• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tanah Air "

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Leopold 111224020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Leopold 111224020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(3)
(4)
(5)

iv Karya ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat penyertaan dan bimbingannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tua tercinta Bapak Yosef Welbertus dan Ibu Yosefa Balak yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Abangku Arsenius Bawardi yang selalu memberikan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

4. Sahabat dan teman-teman terkasih.

(6)

v MOTO

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.

(Amsal 16:3)

“Bukankah telah Ku perintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?

Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi”

(Yosua 1:9)

“Pada akhir hidup kita, kita tidak akan dinilai oleh berapa banyak ijazah yang telah kita terima, berapa banyak uang yang kita hasilkan atau berapa banyak hal yang besar yang telah kita

lakukan. Kita akan dinilai oleh, saya lapar dan engkau memberikanku makan. Saya tidak berpakaian dan engkau memberikanku pakaian. Saya tidak punya tempat tinggal dan engkau

mengajakku masuk”

(Bunda Theresa)

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Leopold. 2018. Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan dan Unsur Intrinsik dalam Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida. Skripsi. Yogyakarta:

PBSI, FKIP Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini mengkaji unsur nilai-nilai kemanusiaan pada cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida (2) mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi tokoh, penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan unsur nilai kemanusiaan cerpen Tanah Air. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik membaca dan teknik catat.

Langkah awal dari analisis ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat pada cerpen, kemudian langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil dua kesimpulan. Pertama, hasil analisis nilai-nilai kemanusiaan terhadap cerpen Tanah Air diperoleh data bahwa terdapat lima nilai kemanusiaan yaitu: nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, moral, dan religius, serta nilai praktis. Kedua, dalam analisis unsur intrinsik pada cerpen Tanah Air diperoleh data bahwa tokoh utama dalam cerpen ini adalah Aku. Dia dan Han merupakan tokoh bawahan. Alur dalam cerpen ini dibagi menjadi tiga yaitu, tahap awal, tengah, dan akhir. Terdapat tiga latar dalam cerpen ini yaitu, latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat dalam cerpen ini mengambil rumah tokoh Dia, bandara Schipol, stasiun kereta api Kanton, Jakarta, Amsterdam. Latar waktu dalam cerpen adalah pagi hari dan siang hari. Latar sosial ditunjukkan tokoh Dia saat menerima perlakuan status sebagai pelarian politik diluar negeri.

Tema dalam cerpen ini adalah moral yang terlihat dari kecintaan sang suami terhadap keluarga dan tanah kelahiran, pengorbanan seorang istri menghidupi keluarga seorang diri hingga kepergiannya keluar negeri menyusul suami tercinta, hingga berujung pada kematian sang suami yang hingga akhir hayatnya tetap memiliki keinginan untuk dapat kembali ke tanah kelahiran. Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku utama (tokoh Aku). Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah Bahasa Indonesia pada masa cerpen ini dibuat.

Kata Kunci: Analisis Nilai-nilai kemanusiaan, Unsur-unsur intrinsik

(10)

ix ABSTRACT

Leopold. 2018.Analysis of Humanity Values and Intrinsic Elements in the Short Story Tanah Air by Martin Aleida. Thesis. Yogyakarta:

PBSI, FKIP Sanata Dharma University

This undergraduate thesis discusses about the values of humanity in Martin Aleida's short story entitled Tanah Air. There are two main purposes in this thesis, which are (1) to describe the elements of humanity values inside Martin Aleida's Tanah Air. (2) To explain the elements of fictional used to describe humanity values covering characters, characterization, plots, settings, themes, point of view and language in Tanah Air short story.

This undergraduate thesis uses descriptive qualitative method to find the possible explanations behind humanity values inside Tanah Air short story. The researcher collects the data by using reading and writing techniques. The first step to analyze the problems of this undergraduate thesis is done by describing humanity values within the target short story, then the next step is done by describing several related elements such as characters, characterization, plots, settings, themes, point of view and language used in the short story.

Based on the results of the study, two conclusions can be drawn. First, the results of the analysis of humanity values on short stories in the country obtained data that there are five values of humanity, namely: hedonic values, artistic values, cultural values, ethical values, moral and religious values, and practical values. Secondly, in the analysis of intrinsic elements in the story of Tanah Air, data is obtained that the main character in this short story is Dia as the husband of Aku and Han as supporting character. This short story's plots are divided into three, which are opening plot, middle plot and ending plot. The researcher finds there are three settings used in this short story, which are setting of place, setting of time and setting of social. The short story uses Dia's house, Schipol Airport, Kanton train station, Jakarta City and Amsterdam City as its place settings, then morning and afternoon as its time settings. For the social setting, it is showed by Dia when he runs away as a political exile overseas.

The theme in this short story is about moral. Those themes are shown by strong affection of the husband upon his beloved family and his beloved country, the sacrifice of a single mother who raise her family alone until joining her husband overseas, and then about her husband’s strong desire to come home to his beloved country until the end of his life. In this research, the researcher also finds a fact that this short story uses first person perspective as its point of view (the writer is the main character). Finally the researcher finds there is only Indonesian language which is used as the main language of this short story.

Keywords: Analysis of Humanity Values, Intrinsic Elements

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan dan Unsur Intrinsik dalam Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida”

ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi, tugas akhir ini tidak akan segera terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan, semangat, dan koreksi terhadap skripsi ini.

3. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis menempuh studi.

4. Keluarga besarku, Bapak Yosef Welbertus dan Ibu Yosefa Balak, dan abangku Arsenius Bawardi. Terima kasih atas doa, dukungan, dan dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat: Martina Rustita, Gabrielle Rini Dwi Sulandi, Yoanna Daru Kusumastuti, dan Antonius Christiandi.

