cadangan – cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata dan

sebagainya.

e. Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat dicapai

melalui maksimasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja

lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan – penundaan,

mengurangi jam standart, dan sebagainya (Handoko, 1984)

2.3 Konsep Kapasitas

Material Requirement Planning mengasumsikan bahwa apa yang dijadwalkan,

dapat diterapkan, tanpa memperhatikan keterbatasan kapasitas. Kadang – kadang

asumsi ini valid, tetapi kadang – kadang pula tidak dapat dipenuhi. Capacity

Requirement Planning menguji asumsi ini dan mengidentifikasikan area yang

melebihi kapasitas (Overload) dan area yang mengalami kekurangan kapasitas

(Underload). Sehingga perencana dapat mengambil tindakan yang tepat. Capacity

Requirement Planning membandingkan load yang ditetapkan pada setiap Work Center melalui Open and Planned Order yang diciptakan oleh Material Requirement Planning. Dengan kapasitas yang tersedia pada tiap Work Center

dalam setiap periode waktu dari horison perencanaan.(Edward. et al, 1998)

Kapasitas (Orlicky, 1994) mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi

(Work Center, Departement, atau fasilitas lainnya) untuk mencapai jumlah kerja

tertentu dalam waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya

yang tersedia, seperti : peralatan, mesin, personel atau karyawan, ruang dan

fasilitas penunjang aktivitas produksi serta jam kerja. Perencanaan kapasitas

(25)

dibutuhkan untuk melengkapi atau memenuhi tugas produksi. Banyak faktor yang

berdampak pada kapasitas, diantaranya adalah beberapa faktor yang berhubungan

dengan pengawasan atau kebijaksanaan manajemen, antara lain : tanah atau area,

tenaga kerja (Man Power), fasilitas – fasilitas penunjang kegiatan produksi, mesin

dan peralatan, jam kerja per hari, jam kerja per minggu, Overtime atau jam

lembur, subkontrak, perawatan dan pencegahan, dan lain – lain. Manager Operasi

harus menghadapi masalah yang komplex yaitu efisiensi operasi pabrik, minimasi

investasi Inventory dan meningkatkan layanan pelanggan.

2.4 Per encanaan Kapasitas (Capacity Planning)

Perencanaan kapasitas adalah proses untuk menentukan jumlah kebutuhan

orang (pekerja), mesin, dan sumber daya fisik untuk menentukan object produksi

dari suatu organisasi perusahaan..(Mcleavy, et all, 1995).

Perencanaan kapasitas juga menentukan level fungsi dari kapasitas yang

dibutuhkan dalam melaksanakan jadwal produksi, membandingkannya dengan

kapasitas yang tersedia, perencanaan penting yang dibutuhkan untuk mengatur

tingkat atau jadwal kapasitas. Elemen kritis kapasitas yang direncanakan antara

lain : pekerja, jam mesin, fasilitas, kapasitas gudang, dan peralatannya. .(McLeavy

dan Marasimhan, 1995)

Disini akan dijelaskan empat prosedur untuk perencanaan kapasitas. Teknik

yang pertama adalah perencanaan kapasitas dengan menggunakan keseluruhan

faktor (Capacity Planning Using Overall Factor / CPOF) adalah yang termudah

dimana hanya berdasarkan perhitungan data. Yang kedua, struktur kapasitas (Bill

(26)

Yang ketiga profil sumber daya (Resource Profiles) yang menambahkan dimensi

waktu yang spesifik dari kebutuhan akan kapasitas . Dari tiga prosedur yang

pertama adalah pendekatan kasar dan dapat diaplikasi pada jenis usaha dengan

atau menggunakan sistem MRP. Yang ke empat adalah perencanaan kebutuhan

kapasitas (Capacity Requirement Planning / CRP), yang digunakan dalam

menghubungkan antara tahapan waktu data MRP dan data sistem operasi yang

dihitung dengan kebutuhan kapasitas untuk menghasilkan antara permintaan

operasi (jadwal penerimaan produk) dan perencanaan permintaan (Vollmann, et

all, 1998)

2.4.1 Per enca naan menggunakan factor keselur uhan (CPOF).

Capacity Planning Using Overall Factor (CPOF) / faktor perencanaan

kapasitas adalah unit yang mengkonversi yang digunakan untuk mengkonversi

output yang direncanakan kedalam jumlah unit dari beberapa sumber daya yang

dibutuhkan untuk memproduksi outputnya. CPOF dibedakan oleh fakta bahwa

tidak seperti teknik perencanaan kapasitas yang lain, unit konversi ini tidak

langsung diperoleh dari data historis aggregat yang langsung bertentangan,

analisis rincinya dari sumber daya yang dibutuhkan untuk dihasilkan pada tiap

komponen dari suatu produk akhir. Beberapa batasan dari teknik ini mengikuti

antara lain :

Tidak memperhatikan pada lead time yang dibutuhkan dalam memproduksi

sebuah produk dan komponennya, sehingga beban yang diasumsikan dalam

melengkapi produk diberikan perbulan yang mungkin secara aktual akan jatah

(27)

Tidak memperhatikan secara langsung pada persediaan yang tersedia dan

bahan dalam proses pada tiap komponen, yang mungkin mengurangi

kebutuhan jam kerja orang pada perencanaan produksi.

Rata – rata waktu per unit yang digunakan bahwa pada Mix Product yang

sama berdasarkan pengalaman yang lalu akan dilanjutkan diwaktu yang akan

datang. Perubahan campuran atau prosesnya akan merubah waktu rata – rata

dan pengaruh pada total waktu yang diperlukan.

