• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA."

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fojiano NIM 12108249037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Jalan terbaik untuk bebas dari masalah adalah dengan

memecahkannya

(6)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk:

1.

Kedua orangtuaku: Bapak dan Ibu yang selalu memberikan

yang terbaik untukku dengan segenap kasih sayang agar

menjadi orang yang berguna.

(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN

YOGYAKARTA

Oleh Fojiano NIM 12108249037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model active learning tipe index card match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas VI yang terdiri dari 28 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 13 siswa (46,4%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 15 siswa (53,6%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa (78,6%).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD

NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA kepada Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP.,M.Pd. selaku validator instrumen penelitian

6. Bapak As.Windyanto, S.Pd.I selaku Kepala SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah memberi izin untuk penelitian

7. Ibu Fathonah, S.Pd, selaku guru wali kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah bersedia bekerjasama dalam mengumpulkan data penelitian.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD ... 8

1. Pembelajaran IPS di SD ... 8

2. Materi IPS SD ... 9

B. Kajian tentang Hasil Belajar ... 13

1. Pengertian Hasil Belajar ... 13

2. Pengertian Hasil Belajar IPS . 15 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 17

(11)

C. Karakter Siswa SD Kelas Tinggi... 24

D. Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match... 26

1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)... 26

2. Pembelajaran Tipe Index Card Match... 30

E. Kajian Penelitian yang Relevan... 35

F. Kerangka Pikir... 36

G. Hipotesis Tindakan... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Subjek Penelitian... 40

C. Setting Penelitian... 40

D. Desain Penelitian... 41

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 41

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)... 41

3. Tahap Pengamatan (Observating)... 43

4. Tahap Refleksi... ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data... 43

1. Observasi ... ... 43

2. Tes ... 44

F. Instrumen Penelitian... 44

1. Lembar Observasi ... ... 44

2. Tes ... 45

G. Validitas Instrumen... 47

H. Teknik Analisis Data... 47

I. Kriteria Keberhasilan... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Pra Tindakan ... 50

2. Tindakan Sikus I ... 51

3. Tindakan Sikus II ... 72

(12)

C. Keterbatasan Penelitian... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 93

B. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 95

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas

VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta ... 4

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 6 Semester I ... 11

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Siswa ... 44

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Guru ... 44

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 45

Tabel 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 46

Tabel 7. Pedoman penilaian dalam standar 10 ... 48

Tabel 8. Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa ... 49

Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal ... 50

Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 65

Tabel 11. Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa Siklus I ... 68

Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 82

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Model Kemmis & Mc Taggart ... 40 Gambar 2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

dan Siklus I ... 66 Gambar 3. Diagram Batang Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I

dan Siklus II ... 83 Gambar 4. Diagram Batang Hasil Partisipasi Aktifitas

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengenal mata pelajaran IPS, merupakan hal yang tidak asing lagi

didengar di dunia pendidikan Indonesia. IPS yang merupakan kepanjangan

dari Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran umum untuk

ditingkat sekolah dasar, menengah dan tingkat sekolah atas. Mata pelajaran

ini memuat beberapa materi yang mengkaji tentang sejarah, geografi,

ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Namun diantara mata pelajaran

lainnya yang ada di berbagai tingkat sekolah di Indonesia, mata pelajaran IPS

menjadi salah satu bagian yang terpenting untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional di Indonesia.

Menurut M. Numan Somantri (2001:92), pendidikan IPS merupakan

seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar

manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologi

untuk tujuan pendidikan. Begitu pentingnya mata pelajaran ini yang telah

melewati seleksi disiplin ilmu-ilmu sosial dan menjadi bagian dari tujuan

pendidikan nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional disebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman,

(17)

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Dengan demikian apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan

nasional dapat menaruh harapannya pada mata pelajaran IPS untuk dapat

meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Mata pelajran IPS

diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975. Menurut Sapriya

(2009:42), mengatakan bahwa IPS sebagai mata pelajaran baru dalam

kurikulum 1975 diberikan untuk jenjang SD, SMP dan SMA menggunakan

pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik

peserta didik yang ada di tiap jenjang tersebut. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pertama kali mata pelajaran IPS, khususnya untuk tingkat

SD atau Sekolah Dasar diperkenalkan pada tahun 1975 di Indonesia yang

memakai sistim kurikulum 1975.

Kemudian, mengapa mata pelajaran IPS di Indonesia menjadi yang

terpenting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional?, dan apa yang

tujuan serta manfaat dalam mata pelajaran ini. Menurut Etin Solihatin, dkk

(2007:14), pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal

kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan

bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa

untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

Jadi pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi yang

ada pada siswa baik itu pengetahuan, bakat dan ketrampilan, sehingga potensi

(18)

bahwa, mata pelajaran IPS sangat berperan penting dalam mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Selain itu mata pelajaran IPS dikelompokkan

menjadi tiga kategori, menurut Hasan dalam (Nana Supriatna, dkk, 2007:5)

ada tiga kategori tujuan pembelajaran IPS yaitu pengembangan kemampuan

intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa

sebagai pribadi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa agar dapat

mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat

diterapkan di dalam kehidupannya.

Beralih pada keterlaksanaan ketercapaian hasil belajar khususnya pada

mata pelajaran IPS, alasan yang menjadikan mata pelajaran IPS sebagai

bahan penelitian yaitu berdasarkan obesrvasi dan wawancara pra penelitian

pada tanggal 28-30 Juli 2016 yang dilakukan di kelas VI SD Negeri

Tukangan Yogyakarta, kegiatan proses belajar mengajar mengalami

permasalahan, peneliti menemukan bahwa masih ada 15 siswa yang belum

tuntas KKM pada pembelajaran IPS, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar

IPS belum optimal. Kemudian pada observasi selanjutnya, hasil belajar mata

pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester

genap tahun 2016, kemudian dibandingkan dengan mata pelajaran

matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia, jumlah terbanyak siswa yang

(19)

Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta

No. Mata Pelajaran KKM Siswa Yang Belum Lulus

Sedangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tidak tuntas

KKM berjumlah tiga siswa, mata pelajaran Matematika berjumlah sepuluh

siswa, Pendidikan Kewarganegaraan berjumlah lima siswa dan IPA

berjumlah enam siswa.