6. Rekan-rekan seperjuangan PBSI Angkatan 2011 Kelas A. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

7. Sahabat-sahabat terkasih di Asrama Sekadau Yogyakarta dan IPMKS.

Terima kasih atas kerja sama selama ini dan atas berbagai pengalaman yang sudah kita jalani bersama selama di Yogyakarta.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Batasan Istilah ... 8

1.6. Sistematika Penyajian ... 9

(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1. Penelitian yang Relevan ... 11

2.2. Kajian Teoritis ... 13

2.2.1. Cerita Pendek ... 13

2.2.2. Nilai Kemanusiaan dalam Cerpen (Sastra) ... 14

2.2.3. Unsur Intrinsik Cerpen ... 17

a. Tokoh ... 17

b. Penokohan ... 19

c. Alur ... 20

d. Latar ... 21

e. Tema ... 23

f. Sudut Pandang ... 25

g. Amanat ... 25

h. Gaya Bahasa ... 26

2.2.4. Pendekatan Struktural ... 26

2.2.5. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

3.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan ... 29

3.2. Metode Penelitian ... 30

3.3. Subjek Penelitian ... 30

3.4. Sumber Data dan Data Penelitian ... 30

(15)

xiv

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6. Instrumen Penelitian ... 32

3.7. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV PEMBAHASAN ... 35

4.1. Deskripsi Data ... 35

4.2. Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida ... 36

4.2.1. Nilai Hedonik ... 36

4.2.2. Nilai Artistik ... 37

4.2.3. Nilai Kultural ... 38

4.2.4. Nilai Etis, Moral, dan Religius ... 40

4.2.5. Nilai Praktis ... 41

4.3. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida ... 43

4.3.1. Analisis Tokoh ... 43

4.3.2. Penokohan ... 44

4.3.3. Alur ... 50

4.3.4. Latar ... 56

4.3.5. Tema ... 59

4.3.6. Sudut Pandang ... 60

4.3.7. Gaya Bahasa ... 60

(16)

xv

4.4. Implementasi Cerpen Tanah Air sebagai

Bahan Pembelajaran ... 62

4.4.1. Tahap-Tahap Perancangan Pembelajaran ... 62

4.4.2. Cerpen Tanah Air Ditinjau Dari Aspek Bahasa, Psikologi Siswa, dan Latar Belakang Budaya ... 65

4.4.3. Standar Kompetensi ... 71

BAB V PENUTUP ... 73

5.1. Simpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 76

Lampiran Cerpen Tanah Air ... 76

BIODATA ... 85

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sebuah bidang keilmuan yang terlampau luas untuk dikaji, diteliti, dan bahkan untuk dianalisis sekalipun. Hal ini disebabkan karena karya sastra itu sendiri yang di bangun atas berbagai unsur yang saling terkait di dalamnya, seperti persoalan hidup sehari-hari, norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, adat-istiadat yang mengikat, dan nilai-nilai kemanusiaan yang telah terjadi juga ditampilkan di dalamnya.

Teeuw (dalam Satoto, 1986:1-2) mengemukakan bahwa

“mempelajari sastra itu ibarat memasuki hutan, makin ke dalam makin lebat, makin belantara. Dan, di dalam ketersesatan itu ia akan memperoleh kenikmatannya”. Berdasarkan pendapat tersebut, secara jelas terungkap bahwa karya sastra adalah sebuah fenomena kemanusiaan yang kompleks dan dalam. Di dalamnya, penuh makna yang harus digali melalui penelitian yang mendalam pula.

Tidak dapat dipungkiri bahwa antara sebuah karya sastra, sastrawan/pengarang, dan lingkungan merupakan hal-hal yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dari realita kehidupan sehari-

(18)

hari dan budaya-budaya yang ditampilkan di dalamnya. Budaya yang diangkat dalam karya tersebut merupakan bagian dari kehidupan sosial yang ada dalam sebuah masyarakat, sehingga dapat dikatakan pula bahwa karya sastra merupakan gambaran sosial kehidupan masyarakat pada periode tertentu yang berhubungan dengan masalah-masalah sosialnya.

Karya sastra merupakan wadah bagi seorang pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya yang secara jelas tertuang melalui sebuah karya tulis. Kegiatan penulisan kreatif semacam ini dilakukan sebagai bentuk pengungkapan perasaan atau sebagai bentuk protes sosial atas masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Permasalahan-permasalahan tersebut misalnya kerusakan alam, ketidakberpihakan penguasa terhadap rakyat kecil, hilangnya nilai-nilai budaya luhur dalam masyarakat, kesenjangan sosial, dan perampasan hak atas ruang-ruang hidup di wilayah perkotaan.

Pengarang menulis apa saja yang menimbulkan keharusan batinnya dan mendorongnya untuk berpikir mencerna dan menyublimasikan apa saja yang dilihat, didengar, dirasakan, dialaminya, dan kemudian mencipta (Lubis, 1997:37). Pengarang dapat melihat realita kehidupan yang ada terjadi di sekitarnya, terutama permasalahan sosial yang menyangkut kehidupan banyak orang. Hal ini bisa menjadi sebuah inspirasi bagi pengarang, terlebih lagi apabila ia ikut terlibat secara aktif dalam permasalahan tersebut, sehingga ia dapat memperoleh gambaran

(19)

secara utuh mengenai apa saja yang terjadi dan dapat dituangkan dalam karya-karya tulisnya termasuk cerpen.

Ratna (2004:334), menyatakan bahwa pada umumnya pengarang yang berhasil adalah para pengamat sosial sebab merekalah yang mampu untuk mengkombinasikan antara fakta-fakta yang ada dalam masyarakat dengan ciri-ciri fiksional. Lebih lanjut dikatakan oleh Jakob Soemardjo (1979:15), bahwa hal tersebut dikarenakan pengarang merupakan salah satu anggota masyarakat, maka tak mengherankan kalau terjadi interelasi dan interaksi antara pengarang dan masyarakatnya dan tentu selalu dapat ditarik sifat hubungan antara sastra dengan masyarakat tempat pengarang hidup. Seorang pengarang bisa saja mempunyai sifat ketidakpekaan atas apa yang terjadi dengan keadaan sekitar dan dalam karya tulisnya yang hanya bersifat kesenangan semata, hanya sekedar mengikuti euforia menulis karya yang bersifat keindahan, romantis, dan mengikuti selera pasar saja. Kebalikannya, namun ada pula pengarang yang tidak bisa menutup mata dan menahan diri atas kenyataan hidup yang terjadi di negeri ini. Kepekaan seorang pengarang dapat terlihat dari karya tulisnya yang bersifat memihak. Akan sangat terasa sempit dan kabur apabila pemikiran sastra hanya berkutat pada masalah-masalah yang dirasa ringan dan hanya berbicara tentang perihal “bersenang-senang” dan masalah percintaan saja.

(20)

Seorang pengarang memiliki karakter yang khas dari karyanya, sehingga hal tersebut membuatnya terlihat berbeda dari pengarang yang lain. Diperlukan sebuah analisis yang mendalam untuk mengetahui ide dan gagasan-gagasan yang ingin disampaikannya, serta mengetahui karakter yang khas dari karya tulisnya tersebut, terutama karya sastra yang berupa cerita pendek.

Cerpen Tanah Air karya Martin Aleida sangat menarik untuk dikaji dengan fokus pada nilai-nilai kemanusiaan menggunakan pendekatan struktural. Melalui pendekatan ini akan diungkap berbagai macam unsur pembangun karya sastra itu sendiri. Menurut Satoto (1993:

32), pendekatan ini merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra.