Total waktu standart yang diproduksi pada periode dasar mungkin termasuk

dalam produksi dari servis bagian – bagian yang rusak dan pengerjaan ulang.

Jika demikian waktu per unit dari perhitungan produk secara aktual adalah

jumlah waktu atau unit dari produk ditambah beberapa servis komponen dan

pengerjaan ulang (Mc Leavy, et all, 1995)

Pendekatan CPOF menurut Vollmann, dkk. Relatif mudah mengarah ke

perencanaan kapasitas kasar (RCCP) yang secara khusus didalam dasar

perhitungan manualnya. Adapun data yang dimasukkan dari MPS yang lebih

cukup dari perencanaan material yang lebih detail. Prosedur ini umumnya

berdasarkan pada faktor perencanaan yang diambil dari standart atau data historis

dari produk akhir . Ketika faktor perencanaan ini akan diaplikasikan pada MPS,

secara keseluruhan pekerja atau kebutuhan kapasitas jam mesin dapat

diperkirakan. Hal ini memperkirakan secara keseluruhan adalah setelah secara

keseluruhan dialokasikan di tiap – tiap pusat kerja pada dasar data historis pada

beban kerja. Perencanaan CPOF umumnya dinyatakan dalam jangka mingguan

(28)

Prosedur CPOF atau variasinya digunakan pada beberapa perusahaan, adapun

langkah aplikasinya antara lain :

Langkah pertama dari prosedur CPOF meliputi perhitungan kapasitas yang

dibutuhkan pada jadwal untuk semua lantai produksi.

Langkah kedua meliputi penggunaan rasio yang telah lalu untuk

mengalokasikan total kapasitas yang dibutuhkan setiap periode pada tiap pusat

kerja. prosentase yang lalu dari jumlah tenaga kerja langsung sampai jam kerja

ditiap pusat kerja yang utama digunakan pada tiap tahun, untuk menjelaskan

rasio alokasinya.( Vollmann, et all, 1998)

2.4.2 Bill Of Capacity (BOC).

Bill Of Capacity (BOC) atau struktur kapasitas adalah metode Rough Cut atau

perencanaan kasar yang memberikan langsung banyak jaringan antara tiap produk

akhir ke dalam MPS dan kebutuhan kapastas untuk tiap pusat kerja. Hal ini

dimasukkan kedalam beberapa shift dalam produk campuran (Product Mix).

Konsekuensinya lebih banyak data daripada prosedur CPOF. Data yang

dibutuhkan antara lain : Bill Of Material (BOM), Routing Data, Jam kerja

langsung atau data jam mesin juga harus tersedia untuk tiap operasi.

Untuk membangun struktur kapasitas dapat menggunakan data struktur

produk. Juga dibutuhkan Routing dan data waktu standart operasi. Struktur dari

kapasitas mengindikasikan waktu standart total yang dibutuhkan untuk

menghasilkan suatu produk akhir ditiap pusat kerja yang dibutuhkan dalam

perusahaan tersebut meliputi banyak nilai total waktu per unit yang diindikasikan

(29)

direncanakan dari data teknis, seperti yang telah diketahui, beberapa data yang

sama terdapat dalam sistem biaya standart. (Vollmann, et all, 1998).

2.4.3 Resource Profiles / Time Phased Bill Of Capacity (TPBOC).

Resource profile juga dikenal dengan Time Phased Bill Of Capacity (TPBOC)

yang mirip dengan BOC, kecuali bahwa Time Bucket dimana beban yang terjadi

dijelaskan oleh Backward Schedulling dari MPS menggunakan lead time standart.

TPBOC mengatasi satu dari kelemahan dari BOC, dimana TPBOC mengambil

lead time kedalam perhitungan kapan beban akan terjadi. Bagaimananpun juga

terdapat kelemahan yang lain, seperti halnya BOC perhitungan persediaan

langsung dan persediaan komponen dalam proses tidak diambil dalam

perhitungan. Untuk lebih lanjut metode ini tidak menghadapi pengaruh spesifik

bahwa pengukuran lot pada pesanan untuk komponenn tidak akan dijelaskan

kapan beban akan terjadi dan jumlah dari setup. (Mc Leavy, et all, 1995)

Antara prosedur CPOF dan perancangan kapasitas memasukkan perhitungan

waktu yang spesifik pada proyeksi beban kerja pada tiap pusat – pusat kerja.

dalam membuat resource profiles, data lead time produksi diambil kedalam

perhitungan untuk menyediakan proyeksi fase waktu pada kapasitas yang

dibutuhkan untuk tiap fasilitas produksi. Resource profiles ini menyediakan

pendekatan yang lebih mengarah pada perencanaan kapasitas produksi kasar

(Rough Cut Capacity Planning). Sehingga dalam mengaplikasikan metode ini lita

menggunakan BOM, Routing dan informasi waktu standart, serta menambahkan

lead time untuk tiap produk akhir dan bagian komponennya dalam data base.

(30)

2.4.4 Capacity Requirement Planning (CRP) .

Pada dasarnya, Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP) membandingkan

kapasitas yang dibutuhkan terhadap Projected Available Capacity untuk Open

Manufacturing Orders dan Planned Manufacturing Orders yang dihasilkan oleh

sistem MRP. CRP menggunakan Routing Files dan informasi pusat kerja untuk

menghitung beban yang dijadwalkan pada pusat – pusat kerja, dengan

mengasumsikan kapasitas tak terbatas. Apabila CRP mengindikasikan bahwa

beban dari pesanan yang dikeluarkan ditambah jadwal MRP dari pesanan yang

direncanakan adalah layak dari sudut pandang kapasitas, pesanan – pesanan yang

direncanakan itu dikeluarkan ke PAC untuk dilaksanakan (Gasperz.2005).