Setelah itu siswa banyak yang diam ketika guru sedang mengajukan

pertanyaan terkait materi yang dijelaskan. Pada saat guru menjelaskan materi,

sebagian siswa ada yang asyik sendiri dengan aktifitas yang mereka lakukan.

Kemudian berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, guru wali kelas

mengatakan bahwa siswa sulit utuk menerima dan merespon informasi yang

disampaikan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, isi materi

hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan

untuk menerima pesan pada materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh

guru.

Dalam hal ini, siswa banyak yang jenuh dan merasa bosan ketika guru

sedang menyampaikan informasi pada saat membahas materi. Sofan Amri,

(20)

siswa. Melalui permasalahan siswa tersebut, guru harus mampu membuat

materi yang menarik untuk memikat rasa ingin tahu serta perhatian siswa.

Kemudian beberapa siswa lain, susah menerima informasi pada saat proses

pembelajaran berlangsung ketika pembelajarannya bersifat hafalan. Menurut

secara menarik dan memudahkan peserta didiknya.

Maksud penjelasan tersebut, bahwa setiap mata pelajaran yang

bersifat hafalan, guru harus mampu menyajikan materi pembelajaran

semenarik mungkin agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan

mempermudah siswa menerima informasi yang disampaikan oleh guru.

Selain itu, guru diharapkan untuk mampu mengembangkan media dan strategi

pembelajaran yang menarik serta bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran.

SD Negeri Tukangan merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang

berlokasi di Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta, tepatnya di JL.

Suryopranoto No. 59. Berdasarkan pengamatan observasi serta wawancara

dengan salah seorang guru, letak sekolah cukup strategis karena sangat dekat

dengan jalan raya, akan tetapi kebisingan akibat lalu lintas kendaraan juga

tidak dapat dipungkiri sedikitnya dapat mengganggu proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil diskusi peneliti dengan guru,

maka dipilihlah teknik index card match atau ICM untuk memecahkan

masalah belum optimalnya hasil belajar IPS di kelas VI Semester I SDN

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul

beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sulitnya siswa dalam menerima serta merespon pesan informasi yang

disampaikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Isi materi pada mata pelajaran IPS hampir memuat hafalan, sehingga

membuat siswa merasa jenuh dan bosan.

3. Guru belum mampu mencari solusi permasalahan dalam mengembangkan

strategi pembelajaran serta media untuk menarik perhatian siswa.

4. Hasil belajar IPS belum optimal

5. Model pembelajaran yang digunakan sebelumnya belum maksimal

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah agaimana

meningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di kelas VI

semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar

IPS dengan teknik index card match di kelas VI semester I SD Negeri

Tukangan Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi perbaikan serta solusi baik

secara teoritis maupun secara praktis.

(22)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori

yang berkaitan dengan pengembangan strategi menggunakan teknik

pembelajaran serta memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca

2. Manfaat praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukkan

untuk evaluasi pembelajaran di SD

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan bahan sumber evaluasi untuk

mengembangkan strategi strategi menggunakan teknik pembelajaran

yang menarik di kelas.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan sebagai penambah sumber referensi,

pengalaman serta wawasan dalam memecahkan masalah serta

pengalaman dalam mengembangan strategi melalui teknik

pembelajaran di kelas sebelum benar benar terjun langsung menjadi

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD 1. Pembelajaran IPS di SD

Mengenal pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, di dalam buku pusat

kurikulum (2006:5), dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu

pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah

menengah yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang memuat materi

geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui hal tersebut,

pembelajaran IPS mengacu aspek kehidupan nyata, dimana peserta didik

di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat untuk

menghadapi kehidupan masyarakat global yang selalu berubah.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata

pelajaran IPS yang ditetapkan untuk jenjang SD atau Sekolah Dasar

sebagai berikut (BSNP, 2006:159).

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

(24)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

Melalui tujuan tersebut, harapannya dapat bermanfaat bagi peserta

didik untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan siswa dalam menganalisis terhadap kondisi sosial

masayarakat saat ini.

Meninjau ruang lingkup pembelajaran IPS di SD, materi pelajaran

dibagi atas dua bagian yakni materi sejarah dan materi pengetahuan sosial,

untuk materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi,

ekonomi, dan politik sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah

lokal dan sejarah nasional. Mulyasa (2006:125) menjelaskan bahwa

Tujuan hal tersebut adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan

keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta

meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa

sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air.

2. Materi IPS SD

Berbagai macam cara penyajian pembelajaran pada mata pelajaran

IPS yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam

menerima informasi yang disampaikan. Namun berdasarkan pra penelitian

yang telah dibahas pada latar belakang masalah, siswa banyak yang jenuh

dan merasa bosan ketika guru sedang menyampaikan informasi pada saat

(25)

Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian

yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat

berpengaruh terhadap perhatian siswa. Dalam hal penyajian pembelajaran

IPS, seorang guru harus membutuhkan berbagai macam pendekatan,

metode dan strategi agar materi yang diberikan dapat menarik perhatian

siswa dan mudah dimengerti. Sapriya (2009:57) menjelaskan, bahwa salah

satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas guru

pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit

menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi

konkret. Mengkaji secara keseluruhan isi materi pengajaran IPS, secara

keseluruhan berbentuk (Abdul Azis Wahab 2012:124-125) :

a. Konsep dan Generalisasi

Konsep dan generalisasi diperoleh dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti

geografi, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan antropologi serta sejarah

dan tata negara

b. Tema dan Topik

Tema dan topik diangkat dari buku-buku paket program studi ilmu-ilmu

sosial atau buku teks ilmu-ilmu sosial.

c. Masalah

Masalah dapat diangkat pula dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ada

yang dapat dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam pengajaran IPS

(26)

Kemudian beralih pada mencapai tujuan dari isi materi pelajaran

IPS SD, maka dikembangkanlah Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yang berdasarkan kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (Sapriya, 2009:79).

