PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Fojiano NIM 12108249037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
Jalan terbaik untuk bebas dari masalah adalah dengan
memecahkannya
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan untuk:
1.
Kedua orangtuaku: Bapak dan Ibu yang selalu memberikan
yang terbaik untukku dengan segenap kasih sayang agar
menjadi orang yang berguna.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN
YOGYAKARTA
Oleh Fojiano NIM 12108249037
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model active learning tipe index card match.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas VI yang terdiri dari 28 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning tipe index card match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 13 siswa (46,4%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 15 siswa (53,6%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa (78,6%).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD
NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA kepada Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.
4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP.,M.Pd. selaku validator instrumen penelitian
6. Bapak As.Windyanto, S.Pd.I selaku Kepala SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah memberi izin untuk penelitian
7. Ibu Fathonah, S.Pd, selaku guru wali kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah bersedia bekerjasama dalam mengumpulkan data penelitian.
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
PENGESAHAN... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Rumusan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD ... 8
1. Pembelajaran IPS di SD ... 8
2. Materi IPS SD ... 9
B. Kajian tentang Hasil Belajar ... 13
1. Pengertian Hasil Belajar ... 13
2. Pengertian Hasil Belajar IPS . 15 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 17
C. Karakter Siswa SD Kelas Tinggi... 24
D. Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match... 26
1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)... 26
2. Pembelajaran Tipe Index Card Match... 30
E. Kajian Penelitian yang Relevan... 35
F. Kerangka Pikir... 36
G. Hipotesis Tindakan... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40
B. Subjek Penelitian... 40
C. Setting Penelitian... 40
D. Desain Penelitian... 41
1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 41
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)... 41
3. Tahap Pengamatan (Observating)... 43
4. Tahap Refleksi... ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data... 43
1. Observasi ... ... 43
2. Tes ... 44
F. Instrumen Penelitian... 44
1. Lembar Observasi ... ... 44
2. Tes ... 45
G. Validitas Instrumen... 47
H. Teknik Analisis Data... 47
I. Kriteria Keberhasilan... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Pra Tindakan ... 50
2. Tindakan Sikus I ... 51
3. Tindakan Sikus II ... 72
C. Keterbatasan Penelitian... 92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 93
B. Saran... 93
DAFTAR PUSTAKA... 95
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas
VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta ... 4
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 6 Semester I ... 11
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Siswa ... 44
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Guru ... 44
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 45
Tabel 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 46
Tabel 7. Pedoman penilaian dalam standar 10 ... 48
Tabel 8. Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa ... 49
Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal ... 50
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 65
Tabel 11. Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa Siklus I ... 68
Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 82
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Model Kemmis & Mc Taggart ... 40 Gambar 2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal
dan Siklus I ... 66 Gambar 3. Diagram Batang Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II ... 83 Gambar 4. Diagram Batang Hasil Partisipasi Aktifitas
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Mengenal mata pelajaran IPS, merupakan hal yang tidak asing lagi
didengar di dunia pendidikan Indonesia. IPS yang merupakan kepanjangan
dari Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran umum untuk
ditingkat sekolah dasar, menengah dan tingkat sekolah atas. Mata pelajaran
ini memuat beberapa materi yang mengkaji tentang sejarah, geografi,
ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Namun diantara mata pelajaran
lainnya yang ada di berbagai tingkat sekolah di Indonesia, mata pelajaran IPS
menjadi salah satu bagian yang terpenting untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional di Indonesia.
Menurut M. Numan Somantri (2001:92), pendidikan IPS merupakan
seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologi
untuk tujuan pendidikan. Begitu pentingnya mata pelajaran ini yang telah
melewati seleksi disiplin ilmu-ilmu sosial dan menjadi bagian dari tujuan
pendidikan nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Dengan demikian apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan
nasional dapat menaruh harapannya pada mata pelajaran IPS untuk dapat
meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Mata pelajran IPS
diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975. Menurut Sapriya
(2009:42), mengatakan bahwa IPS sebagai mata pelajaran baru dalam
kurikulum 1975 diberikan untuk jenjang SD, SMP dan SMA menggunakan
pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik
peserta didik yang ada di tiap jenjang tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertama kali mata pelajaran IPS, khususnya untuk tingkat
SD atau Sekolah Dasar diperkenalkan pada tahun 1975 di Indonesia yang
memakai sistim kurikulum 1975.
Kemudian, mengapa mata pelajaran IPS di Indonesia menjadi yang
terpenting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional?, dan apa yang
tujuan serta manfaat dalam mata pelajaran ini. Menurut Etin Solihatin, dkk
(2007:14), pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
Jadi pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
ada pada siswa baik itu pengetahuan, bakat dan ketrampilan, sehingga potensi
bahwa, mata pelajaran IPS sangat berperan penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Selain itu mata pelajaran IPS dikelompokkan
menjadi tiga kategori, menurut Hasan dalam (Nana Supriatna, dkk, 2007:5)
ada tiga kategori tujuan pembelajaran IPS yaitu pengembangan kemampuan
intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa
sebagai pribadi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa agar dapat
mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat
diterapkan di dalam kehidupannya.