Cerpen Tanah Air ditulis oleh Martin Aleida, kelahiran Tanjung Balai, Sumatera Utara, 31 Desember 1943. Nama aslinya ialah Nurlan. Ia menghabiskan lebih dari 40 tahun usianya di Jakarta sebagai mahasiswa, wartawan dan penulis cerita pendek serta novel. Karirnya sebagai wartawan dimulai dari Zaman Baru, Harian Rakyat, hingga majalah Tempo. Karya tulisnya banyak tersebar di berbagai media, baik yang

(21)

berupa esai maupun cerita pendek. Pendidikan terakhirnya adalah di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak tamat).

Sejumlah penghargaan di bidang penulisan cerita pendek juga pernah diraih oleh Martin Aleida, antara lain kumpulan cerita pendeknya Leontin Dewangga yang memperoleh penghargaan dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2004. Terjemahan cerita pendeknya yang berjudul Leontin Dewangga dalam bahasa Inggris disertakan dalam antologi cerita pendek Asia-Pasifik “Another Kind of Paradise”, terbit di Boston. Beberapa karya Martin Aleida yang pernah diterbitkan adalah Mati Baik-Baik Kawan (AKAR, 2010), Langit Pertama Langit Kedua (NALAR- Halibutongan Pubishing, 2013), dan yang terakhir adalah Tanah Air yang Hilang (Kumpulan Cerpen, Kompas, 2017).

Cerpen Tanah Air karya Martin Aleida ini menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 2016, mengungguli 20 karya lainnya yang terbit sepanjang tahun 2016 lalu. Cerpen berjudul Tanah Air ini ditulis pada saat Martin Aleida melakukan riset mengenai kehidupan para eksil asal Indonesia yang kini bermukim di sejumlah kota di Eropa, seperti Amsterdam, Den Haag, Berlin, Paris, Praha, dan Sofia selama tiga bulan (Maret- Mei 2016). Hasil dari riset tersebut telah diterbitkan pada tahun 2017 lalu dalam buku yang berjudul Tanah Air Yang Hilang, ditulis dalam bentuk kumpulan kisah wawancara dan cerpen.

(22)

Cerpen Tanah Air karya Martin Aleida ini bercerita mengenai sosok seorang istri yang pergi menyusul suaminya ke luar negeri.

Suaminya adalah seorang wartawan yang ditugaskan sebagai delegasi Indonesia untuk meliput perayaan hari kebesaran masyarakat Tiongkok.

Akibat gejolak peristiwa politik yang terjadi pada tahun 1965 saat itu, suaminya dan sejumlah rombongan asal Indonesia lainnya tidak dapat kembali kembali ke Indonesia. Mereka yang loyal kepada Presiden Soekarno, dituduh sebagai simpatisan komunis dan paspornya dicabut.

Hidup tanpa status kewarganegaraan dan berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya, mereka mencari negara yang mau menampung dan memberikan suaka politik. Berbagai konflik batin ditampilkan dalam cerita pendek ini, misalnya seperti: keretakan hubungan antara orang tua dan anak, kerinduan akan tanah kelahiran, dan berbagai masalah sosial lain yang memberikan dampak serius pada kondisi kejiwaan sang suami.

Berdasarkan data dari cerpen tersebut yang digunakan sebagai bahan penelitian, diharapkan penelitian ini nantinya akan mengungkapkan unsur-unsur pembangun dalam karya tersebut, yaitu unsur intrinsik yang digunakan untuk menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Nilai-nilai kemanusiaan apa saja yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida?

b. Unsur-unsur intrinsik apa saja yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

b. Mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para guru dan siswa. Manfaat itu antara lain sebagai berikut, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah koleksi pengetahuan yang berhubungan dengan analisis nilai kemanusiaan

(24)

dalam karya sastra, khususnya cerita pendek. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi para guru yang ingin mengimplementasikannya dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para siswa tentang nilai-nilai kemanusiaan apa saja yang terkandung dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida, sehingga siswa dapat memahami pesan-pesan yang bermanfaat dan berguna dari karya tersebut. Bagi dunia pendidikan, khususnya SMA, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk pembelajaran sastra.

1.5. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan istilah yang bertujuan agar tidak terjadi salah pengertian dan salah tafsir terhadap istilah-istilah yang ada. Batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Cerita Pendek

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novel misalnya.

(25)

b. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan adalah nilai mengenai harkat dan martabat manusia, meliputi cinta kasih, penderitaan, keadilan, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan.

c. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

1.6. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab.

Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. Bab dua merupakan tentang landasan teori yang berisi tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dan landasan teori berupa teori tentang cerpen dan struktur intrinsik yang meliputi tokoh, penokohan, tema, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen tersebut. Bab tiga berupa metodologi penelitian yang berisi jenis

(26)

penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Selanjutnya, pada bab empat berupa pembahasan yang berisi tentang hasil analisis nilai-nilai kemanusiaan dan analisis struktur intrinsik cerpen Tanah Air karya Martin Aleida yang meliputi tokoh, penokohan, alur, latar, tema, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.

Bab lima merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.

(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini merupakan bab landasan teori yang akan mengkaji dua hal, yaitu: (1) penelitian yang relevan dan (2) kajian teori. Kedua hal tersebut akan di jelaskan satu persatu dalam sub bab di bawah ini.

2.1. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian “Analisis Nilai-Nilai Kemanusian dan Unsur Intrinsik dalam Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida” peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain:

“Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra” diteliti oleh Kadek Ari Wira Permata mahasiswa PBSI, Universitas Pendidikan Ganesha (2014). Kedua, “Nilai Kemanusiaan dalam Novel Suatu Hari di Stasiun Bekasi Karya Bambang Joko Susilo” diteliti oleh Alim Setiyadi mahasiswa BSI, Universitas Negeri Yogyakarta (2012).

Penelitian yang pertama, Kadek Ari Wira Permata (2014) yang berjudul

“Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari dan Kesesuaiannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra”. Penelitian ini mengkaji dan memaparkan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita pendek tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

(28)

kualitatif ini menggunakan pendekatan kontekstual yang menghasilkan data-data deskriptif berupa analisis novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari.