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk kelas VI

SD/MI sebagai berikut (Sapriya, 2009:200) :

Tabel 2. Kelas 6, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami

perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta

1.2 Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga

Setelah itu, adapun cakupan materi pembelajaran IPS kelas VI

semester I sebagai berikut (Sanusi Fattah, dkk, 2008:V)

a. Perubahan wilayah provinsi di Indonesia

(27)

d. Ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dan negara tetangga

Telah dijelaskan isi cakupan dari materi pembelajaran serta Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VI semester I, berdasarkan latar

belakang masalah hampir keseluruhan isi materi bersifat hafalan.

Mengenai paparan di atas, dalam hal tersebut seorang guru harus mampu

mencari sumber media seperti ketika seorang guru hendak menjelaskan

sebuah makna dari kayu, maka guru harus membawa sebuah kayu

kemudian menjelaskan serta mendemonstrasikannya kepada siswa.

Kemudian seorang guru harus mampu membuat bagaimana isi materi

pengajaran pada mata pelajaran IPS yang bersifat hafalan dapat menarik

rasa ingintahu siswa.

Abdul Azis Wahab (2012:49) mengatakan mengajar IPS haruslah

membantu dan mendorong siswa untuk berpikir karena untuk berpikir para

siswa harus dihadapkan pada permasalahan yang dekat lingkungan dan

kebutuhannya baik untuk sekarang maupun yang akan datang. Jadi

seorang guru dalam mengajarkan materi pembelajaran IPS di SD harus

mampu membantu siswa untuk berpikir, maksudnya seorang guru harus

berupaya bagaimana membuat model materi pembelajaran IPS dapat

mendorong siswa untuk berpikir. Berdasarkan prapenelitian yang

dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri Tukangan Yogyakarta,

penyampaian isi materi dalam pembelajaran IPS pada saat kegiatan proses

belajar mengajar di kelas harus ditingkatkan lagi agar siswa dapat berpikir

(28)

B.Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seorang

siswa, oleh karena itu belajar tidak hanya sekedar menghafal namun anak

belajar dari mengalami dan mempraktikkan. Oemar Hamalik (2001:27)

mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman. Jadi belajar bukan hanya sekedar membaca dan

menghafal, tetapi juga harus mengalami. Dalam kegiatan belajar, siswa

akan dilatih dengan tujuan untuk perubahan pengetahuan, sikap dan

keterampilan siswa.

Dalam hal tersebut, belajar dimaksudkan untuk menimbulkan

perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik (Purwanto, 2008:43-44). Belajar dilakukan untuk

mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar,

sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat menjadikan sebuah hasil

belajar. Selain itu belajar juga merupakan suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil belajar

dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan,

pemahamannya, siakp dan keterampilannya (Nana Sudjana, 2005:28).

Membahas tentang hasil belajar, bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi

suatu proses untuk mencapai hasil dan bukti.

Menurut Oemar Hamalik (2001:30) bukti bahwa seseorang telah

(29)

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi

mengerti. Dalam kajian tersebut, bahwa hasil belajar merupakan sebuah

efek dari belajar yang menunjukkan munculnnya perubahan terhadap

seseorang. Mengkaji lebih lanjut tentang hasil belajar, menurut Purwanto

(2008:44-45) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan

dimana hasil menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional, sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

perubahan perilaku pada individu yang belajar, maka hasil belajar

merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan

pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga

merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan

pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar pada mata

pelajaran tertentu. Selain itu hasil belajar juga perlu dilakuakan evaluasi.

Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah tujuan yang

ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah

berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar (Purwanto, 2008:47).

Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri

Tukangan Yogyakarta, bahwa strategi dalam mengajarkan pembelajaran

(30)

meningkatkan hasil belajar yang lebih baik kepada siswa dalam kegiatan

proses belajar mengajar di kelas.

2. Pengertian Hasil Belajar IPS

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan mengenai deskripsi

hasil belajar, dimana hasil belajar yanng baik akan menimbulkan perubahan

kemampuan pada siswa yang meliputi hasil kemampuan aspek

pengetahuan, keterampilan dan karakter. Menurut Nana Syaodih

Sukmadinata (2010:102-103) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan

realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas

yang memiliki seseorang.

Berdasarkan beberapa pandangan tentang deskripsi hasil belajar

dari beberapa ahli yang dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil belajar IPS

merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan

dengan diwujudkannya perubahan tingkat kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Winarni, dkk, 2012:139)

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah

yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni.

(31)

Mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai,

menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.

2. Memahami

Menafsirkan, meringkas, membandingkan, menjelaskan.

3. Menerapkan

Melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,

mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,

mendeteksi.

4. Menganalisis

Menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun

ulang, mengubah struktur, membedakan, menyamakan,

membandingkan.

5. Mengevaluasi

Menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai,

menguji.

6. Berkreasi

Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,

menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,

memperindah, emngubah.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan menerima, menanggapi,

menilai, mengelola dan menghayati

(32)

c. Ranah psikomotorik

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak yang meliputi menirukan, memanipulasi, dan

artikulasi.