CRP berbeda dari prosedur perencanaan kapasitas kasar dalam empat hal,

Pertama utilitas CRP dalam fase waktu informasi perencanaan material

dihasilkan dari suatu sistem MRP. Ini termasuk pertimbangan dari semua ukuran

lot yang aktual, sebaik seperti lead time antara untuk pesanan shop order order

(jadwal penerimaan) dan pesanan yang direncanakan untuk pesanan periode ke

depan. Kedua, sistem MRP fitur untuk menentukan kebutuhan kasar sampai

kebutuhan bersih kedalam jumlah kapasitas yang siap diberikan pada form

persediaan dari jumlah komponen dan produk rakitan. Ketiga, sistem

pengendalian proses operasi menjumlahkan status langsung dari semua pekerjaan

kedalam proses dilantai produksi. Keempat, diambil dalam perhitungan kebutuhan

untuk servis bagian – bagian yang sudah ,mulai rusak, dan kebutuhan lain yang

mungkin tidak dihitung dalam MPS dan beberapa tambahan kapasitas yang

mungkin dibutuhkan oleh perencana MRP untuk mengurangi scrap, data item

(31)

Sebagai suatu sistem perencanaan kapasitas dalam MRP II yang lebih besar,

CRP memiliki input, proses, output dan umpan balik. Sistem CRP ditunjukkan

dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Sistem Perencanaan Kebutuhan Kapasitas ( Sumber : Gasperz, 2005 )

a. Input Per encanaan Kebutuhan Kapasitas

Dalam perencanaan kebutuhan kapasitas atau Capacity Requirement Planning

(CRP) diperlukan beberapa inputan atau masukan data – data yang dibutuhkan,

antara lain sebagai berikut :

J adwal Per encanaan Pesanan Ker ja (Schedule Of Planned Factory Order

Release); jadwal ini merupakan salah satu output dari MRP. CRP memiliki

dua sumber utama dari load data, yaitu : (1) Schedule Receipt (synonim: Open

Orders) yang berisi data Order Due Date, Order Quantity, Operation Completed, Operation Remaining dan (2) Planned Order Quantity yang berisi

data Planned Order Release Date, Planned Order Receipt Date, Planned

(32)

Recalls, Engineering Prototype, Excess Scrap dan lain – lain, harus

diterjemahkan ke dalam satu dari dua jenis pesanan yang digunakan oleh CRP.

Status Pesanan Ker ja(Work Order Status); informasi ini diberikan untuk

semua Open Orders yang ada dengan operasi yang masih harus diselesaikan,

Work center yang terlibat, dan perkiraan waktu.

Data Routing(Routing Data); memberikan jalur yang direncanakan untuk

factory Orders melalui proses produksi dengan perkiraan waktu operasi.

Setiap Parts, Assembly, dan Produk yang dibuat memiliki Routing yang Unik,

terdiri dari satu atau lebih operasi. Informasi yang diperlukan yang diperlukan

untuk CRP adalah : Operation Number, Operation Planned work Center,

Possible alternate Work Center, Standart Setup Time, Standart Run Time Per Unit, Tooling Needed at Each Work Center, dan lain – lain. Routing

memberikan petunjuk pada proses CRP sebagaimana layaknya BOM

memberikan petunjuk pada proses MRP.

Data Pusat Ker ja(Work Center Data); data ini berkaitan dengan setiap

Production Work Center, termasuk sumber – sumber daya, standart utilisasi

dan efisiensi, serta kapasitas. Elemen – elemen data pusat kerja adalah :

identifikasi dan deskripsi, banyaknya mesin atau stasiun kerja, banyaknya hari

per periode, banyaknya shift yang dijadwalkan perhari, banyaknya jam kerja

per shift, faktor utilisasi, faktor efisiensi, rata – rata waktu antrian, rata – rata

(33)

b. Pr oses Per encanaan Kebutuhan Kapasitas

Dalam proses perencanaan kebutuhan kapasitas atau Capacity Requirement

Planning (CRP) dilakukan beberapa proses perhitungan. Berikut ini merupakan

proses dalam sistem CRP, antara lain :

Menghitung kapasitas Pusat Ker ja (Work Center). Kapasitas pusat kerja

ditentukan berdasarkan sumber – sumber daya mesin dan manusia, faktor

faktor jam operasi, efisiensi, dan utilisasi. Kapasitas pusat kerja biasanya

ditentukan secara manual. Termasuk dalam penentuan kapasitas pusat kerja

adalah : identifikasi dan definisi pusat kerja, serta perhitungan kapasitas pusat

kerja.

Menentukan Beban (Load). Perhitungan Load pada setiap pusat kerja dalam

setiap periode waktu dilakukan dengan menggunakan Backward Schedulling,

menggunakan Infinite Loading, menggandakan Load untuk setiap item

melalui kuantitas dari item yang dijadwalkan untuk suatu periode waktu.

Dengan demikian Load ditetapkan pada setiap pusat kerja untuk periode

waktu mendatang yang diakumulasikan berdasarkan pada Open Orders

(Scheduled Receipt) dan Planned Factory Orders Releases. Proses ini

menggunakan komputer.