Beralih pada keterlaksanaan ketercapaian hasil belajar khususnya pada
mata pelajaran IPS, alasan yang menjadikan mata pelajaran IPS sebagai
bahan penelitian yaitu berdasarkan obesrvasi dan wawancara pra penelitian
pada tanggal 28-30 Juli 2016 yang dilakukan di kelas VI SD Negeri
Tukangan Yogyakarta, kegiatan proses belajar mengajar mengalami
permasalahan, peneliti menemukan bahwa masih ada 15 siswa yang belum
tuntas KKM pada pembelajaran IPS, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
IPS belum optimal. Kemudian pada observasi selanjutnya, hasil belajar mata
pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester
genap tahun 2016, kemudian dibandingkan dengan mata pelajaran
matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia, jumlah terbanyak siswa yang
Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta
No. Mata Pelajaran KKM Siswa Yang Belum Lulus
Sedangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tidak tuntas
KKM berjumlah tiga siswa, mata pelajaran Matematika berjumlah sepuluh
siswa, Pendidikan Kewarganegaraan berjumlah lima siswa dan IPA
berjumlah enam siswa.
Setelah itu siswa banyak yang diam ketika guru sedang mengajukan
pertanyaan terkait materi yang dijelaskan. Pada saat guru menjelaskan materi,
sebagian siswa ada yang asyik sendiri dengan aktifitas yang mereka lakukan.
Kemudian berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, guru wali kelas
mengatakan bahwa siswa sulit utuk menerima dan merespon informasi yang
disampaikan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, isi materi
hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan
untuk menerima pesan pada materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh
guru.
Dalam hal ini, siswa banyak yang jenuh dan merasa bosan ketika guru
sedang menyampaikan informasi pada saat membahas materi. Sofan Amri,
siswa. Melalui permasalahan siswa tersebut, guru harus mampu membuat
materi yang menarik untuk memikat rasa ingin tahu serta perhatian siswa.
Kemudian beberapa siswa lain, susah menerima informasi pada saat proses
pembelajaran berlangsung ketika pembelajarannya bersifat hafalan. Menurut
secara menarik dan memudahkan peserta didiknya.
Maksud penjelasan tersebut, bahwa setiap mata pelajaran yang
bersifat hafalan, guru harus mampu menyajikan materi pembelajaran
semenarik mungkin agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan
mempermudah siswa menerima informasi yang disampaikan oleh guru.
Selain itu, guru diharapkan untuk mampu mengembangkan media dan strategi
pembelajaran yang menarik serta bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran.
SD Negeri Tukangan merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang
berlokasi di Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta, tepatnya di JL.
Suryopranoto No. 59. Berdasarkan pengamatan observasi serta wawancara
dengan salah seorang guru, letak sekolah cukup strategis karena sangat dekat
dengan jalan raya, akan tetapi kebisingan akibat lalu lintas kendaraan juga
tidak dapat dipungkiri sedikitnya dapat mengganggu proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil diskusi peneliti dengan guru,
maka dipilihlah teknik index card match atau ICM untuk memecahkan
masalah belum optimalnya hasil belajar IPS di kelas VI Semester I SDN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul
beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Sulitnya siswa dalam menerima serta merespon pesan informasi yang
disampaikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2. Isi materi pada mata pelajaran IPS hampir memuat hafalan, sehingga
membuat siswa merasa jenuh dan bosan.
3. Guru belum mampu mencari solusi permasalahan dalam mengembangkan
strategi pembelajaran serta media untuk menarik perhatian siswa.
4. Hasil belajar IPS belum optimal
5. Model pembelajaran yang digunakan sebelumnya belum maksimal
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah agaimana
meningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di kelas VI
semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar
IPS dengan teknik index card match di kelas VI semester I SD Negeri
Tukangan Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi perbaikan serta solusi baik
secara teoritis maupun secara praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori
yang berkaitan dengan pengembangan strategi menggunakan teknik
pembelajaran serta memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca
2. Manfaat praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukkan
untuk evaluasi pembelajaran di SD
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan bahan sumber evaluasi untuk
mengembangkan strategi strategi menggunakan teknik pembelajaran
yang menarik di kelas.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan sebagai penambah sumber referensi,
pengalaman serta wawasan dalam memecahkan masalah serta
pengalaman dalam mengembangan strategi melalui teknik
pembelajaran di kelas sebelum benar benar terjun langsung menjadi
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD 1. Pembelajaran IPS di SD
Mengenal pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, di dalam buku pusat
kurikulum (2006:5), dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu
pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah
menengah yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang memuat materi
geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui hal tersebut,
pembelajaran IPS mengacu aspek kehidupan nyata, dimana peserta didik
di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat untuk
menghadapi kehidupan masyarakat global yang selalu berubah.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata
pelajaran IPS yang ditetapkan untuk jenjang SD atau Sekolah Dasar
sebagai berikut (BSNP, 2006:159).
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Melalui tujuan tersebut, harapannya dapat bermanfaat bagi peserta
didik untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan siswa dalam menganalisis terhadap kondisi sosial
masayarakat saat ini.
Meninjau ruang lingkup pembelajaran IPS di SD, materi pelajaran
dibagi atas dua bagian yakni materi sejarah dan materi pengetahuan sosial,
untuk materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi,
ekonomi, dan politik sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah
lokal dan sejarah nasional. Mulyasa (2006:125) menjelaskan bahwa
Tujuan hal tersebut adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan
keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta
meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa
sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air.