Penelitian pada novel ini memfokuskan pada unsur nilai-nilai kemanusiaan, seperti nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, nilai moral, nilai religius, dan nilai praktis. Selain nilai-nilai tersebut, ada juga beberapa nilai kemanusiaan yang ditemukan dalam novel tersebut, seperti: kasih sayang, tolong- menolong, keyakinan, jujur, tenggang rasa, rela berkorban, tanggung jawab, tata karma, dan kebijaksanaan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data tertulis, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan Kadek Ari Wira Permata (2014) memiliki persamaan dengan peneliti yaitu terletak pada kajian dan analisis permasalahan moral (nilai-nilai kemanusiaan) pada karya sastra. Perbedaan penelitian dari Kadek Ari terletak pada materi yang digunakan sebagai bahan kajian berbasis novel, sedangkan peneliti mengkaji dan menganalisis materi yang berbasis cerita pendek. Perbedaan lainnya berupa subyek dan lokasi penelitian.

Penelitian yang kedua, Alim Setiyadi (2012) berjudul “Nilai Kemanusiaan dalam Novel Suatu Hari di Stasiun Bekasi Karya Bambang Joko Susilo”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual dalam menganalisis tokoh dan penokohan cerpen Suatu Hari di Stasiun Bekasi karya Bambang Joko Susilo. Pada penelitian ini, Alim Setiyadi (2012) mengkaji nilai kemanusiaan

(29)

tokoh dalam menghadapi persoalan hidup dan menerapkan Ilmu Budaya Dasar sebagai dasar penelitian cerpen tersebut.

Penelitian yang dilakukan Alim Setiyadi (2012) memiliki persamaan dengan penulis, yaitu kajian penelitian tentang permasalahan moral (nilai-nilai kemanusiaan) dalam karya sastra. Perbedaan penelitiannya terletak pada materi bahan kajian yang berupa novel dan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra. Peneliti menggunakan pendekatan struktural yang hanya berfokus pada unsur pembangunnya saja, yakni unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen tersebut.

2.2. Kajian Teoretis

Kajian teori yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian mengenai hakikat sastra, pengertian cerita pendek, nilai kemanusiaan dalam cerita pendek, dan unsur intrinsik cerita pendek.

2.2.1. Cerita Pendek

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas (Rani 1996:276).

Semi (1993:34), dalam bukunya yang berjudul Anatomi Sastra mengungkapkan bahwa “cerita pendek ialah sebuah karya sastra yang

(30)

memuat penceritaan secara memusat kepada suatu peristiwa pokok saja.

Semua peristiwa lain yang diceritakan dalam sebuah cerpen, tanpa kecuali ditujukan untuk mendukung peristiwa pokok.”

Menurut Edgar Allan Poe dalam Jassin (1961:72), cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.

2.2.2. Nilai Kemanusiaan dalam Cerpen (Sastra)

Keberadaan nilai kemanusiaan dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya.

Ajaran nilai kemanusiaan tersebut pada hakikatnya yang merupakan saran atau petunjuk agar pembaca dapat memberikan respon atau mengikuti pandangan pengarang. Ajaran nilai kemanusiaan yang dapat diterima oleh pembaca biasanya yang bersifat universal, dalam arti tidak menyimpang dari kebenaran dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih memberat pada kodrati manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia (Nurgiyantoro, 1995: 321-322).

Darma (1995: 42), menjelaskan bahwa seorang pengarang dalam menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan tidak selalu secara langsung atau dapat dikatakan pengarang tidak selalu menceritakan kehidupan yang baik, hal ini agar tidak menimbulkan dan memberi kesan menggurui,

(31)

tetapi juga untuk kepentingan keindahan. Hal ini dapat diartikan pula, bahwa karya sastra, baik yang berupa novel ataupun cerita pendek menawarkan kehidupan yang beraneka ragam dan kompleks, baik yang memiliki sifat baik maupun kurang baik.

Wellek (1995: 34), menyatakan bahwa sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai suatu pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi, karya sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran yang hebat. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Hill (dalam Pradopo, 1995: 93), yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu adanya analisis.

Nilai-nilai kemanusiaan dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya. Berbagai macam persoalan hidup dan masalah sosial dapat ditampilkan dalam sebuah karya sastra, khususnya cerita pendek.

Nurgiyantoro (1995: 323-324), mengungkapkan bahwa persoalan yang ada dalam kesusastraan dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni sebagai berikut:

(32)

a. Persoalan manusia dengan Tuhannya

Manusia adalah makhluk yang religius dalam arti bahwa dia menyembah Tuhan, memiliki keyakinan dan kepercayaan tertentu, dan melakukan ritual atau ibadat, serta upacara untuk meminta segala sesuatu dan sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta. Sikap atau perbuatan manusia terkait hubungannya dengan Tuhan dapat berupa ketakwaan, ketaatan, dan berbelas kasih.

b. Persoalan manusia dengan manusia lainnya

Persoalan manusia terkait hubungannya dengan manusia lain dapat berupa hubungan kemasyarakatan: persahabatan dan kesetiaan, hubungan keluarga: cinta kasih orang tua terhadap anak, kakak terhadap adik, dan lain sebagainya yang melibatkan interaksi antar manusia.

c. Persoalan manusia dengan alam

Persoalan manusia dalam hubungannya dengan alam dapat berwujud tindakan dan sikap manusia dalam mengolah dan mengelola sumber daya alam yang telah memberikan makanan bagi kehidupan manusia, baik yang berupa nabati maupun hewani. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam bentuk ketergantungan manusia kepada sumber alam yang berimplikasi pada perwujudan kebudayaan.

Pada beberapa kelompok masyarakat tradisional, alam tidak hanya

(33)

berfungsi sebagai penyedia sumber makanan semata, tetapi juga sebagai pusat kehidupan dan pembentuk sistem budaya.

d. Persoalan manusia dengan dirinya sendiri

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri dapat berupa eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, dan lain-lain yang lebih bersifat melibat ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu.

2.2.3. Unsur Intrinsik Cerpen

Pada dasarnya, unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun karya sastra itu sendiri ( Nurgiyantoro, 2010:23). Pada umumnya, unsur-unsur intrinsik fiksi terdiri dari: tokoh, penokohan, alur (plot), latar (setting), tema, sudut pandang, amanat, dan bahasa.

a. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin dalam Nurgiyantoro, 1995:79).

Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

(34)

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus (Nurgiyantoro, 2002:176). Menurut Nurgiyantoro, terdapat beberapa macam tokoh dalam suatu cerita, yaitu :

1) Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan.

2) Tokoh Pembantu

Tokoh pembantu adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting dalam cerita dan kehadiran tokoh ini hanya sekedar menunjang tokoh utama.

3) Tokoh Protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, yaitu tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2002:178).

(35)

4) Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab timbulnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh protagonis.

5) Tokoh Kompleks

Tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002:181-183).

b. Penokohan

Penokohan adalah penggambaran karakter tokoh oleh penulis dalam karyanya yang mewakili tipikal-tipikal manusia, biasanya terdiri dari tokoh utama dan tambahan. Dalam cerpen, pengarang dapat menggambarkan watak para tokohnya dengan menggunakan beberapa teknik perwatakan yaitu teknik analitik dan teknik dramatik yaitu pelukisan watak para tokohnya melalui jalan cerita (Sadikin, 1999:

23).