Berdasarkan tiga ranah hasil belajar tersebut, bahwa hasil belajar

IPS merupakan hasil sebuah pencapaian kemampuan peserta didik kelas VI

SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan diwujudkannya perubahan

tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik

yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada sub

pokok pembahasan mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi

wilayah Indonesia dan membandingkan kenampakkan alam keadaan sosial

negara tetangga. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan,

bahwa hasil belajar IPS belum optimal, melalui hal tersebut hasil belajar

IPS dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada ranah kognitif yakni

pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, perlu diketahui bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Alben Ambarita

(2006:58) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar peserta

didik akan berpengaruh pada kualitas proses dan hasil belajar peserta

didik, faktor-faktor tersebut terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal dan

(33)

a. Faktor internal

1. Bakat

Seorang peserta didik yang tidak memiliki bakat dalam

mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran

tertentu, maka akan berpengaruh pada hasil belajar dari kegiatan

belajar yang diikutinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang

mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia, ketika mendapat tugas untuk mempraktekkan

membaca puisi di depan kelas, siswa yang kurang bakatnya dalam

membaca dan berekspresi saat berpuisi maka akan berpengaruh

pada nilai tugas mata pelajaran tersebut.

2. Kecerdasan (Intelektual, Emosional, dan Spiritual)

Kurangnya kecerdasan intelektual, peserta didik yang kurang

mampu dalam menerima dan merespon isi dari penjelasan materi

pembelajaran, akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh,

begitu juga dengan kecerdasan emosi dan spiritual.

3. Minat

Kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan prosesbelajar

mengajar akan berpengaruh pada hasil belajar, sebagai contoh siswa

yang kurang minat dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, ia akan

mengabaikan penjelasan dari materi pembelajaran tersebut sehingga

(34)

4. Motivasi

Kurangnya motivasi dari guru dan terkhususnya orang tua,

akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Siswa kurang

semangat atau bergairah dalam mengikuti kegiatan proses belajar

mengajar akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh.

5. Sikap

Peserta didik yang karakternya sangat buruk, akan berpengaruh

pada kegiatan proses belajar mengajar, ia berbuat sesuka hati di

dalam kelas pada saat kegiatan proses belajar mengajar, akan

menjadi penilaian dan evaluasi bagi seorang guru melakukan

strategi belajar agar siswa tersebut medapatkan hasil belajar yang

baik.

6. Latar Belakang Sosial, Ekonomi dan Budaya

Peserta didik yang memiliki latar belakang sosial yang buruk,

kemudian penghasilan kerja orang tua yang sedikit serta

diskriminatif budaya oleh teman kelas dan lingkungannya akan

sangat berpengaruh pada kegiatan proses belajar mengajar yang ia

ikuti di dalam kelas sehingga berdampak buruk pada hasil belajar.

b. Faktor Eksternal

1. Tujuan Pembelajaran

2. Materi Pelajaran

3. Strategi dan Metode Pembelajaran

(35)

5. Pengorganisasian Kelas

6. Penguatan yang Di Gunakan Guru

7. Iklim Sosial Dalam Kelas

8. Waktu yang Tersedia

9. Sistem dan Teknik Evaluasi

10.Pandangan dan Sikap Guru Terhadap Peserta Didik

11.Upaya Guru Dalam Menangani Kesulitan Belajar Peserta Didik

Kemudian mengenai paparan diatas, mengkaji pada sumber referensi

lainnya menurut Wasty Soemanto (1998:113) mengatakan faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 3 bagian.

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Maksudnya adalah faktor segala hal di luar individu yang

merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan

belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penegasan serta

suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si

pelajar.

b. Faktor-faktor metode belajar

Maksudnya metode pembelajaran yang dipakai oleh guru saat

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dapat menimbulkan

perbedaan yang berarti bagi proses belajar.

(36)

Faktor-faktor ini meliputi kematangan, usia kronologis, jenis

kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan

rohani serta motivasi.

Namun disisi lain mengkaji kesumber referensi lainnya, menurut

Nana Sudjana (1996:6) mengatakan pada dasarnya faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua macam yaitu faktor internal

dimana faktor yang datang dari diri individu itu sendiri yang meliputi

faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan

lainnya, sedangkan faktor eksternal faktor yang datang dari luar individu

yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan yaitu

pada pra penelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri

Tukangan Yogyakarta, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS,

perhatian terhadap permasalahan internal dan eksternal masing-masing

peserta didik harus ditingkatkan lagi, agar kegiatan proses belajar

mengajar memperoleh hasil belajar yang baik.

4. Macam-Macam/Jenis Hasil Belajar

Hasil belajar akan mengaitkan antara peserta didik dengan guru yang

diantara kaitan tersebut terjadi sebuah aktifitas yaitu proses kegiatan belajar

mengajar dimana seorang guru berperan sebagai alat dan fasilitator dan

(37)

belajar mengajar tersebut akan menghasilkan macam-macam hasil belajar

yang diperoleh peserta didik melalui kaitan jenis-jenis hasil belajar.

Dalam teori Taksonomi Bloom (Max Darsono, 2000:315) ada tiga

macam hasil belajar berdasarkan ranahnya antara lain kognitif, afektif dan

psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Dalam ranah ini, terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,

menjawab, menilai, organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau

kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah ini meliputi manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dalam pembahasan tersebut ranah kognitif sangat lebih

mendominasi diantara ranah lainnya, namun ranah afektif dan

psokomotorik juga berperan penting dalam proses penilaian proses

kegiatan pembelajaran sekolah yang akan menentukan hasil belajar.