2. Materi IPS SD
Berbagai macam cara penyajian pembelajaran pada mata pelajaran
IPS yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam
menerima informasi yang disampaikan. Namun berdasarkan pra penelitian
yang telah dibahas pada latar belakang masalah, siswa banyak yang jenuh
dan merasa bosan ketika guru sedang menyampaikan informasi pada saat
Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian
yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat
berpengaruh terhadap perhatian siswa. Dalam hal penyajian pembelajaran
IPS, seorang guru harus membutuhkan berbagai macam pendekatan,
metode dan strategi agar materi yang diberikan dapat menarik perhatian
siswa dan mudah dimengerti. Sapriya (2009:57) menjelaskan, bahwa salah
satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas guru
pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit
menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi
konkret. Mengkaji secara keseluruhan isi materi pengajaran IPS, secara
keseluruhan berbentuk (Abdul Azis Wahab 2012:124-125) :
a. Konsep dan Generalisasi
Konsep dan generalisasi diperoleh dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti
geografi, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan antropologi serta sejarah
dan tata negara
b. Tema dan Topik
Tema dan topik diangkat dari buku-buku paket program studi ilmu-ilmu
sosial atau buku teks ilmu-ilmu sosial.
c. Masalah
Masalah dapat diangkat pula dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ada
yang dapat dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam pengajaran IPS
Kemudian beralih pada mencapai tujuan dari isi materi pelajaran
IPS SD, maka dikembangkanlah Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar yang berdasarkan kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (Sapriya, 2009:79).
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk kelas VI
SD/MI sebagai berikut (Sapriya, 2009:200) :
Tabel 2. Kelas 6, Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami
perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta
1.2 Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga
Setelah itu, adapun cakupan materi pembelajaran IPS kelas VI
semester I sebagai berikut (Sanusi Fattah, dkk, 2008:V)
a. Perubahan wilayah provinsi di Indonesia
d. Ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dan negara tetangga
Telah dijelaskan isi cakupan dari materi pembelajaran serta Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VI semester I, berdasarkan latar
belakang masalah hampir keseluruhan isi materi bersifat hafalan.
Mengenai paparan di atas, dalam hal tersebut seorang guru harus mampu
mencari sumber media seperti ketika seorang guru hendak menjelaskan
sebuah makna dari kayu, maka guru harus membawa sebuah kayu
kemudian menjelaskan serta mendemonstrasikannya kepada siswa.
Kemudian seorang guru harus mampu membuat bagaimana isi materi
pengajaran pada mata pelajaran IPS yang bersifat hafalan dapat menarik
rasa ingintahu siswa.
Abdul Azis Wahab (2012:49) mengatakan mengajar IPS haruslah
membantu dan mendorong siswa untuk berpikir karena untuk berpikir para
siswa harus dihadapkan pada permasalahan yang dekat lingkungan dan
kebutuhannya baik untuk sekarang maupun yang akan datang. Jadi
seorang guru dalam mengajarkan materi pembelajaran IPS di SD harus
mampu membantu siswa untuk berpikir, maksudnya seorang guru harus
berupaya bagaimana membuat model materi pembelajaran IPS dapat
mendorong siswa untuk berpikir. Berdasarkan prapenelitian yang
dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri Tukangan Yogyakarta,
penyampaian isi materi dalam pembelajaran IPS pada saat kegiatan proses
belajar mengajar di kelas harus ditingkatkan lagi agar siswa dapat berpikir
B.Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar
Proses belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seorang
siswa, oleh karena itu belajar tidak hanya sekedar menghafal namun anak
belajar dari mengalami dan mempraktikkan. Oemar Hamalik (2001:27)
mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Jadi belajar bukan hanya sekedar membaca dan
menghafal, tetapi juga harus mengalami. Dalam kegiatan belajar, siswa
akan dilatih dengan tujuan untuk perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan siswa.
Dalam hal tersebut, belajar dimaksudkan untuk menimbulkan
perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik (Purwanto, 2008:43-44). Belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar,
sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat menjadikan sebuah hasil
belajar. Selain itu belajar juga merupakan suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil belajar
dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan,
pemahamannya, siakp dan keterampilannya (Nana Sudjana, 2005:28).
Membahas tentang hasil belajar, bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi
suatu proses untuk mencapai hasil dan bukti.
Menurut Oemar Hamalik (2001:30) bukti bahwa seseorang telah
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Dalam kajian tersebut, bahwa hasil belajar merupakan sebuah
efek dari belajar yang menunjukkan munculnnya perubahan terhadap
seseorang. Mengkaji lebih lanjut tentang hasil belajar, menurut Purwanto
(2008:44-45) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan
dimana hasil menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional, sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada individu yang belajar, maka hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
pengajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga
merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan
pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar pada mata
pelajaran tertentu. Selain itu hasil belajar juga perlu dilakuakan evaluasi.
Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah tujuan yang
ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah
berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar (Purwanto, 2008:47).
Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri
Tukangan Yogyakarta, bahwa strategi dalam mengajarkan pembelajaran
meningkatkan hasil belajar yang lebih baik kepada siswa dalam kegiatan
proses belajar mengajar di kelas.
2. Pengertian Hasil Belajar IPS
Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan mengenai deskripsi
hasil belajar, dimana hasil belajar yanng baik akan menimbulkan perubahan
kemampuan pada siswa yang meliputi hasil kemampuan aspek
pengetahuan, keterampilan dan karakter. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2010:102-103) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas
yang memiliki seseorang.
Berdasarkan beberapa pandangan tentang deskripsi hasil belajar
dari beberapa ahli yang dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil belajar IPS
merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan
dengan diwujudkannya perubahan tingkat kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Winarni, dkk, 2012:139)
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni.
Mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai,
menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.
2. Memahami
Menafsirkan, meringkas, membandingkan, menjelaskan.
3. Menerapkan
Melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,
mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan,
mendeteksi.
4. Menganalisis
Menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun
ulang, mengubah struktur, membedakan, menyamakan,
membandingkan.
5. Mengevaluasi
Menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai,
menguji.
6. Berkreasi
Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, emngubah.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berhubungan dengan menerima, menanggapi,
menilai, mengelola dan menghayati
c. Ranah psikomotorik
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak yang meliputi menirukan, memanipulasi, dan
artikulasi.