Nurgiyantoro (1995:178), menjelaskankan sebagai berikut, di lihat dari peran tokoh-tokoh dalam pengembangan cerita dibedakan

(36)

atas tokoh-tokoh utama dan tokoh tambahan, sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat digolongkan ke dalam tokoh protagonis (tokoh yang kita kagumi), dan tokoh antagonis (tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik).

c. Alur (Plot)

Aminudin (2002), menyatakan bahwa alur (plot) adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

Alur adalah struktur cerita yang disusun oleh urutan peristiwa, baik yang dialami ataupun yang diakibatkan oleh pelaku. Alur juga bisa disebut sebagai rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Adapun jenis alur (plot) dalam sebuah karya sastra dibedakan menjadi tiga macam, yakni sebagai berikut:

1) Alur maju

Alur maju merupakan sebuah alur yang klimaksnya berada di akhir cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur maju berawal dari masa awal hingga masa akhir cerita dengan urutan yang teratur dan beruntut. Tahapan pada alur maju adalah sebagai berikut:

pengenalan, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian.

(37)

2) Alur mundur

Alur mundur merupakan sebuah alur yang menceritakan masa lampau yang menjadi klimaks di awal cerita. Rangkaian peristiwa dalam alur mundur berawal dari masa lampau ke masa kini/ awal dengan susunan waktu yang tidak sesuai dan tidak beruntut. Tahapan pada Alur mundur adalah sebagai berikut:

penyelesaian, antiklimaks, klimaks, konflik, dan pengenalan.

3) Alur campuran

Alur campuran atau biasa disebut alur maju-mundur adalah alur yang diawali dengan klimaks, kemudian menceritakan masa lampau, dan dilanjutkan hingga tahap penyelesaian. Pada saat menceritakan masa lampau, tokoh dalam cerita dikenalkan sehingga saat cerita tersebut belum selesai, alur cerita kembali ke awal cerita untuk mengenalkan kembali tokoh lainnya. Tahapan pada Alur campuran adalah sebagai berikut: klimaks, konflik, pengenalan, antiklimaks, dan penyelesaian.

d. Latar (setting)

Setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita, merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita (Wiyanto, 2002: 28). Dalam karya sastra, setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting,

(38)

karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams, 1981:1975 dalam Fananie, 2002:95).

Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa 2011:7), menyatakan bahwa setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan saling melengkapi, Hayati (1990:10) berpendapat setting (landasan tumpu) cerita adalah gambaran tempat waktu atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa.

Latar (setting) ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa. Oleh sebab itu, latar (setting) sangat mendukung plot cerita. Di samping itu, latar (setting) juga sangat mempengaruhi suasana, peristiwa, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita. Secara garis besar, latar (setting) dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni:

1) Latar tempat

Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa terjadi, misalnya yang menunjuk latar pedesaan, perkotaan, atau latar tempat lainnya. Melalui tempat terjadinya peristiwa diharapkan tercermin pemerian tradisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku, suasana, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh pada tokoh dan karakternya (Suminto 2000:127).

(39)

2) Latar waktu

Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot, secara historis. Melalui pemberian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman yang melatar belakanginya (Suminto 2000:127).

3) Latar sosial

Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di sekelilingnya. Statusnya dalam kehidupan sosialnya dapat digolongkan menurut tingkatannya, seperti latar sosial bawah atau rendah, latar sosial menengah, dan latar sosial tinggi (Suminto 2000:127).

e. Tema

Dalam pengertiannya yang paling sederhana, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Sebagai sebuah gagasan sentral, tema merupakan sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan melalui karya fiksi. Wujud tema dalam karya fiksi, biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh. Tema lebih merupakan sebagai jenis komentar terhadap subjek atau pokok

(40)

masalah, baik secara eksplisit maupun implisit. Jadi, di dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita (Suminto 2000: 186-190).

Lebih lanjut, Suminto (2000: 193-194), mengklasifikasikan tema ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1) Tema jasmaniah (physical)

Tema jasmaniah merupakan tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmani seseorang. Tema jenis ini terfokus pada kenyataan diri manusia sebagai molekul, zat, dan jasad.

2) Tema moral (organic)

Tema organic diterjemahkan sebagai tema “moral” karena kaelompok tema ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia yang wujudnya tentang hubungan antarmanusia, antarpria-wanita.

3) Tema sosial (social)

Tema sosila meliputi hal-hal yang berada di luar masalah pribadi, misalnya masalah politik, pendidikan, dan propaganda.

4) Tema egoik (egoic)

Tema egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi- reaksi priadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial.

(41)

5) Tema ketuhanan (divine)

Tema ketuhanan merupakan tema yang erkaitan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

f. Sudut Pandang

Sudut pandang atau pusat pengisahan (point of view) dipergunakan untuk menentukan arah pandang pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita sehingga tercipta suatu kesatuan cerita yang utuh. Sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, dalam arti bahwa ia merupakan sudut pandangan yang diambil oleh pengarang untuk melihat peristiwa dan kejadian dalam cerita. Sebuah karya fiksi sesungguhnya merupakan pandangan pengarang terhadap kehidupan (Suminto 2000:158).

g. Amanat

Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang terhadap pembaca melalui tulisan-tulisannya, agar pembaca bisa menarik kesimpulan dari apa yang telah pembaca nikmat (Kosasih: 2006).

Pesan itu ada yang disampaikan secara tersirat, ada pula yang tersurat. Biasanya pesan itu dapat ditelusuri melalui percakapan para tokoh dalam teks cerita.

Sadikin (2010), menjelaskan bahwa amanat merupakan pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Lebih lanjut dijelaskan olehnya bahwa amanat biasa

(42)

disebut makna. Makna yang diniatkan oleh pengarang disebut makna niatan, sementara makna muatan adalah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.

h. Gaya Bahasa

Gorys Keraf (2002:113), mengungkapkan bahwa gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Lebih lanjut dijelaskan olehnya bahwa sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, yakni meliputi kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Sedangkan menurut Guntur Tarigan (2009), merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.

2.2.4. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural

(43)

yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:

135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.

Pendekatan struktural juga merupakan pendekatan yang memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur itu sendiri.

Pendekatan ini memahami karya sastra secara close reading (membaca karya sastra secara tertutup tanpa melihat pengarangnya, realitas, dan pembaca).