Menyeimbangka n Kapasitas dan Beban. Apabila nampak

ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban, salah satu dari kapasitas atau

beban harus disesuaikan kembali untuk memperoleh jadwal yang seimbang.

Apabila penyesuaian – penyesuaian rutin tidak cukup memadai, penjadwalan

ulang dari MRP atau MPS perlu dilakukan. Hal ini biasanya merupakan

(34)

bersama dengan laporan beban pusat kerja (Work Center Load Report) dari

CRP. Dengan kata lain proses akan diulang sampai memperoleh beban yang

dapat diterima (Acceptable Load). (Gasperz.2005)

c. Output Perencanaan Kebutuhan Kapasitas

Berdasarkan data masukan dan proses dalam perencanaan kebutuhan kapasitas

atau Capacity Requirement Planning (CRP) maka dihasilkan beberapa data yang

akan dianalisa. Berikut ini merupakan Output dalam sistem CRP, antara lain :

Lapor an Beban Pusat Ker ja (work center load report); laporan ini

menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban. Apabila dalam laporan ini

tampak ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban, maka proses CRP

proses secara keseluruhan perlu diulang. Work Center Load Profile seiring

ditampilkan dalam bentuk grafik batang (Bar Chart) yang sangat bermanfaat

untuk melihat antara beban yang diproyeksikan (Projected Load) dan

kapasitas yang tersedia, sekaligus mengidentifikasikan apakah terjadi

overloads ataukah underloads. CRP biasanya menghasilkan Work Center Load Profile untuk setiap pusat kerja yang diidentifikasikan dalam pabrik.

Pertimbangan antara beban dan kapasitas dapat juga ditampilkan dalam format

kolom.

Per ba ikan schedule of planned order release; Perbaikan jadwal ini

menggambarkan bahwa output dari MRP disesuaikan terhadap Spesific

Release Dates, untuk Factory Orders berdasarkan perhitungan keterbatasan

kapasitas.perbaikan Schedule Of Planned Factory Order Release merupakan

output tidak langsung (InDirect Output) dari proses CRP sebab mereka adalah

(35)

beban pusat kerja (Work Center Load Reports). Salah satu pilihan penyesuaian

yang mungkin, disamping perubahan kapasitas, mengubah Planned Start

Dates yang dibuat melalui rencana MRP. Hal ini mempunyai pengaruh

terhadap pergeseran beban diantara periode waktu untuk mencapai

keseimbangan yang lebih baik. (Gasperz.2005)

2.5 Beber a pa Definisi Kapasitas Ter kait Dengan Per encanaan Kebutuhan

Kapasitas

Dalam CRP perlu juga dikemukakan beberapa definisi yang akan banyak

dipergunakan dalam pembahasan yang terkait dengan perencanaan kapasitas,

antara lain :

Pusat Ker ja (Work Center)

Merupakan suatu fasilitas produksi spesifik yang terdiri satu atau lebih orang

dan atau mesin dengan kemampuan yang atau identitas yang dapat

dipertimbangkan sebagai satu unit untuk tujuan perencanaan kebutuhan

kapasitas (CRP) dan penjadwalan terperinci (Detailed Scheduleing). Dalam

lingkungan Job Shop Manufacturing, pusat – pusat kerja (Work Centers)

sering memisahkan departemen – departemen dan mungkin dipertimbangkan

sebagai departemen tersendiri.

Pesanan Manufaktur (Manufacturing Order)

Merupakan suatu dokumen atau identitas jadwal yang memberikan

kewenangan untuk membuat Part tertentu atau produk dalam jumlah tertentu.

Pesanan manufakturing dapat berupa salah satu : Open Orders, Already In

(36)

Routing

Merupakan sekumpulan informasi yang merinci metode pembuatan item

tertentu, termasuk operasi yang dilakukan, sekuens operasi, berbagai pusat

kerja yang terlibat, serta standart untuk waktu Setup (Setup Time) dan waktu

pelaksanaan kerja (Run Time).

Beban (Load)

Adalah banyaknya kerja yang dijadwalkan untuk dilakukan oleh fasilitas

manufakturing dalam periode waktu yang ditetapkan. Beban (Load) biasa

dinyatakan dalam ukuran jam kerja atau unit produksi. Load merupakan

volume kerja yang dikerjakan. Sebagaimana yang biasa digunakan dalam

CRP, beban (Load) menggambarkan waktu setup (Setup Time) dan waktu

pelaksanaan (Run Time) yang dibutuhkan dari suatu pusat kerja, tidak

termasuk waktu menunggu (Waiting Time), waktu antri (Queue Time), dan

waktu bergerak (Move Time)

Kapasitas ( Capacity or Available Capacity)

Merupakan tingkat dimana sistem manufakturing (Tenaga kerja, mesin, pusat

kerja, departeman, pabrik) berproduksi. Dengan kata lain, kapasitas

merupakan tingkat output yang dapat dicapai dengan spesifikasi produk,

Product Mix, tenaga kerja, dan peralatan yang ada sekarang. Dalam CRP,

kapasitas berkaitan dengan tingkat output kerja dalam setiap pusat kerja.

Kapasitas Maksimal (Maximum Capacity)

Adalah kapasitas secara teoritis atau kapasitas potensial dari suatu system

produksi. Hal ini berdasarkan asumsi dari kondisi ideal seperti : tiga shift per

(37)

Kapasitas yang dibutuhkan (Required Capacity)

Adalah kapasitas yang diperlukan untuk membangun suatu penjadwalan

produksi.. (McLeavy dan Narasimhan, 1995)

2.6 Hubungan Per encanaan Kebutuhan Kapasitas dengan Beban

Menurut Gasperz, tujuan utama CRP adalah menunjukkan perbandingan

antara beban yang ditetapkan pada pusat – pusat kerja melalui pesanan kerja yang

ada dan kapasitas dari setiap pusat kerja selama periode waktu tertentu.