Berdasarkan tiga ranah hasil belajar tersebut, bahwa hasil belajar
IPS merupakan hasil sebuah pencapaian kemampuan peserta didik kelas VI
SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan diwujudkannya perubahan
tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik
yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada sub
pokok pembahasan mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi
wilayah Indonesia dan membandingkan kenampakkan alam keadaan sosial
negara tetangga. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan,
bahwa hasil belajar IPS belum optimal, melalui hal tersebut hasil belajar
IPS dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada ranah kognitif yakni
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, perlu diketahui bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Alben Ambarita
(2006:58) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar peserta
didik akan berpengaruh pada kualitas proses dan hasil belajar peserta
didik, faktor-faktor tersebut terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal dan
a. Faktor internal
1. Bakat
Seorang peserta didik yang tidak memiliki bakat dalam
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran
tertentu, maka akan berpengaruh pada hasil belajar dari kegiatan
belajar yang diikutinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia, ketika mendapat tugas untuk mempraktekkan
membaca puisi di depan kelas, siswa yang kurang bakatnya dalam
membaca dan berekspresi saat berpuisi maka akan berpengaruh
pada nilai tugas mata pelajaran tersebut.
2. Kecerdasan (Intelektual, Emosional, dan Spiritual)
Kurangnya kecerdasan intelektual, peserta didik yang kurang
mampu dalam menerima dan merespon isi dari penjelasan materi
pembelajaran, akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh,
begitu juga dengan kecerdasan emosi dan spiritual.
3. Minat
Kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan prosesbelajar
mengajar akan berpengaruh pada hasil belajar, sebagai contoh siswa
yang kurang minat dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, ia akan
mengabaikan penjelasan dari materi pembelajaran tersebut sehingga
4. Motivasi
Kurangnya motivasi dari guru dan terkhususnya orang tua,
akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Siswa kurang
semangat atau bergairah dalam mengikuti kegiatan proses belajar
mengajar akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh.
5. Sikap
Peserta didik yang karakternya sangat buruk, akan berpengaruh
pada kegiatan proses belajar mengajar, ia berbuat sesuka hati di
dalam kelas pada saat kegiatan proses belajar mengajar, akan
menjadi penilaian dan evaluasi bagi seorang guru melakukan
strategi belajar agar siswa tersebut medapatkan hasil belajar yang
baik.
6. Latar Belakang Sosial, Ekonomi dan Budaya
Peserta didik yang memiliki latar belakang sosial yang buruk,
kemudian penghasilan kerja orang tua yang sedikit serta
diskriminatif budaya oleh teman kelas dan lingkungannya akan
sangat berpengaruh pada kegiatan proses belajar mengajar yang ia
ikuti di dalam kelas sehingga berdampak buruk pada hasil belajar.
b. Faktor Eksternal
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Pelajaran
3. Strategi dan Metode Pembelajaran
5. Pengorganisasian Kelas
6. Penguatan yang Di Gunakan Guru
7. Iklim Sosial Dalam Kelas
8. Waktu yang Tersedia
9. Sistem dan Teknik Evaluasi
10.Pandangan dan Sikap Guru Terhadap Peserta Didik
11.Upaya Guru Dalam Menangani Kesulitan Belajar Peserta Didik
Kemudian mengenai paparan diatas, mengkaji pada sumber referensi
lainnya menurut Wasty Soemanto (1998:113) mengatakan faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 3 bagian.
a. Faktor-faktor stimuli belajar
Maksudnya adalah faktor segala hal di luar individu yang
merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penegasan serta
suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si
pelajar.
b. Faktor-faktor metode belajar
Maksudnya metode pembelajaran yang dipakai oleh guru saat
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dapat menimbulkan
perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
Faktor-faktor ini meliputi kematangan, usia kronologis, jenis
kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan
rohani serta motivasi.
Namun disisi lain mengkaji kesumber referensi lainnya, menurut
Nana Sudjana (1996:6) mengatakan pada dasarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua macam yaitu faktor internal
dimana faktor yang datang dari diri individu itu sendiri yang meliputi
faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan
lainnya, sedangkan faktor eksternal faktor yang datang dari luar individu
yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan yaitu
pada pra penelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri
Tukangan Yogyakarta, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS,
perhatian terhadap permasalahan internal dan eksternal masing-masing
peserta didik harus ditingkatkan lagi, agar kegiatan proses belajar
mengajar memperoleh hasil belajar yang baik.
4. Macam-Macam/Jenis Hasil Belajar
Hasil belajar akan mengaitkan antara peserta didik dengan guru yang
diantara kaitan tersebut terjadi sebuah aktifitas yaitu proses kegiatan belajar
mengajar dimana seorang guru berperan sebagai alat dan fasilitator dan
belajar mengajar tersebut akan menghasilkan macam-macam hasil belajar
yang diperoleh peserta didik melalui kaitan jenis-jenis hasil belajar.
Dalam teori Taksonomi Bloom (Max Darsono, 2000:315) ada tiga
macam hasil belajar berdasarkan ranahnya antara lain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
a. Ranah Kognitif
Dalam ranah ini, terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,
menjawab, menilai, organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau
kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah ini meliputi manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dalam pembahasan tersebut ranah kognitif sangat lebih
mendominasi diantara ranah lainnya, namun ranah afektif dan
psokomotorik juga berperan penting dalam proses penilaian proses
kegiatan pembelajaran sekolah yang akan menentukan hasil belajar.