2.2.5. Kerangka Berpikir

Pembelajaran unsur nilai-nilai kemanusiaan merupakan salah satu materi yang terdapat materi siswa SMA Kelas XI semester I yaitu pada Kompetensi Dasar 3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam kumpulan cerpen yang dibaca.

Pada penelitian ini, hal pertama yang dilakukan peneliti adalah mencari cerita pendek yang akan dianalisis nilai-nilai kemanusiannya.

Judul cerita pendek yang di analisis ialah Tanah Air karya Martin Aleida, cerita pendek ini terdiri dari 9 (sembilan) halaman.

(44)

Selanjutnya, peneliti membaca secara keseluruhan isi cerita pendek tersebut dan membuat rangkuman dari karya sastra yang telah dibaca.

Hal berikutnya yang peneliti lakukan adalah mencari dan mengidentifikasi nilai-nilai kemanusiaan dalam cerita pendek tersebut.

Analisis terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen tersebut bertujuan untuk menemukan bentuk-bentuk nilai kemanusiaan dan mengklasifikasi nilai-nilai tersebut berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh peneliti.

Setelah membuat rangkuman dan mengidentifikasi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam cerpen tersebut, selanjutnya peneliti akan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena menghasilkan data yang tertulis dan kutipan data yang sangat berperan penting dalam memberikan gambaran tentang hasil penelitian itu sendiri. Pendekatan struktural yang digunakan dalam penelitian ini juga sangat membantu peneliti dalam menganalisis dan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen. Peneliti hanya akan berfokus pada unsur- unsur pembangun cerpen tersebut (unsur intrinsik) dan memperoleh data-data penting yang digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian.

(45)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan beberapa hal, yakni: (a) jenis penelitian dan pendekatan, (b) metode penelitian, (c) subjek penelitian, (d) sumber data dan data penelitian, (e) teknik pengumpulan data, (f) instrumen penelitian, dan (g) teknik analisis data.

3.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural ini digunakan untuk meneliti nilai-nilai kemanusiaan dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang bermakna bagi para guru dan peserta didik dalam menganalisis unsur nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena menghasilkan data deskripftif berupa kata-kata tertulis. Hal ini berdasarkan pada data pada penelitian ini yang berupa teks tertulis, yakni cerpen Tanah Air yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Tanah Air Yang Hilang karya Martin Aleida.

(46)

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena penelitian ini menghasilkan data yang tertulis dan berupa kata- kata. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang menghasilkan pengumpulan data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti dan dalam laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut (Moleong 2006:11).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

3.3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu teks cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Tanah Air Yang Hilang karya Martin Aleida yang berjudul Tanah Air. Penelitian ini menganalisis unsur nilai-nilai kemanusiaan dan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen tersebut.

3.4. Sumber Data dan Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Sumber data dalam

(47)

penelitian ini berupa buku Tanah Air Yang Hilang karya Martin Aleida yang terbit tahun 2017 dan diterbitkan oleh Kompas.

Judul Buku : Tanah Air Yang Hilang Judul Cerpen : Tanah Air

Pengarang : Martin Aleida

Penerbit : Kompas

Tahun Terbit : 2017 Jumlah Halaman : 344

Dalam buku ini terdapat delapan belas kisah wawancara dan satu cerpen, cerpen yang akan dianalisis berjudul “Tanah Air”.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik membaca dan teknik mencatat, terutama beberapa hal yang saling terkait dan bagian-bagian tertentu dalam cerpen yang dianggap penting untuk dianalisis.

a. Teknik Baca

Pada tahap ini, penelitian diawali dengan membaca secara keseluruhan isi cerpen agar mendapatkan pemahaman secara utuh tentang karya sastra yang dibaca.

(48)

b. Teknik Catat

Setelah membaca cerpen Tanah Air karya Martin Aleida, peneliti akan mengidentifikasi dan mencatat bagian-bagian penting dalam cerpen, terutama yang berkenaan dengan unsur-unsur dalam cerpen tersebut, khususnya unsur nilai-nilai kemanusiaan dan unsur intrinsiknya. Peneliti juga menggunakan data-data lainnya sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini, antara lain yaitu: penelitian yang terdahulu atau penelitian yang relevan, buku-buku yang terkait dengan pendekatan struktural, skripsi, dan teori sastra.

3.6. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Instrumen berarti alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono 2009: 305). Oleh karena itu, peneliti sendiri menjadi sarana/ alat pengumpul data utama dalam penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks cerpen itu sendiri yang berupa isi dari cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Selain itu digunakan juga alat bantu berupa ringkasan cerpen dan tulisan-tulisan lain yang membahas tentang buku kumpulan cerpen tersebut.

(49)

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data kualitatif. Analisis data melibatkan pengerjaan organisasi data, pemilahan menjadi satuan-satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal-hal yang penting dan dipelajari, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982).

Miles dan Huberman (dalam Syamsudin 2011: 110) menjelaskan lebih lanjut bahwa pekerjaan analisis data bergerak dari penulisan deskripsi kasar sampai pada produk penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian “Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan dan Unsur Intrinsik dalam Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida”

adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data berdasarkan cerpen tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Peneliti akan membaca secara keseluruhan isi cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

2. Peneliti mencatat dan meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

(50)

3. Peneliti menganalisis dan mengidentifikasi nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida.

4. Peneliti menganalisis unsur intrinsik dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida dengan menggunakan pendekatan struktural.

5. Peneliti menghubungkan data hasil analisis dengan pendekatan dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

6. Peneliti menyajikan data berupa nilai-nilai kemanusiaan dan unsur intinsik dalam cerpen yang telah di analisis.

7. Peneliti menyimpulkan nilai-nilai kemanusiaan dan unsur inrinsik dalam cerpen, serta membuat kajian data dalam bentuk laporan.

(51)

35 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Pada bab ini akan dipaparkan data hasil penelitian dan pembahasan dari cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Data yang ditemukan berupa kalimat atau kutipan yang terdapat dalam cerpen Tanah Air. Cerpen ini terdiri dari 10 halaman. Pada cerpen Tanah Air, peneliti menganalisis nilai-nilai kemanusiaan dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen tersebut.

Pembelajaran karya sastra, khususnya cerita pendek dirancang peneliti untuk dapat membantu peserta didik dalam menganalisis nilai- nilai kemanusiaan dalam cerpen. Peneliti memilih cerpen Tanah Air karya Martin Aleida sebagai objek untuk diteliti dengan menggunakan pendekatan struktural, karena cerpen Tanah Air ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Indonesia di SMA Kelas XI Semester I. Dalam hal ini, peneliti hanya berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida. Peneliti menggunakan pendekatan struktural dalam menganalisis nilai-nilai kemanusian dan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida, agar siswa atau peserta didik dapat mengaitkan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerpen tersebut dengan kehidupan nyata dan kehidupan sosial mereka.