Melalui identifikasi overloads atau underloads, jika ada, tindakan

perencanaan kembali (Replanning) dapat dilakukan untuk menghilangkan situasi

itu guna mendapatkan keseimbangan antara beban dan kapasitas (Balanced Load).

Jika arus kedatangan melebihi kapasitas, beban akan meningkat, yang ditandai

yang berada didalam antrian kerja yang tidak diproses didepan pusat kerja.

Sebaliknya jika arus kedatangan pesanan lebih sedikit daripada kapasitas yang

ada, beban (pesanan yang menunggu untuk diproses) akan berkurang.

Tujuan dari perencanaan kapasitas pada level ke tiga dari hierarki

perencanaan kapasitas adalah berusaha mengatur bersama pesanan kerja yang

datang dan atau kapasitas dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran yang

mantap atau seimbang. Apabila beban bertambah, yang ditandai oleh banyaknya

antrian, maka waktu tunggu pusat kerja (work Centre Lead Time) akan lebih

panjang. Sebaliknya, apabila beban dikurangi, waktu tunggu akan lebih pendek

karena aliran kerja bergerak melalui pusat kerja tanpa membutuhkan antrian kerja

yang panjang. Penanganan hubungan antara kapasitas dan beban didasarkan pada

(38)

kedatangan dan kapasitas. Unit pengukuran dari beban dan kapasitas terbanyak

menggunakan jam kerja selama interval waktu tertentu. (Gasperz.2005)

Pada dasarnya terdapat tiga pengukuran kapasitas, yaitu :

Theoretical Capacity (Synonym : Maximum Capacity, Design Capacity)

Merupakan kapasitas maksimum yang mungkin dari sitem manufakturing

yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperti : tiga

Shift per hari, tujuh hari per minggu, tidak ada Downtime mesin, dll. Dengan

demikian theoretical capacity diukur berdasarkan pada jam kerja yang tersedia

untuk melakukan pekerjaan, tanpa suatu kesempatan untuk berhenti atau

istirihat, Downtime mesin atau alasan lainnya. Sebagai contoh : jika suatu

pusat kerja memiliki 4 mesin dan dijadwalkan untuk beroperasi dalam satu

shift selama 8 jam kerja, dalam periode 5 hari per minggu, maka kapasitas

teoritisnya : 4 x 8 x 5 = 160 jam / perminggu. Jam kerja ini selanjutnya

diterjemahkan kedalam unit produksi dengan menggunakan jam kerja

standart. Sebagai misal : untuk memproduksi 1 produk membutuhkan waktu

standart 0,2 jam (12 menit), maka secara teoritis 160 jam kerja / minggu akan

menghasilkan 160 jam / minggu x 1 unit / 0,2 jam = (160 jam / 0,2 jam) x 1

unit / minggu = 800 unit / minggu. Kapasitas produksi teoritis tidak pernah

dapat dicapai, dan karena itu tidak umum dipergunakan dalam penentuan

kapasitas.

Demonstrated Capacity (Synonym : Actual Capacity, Effective Capacity)

Merupakan tingkat output yang dapat diharapkan berdasarkan pada

pengalaman, yang mengukur produksi secara aktual dari pusat kerja di waktu

(39)

Sebagai contoh : jika suatu pusat kerja menghasilkan rata – rata 650 unit per

periode kerja, sedangkan jam kerja standart adalah 0,2 jam per unit produk,

maka Demonstrated Capacity dihitung sebagai : 650 unit / periode x 0,2 jam

standart / unit = 130 jam standart / periode waktu.

Rated Capacity (synonym : Calculated Capacity, Nominal Capacity)

Diukur berdasarkan penyesuaian kapsitas teoritis dengan faktor produktivitas

yang telah ditentukan oleh Demonstrated Capacity. Dihitung melalui

penggandaan waktu kerja yang telah tersedia dengan faktor utilisasi dan

efisiensi. (Gasperz.2005)

Waktu kerja yang tersedia (Available Work Time, synonym : Productivity

Capacity or Scheduled Capacity) adalah banyaknya jam kerja aktual yang

dijadwalkan atau tersedia, pada pusat kerja selama periode waktu dihitung sebagai

: banyaknya orang atau mesin x jam per shift x shift x hari kerja per periode.

Utilisasi adalah pecahan yang menggambarkan persentase clock time yang

tersedia dalam pusat kerja yang secara aktual digunakan untuk produksi

berdasarkan pengalaman yang lalu. Utilisasi dapat ditentukan untuk mesin atau

tenaga kerja, atau keduanya, tergantung pada mana yang lebih cocok untuk situasi

dan kondisi aktual di perusahaan. Perlu dicatat, bahwa angka Utilisasi tidak dapat

melebihi 1,0 (100%). Formula untuk menghitung utilisasi adalah

jadwal menurut

tersedia yang

Jam

produksi untuk

digunakan yang

aktual Jam

Utilisasi

_ _

_ _

_ _

_ _ _

=

Efisiensi adalah faktor yang mengukur performansi aktual dari pusat kerja

relatif terhadap standart yang diterapkan. Faktor efisiensi dapat lebih besar dari

(40)

produksi untuk digunakan yang aktual Jam diproduksi atau diperoleh yang dart s Jam Efisiensi _ _ _ _ _ _ _ _ _ tan _ =