Mengkaji pada sumber referensi lainnya, menurut Nana Sudjana
(2000:22-23) dalam klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal
dengan Taxonomi Bloom, beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif meliputi penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Meliputi enam aspek ranah yaitu
1. Gerakan refleks
2. Keterampilan gerakan dasar
3. Kemampuan perceptual (persepsi)
4. Keharmonisan atau ketepatan
5. Gerakan keterampilan kompleks
6. Gerakan ekspresif atau interpretative
Melalui pembahasan tersebut, tiga aspek ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik menjadi sangat penting dalam penilaian proses
kegiatan belajar mengajar yang akan menentukan hasil belajar peserta
didik. Seorang guru harus memperhatikan tiga ranah tersebut, dan juga
tidak hanya mendominasi salah satu ranah namun harus mementingkan
ketiga ranah sebagai acuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal
C.Karakter Siswa SD Kelas Tinggi
Pada latar belakang masalah yang telah dibahas, laporan pra penelitian
melalui obsercasi dan wawancara, bahwa sulitanya siswa kelas VI SD Negeri
Tukangan Yogyakarta dalam menerima pesan serta informasi yang dijelaskan
oleh guru pada saat kegiatan proses belajar mnegajar khusunya pada mata
pelajaran IPS. Melalui permasalahan tersebut, peneliti mengkaji dan
mengaitkan dengan karakter siswa SD kelas tinggi. Siswa kelas VI memasuki
masa kelas tinggi sekolah dasar, dimana siswa tersebut memasuki masa kanak
kanak akhir. Masa kanak-kanak akhir memasuki kelas tinggi sekolah dasar
yang berlangung antara usia 9-10 tahun dan 12-13 tahun (Rita Eka Izzaty,dkk,
2013:115).
Ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu:
a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak-anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasinya
mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di kelas VI SD Negeri
Tukangan Yogyakarta, materi pelajaran pada mata pelajaran IPS hampir
sebagian isi dari materi memuat hafalan sehingga siswa menjadi bosan dan
informasi yang disampaikan oleh guru. Namun berdasarkan sumber referensi
yang telah dijelaskan, bahwa ciri khas anak masa kelas tinngi sekolah dasar
adalah memiliki rasa ingin tahu, melalui hal ini seharusnya seorang guru harus
mampu membuat materi pembelajaran tersebut menjadi menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
Kemudian berdasarkan pra penelitin yaitu pada observasi yang
dilakukan di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta, beberapa siswa mulai
bosan dengan tugas hafalan dan materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh
guru di depan kelas. guru
sebagai aktor sentral, akibatnya siswa banyak yang mengantuk, pasif dan tidak
paham apa yang disampaikan guru. Melalui hal tersebut guru harus berupaya
sekreatif mungkin untuk memilih serta mengembangkan strategi, metode dan
teknik pembelajaran yang dapat membantu untuk mempermuda siswa
menerima pesan dan informasi dari materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru.
Menurut Marsh (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013:116), adapun strategi guru
dalam pembelajaran masa kanak kanak akhir yaitu:
a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret.
b. Gunakan alat visual, misalnya OHP, Tranparan.
c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yyang
bersifat sederhan ke yang bersifat kompleks.
d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, misalnya
e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya
menggunakan teka-teki, dan curhat pendapat.
Melalui paparan yang dijelaskan, bahwa seorang guru harus memahami
perkembangan siswa, agar dapat menggunakan dan memilih strategi yang
dapat memaksimalkan tujuan dari kegiatan proses belajar mengajar. Disamping
itu, guru harus juga cerdas dalam memilih metode dan teknik pembelajaran
yang dipakai, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran tertentu.
D.Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match 1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Siswa yang aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar sangatlah
diharapkan bagi kalangan orang tua dan guru, karena siswa yang aktif
selama kegiatan proses belajar mengajar akan berdampak pada hasil belajar
yang baik. Untuk menjadikan siswa yang aktif maka diperlukan strategi
pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar di kelas
maupun di rumah. Salah satu strategi yang dapat mendorong keaktifan siswa
dalam belajar yaitu pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan Active
Learning. Adapun alasan mengapa strategi ini dipilih karena dalam kegiatan
pembelajaran sering terjadi guru mengajar namun siswa tidak belajar. Hal
ini seolah-olah siswa tidak terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Konsep Active Learning/pembelajaran aktif yang mengedepankan
keterlibatan peserta didik secara penuh dalam proses belajar mengajar yang
Membahas pembelajaran aktif, dalam kamus Inggris-Indonesia
(Wahyu Untara, 2010), Active berarti aktif, rajin dan giat. Sedangkan
Learning berarti kegiatan belajar, jadi Active Learning adalah suatu proses
kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya dapat berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Meninjau referensi
lainnya, bahwa Active Learning merupakan pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk belajar secara aktif (Hisyam Zaini,dkk, 2008:xiv).
Selain itu menurut Hamruni (2011:155) mengatakan pembelajaran
aktif merupakan pembelajaran langkah cepat, menyenangkan, menarik dan
mencerdaskan dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa Active Learning
merupakan suatu strategi yang dapat memberikan keaktifan bagi peserta
didik dalam kegiatan proses belajar mengajar baik aktif antara siswa dengan
siswa maupun siswa dengan pengajar. Dalam strategi Active Learning,
seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif yang
dapat membuat peserta didik aktif dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi,dkk
(2007:129) ada beberapa hal yang mendasar untuk menciptakan
pembelajaran aktif ditinjau dari beberapa aspek yaitu
a. Subjek Didik
Kondisi subjek didik merupakan faktor utama dalam menciptakan
cara belajar yang dinamis, untuk itu setiap subyek didik hendaknya
1. Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan dan dorongan dalam
proses belajar mengajar sehingga subyek didik akan merasa diakui
dan dihargai perasaanya.
2. Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun
tingkat lanjut.
3. Ada usaha atau kreatifitas subyek didik dalam menyelesaikan kegiatan
belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.
4. Adanya dorongan rasa ingin tahu yang besar pada subyek didik untuk
mengetahui dan mengajarkan sesuatu yang baru dalam proses belajar
mengajar.
5. Adanya kebebasan untuk berkreasi dalam proses belajar mengajar.
b. Pendidik
Guru meupakan sentral yang keberadaanya merupakan penentu
bagi keberhasilan dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Adanya usaha untuk membina dan mendorong subyek didik dalam
meningkatkan semangat dan partisipasi secara aktif.
2. Adanya kemampuan pengajar untuk melakukan peran sebagai
inovator maupun motivator terhadap hal-hal baru dalam proses belajar
Kemudian dalam kegiatan proses belajar mengajar, prinsip sangat
dibutuhkan dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang optimal.
Adapun prinsip-prinsip tersebut berdasarkan tipe pembelajaran aktif (M.
Dalyono, 2005:202-206):
a. Stimulus belajar
Berbicara tentang stimulus, berarti membahas tentang rangsangan
yang diberikan dalam maksud sebuah bentuk penyampaian informasi
yang diharapkan dapat menerima isi materi pelajaran dengan baik.
b. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi dapat diberikan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan, alat bantu belajar, media belajar dan lainnya.
c. Respon yang dipelajari
Respon yang dapat dipelajari oleh peserta didik harus mampu
menunjang tujuan pembelajaran sehingga dapat mengubah perilakunya
ke arah yang lebih baik.
d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemenuhan kebutuhan peserta didik
dapat berupa nilai, pengakuan prestasi, ganjaran dan sebagainya.
e. Asosiasi
Dalam menyampaikan informasi yang jumlahnya sangat banyak
diperlukan pengaturan dan penempatan informasi, sehingga peserta
didik mampu mengingat dan menghubungkan apa yang sudah dipelajari
Setelah pembahasan tersebut, adapun contoh contoh strategi
pembelajaran aktif diantaranya yaitu The Power of Two, Reading Guide,
Info Search, Index Card Match, Everyone is A Teacher Here, Student
Create Case Study, Point-Counteroint, Students Questions Have, Listening
Team dan Card Sort (Hamruni, 2011:160-167).
Dalam penelitian ini melalui latar belakang masalah yang telah
dibahas, peneliti akan membuat isi materi pembelajaran yang semula
membosankan menjadi menyenangkan melalui strategi pemeblajaran aktif
dengan menggunakan salah satu diantara contoh strategi pembelajaran aktif
yaitu dengan menggunakan teknik Index Card Match. Melalui hal ini juga,
peneliti akan membuat suasana pembelajaran IPS yang membuat aktif siswa
untuk bertanya dan mencari tahu sendiri.
2. Pembelajaran Tipe Index Card Match
Ketika seorang guru akan melakukan kegiatan proses belajar
mengajar di kelas, maka guru tersebut harus memikirkan bagaimana
pendekatan, strategi serta metode yang harus dilakukan agar pembelajaran
tersebut dapat berjalan dengan baik. Seorang guru harus memperhatikan
kondisi lingkungan sekitar dan bagaimana kondisi siswa sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pembahasan tersebut seorang
guru harus membutuhkan teknik agar kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Membahas tentang teknik, teknik merupakan cara yang dilakukan
2011:7). Dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran merupakan suatu
cara yang dilakukan seorang guru dalam melasanakan suatu metode
pembelajaran agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jadi melalui
pembahasan tersebut, teknik sangat berkaitan dengan metode, dan melalui
hal tersebut seorang guru harus memikirkan dan memilih teknik yang tepat
sebelum menjalankan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin.
Telah dipaparkan deskripsi mengenai teknik pembelajaran, dimana
seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih teknik pembelajaran yang
akan digunakan. Berdasarkan judul penelitian yaitu peningkatan hasil
belajar IPS dengan teknik index card match di jelas VI semester I SD
Negeri Tukangan Yogyakarta, peneliti akan memakai teknik tersebut
dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada mata belajaran IPS.
Mengkaji sumber referensi tentang teknik index card match, dalam kamus
bahasa Inggris-Indonesia (Wahyu Untara, 2010), index berarti daftar
kata-kata, sedangkan card yang artinya kartu, kemudian match yang artinya
mengkombinasikan dan mencocokkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
teknik index card match merukan proses mengkombinasikan atau
mencocokkan daftar kata-kata pada kartu yang berupa pertanyaan serta
jawaban. Meninjau referensi lainnya, bahwa teknik index card match
merupakan teknik mencari pasangan dan mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya (Hisyam Zaini,dkk, 2008:67).
a. Buatlah potongan potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di
dalam kelas.
b. Bagi jumlah kertas-kertas terseut menjadi dua bagian yang sama.
c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada
setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
d. Pada sebagian kertas lainnya, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat.
e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.
f. Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik kan
mendapatkan soal dan sebagian yang lainnya akan mendapatkan
jawaban.
g. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang
sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan.
Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang
didapatkan kepada teman lainnya.
h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk
membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman lainnya.
Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan lainnya.