Mengkaji pada sumber referensi lainnya, menurut Nana Sudjana

(2000:22-23) dalam klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal

dengan Taxonomi Bloom, beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah

(38)

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Meliputi enam aspek ranah yaitu

1. Gerakan refleks

2. Keterampilan gerakan dasar

3. Kemampuan perceptual (persepsi)

4. Keharmonisan atau ketepatan

5. Gerakan keterampilan kompleks

6. Gerakan ekspresif atau interpretative

Melalui pembahasan tersebut, tiga aspek ranah yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik menjadi sangat penting dalam penilaian proses

kegiatan belajar mengajar yang akan menentukan hasil belajar peserta

didik. Seorang guru harus memperhatikan tiga ranah tersebut, dan juga

tidak hanya mendominasi salah satu ranah namun harus mementingkan

ketiga ranah sebagai acuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal

(39)

C.Karakter Siswa SD Kelas Tinggi

Pada latar belakang masalah yang telah dibahas, laporan pra penelitian

melalui obsercasi dan wawancara, bahwa sulitanya siswa kelas VI SD Negeri

Tukangan Yogyakarta dalam menerima pesan serta informasi yang dijelaskan

oleh guru pada saat kegiatan proses belajar mnegajar khusunya pada mata

pelajaran IPS. Melalui permasalahan tersebut, peneliti mengkaji dan

mengaitkan dengan karakter siswa SD kelas tinggi. Siswa kelas VI memasuki

masa kelas tinggi sekolah dasar, dimana siswa tersebut memasuki masa kanak

kanak akhir. Masa kanak-kanak akhir memasuki kelas tinggi sekolah dasar

yang berlangung antara usia 9-10 tahun dan 12-13 tahun (Rita Eka Izzaty,dkk,

2013:115).

Ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu:

a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari

b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d. Anak-anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasinya

mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,

mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di kelas VI SD Negeri

Tukangan Yogyakarta, materi pelajaran pada mata pelajaran IPS hampir

sebagian isi dari materi memuat hafalan sehingga siswa menjadi bosan dan

(40)

informasi yang disampaikan oleh guru. Namun berdasarkan sumber referensi

yang telah dijelaskan, bahwa ciri khas anak masa kelas tinngi sekolah dasar

adalah memiliki rasa ingin tahu, melalui hal ini seharusnya seorang guru harus

mampu membuat materi pembelajaran tersebut menjadi menarik dan

menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

Kemudian berdasarkan pra penelitin yaitu pada observasi yang

dilakukan di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta, beberapa siswa mulai

bosan dengan tugas hafalan dan materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh

guru di depan kelas. guru

sebagai aktor sentral, akibatnya siswa banyak yang mengantuk, pasif dan tidak

paham apa yang disampaikan guru. Melalui hal tersebut guru harus berupaya

sekreatif mungkin untuk memilih serta mengembangkan strategi, metode dan

teknik pembelajaran yang dapat membantu untuk mempermuda siswa

menerima pesan dan informasi dari materi pembelajaran yang diberikan oleh

guru.

Menurut Marsh (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013:116), adapun strategi guru

dalam pembelajaran masa kanak kanak akhir yaitu:

a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret.

b. Gunakan alat visual, misalnya OHP, Tranparan.

c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yyang

bersifat sederhan ke yang bersifat kompleks.

d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, misalnya

(41)

e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya

menggunakan teka-teki, dan curhat pendapat.

Melalui paparan yang dijelaskan, bahwa seorang guru harus memahami

perkembangan siswa, agar dapat menggunakan dan memilih strategi yang

dapat memaksimalkan tujuan dari kegiatan proses belajar mengajar. Disamping

itu, guru harus juga cerdas dalam memilih metode dan teknik pembelajaran

yang dipakai, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran tertentu.

D.Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match 1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Siswa yang aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar sangatlah

diharapkan bagi kalangan orang tua dan guru, karena siswa yang aktif

selama kegiatan proses belajar mengajar akan berdampak pada hasil belajar

yang baik. Untuk menjadikan siswa yang aktif maka diperlukan strategi

pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar di kelas

maupun di rumah. Salah satu strategi yang dapat mendorong keaktifan siswa

dalam belajar yaitu pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan Active

Learning. Adapun alasan mengapa strategi ini dipilih karena dalam kegiatan

pembelajaran sering terjadi guru mengajar namun siswa tidak belajar. Hal

ini seolah-olah siswa tidak terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.

Konsep Active Learning/pembelajaran aktif yang mengedepankan

keterlibatan peserta didik secara penuh dalam proses belajar mengajar yang

(42)

Membahas pembelajaran aktif, dalam kamus Inggris-Indonesia

(Wahyu Untara, 2010), Active berarti aktif, rajin dan giat. Sedangkan

Learning berarti kegiatan belajar, jadi Active Learning adalah suatu proses

kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya dapat berperan dan

berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Meninjau referensi

lainnya, bahwa Active Learning merupakan pembelajaran yang mengajak

peserta didik untuk belajar secara aktif (Hisyam Zaini,dkk, 2008:xiv).

Selain itu menurut Hamruni (2011:155) mengatakan pembelajaran

aktif merupakan pembelajaran langkah cepat, menyenangkan, menarik dan

mencerdaskan dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa Active Learning

merupakan suatu strategi yang dapat memberikan keaktifan bagi peserta

didik dalam kegiatan proses belajar mengajar baik aktif antara siswa dengan

siswa maupun siswa dengan pengajar. Dalam strategi Active Learning,

seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif yang

dapat membuat peserta didik aktif dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi,dkk

(2007:129) ada beberapa hal yang mendasar untuk menciptakan

pembelajaran aktif ditinjau dari beberapa aspek yaitu

a. Subjek Didik

Kondisi subjek didik merupakan faktor utama dalam menciptakan

cara belajar yang dinamis, untuk itu setiap subyek didik hendaknya

(43)

1. Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan dan dorongan dalam

proses belajar mengajar sehingga subyek didik akan merasa diakui

dan dihargai perasaanya.

2. Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses

belajar mengajar, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun

tingkat lanjut.

3. Ada usaha atau kreatifitas subyek didik dalam menyelesaikan kegiatan

belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.

4. Adanya dorongan rasa ingin tahu yang besar pada subyek didik untuk

mengetahui dan mengajarkan sesuatu yang baru dalam proses belajar

mengajar.

5. Adanya kebebasan untuk berkreasi dalam proses belajar mengajar.

b. Pendidik

Guru meupakan sentral yang keberadaanya merupakan penentu

bagi keberhasilan dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara optimal hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Adanya usaha untuk membina dan mendorong subyek didik dalam

meningkatkan semangat dan partisipasi secara aktif.