Dengan demikian Rated (or Calculated Capacity) Capacity dihitung :

Calculated Capacity per periode = banyaknya orang atau mesin x jam per shift x

shift per hari x hari kerja per periode x utilisasi x efisiensi = waktu yang tersedia

per periode waktu x utilisasi x efisiensi. (Gasperz.2005)

2.7 Analisa Per encanaan Kebutuhan Kapasitas

Analisis CRP membutuhkan perhitungan yang terpisah berkaitan dengan

kebutuhan Setup Time dan Run Time. Analisis CRP lebih terperinci dibanding

RCCP, dimana dalam analisis CRP dibutuhkan informasi tentang Standard Setup

Times dan Standard Run Times per unit item yang akan dibuat. Perhitungan Operation Time per unit dalam analisis CRP menggunakan formula berikut :

} _ _ : ) / _ {( / _ / _ / _ _ _ _ Size Lot Average Lot Time Setup Unit time Run unit time Setup Unit Time Run Unit per Time Operation + + =

Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang diperlukan untuk

melaksanakan analisis CRP, yaitu :

a. Langkah 1 : Memper oleh infor masi tentang Planned Order Release dar i

MRP

Informasi yang berkaitan dengan Planned Order Release untuk tiap

komponen per periode waktu berdasarkan informasi dari MRP yang telah

dijadwalkan, dicantumkan dalam sebuah tabel. Sebagai contoh informasi yang

berkaitan dengan Planned Order Release untuk part A dan B selama periode

waktu 4 minggu berdasarkan informasi dari MRP telah dijadwalkan seperti

(41)

Parts Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 1 2 . . N

Tabel.2.1 Planned Order Release dari Part A dan B (Sumber : Gasperz, 2005)

b. Langkah 2 : Memperoleh infor masi tentang Standard Run Time per Unit

dan Standard Setup time per Lot Size.

Tiap pusat kerja ( Work Center ) dengan informasi tentang Standard Setup

Time per Lot Size dan Standard Run Time per Unit dicantumkan pada dalam

tabel. Sebagai contoh terdapat tiga pusat kerja (Work Center) dengan informasi

tentang Standard Setup Time per Lot Size dan Standard Run Time per Unit part A

dan B seperti yang dicantumkan pada tabel dibawah ini :

Work

Center Part Lot Size

Setup Time / Lot (Menit)

Run Time / Unit (Menit) WC-1 WC-2 WC-1 WC-2 WC-3 A B 400 800 60 80 80 96 120 1,20 1,50 1,50 1,20 2,00

Tabel 2.2. Standart Setup Time dan Standart Run Time (Sumber : Gasperz, 2005)

c. Langkah 3 : Menghitung kapasitas yang dibutuhkan dar i masing –

masing pusat ker ja

Perhitungan kapasitas yang dibutuhkan dari masing – masing pusat kerja (

(42)

} _ _ : ) / _ {( / _ / _ / _ _ _ _ Size Lot Average Lot Time Setup Unit time Run unit time Setup Unit Time Run Unit per Time Operation + + =

Sebagai contoh perhitungan operation time per unit dari part A dan B untuk

setiap work center berdasarkan pada tabel contoh sebelumnya yang ditunjukkan

dalam tabel dibawah ini :

Part (1) Lot Size (2) Work Center (3) Setup Time / Lot (Menit) (4) Setup Time / Unit (Menit)

(5) = (4) / (2) Run Time / Unit (Menit) (6) Operation Time / Unit (Time) (7)=(5) x (6) Total Operation Time (Menit)

(8) = (2) x (7)

1 W C-1

2 . . N WC-2 . . WC-m

Tabel 2.3. Operation Time per Unit dari Part A dan B pada work center 1,2,3 ( Sumber : Gasperz, 2005 )

Rumus – rumus yang di gunakan :

- Setup Time / Unit (Menit) =

Size Lot (Menit) Lot / Time Setup

- Operation Time / Unit = Setup Time / Unit x Run Time / Unit

- Total Operation Time = Lot Size x Operation Time / Unit

Dari tabel diatas dapat dihitung kapasitas yang dibutuhkan dari

masing-masing Work Center untuk memproduksi part 1, 2,.., n , melalui penjumlahan

(43)

d. Langkah 4 : Membuat Lapor an Per encanaan Kebutuhan Kapasitas

Perhitungan kebutuhan sumber daya spesifik diatas adalah penggunaan jam

mesin perlu mempertimbangkan kondisi aktual dari perusahaan seperti tingkat

efisiensi dan utilisasi penggunaan sumber daya itu. Selanjutnya hasil – hasil dari

CRP ditampilkan dalam suatu diagram yang dikenal sebagai Load Profile. Load

Profile merupakan metode yang umum dipergunakan untuk menggambarkan

kapasitas yuang dibutuhkan versus kapasitas yang tersedia. Dengan demikian

Load Profile didefinisikan sebagai tampilan dari kebutuhan kapasitas di waktu

mendatang berdasarkan pesanan – pesanan yang direncanakan dan dikeluarkan

sepanjang suatu periode waktu tertentu. Sebagai contoh laporan kebutuhan

kapasitas mesin dari masing – masing Work Center berdasarkan data pada tabel

contoh yang sebelumnya, kemudian dalam analisis CRP ditunjukkan dalam tabel

berikut ini :

Tabel 2.4. Laporan CRP tentang Kebutuhan Kapasitas mesin pada work center 1,2,..m

Deskripsi Minggu Minggu Minggu Minggu Total

WC-1 :

(1).Waktu yang tersedia (menit)

(2).Tingkat Utilisasi (kondisi actual)

(3).Tingkat Efisiensi (kondisi actual)

(4).Kapasitas tersedia (rated capacity)

= (1) x (2) x (3)

(5).Kebutuhan actual

(6).Kelebihan/kekurangan kapasitas = (4)

– (5)

WC-2 :

WC-3 :

WC-4 :

(44)

Keterangan :

(1). Waktu yang tersedia dihitung berdasarkan : 5 hari/minggu x 8 jam/hari x 60 menit/jam. (2). Tingkat Utilisasi dihitung berdasarkan : jumlah waktu produksi yang disediakan dibagi

dengan jumlah waktu produksi yang actual.