Mengkaji kesumber referensi lainnya mengenai teknik index card
match, bahwa teknik tersebut merupakan teknik yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis
kepada kawan sekelas (Hamruni, 2011:162). Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang
diajarkan di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang sesuai dengan
jumlah siswa.
b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
c. Gabungkan dua lember kartu dan kocok beberapa kali sampai
benar-benar acak.
d. Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bawa ini adalah
latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian
lainnya memegang jawaban.
e. Meminta peserta didik menemukan kartu permainannya. Ketika
permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk
mencari tempat duduk bersama.
Melalui paparan di atas, teknik index card match merupakan teknik
permainan dalam memberikan sebuah materi pembelajaran dengan
menggunakan kartu. Teknik ini, peserta didik dituntut untuk mencari
Adapun langkah-langkah yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebagai
berikut:
a) Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah,
biru, kuning dan hijau
b) Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi
empat kelompok
c) Kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada
masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan
keempat. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan
kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan
separuh soal dan jawaban.
d) Kemudian guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis (papan
skor ditujukan untuk memicu keaktifan siswa).
e) Setelah itu guru menyuruh siswa tiap-tiap kelompoknya berpencar ke
kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya (siswa dituntut
untuk mampu bekerja sama dengan kelompok lain).
f) Jika ada yang sudah menemukan pasangannya mintalah mereka untuk
duduk berdekatan.
g) Jika semua siswa sudah menemukan dan duduk berdekatan, minta
setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada
teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh
h) Kemudian akhirilah proses ini dengan membuat klarifikasi dan
kesimpulan.
Harapannya teknik ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS.
E.Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Fitri Utami (2012), dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted Individualization)
Dalam pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Temuan
dalam penelitian ini yaitu mengkombinasikan keunggulan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Perolehan hasil yang sesuai
dengan teori bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Hal
tersebut terbutkti dengan adanya peningkatan yang positif dan sangat
signifikan antara pre test dan post test pada kelas eksperimen.
2. Rina Nur Hartatik (2012), dalam penelitian yang berjudul: Upaya
Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pemberian Kuis Pada Siswa Kelas
V Di SD Ngebel Taman Tirto Kasihan Bantul. Temuan dalam penelitian ini
yaitu melalui pemberian kuis dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V . Hasil penelitian ditujukan sebagai berikut: pada tindakan siklus 1,
hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPA melalui pemberian kuis,
51,43%. Pada siklus 2, jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 22
siswa atau mencapai 62,86%. Hasil yang dicapai pada tindakan siklus 3,
jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 27 siswa atau mencapai
77,14%. Pada tindakan siklus 4, siswa yang memenuhi KKM sebanyak 33
siswa atau mencapai 94,29%.
F. Kerangka Pikir
Mata pelajaran IPS di Indonesia sudah mulai diperkenalkan pada tahun
1970, dan pada tahun 1975 sudah mulai diterapkan khususnya jenjang Sekolah
Dasar di Indonesia dengan menggunakan kurikulum 1975. Seiring pergantian
kepemimpinan pemerintahan Indonesia, mata pelajaran IPS telah mengalami
beberapa pergantian kurikulum, dimulai dari kurikulum tahun 1975, kurikulum
1984, kurikulum 1994, kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
pada tahun 2003 dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
pada tahun 2006.
Seiring pergantiannya kurikulum, pembelajaran IPS masih mengalami
beberapa problematika, diantara salah satunya yang sedang menjadi dilema
pada kalangan pendidikan sekarang adalah isi materi pembelajaran IPS yang
bersifat hafalan. Dalam hal proses kegiatan pembelajaran, salah satu yang
menjadi tujuan dari proses kegiatan pembelajaran adalah bagaimana siswa
dapat memahami dan mengerti serta mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari melalui isi materi yang telah dijelaskan. Bedasarkan pra penelitian
yang dilakukan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, isi materi pembelajaran
masih sulit untuk menerima dan menanggapi isi materi pembelajaran tersebut.
Dalam hal ini gaya penyampaian isi materi yang dijelaskan oleh guru sangat
berpengaruh terhadap respon siswa dalam memahami isi materi tersebut.
Selain itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam pengimplementasian materi ajar, juga menjadi hal mendasar bagaimana
isi materi tersebut dapat menarik perhatian siswa dan mengaktifkan siswa. Ada
banyak strategi-strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu
penyampaian isi materi yang akan dijelaskan kepada siswa, salah satu strategi
tersebut adalah strategi pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan active
learning san
mendasar kenapa para guru mengajar dengan active learning adalah bahwa
kegiatan kegiatan belajar hanya bersifat pasif, siswa pasti mengikuti pelajaran
tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan dan tanpa minat, lain
halnya ketika kegiatan belajar yang bersifat aktif, siswa akan berusaha
mendapatkan sesuatu dari apa yang dipelajari.
Proses belajar mengajar yang masih bersifat pasif dan sangat monoton
atau membosankan akan membuat siswa mengantuk dan tidak paham dengan
isi materi ajar yang dijelaskan oleh guru. Seorang guru harus mampu mebuat
suasana kegiatan pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan, atau
membuat macam-macam situasi belajar di kelas yang berbeda. Melalui Strategi
pembelajaran aktif, ada beberapa contoh teknik yang dapat digunakan utuk
membantu pemecahan permasalahn yang telah dipaparkan di atas, salah
Zaini,dkk (2008:67) mengatakan bahwa Strategi active learning tipe index
Card match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Strategi active learning
tipe index Card match dengan memakai media kartu , dapat membantu dalam
penyampaian isi materi dan membuat suasana kegiatan pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang sangat menyenangkan.