(52)

4.2. Analisis Nilai-Nilai Kemanusiaan Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida

Suyitno (1986:28), mengungkapkan bahwa sastra dan tata nilai merupakan dua komponen sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru.

Salah satu nilai yang dimaksud berdasarkan penjelasan tersebut adalah nilai kemanusiaan. Hal ini bertitik tolak pada keberadaan karya sastra itu sendiri yang memasuki lingkup nilai- nilai kemanusiaan secara utuh dan total, tidak hanya berkutat pada pada ruang serta nilai-nilai kehidupan personal semata.

Berdasarkan analisis pada cerpen Tanah Air karya Martin Aleida, peneliti mendapatkan data berupa nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut antara lain, nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, moral, dan religius, serta nilai praktis.

a. Nilai Hedonik

Suatu karya sastra dikatakan mengandung nilai hedonik jika karya sastra tersebut memberikan kesenangan secara

(53)

langsung kepada penikmatnya. Dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida, nilai ini tampak pada kutipan dibawah ini:

(K.1) Ketika dia masih duduk di sekolah dasar, dengan susah-payah aku melerai kemarahannya terhadap ayah yang dia tuduh tidak bertanggung jawab, meninggalkannya. Menyia-nyiakan ibunya. Bersenang- senang di luar negeri sana.

Di meja makan. Menjelang tidur. Terkadang saat sedang belajar, kalau momennya kena, kukatakan bahwa ayahnya tidak bersalah. Tak bisa pulang membesarkan dan menyekolahkannya bukan pilihannya. Susah-payah aku menjelaskan kepadanya, bahwa ada kekuasaan yang begitu buruk rupanya, sehingga sampai hati memisahkan seorang anak tunggal dari ayahnya. (Aleida, 2017:87).

Dalam cerpen ini dikisahkan tentang perjuangan hidup yang disertai dengan permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi saat itu. Kutipan diatas menggambarkan secara singkat awal permasalahan yang mereka derita dan bagaimana mereka menghadapinya. Selain itu, penyajian alur yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita ini juga mengajak pembaca untuk merasakan betapa besar perjuangan seorang istri yang membesarkan dan merawat anaknya seorang diri, sekalipun harus mengorbankan segalanya demi itu semua.

b. Nilai Artistik

Suatu karya sastra dikatakan memiliki nilai artistik apabila karya sastra itu mencerminkan suatu seni atau keterampilan (kepiawaian) pengarang dalam meramu unsur-unsur cerita atau

(54)

karya sastra. Nilai ini dapat dilihat dari kutipan (2) dan (3) berikut ini:

(K.2) Hatiku teduh. Dia kelihatan tenang. Cuma matanya saja yang terus memandangiku dengan ganjil. Seakan aku ini siapa, bukan istrinya. Tadi, sambil duduk berdampingan menjuntaikan kaki di tubir tempat tidur, perlahan kupotongi kuku-kukunya yang panjang, hitam berdaki. Dari tangan sampai kaki. Gemertak pemotong kuku meningkahi angin pagi yang deras dan dingin memukuli jendela. (Aleida, 2017:81).

(K.3) Tanpa menatapku barang sekejap pun, seperti berbisik pada dedaunan di luar, lagi-lagi dia mengulangi igauan yang saban pagi, menjelang matahari terbit, diucapkannya seperti merapal mantra. Atau pesan yang aku tak tahu kepada siapa. “Setengah jam lagi. Begitu matahari terbit, mereka akan datang membebaskan kita,” desisnya dengan mata yang tetap saja liar, dan sepertinya aku entah di mana, tidak berada di seberang bahunya. (Aleida, 2017:81).

Kutipan di atas merupakan pengantar dari cerpen Tanah Air yang mampu menarik minat pembaca untuk menikmati setiap penggambaran yang di sampaikan pengarang dalam karyanya. Pemilihan diksi dan ungkapan-ungkapan tertentu yang digunakan pengarang memberikan daya tarik tersendiri bagi pembacanya untuk lebih mendalami keseluruhan cerpen tersebut.

c. Nilai Kultural

Nilai ini selalu terdapat dalam sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan suatu masyarakat dan selalu terhubung dengan peradaban dan kebudayaan tertentu di

(55)

sekitarnya. Nilai tersebut dapat dilihat melalui kutipan (4) dan (5) berikut ini:

(K.4) Lantas dia keluarkan sebuah buntalan kecil dari saku celananya. Dibalut kain putih, di dalamnya segumpal tanah merah yang kering.

“Ciumlah … Ini tanah Indonesia. Apa pun yang akan terjadi dia akan mempertautkan kita,” katanya lamat- lamat seraya memegangi tanganku, merebahkan kepala di bahuku. Katanya, tanah itu dia bawa ketika meninggalkan Jakarta menuju Kairo dan kandas di Peking. (Aleida, 2017:85).

(5) Rumahnya agak di tepi Amsterdam. Masyarakatnya terdiri dari berbagai ras. Orang Suriname yang paling banyak. (Aleida, 2017:86).

Berdasarkan kutipan di atas, nilai kultural dalam cerpen ini menggambarkan kebudayaan tertentu yang berlaku dalam suatu masyarakat. Ini terlihat ketika salah seorang tokoh dalam cerpen yang membawa segumpal tanah merah yang berbalut kain putih.

Kebiasaan seperti ini berlaku disebagian masyarakat Indonesia yang selalu membawa sesuatu ketika akan pergi merantau atau pergi ke suatu tempat untuk jangka waktu yang cukup lama.

Umumnya, benda-benda yang dibawa adalah sesuatu benda yang dapat mengingatkan mereka dengan daerah asal atau tanah kelahirannya, misalnya seperti tanah atau air sungai. Selain itu, budaya masyarakat yang beragam juga ditampilkan dalam cerpen tersebut, yakni daerah tempat tinggal mereka diluar

(56)

negeri sana yang terdiri dari dari masyarakat campuran dari berbagai ras.

d. Nilai Etis, Moral, dan Religius

Dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida ini terlihat jelas keberadaan nilai-nilai moral dan etika didalamnya. Hal tersebut dapat dilihat melalui kutipan (6), (7) dan (8), sebagai berikut:

(6) “Ciumlah … Ini tanah Indonesia. Apa pun yang akan terjadi dia akan mempertautkan kita,” katanya lamat- lamat seraya memegangi tanganku, merebahkan kepala di bahuku. Semacam permintaan maaf atas tuduhan yang baru saja dia timpakan padaku. Katanya, tanah itu dia bawa ketika meninggalkan Jakarta menuju Kairo dan kandas di Peking. (Aleida, 2017:85).