2. Adanya kemampuan pengajar untuk melakukan peran sebagai

inovator maupun motivator terhadap hal-hal baru dalam proses belajar

(44)

Kemudian dalam kegiatan proses belajar mengajar, prinsip sangat

dibutuhkan dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang optimal.

Adapun prinsip-prinsip tersebut berdasarkan tipe pembelajaran aktif (M.

Dalyono, 2005:202-206):

a. Stimulus belajar

Berbicara tentang stimulus, berarti membahas tentang rangsangan

yang diberikan dalam maksud sebuah bentuk penyampaian informasi

yang diharapkan dapat menerima isi materi pelajaran dengan baik.

b. Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi dapat diberikan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan, alat bantu belajar, media belajar dan lainnya.

c. Respon yang dipelajari

Respon yang dapat dipelajari oleh peserta didik harus mampu

menunjang tujuan pembelajaran sehingga dapat mengubah perilakunya

ke arah yang lebih baik.

d. Penguatan

Sumber penguat belajar untuk pemenuhan kebutuhan peserta didik

dapat berupa nilai, pengakuan prestasi, ganjaran dan sebagainya.

e. Asosiasi

Dalam menyampaikan informasi yang jumlahnya sangat banyak

diperlukan pengaturan dan penempatan informasi, sehingga peserta

didik mampu mengingat dan menghubungkan apa yang sudah dipelajari

(45)

Setelah pembahasan tersebut, adapun contoh contoh strategi

pembelajaran aktif diantaranya yaitu The Power of Two, Reading Guide,

Info Search, Index Card Match, Everyone is A Teacher Here, Student

Create Case Study, Point-Counteroint, Students Questions Have, Listening

Team dan Card Sort (Hamruni, 2011:160-167).

Dalam penelitian ini melalui latar belakang masalah yang telah

dibahas, peneliti akan membuat isi materi pembelajaran yang semula

membosankan menjadi menyenangkan melalui strategi pemeblajaran aktif

dengan menggunakan salah satu diantara contoh strategi pembelajaran aktif

yaitu dengan menggunakan teknik Index Card Match. Melalui hal ini juga,

peneliti akan membuat suasana pembelajaran IPS yang membuat aktif siswa

untuk bertanya dan mencari tahu sendiri.

2. Pembelajaran Tipe Index Card Match

Ketika seorang guru akan melakukan kegiatan proses belajar

mengajar di kelas, maka guru tersebut harus memikirkan bagaimana

pendekatan, strategi serta metode yang harus dilakukan agar pembelajaran

tersebut dapat berjalan dengan baik. Seorang guru harus memperhatikan

kondisi lingkungan sekitar dan bagaimana kondisi siswa sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pembahasan tersebut seorang

guru harus membutuhkan teknik agar kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan dapat berjalan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Membahas tentang teknik, teknik merupakan cara yang dilakukan

(46)

2011:7). Dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran merupakan suatu

cara yang dilakukan seorang guru dalam melasanakan suatu metode

pembelajaran agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jadi melalui

pembahasan tersebut, teknik sangat berkaitan dengan metode, dan melalui

hal tersebut seorang guru harus memikirkan dan memilih teknik yang tepat

sebelum menjalankan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin.

Telah dipaparkan deskripsi mengenai teknik pembelajaran, dimana

seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih teknik pembelajaran yang

akan digunakan. Berdasarkan judul penelitian yaitu peningkatan hasil

belajar IPS dengan teknik index card match di jelas VI semester I SD

Negeri Tukangan Yogyakarta, peneliti akan memakai teknik tersebut

dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada mata belajaran IPS.

Mengkaji sumber referensi tentang teknik index card match, dalam kamus

bahasa Inggris-Indonesia (Wahyu Untara, 2010), index berarti daftar

kata-kata, sedangkan card yang artinya kartu, kemudian match yang artinya

mengkombinasikan dan mencocokkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

teknik index card match merukan proses mengkombinasikan atau

mencocokkan daftar kata-kata pada kartu yang berupa pertanyaan serta

jawaban. Meninjau referensi lainnya, bahwa teknik index card match

merupakan teknik mencari pasangan dan mengulang materi yang telah

diberikan sebelumnya (Hisyam Zaini,dkk, 2008:67).

(47)

a. Buatlah potongan potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di

dalam kelas.

b. Bagi jumlah kertas-kertas terseut menjadi dua bagian yang sama.

c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada

setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu

pertanyaan.

d. Pada sebagian kertas lainnya, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

yang telah dibuat.

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan

jawaban.

f. Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah

aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik kan

mendapatkan soal dan sebagian yang lainnya akan mendapatkan

jawaban.

g. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang

sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan.

Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang

didapatkan kepada teman lainnya.

h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk

berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk

membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman lainnya.

Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan lainnya.

(48)

Mengkaji kesumber referensi lainnya mengenai teknik index card

match, bahwa teknik tersebut merupakan teknik yang memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis

kepada kawan sekelas (Hamruni, 2011:162). Adapun langkah-langkahnya

sebagai berikut :

a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang

diajarkan di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang sesuai dengan

jumlah siswa.

b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

c. Gabungkan dua lember kartu dan kocok beberapa kali sampai

benar-benar acak.

d. Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bawa ini adalah

latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian

lainnya memegang jawaban.

e. Meminta peserta didik menemukan kartu permainannya. Ketika

permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk

mencari tempat duduk bersama.