(3). Tingkat Efisiensi dihitung berdasarkan : jumlah waktu produksi yang disediakan dibagi dengan jumlah waktu produksi yang actual.

(4). Kapasitas tersedia dihitung berdasarkan: waktu yang tersedia x Tingkat Utilisasi x Tingkat efisiensi.

(5). Kebutuhan actual dihitung berdasarkan : Total Operation Time WC-1 + Total Operation Time WC-1 part berikutnya.

(6). Kelebihan/kekurangan kapasitas dihitung berdasarkan : Kapasitas tersedia – Kebutuhan actual. Jika terjadi kelebihan Kapasitas, maka tidak perlu di adakan penambahan mesin, tetapi jika terjadi kekurangan Kapasitas maka perlu adanya penambahan mesin.

( Sumber : Gasperz, 2005 )

2.8 Manufacturing Resources Planning (MRP II)

Material Requirement Planning (MRP) telah digunakan secara meluas pada

industri – industri manufakturing dan menghasilkan pengurangan persediaan rata

– rata sebesar 20 – 30%. Keberhasilan MRP tersebut mengakibatkan perluasan

aplikasinya pada bidang selain produksi. Meskipun aplikasi ini lebih sulit

diterapkan pada industri jasa (Service), tetapi bidang jasa tertentu telah

membuktikan keefektifan MRP. Penyebab utama sulitnya penerapan konsep MRP

pada bidang jasa adalah variasi permintaan konsumen yang beragam. Hal ini

mengakibatkan kombinasi kegiatan produksi dan konsumsi material menjadi

rumit. Meskipun demikian organisasi jasa menghasilkan jadwal induk yang

mendetail sehingga dapat digunakan dalam mengaplikasikan MRP. Aplikasi –

aplikasi tersebut memperluas konsep MRP lebih dari sekedar proses penentuan

kebutuhan material, menjadi proses penentuan kebutuhan Sumber Daya

Manufaktur, yang disebut Manufacturing Resources Planning, atau MRP II

(Nasution, 2003)

Sehingga dapat didefinisikan bahwa MRP II adalah suatu sistem informasi

manufakturing formal dan eksplisit yang mengintegrasikan fungsi – fungsi utama

(45)

MRP II mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis dari perusahaan

industri manufaktur, sejak perencanaan strategi bisnis pada tingkat / level

manajemen puncak (Top Management) sampai pengendalian terperinci pada

tingkat manajemen menengah dan supervisor. (Gasperrz, 2005). Sehingga sistem

MRP II dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 Sistem Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) ( Sumber : Gasperz, 2005 )

Melnyk dan kawan – kawan (1983) menjabarkan ciri – ciri utama MRP II

sebagai berikut :

a. MRP II adalah sistem dari atas kebawah (a top – down system), dimulai dari

memformulasikan perencanaan strategi bisnis yang diformalkan dan

dikemukakan kembali sebagai strategi fungsional.

b. MRP II menggunakan basis data umum untuk mengevaluasi alternatif –

alternatif kebijaksanaan yang mungkin. Data manufaktur dapat dikonversikan

menjadi data keuangan, dan prosedur – prosedur formal diadakan untuk

Keterangan :

= Hubungan dua arah, termasuk umpan balik MPS = Master Production Schedule CRP = Capacity Requirement Planning

(46)

menjaga keakuratan perubahan data. Kemampuan “What – If” digunakan

sebagai kebiasaan dalam mengevaluasi perencanaan alternatif. Sistem ini

mampu mengolah data detail kebutuhan sumber daya untuk proses evaluasi.

c. MRP II adalah sistem perusahaan secara keseluruhan (a total company

system), dimana kelompok – kelompok fungsional berinteraksi secara formal

seperti biasanya dan membuat keputusan – keputusan bersama.

d. MRP II adalah sistem nyata bagi pengguna (user transparent). Penggunaan

pada seluruh tingkatan harus mengerti dan menerima logika dan realisme dari

sistem tersebut dan tidak bekerja diluar sistem yang telah

diformalkan.(Nasution, 2003).

2.8.1.Tujuan Manufacturing Resources Planning (MRP II)

Sedangkan tujuan sasaran MRP II adalah menentukan serta menempatkan

prioritas permintaan dan Delivery, menyediakan Decision Support untuk Capacity

Planning, penjadwalan untuk aliran material, menjamin keakuratan informasi, dll.

(Scott,1994).