(7) “Sudahlah . Dengarlah baik-baik. Tuduhan anakmu itu „kan kau dengar dari kawan-kawamu di Tiongkok

„kan? Sama seperti kau juga dengar bahwa aku menjual diri kepada lelaki lain. Aku tak mempedulikan omong- kosong orang. Kalau kumasukkan ke dalam hati, aku bisa gila. Dengarlah baik-baik. Selama Han bersama kita di sini, dia memanggilmu Papi. Papi…! Kau ingat

„kan? Tidakkah kau bisa menafsirkan sebutannya padamu itu sebagai tanda permintaan maaf. Bahwa kau adalah ayahnya yang baik. Bahwa kau tak pulang- pulang bukan lantaran kehendakmu”. (Aleida, 2017:88).

(8) Aku berniat baik, ingin berbuat kebajikan kepada suami yang kucintai. Orang yang sayangnya pada anakku membuat dia dikungkung ketegangan karena merasa bersalah tidak ikut membesarkannya. Tetangga, sanak-famili boleh acuh-tak-acuh, karena takut, namun gereja membukakan pintu untukku. Walau hanya bubungan gereja kecil. Di situlah aku tinggal sambil menunggu aba-aba keberangkatan yang akan datang dari daratan impian. (Aleida, 2017:86).

(57)

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas penggambaran nilai etika yang terdapat dalam cerpen tersebut. Hal ini nampak saat seorang tokoh dalam cerpen tersebut meminta maaf kepada istrinya, begitu juga sebaliknya saat sang istri menjelaskan permintaan maaf yang dilakukan oleh anak mereka kepada Ayahnya walaupun hal tersebut tidak disampaikan secara langsung. Meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan merupakan kebiasaan yang berlaku dalam etika pergaulan masyarakat, ini merupakan nilai-nilai kesopanan yang paling mendasar.

Nilai-nilai moral yang mencakup hubungan antar sesama juga nampak dalam cerpen tersebut, terutama mengenai hubungan baik yang terjalin antara salah seorang tokoh dengan pihak gereja yang secara tulus membantunya menghadapi kesulitan-kesulitan hidup yang di deritanya.

e. Nilai Praktis

Sebuah karya sastra dikatakan mengandung nilai praktis jika karya tersebut memberikan sesuatu (manfaat) yang dapat dilaksanakan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam cerpen ini, nilai tersebut terlihat dari kutipan (9) dan (10), sebagai berikut:

(9) Aku berniat baik, ingin berbuat kebajikan kepada suami yang ku cintai. Orang yang sayangnya pada

(58)

anakku membuat dia dikungkung ketegangan karena merasa bersalah tidak ikut membesarkannya. (Aleida, 2017:86).

(10) Apa pun aku akan dan harus menemaninya.

Sebagaimana aku harus membesarkan anakku, maka aku juga harus mendampinginya walau ajal menanti. (Aleida, 2017:86).

Dari kutipan di atas, pengarang ingin menyampaikan tentang makna kesetiaan yang dimiliki oleh salah seorang tokoh dalam cerpen tersebut. Segala sesuatu selalu menuntut pengorbanan yang besar dan sikap kerelaan hati demi tercapainya keinginan yang hendak dituju. Dalam cerpen ini, pengarang juga secara khusus menyelipkan sebuah amanat bagi para pembaca agar hendaknya selalu ikhlas dalam bertahan menjalani hidup di dunia ini, tanpa mengharapkan pamrih dan menuntut balasan atas pengorbanan yang telah dilakukan.

Selain nilai-nilai kemanusiaan tersebut, terdapat pula beberapa nilai kemanusiaan lain yang peneliti temukan diantaranya, nilai kasih sayang, tolong menolong, keyakinan, kejujuran, tenggang rasa, rela berkorban, tanggung jawab, dan kebijaksanaan. Dalam pengembangannya bagi pembelajaran sastra di SMA, nilai-nilai tersebut sangat tepat digunakan untuk membangun dan menumbuhkan karakter siswa.

(59)

4.3. Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Tanah Air Karya Martin Aleida Berdasarkan bentuk dan isi dalam sebuah karya sastra, unsur- unsur intrisik merupakan unsur pembangun yang paling mendasar.

Pada penelitian ini, selain memfokuskan pada nilai-nilai kemanusiaan dalam cerpen, juga akan dibahas mengenai unsur-unsur fiksi yang akan digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai kemanusiannya. Analisis atas unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut, yaitu:

4.3.1. Analisis Tokoh

Soemardjo (1988: 63), menjelaskan bahwa tokoh dalam karya sastra adalah tokoh rekaan yang memegang peranan penting dalam membangun cerita. Selain itu, tokoh juga berfungsi sebagai pemain cerita, penyampai ide, motif, plot, dan tema. Lebih lanjut dijelaskan oleh Minderop (2010: 62), bahwa tokoh dalam tumpuan penelitian adalah tokoh utama, tetapi tokoh bawahan pun penting untuk mendukung dan memperjelas karakter atau watak dari tokoh utama.

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Tanah Air karya Martin Aleida adalah Aku, Dia, dan Han. Tokoh Aku merupakan tokoh yang paling banyak mendapatkan porsi dalam cerpen ini sebagai tokoh utama. Tokoh Aku berperan penting dalam jalan cerita ini dari awal, tengah, hingga akhir, sedangkan tokoh bawahan dalam cerpen Tanah Air ini adalah Dia dan Han.

Tokoh-tokoh bawahan tersebut memiliki peran dan fungsi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur-unsur intrinsik novel Ombak Sandyakalaning karya Tamsir A.S; (2) nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Ombak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Unsur-unsur intrinsik novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye; (2) Nilai-nilai pendidikan yang digunakan

Penelitian Ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik pada kumpulan cerpen Kedai Bianglala; (2) aspek sosial pada kumpulan cerpen; (3) pandangan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (2) nilai budaya dalam novel Sinden karya

Abstrak: Penelitian Ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik pada kumpulan cerpen Kedai Bianglala; (2) aspek sosial pada kumpulan cerpen; (3)

Penelitian yang pertama, Wahyu Apriliani (2017). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Guru karya Putu Wijaya dan mendeskripsikan rencana

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur-unsur intrinsik novel Ombak Sandyakalaning karya Tamsir A.S; (2) nilai pendidikan yang terdapat dalam novel

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini ditetapakn sebagai berikut, Mendeskripsikan unsur intrinsik kumpulan cerpen terbitan Tanjungpinang Pos