Melalui paparan di atas, teknik index card match merupakan teknik

permainan dalam memberikan sebuah materi pembelajaran dengan

menggunakan kartu. Teknik ini, peserta didik dituntut untuk mencari

(49)

Adapun langkah-langkah yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebagai

berikut:

a) Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah,

biru, kuning dan hijau

b) Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi

empat kelompok

c) Kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada

masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan

keempat. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan

kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan

separuh soal dan jawaban.

d) Kemudian guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis (papan

skor ditujukan untuk memicu keaktifan siswa).

e) Setelah itu guru menyuruh siswa tiap-tiap kelompoknya berpencar ke

kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya (siswa dituntut

untuk mampu bekerja sama dengan kelompok lain).

f) Jika ada yang sudah menemukan pasangannya mintalah mereka untuk

duduk berdekatan.

g) Jika semua siswa sudah menemukan dan duduk berdekatan, minta

setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada

teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh

(50)

h) Kemudian akhirilah proses ini dengan membuat klarifikasi dan

kesimpulan.

Harapannya teknik ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS.

E.Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Fitri Utami (2012), dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted Individualization)

Dalam pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas

IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Temuan

dalam penelitian ini yaitu mengkombinasikan keunggulan pembelajaran

kooperatif dan pembelajaran individual. Perolehan hasil yang sesuai

dengan teori bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Hal

tersebut terbutkti dengan adanya peningkatan yang positif dan sangat

signifikan antara pre test dan post test pada kelas eksperimen.

2. Rina Nur Hartatik (2012), dalam penelitian yang berjudul: Upaya

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pemberian Kuis Pada Siswa Kelas

V Di SD Ngebel Taman Tirto Kasihan Bantul. Temuan dalam penelitian ini

yaitu melalui pemberian kuis dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas V . Hasil penelitian ditujukan sebagai berikut: pada tindakan siklus 1,

hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPA melalui pemberian kuis,

(51)

51,43%. Pada siklus 2, jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 22

siswa atau mencapai 62,86%. Hasil yang dicapai pada tindakan siklus 3,

jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 27 siswa atau mencapai

77,14%. Pada tindakan siklus 4, siswa yang memenuhi KKM sebanyak 33

siswa atau mencapai 94,29%.

F. Kerangka Pikir

Mata pelajaran IPS di Indonesia sudah mulai diperkenalkan pada tahun

1970, dan pada tahun 1975 sudah mulai diterapkan khususnya jenjang Sekolah

Dasar di Indonesia dengan menggunakan kurikulum 1975. Seiring pergantian

kepemimpinan pemerintahan Indonesia, mata pelajaran IPS telah mengalami

beberapa pergantian kurikulum, dimulai dari kurikulum tahun 1975, kurikulum

1984, kurikulum 1994, kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

pada tahun 2003 dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

pada tahun 2006.

Seiring pergantiannya kurikulum, pembelajaran IPS masih mengalami

beberapa problematika, diantara salah satunya yang sedang menjadi dilema

pada kalangan pendidikan sekarang adalah isi materi pembelajaran IPS yang

bersifat hafalan. Dalam hal proses kegiatan pembelajaran, salah satu yang

menjadi tujuan dari proses kegiatan pembelajaran adalah bagaimana siswa

dapat memahami dan mengerti serta mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari melalui isi materi yang telah dijelaskan. Bedasarkan pra penelitian

yang dilakukan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, isi materi pembelajaran

(52)

masih sulit untuk menerima dan menanggapi isi materi pembelajaran tersebut.

Dalam hal ini gaya penyampaian isi materi yang dijelaskan oleh guru sangat

berpengaruh terhadap respon siswa dalam memahami isi materi tersebut.

Selain itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam pengimplementasian materi ajar, juga menjadi hal mendasar bagaimana

isi materi tersebut dapat menarik perhatian siswa dan mengaktifkan siswa. Ada

banyak strategi-strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu

penyampaian isi materi yang akan dijelaskan kepada siswa, salah satu strategi

tersebut adalah strategi pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan active

learning san

mendasar kenapa para guru mengajar dengan active learning adalah bahwa

kegiatan kegiatan belajar hanya bersifat pasif, siswa pasti mengikuti pelajaran

tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan dan tanpa minat, lain

halnya ketika kegiatan belajar yang bersifat aktif, siswa akan berusaha

mendapatkan sesuatu dari apa yang dipelajari.

Proses belajar mengajar yang masih bersifat pasif dan sangat monoton

atau membosankan akan membuat siswa mengantuk dan tidak paham dengan

isi materi ajar yang dijelaskan oleh guru. Seorang guru harus mampu mebuat

suasana kegiatan pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan, atau

membuat macam-macam situasi belajar di kelas yang berbeda. Melalui Strategi

pembelajaran aktif, ada beberapa contoh teknik yang dapat digunakan utuk

membantu pemecahan permasalahn yang telah dipaparkan di atas, salah

(53)

Zaini,dkk (2008:67) mengatakan bahwa Strategi active learning tipe index

Card match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk

mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Strategi active learning

tipe index Card match dengan memakai media kartu , dapat membantu dalam

penyampaian isi materi dan membuat suasana kegiatan pembelajaran yang

mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang sangat menyenangkan.

Pemicu aktifnya siswa dalam strategi ini, mau tidak mau siswa harus

bergerak dalam membentuk kelompok, bertukar pendapat dan mencari tahu

sendiri melalui kartu yang diberikan. Kemudian pada strategi ini juga, siswa

bergerak dan aktif dalam instruksi yang diberikan oleh guru yaitu siswa

mencari pasangan yang cocok dengan jawaban yang ada pada media kartu,

setelah menemukan pasangannya siswa akan mempersentasikannya di depan

kelas. Jika strategi ini sering diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka suasana

kegiatan pembelajaran akan berbeda dan selain itu memiki hasil, dimana siswa

akan mudah menerima dan merespon inti dari isi materi pembelajaran yang

dijelaskan oleh guru.

Melalui strategi pembelajaran aktif bertipe index card match ini

harapnnya dapat membantu gaya penyajian guru dalam menyampaikan isi

materi yang hampir memuat hafalan dan mempermudah siswa dalam merespon

isi materi pembelajaran IPS. Siswa yang merasa senang dengan suasana

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran IPS, harapannya dapat dapat

(54)

G.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah index card

match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD N Tukangan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau PTK.

Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah memakai model spiral yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart 1988 dalam (Wijaya Kusuma dan

Dedi Dwitagama, 2010:21). PTK bermodel spiral, terdiri dari empat komponen

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, kemudian keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:26) B.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri

Tukangan Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa yag tediri dari

13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

(56)

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tukangan, Kelurahan Gunung

Ketur, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY. Lokasi SDN

Tukangan berada di Jalan Suryopranoto 59, Yogyakarta. Letak sekolah cukup

strategis karena sangat dekat dengan jalan raya. Penelitian akan dilaksanakan

pada bulan Agustus sampai bulan September 2016.

D.Desain Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas VI SD Negeri

Tukangan Yogyakarta untuk mengidentifikasi lebih lanjut

permasalahan yang ada.

b. Pembuatan desain pembelajaran yang memuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disetujui oleh pimpinan sekolah.

c. Persiapan sarana dan prasarana: penelitian yang meliputi penyediaan

kartu bergambar (Index Card Match).

d. Setting ruangan: ruangan tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas,

kemudian penyusunan meja dan kursi yang membentuk kelompok.

e. Indikator kinerja: sebagai tolak ukur keberhasilan pada peningkatan

hasil belajar IPS dengan mudahnya siswa menerima pesan dan

informasi materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru dengan

menggunakan teknik index card match.

(57)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, maka peneliti menyusun skenario

pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan isi materi pembelajaran IPS kepada siswa dengan

menggunakan media gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Siswa melakukan index card match yang diinstruksikan oleh guru

(Guru menjelaskan langkah-langkah melakakukan index card match,

kemudian Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu

merah, biru, kuning, dan hijau, guru menyuruh peserta didik untuk

membentuk menjadi empat kelompok, kelompok pertama mengambil

kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga

dengan kelompok kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi masing-masing

kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna.

Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban. Guru

membuat tabel papan skor di depan papan tulis dengan tujuan untuk

memicu keaktifan siswa. Masing-masing siswa tiap-tiap kelompoknya

berpencar ke kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya.

Jika semua siswa sudah menemukan pasangan dan duduk berdekatan,

minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada

teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau

ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan

(58)

c. Guru bersama siswa memberikan klarifikasi tentang jawaban materi

yang ada pada kartu.

d. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

e. Guru memberikan evaluasi kepada siswa dengan membuat resume

materi yang telah didapat selama kegiatan proses belajar berlangsung

secara individu.

3. Tahap Pengamatan (Observating)

Mencatat secara manual dengan poin poin indikator yang menjadi

pengisian lembar observasi dan lembar penilaian yang telah disiapkan. Data

ini juga nantinnya akan menjadi poin penilaian dan patokan refleksi pada

siklus 1, dan siklus 2. Kemudian menggunakan alat perekam video visual

dan kamera gambar.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi pelaksanaan tindakan

berdasarkan hasil observasi dan tes. Tindakan yang berhasil akan tetap

digunakan pada siklus berikutnya, sedangkan tindakan yang kurang

berhasil akan diperbaiki dan dicari solusi permasalahannya.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas

ini meliputi observasi (pengamatan) dan tes.

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi

(59)

dalam penelitian ini berupa pengamatan aktivitas siswa saat mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan teknik index card match, dan

pengamatan guru saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

teknik index card match.

2. Tes

Penelitian ini menggunakan tes obyektif sebagai tes akhir untuk

mengetahui nilai atau hasil belajar siswa. Tes ini bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar IPS pada materi memahami

pentingnya koperasi melalui teknik indexcard match.

F. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen penelitian berupa soal dan lembar pengamatan

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah

index card match dari Hamruni (2011:162) dan Hisyam Zaini, dkk

(2008:67).

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No. Aspek yang diamati Jumlah Butir Nomor Butir

1. Kedisiplinan siswa 2 1, 2

2. Keaktifan siswa di kelas 5 3,4,5,6,7,

3. Kemampuan siswa melakukan index card match

3 8,9,10

Jumlah 10 10

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

(60)

1. Persiapan memulai pembelajaran 3 1, 2, 3

2. Penyampaian isi materi 1 4

3. Kemampuan guru mengelola waktu 1 5

4. Kemampuan guru membimbing

sisiwa dalam kegiatan pembbelajaran IPS dengan menggunakan index card match

6 6,7,8,9,10,11

5. Kemampuan menutup pembelajaran 2 12,13

Jumlah 13 15

2. Tes

Kisi-kisi lembar tes objektif untuk penilaian hasi belajar siswa pada

materi memahami pentingnya koperasi berdasarkan pada buku Sapriya

(2009:198). Kisi-kisi lembar tes obejektif tersebut dimasukkan kedalam

kisi-kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat

Satuann Pendidikan (KTSP) Kelas VI Semester I.

Tabel 5.

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I

(61)

teritorial

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta
Tabel 2. Kelas 6, Semester I
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The last, Masningrum Innayatullah Anggrahini (2011) entitled “Conflicts of Faith and Science in Ron Howard’s Angels and Demons Movie (2009): A Sociological Approach” this

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh s tock selection skill , market timing ability, fund size , dan fund longevity terhadap kinerja reksa

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai proses perencanaan, proses pelaksanaan, watak kewarganegaraan siswa, serta kendala yang terjadi dalam

TUGAS : Melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan urusan Penanaman Modal dan PTSP di bidang Pengembangan Iklim, Promosi, Data dan Informasi Penanaman Modal.

Pidana Anak (Tambahan Lembaran Ngara Republik Indonesia Nomor 5332). Undang-Undang Republik Indonesia

[r]

Imam Bonjol, atau yang berada di sekitaran Stasiun Poncol merupakan kawasan prostitusi Liar yang berlokasi strategis untuk pencarian pelanggan dan tempat yang cocok untuk mereka