Keuntungan atau benefit yang diperoleh dengan menerapkan MRP II diantara

yaitu berhubungan dengan Inventory, Lead times, Delivery Performance, serta

meningkatkan Costumer Satisfaction. Dengan Costumer Satisfaction maka akan

meningkatkan juga penjualan atau dalam kompetisi maksudnya kemampuan untuk

menjaga level penjualan. Perbaikan dalam bidang jasa dapat juga dengan memberi

respon yang cepat pada kebutuhan konsumen melalui pengurangan Lead Time

sehingga dapat memenuhi jadwal, tepat waktu pengiriman sehingga Due Date

(47)

2.8.2. Per encanaan Dalam Pr oses Manufacturing Resources Planning

Pada dasarnya perencanaan manufaktur mencakup perencanaan terhadap

output dan input dari operasi manufakturing yang dikelompokkan dalam dua jenis

perencanaan, yaitu : perencanaan prioritas (Priority Planning), yang berkaitan

dengan perencanaan output dan perencanaan kapasitas (Capacity Planning) yang

berkaitan dengan perencanaan input. Perencanaan prioritas menentukan produk –

produk atau prioritas – prioritas dari operasi manufakturing untuk memenuhi

permintaan pasar, seperti produk yang dibutuhkan, berapa banyak yang

dibutuhkan, termasuk spesifikasi kualitas dan lain – lain. Perencanaan kapasitas

menentukan sumber daya atau tingkat kapasitas yang dibutuhkan oleh operasi

manufakturing untuk memenuhi jadwal produksi atau output yang diinginkan,

membandingkan kebutuhan produksi dengan kapasitas yang tersedia, dan

menyesuaikan tingkat kapasitas atau jadwal produksi. Perencanaan kapasitas

mencakup kebutuhan sumber daya manufaktur seperti jam mesin, jam tenaga

kerja, fasilitas peralatan, ruang untuk tempat penyimpanan (warehousing space) ,

rekayasa (Engineering), energi dan sumber daya keuangan.

Dalam MRP II, perencanaan kapasitas tidak mencakup material, karena

perencanaan material ditangani oleh fungsi perencanaan prioritas melalui

penjadwalan produksi induk / Master Production Schedulling (MPS) dan

perencanaan kebutuhan material / Material Requirement Planning (MRP I).

Keberhasilan perencanaan dan pengendalian manufakturing membutuhkan

perencanaan kapasitas yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang

(48)

Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan memenuhi target

produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan

dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi dari perusahaan akan menurun.

Pada sisi lain, kelebihan kapasitas akan mengakibatkan tingkat utilisasi sumber –

sumber daya yang rendah, biaya meningkat, harga pokok menjadi tidak kompetif,

kehilangan pangsa pasar, penurunan keuntungan dan lain – lain.

Dengan demikian, kekurangan kapasitas maupun kelebihan kapasitas akan

memberikan dampak negatif bagi sistem manufaktur, sehingga perencanaan

kapasitas yang efektif adalah menyediakan kapasitas sesuai dengan kebutuhan

pada waktu yang tepat. Sistem manufakturing tidak dapat memproduksi prioritas

(output) yang diinginkan tanpa memiliki kapasitas (input) yang cukup. Karena itu,

dalam sistem manufakturing modern aktivitas perencanaan prioritas (Priority

Planning) sejajar dengan aktivitas perencanaan kapasitas, sehingga terdapat suatu

hirarki dari rencana – rencana kapasitas (Capacity Planning) yang sejajar dan

sesuai dengan hirarki dari rencana – rencana prioritas (Priority Plans).

Pada dasarnya terdapat empat tingkat dalam hirarki dalam hirarki perencanaan

prioritas dan kapasitas yang terintegrasi, antara lain :

a. Perencanaan Produksi dan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya

b. Penjadwalan Produksi Induk ( MPS ) dan Rough Cut Capacity Planning (

RCCP ).

c. Perencanaan Kebutuhan Material ( MRP ) dan Perencanaan Kebutuhan

Kapasitas / Capasity Requirement Planning ( CRP )

d. Pengendalian Aktivitas Produksi / Production Activity Planning ( PAC ) dan

(49)

2.8.3. Hasil Implementasi Manufacturing Resources Planning

Gambar

Gambar 2.1. Sistem Perencanaan Kebutuhan Kapasitas ( Sumber : Gasperz,  2005 )
Tabel 2.3. Operation Time per Unit dari Part A dan B pada work center 1,2,3 ( Sumber : Gasperz, 2005 )
Tabel 2.4. Laporan CRP tentang Kebutuhan Kapasitas mesin pada work center 1,2,..m Deskripsi Minggu Minggu Minggu Minggu Total
Gambar 2.3 Sistem Manufacturing Resources Planning ( MRP II ) ( Sumber : Gasperz, 2005 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Due to the discontinuous step-like nature of price function, government and forest firms can use technological and marketing innovations to increase the prices of big trees so

Implementasi kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan sesuai dengan konsep, strategi, dan4. karakteristik kurikulum 2013, baik dalam pembelajaran, penilaian

A comparative static analysis using STELLA is car- ried out, and the simulations show how per-capita income and welfare growth rates, the welfare gap and resource stock levels vary

Penggunaan gawai di masyarakat umum merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, khususnya pada pelajar atau mahasiswa. Gawai ini berfungsi sebagai

meneliti me ngeanai “ Analisis Pengaruh Karakteristik Personal, Karakteristik Usaha, dan Karakteristik Kredit Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Di Lembaga

KAI (Persero) akan memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan

APLIKASI MODEM WAVECOM PADA SISTEM PENDETEKSI GETARAN BANGUNAN BERTINGKAT VIA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS).. (2015; xiv; 71 halaman + 37 Gambar + 13 Tabel

Pengawasan proses produksi adalah suatu aktifitas atau kegiatan (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan semua kegiatan produksi yang berlangsung demi