Pemicu aktifnya siswa dalam strategi ini, mau tidak mau siswa harus
bergerak dalam membentuk kelompok, bertukar pendapat dan mencari tahu
sendiri melalui kartu yang diberikan. Kemudian pada strategi ini juga, siswa
bergerak dan aktif dalam instruksi yang diberikan oleh guru yaitu siswa
mencari pasangan yang cocok dengan jawaban yang ada pada media kartu,
setelah menemukan pasangannya siswa akan mempersentasikannya di depan
kelas. Jika strategi ini sering diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka suasana
kegiatan pembelajaran akan berbeda dan selain itu memiki hasil, dimana siswa
akan mudah menerima dan merespon inti dari isi materi pembelajaran yang
dijelaskan oleh guru.
Melalui strategi pembelajaran aktif bertipe index card match ini
harapnnya dapat membantu gaya penyajian guru dalam menyampaikan isi
materi yang hampir memuat hafalan dan mempermudah siswa dalam merespon
isi materi pembelajaran IPS. Siswa yang merasa senang dengan suasana
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran IPS, harapannya dapat dapat
G.Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah index card
match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD N Tukangan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau PTK.
Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah memakai model spiral yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart 1988 dalam (Wijaya Kusuma dan
Dedi Dwitagama, 2010:21). PTK bermodel spiral, terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, kemudian keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:26) B.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri
Tukangan Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa yag tediri dari
13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tukangan, Kelurahan Gunung
Ketur, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY. Lokasi SDN
Tukangan berada di Jalan Suryopranoto 59, Yogyakarta. Letak sekolah cukup
strategis karena sangat dekat dengan jalan raya. Penelitian akan dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai bulan September 2016.
D.Desain Penelitian
1. Tahap Perencanaan Tindakan
a. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas VI SD Negeri
Tukangan Yogyakarta untuk mengidentifikasi lebih lanjut
permasalahan yang ada.
b. Pembuatan desain pembelajaran yang memuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disetujui oleh pimpinan sekolah.
c. Persiapan sarana dan prasarana: penelitian yang meliputi penyediaan
kartu bergambar (Index Card Match).
d. Setting ruangan: ruangan tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas,
kemudian penyusunan meja dan kursi yang membentuk kelompok.
e. Indikator kinerja: sebagai tolak ukur keberhasilan pada peningkatan
hasil belajar IPS dengan mudahnya siswa menerima pesan dan
informasi materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru dengan
menggunakan teknik index card match.
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, maka peneliti menyusun skenario
pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan isi materi pembelajaran IPS kepada siswa dengan
menggunakan media gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
Siswa melakukan index card match yang diinstruksikan oleh guru
(Guru menjelaskan langkah-langkah melakakukan index card match,
kemudian Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu
merah, biru, kuning, dan hijau, guru menyuruh peserta didik untuk
membentuk menjadi empat kelompok, kelompok pertama mengambil
kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga
dengan kelompok kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi masing-masing
kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna.
Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban. Guru
membuat tabel papan skor di depan papan tulis dengan tujuan untuk
memicu keaktifan siswa. Masing-masing siswa tiap-tiap kelompoknya
berpencar ke kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya.
Jika semua siswa sudah menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada
teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau
ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan
c. Guru bersama siswa memberikan klarifikasi tentang jawaban materi
yang ada pada kartu.
d. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
e. Guru memberikan evaluasi kepada siswa dengan membuat resume
materi yang telah didapat selama kegiatan proses belajar berlangsung
secara individu.
3. Tahap Pengamatan (Observating)
Mencatat secara manual dengan poin poin indikator yang menjadi
pengisian lembar observasi dan lembar penilaian yang telah disiapkan. Data
ini juga nantinnya akan menjadi poin penilaian dan patokan refleksi pada
siklus 1, dan siklus 2. Kemudian menggunakan alat perekam video visual
dan kamera gambar.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi pelaksanaan tindakan
berdasarkan hasil observasi dan tes. Tindakan yang berhasil akan tetap
digunakan pada siklus berikutnya, sedangkan tindakan yang kurang
berhasil akan diperbaiki dan dicari solusi permasalahannya.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini meliputi observasi (pengamatan) dan tes.
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi
dalam penelitian ini berupa pengamatan aktivitas siswa saat mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik index card match, dan
pengamatan guru saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
teknik index card match.
2. Tes
Penelitian ini menggunakan tes obyektif sebagai tes akhir untuk
mengetahui nilai atau hasil belajar siswa. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar IPS pada materi memahami
pentingnya koperasi melalui teknik indexcard match.
F. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen penelitian berupa soal dan lembar pengamatan
1. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah
index card match dari Hamruni (2011:162) dan Hisyam Zaini, dkk
(2008:67).
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No. Aspek yang diamati Jumlah Butir Nomor Butir
1. Kedisiplinan siswa 2 1, 2
2. Keaktifan siswa di kelas 5 3,4,5,6,7,
3. Kemampuan siswa melakukan index card match
3 8,9,10
Jumlah 10 10
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
1. Persiapan memulai pembelajaran 3 1, 2, 3
2. Penyampaian isi materi 1 4
3. Kemampuan guru mengelola waktu 1 5
4. Kemampuan guru membimbing
sisiwa dalam kegiatan pembbelajaran IPS dengan menggunakan index card match
6 6,7,8,9,10,11
5. Kemampuan menutup pembelajaran 2 12,13
Jumlah 13 15
2. Tes
Kisi-kisi lembar tes objektif untuk penilaian hasi belajar siswa pada
materi memahami pentingnya koperasi berdasarkan pada buku Sapriya
(2009:198). Kisi-kisi lembar tes obejektif tersebut dimasukkan kedalam
kisi-kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat
Satuann Pendidikan (KTSP) Kelas VI Semester I.
Tabel 5.
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I
teritorial
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II